V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil yang diperoleh selama periode Maret 2011 adalah data operasional PMS Gunung Meliau, distribusi penerimaan TBS di PMS Gunung Meliau, distribusi penerimaan fraksi TBS di PMS Gunung Meliau, dan rendemen maksimal yang mungkin diperoleh dari fraksi TBS yang diterima oleh PMS Gunung Meliau. Datadata ini diperoleh secara observasi, pengujian, dan perhitungan berdasarkan rumusrumus tertentu Data operasional PMS Gunung Meliau periode Maret Data operasional PMS Gunung Meliau tanggal 01 Maret 2011 s.d. 05 Maret 2011 Buah Diterima No Uraian Target (1/03/2011) (2/03/2011) (3/03/2011) (4/03/2011) (5/03/2011) Buah Diterima 400, , , ,110 89,500 Gunung Meliau (kg) 227, , , ,170 30,240 1 Kebun Inti Sungai Dekan (kg) 98,120 95, ,650 88,290 5,890 Gunung Mas (kg) 74, , ,000 94,650 53,370 Kebun Plasma (kg) 10,240 45,400 2,560 7,700 3,450 Pihak Ketiga (kg) 186, , , ,400 0 Jumlah (kg) 596, , , ,210 92,950 2 Buah Restan Awal (kg) 131, , , , ,360 Total TBS Hari Ini (kg) 727, , , , ,310 3 Buah Diolah (kg) 550, , , , Buah Restan akhir (kg) 177, , , , ,310 Jam Kerja (jam) ,5 10, Jam Mulai Pengolahan (Jam) Jam Stop Pengolahan (Jam) Kapasitas Olah (TBS /Jam) ,348 55,000 52, Produksi CPO aktual (kg) 116, , ,219 88,078 0 Produksi CPO dari RKAP (kg) 124, , ,661 94, Rendemen Minyak (%) , ALB Minyak Produksi (%) Kadar Air Minyak Produksi (%) Kadar Kotoran Minyak Produksi (%) Produksi inti sawit Aktual (kg) 26,550 32,670 27,540 21,780 0 Produksi inti sawit dari RKAP (kg) 25,856 29,348 25,750 19, Rendemen inti sawit (%)

2 ALB Inti Produksi (%) Kadar Air Inti Produksi (%) Kadar Kotoran Inti Produksi (%) Total Kehilangan CPO (%) Total kehilangan inti sawit (%) Data operasional PMS Gunung Meliau tanggal 07 Maret 2011 s.d. 11 Maret 2011 Buah Diterima No Uraian Target (07/03/2011) (08/03/2011) (09/03/2011) (10/03/2011) (11/03/2011) 1 2 Buah Diterima 480, , , , ,310 Kebun Inti Gunung Meliau (kg) 258, , , , ,450 Sungai Dekan (kg) 77,230 88, , ,340 76,670 Gunung Mas (kg) 144, , , , ,190 Kebun Plasma (kg) 29,130 28,230 26,400 30,630 23,160 Pihak Ketiga (kg) 244, , , , ,360 Jumlah (kg) 753, , , , ,830 Buah Restan Awal (kg) 289, , , , ,400 Total TBS Hari Ini (kg) 1,043, , , , ,230 3 Buah Diolah (kg) 850, , , , ,000 4 Buah Restan akhir (kg) 193, , , , ,230 Jam Kerja (jam) Jam Mulai Pengolahan (Jam) Jam Stop Pengolahan (Jam) Kapasitas Olah (TBS /Jam) 53,125 52,500 55,102 54,476 53,429 Produksi CPO aktual (kg) 181, , , , ,093 7 Produksi CPO dari RKAP (kg) 192, , , , ,932 8 Rendemen Minyak (%) ALB Minyak Produksi (%) Kadar Air Minyak Produksi (%) Kadar Kotoran Minyak Produksi (%) Produksi Inti Sawit Aktual (kg) 42,120 26,370 31,680 26,010 26, Produksi Inti Sawit dari RKAP (kg) 39,764 24,671 31,725 26,876 26, Rendemen Inti Sawit (%) ALB Inti Produksi (%) Kadar Air Inti Produksi (%) Kadar Kotoran Inti Produksi (%) Total Kehilangan CPO (%) Total kehilangan Inti Sawit (%)

3 3. Data operasional PMS Gunung Meliau tanggal 12 Maret 2011 s.d. 16 Maret 2011 Buah Diterima No Uraian Target (12/03/2011) (13/03/2011) (14/03/2011) (15/03/2011) (16/03/2011) 1 Buah Diterima 397, , , , ,880 Kebun Inti Gunung Meliau (kg) 194,600 92, , , ,650 Sungai Dekan (kg) 68, ,150 72, ,770 Gunung Mas (kg) 134,320 18, , , ,460 Kebun Plasma (kg) 40, ,080 39,690 70,610 Pihak Ketiga (kg) 176, , , ,150 Jumlah (kg) 615, , , , ,640 2 Buah Restan Awal (kg) 143, , , , ,920 Total TBS Hari Ini (kg) 758, ,340 1,142, , ,560 3 Buah Diolah (kg) 600, ,000, , ,810 4 Buah Restan akhir (kg) 157, , , , ,750 Jam Kerja (jam) Jam Mulai Pengolahan (Jam) Jam Stop Pengolahan (Jam) Kapasitas Olah (TBS /Jam) 54, ,632 53,958 56,139 Produksi CPO aktual (kg) 128, , , ,357 7 Produksi CPO dari RKAP (kg) 135, , , ,402 8 Rendemen Minyak (%) ALB Minyak Produksi (%) Kadar Air Minyak Produksi (%) Kadar Kotoran Minyak Produksi (%) Produksi Inti Sawit Aktual (kg) 28, ,590 37,090 30, Produksi Inti Sawit dari RKAP (kg) 28, ,711 37, Rendemen Inti Sawit (%) ALB Inti Produksi (%) Kadar Air Inti Produksi (%) Kadar Kotoran Inti Produksi (%) Total Kehilangan CPO (%) Total kehilangan Inti Sawit (%)

4 4. Data operasional PMS Gunung Meliau tanggal 17 Maret 2011 s.d. 21 Maret 2011 Buah Diterima No Uraian Target (17/03/2011) (18/03/2011) (19/03/2011) (20/03/2011) (21/03/2011) 1 Buah Diterima 448, , , , ,850 Gunung Meliau (kg) 200, , , , ,410 Kebun Inti Sungai Dekan (kg) 97, ,900 87,130 23,400 54,710 Gunung Mas (kg) 151, , ,200 30,460 90,730 Kebun Plasma (kg) 91,660 86,860 55,100 9,410 14,700 Pihak Ketiga (kg) 229, , , ,770 Jumlah (kg) 769, , , , ,320 2 Buah Restan Awal (kg) 129, , , , ,800 Total TBS Hari Ini (kg) 899, , , , ,120 3 Buah Diolah (kg) 775, , , ,000 4 Buah Restan akhir (kg) 124, , , , ,120 Jam Kerja (jam) Jam Mulai Pengolahan (Jam) Jam Stop Pengolahan (Jam) Kapasitas Olah (TBS /Jam) 55,357 56,914 54, ,818 7 Produksi CPO aktual (kg) 165, , , ,884 Produksi CPO dari RKAP (kg) 174, , , ,692 8 Rendemen Minyak (%) ALB Minyak Produksi (%) Kadar Air Minyak Produksi (%) Kadar Kotoran Minyak Produksi (%) Produksi Inti Sawit Aktual (kg) 34,920 37,350 30, ,880 Produksi Inti Sawit dari RKAP (kg) 36,243 37,250 27, , Rendemen Inti Sawit (%) ALB Inti Produksi (%) Kadar Air Inti Produksi (%) Kadar Kotoran Inti Produksi (%) Total Kehilangan CPO (%) Total kehilangan Inti Sawit (%)

5 5. Data operasional PMS Gunung Meliau tanggal 22 Maret 2011 s.d. 26 Maret 2011 Buah Diterima No Uraian Target (22/03/2011) (23/03/2011) (24/03/2011) (25/03/2011) (26/03/2011) 1 Buah Diterima 440, , , , ,400 Gunung Meliau (kg) 209, , , , ,410 Kebun Inti Sungai Dekan (kg) 80,710 82,220 76,860 74,540 77,930 Gunung Mas (kg) 150, , , , ,060 Kebun Plasma (kg) 9,400 2,560 4,160 5,110 5,580 Pihak Ketiga (kg) 55,040 58, , , ,380 Jumlah (kg) 505, , , , ,360 2 Buah Restan Awal (kg) 129, , , , ,180 Total TBS Hari Ini (kg) 634, , , , ,540 3 Buah Diolah (kg) 425, , , , ,000 4 Buah Restan akhir (kg) 209, , , , ,540 Jam Kerja (jam) Jam Mulai Pengolahan (Jam) Jam Stop Pengolahan (Jam) ,15 6 Kapasitas Olah (TBS /Jam) 53,125 53,000 55,000 52,417 53,659 7 Produksi CPO aktual (kg) 90, , , , ,839 Produksi CPO dari RKAP (kg) 97, , , , ,462 8 Rendemen Minyak (%) ALB Minyak Produksi (%) Kadar Air Minyak Produksi (%) Kadar Kotoran Minyak Produksi (%) Produksi Inti Sawit Aktual (kg) 20,430 24,930 28,350 23,670 23,400 Produksi Inti Sawit dari RKAP (kg) 20,058 22,570 25,844 22,120 25, Rendemen Inti Sawit (%) ALB Inti Produksi (%) Kadar Air Inti Produksi (%) Kadar Kotoran Inti Produksi (%) Total Kehilangan CPO (%) Total kehilangan Inti Sawit (%)

6 6. Data operasional PMS Gunung Meliau tanggal 28 Maret 2011 s.d. 01 April 2011 Buah Diterima No Uraian Target (28/03/2011) (29/03/2011) (30/03/2011) (31/03/2011) (1/04/2011) 1 Buah Diterima 552, , , , ,840 Gunung Meliau (kg) 258, , , , ,480 Kebun Inti Sungai Dekan (kg) 111, ,410 96,280 85,330 69,950 Gunung Mas (kg) 182, , , , ,410 Kebun Plasma (kg) 2,870 11,030 32,550 37,880 6,580 Pihak Ketiga (kg) 346, , , , ,200 Jumlah (kg) 902, , , , ,620 2 Buah Restan Awal (kg) 168, , , , ,320 Total TBS Hari Ini (kg) 1,070, , , , ,940 3 Buah Diolah (kg) 900, , , , ,000 4 Buah Restan akhir (kg) 170, , , , ,940 Jam Kerja (jam) Jam Mulai Pengolahan (Jam) Jam Stop Pengolahan (Jam) Kapasitas Olah (TBS /Jam) 52,941 56,181 55,125 50,000 54,000 7 Produksi CPO aktual (kg) 192, , , ,075 98,646 Produksi CPO dari RKAP (kg) 202, , , , ,647 8 Rendemen Minyak (%) ALB Minyak Produksi (%) Kadar Air Minyak Produksi (%) Kadar Kotoran Minyak Produksi (%) Produksi Inti Sawit Aktual (kg) 37,080 29,610 27,900 25,740 19,530 Produksi Inti Sawit dari RKAP (kg) 41,870 34,199 31,044 25,759 21, Rendemen Inti Sawit (%) ALB Inti Produksi (%) Kadar Air Inti Produksi (%) Kadar Kotoran Inti Produksi (%) Total Kehilangan CPO (%) Total kehilangan Inti Sawit (%)

7 5.1.2 Distribusi penerimaan TBS PMS Gunung Meliau periode Maret Distibusi penerimaan TBS PMS Gunung Meliau tanggal 01 Maret 2011 s.d. 11 Maret 2011 Tanggal 01/03/ /03/ /03/ /03/ /03/ /03/ /03/ /03/ /03/ /03/2011 Kebun TOTAL (Kg) Gunung Meliau 0 8,110 29, ,600 30,740 23,400 24,640 4, ,480 Sungai Dekan ,390 29,000 23,150 12,680 5, ,120 Gunung Mas 4, ,110 19,040 12,770 18,180 7,030 6, ,520 Plasma 0 0 2,180 2, , ,240 Pihak Ketiga 10,240 21,040 12,030 30,020 3,530 14,970 63,280 26, ,620 Gunung Meliau ,880 71,220 30,610 16,240 14,090 6, ,370 Sungai Dekan 0 0 5,180 46,590 17,360 5,680 14,680 6, ,680 Gunung Mas 6, ,620 34,530 19,430 6,350 19,580 18,740 7, ,200 Plasma ,790 6,500 10,500 3, ,460 Pihak Ketiga 22,670 2,480 16,930 11,720 13,380 3,810 11,820 33,140 48, ,290 Gunung Meliau 4, ,680 92,650 36,920 11,210 6, ,460 Sungai Dekan 0 0 5,340 41,190 30,180 20,320 4, ,650 Gunung Mas 0 0 5,170 39,830 37,120 20, ,000 Plasma 0 0 2, ,560 Pihak Ketiga 20,800 27,330 33, ,780 1,990 54, ,840 Gunung Meliau ,780 57,610 35, , ,340 Sungai Dekan 0 0 4,800 52,310 25,600 5, ,290 Gunung Mas 5, ,310 23,370 30,350 11,750 13, ,550 Plasma 0 0 3,560 4, ,700 Pihak Ketiga 6,570 8,930 14,520 18,610 13,780 21,350 27, ,400 Gunung Meliau ,710 6,820 6, ,240 Sungai Dekan Gunung Mas 0 0 5,670 21,340 25, , ,260 Plasma , ,450 Pihak Ketiga Gunung Meliau 12,800 16,940 52, ,210 50,520 13,460 7, ,870 Sungai Dekan ,290 38,810 15,770 11, ,230 Gunung Mas 11,360 11,790 14,610 34,380 10,700 59, ,100 Plasma 0 4, ,030 4,860 15, ,130 Pihak Ketiga 37,440 30,510 26,810 17,120 53,660 78, ,990 Gunung Meliau 0 4,770 28,340 66,530 60,800 34, ,760 Sungai Dekan ,910 57,540 11,730 11, ,220 Gunung Mas 0 4, ,030 44,100 31,590 22, ,900 Plasma 0 5,000 5,580 4,230 10,000 3, ,230 Pihak Ketiga 16,870 7,610 14,190 5,390 17,960 31,870 13, ,000 Gunung Meliau ,940 76,970 39,170 45,620 11, ,150 Sungai Dekan ,130 35,990 30,480 11,400 22, ,980 Gunung Mas 0 6, ,080 36,250 27,860 25, ,970 Plasma 1,050 8,560 1,690 4,360 4,900 2,270 3, ,400 Pihak Ketiga 8,550 14,630 19,180 11,920 25,970 13,220 43, ,460 Gunung Meliau ,540 71,910 53,090 20,910 11, ,860 Sungai Dekan ,140 37,890 33, , ,040 Gunung Mas ,600 61,290 8,030 16, ,870 Plasma 0 0 2,680 3,250 11, ,980 4, ,630 Pihak Ketiga 10,540 8,610 17,570 20,470 15,430 26,910 26, ,490 Gunung Meliau ,140 71,790 6,410 26, ,480 Sungai Dekan ,750 10,340 6,520 4, ,660 Gunung Mas 0 3, ,510 35,670 27,430 19, ,190 Plasma 0 0 4,340 7,320 1,340 10, ,160 Pihak Ketiga 26,210 4,660 25,840 15,050 16,760 30,790 43, ,400 30

8 2. Distibusi penerimaan TBS PMS Gunung Meliau tanggal 12 Maret 2011 s.d. 21 Maret 2011 Tanggal 12/03/ /03/ /03/ /03/ /03/ /03/ /03/ /03/ /03/ /03/2011 Kebun TOTAL (Kg) Gunung Meliau 0 5,450 29,130 82,660 59, , ,300 Sungai Dekan ,300 27,780 16,060 4,390 10, ,850 Gunung Mas 0 0 5,010 68,700 36, , ,420 Plasma 2,540 13,970 3,040 2, ,060 14, ,840 Pihak Ketiga 18,830 13,090 8,100 41,780 17,620 5,240 72, ,670 Gunung Meliau ,290 54,240 18, ,150 Sungai Dekan ,420 6, ,840 Gunung Mas Plasma Pihak Ketiga Gunung Meliau ,720 61,320 77,830 11,280 24,310 21, ,800 Sungai Dekan ,420 12,210 7,280 18,100 14, ,150 Gunung Mas 7,600 10,080 15,770 51,620 34,670 5,630 23,400 6, ,000 Plasma 2, , ,620 6,640 11,470 3, ,080 Pihak Ketiga 85,640 57,530 55,150 26,190 28,820 21,360 48,380 35, ,590 Gunung Meliau 0 3,860 26, ,040 27,830 27,270 13,820 11, ,410 Sungai Dekan 0 0 4,980 48,050 14,720 4, ,740 Gunung Mas ,150 33,290 42,880 18,830 4, ,110 Plasma 0 4,840 3,410 12, ,350 7, ,690 Pihak Ketiga 31,750 44,830 30,000 32,240 41,510 33,220 90,340 21, ,200 Gunung Meliau ,770 78,510 44,670 49,840 25, ,700 Sungai Dekan ,810 45,230 24,740 5,320 17, ,970 Gunung Mas ,670 61,980 24,760 23,210 10, ,420 Plasma 2,390 6,900 9, ,600 10,900 2, ,610 Pihak Ketiga 17,110 34,800 19,070 31,390 16,750 51,250 40, ,050 Gunung Meliau ,330 64,360 27,850 36,850 21,330 27,120 5, ,090 Sungai Dekan ,510 22,700 20,880 17,440 14, ,230 Gunung Mas 11,730 13,600 6,890 23,530 11,350 35,830 25,960 22, ,360 Plasma 2,200 7,670 20,020 11,729 6,940 4,530 13,570 10,100 14,910 91,669 Pihak Ketiga 19,260 17,260 27,240 29,170 15,680 4,020 23,310 62,880 30, ,170 Gunung Meliau 5,070 3,400 28,010 96,650 35,460 25,430 4,630 4, ,560 Sungai Dekan ,430 26,050 31,040 12,430 5,230 5, ,900 Gunung Mas 14, ,000 47,070 34,840 12,990 11,310 6, ,990 Plasma 6,280 6,140 28,300 15,620 11,240 7,340 5,410 6, ,860 Pihak Ketiga 33,080 18,460 24,340 30,120 17,150 41,380 22,660 59, ,440 Gunung Meliau ,700 83,110 64,690 9, ,280 Sungai Dekan 0 0 6,160 58,500 15, , ,130 Gunung Mas 11, ,220 46,340 21,040 22, ,200 Plasma 13,030 15,000 10,690 3,280 4,840 4,900 3, ,100 Pihak Ketiga 40,370 6,640 15,720 26,110 26,730 57,550 7, ,980 Gunung Meliau ,550 72,790 50, ,240 Sungai Dekan 0 0 5,510 7,680 10, ,400 Gunung Mas ,340 4,510 4, ,460 Plasma , ,410 Pihak Ketiga Gunung Meliau ,700 34,030 30,600 32, , ,010 Sungai Dekan ,840 14,900 4, ,710 Gunung Mas ,150 57,540 17, ,730 Plasma 0 0 9,510 5, ,700 Pihak Ketiga 33,100 17,440 25, ,130 35, ,820 31

9 3. Distibusi penerimaan TBS PMS Gunung Meliau tanggal 22 Maret 2011 s.d. 01 April 2011 Tanggal 22/03/ /03/ /03/ /03/ /03/ /03/ /03/ /03/ /03/ /04/2011 Kebun TOTAL (Kg) Gunung Meliau 0 2,930 36,250 57,210 65,510 33,940 14, ,990 Sungai Dekan ,550 26,490 27, , ,770 Gunung Mas ,370 46,290 36,680 42,760 6, ,010 Plasma , , ,400 Pihak Ketiga 3, ,450 9,710 25,210 5, ,040 Gunung Meliau ,030 74,670 44,130 50,820 4, ,070 Sungai Dekan ,160 41, ,220 Gunung Mas ,880 16,200 54, ,230 Plasma , ,560 Pihak Ketiga ,150 14,480 29,860 9, ,310 Gunung Meliau 4, ,020 49,040 67,680 36, ,750 Sungai Dekan 0 4,480 4,830 51,080 9,760 6, ,860 Gunung Mas 5,320 6,910 13,860 46,240 17,360 29,480 2, ,399 Plasma 4, ,160 Pihak Ketiga 21,110 14,040 14,850 24,190 20,150 9,490 17, ,980 Gunung Meliau 0 5,110 21,980 54,460 69, , ,960 Sungai Dekan ,610 20,770 30,520 6, ,540 Gunung Mas ,520 53, , ,610 Plasma , ,110 Pihak Ketiga 6,340 4,680 17,370 25,180 24,660 36,880 14, ,600 Gunung Meliau 0 9,560 32,370 49,650 74,240 6,530 11, ,410 Sungai Dekan ,480 29,430 18,080 12, ,166 Gunung Mas 6, ,920 37,280 42,040 27,040 4, ,030 Plasma , ,580 Pihak Ketiga 0 3,920 32,380 2,710 26,470 52,960 12, ,380 Gunung Meliau 0 10,980 54,380 28,470 79,420 43,210 41, ,750 Sungai Dekan 0 0 5,840 3,860 38,440 10,350 4,470 13, ,130 Gunung Mas 11,860 30,690 5,350 54,560 16,730 6,850 26,610 30, ,870 Plasma 0 0 2, ,870 Pihak Ketiga 88,400 45,190 41,410 11,920 43,460 9,370 39,820 53, ,530 Gunung Meliau 5,330 6,710 9, ,650 78,030 19,450 20,640 4, ,930 Sungai Dekan ,770 44,010 36, , ,410 Gunung Mas ,050 36,060 55,990 21,130 11, ,060 Plasma 5, , , ,030 Pihak Ketiga 24,180 4,620 14,990 22,480 29,910 36,920 60,940 24, ,830 Gunung Meliau , ,660 24,240 57,010 4, ,710 Sungai Dekan 0 0 9,020 52,710 30,890 3, ,280 Gunung Mas 10, ,480 30,710 21,710 45,190 15, ,010 Plasma 0 3, ,930 4,030 3, ,550 Pihak Ketiga 21,180 12,140 13,070 15,220 12,610 48,710 40, ,730 Gunung Meliau ,520 84,570 67,170 24, ,390 Sungai Dekan ,560 53,880 8,730 6,680 5, ,330 Gunung Mas ,880 54,670 29, ,680 Plasma 5,950 5,760 14,530 7,040 1, , ,880 Pihak Ketiga 27,150 7,400 15,450 15,550 20,440 46,480 22, ,900 Gunung Meliau ,740 86,770 39,550 3, ,780 Sungai Dekan ,860 45,980 13, ,950 Gunung Mas 0 0 7,540 47,270 35,330 17, ,410 Plasma 0 3, , ,580 Pihak Ketiga 15,490 6,740 10,930 12,800 26,040 38, ,200 32

10 5.1.3 Persentase distribusi penerimaan fraksi TBS di PMS Gunung Meliau periode Maret Persentase distribusi penerimaan fraksi TBS PMS Gunung Meliau tanggal 01 Maret 2011 s.d. 05 Maret 2011 Fraksi (1/03/2011) (2/03/2011) (3/03/2011) (4/03/2011) (5/03/2011) T. Kosong Brondolan Sampah T. Panjang Persentase distribusi penerimaan fraksi TBS PMS Gunung Meliau tanggal 07 Maret 2011 s.d. 11 Maret 2011 Fraksi (07/03/2011) (08/03/2011) (09/03/2011) (10/03/2011) (11/03/2011) T. Kosong Brondolan Sampah T. Panjang Persentase distribusi penerimaan fraksi TBS PMS Gunung Meliau tanggal 12 Maret 2011 s.d. 16 Maret 2011 Fraksi (12/03/2011) (13/03/2011) (14/03/2011) (15/03/2011) (16/03/2011) 00 1,29 0,00 0,32 0,75 1,36 0 3,07 0,00 2,51 2,36 2, ,86 0,00 32,73 26,98 35, ,14 0,00 26,43 25,88 23, ,48 0,00 18,83 21,14 18, ,05 0,00 11,78 13,96 10,87 5 5,46 0,00 7,02 8,12 6,87 T. Kosong 0,64 0,00 0,37 0,83 0,46 Brondolan 7,04 0,00 7,07 7,53 7,16 Sampah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 T. Panjang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 33

11 4. Persentase distribusi penerimaan fraksi TBS PMS Gunung Meliau tanggal 17 Maret 2011 s.d. 21 Maret 2011 Fraksi (17/03/2011) (17/03/2011) (18/03/2011) (19/03/2011) (21/03/2011) 00 1,12 1,10 1,73 1,04 0,42 0 3,24 2,95 2,54 3,05 2, ,64 33,13 32,39 28,12 29, ,64 26,30 27,39 25,14 26, ,33 18,30 13,63 18,98 21, ,42 11,25 11,03 14,20 11,82 5 7,08 6,41 5,09 7,41 7,27 T. Kosong 0,53 0,56 0,33 2,08 0,62 Brondolan 7,01 7,26 7,93 7,05 6,60 Sampah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 T. Panjang 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5. Persentase distribusi penerimaan fraksi TBS PMS Gunung Meliau tanggal 22 Maret 2011 s.d. 26 Maret 2011 Fraksi (22/03/2011) (23/03/2011) (24/03/2011) (25/03/2011) (26/03/2011) T. Kosong Brondolan Sampah T. Panjang Persentase distribusi penerimaan fraksi TBS PMS Gunung Meliau tanggal 28 Maret 2011 s.d. 01 April 2011 Fraksi (28/03/2011) (29/03/2011) (30/03/2011) (31/03/2011) (01/04/2011) T. Kosong Brondolan Sampah T. Panjang

12 5.1.4 Rendemen maksimal yang mungkin diperoleh berdasarkan fraksi TBS yang dipanen periode Maret 2011 Tanggal Fraksi TOTAL (%) (01/03/2011) (02/03/2011) (03/03/2011) (04/03/2011) (05/03/2011) (07/03/2011) (08/03/2011) (09/03/2011) (10/03/2011) (11/03/2011) (12/03/2011) (13/03/2011) (14/03/2011) (15/03/2011) (16/03/2011) (17/03/2011) (18/03/2011) (19/03/2011) (20/03/2011) (21/03/2011) (22/03/2011) (23/03/2011) (24/03/2011) (25/03/2011) (26/03/2011) (28/03/2011) (29/03/2011) (30/03/2011) (31/03/2011) (01/04/2011)

13 5.1.5 Kadar Betakaroten dari sampel khusus di Kebun Inti Gunung Mas Baris 4/ pohon 6 Ulangan1 ( berat sampel = 0.11 g, Absorbansi = , volume pelarut = 25 ml) TB1 = x 383 x 25 = ppm 100 x 0.11 Ulangan2 ( berat sampel = 0.11 g, Absorbansi = , volume pelarut = 25 ml) TB1 = x 383 x 25 = ppm 100 x 0.11 Ratarata = ppm Baris 7/ pohon 4 Ulangan1 ( berat sampel = 0.11 g, Absorbansi = , volume pelarut = 25 ml) TB1 = x 383 x 25 = ppm 100 x 0.11 Ulangan2 ( berat sampel = 0.11 g, Absorbansi = , volume pelarut = 25 ml) TB1 = x 383 x 25 = ppm 100 x 0.11 Ratarata = ppm Baris 5/ pohon 6 Ulangan1 ( berat sampel = 0.10 g, Absorbansi = , volume pelarut = 25 ml) TB1 = x 383 x 25 = ppm 100 x 0.10 Ulangan2 ( berat sampel = 0.11 g, Absorbansi = , volume pelarut = 25 ml) TB1 = x 383 x 25 = ppm 100 x 0.11 Ratarata = ppm Baris 7/ pohon 2 Ulangan1 ( berat sampel = 0.11 g, Absorbansi = , volume pelarut = 25 ml) TB1 = x 383 x 25 = ppm 100 x 0.11 Ulangan2 ( berat sampel = 0.12 g, Absorbansi = , volume pelarut = 25 ml) TB1 = x 383 x 25 = ppm 100 x 0.12 Ratarata = ppm Kontrol Ulangan1 ( berat sampel = 0.12 g, Absorbansi = , volume pelarut = 25 ml) TB1 = x 383 x 25 = 428.8ppm 100 x 0.12 Ulangan2 ( berat sampel = 0.12 g, Absorbansi = , volume pelarut = 25 ml) TB1 = x 383 x 25 = ppm 100 x 0.12 Ratarata = ppm 36

14 5.2 Pembahasan Keunggulan kompetitif dalam industri CPO dan inti sawit dapat dicapai bila rantai kegiatan dari kebun hingga konsumen terkelola dengan baik secara nilai maupun biaya. Rantai kegiatan tersebut pada hakekatnya merupakan rantai pasokan yang mengalirkan bahan baku buah sawit dari kebun menuju pabrik kemudian diolah menjadi CPO dan inti sawit, ditimbun dalam tangki dan gudang penyimpanan, dipasok ke konsumen industri, didistribusikan ke retailer hingga sampai ke tangan konsumen akhir. Penelitian dengan melakukan pendekatan melalui sistem Suppy Chain Managemet (SCM) menitikberatkan pada proses yang menjamin keluarnya Tandan Buah Segar (TBS) dari kebun hingga menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit dengan kualitas dan produktivitas yang tinggi. Proses ini meliputi manajemen panen, transportasi kebun menuju pabrik, manajemen pabrik, sistem pengolahan, hingga penyimpanan CPO dan inti sawit. Sistem ini diharapkan dapat menstimulasikan keunggulan kompetitif dari produkproduk yang dihasilkan PMS Gunung Meliau. Keunggulan kompetitif dapat terwujud melalui keunggulan nilai dan keunggulan produktivitas. Keunggulan nilai dapat dicapai melalui proses yang menjamin dihasilkannya karakter produk berkualitas tinggi yang diinginkan konsumen. Keunggulan produktivitas tercermin dari volume produksi yang tinggi dengan proses berbiaya rendah tiap unitnya. Perusahaan berbasis kelapa sawit berpotensi meningkatkan keunggulan produktivitasnya melalui peningkatan produksi TBS, peningkatan rendemen, pengurangan losis produksi, dan pengoptimalan jam kerja karyawan. Diagram Ishikawa keunggulan kompetitif dapat dilihat pada gambar 8. ALB Air Kualitas Keunggulan Nilai Kotoran Keunggulan Kompetitif Cost Per Palm Product Keunggulan Produktivitas Gambar 8. Diagram Ishikawa yang menunjukkan keunggulan kompetitif pada perusahaan berbasis perkebunan kelapa sawit. Penelitian ini membatasi objek pada kebun penyuplai TBS dan PMS Gunung Meliau. PMS Gunung Meliau adalah salah satu pabrik pengolah CPO dan inti sawit terbesar yang dimiliki oleh PTPN XIII. PMS Gunung Meliau ini berada di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. PMS Gunung Meliau menerima TBS dari beberapa kebun seperti kebun inti Gunung Meliau, kebun inti Sungai Dekan, kebun inti Gunung Mas, kebun plasma, dan kebun milik pihak ketiga. PMS Gunung Meliau memiliki kapasitas produksi 60 ton TBS/ jam. Produkproduk yang dihasilkan seperti CPO dan inti sawit ditujukan untuk memenuhi permintaan dalam negeri. Berdasarkan kecenderungan data mutu dan produksi, hingga saat ini PMS Gunung Meliau sulit menghasilkan CPO dan inti sawit dengan kualitas tinggi dengan cost per palm product yang rendah. Kualitas dan cost per palm product yang didapat selama ini bersifat fluktuatif. Kondisi tersebut tentu tidak diharapkan karena dapat menurunkan kepercayaan konsumen dan menurunkan keuntungan perusahaan. 37

15 Ratarata persentase kadar ALB CPO produksi adalah sebesar % dan melebihi standar maksimal yang telah ditetapkan oleh perusahaan yaitu sebesar 3.5 %. Ratarata persentase kadar air CPO produksi adalah sebesar % dan melebihi standar maksimal yang telah ditetapkan oleh perusahaan yaitu sebesar 0.15 %. Ratarata persentase kadar kotoran CPO produksi adalah sebesar 0.02 % dan sama dengan standar maksimal yang telah ditetapkan oleh perusahaan yaitu sebesar 0.02 %. Ratarata persentase kadar ALB inti sawit produksi adalah sebesar % dan berada dibawah standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan yaitu sebesar 2.00%, Ratarata persentase kadar air inti sawit produksi sebesar % dan melebihi standar maksimal yang telah ditetapkan oleh perusahaan yaitu sebesar 7.00%. Ratarata persentase kadar kotoran inti sawit produksi sebesar 9.10 % dan melebihi standar maksimal yang telah ditetapkan oleh perusahaan yaitu sebesar 6.00%. Dari datadata tersebut, hanya ratarata persentase kadar kotoran CPO yang sama dengan standar maksimal dan hanya ratarata persentase kadar ALB inti sawit yang berada dibawah standar maksimal yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Namun ditinjau secara harian, persentase kadar kotoran CPO produksi yang dihasilkan bersifat fluktuatif dan terdapat kecenderungan melebihi standar maksimalnya, sedangkan persentase kadar ALB inti sawit lebih rendah dari standar maksimalnya karena inti sawit memang bersifat lebih tahan terhadap cahaya, suhu, dan udara yang dapat mempengaruhi kenaikan ALB seperti yang dialami oleh CPO. Grafik persentase kadar ALB, kadar air, dan kadar kotoran CPO dan inti sawit bertuutturut dapat dilihat pada gambar 9, 10, 11, 12, 13, dan 14. % 5,000 4,500 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 0,500 0,000 Kadar ALB Minyak Sawit Produksi Standar ALB Minyak Sawit Gambar 9. Grafik persentase kadar ALB minyak sawit periode Maret

16 0,400 % 0,350 0,300 0,250 0,200 0,150 0,100 0,050 0,000 Kadar Air Minyak Sawit Produksi Standar Kadar Air Minyak Sawit Gambar 10. Grafik persentase kadar air minyak sawit periode Maret 2011 % 0,022 0,021 0,021 0,020 0,020 0,019 0,019 0,018 Kadar Kotoran Minyak Sawit Produksi Standar Kadar Kotoran Minyak Sawit Gambar 11. Grafik persentase kadar kotoran minyak sawit periode Maret ,500 % 2,000 1,500 1,000 0,500 0,000 Kadar ALB Inti Sawit Produksi Standar Kadar ALB Inti Sawit Gambar 12. Grafik persentase kadar ALB inti sawit periode Maret

17 % 8,200 8,000 7,800 7,600 7,400 7,200 7,000 6,800 6,600 6,400 Kadar Air Inti Sawit Produksi Standar Kadar Air Inti Sawit Gambar 13. Grafik persentase kadar air inti sawit periode Maret 2011 % 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 0,000 Kadar Kotoran Inti Sawit Produksi Standar Kadar Kotoran Inti Sawit Gambar 14. Grafik persentase kadar kotoran inti sawit periode Maret 2011 Sementara itu, produktivitas yang diperoleh selama periode Maret 2011 tidak dapat memenuhi target perusahaan. Dari data tersebut, ratarata persentase rendemen CPO produksi hanya sebesar % dan berada dibawah target perusahaan yaitu sebesar 22.5 %. Ratarata persentase total kehilangan CPO produksi sebesar % dan melebihi standar maksimal yang telah ditetapkan perusahaan yaitu sebesar 1.65 %. Ratarata persentase rendemen inti sawit produksi hanya sebesar % dan berada di bawah target perusahaan yaitu sebesar 4.8 %. Ratarata persentase total kehilangan inti sawit produksi sebesar % dan melebihi standar maksimal yang telah ditetapkan oleh perusahaan yaitu sebesar 0.6 %. Selama proses produksi, ratarata persentase CPO yang dihasilkan dibandingkan dengan RKAP sebesar % sehingga ratarata persentase CPO yang tidak dapat diraih sebesar %. Grafik persentase rendemen, total kehilangan minyak sawit dan inti sawit serta persentase CPO yang dihasilkan dibandingkan dengan RKAP dapat dilihat pada gambar 15, 16, 17, 18, dan

18 23,000 % 22,500 22,000 21,500 Rendemen Minyak Sawit Produksi 21,000 20,500 20,000 Target Rendemen Minyak Sawit Gambar 15. Grafik persentase rendemen minyak sawit periode Maret 2011 % 1,720 1,710 1,700 1,690 1,680 1,670 1,660 1,650 1,640 1,630 1,620 Total Kehilangan Minyak Sawit Produksi Standar Total Kehilangan Minyak Sawit Gambar 16. Grafik persentase total kehilangan minyak sawit produksi periode Maret

19 6,000 % 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0,000 Rendemen Inti Sawit Produksi Target Rendemen Inti Sawit Gambar 17. Grafik persentase rendemen inti sawit periode Maret ,660 % 0,640 0,620 0,600 0,580 0,560 0,540 0,520 0,500 Total Kehilangan Inti Sawit Produksi Standar Total Kehilangan Inti Sawit Gambar 18. Grafik persentase total kehilangan inti sawit periode Maret

20 777 7 % CPO Yang Dihasilkan % CPO Yang Tidak Dapat Diraih (01/03/2011) (02/03/2011) (03/03/2011) (04/03/2011) (05/03/2011) (07/03/2011) (08/03/2011) (09/03/2011) (10/03/2011) (11/03/2011) (12/03/2011) (13/03/2011) (14/03/2011) (15/03/2011) (16/03/2011) (17/03/2011) (18/03/2011) (19/03/2011) (20/03/2011) (21/03/2011) (22/03/2011) (23/03/2011) (24/03/2011) (25/03/2011) (26/03/2011) (28/03/2011) (29/03/2011) (30/03/2011) (31/03/2011) (01/04/2011) Gambar 19. Grafik persentase CPO yang dihasilkan dibandingkan dengan RKAP periode Maret 2011 Hasil data yang diperoleh menunjukkan bahwa kualitas CPO dan inti sawit yang dihasilkan dan cost per palm product di PMS Gunung Meliau belum dapat memenuhi harapan dari perusahaan. Persentase kadar ALB, kadar air, dan kadar kotoran dari CPO dan inti sawit yang tidak sesuai dengan harapan dapat memicu turunnya kepercayaan konsumen pada produkproduk hasil olahan PTPN XIII khususnya di PMS Gunung Meliau, sedangkan rendahnya persentase rendemen dan tingginya total kehilangan CPO dan inti sawit dapat menurunkan tingkat keuntungan dari perusahaan karena meningkatkan cost per palm product pada tiap proses pengolahan. Halhal seperti ini harus segera diatasi untuk mencegah respon negatif yang akan muncul dikemudian hari. Untuk mengatasi kasus yang terjadi di PMS Gunung Meliau, diperlukan suatu identifikasi mendalam untuk menemukan faktorfaktor permasalahan yang menjadi penyebab rendahnya kualitas CPO dan inti sawit dan tingginya cost per palm product. Identifikasi permasalahan dilakukan dengan pendekatan secara survei dan observasi di lapangan sepanjang rantai produksi bahan baku hingga menjadi produk akhir. Survei dan observasi awal dilakukan di kebun penyuplai TBS hingga ke PMS Gunung Meliau seperti kebun inti Gunung Meliau, kebun inti Gunung Mas, kebun inti Sungai Dekan, kebun plasma, dan kebun dari pihak ketiga. Selain itu, dilakukan pula observasi pada kondisi jalan penghubung dari kebun menuju pabrik beserta transportasi yang digunakan selama pengangkutan. Dan yang terakhir adalah observasi kondisi PMS Gunung Meliau yang menghasilkan CPO dan inti sawit. Survei dan observasi kebun meliputi sistem manajemen kebun, tata cara pemanenan, sistem perawatan tanaman menghasilkan dan tanaman belum menghasilkan, sistem premi, kondisi lingkungan, kondisi jalan, jarak dari kebun menuju pabrik, sistem pengangkutan TBS, jumlah TBS yang dikirimkan, luas areal kebun, luas areal tanaman menghasilkan, dan luas areal tanaman belum menghasilkan/replanting. Survei dan observasi kondisi jalan penghubung meliputi kondisi jalan blok, kondisi jalan panen, kondisi jalan raya menuju pabrik, sistem pengiriman buah, jenis transportasi yang digunakan, dan manajemen pengiriman. Survei dan observasi yang dilakukan di PMS Gunung Meliau meliputi sistem manajemen pabrik, sistem penerimaan TBS, sistem sortasi, waktu pengolahan TBS, proses pengolahan TBS menjadi CPO dan inti sawit, sistem pembersihan pabrik, dan perawatan alatalat produksi. 43

21 5.2.1 Keunggulan Nilai 1) Asam Lemak Bebas (ALB) Potensi pembentukan Asam Lemak Bebas (ALB) pada CPO lebih besar dibandingkan dengan potensi pembentukan ALB pada inti sawit. Hal ini dikarenakan CPO lebih mudah terpapar akan faktorfaktor pemicu terbentuknya ALB dibandingkan dengan inti sawit. Persentase kadar ALB yang tinggi pada minyak sawit disebabkan oleh beberapa faktor selama proses pemanenan, pengangkutan, dan pengolahan TBS. Peningkatan kadar ALB telah dimulai sejak proses pemanenan di kebun. Identifikasi permasalahan akan tingginya ALB CPO dapat dilihat pada gambar 20. Transportasi Kondisi Jalan Buah Luka Selama transportasi Waktu Selama Transportasi Buah Restan di Kebun Waktu Pengangkutan Buah Luka Selama Pemanenan Penyimpanan CPO dan Inti Sawit Buah Restan di pabrik Pabrik Proses Pengolahan Buah Luka di Loading Ramp ALB Kebun Fraksi Buah Gambar 20. Diagram Ishikawa yang menunjukkan identifikasi permasalahan tingginya kadar ALB CPO produksi PMS Gunung Meliau periode Maret 2011 Secara umum sistem pemanenan TBS telah melalui verifikasi oleh PTPN XIII dan diaplikasikan pada setiap kebun inti. Aplikasi sistem pemanenan TBS disesuaikan dengan kondisi lingkungan masingmasing kebun. Hasil observasi di kebun inti Gunung Meliau, kebun inti Sungai Dekan, kebun inti Gunung Mas, dan kebun plasma menunjukkan kecenderungan permasalahan yang sama. Selama proses pemanenan, buruh panen menentukan TBS siap dipanen atau tidak apabila terdapat berondolan yang jatuh dengan minimal berondolan sebanyak tiga buah. Cara ini memudahkan buruh panen dalam menentukan TBS siap dipanen atau tidak, namun beresiko menghasilkan TBS yang belum matang atau bahkan terlalu matang. Proses panen yang sulit mengakibatkan buah luka. Buah luka akan menstimulasi enzim lipase untuk memecah minyak dan menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas. Buah yang telah dipanen kemudian dikumpulkan pada satu tempat yang dinamakan Tempat Penampungan Hasil (TPH). Dari hasil observasi, kondisi TPH kurang memadai karena hanya berupa tanah kosong sehingga dapat memicu percepatan terbentuknya ALB. Kenaikan ALB disebabkan adanya reaksi hidrolisis pada minyak menjadi gliserol dan ALB. Reaksi ini dipercepat dengan adanya faktor faktor panas, air, keasamaan, dan katalis (enzim). Rekasi pembentukan ALB CPO dapat dilihat pada gambar

22 Gambar 21. Reaksi pembentukan ALB minyak sawit (Anonim 2010) Kondisi TPH yang tidak memadai dimana terdapat lumpur atau timbunan air pada saat hujan akan mempercepat terbentuknya ALB. Hal ini diperparah apabila terjadi buah restan di TPH karena keterlambatan pemanenan sehingga truk pengangkut telah meninggalkan area tersebut atau keterlambatan pengangkutan buah. Buah yang direstan dalam waktu lama dengan kondisi lingkungan yang buruk akan mengakibatkan semakin banyak ALB yang terbentuk. Keterlambatan pemanenan dapat terjadi karena keterlambatan buruh panen atau kurangnya tenaga untuk memanen buah terutama pada saat panen raya. Keterlambatan pengangkutan buah dapat terjadi karena kondisi topografi kebun yang sulit untuk dijangkau. Jalan blok dan afdeling yang kecil dan buruk menyulitkan pengangkutan buah dengan menggunakan truk sehingga diperlukan sistem lansir yang memerlukan waktu lebih banyak. Pengangkutan yang tertahan pada salah satu TPH akan berdampak pada TPH berikutnya karena pengangkutan TBS di TPH tersebut memerlukan waktu yang lebih lama selama menunggu giliran. Ada banyaknya perusahaan pengangkut TBS semakin mempersulit koordinasi dalam sistem pengangkutan buah. Perusahaan yang berbeda tidak akan memback up pengangkutan buah apabila terjadi keterlambatan bila bukan areal kerjanya. Kondisi lebih buruk terjadi pada kebun pihak ketiga. Kebun pihak ketiga adalah kebun milik masyarakat yang mengirimkan TBS miliknya ke PMS Gunung Meliau setelah proses kontrak. Kondisi kebun, sistem pemanenan, dan kondisi TPH yang buruk di kebun pihak ketiga akan memicu terbentuknya ALB. TBS yang dihasilkan oleh kebun pihak ketiga lebih sering mengalami restan karena berat TBS hasil panen yang kecil. Pemilik kebun pihak ketiga merestan TBS hingga beratnya cukup untuk dikirim. Restan bahkan dapat terjadi hingga berharihari. Restan buah yang lama dan kondisi penyimpanan sementara TBS yang buruk milik kebun pihak ketiga akan memicu pembentukan ALB yang tinggi. Pada beberapa kondisi, truk mengangkut TBS melebihi kapasitas yang diperbolehkan. TBS disusun menumpuk hingga melebihi tinggi truk. Hal ini dapat menyebabkan TBS yang ditumpuk dibagian bawah mengalami luka. Pengangkutan TBS dilakukan apabila truk telah penuh dan biasanya pada saat siang hari. Jalan yang dilalui dari kebun menuju pabrik pun tidak memadai sehingga proses pengangkutan memerlukan waktu yang lebih lama. Cuaca yang panas, jalan yang buruk, dan TBS yang terluka karena tertimpa beban terlalu berat akan memicu proses pembentukan ALB selama pengiriman buah menuju PMS Gunung Meliau. Saat pengangkut TBS tiba menuju pabrik, TBS tidak dapat langsung diolah. Pengolahan TBS baru dapat dimulai apabila TBS yang diterima sudah berbobot minimal 100 ton. TBS akan direstan apabila bobot minimal belum mencukupi. Kondisi restan tidak hanya terjadi saat bobot minimal belum tercapai, tetapi juga pada saat buah yang datang melebihi kapasitas oleh pabrik. Pengiriman TBS dari kebunkebun inti, kebun plasma, dan kebun pihak ketiga yang tidak terkoordinasi dengan baik akan menyebabkan penumpukan TBS pada waktuwaktu tertentu. Penumpukan TBS ini akan menyebabkan buah restan hingga mendapat giliran untuk diolah. Peluang untuk terbentuknya ALB 45

23 semakin tinggi bila buah direstan dalam waktu lama dan kondisi buah yang telah terluka. Persentase jumlah TBS yang diolah dan direstan dapat dilihat pada gambar 22. % Buah Diolah Produksi % Buah Direstan Produksi (01/03/2011) (02/03/2011) (03/03/2011) (04/03/2011) (05/03/2011) (07/03/2011) (08/03/2011) (09/03/2011) (10/03/2011) (11/03/2011) (12/03/2011) (13/03/2011) (14/03/2011) (15/03/2011) (16/03/2011) (17/03/2011) (18/03/2011) (19/03/2011) (20/03/2011) (21/03/2011) (22/03/2011) (23/03/2011) (24/03/2011) (25/03/2011) (26/03/2011) (28/03/2011) (29/03/2011) (30/03/2011) (31/03/2011) (01/04/2011) Gambar 22. Persentase buah diolah periode Maret 2011 Bagian penting dalam proses pengolahan TBS menjadi CPO yang dapat menghentikan terbentuknya ALB adalah proses perebusan. Salah satu tujuan perebusan adalah menonaktifkan enzim lipase yang berperan dalam mengurai minyak secara hidrolisis menjadi gliserol dan ALB. Selain itu, perebusan juga bertujuan untuk menurunkan kadar air. Namun selama penyimpanan, CPO masih mengalami proses peningkatan ALB walaupun enzim lipase telah dirusak selama perebusan. peningkatan ALB disebabkan karena CPO masih mengandung air yang dapat memacu reaksi hidrolisis. Tercampurnya CPO yang baru dihasilkan dengan CPO grade rendah hasil pengutipan ulang dari bak Vat Pit dan Deoling Pond akan semakin mempercepat terbentuknya ALB. 2) Kadar Air Berbeda dengan kadar ALB, kadar air pada CPO dan inti sawit hanya disebabkan oleh faktorfaktor selama pengolahan. Faktorfaktor selama pemanenan dan pengangkutan buah seperti terjadinya hujan dan kelembaban udara yang tinggi tidak berefek terlalu besar pada tingkat kadar air karena dapat dikurangi selama proses pengolahan. Proses penurunan kadar air untuk CPO berbeda dengan proses penurunan kadar air inti sawit. Kadar air CPO diturunkan dengan menggunakan vacuum drier di stasiun klarifikasi, sedangkan kadar air pada inti sawit diturunkan dengan menggunakan kernel silo drier di stasiun kernel recovery. Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kadar air tergantung dari efisiensi dan kinerja alat vacuum drier untuk CPO dan kernel silo dryer untuk inti sawit. Identifikasi permasalahan pada tingginya kadar air CPO dan inti sawit dapat dilihat pada gambar

24 Suhu inlet CPO Vaccum Drier Kadar Air CPO Tingkat Kevakuman Lama Pengeringan Kualitas Kadar Air Kernel Silo Drier Kadar Air Inti Sawit Suhu Pengeringan Gambar 23. Diagram Ishikawa yang menunjukkan identifikasi permasalahan tingginya kadar air CPO dan inti sawit produksi PMS Gunung Meliau periode Maret 2011 Sebelum mengalami pengeringan, CPO masih mengandung air berkisar % sehingga perlu dikeringkan. Pengeringan ini bertujuan agar air tersebut tidak lagi berfungsi sebagai bahan pereaksi dalam reaksi hidrolisis. Untuk mengurangi air yang terkandung dalam CPO, pengeringan yang dilakukan tidak dapat melalui proses biasa karena dapat merusak CPO sehingga diperlukan proses pengeringan khusus. Pengeringan biasa dapat memicu proses oksidasi, kegosongan, dan perombakan karoten dalam minyak yang tidak disukai konsumen baik secara gizi maupun secara sensori. Pemanasan yang terlalu tinggi pada CPO dapat merangsang terjadinya proses oksidasi terutama jika minyak tersebut kontak dengan udara dan di dalam minyak terkandung prooksidant. Pemanasan yang berlebihan juga dapat menyebabkan kegosongan minyak sehingga dalam proses pemucatan akan lebih sulit dilakukan. PMS Gunung Meliau melakukan proses pengeringan CPO dengan menggunakan vacuum drier. Penurunan kadar air dengan vacuum drier hanya dilakukan dengan menurunkan tekanan CPO tanpa menggunakan proses pemanasan sama sekali. Dengan menurunnya tekanan, air yang terkandung di dalam CPO dapat dengan mudah menguap sehingga kadar air CPO dapat diturunkan hingga berkisar kurang dari 0.2 %. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kadar air akhir CPO dalam proses vacuum drying, antara lain : suhu minyak, kehampaan udara, dan interaksi suhu minyak dan kehampaan udara. Penurunan kadar air di dalam CPO semakin efektif apabila suhu CPO yang masuk semakin tinggi. Meskipun pemanasan tidak dilakukan dalam vacuum drier, suhu CPO dapat diatur di oil tank. Suhu akhir CPO dari oil tank sangat mempengaruhi efektivitas pengeringan di vacuum drier. Apabila suhu awal CPO saat masuk ke dalam vacuum drier terlalu rendah, air yang terkandung di dalam CPO tidak akan menguap secara maksimal. Namun apabila suhu terlalu tinggi, CPO akan mengalami kerusakan. Oleh karena itu, pengontrolan suhu di oil tank sebelum masuk oil purifier menjadi sangat penting. Selain itu, kehampaan udara juga mempengaruhi tingkat penguapan air di dalam CPO. Air akan lebih mudah menguap apabila kondisi dalam keadaan hampa udara. Kehampaan udara di dalam vacuum drier dipengaruhi oleh kemampuan pompa vacuum dan fluktuasi debit CPO yang masuk. Oleh karena itu, semakin hampa kondisi vacuum drier, semakin maksimal air yang dapat menguap. Begitu pula sebaliknya, semakin tidak hampa kondisi vacuum drier, air yang menguap tidak akan maksimal. Suhu dan kehampaan udara harus dikolaborasikan dengan tepat. Vacuum drier dianggap bekerja dengan baik apabila suhu awal CPO sesaat sebelum masuk berkisar ± 90 0 C dengan tekanan operasi 50 Torr atau sekitar 0,067 atm. 47

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan baku yang berkualitas akan meningkatkan kualitas dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat bervariasi dari satu

Lebih terperinci

VI. PENINGKATAN MUTU PRODUK KOMODITAS BERBASIS KELAPA SAWIT

VI. PENINGKATAN MUTU PRODUK KOMODITAS BERBASIS KELAPA SAWIT VI. PENINGKATAN MUTU PRODUK KOMODITAS BERBASIS KELAPA SAWIT QFD (Quality Function Deployment) adalah suatu alat untuk membuat pelaksanaan TQM (Total Quality Management) menjadi efektif untuk mentranslasikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk memperoleh minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil) dari daging buah dan inti sawit (kernel)

Lebih terperinci

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi mutu komoditas dan produk sawit ditentukan berdasarkan urutan rantai pasok dan produk yang dihasilkan. Faktor-faktor

Lebih terperinci

PEMBAHASAN (A) (B) (C) (D) Gambar 13. TBS Yang Tidak Sehat (A) Buah Mentah dan Abnormal, (B) Buah Sakit, (C) Buah Batu dan (D) Buah Matang Normal

PEMBAHASAN (A) (B) (C) (D) Gambar 13. TBS Yang Tidak Sehat (A) Buah Mentah dan Abnormal, (B) Buah Sakit, (C) Buah Batu dan (D) Buah Matang Normal PEMBAHASAN Kriteria Mutu Buah Sebagai Dasar Sortasi TBS Tandan buah segar yang diterima oleh pabrik hendaknya memenuhi persyaratan bahan baku, yaitu tidak menimbulkan kesulitan dalam proses ekstraksi minyak

Lebih terperinci

I. U M U M. TATA CARA PANEN.

I. U M U M. TATA CARA PANEN. LAMPIRAN : PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 17/Permentan/OT.140/2/2010 TANGGAL : 5 Pebruari 2010 TENTANG : PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDA BUAH SEGAR (TBS) KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN TATA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN 8 DAFTAR PUSTAKA...9 PROSES PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG. Oleh :

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG. Oleh : LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG Oleh : MARIA ULFA NIM.110 500 106 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan PANEN KELAPA SAWIT 1. Pengrtian Panen Panen adalah serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang panen sesuai criteria matang panen, mengumpulkan dan mengutipbrondolan serta menyusun tandan di

Lebih terperinci

2013, No.217 8

2013, No.217 8 2013, No.217 8 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14/Permentan/OT.140/2/2013 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN TATA CARA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lemaknya, minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat-linolenat. Minyak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lemaknya, minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat-linolenat. Minyak BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Kelapa Sawit Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa gliserol dengan asam lemak. Sesuai dengan bentuk bangun rantai asam lemaknya,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit 2.1.1 Sejarah Perkelapa Sawitan Mengenai daerah asal kelapa sawit terdapat beberapa pendapat. Pendapat pertama menyatakan bahwa kalapa sawit berasal dari

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Penetapan Target

PEMBAHASAN Penetapan Target 54 PEMBAHASAN Penetapan Target Tanaman kelapa sawit siap dipanen ketika berumur 30 bulan. Apabila memasuki tahap menghasilkan, tanaman akan terus berproduksi hingga umur 25 tahun. Pada periode tanaman

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis yang telah dilakukam maka simpulan dari penelitian ini adalah : 1. Bahan Baku. a. Pelaksanaan pengendalian kualitas penerimaan TBS (Tandan Buah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Agribisnis kelapa sawit membutuhkan organisasi dan manajemen yang baik mulai dari proses perencanaan bisnis hingga penjualan crude palm oil (CPO) ke

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen 3 TINJAUAN PUSTAKA Teknis Panen Panen merupakan rangkaian kegiatan terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Pelaksanaan panen perlu dilakukan secara baik dengan memperhatikan beberapa kriteria tertentu

Lebih terperinci

Lampiran 3 Klasifikasi ABC Lp3. Lampiran 4 Perhitungan Interval Waktu Lp4. Lampiran 5 Hasil Perhitungan Interval Waktu Lp5

Lampiran 3 Klasifikasi ABC Lp3. Lampiran 4 Perhitungan Interval Waktu Lp4. Lampiran 5 Hasil Perhitungan Interval Waktu Lp5 Lampiran 2 Data Harga Komponen.Lp2 Lampiran 3 Klasifikasi ABC Lp3 Lampiran 4 Perhitungan Interval Waktu Lp4 Lampiran 5 Hasil Perhitungan Interval Waktu Lp5 Lampiran 6 Menghitung MTTF Menggunakan Minitab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tandan buah segar (TBS) sampai dihasilkan crude palm oil (CPO). dari beberapa family Arecacea (dahulu disebut Palmae).

BAB I PENDAHULUAN. tandan buah segar (TBS) sampai dihasilkan crude palm oil (CPO). dari beberapa family Arecacea (dahulu disebut Palmae). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kelapa sawit merupakan sumber minyak nabati yang pada saat ini telah menjadi komoditas pertanian unggulan di negara Indonesia. Tanaman kelapa sawit dewasa ini

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen Kebutuhan tenaga panen untuk satu seksi (kadvel) panen dapat direncanakan tiap harinya berdasarkan pengamatan taksasi buah sehari sebelum blok tersebut akan dipanen. Pengamatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. A. Jenis atau Varietas Kelapa Sawit Jenis (varietas)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae Sub Famili

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka A. Minyak Sawit Bab II Tinjauan Pustaka Minyak sawit berasal dari mesokarp kelapa sawit. Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa gliserol dengan asam lemak. Sesuai

Lebih terperinci

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA BAB2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proses Pengolahan Kelapa Sawit Secara umum pengolahan kelapa sawit terbagi menjadi dua hasil akhir, yaitu pengolahan minyak kelapa sawit (CPO) dan pengolahan inti sawit (kernel).

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan (2014) Gambar 2 Perkembangan Produksi CPO Indonesia

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan (2014) Gambar 2 Perkembangan Produksi CPO Indonesia 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang berpotensi pada sektor pertanian. Wilayah Indonesia yang luas tersebar di berbagai wilayah dan kondisi tanahnya yang subur

Lebih terperinci

KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh : BAYU SUGARA NIM. 110500079 PROGRAM STUDI BUDIDAYA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) berasal dari negeria, Afrika barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari amerika

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROFIL MUTU MINYAK SAWIT KASAR Minyak sawit kasar (CPO) yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari PT Sinar Meadow Internasional Jakarta, PTPN VIII Banten, PT Wilmar

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate 48 PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate Dalam kegiatan agribisnis kelapa sawit dibutuhkan keterampilan manajemen yang baik agar segala aset perusahaan baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia,

Lebih terperinci

ANALISA KEBUTUHAN UAP PADA STERILIZER PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN LAMA PEREBUSAN 90 MENIT

ANALISA KEBUTUHAN UAP PADA STERILIZER PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN LAMA PEREBUSAN 90 MENIT ANALISA KEBUTUHAN UAP PADA STERILIZER PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN LAMA PEREBUSAN 90 MENIT Tekad Sitepu Staf Pengajar Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Abstrak Sterilizer

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 395/Kpts/OT.140/11/2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 395/Kpts/OT.140/11/2005 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 395/Kpts/OT.140/11/2005 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDAN BUAH SEGAR (TBS) KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia dilihat dari aspek kontribusinya terhadap PDB, penyediaan lapangan kerja, penyediaan penganekaragaman menu makanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tahun BAB I PENDAHULUAN Penelitian menjelaskan bagaimana sistem informasi manajemen rantai pasok minyak sawit mentah berbasis GIS dirancang. Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang penelitian, perumusan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaesis Guineses Jacq) merupakan tumbuhan tropis golongan palma yang termasuk dalam family Palawija. Kelapa sawit biasanya mulai berbuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pemerintah sedang menggalakkan produksi non-migas,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pemerintah sedang menggalakkan produksi non-migas, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini pemerintah sedang menggalakkan produksi non-migas, disamping migas sendiri sebagai sumber pemasukan devisa dan juga sektor yang lain dianggap perlu

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Alat dan Bahan Alat-alat - Beaker glass 50 ml. - Cawan porselin. - Neraca analitis. - Pipet tetes.

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Alat dan Bahan Alat-alat - Beaker glass 50 ml. - Cawan porselin. - Neraca analitis. - Pipet tetes. BAB 3 METODOLOGI 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat-alat - Beaker glass 50 ml - Cawan porselin - Neraca analitis - Pipet tetes - Oven - Gelas erlenmeyer 50 ml - Gelas ukur 10 ml - Desikator - Buret digital

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. mandor panen. Rumus peramalan produksi harian yaitu : P = L x K x T x B. L = Luas areal yang akan dipanen (ha)

I. TINJAUAN PUSTAKA. mandor panen. Rumus peramalan produksi harian yaitu : P = L x K x T x B. L = Luas areal yang akan dipanen (ha) I. TINJAUAN PUSTAKA A. Produksi 1. Peramalan Produksi Peramalan produksi sangat penting dan ketepatannya akan meningkatkan efesiensi dibidang pemakaian tenaga pemanen, angkutan dan jam olah pabrik. peramalan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prospek agroindustri perkebunan kelapa sawit di Indonesia sangat bagus, hal ini bisa dilihat dari semakin luasnya lahan tanam yang ada. Luas lahan yang sudah ditanami

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 14/Permentan/OT.140/2/2013 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 14/Permentan/OT.140/2/2013 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 14/Permentan/OT.140/2/2013 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Panen Kelapa sawit Panen merupakan suatu kegiatan memotong tandan buah yang sudah matang, kemudian mengutip tandan dan memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di PKS,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di PKS, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Proses Pengolahan Kelapa Sawit Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di PKS, terdiri dari beberapa stasiun yang menjadi alur proses dalam pemurnian kelapa

Lebih terperinci

segar yang dipanen dapat masuk ke pabrik pada hari yang sama.

segar yang dipanen dapat masuk ke pabrik pada hari yang sama. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Panen Kelapa Sawit Panen dan produksi merupakan hasil dari aktivitas kerja dibidang pemeliharaan tanaman. Baik dan buruknya pemeliharaan tanaman selama ini akan tercermin dari panen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang penting karena secara tradisional Indonesia merupakan negara agraris yang bergantung pada sektor

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Kelapa Sawit. Pembelian Produksi Pekebun.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Kelapa Sawit. Pembelian Produksi Pekebun. No.79, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Kelapa Sawit. Pembelian Produksi Pekebun. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 17/Permentan/OT.140/2/2010 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N PENENTUAN FAKTOR-FAKTOR YANG PALING BERPENGARUH DALAM PEROLEHAN PERSENTASE RENDEMEN CRUDE PALM OIL (CPO) DENGAN METODE ANALISA VARIANS (ANAVA) PADA STASIUN REBUSAN DI PABRIK KELAPA SAWIT PT. PERKEBUNAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat di Indonesia. Sejak tahun 2006 Indonesia telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat di Indonesia. Sejak tahun 2006 Indonesia telah menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas pertanian yang paling berkembang pesat di Indonesia. Sejak tahun 2006 Indonesia telah menjadi produsen crude palm oil (CPO)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 395/Kpts/OT.140/11/2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 395/Kpts/OT.140/11/2005 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 395/Kpts/OT.140/11/2005 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDAN BUAH SEGAR (TBS) KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha di bidang pertanian merupakan sumber mata pencaharian pokok bagi masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian berperan sangat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT Perkebunan Sumatera Utara diperoleh dari perusahaan Inggris pada awal tahun 1962-1967. PT Perkebunan Sumatera Utara pada awalnya bernama Perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut data yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Perkebunan tahun 2008 di Indonesia terdapat seluas 7.125.331 hektar perkebunan kelapa sawit, lebih dari separuhnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di kebun raya Bogor. Tanaman kelapa sawit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di kebun raya Bogor. Tanaman kelapa sawit BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR EVALINA KRISTIANI HUTAHAEAN

TUGAS AKHIR EVALINA KRISTIANI HUTAHAEAN PENGARUH PROSES PENGOLAHAN TERHADAP MUTU CRUDE PALM OIL (CPO) YANG DIHASILKAN DI PTPN IV PKS ADOLINA PERBAUNGAN-MEDAN TUGAS AKHIR EVALINA KRISTIANI HUTAHAEAN 052409076 PROGRAM STUDI DIPLOMA-III KIMIA INDUSTRI

Lebih terperinci

PROPOSAL INVESTASI TRADING TANDAN BUAH SEGAR SAWIT ( TBS ) : KOPERASI AL-ASNHOR SATU NEGERI PEKANBARU : PEKANBARU, RIAU INDONESIA

PROPOSAL INVESTASI TRADING TANDAN BUAH SEGAR SAWIT ( TBS ) : KOPERASI AL-ASNHOR SATU NEGERI PEKANBARU : PEKANBARU, RIAU INDONESIA PROPOSAL INVESTASI TRADING TANDAN BUAH SEGAR SAWIT ( TBS ) Pengelola Lokasi : KOPERASI AL-ASNHOR SATU NEGERI PEKANBARU : PEKANBARU, RIAU INDONESIA Struktur Koperasi - Ketua Koperasi Gita Purnama, S.T -

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI BIAYA POKOK UNTUK MEMPRODUKSI CPO DI PKS TANAH PUTIH. Oleh AHMAD FAUZI LUBIS 07 118 039

SISTEM INFORMASI BIAYA POKOK UNTUK MEMPRODUKSI CPO DI PKS TANAH PUTIH. Oleh AHMAD FAUZI LUBIS 07 118 039 SISTEM INFORMASI BIAYA POKOK UNTUK MEMPRODUKSI CPO DI PKS TANAH PUTIH Oleh AHMAD FAUZI LUBIS 07 118 039 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011 SISTEM INFORMASI BIAYA POKOK UNTUK MEMPRODUKSI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Varietas Kelapa Sawit 1. Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging Buah Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietasvarietas itu

Lebih terperinci

Bab I Pengantar. A. Latar Belakang

Bab I Pengantar. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Bab I Pengantar Indonesia merupakan salah satu produsen kelapa sawit (Elaeis guineensis) terbesar di dunia. Produksinya pada tahun 2010 mencapai 21.534 juta ton dan dengan nilai pemasukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Suryaraya Lestari 1 merupakan salah satu industri berskala besar yang

BAB I PENDAHULUAN. PT. Suryaraya Lestari 1 merupakan salah satu industri berskala besar yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PT. Suryaraya Lestari 1 merupakan salah satu industri berskala besar yang memproduksi minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil : CPO). Perusahaan ini mengolah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid).

BAB II LANDASAN TEORI. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid). BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pemurnian Minyak Sawit Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikelpertikel

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN FRESH FRUIT BUNCH

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN FRESH FRUIT BUNCH EFEKTIFITAS PENGGUNAAN FRESH FRUIT BUNCH (FFB) SCRAPPER PADA LOADING RAMP UNTUK MEMINIMALISASI OIL LOSSES IN EMPTY BUNCH (Studi Kasus di Pabrik Kelapa Sawit PT. Cisadane Sawit Raya Sumatera Utara) Ari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah penelitian, dan sistematika penulisan laporan dari penelitian yang dilakukan. 1. 1

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Kualitas CPO yang dihasilkan pabrik merupakan integrasi dan keterkaitan antara seluruh bagian yang terlibat di kebun, pengangkutan, pabrik maupun kegiatan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI PENGELOLAAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT AGROWIYANA, TUNGKAL ULU, TANJUNG JABUNG BARAT, JAMBI Oleh PUGUH SANTOSO A34103058 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Manajemen Pengolahan Kelapa Sawit di PTPN. Oleh : Rediman Silalahi

Manajemen Pengolahan Kelapa Sawit di PTPN. Oleh : Rediman Silalahi Manajemen Pengolahan Kelapa Sawit di PTPN Oleh : Rediman Silalahi BIODATA Nama : Rediman Silalahi Pekerjaan/Jabatan : Direktur Operasional Institusi : PT. Perkebunan Nusantara IV Alamat : Jl. Suprapto

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V-34 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT.PN III (PT. Perkebunan Nusantara III) Kebun Rambutan merupakan salah satu unit PT. PN III yang memiliki 8 wilayah kerja yang dibagi berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elais guinensis jacq) adalah tanaman berkeping satu yang termasuk dalam family Palmae. Tanaman genus Elaeis berasal dari bahasa Yunani Elaion

Lebih terperinci

SIMULASI HUBUNGAN ANTARA FRAKSI KEMATANGAN BUAH DAN TINGGI POHON TERHADAP JUMLAH BUAH MEMBRONDOL TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)

SIMULASI HUBUNGAN ANTARA FRAKSI KEMATANGAN BUAH DAN TINGGI POHON TERHADAP JUMLAH BUAH MEMBRONDOL TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) Jurnal Penelitian STIPAP, 2013, 4 (1) : 1-11 SIMULASI HUBUNGAN ANTARA FRAKSI KEMATANGAN BUAH DAN TINGGI POHON TERHADAP JUMLAH BUAH MEMBRONDOL TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) 1 2 Mardiana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengolahan Hasil Panen Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak sawit yang berkualitas baik.pada dasarnya ada dua macam hasil olahan utama

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Harga Minyak Bumi Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi dunia. Oleh karenanya harga minyak bumi merupakan salah satu faktor penentu kinerja ekonomi global.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ). Kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ). Kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Kelapa Sawit Salah satu dari beberapa tanaman golongan palm yang dapat menghasilkan minyak adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ). Kelapa sawit (Elaeis guinensis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditanam di hampir seluruh wilayah Indonesia. Bagian utama dari kelapa sawit yang diolah adalah

BAB I PENDAHULUAN. ditanam di hampir seluruh wilayah Indonesia. Bagian utama dari kelapa sawit yang diolah adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membuat perekonomian di Indonesia semakin tumbuh pesat. Salah satu sektor agro industri yang cenderung

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Kabupaten Rokan Hilir didirikan pada

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Kabupaten Rokan Hilir didirikan pada BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Umum Perusahaan PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Kabupaten Rokan Hilir didirikan pada tahun 1996 oleh PT. Dirga Bratasena Enginering dan resmi beroperasi

Lebih terperinci

Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan yang dikeluarkan

Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan yang dikeluarkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional sedang memasuki era industrialisasi dan globalisasi yang ditandai dengan semakin berkembangnya perindustrian. Sehingga diperlukan peningkatan kualitas

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT MURINIWOOD INDAH INDUSTRI. Oleh : Nur Fitriyani. (Di bawah bimbingan Ir. Hj Evawati, MP) RINGKASAN

PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT MURINIWOOD INDAH INDUSTRI. Oleh : Nur Fitriyani. (Di bawah bimbingan Ir. Hj Evawati, MP) RINGKASAN i PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT MURINIWOOD INDAH INDUSTRI Oleh : Nur Fitriyani (Di bawah bimbingan Ir. Hj Evawati, MP) RINGKASAN PT Muriniwood Indah Indurtri merupakan salah satu perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Kelapa Sawit di Indonesia Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) merupakan tumbuhan tropis yang diperkirakan berasal dari Nigeria (Afrika Barat) karena pertama kali ditemukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen rantai pasok, sebagai subyek penelitian, masih dalam masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen rantai pasok, sebagai subyek penelitian, masih dalam masa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajemen rantai pasok, sebagai subyek penelitian, masih dalam masa pertumbuhan. Hal ini dicerminkan dari penggunaan aplikasi logistik dalam perusahaan, tidak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 3.1 Tanaman Kelapa Sawit Ciri-Ciri Fisiologis Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. 3.1 Tanaman Kelapa Sawit Ciri-Ciri Fisiologis Kelapa Sawit III. TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis) merupakan tumbuhan hutan hijau tropis yang banyak ditemukan di daerah Afrika Barat terutama di Kamerun, Pantai Gading, Liberia,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboraturium STIPAP-MEDAN dan Laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Waktu pelaksanaan selama 4 bulan,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Karya Tama Bakti Mulia merupakan salah satu perusahaan dengan kompetensi pengelolaan perkebunan kelapa sawit yang sedang melakukan pengembangan bisnis dengan perencanaan pembangunan pabrik kelapa

Lebih terperinci

PENGUKURAN DAN ANALISA PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) DI PTPN IV UNIT USAHA SAWIT LANGKAT

PENGUKURAN DAN ANALISA PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) DI PTPN IV UNIT USAHA SAWIT LANGKAT PENGUKURAN DAN ANALISA PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) DI PTPN IV UNIT USAHA SAWIT LANGKAT TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang akan di lewati dalam melakukan penelitian ini, yaitu seperti pada Gambar 3.1 merupakan

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH DARWIS SYARIFUDDIN HUTAPEA

KARYA ILMIAH DARWIS SYARIFUDDIN HUTAPEA PENENTUAN KADAR MINYAK YANG TERDAPAT PADA TANDAN BUAH KOSONG SESUDAH PROSES PEMIPILAN SECARA SOKLETASI DI PTP. NUSANTARA III PABRIK KELAPA SAWIT SEI MANGKEI - PERDAGANGAN KARYA ILMIAH DARWIS SYARIFUDDIN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Kelapa Sawit Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa gliserol dengan asam lemak. Sesuai dengan bentuk bangun rantai asam lemaknya,

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu dimulai dari tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012 di Teluk Siak Estate (TSE) PT. Aneka Intipersada, Minamas Plantation,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Umum Perusahaan Unit Usaha Sawit Langkat (disingkat SAL) mulai berdiri pada tanggal 01 Agustus 1974 sebagai salah satu Unit Usaha dari PTP.VIII yang bergerak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Sejarah perkebunan kelapa sawit Kelapa sawit (Elacis guineensis jascg) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan baker (biodisel).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. apabila seluruh kondisi perlakuan dilaksanakan dengan baik.

TINJAUAN PUSTAKA. apabila seluruh kondisi perlakuan dilaksanakan dengan baik. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit tergantung dari tingkat kesesuaian lahan, keunggulan bahan tanam, dan tindakan kultur teknis. Unsur kesesuaian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Mengenai Kelapa Sawit Pabrik kelapa sawit (PKS) adalah Pabrik yang mengolah Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa sawit dengan proses standar menjadi produk minyak sawit

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara

I.PENDAHULUAN Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara I.PENDAHULUAN 1.1 LATARBELAKANG Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara untuk membiayai pembangunan adalah ekspor nonmigas, yang mulai diarahkan untuk menggantikan pemasukan dari

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4 I. TINJAUAN PUSTAKA A. Panen Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4 tahun. Proses pemanenan kelapa sawit meliputi kegiatan memotong tandan buah yang masak, memungut brondolan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya minat masyarakat pedesaan di Daerah Riau terhadap usaha tani kelapa sawit telah menjadikan Daerah Riau sebagai penghasil kelapa sawit terluas di Indonesia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak dibidang pengolahan bahan baku Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dengan tujuan memproduksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. minyak adalah kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. minyak adalah kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) adalah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit Salah satu dari beberapa tanaman golongan palm yang dapat menghasilkan minyak adalah kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) adalah tanaman berkeping

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008.

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008. 51 PEMBAHASAN Produksi Pencapaian produksi tandan buah segar (TBS) Kebun Mentawak PT JAW dari tahun 2005 2007 (Tabel 2) mengalami peningkatan yang signifikan yaitu dari tahun 2005 ke 2006 ± 10 000 ton,

Lebih terperinci

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Lukut, Siak, Riau

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Lukut, Siak, Riau Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Lukut, Siak, Riau Harvesting Management of Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) in Sei Lukut Estate, Siak, Riau Zul Adhri Harahap dan Hariyadi

Lebih terperinci

MODEL PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT BAB I PENDAHULUAN

MODEL PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT BAB I PENDAHULUAN MODEL PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT BAB I PENDAHULUAN Komoditi kelapa sawit merupakan salah satu andalan komoditi pertanian Indonesia yang pertumbuhannya sangat cepat dan mempunyai peran strategis

Lebih terperinci

Produksi dan Panen Kelapa Sawit

Produksi dan Panen Kelapa Sawit Produksi dan Panen Kelapa Sawit Tujuan Memberikan Informasi Mengenai Prinsip Pelaksanaan Panen dan Mutu Tandan Buah Segar Serta Pelaksanaan Inspeksi Panen Sesuai Peraturan Perusahaan Sasaran Pada akhir

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1.1 Sejarah Berdiri Perusahaan PT. Rohul Sawit Industri (RSI) PKS -Sukadamai adalah bagian dari perusahaan besar yakni anak perusahaan dari BGA Group (Bumitama Gunajaya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman yang merupakan subkelas dari monokotil ini mempunyai habitus yang paling besar. Klasifikasi

Lebih terperinci