KOMPETENSI LITERASI INFORMASI PUSTAKAWAN UNIVERSITAS SWASTA DI LINGKUNGAN KOPERTIS WILAYAH III
|
|
- Glenna Tanuwidjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KOMPETENSI LITERASI INFORMASI PUSTAKAWAN UNIVERSITAS SWASTA DI LINGKUNGAN KOPERTIS WILAYAH III Oleh: Dhama Gustiar Baskoro dan Esterina Jonatan (Pustakawan Universitas Pelita Harapan) Abstrak Dengan terjadinya kelimpahruahan informasi yang tidak terbendung dan tersebar luas, kompetensi literasi informasi menjadi unsur penting yang harus dimiliki bagi lulusan perguruan tinggi agar siap bekerja di berbagai bidang profesi dan pekerjaan di abad informasi ini. Kompetensi literasi informasi tersebut terdiri dari aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dengan memiliki kompetensi literasi informasi seseorang akan mampu mencari, mengevaluasi, mengorganisasikan serta menggunakan informasi secara efektif dan beretika. Mengingat pentingnya hal tersebut, pustakawan universitas seyogianya memiliki kompetensi literasi informasi agar bisa mempersiapkan dan melatih pemustaka menjadi seorang yang berpikir kritis dan pembelajar seumur hidup. Selain itu pustakawan dituntut untuk memiliki kompetensi tersebut karena telah dijadikan standar kompetensi pustakawan baik di Indonesia maupun di mancanegara. Dan dengan memiliki kompetensi literasi informasi pustakawan pun akan siap dalam menghadapi persaingan di era terbuka Masyarakat Ekonomis ASEAN Berdasarkan permasalahan tersebut, kajian ini diadakan dengan tujuan untuk mendapatkan diskrepansi kompetensi pengetahuan dan keterampilan literasi informasi pustakawan universitas swasta di lingkungan wilayah Kopertis III yang terjadi di lapangan dengan standar kompetensi American College Research Libraries (2000). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan instrumen tes (pengetahuan dan keterampilan) dan diskusi Forum Group Discussion. Uji tes pengetahuan akan difokuskan pada pemahaman responden terhadap konsep literasi informasi. Sedangkan uji keterampilan responden akan difokuskan pada pemecahan masalah dari kasus-kasus yang membutuhkan aplikasi keterampilan literasi informasi. Untuk menghasilkan butir-butir tes yang valid dan reliable, maka diadakan uji butir tes pada 30 non responden. Sementara hasil diskusi FGD melengkapi analisis hasil uji tes. Metode kuantitatif deskriptif digunakan untuk mengelola instrumen-instrumen tersebut. Dari hasil kajian diperoleh bahwa kompetensi literasi informasi 26 pustakawan responden yang berasal dari 26 universitas swasta dalam aspek pengetahuan menunjukkan tingkat baik dengan nilai mutu 2.71 dari rentang 1-4 pada semua indikator literasi informasi. Sebaliknya kompetensi dalam aspek keterampilan menunjukkan nilai sangat rendah yaitu di rentang Dengan demikian kajian ini menunjukkan bahwa terjadi diskrepansi di ranah keterampilan, dan bukan di ranah pemahaman. Padahal 77% responden berlatar belakang pendidikan minimal Sarjana Ilmu Perpustakaan. Untuk itu sesuai hasil FGD, pustakawan mendukung adanya semacam workshop, pelatihan atau pendidikan yang cukup serius berfokus pada semua keterampilan literasi informasi yang konkret dan aplikatif sehingga dapat digunakan di dalam operasional layanan perpustakaan. Selain itu juga diperlukan pelatihan pengembangan program pelatihan literasi informasi bagi pelatih (ToT) serta adanya perbaikan kurikulum pembelajaran ilmu perpustakaan terutama mata kuliah literasi informasi untuk mempersiapkan lulusan pustakawan yang siap bekerja di abad 21 ini. Kata Kunci: literasi informasi, kompetensi, pustakawan, kompetensi pustakawan, universitas 1
2 Pendahuluan Berdasarkan Internet Live Stats pertumbuhan jumlah pengguna internet telah meningkat sepuluh kali lipat dari tahun 1999 sampai Pada tahun 2014 Indonesia menduduki peringkat ke-13 sebagai negara yang banyak menggunakan internet dengan total 42,258,824 orang atau sekitar 17% dari total penduduk. Sementara itu total situs yang ada telah mencapai 1 milyar pada 2014 dan rata-rata setiap detik Google memproses lebih dari 40,000 pencarian atau 3,5 juta pencarian setiap harinya. Fakta tersebut menunjukkan bahwa ledakan informasi sudah tidak terbendung dan tersebar luas yang mengakibatkan data menjadi semakin kompleks dan beragam. ( Dengan jutaan informasi yang tersedia setiap saat, apakah seseorang mampu mencari, mengevaluasi dan menggunakannya secara efektif? Sesungguhnya memiliki banyak informasi bukan berarti semua kebutuhan informasi bisa terpenuhi. Hal ini mungkin disebabkan informasi yang ada tidak sesuai dengan kebutuhan; atau informasi yang tersedia tidak berguna karena isinya tidak mengandung kebenaran atau tidak dapat dipertanggungjawabkan; atau bahkan orang tersebut tidak tahu cara memperoleh informasi yang sesuai dengan kebutuhannya. Kemampuan dalam mencari, mengevaluasi, mengorganisasikan serta menggunakan informasi secara efektif dan beretika menjadi kompetensi yang diperlukan tidak hanya bagi siswa, mahasiswa, guru, dosen, peneliti tetapi juga bagi pustakawan sendiri dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, termasuk mengajarkan literasi informasi kepada para pemustaka. Sehubungan dengan kelimpahruahan informasi yang dinyatakan di atas, maka sudah seharusnya mahasiswa yang mengikuti perkuliahan juga memiliki kemampuan literasi informasi dalam belajar. Hal ini tidak saja mendukung mahasiswa yang bersangkutan untuk dapat belajar dan menyelesaikan studinya dengan efektif, namun hal itu akan mendukung mahasiswa untuk belajar berbagai keterampilan literasi informasi, mengakses dan membaharui pengetahuannya sebagai bekal untuk bekerja. (Solomon, Wilson, Taylor, 2012, h.5) Dari beberapa masalah dan urgensi yang sudah dikemukakan di atas, maka kajian ini akan difokuskan untuk menjawab rumusan masalah sebagai berikut: Sejauh manakah kompetensi literasi informasi pustakawan universitas swasta di lingkungan Kopertis Wilayah III? Literasi Informasi Bermula dari pernyataan Zurkowski, yang saat itu menjabat sebagai Presiden dari IIA (Information Industry Association) yang mengatakan di dalam laporannya kepada National Commission on Libraries and Information Science yang mengatakan bahwa "orang-orang yang terlatih untuk mengaplikasikan berbagai sumber informasi untuk pekerjaan mereka disebut literat informasi (melek informasi)" (Zurkowski, 1974, h.6). Selanjutnya dunia mengenal istilah literasi informasi sebagai sebuah kompetensi dari orang-orang yang secara khusus mampu menggunakan informasi secara tepat guna. Lebih lanjut, Zurkowski mengusulkan bahwa keterampilan literasi informasi harus diimplementasikan secara nasional karena urgensinya yang tidak dapat ditawar-tawar lagi berkaitan dengan prediksinya tentang perkembangan jumlah informasi baik dalam hal jumlah, media dan teknologinya yang akan terus meningkat. Dua tahun kemudian yaitu 1976, dalam makalah yang dipresentasikannya dalam simposium di Texas A & M University Library's, Burchinal mengatakan: "Untuk menjadi seorang yang literat informasi dibutuhkan seperangkat keterampilan baru. Hal ini meliputi bagaimana menemukan dan menggunakan informasi yang dibutuhkan dalam pemecahan 2
3 masalah dan pengambilan keputusan secara efisien dan efektif". (Burchinal dalam Eisenberg, Lowe, & Spitzer, 2004, h.4). Dalam penelitian yang diselenggarakan oleh Delphi Study dan dilaporkan kepada National Forum of Information Literacy, Christina Doyle menjelaskan definisi literasi sebagai "kemampuan untuk mengakses, mengevaluasi dan menggunakan informasi dari berbagai sumber informasi yang variatif" (Doyle, 1992, h.2). Dalam perkembangan selanjutnya, lahir beberapa definisi literasi informasi yang bertujuan untuk melengkapi berbagai aspek dan atribut keterampilan yang belum tercakup di dalam definisi-definisi sebelumnya. Beberapa definisi tersebut biasanya memiliki model atribut dan memiliki standar yang lebih detail untuk dapat digunakan sebagai acuan pengukuran literasi informasi yang lebih akurat dan dikembangkan oleh asosiasi pustakawan. Beberapa definisi literasi informasi dari beberapa asosiasi tersebut adalah: ALA (American Library Association) dalam Presidential Committee on Information Literacy: Final Report menyatakan bahwa "untuk menjadi manusia yang literat, seseorang harus mampu mengenali kapan informasi dibutuhkan dan memeiliki kemampuan untuk mencari, mengevaluasi, dan menggunakan informasi yang dibutuhkannya dengan efektif." (ALA, 1989, h.1) SCONUL (The Society Of College, National and University Libraries): "Manusia yang literat informasi akan mendemonstrasikan sebuah kesadaran bagaimana mereka mengumpulkan, menggunakan, mengatur, mensintesis, dan menciptakan informasi informasi dan data secara etis dan memiliki keahlian informasi untuk melakukannya dengan efektif." (SCONUL, 2011, h.3) CILIP (Chartered Institute of Library and Information Professionals): "Literasi informasi adalah mengetahui kapan dan mengapa anda membutuhkan informasi, dimana menemukannya, dan bagaimana mengevaluasi, menggunakan dan mengkomunikasikannya dengan ber-etika" (CILIP, 2013) Model dan Standar Literasi Informasi Dengan definisi-definisi yang telah dijabarkan diatas, lebih lanjut akan dijabarkan definisi tersebut dalam bentuk keahlian yang lebih detail lagi berbentuk model dan framework (standar). Model literasi informasi biasanya dibuat sebagai acuan pelaksanaan literasi informasi di sebuah institusi. Dengan adanya model maka tahapan literasi informasi menjadi lebih jelas. Keterampilan yang diharapkan untuk dikuasai oleh pemustaka juga lebih jelas, sehingga nantinya semua tahapan keterampilan yang dijadikan sebagai sesi pelatihan literasi informasi bisa dikembangkan lebih lanjut sesuai kebutuhan di institusi tersebut. Sedangkan standar sama seperti model juga memberikan berbagai keterampilan literasi informasi untuk dijelaskan. Hanya saja, sebuah standar biasanya tidak hanya berisi berbagai tahapan atau keterampilan literasi informasi, namun juga mendaftarkan berbagai indikator keterampilan utama serta beberapa outcome (rincian hasil sebagai bukti penguasaan keterampilan tersebut). Karena standar memiliki rincian indikator keterampilan yang detail maka standar biasanya digunakan sebagai alat ukur dan evaluasi literasi informasi1. Tiga model literasi informasi dapat dilihat seperti dibawah ini: The Big6 Model PLUS 1 Standar bisa digunakan sebagai benchmark atau tolak ukur penguasaan keterampilan literasi informasi dengan menggunakan skor dan kategori nilai. 3
4 Model ISP (Information Search Procces) Ada banyak standar literasi informasi yang sudah dikembangkan oleh berbagai institusi di dunia. Standar tersebut berbeda-beda disesuaikan dengan jenis institusinya seperti: perguruan tinggi, sekolah, perpustakaan khusus, perpustakaan umum dan sebagainya. Karena bidang institusi yang menjadi fokus penelitian ini adalah universitas maka dalam penelitian ini, survei dan tes yang kami gunakan akan mengacu kepada standar dari ACRL (Association of College and Research Libraries) sebagai berikut: Standar yang dipublikasikan pada tahun 2000 ini merupakan standar serupa seperti standar yang dikembangkan oleh SCONUL. Standar ini dikembangkan oleh Asosiasi Perpustakaan Riset dan Perguruan Tinggi dibawah naungan American Library Association. Dalam perjalanannya, ACRL banyak merilis standar literasi informasi untuk berbagai subjek bidang ilmu di perguruan tinggi. Standar ini terdiri dari 5 butir standar, 22 indikator dan 87 hasil yang diharapkan (outcome). Kompetensi Pengertian kompetensi menurut konferensi tentang kompetensi di Johannesburg tahun 1995 adalah "sebuah gugus dari pengetahuan, keahlian dan sikap yang berhubungan dan mempengaruhi bagian utama pekerjaan seseorang (peran atau tanggungjawab), hal ini berkaitan dengan kinerja dalam pekerjaan yang dapat diukur menggunakan standar dan dapat diperbaiki melalui pelatihan dan pengembangan" (Parry, 1996 dikutip dalam Sanghi, 2007, h.33). Menurut pengertian diatas, kompetensi memiliki tiga aspek yaitu, aspek pengetahuan, aspek keahlian, dan aspek afektif atau sikap. Hal yang sama juga dinyatakan dalam SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) untuk perpustakaan tahun 2012, juga dinyatakan definisi kompetensi sebagai: "kemampuan seseorang yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dapat terobservasi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas sesuai dengan standar kinerja yang ditetapkan" (SKKNI, 2012, h.2). Definisi yang serupa juga dinyatakan oleh Pendit yang mengatakan bahwa pada dasarnya kompetensi merupakan penerapan (know what to do) dari pengetahuan (how to) seseorang akan bidang tertentu yang bersifat dinamis dan mengalami perubahan setiap saat sesuai kondisi sosialnya (Pendit, 2012, h.2). Pada tahun 2009, American Library Association (ALA) menerbitkan sebuah pedoman kompetensi pustakawan yang disebut: Core Competences of Librarianship. Kompetensi inti ini diwajibkan bagi setiap pustakawan yang mendapat gelar program magister ilmu perpustakaan dan informasi dari semua universitas yang terakreditasi oleh ALA. Ada delapan kelompok kompetensi inti yang tertera di sana, dan kompetensi literasi informasi berada di dalam kelompok kompetensi referensi dan layanan pengguna (poin 5), menjadi salah satu kompetensi wajib bagi para pustakawan. Dinyatakan di dalam poin 5D, kompetensi yang disyaratkan adalah literasi informasi/teknik dan metode kompetensi informasi, literasi numerik, dan literasi statistik (ALA, 2009, h.3). Di Indonesia, kompetensi literasi pustakawan dinyatakan juga dalam beberapa standar kerja pustakawan sebagai pengejawantahan UU No.43 tahun 2007 tentang perpustakaan. Beberapa standar tersebut antara lain adalah: Standar Nasional Indonesia (SNI), Standar Nasional Perpustakaan (SNP) dan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Jasa Kemasyarakatan, Hiburan dan perorangan lainnya Bidang Perpustakaan menjadi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). 4
5 Pustakawan Mengacu kepada beberapa standar dan UU yang dikutip di bagian sebelumnya, yang dimaksud dengan pustakawan dalam penelitian ini adalah "seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan layanan perpustakaan". (UU No.43, th.2007; BSN, 2009; PNRI, 2011; SKKNI, 2012) Pustakawan yang bekerja di perpustakaan perguruan tinggi diberikan acuan definisi yang lebih spesifik yaitu: "Pustakawan yang berpendidikan serendah-rendahnya sarjana di bidang ilmu perpustakaan dan informasi2, dan diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan kepustakawanan di perpustakaan". Jabatan ini dibedakan dengan tenaga teknis perpustakaan (serendah-rendahnya lulusan diploma dua (BSN, 2009), atau diploma tiga (PNRI, 2011) ilmu perpustakaan) dan tenaga administrasi perpustakaan yang merupakan staf yang tidak memiliki latar belakang pendidikan kepustakawanan (BSN, 2009; PNRI, 2011) Kajian Sejenis Setidaknya ada tiga kajian sejenis yang ditemukan oleh peneliti mengenai pengukuran literasi informasi pustakawan dari berbagai sumber, yaitu sebagai berikut: Skripsi yang berjudul "Literasi Informasi Pustakawan dan Kaitannya Dengan Faktor Internal Pustakawan: Studi Deskriptif Pada Pustakawan Perguruan Tinggi Swasta di Surabaya" (Wulandari, 2011). Kajian dengan metode kuantitatif deskriptif ini dilakukan untuk mengukur tingkat kompetensi literasi informasi pustakawan dengan menggunakan standar ACRL yang disesuaikan (dimodifikasi) sesuai kebutuhan dan kondisi. Penelitian ini masih berfokus pada tataran pengetahuan literasi informasi. Hasilnya menjelaskan bahwa kompetensi literasi informasi pustakawan di Surabaya tergolong tinggi dan dipengaruhi oleh motivasi dan sikap. Kajian deskriptif serupa juga dilakukan oleh Sesiyo Rita Megasari dengan kajiannya yang berjudul "Information literacy Pustakawan (Studi Deskriptif Tentang Information Literacy Pustakawan Perpustakaan Perguruan Tinggi Negeri Di Surabaya Menurut Model SCONUL The Seven Pillars of Information Literacy). Kajian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif deskriptif dan pengambilan metode sampel dengan menggunakan metode sensus terhadap 61 pustakawan di tiga Perguruan Tinggi Negeri di Surabaya yaitu UNAIR, ITS dan UNESA. Hasilnya menyatakan bahwa untuk beberapa keterampilan literasi informasi seperti melakukan penelusuran elektronik, menampilkan hasil dan pembuatan pengetahuan baru masih rendah (Megasari, 2011). Kajian lain di luar negeri dilakukan di Nigeria dengan judul "Information Literacy Competence of Librarians in South West Nigerian University Libraries". Kajian ini dilakukan untuk mengkaji kompetensi literasi informasi pustakawan di 34 perguruan tinggi di Nigeria dan 65 pustakawan responden. Metode percontoh menggunakan metode non probabilitas untuk menentukan sampel universitas dan metode survei untuk pustakawan respondennya. Metode pengambilan data menggunakan kuesioner. Standar literasi informasi yang digunakan adalah menggunakan standar dari ACRL yang telah direvisi dan diuji-coba dalam penelitian lain mengenai literasi informasi mahasiswa baru di Quebec (Mittermeyer & Quirion, 2003). asil kajian ini menjelaskan bahwa kompetensi pustakawan perguruan tinggi di Nigeria dalam hal literasi informasi masih rendah di berbagai aspek. (Ojedokun, 2014) 2 Atau yang disetarakan, menurut SNI yang dikeluarkan oleh BSN tahun
6 Metode Kajian Kompetensi literasi informasi selama ini lebih banyak dikaji dalam ranah pengetahuan dan sikap namun sangat kurang dalam ranah keterampilan/keahlian. Padahal pengukuran kompetensi seharusnya mencakup ketiga aspek tersebut sehingga akan memberikan keluaran (outcome) yang lebih valid dalam memperoleh profil kompetensi literasi informasi pustakawan. Aspek keterampilan jarang dikaji mungkin disebabkan perlunya alat pengukuran yaitu tes yang memuat butir-butir pertanyaan yang bersikap aplikatif sehingga bisa mewakili setiap keluaran yang diharapkan. Penelitian ini akan mengkaji masalah kompetensi literasi infomasi yang dihadapi oleh pustakawan universitas swasta dengan mengacu pada beberapa hasil kajian sebelumnya, lalu membandingkan dengan standar ACRL yang terdiri dari 5 butir standar, 22 indikator dan 87 keluaran yang diharapkan. Diskrepansi yang terjadi antara fakta kompetensi literasi informasi pustakawan di lapangan dengan standar kompetensi literasi informasi ACRL inilah yang akan dikaji lebih dalam dengan fokus pada aspek pengetahuan serta keterampilan. Untuk aspek sikap tidak menjadi fokus penelitian karena diperlukan instrumen penelitian yang lebih kompleks dan membutuhkan rentang waktu penelitian yang lebih lama. Penelitian ini akan dilaksanakan dengan menggunakan metode kuantitatif deskriptif. Penghitungan kuantitatif dilakukan untuk mengelola instrumen survei, tes dan hasil Forum Group Discussion (FGD). Hasil angka kuantitatif tersebut akan diterjemahkan secara deskriptif untuk mendapatkan kesimpulan hasil kajian. Sampel dan Responden Untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif mengenai kompetensi literasi informasi pustakawan, sampel kajian ini diambil dari universitas swasta di lingkungan Kopertis Wilayah III. Namun karena keterbatasan waktu dan sumber daya, kajian akan difokuskan pada universitas yang aktif sesuai dengan data yang diakses dalam Pangkalan Data Pendidikan Tinggi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi ( pada 27 Juli Berdasarkan data tersebut terdapat 51 universitas swasta yang aktif. Dari 51 universitas swasta tersebut, kajian ini akan mengambil sampel dengan menggunakan metode purposive dengan jumlah satu orang pustakawan untuk satu universitas. Kriteria pustakawan responden disesuaikan dengan definisi pustakawan perguruan tinggi yang telah dituangkan dalam SNI 2009 dengan tugas dan tanggungjawab pustakawan responden pada layanan literasi informasi. Dalam FGD yang dilaksanakan 5 November 2015, responden yang hadir hanya sejumlah 26 orang yang mewakili 26 Universitas di lingkungan Kopertis wilayah III. Ke-26 orang ini seluruhnya diambil sebagai responden dalam kajian ini. Instrumen Kajian Kajian ini dilakukan dengan menggunakan tiga instrumen utama ditambah dengan satu instrumen pelengkap. Ketiga instrumen tersebut adalah survei untuk mengkaji pengetahuan, tes untuk menguji keterampilan, FGD untuk menyepakati beberapa hal yang tidak terjawab dalam instrumen sebelumnya. Istrumen pelengkap adalah profil peserta yang dikirimkan saat mengirimkan undangan FGD. Survei dan tes dikembangkan dengan menggunakan standar literasi informasi dari ACRL (Association of College and Research Libraries) yang diterbitkan pada tahun
7 Analisa Hasil Kajian Untuk tujuan analisa dan pengukuran data pengetahuan literasi informasi yang diperoleh melalui instrumen survei, dibuatkan kategori untuk menentukan tingkat kompetensi pengetahuan literasi informasi responden. Nilai rata-rata survei yang sudah diperoleh kemudian di hitung tingkat diskrepansinya dengan menggunakan kategori tersebut. Analisa hasil tes dilakukan pertama-tama dengan melakukan skoring hasil uji tes responden. Hasil skoring ini kemudian dibuatkan kategori rentang mutunya untuk menentukan tingkat diskrepansi responden peserta berdasarkan nilai rata-rata skor, serta persentase jawaban tes yang benar. Analisa hasil FGD dilakukan dengan membuat rekap hasil diskusi yang menggabungkan 3 metode sumber data FGD, yaitu (1) Jawaban pertanyaan FGD yang diperoleh dari lembar isian pertanyaan FGD yang dibagikan kepada responden, (2) Catatan notulis selama FGD berlangsung, dan (3) Dokumentasi observasi FGD melalui rekaman video. Profil yang telah dibagikan terlebih dahulu kepada para peserta direkap dan di buatkan tabelnya sehingga informasi profil peserta dan institusinya yang berkaitan dengan program literasi informasi dapat terekam dengan baik. Pengolahan kuantitatif data survei dan data tes dilakukan dengan menggunakan metode bantuan komputatif menggunakan perangkat lunak pengolah data IBM SPSS Statistic Versi 2.0 Hasil Kajian Jabatan Jumlah Persentase Kepala Perpustakaan Kepala Bagian layanan Staf sirkulasi dan layanan Staf referensi dan jurnal Staf pengolahan koleksi Staf perpustakaan Total Tabel 1: Data Jabatan Responden FGD Dari data di atas nampak bahwa kelompok jabatan terbanyak sebagai responden adalah kelompok staf perpustakaan, dimana staf terbanyak adalah staf bidang pelayanan referensi dan jurnal. Sedangkan kelompok kedua terbesar adalah kepala bagian/bidang. Pendidikan Ilmu Perpustakaan Non ilmu perpustakaan Total Kepala Perpustakaan Kepala Bagian/Bidang Staf Perpustakaan 11.53% 19.23% 46.15% 7.69% 7.69% 7.69% 19.23% 26.92% 53.84% 7
8 Tabel 2: Data Pendidikan Responden FGD Dari data Tabel 2 di atas tampak bahwa sebagian besar responden yang mengikuti FGD ini semuanya memiliki latar belakang ilmu perpustakaan, baik untuk tingkatan jabatan kepala perpustakaan, kepala bagian, maupun staf perpustakaan. Tabel 3: Data Program Literasi Informasi Jenis Program Persentase Hasil (%) Ya Tidak Ya, tidak rutin Abstain Total% Bantuan penelusuran informasi Orientasi Perpustakaan Kelas Literasi perpustakaan LI bagian mata kuliah LI sebagai kelas khusus Kedua-duanya (bagian mata kuliah dan kelas khusus) Sementara itu berdasarkan data profil responden terlihat bahwa mayoritas perpustakaan sudah melaksanakan bantuan penelusuran informasi dan orientasi perpustakaan, baik yang rutin maupun tidak rutin. Namun untuk kelas literasi, mayoritas responden belum melaksanakannya. Dari kelas literasi tersebut hanya 23.08% saja yang melaksanakannya sebagai bagian dari mata kuliah lain dan 30.77% sebagai kelas khusus literasi informasi, sedangkan hanya 15.38% saja yang melaksanakan kedua-duanya. Standar N Mean Mutu Standar 01: Identifikasi informasi Baik Standar 02: Akses informasi Baik Standar 03: Evaluasi informasi dan sumbernya Baik Standar 04: Penggunaan informasi (sintesis) Baik Standar 05: Aspek hukum, sosial, dan etika Baik TOTAL Tabel 4: Ringkasan Hasil Survei 2.71 Baik Dari ringkasan masing-masing standar di atas, terlihat secara keseluruhan semua standar literasi informasi dipahami dengan baik oleh pustakawan. Nilai standar yang paling baik dipahami oleh pustakawan adalah aspek hukum, sosial dan etika (2.87) dan yang paling rendah dipahami oleh pustakawan adalah standar penggunaan informasi dan sintesa informasi (2.50). Standar Jawaban (%) Mean Mutu benar Standar 01: Identifikasi informasi Sangat rendah Standar 02: Akses informasi Sangat rendah Standar 03: Evaluasi informasi dan sumbernya Sangat rendah Standar 04: Menggunakan informasi Sangat rendah Standar 05: Etika menggunakan informasi Sangat rendah Rata-rata Sangat rendah Tabel 5: Ringkasan Hasil Uji Tes 8
9 Sebaliknya dari tabel di atas yang memuat ringkasan persentase nilai rata-rata jawaban benar pustakawan terhadap lima standar keterampilan literasi informasi menghasilkan angka rata-rata sebesar 32.48% atau setara dengan rentang mutu sangat rendah. Pertanyaan FGD Jawaban 1. Apakah literasi informasi dibutuhkan? 2. Apakah literasi informasi sama dengan orientasi Perpustakaan? 3. Apakah literasi informasi sebaiknya terpisah atau tergabung dengan mata kuliah 4. Kompetensi apa yang dibutuhkan untuk memfasilitasi pelatihan literasi informasi? (%) Mean Ya Berbeda Bagian mata kuliah Komunikasi/public speaking Information speaking skills IT skills Pedagogi 5. Untuk implementasi program literasi Kurang SDM dan skills informasi, kendala apakah yang dihadapi Kebijakan & dukungan pimpinan institusi anda? Prasarana 6. Pelatihan apakah yang anda usulkan untuk Pembuatan modul LI mengembangkan program literasi informasi? Konsep LI Pedagogi Tabel 6: Ringkasan Jawaban Pertanyaan FGD Untuk melengkapi jawaban survei pemahaman dan tes keterampilan literasi informasi, data dalam Tabel 6 di atas menjawab masalah diskrepansi yang terjadi dalam aspek keterampilan literasi informasi serta kebutuhan pustakawan dalam ranah keterampilan literasi informasi. Tingkat Literasi Pustakawan Aspek pengetahuan pustakawan yang meliputi semua indikator literasi informasi menunjukkan tingkat baik dengan nilai mutu 2.71 dari rentang 1-4. Artinya, pustakawan sudah mengetahui semua keterampilan literasi informasi. Dari semua keterampilan literasi informasi, yang paling dipahami oleh pustakawan responden adalah aspek hukum, sosial, etika dan legal dengan hasil 2.87 (baik), sedangkan aspek yang mendapatkan nilai terendah adalah keterampilan sintesis dan pengorganisasian informasi dengan nilai 2.50 (baik). Namun saat pustakawan responden diberikan tes keterampilan literasi informasi, hasilnya sungguh sangat berbeda dengan pemahaman mereka terhadap literasi informasi. Keterampilan pustakawan hanya ada di rentang nilai dengan nilai mutu sangat rendah. Dari kesemua standar literasi informasi, didapatkan bahwa keterampilan literasi informasi pustakawan yang paling rendah adalah dalam aspek penggunaan informasi dengan nilai (sangat rendah) sedangkan nilai standar literasi informasi yang tertinggi dalam uji keterampilan adalah dalam aspek evaluasi website yaitu dengan nilai (sangat rendah). Hal kedua yang menarik untuk dibahas adalah aspek etika penggunaan informasi yang menjadi keterampilan terendah ke dua, dengan nilai Ironisnya, dari kajian ini nampak ketidaksesuaian antara pemahaman dengan keterampilan literasi informasi. Terutama untuk aspek etika penggunaan informasi, menunjukkan data yang sangat berbeda. Artinya, pemahaman pustakawan mengenai etika penggunaan informasi tidak disertai dengan penguasaan secara detil berbagai keterampilan penggunaan informasi, termasuk di dalamnya keterampilan anti plagiarisme, kemampuan parafrase, membuat sitasi, daftar pustaka, dan sebagainya. Hal ini tampak dari hasil FGD (Tabel 6) yang mengungkapkan bahwa 92.31% responden setuju bahwa literasi informasi 9
10 penting untuk dilakukan. Namun ketika masuk dalam ranah kompetensi yang dibutuhkan, jawaban kelima terbesar dengan nilai 19.23% menyebutkan keterampilan membuat referensi. Sedangkan dari seluruh peserta hanya 7.69% responden yang menyebutkan bahwa perlunya keterampilan menulis. Padahal dalam kenyataannya, keterampilan terendah pustakawan adalah pada aspek sintesis dan penggunaan informasi, dimana termasuk di dalamnya adalah keterampilan menulis. Analisis Diskrepansi Dari hasil kajian terlihat bahwa diseluruh aspek keterampilan literasi informasi menunjukkan tingkat penguasaan yang sangat rendah. Hampir seluruh pertanyaan tidak bisa dijawab dengan baik oleh para responden. Oleh karena itu juga nampaknya kegiatan pelatihan literasi informasi di universitas cenderung tidak berkembang. Hal ini tampak dari jawaban FGD nomor 5, yang menanyakan kendala jika program literasi informasi di implementasikan, menjelaskan bahwa 50% dari responden menjawab terkendala kurangnya tenaga ahli dibidang literasi informasi dan untuk mengajar. Bahkan berdasarkan data profil institusi responden diperoleh data bahwa 46.15% institusi responden tidak melaksanakan pelatihan literasi informasi dan 11.54% abstain. Jadi institusi yang tidak melakukan program literasi informasi sama sekali masih lebih banyak dari yang melakukan (hanya 42.31%). Kajian ini menunjukkan bahwa diskrepansi terjadi pada ranah keterampilan, dan bukan ranah pemahaman. Hal ini menunjukkan bahwa untuk memperbaikinya pelatihan pengembangan diri dan profesi yang harus dilakukan tidak lagi berfokus di ranah awareness atau kesadaran tentang pentingnya literasi informasi bagi dunia kepustakawanan, namun dibutuhkan semacam pelatihan dan pendidikan yang cukup serius berfokus pada semua keterampilan literasi informasi yang dapat di gunakan oleh pustakawan untuk membantu para pemustakanya di abad 21 ini. Dari data hasil kajian juga bisa disimpulkan bahwa tindak lanjut yang dibutuhkan untuk memperkecil diskrepansi disarankan adalah dalam bentuk workshop dan pelatihan saja. Seminar tidak akan banyak berfungsi untuk memperkecil diskrepansi ini. Workshop dan pelatihan yang disarankan bisa dalam bentuk pelatihan yang mencakup keterampilan inti literasi informasi, atau pelatihan pengembangan program pelatihan literasi informasi bagi pelatih (ToT). Peran Asosiasi dan Jurusan Ilmu Perpustakaan Sebagian besar dari responden memiliki latar belakang pendidikan ilmu perpustakaan. Namun tes uji keterampilan menjelaskan bahwa para lulusan jurusan ilmu perpustakaan inipun tidak memiliki keterampilan literasi informasi yang memadai. Hal ini membuat perkiraan bahwa mata kuliah literasi informasi yang diajarkan di jurusan ilmu perpustakaan mungkin cenderung tidak menyentuh keterampilan literasi informasi. Perkiraan ini cukup beralasan mengingat banyaknya responden yang berusia muda dan baru saja lulus dari kuliah ilmu perpustakaan, sehingga menandakan kecenderungan mata kuliah literasi informasi yang tidak mampu memenuhi kebutuhan para lulusannya untuk mempraktekkan literasi informasi. Untuk itu kajian ini memperkuat proposal untuk adanya perbaikan kurikulum pembelajaran ilmu perpustakaan terutama mata kuliah literasi informasi untuk mempersiapkan lulusan pustakawan yang siap bekerja di abad 21 ini. Mata kuliah literasi informasi perlu mempelajari berbagai bentuk keterampilan literasi informasi yang konkret dan digunakan di dalam operasional layanan perpustakaan, seperti misalnya keterampilan peta pikiran, KWL, menulis, mengevaluasi website, penggunaan reference manager, membuat parafrase dan sebagainya. 10
11 Peran asosiasi dan institusi kepustakawanan sangat besar untuk mendukung cepatnya keterampilan literasi informasi ini tersosialisasikan. Dari hasil FGD di tabel 6, 19.23% peserta sepakat bahwa pelatihan utama terbesar yang dibutuhkan dan digagas oleh asosiasi profesi pustakawan adalah keterampilan pembuatan modul literasi informasi untuk pemustaka. Hal ini membuktikan besarnya keinginan responden untuk mampu mengidentifikasi berbagai keterampilan yang merupakan bagian dari tiap indikator literasi informasi untuk diajarkan. Hal ini memang benar karena setiap pustakawan seharusnya mampu mengidentifikasi keterampilan literasi informasi sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing institusi. Kesimpulan 1. Pemahaman literasi informasi pustakawan di Kopertis Wilayah III, ada di dalam kondisi baik. Kondisi baik tersebut meliputi seluruh indikator literasi informasi. 2. Keterampilan literasi informasi pustakawan di Kopertis Wilayah III, ada di dalam kondisi sangat rendah. Semua indikator keterampilan literasi informasi juga berada di nilai mutu sangat rendah. Dari seluruh butir pertanyaan, keterampilan yang berada di dalam mutu baik hanya penggunaan mesin pencari. 3. Sebagian besar institusi universitas belum memiliki kelas-kelas literasi informasi dan masih berupa orientasi perpustakaan bagi mahasiswa baru yang dilakukan di awal perkuliahan saja. 4. Hampir semua pustakawan setuju bahwa pelatihan literasi informasi sangat penting untuk dilaksanakan di dalam institusi mereka masing-masing. Namun sebagian besar setuju bahwa kendala mereka untuk melaksanakan kegiatan ini adalah terbatasnya sumber daya manusia dan keterbatasan keterampilan literasi informasi. Keterampilan utama yang mereka rasakan menjadi kebutuhan terbesar adalah kemampuan membuat modul literasi informasi yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi universitas mereka. 5. Semua peserta setuju bahwa berbagai institusi induk dan asosiasi profesi pustakawan akademis seperti PNRI, FPPTI, ISPII, APISI, dan sebagainya memiliki peran untuk mengembangkan keterampilan literasi informasi pustakawan dengan melaksanakan berbagai workshop dan pelatihan literasi informasi yang terarah dan terstruktur dengan baik. 6. Dari kajian nampak bahwa kebutuhan pelatihan literasi informasi seharusnya tidak lagi berada di ranah pemahaman, namun sudah harus berfokus pada keterampilanketerampilan praktis literasi informasi yang bisa langsung diaplikasikan. Karena itu kegiatan-kegiatan pengembangan profesi literasi informasi pustakawan harus diselenggarakan di dalam bentuk yang lebih aplikatif juga seperti lokakarya, pelatihan atau kursus. seminar, talk-show dan berbagai hal yang teoritis, masih bisa diselenggarakan untuk memperdalam dan mempertajam konsep literasi informasi itu sendiri ditengah berbagai macam bentuk literasi lain yang bekembang, atau sinergi literasi informasi dengan berbagai bentuk literasi dan teknologi informasi lainnya. 11
12 Daftar Pustaka American Library Association. (1989). Presidential Committee on Information Literacy: Final Report. Washington, DC, US: ALA. American Library Association (ALA). (2009). Core competences of librarianship. USA: ALA. American Library Association. (2000). Information literacy competency standars for higher education. Chicago, Illinois: ACRL. Badan Standarisasi Nasional. (2009). SNI 7330:2009 Perpustakaan perguruan tinggi. Jakarta: BSN. Chartered Institute of Library and Information Professionals. (2013). Information literacy- Definition. (Diakses pada 21 Juli 2015 dari - campaigns-awards/advocacy-campaigns/information-literacy/information-literacy) Doyle, C. S. (1992). Outcome Measures for Information Literacy within the National Education Goals of Final Report to National Forum on Information Literacy. Summary of Findings.US: National Forum on Information Literacy (Diakses pada 21 Juli 2015 dari ERIC database online dari Eisenberg, M.B., Lowe, C.A., Spitzer, K.L. (2004). Information Literacy: Essential Skills for the Information Age. 2nd Edition. Westport, CT: Library Unlimited. Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. (2012). Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia nomor 83 tahun 2012, mengenai penetapan rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Jasa Kemasyarakatan, Hiburan dan perorangan lainnya Bidang Perpustakaan menjadi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Jakarta: PNRI. Megasari, S.R. (2011). Information Literacy pustakawan (Studi deskriptif tentang Information Literacy pustakawan perpustakaan perguruan tinggi negeri di Surabaya menurut model SCONUL The Seven Pillars of Information Literacy). Undergraduate These UNAIR. Mittermeyer, D. & Quirion, D. (2003). Information literacy: Study of incoming first-year undergraduates in Quebec. Canada: National Library of Canada. Diakses pada 17 Juni 2015 dari Ojedokun, A.A. (2014). Information literacy competence of librarians in South West Nigerian university libraries. African Journal of Library, Archives & Information Science, Vol. 24, No. 1 (2014) Pendit, P.L. (2012). Kompetensi informasi dan kompetensi pustakawan. (Makalah Kursus Pelatihan Instruktur Literasi Informasi). Karawaci: The Johannes Oentoro Library, UPH. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. (2011). Standar Nasional Perpustakaan (SNP) Perguruan Tinggi. Jakarta: PNRI. Presiden Republik Indonesia. (2007). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan. Sanghi, S. (2007). The handbook of competency mapping: understanding, designing and implementing competency models in organizations. New Delhi: Response Books. The Society of College, National and University Libraries. (2011). The SCONUL Seven Pillars of Information Literacy: Core Model For Higher Education. UK: SCONUL Working Group on Information Literacy. Solomon, A., Wilson, G., & Taylor, T. (2012). One hundred information literacy success, second edition. Boston, MA: Wadsworth. Wulandari, D. (2011). Literasi informasi pustakawan dan kaitannya dengan faktor internal pustakawan: Studi deskriptif pada pustakawan perguruan tinggi swasta di Surabaya. 12
13 Unpublished Undergraduate Theses UNAIR. Zurkowski, P.G. (1974). The Information Service Environment Relationships and Priorities. Related Paper No. 5. Washington, DC, US: National Commission on Libraries and Information Science, National Program for Library and Information Services. 13
BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN. Kesimpulan dari penelitian mengenai efektivitas penerapan program
BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian mengenai efektivitas penerapan program literasi informasi di Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta dengan responden mahasiswa semester lima
Lebih terperinciINOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21
LITERASI INFORMASI UNTUK MAHASISWA KEPENDIDIKAN Siti Zaenab, Noviatun Khasanah, Moh.Salimi Universitas Sebelas Maret zaenabsizae3@gmail.com Abstrak. Kemudahan mencari informasi oleh mahasiswa saat ini
Lebih terperinciLITERASI INFORMASI DI PERGURUAN TINGGI
LITERASI INFORMASI DI PERGURUAN TINGGI http://www.wla.lib.wi.us/waal/newsletter/211.html http://bunchlibrary.pbwiki.com/information+literacy+across+the+curriculum Literasi Informasi di Perguruan Tinggi
Lebih terperinciProfil Literasi Informasi Pustakawan Indonesia. Arief Wicaksono*
Profil Literasi Informasi Pustakawan Indonesia Arief Wicaksono* e-mail: arief.wicaksono41@ui.ac.id, arief_wicaksono@perpusnas.go.id Abstract Information literacy is one of the competencies of the library
Lebih terperinciPerpustakaan perguruan tinggi
Standar Nasional Indonesia Perpustakaan perguruan tinggi ICS 01.140.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3 Misi... 3
Lebih terperinciPendahuluan. Implementasi Program Information Skills di Universitas Indonesia 1. Mohamad Aries 2
Implementasi Program Information Skills di Universitas Indonesia 1 Mohamad Aries 2 Pendahuluan Universitas Indonesia (UI) memiliki rencana strategi dalam dua hal. Meningkatkan kualitas pendidikan/pengajaran
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN LITERATUR
BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 2.1 Pengertian Pustakawan Secara tradisional definisi pustakawan adalah orang yang ahli dalam mengelola koleksi buku dan bahan-bahan informasi lainnya; dan membantu pengguna untuk
Lebih terperinciVivit Wardah Rufaidah
J. Perpus. Pert. Vol. 22 No. 1 April 2013: 16-23 Vivit Wardah Rufaidah LITERASI INFORMASI PUSTAKAWAN/PENGELOLA PERPUSTAKAAN LINGKUP KEMENTERIAN PERTANIAN Information Literacy of Librarians/Library Managers
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Increasing Literacy in Indonesia (Fasli Jalal dan Nina Sardjunani,
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Increasing Literacy in Indonesia (Fasli Jalal dan Nina Sardjunani, 2005) Laporan penelitian ini dibuat dalam rangka Education for All Global Monitoring
Lebih terperinciLITERASI INFORMASI PUSTAKAWAN DI PERPUSTAKAAN FAKULTAS TEKNIK UGM MENGGUNAKAN PENGEMBANGAN MODEL THE BIG6
Berkala Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Vol. 13, No. 1, Juni 2017, Hal. 97-106 DOI: http://10.22146/bip.26069 ISSN 1693-7740 (Print), ISSN 2477-0361 (Online) Tersedia online di https://jurnal.ugm.ac.id/bip
Lebih terperinciPENTINGNYA SERTIFIKASI PUSTAKAWAN BAGI PUSTAKAWAN DI PTN/PTS INDONESIA
PENTINGNYA SERTIFIKASI PUSTAKAWAN BAGI PUSTAKAWAN DI PTN/PTS INDONESIA 2014 Opong Sumiati. Pusat Pengembangan Pustakawan Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpustakaan Nasional RI 23
Lebih terperinciWORKSHOP PENINGKATAN KOMPETENSI LAYANAN INFORMASI BAGI PEKERJA INFORMASI DI ERA DIGITAL
Presented By : WORKSHOP PENINGKATAN KOMPETENSI LAYANAN INFORMASI BAGI PEKERJA INFORMASI DI ERA DIGITAL Workshop ini bertujuan agar pekerja informasi memiliki kemampuan mumpuni dalam memberikan Layanan
Lebih terperinciPERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS. Dengan ini menyatakan bahwa karya tugas akhir yang saya buat dengan judul:
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS Saya mahasiswa program studi Magister Pendidikan program pascasarjana Universitas Pelita Harapan. Nama mahasiswa : Dhama Gustiar Baskoro Nomor Induk Mahasiswa : 69080054
Lebih terperinciDyana Purwandini. NIP : Pendidikan Terakhir : S1 Ilmu Informasi & Perpustakaan Institusi : STIE Perbanas Surabaya Pustakawan
Dyana Purwandini NIP : 36090261 Pendidikan Terakhir : S1 Ilmu Informasi & Perpustakaan Institusi : STIE Perbanas Surabaya Pustakawan PENGALAMAN ORGANISASI Pengurus IPI JATIM, sebagai anggota komisi Pengabdian
Lebih terperinciKUESIONER PENELITIAN TINGKAT LITERASI INFORMASI MAHASISWA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN
Lampiran 1 ` KUESIONER PENELITIAN TINGKAT LITERASI INFORMASI MAHASISWA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN Dengan hormat, Saat ini saya sedang melakukan penelitian untuk menyusun skripsi
Lebih terperinciOPTIMALISASI PENERAPAN LITERASI INFORMASI DI PERPUSTAKAAN SMA NEGERI 1 PADANG
OPTIMALISASI PENERAPAN LITERASI INFORMASI DI PERPUSTAKAAN SMA NEGERI 1 PADANG Meuthia Septiana 1, Marlini 2 Program Studi Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan FBS Universitas Negeri Padang email:
Lebih terperinciLITERASI INFORMASI MAHASISWA TINGKAT AKHIR SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA BANKING SCHOOL
LITERASI INFORMASI MAHASISWA TINGKAT AKHIR SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA BANKING SCHOOL Ben Varian Kashira S.Hum. Dr. Tamara A. Susetyo, S.S., M.A. Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Ilmu
Lebih terperinciPEMBERDAYAAN KOLEKSI HASIL PENELITIAN DI PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI. Oleh : IKHWAN, S.Sos., MM. (Pustakawan Madya/IV/A)
PEMBERDAYAAN KOLEKSI HASIL PENELITIAN DI PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI Oleh : 1. Pendahuluan IKHWAN, S.Sos., MM (Pustakawan Madya/IV/A) Tri Dharma Perguruan Tinggi merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan
Lebih terperinciStrategi Pengembangan Perpustakaan Instansi
PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Jl. Tentara Rakyat Mataram No. 29 Yogyakarta. website: bpad.jogjaprov.go.id e-mail: bpad_diy@yahoo.com Jogja Istimewa, Jogja
Lebih terperinciMANFAAT LITERASI INFORMASI UNTUK PROGRAM PENGENALAN PERPUSTAKAAN
MANFAAT LITERASI INFORMASI UNTUK PROGRAM PENGENALAN PERPUSTAKAAN Bambang Hermawan Pustakawan Universitas Islam Indonesia bambang18hermawan@gmail.com Abstrak Universitas dalam acara pengenalan kampus atau
Lebih terperinciPendirian, Perubahan Bentuk, dan Pembukaan Program Studi Perguruan Tinggi Swasta
Prosedur Pendirian PTS dan Penyelenggaraan Program StPPudi PTS 0 PERSYARATAN DAN PROSEDUR Pendirian, Perubahan Bentuk, dan Pembukaan Program Studi Perguruan Tinggi Swasta Kementerian Riset, Teknologi,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS
BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1. Pengertian Literasi Informasi Definisi tentang literasi informasi sangat banyak dan terus berkembang sesuai kondisi waktu dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Metode penelitian yang digunakan adalah gabungan dari metode kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif digunakan untuk menganalisis hasil
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN KHUSUS
SALINAN PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. pustakawan. Pustakawan merupakan seseorang yang memiliki kompetensi
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan suatu perpustakaan tidak bisa dipisahkan dari pustakawan. Pustakawan merupakan seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau
Lebih terperinciKEMAMPUAN LITERASI INFORMASI PEMUSTAKA DI UPT PERPUSTAKAAN DAERAH JAWA TENGAH
KEMAMPUAN LITERASI INFORMASI PEMUSTAKA DI UPT PERPUSTAKAAN DAERAH JAWA TENGAH Faizza Ummu Uula *), Sri Ati Suwanto Jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto,
Lebih terperinciLITERASI INFORMASI: PERSPEKTIF PUSTAKAWAN. Iskandar Pustakawan Madya Unhas
Iskandar / JUPITER Volume XV No.1 (2016) 10 LITERASI INFORMASI: PERSPEKTIF PUSTAKAWAN Iskandar Pustakawan Madya Unhas Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk memberi gambaran tentang literasi informasi perspektif
Lebih terperinciSeminar, Workshop & Munas FPPTI. Pendahuluan. Latar Belakang Pentingnya Sertifikasi Kesejahteraan Rakyat. Pertumbuhan ekonomi Daya Saing
PTS INDONESIA PENTINGNYA SERTIFIKASI PUSTAKAWAN BAGI PUSTAKAWAN DI PTN/PTS INDONESIA Opong Sumiati. Pusat Pengembangan Pustakawan Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpustakaan Nasional
Lebih terperinciEVALUASI KEMAMPUAN LITERASI INFORMASI PUSTAKAWAN DI PERPUSTAKAAN PUSAT UNIVERSITAS WARMADEWA
EVALUASI KEMAMPUAN LITERASI INFORMASI PUSTAKAWAN DI PERPUSTAKAAN PUSAT UNIVERSITAS WARMADEWA I Nyoman Aryana Putra 1, I Putu Suhartika 2, Ni Putu Premierita Haryanti 3 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Lebih terperinciBIMBINGAN PEMUSTAKA UNTUK MAHASISWA BARU STMIK SURABAYA DI ERA DIGITAL. Deasy Kumalawati Perpustakaan STMIK Surabaya
BIMBINGAN PEMUSTAKA UNTUK MAHASISWA BARU STMIK SURABAYA DI ERA DIGITAL Deasy Kumalawati Perpustakaan STMIK Surabaya deasy@stikom.edu ABSTRAK Saat ini perpustakaan sedang berjuang keras untuk melawan suatu
Lebih terperinciTANTANGAN PUSTAKAWAN INDONESIA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN. Sri Suharmini Wahyuningsih 1 Abstrak
TANTANGAN PUSTAKAWAN INDONESIA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN Sri Suharmini Wahyuningsih 1 minuk@ut.ac.id Abstrak Kesepakatan pemimpin ASEAN dalam memajukan masyarakat agar dapat mengembangan perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andi Wijaya, 2014 Pemanfaatan Internet Pada Perpustakaan Daerah Kabupaten Karawang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan pada era globalisasi, kini informasi bisa semakin mudah untuk diakses. Salah satu cara aksesnya adalah dengan menggunakan media
Lebih terperinciPengantar Literasi Informasi
Pengantar Literasi Informasi Pelatihan Literasi Informasi di Perpustakaan Institut Pertanian Bogor Bogor 25 April 2014 Oleh: Deden Himawan, M.I.Kom Pengertian Literasi Informasi Knowing when and why you
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
174 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimanakah Perpustakaan ITS Surabaya dan Perpustakaan UK Petra Surabaya melakukan pemanfaatan fungsi ruang yang
Lebih terperinciArief Wicaksono 1 Abstrak. Abstract
4i (KENALICARIPAKAIEVALUASI): USULAN MODEL LITERASI INFORMASI DI PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA UNTUK PENGENALAN DAN PENGAJARAN LITERASI INFORMASI BAGI MASYARAKAT INDONESIA Arief Wicaksono 1
Lebih terperinciPeran lembaga pendidikan ilmu perpustakaan dan informasi dalam mempersiapkan kompetensi lulusan
Peran lembaga pendidikan ilmu perpustakaan dan informasi dalam mempersiapkan kompetensi lulusan Nove E. Variant Anna Departemen Informasi & Perpustakaan FISIP Univeristas Airlangga nove_hartanto@yahoo.co.uk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Setiap manusia melakukan kegiatan belajar untuk memperoleh
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap manusia melakukan kegiatan belajar untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman. Belajar adalah syarat mutlak untuk menjadi pandai dalam tercapainya daya pikir
Lebih terperinciDokumen Kurikulum Program Studi : Arsitektur
Dokumen Kurikulum 2013-2018 Program Studi : Arsitektur Fakultas : Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung Total Bidang Halaman Kode Akademik Dokumen dan Kemahasiswaan
Lebih terperinciDisyaratkan menggunakan teknologi telekomunikasi dan computer
KERJA SAMA DAN JARINGAN PERPUSTAKAAN Perpustakaan merupakan Gedung dan Sistem. Peprustakaan adalah suatu unit kerja yang memiliki sumber daya manusia, ruang khusus, dan kumpulan koleksi sesuai dengan jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 21, manusia memasuki periode di mana teknologi informasi merambah ke hampir
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran internet menandai babak baru sejarah manusia. Sekitar abad ke- 21, manusia memasuki periode di mana teknologi informasi merambah ke hampir seluruh aspek
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS
BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1. Perpustakaan Umum 2.1.1. Pengertian Perpustakaan Umum Perpustakaan merupakan hal yang penting dalam setiap program pendidikan, penelitian dan penelitian. Perpustakaan umum merupakan
Lebih terperinciPerpustakaan umum kabupaten/kota
Standar Nasional Indonesia Perpustakaan umum kabupaten/kota Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Perpustakaan umum kabupaten/kota... 1 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan
Lebih terperinciBAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN
BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN 3.1 Sejarah Singkat Nusantara Professional Education Nusantara Professional Education adalah perusahaan yang bergerak dibidang konsultan dan pendidikan non-formal yang dibangun
Lebih terperinciSTRATEGI PUSTAKAWAN SUKSES UJI SERTIFIKASI
STRATEGI PUSTAKAWAN SUKSES UJI SERTIFIKASI Sukirno Pustakawan Madya Fakultas Kedokteran UGM sukirno@ugm.ac.id Abstrak Menurut Permenpan dan RB No. 9 Tahun 2014 pada Bab X Pasal 33, pada ayat (1) disebutkan
Lebih terperinciJEJARING PERPUSTAKAAN DI INDONESIA : KAJIAN PADA FORUM PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI INDONESIA (FPPTI) JAWA TIMUR
JEJARING PERPUSTAKAAN DI INDONESIA : KAJIAN PADA FORUM PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI INDONESIA (FPPTI) JAWA TIMUR Amirul Ulum(*), Lasi(**) Perpustakaan Universitas Surabaya (*)amirul@ubaya.ac.id, (**)lasi@ubaya.ac.id
Lebih terperinciSosialisasi Implementasi Gerakan Literasi Sekolah
Sosialisasi Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Oleh: Laila Rahmawati, S.Ag, SS., M.Hum Disampaikan pada: Sosialisasi Sekolah Aman dan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Program Sekolah Rujukan SMAN 2 Kuala
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan mutu lulusan guna memenuhi tuntutan pasar kerja internasional, (UI) mengembangkan kurikulum yang bernama Program Dasar Pendidikan Tinggi (PDPT).
Lebih terperinciPemanfaatan Google Drive Dalam Pengembangan Electronic Document Delivery : Pendekatan Aplikatif Untuk Peningkatan Kinerja Pustakawan
Pemanfaatan Google Drive Dalam Pengembangan Electronic Document Delivery : Pendekatan Aplikatif Untuk Peningkatan Kinerja Pustakawan Lasi Pustakawan Universitas Surabaya Email : lasi@staff.ubaya.ac.id
Lebih terperinciInfrastruktur Teknologi Informasi pada Lembaga Pendidikan Kepustakawanan
Infrastruktur Teknologi Informasi pada Lembaga Pendidikan Kepustakawanan disampaikan dalam Seminar Nasional sehari tentang : Pendayagunaan Teknologi Informasi Dalam Meningkatkan Kualitas Lulusan Lembaga
Lebih terperinciKESIAPAN PUSTAKAWAN MENGHADAPI SERTIFIKASI DALAM PERSPEKTIF KEPALA PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI DI PEKANBARU
KESIAPAN PUSTAKAWAN MENGHADAPI SERTIFIKASI DALAM PERSPEKTIF KEPALA PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI DI PEKANBARU TIM PENGUSUL FIQRU MAFAR, M. IP. (1029078402) Drs. ROSMAN H., M. Hum (1020076401) UNIVERSITAS
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA KETRAMPILAN INSTRUKTUR MATERI INFORMATION LITERACY (IL): Studi Kasus Program Orientasi Belajar Mahasiswa (OBM) Universitas Indonesia TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk
Lebih terperinciKementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti
Direktorat Jenderal Kelembagaan IPTEK dan Dikti Isi Buku No Perguruan Tinggi Swasta Persyaratan dan Prosedur Pembukaan Prodi Program Studi Persyaratan dan Prosedur Penambahan Prodi 2 1 2 Persyaratan dan
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. Fungsi tersebut adalah sebagai sarana simpan karya manusia, fungsi informasi,
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Selama berabad-abad keberadaan perpustakaan tetap dipertahankan karena perpustakaan mempunyai fungsi yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat. Fungsi tersebut adalah
Lebih terperinciABSTRACT. Keywords: score of subject matter, time to finished the thessis ABSTRAK
KORELASI NILAI MATA KULIAH PERSYARATAN SKRIPSI DAN JUMLAH TATAP MUKA BIMBINGAN SKRIPSI TERHADAP KELANCARAN PENYELESAIAN SKRIPSI MAHASISWA PG PAUD UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO Yuki Widiasari dan
Lebih terperinciBIMBINGAN TEKNIS (BIMTEK) TENAGA KEPENDIDIKAN BIDANG PERPUSTAKAAN TINGKAT PENGELOLA
1 PEDOMAN PENYELENGGARAAN BIMBINGAN TEKNIS (BIMTEK) TENAGA KEPENDIDIKAN BIDANG PERPUSTAKAAN TINGKAT PENGELOLA DIREKTORAT KARIR DAN KOMPETENSI SDM DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA IPTEK DAN DIKTI KEMENTERIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan informasi sesuai dengan kondisi lingkungan informasi saat ini dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Literasi informasi diajarkan pada mahasiswa dengan tujuan menyiapkan kemampuan informasi sesuai dengan kondisi lingkungan informasi saat ini dan masa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. miliar giga byte informasi baru di produksi pada tahun 2002 dan 92% dari
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Informasi merupakan satu hal yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan karena dengan adanya informasi kita dapat mengambil keputusan secara tepat. Informasi berkembang
Lebih terperinciRENCANA OPERASIONAL PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN TAHUN
RENCANA OPERASIONAL PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN TAHUN 04-05 SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI KEUANGAN, PERBANKAN DAN PEMBANGUNAN (STIE KBP ) PADANG RENCANA OPERASIONAL STIE KBP PADANG TAHUN 04-05 Dokumen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, permasalahan yang akan dibahas, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, serta uraian tentang sistematika penulisan. 1.1 LATAR BELAKANG
Lebih terperinciAnalisis keterlaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada materi ajar IPA SMP Kelas VIII SMP Negeri 3 Madiun
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA III 2017 "Etnosains dan Peranannya Dalam Menguatkan Karakter Bangsa" Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP, UNIVERISTAS PGRI Madiun Madiun, 15 Juli 2017 68 Makalah Pendamping
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Sekolah Menengah Atas (SMA) swasta Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun ajaran 2013/ 2014. Subjek yang
Lebih terperinciPanduan Tesis Program Magister Teknik Informatika Universitas Islam Indonesia
Panduan Tesis Program Magister Teknik Informatika Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Maret 2017 Panduan Tesis Program Magister Teknik Informatika Universitas Islam Indonesia (c) Maret 2017 Panduan
Lebih terperinciUPAYA PUSTAKAWAN DALAM MEMAKSIMALKAN PEMANFAATAN E-JOURNAL DI PERGURUAN TINGGI Oleh Purwani Istiana
UPAYA PUSTAKAWAN DALAM MEMAKSIMALKAN PEMANFAATAN E-JOURNAL DI PERGURUAN TINGGI Oleh Purwani Istiana Email : nina@ugm.ac.id ABSTRAK Pemanfaatan database e-journal yang dilanggan DIKTI belum semaksimal mungkin
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Menurut Arikunto (2009, 234) Penelitian deskriptif adalah penelitian yang tidak
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data dengan tujuan tertentu. Metode yang digunakan untuk menganalisa
Lebih terperinciREVISI PEDOMAN DIKLAT JABATAN FUNGSIONAL PENELITI (DJFP) BERJENJANG PERKA LIPI NOMOR 04/H/2008 JAKARTA, 17 JANUARI 2017
REVISI PEDOMAN DIKLAT JABATAN FUNGSIONAL PENELITI (DJFP) BERJENJANG PERKA LIPI NOMOR 04/H/2008 JAKARTA, 17 JANUARI 2017 LATAR BELAKANG REVISI Hasil Kajian dan Evaluasi Pelaksanaan Diklat Penyesuaian Dengan
Lebih terperinciPraktik literasi informasi dari pustakawan di perguruan tinggi di Tenggara Nigeria
Praktik literasi informasi dari pustakawan di perguruan tinggi di Tenggara Nigeria Teguh Yudi Cahyono Alih bahasa dari karya Ebele N. Anyaoku, Chinwe N. Ezeani and Nkem E.Osuigwe Pustakawan Perguruan Tinggi
Lebih terperinciBAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Sesuai dengan tujuan yang dijabarkan dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian pada bab satu, dapat disimpulkan beberapa temuan pokok dari penelitian ini. 1. Diagnosis
Lebih terperinci1.1.1 Mekanisme penyusunan visi, misi, tujuan dan sasaran program studi, serta pihak-pihak yang dilibatkan.
1.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran serta Strategi Pencapaian 1.1.1 Mekanisme penyusunan visi, misi, tujuan dan sasaran program studi, serta pihak-pihak yang dilibatkan. Visi, misi, tujuan dan sasaran
Lebih terperinciDipresentasikan pada acara Seminar dan workshop nasional: Perpustakaan dan pustakawan inovatif dan kreatif Diselenggarakan oleh Perpustakaan
Dipresentasikan pada acara Seminar dan workshop nasional: Perpustakaan dan pustakawan inovatif dan kreatif Diselenggarakan oleh Perpustakaan Universitas Airlangga Hotel Swissbellin, Surabaya, 3-4 Mei 2017
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian
BAB 3 METODE PENELITIAN Dalam menjelaskan dan menjawab permasalahan yang dikemukakan, diperlukan metode penelitian dengan teknik pengumpulan data yang tepat dan akurat agar tujuan dari penelitian dapat
Lebih terperinci2015 PENGUKURAN TINGKAT LITERASI MEDIA PADA SISWA SMA KELAS XII SMA NEGERI 10 BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media di Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat, baik dari sisi teknologi media maupun konten medianya itu sendiri. Media yang dimaksud mencakup
Lebih terperinciMANAJEMEN KERJASAMA ANTAR PERPUSTAKAAN oleh : Arlinah I.R.
MANAJEMEN KERJASAMA ANTAR PERPUSTAKAAN oleh : Arlinah I.R. I. LATAR BELAKANG DAN LANDASAN PERLUNYA KERJASAMA Kerjasama bukan suatu hal yang baru di masyarakat, baik kerjasama di bidang ekonomi, pendidikan,
Lebih terperinciPenerapan Sistem Otomasi Perpustakaan Untuk Meningkatkan Kinerja Pustakawan di Perpustakaan Pusat Universitas Warmadewa
Penerapan Sistem Otomasi Perpustakaan Untuk Meningkatkan Kinerja Pustakawan di Perpustakaan Pusat Universitas Warmadewa Ni Putu Ratih Adnyana Putri 1, I Putu Suhartika 2, Richard Togaranta Ginting 3 Fakultas
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian Penelitian dilaksanakan di beberapa lokasi di Kota Bandung. Pemilihan lokasi berdasarkan pada tempat pelaksanaan pendampingan pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.6. Latar Belakang Masalah Perpustakaan sebagai institusi/organisasi perlu diukur dan dinilai. Karena, perpustakaan sebagai lembaga pengelola dokumentasi dan jasa informasi harus ditangani
Lebih terperinciJARINGAN INFORMASI IPTEK KESEHATAN Potensi dan Pengalaman USU
JARINGAN INFORMASI IPTEK KESEHATAN Potensi dan Pengalaman USU A. Ridwan Siregar Departemen Studi Perpustakaan dan Informasi Universitas Sumatera Utara Pendahuluan Kerjasama merupakan suatu fenomena sosial
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif yaitu penelitian untuk mengetahui apakah antara dua atau lebih dari dua kelompok terdapat perbedaan
Lebih terperinciMAKALAH DIGITAL LITERASI DAN MEDIA LITERASI
MAKALAH DIGITAL LITERASI DAN MEDIA LITERASI D I S U S U N OLEH: ASMALINDA 110709007 ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 KATA PENGANTAR Puji dan syukur
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA TINGKAT KEMAMPUAN LITERASI INFORMASI MAHASISWA SKRIPSI: STUDI PERBANDINGAN FIK FKM UI HALAMAN JUDUL TESIS
UNIVERSITAS INDONESIA TINGKAT KEMAMPUAN LITERASI INFORMASI MAHASISWA SKRIPSI: STUDI PERBANDINGAN FIK DAN FKM UI HALAMAN JUDUL TESIS HARYO NURTIAR NPM 1006741860 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYAA DEPARTEMEN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. berupa Tugas Akhir, Laporan Penelitian, jurnal maupun artikel. Karya tulis ini mengenai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam menyusun Tugas Akhir ini penulis merujuk pada beberapa karya tulis berupa Tugas Akhir, Laporan Penelitian, jurnal maupun artikel. Karya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 BAB II pasal 3 Undang- Undang Sistem Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dara Pricelly Rais,2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah individu. Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup Melalui pendidikan, individu memperoleh pengetahuan yang dapat dipergunakan untuk
Lebih terperinci1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era informasi dan globalisasi dewasa ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat pesat seiring dengan kemajuan teknologi informasi. Sehingga
Lebih terperinciPROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN
ANALISIS KEBUTUHAN PEMBELAJARAN BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILL) MELALUI PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) UNTUK PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS Ervan Johan Wicaksana (IKIP PGRI
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PENERAPAN PROGRAM LITERASI INFORMASI DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA SKRIPSI
EFEKTIVITAS PENERAPAN PROGRAM LITERASI INFORMASI DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA (Studi tentang Penerapan Program Association of College & Research Libraries di Perpustakaan Universitas
Lebih terperinciAYO JADI PUSTAKAWAN. Yuniwati Pustakawan Muda UNDIP
AYO JADI PUSTAKAWAN Yuniwati Pustakawan Muda UNDIP E-mail: yuvenyuni@gmail.com Abstrak: Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 menyebutkan ada 101 rumpun jabatan fungsional pegawai negeri sipil (PNS) salah
Lebih terperinciMEMBUAT SITASI DAN DAFTAR PUSTAKA Oleh Purwani Istiana, SIP., M.A. Pustakawan Fak. Geografi- UGM Intisari
MEMBUAT SITASI DAN DAFTAR PUSTAKA Oleh Purwani Istiana, SIP., M.A. Pustakawan Fak. Geografi- UGM nina@ugm.ac.id Intisari Salah satu bentuk pengakuan atas ide, pendapat orang lain dalam sebuah karya tulis
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2014-2018 Kata Pengantar RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
Lebih terperinciPengembangan Koleksi Modul 3
Pengembangan Koleksi Modul 3 Presented by Yuni Nurjanah Pengembangan Koleksi Modul 3 by Yuni Nurjanah A. Mengenal Masyarakat yang dilayani B. Diperlukannya Kajian Pengguna C. Unsur-unsur Kajian D. Hal-hal
Lebih terperinciIPI Dalam Sertifikasi Pustakawan
IPI Dalam Sertifikasi Pustakawan 1 Pendahuluan Muncul keragu-raguan orang untuk mengatakan bahwa pustakawan adalah profesi dan mereka bekerja secara profesional. Apresiasi masyarakat terhadap pustakawan
Lebih terperinciSISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 90012008 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR PROSEDUR OPERASIONAL BAKU PENGEMBANGAN KURIKULUM NO. POB/STK-PP/03 Disiapkan oleh Tanda Tangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perguruan tinggi adalah lembaga pendidikan tinggi yang berperan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perguruan tinggi adalah lembaga pendidikan tinggi yang berperan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta menyebarkan pengetahuan ke masyarakat. Peran
Lebih terperinciTata Cara Penyelenggaraan Rekognisi Pembelajaran Lampau(RPL) BAGIAN 2: RPL TIPE B & RPL DOSEN dalam TUGAS
Tata Cara Penyelenggaraan Rekognisi Pembelajaran Lampau(RPL) BAGIAN 2: RPL TIPE B & RPL DOSEN dalam TUGAS Direktorat Pembelajaran Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI
Lebih terperinciJakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii
KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dokumen merupakan kekayaan penting yang dimiliki organisasi. Dokumen menarasikan apa yang terjadi dalam organisasi, sehingga mengandung pengetahuan yang dimiliki oleh
Lebih terperinciLibrary Move On: Proud being a Professional in Library and Information Field
Library Move On: Proud being a Professional in Library and Information Field Hanna Chaterina George Association of Indonesian School Information Professionals (APISI) hanna@apisi.org Tujuan Ide dan gagasan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. merupakan sarana mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tercantum dalam
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam konstitusi negara Republik Indonesia ditegaskan bahwa pendidikan merupakan sarana mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tercantum dalam pembukaan undang-undang dasar
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN SEKOLAH DASAR/ MADRASAH IBTIDAIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN
Lebih terperinciSERTIFIKASI PUSTAKAWAN DI NEGARA BAGIAN AMERIKA SERIKAT
SERTIFIKASI PUSTAKAWAN DI NEGARA BAGIAN AMERIKA SERIKAT Keberadaan suatu profesi tentunya harus mendapatkan pengakuan dari berbagai pihak secara legal. Untuk itu, jika kompetensi pustakawan ingin diakui
Lebih terperinciHusnul Chotimah SMKN 13 Malang
STUDI AWAL PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMK PAKET KEAHLIAN KEPERAWATAN MELALUI MODUL BIOLOGI DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE Husnul Chotimah SMKN 13 Malang
Lebih terperinci