KAJIAN PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT DI PT. WISKA. Oleh PATAR NAIBAHO H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT DI PT. WISKA. Oleh PATAR NAIBAHO H"

Transkripsi

1 KAJIAN PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT DI PT. WISKA Oleh PATAR NAIBAHO H DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 ABSTRAK Patar Naibaho H Kajian Perencanaan Produksi Agregat di PT. Wiska. Di bawah bimbingan Heti Mulyati Industri tekstil merupakan salah satu industri prioritas nasional yang masih prospektif untuk dikembangkan. PT. Wiska merupakan salah satu perusahaan tekstil yang perlu dikembangkan karena mempunyai pasar tetap dan berprospek ke depannya. Peningkatan daya saing industri tekstil dapat ditingkatkan melalui kegiatan perencanaan produksi agregat, sehingga perusahaan dapat menggunakan sumber daya secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengkaji proses produksi dan sistem perencanaan produksi agregat yang dijalankan PT. Wiska, (2) Mempelajari parameter yang dibutuhkan dalam formulasi sistem perencanaan produksi agregat di PT. Wiska, dan (3) Menganalisis perencanaan produksi agregat yang optimum untuk kegiatan produksi pada periode perencanaan bulanan dalam satu tahun. Ruang lingkup yang dikaji adalah produk handuk ekspor dengan periode perencanaan bulan April Maret Metode penelitian diawali dengan observasi lapang untuk mengetahui proses produksi dan sistem perencanaan produksi agregat di PT. Wiska. Setelah itu melakukan peramalan penjualan untuk periode satu tahun. Peramalan dilakukan dengan metode peramalan yang menghasilkan tingkat kesalahan paling rendah berdasarkan mean squared error terendah. Dalam hal ini, metode peramalan yang dilakukan adalah metode moving average, exponential smoothing, trend projection dan autoregressive integrated moving average (ARIMA). Berdasarkan hasil uji coba dengan keempat metode tersebut, tingkat kesalahan yang terendah adalah ARIMA. Dengan demikian, metode peramalan penjualan satu tahun ke depan menggunakan metode ARIMA dengan perangkat lunak Minitab. Tahap selanjutnya merencanakan produksi untuk meminimumkan biaya dengan metode pemrograman linier dibantu perangkat lunak lindo. Proses produksi handuk terdiri dari proses pencelupan bahan setengah jadi handuk ke mesin celup, pengeringan, pembukaan kain, finishing, pemotongan kain, inspeksi, dan pengepakan. Sistem perencanaan produksi agregat yang dijalankan PT. Wiska dibuat berdasarkan jumlah pesanan dari pelanggan (purchase order). Rencana produksi dilakukan apabila diperlukan atau ketika menerima permintaan dari pelanggan. Parameter-parameter yang mempengaruhi proses produksi dalam formulasi sistem perencanaan produksi agregat adalah jumlah permintaan dari pelanggan, kapasitas gudang, tingkat persediaan produk jadi, waktu kerja yang tersedia, dan kecepatan produksi. Jumlah permintaan pelanggan menjadi faktor yang mempengaruhi perencanaan produksi karena merupakan input dalam perencanaan produksi. Waktu kerja mempengaruhi perencanaan produksi karena dalam membuat rencana produksi, waktu yang tersedia baik waktu reguler maupun waktu lembur harus diperhatikan. Adanya kebijakan perusahaan terhadap tingkat persediaan tiap periode menyebabkan persediaan merupakan parameter yang mempengaruhi perencanaan produksi. Berdasarkan perencanaan produksi agregat, total jumlah produksi unit/tahun dengan jumlah persediaan unit/tahun. Hasil perencanaan menunjukkan biaya produksi yang minimum Rp dengan biaya terendah pada periode 5 (Rp ) sedangkan biaya tertinggi pada periode 1 (Rp ). Jam kerja reguler yang terpakai 1.884,52 jam. PT. Wiska juga memiliki surplus sumber daya jam kerja reguler selama 67,36 jam, dan kapasitas gudang unit serta efisiensi biaya produksi sebesar Rp dengan persentase 14,84%. Perencanaan produksi memiliki batas toleransi perubahan koefisien biaya pada fungsi tujuan produksi Rp P Rp , jam kerja reguler diijinkan pada batas Rp , persediaan harus Rp 0, dan jam lembur Rp

3 KAJIAN PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT DI PT. WISKA SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh PATAR NAIBAHO H DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

4 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN KAJIAN PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT DI PT. WISKA SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh PATAR NAIBAHO H Menyetujui, Juli 2009 Heti Mulyati, S.TP, MT Dosen Pembimbing Mengetahui, Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. Ketua Departemen Tanggal Lulus :

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pangururan, Kabupaten Samosir pada tanggal 26 Juli Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara pasangan Martahan Naibaho dan Dameria Sitohang. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Pardomuan 1 Pangururan pada tahun 1999, kemudian melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Pangururan. Pada tahun 2002, Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pangururan. Selanjutnya pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) dengan sistem Mayor Minor dan diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM), IPB. Selama perkuliahan penulis pernah mengikuti kegiatan organisasi kemahasiswaan yaitu sebagai pengurus dan penanggung jawab bidang perpustakaan dan literatur serta asisten dosen mata kuliah Agama tahun 2006 dan Pada tahun 2006 sampai 2008, penulis juga aktif di Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) Komisi Pembinaan Pemuridan, IPB. Selain itu, sebagai panitia penanggung jawab logistik dan peralatan serta perlengkapan dalam acara Marketing Plan yang diadakan himpunan profesi Center Of Management Departemen Manajemen, FEM IPB.

6 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan Karunia-Nya akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Kajian Perencanaan Produksi Agregat di PT. Wiska. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Di era globalisasi saat ini, persaingan dalam industri sangat ketat baik berupa persaingan dalam peningkatan mutu, efisiensi biaya maupun dalam pelayanan memenuhi kebutuhan pelanggan. Oleh karena itu, setiap perusahaan yang ingin memiliki keunggulan kompetitif memerlukan perencanaan produksi agregat. Perencanaan produksi agregat merupakan suatu proses penetapan tingkat output secara keseluruhan guna memenuhi tingkat permintaan yang diperoleh dari peramalan dan pesanan dengan tujuan meminimalkan total biaya produksi. Dalam proses penyusunan skripsi ini banyak pihak-pihak yang membantu baik secara moril maupun materil dan secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ibu Heti Mulyati, S.TP, MT sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, memberikan arahan, saran, motivasi, dan kemudahan kepada penulis. 2. Bapak Dr. Ir. Abdul Khohar Irwanto, M.Sc dan Bapak Ir. Abdul Basith, MS atas kesediaannya meluangkan waktu menjadi dosen penguji. 3. Ibunda, Ayahanda dan kakak serta adik-adiku yang telah memberikan curahan kasih sayang, inspirasi hidup dan doa yang tulus. 4. Bapak Drs. Endang Juhana dan Ibu Mulyati Nagarana yang mengijinkan untuk melakukan penelitian di PT. Wiska. 5. Seluruh staf dan karyawan PT. Wiska yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk membantu dan memberikan informasi kepada penulis. 6. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB.

7 7. Teman-teman terdekat yang selalu memberikan nasehat dan kenangan terindah, teman-teman satu bimbingan, serta teman-teman seperjuangan Manajemen 42 yang telah memberikan semangat dan motivasi selama perkuliahan. 8. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Tuhan memberikan berkat atas orang-orang tersebut. Penulis sangat menyadari masih terdapat kekurangan-kekurangan yang dapat dilengkapi oleh penelitian selanjutnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan skripsi di masa yang akan datang. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan bernilai bagi kalangan masyarakat, khususnya yang terkait dengan Manajemen Produksi dan Operasi. Bogor, Juli 2009 Penulis

8 DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK RIWAYAT HIDUP... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Industri Manufaktur Sistem Produksi Perencanaan Produksi Pengendalian Produksi Peramalan Pola Data Deret Waktu Metode Peramalan Metode Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) Metode Rata-rata Bergerak (Moving Average) Metode Pemulusan Eksponensial (Eksponential Smoothing) Proyeksi Trend (Trend Projection) Kriteria Memilih Peramalan Terbaik Perencanaan Produksi Agregat Pengertian Perencanaan Produksi Agregat Strategi Perencanaan Agregat Metode Perencanaan Produksi Agregat Model Pemrograman Linier Penelitian Terdahulu... 34

9 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Tahapan Penelitian Jenis dan Metode Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Perusahaan Struktur Organisasi Perusahaan Ketenagakerjaan Input Produksi dan Prasarana Input Produksi Prasarana Produksi Proses Produksi Pembuatan Handuk Proses Pencelupan (Dyeing) Proses Pengeringan Proses Pembukaan Kain Proses Penyempurnaan (Finishing) Proses Pemotongan Kain Proses Pemeriksan Akhir Pengepakan Sistem Perencanaan Produksi Agregat Pada PT. Wiska Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan dalam Menyusun Perencanaan Produksi Agregat di PT. Wiska Identifikasi Pola Data Permintaan Handuk Ekspor Penerapan Metode Peramalan Metode ARIMA Metode Rata-rata Bergerak (Moving Average) Metode Pemulusan Eksponensial (Eksponential Smoothing) Proyeksi Trend (Trend Projection) Pemilihan Metode Peramalan Peramalan Model Terpilih Perencanaan Produksi Agregat Perumusan Model Pemrograman Linier Optimasi Sistem Perencanaan Produksi Agregat Analisis Sensitivitas Implikasi Manajerial KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 93

10 DAFTAR TABEL No Halaman 1 Perkembangan ekspor TPT di Indonesia Contoh metode transportasi dengan horizon perencanaan 2 bulan Jenis kebutuhan data, metode pengumpulan, dan analisis data Klasifikasi dan jumlah karyawan PT.Wiska berdasarkan tingkat pendidikan Jadwal kerja shift Jadwal kerja non shift Data sarana produksi Data penggunaan lahan PT. Wiska Data luas gedung PT. Wiska Nilai MSE metode rata-rata bergerak dengan berbagai nilai ordo Nilai MSE metode pemulusan eksponensial dengan berbagai metode pemulusan Nilai MSE hasil penerapan metode peramalan terhadap permintaan handuk ekspor PT. Wiska Peramalan jumlah permintaan produk selama periode perencanaan Nilai kendala perencanaan produksi Hasil perencanaan produksi agregat handuk ekspor PT. Wiska Nilai surplus sumber daya Perbandingan biaya hasil perencanaan produksi dengan purchase order Batas toleransi perubahan koefisien fungsi tujuan Batas toleransi perubahan nilai ruas kanan kendala... 85

11 DAFTAR GAMBAR No Halaman 1 Manufaktur sebagai proses input-output Skema sistem produksi Sistem operasi pengendalian produksi Penggunaan prakiraan untuk peramalan permintaan dalam sub sistem produksi operasi Tahapan pendekatan dalam menentukan model ARIMA Ruang lingkup perencanaan agregat Kerangkan pemikiran konseptual Tahapan diagram alir penelitian Struktur organisasi PT. Wiska Bagan alir pengolahan air Aliran proses produksi handuk Diagram alir proses perencanaan produksi PT.Wiska Grafik data penjualan PT. Wiska Proses perencanaan jadwal induk produksi... 86

12 DAFTAR LAMPIRAN No Halaman 1 Tata letak bangunan PT. Wiska Jumlah penjualan produk handuk ekspor Plot data penjualan diferensiasi ke Autocorelation diferensiasi ke Partial autocorelation diferensiasi ke Proses pengolahan data penjualan dengan metode ARIMA Proses pengolahan data penjualan dengan metode rata-rata bergerak Proses pengolahan data penjualan dengan metode pemulusan Eksponensial Proses pengolahan data penjualan dengan metode proyeksi tren Proses pengolahan data dengan metode pemrograman linier menggunakan perangkat lunak LINDO

13 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri tekstil merupakan salah satu industri prioritas nasional yang masih prospektif untuk dikembangkan. Pada tahun 2006, Indonesia masuk dalam 10 negara pengekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) terbesar dunia yang menyerap 1,8 juta pekerja. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2007), pasar tekstil dalam negeri diperkirakan mencapai Rp 80 triliun. Pada tahun 2007, kinerja ekspor diperkirakan mencapai US$ 9,9 miliar, meningkat 9% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Lebih dari 50% volume nilai ekspor dikontribusi oleh industri garmen yang mencapai 55,7% (USD 5,27 juta), diikuti oleh industri pemintalan sebesar 18,9%, dan industri pertenunan 15,6%. Oleh karena itu, industri TPT masih menjadi penyumbang devisa non migas terbesar. Namun demikian tekstil Indonesia menghadapi pesaing potensial seperti Vietnam, Cina, dan India. Sebagian besar negara tujuan TPT Indonesia adalah Amerika Serikat (AS), Uni Eropa, dan Jepang. Pada tahun 2006, ekspor ke AS mencapai 41,3%, Uni Eropa 16,5%, dan Jepang 3,7%. Kenaikan ekspor pada tahun 2006 juga didorong oleh kenaikan harga rata-rata produk TPT yang cukup signifikan dibanding tahun sebelumnya yakni dari USD 4,76/kg pada 2005 menjadi USD 4,99/kg. Perkembangan ekspor TPT mengalami peningkatan dari tahun 2004 sampai 2006 yang diikuti dengan peningkatan nilai dan harga rata-rata (Tabel 1). Peningkatan volume ekspor TPT menunjukkan bahwa industri ini sangat prospektif dikembangkan, meskipun krisis global tahun 2008 telah menurunkan ekspor secara keseluruhan. Tabel 1. Perkembangan ekspor TPT Indonesia Volume (ribu kg) Value (ribu USD) Harga rata-rata Tahun (USD/Kg) , , ,99 Sumber : Badan Pusat Statistik dan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (2007)

14 Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jawa Barat memprediksi ekspor tekstil dan garmen turun 10% dibandingkan pada tahun 2008 senilai US$ 10 milliar. Namun, industri tekstil akan tetap hidup meskipun krisis finansial di AS belum dapat dipulihkan pada tahun 2009 (Asosiasi Pertekstilan Indonesia, 2008). Banyaknya industri TPT dalam negeri dan di negara Asia akan meningkatkan persaingan baik dari segi harga, kualitas dan model pakaian yang sensitif terhadap perubahan waktu dan lingkungan. Meningkatnya persaingan dan adanya variasi permintaan yang kompleks, menyebabkan perusahaan perlu perencanaan produksi baik jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Salah satu perencanaan yang harus dilakukan perusahaan dalam jangka menengah adalah perencanaan produksi agregat. Perencanaan produksi agregat sangat diperlukan untuk mengusahakan supaya perusahaan dapat mengalokasikan sumber daya yang dimiliki secara optimal, berproduksi pada tingkat efisien dan efektifitas yang tinggi, berproduksi dengan biaya rendah, menjual produk dalam jumlah banyak, memperoleh keuntungan bagi pengembangan dan kemajuan perusahaan dalam memiliki daya saing yang tinggi. Perusahaan yang tidak melakukan perencanaan produksi agregat akan menghadapi beberapa permasalahan seperti produksi yang tidak sesuai dengan permintaan, tidak optimalnya utilisasi kapasitas, keterlambatan waktu pengiriman dan beban produksi yang tidak merata. Salah satu perusahaan TPT yang memerlukan perencanaan produksi agregat adalah PT. Wiska. Perusahaan tersebut memproduksi viltrage, handuk ekspor dan lokal. Perusahaan tersebut dipilih sebagai objek penelitian karena PT. Wiska belum menerapkan sistem perencanaan produksi agregat. Selama ini perusahaan diduga belum mengalokasikan sumber daya yang tersedia secara optimal. Oleh karena itu, penelitian yang terkait dengan perencanaan produksi agregat di PT. Wiska perlu dilakukan dalam rangka menjaga kesinambungan produksi.

15 1.2 Perumusan Masalah Perubahan permintaan pasar terhadap produk tekstil terkait masalah kebutuhan, ekonomi, kualitas dan alam, memperoleh peluang baru dan tantangan baru bagi perusahaan untuk mengoptimalkan kapasitas/sumberdaya yang dimiliki dalam rangka meraih keuntungan yang lebih baik. Kondisi tersebut hanya dapat diraih jika dilakukan perencanaan produksi agregat yang lebih baik. Berdasarkan hal tersebut maka rumusan masalah yang perlu dikaji yaitu Apakah perencanaan produksi yang diterapkan PT. Wiska saat ini telah optimal, terutama ditinjau dari pemanfaatan kapasitas, pemenuhan permintaan, dan efisiensi produksi. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengkaji proses produksi dan sistem perencanaan produksi agregat yang dilakukan PT. Wiska. 2. Mempelajari parameter yang dibutuhkan dalam formulasi sistem perencanaan produksi agregat di PT. Wiska. 3. Menganalisis perencanaan produksi agregat yang optimum untuk kegiatan produksi pada periode perencanaan bulanan dalam satu tahun. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi perusahaaan a. Memberikan masukan tentang perencanaan produksi agregat untuk meramalkan produksi di masa yang akan datang sehingga menghasilkan tingkat produksi yang optimal. b. Memperbaiki penyimpangan-penyimpangan yang akan mempengaruhi kesalahan dalam perencanaan produksi. 2. Bagi pihak peneliti Mengaplikasikan ilmu dan teori ke dalam dunia kerja, memberikan informasi, ilmu dan bahan penelitian selanjutnya.

16 3. Bagi Ilmu Pengetahuan Memperkaya teori-teori tentang perencanaan dan pengendalian produksi, dan memberikan masukan yang mendukung setelah dilakukan penelitian. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini lebih difokuskan pada perencanaan produksi agregat yang bertujuan untuk menentukan kuantitas dan waktu produksi (jadwal produksi) pada jangka menengah yaitu selama satu tahun yang akan datang dengan periode perencanaan bulanan (April 2009 Maret 2010). Pembatasan masalah dan asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Perencanaan produksi agregat yang dibuat adalah perencanaan jangka menengah untuk masa satu tahun untuk produk handuk ekspor. 2. Peramalan berdasarkan pada data masa lampau dengan asumsi pola data masa lalu akan berlanjut di masa yang akan datang. 3. Tingkat permintaan peramalan berdasarkan data permintaan bulanan pada periode yang lalu dengan menggunakan metode peramalan dengan tingkat kesalahan paling rendah. 4. Tidak terdapat gangguan yang mengakibatkan penurunan dan penundaan produksi dari yang telah direncanakan. 5. Bahan baku diasumsikan tersedia selama periode perencanaan dan produksi berjalan dengan lancar. 6. Tidak ada pengangkatan atau pemberhentian tenaga kerja selama periode perencanaan (jumlah tenaga kerja tetap). 7. Tingkat harga pada satu tahun yang akan datang diasumsikan tetap setiap periode perencanaan. 8. Penetapan basis kerja dan jam kerja disesuaikan dengan kebijakan yang berlaku di PT. Wiska.

17 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Manufaktur Manufaktur berasal dari kata manufacture yang berarti membuat dengan tangan (manual) atau dengan mesin sehingga menghasilkan sesuatu barang (Prawirosentono, 2007). Secara umum, manufaktur adalah kegiatan memproses suatu barang atau beberapa bahan menjadi barang lain yang mempunyai nilai tambah yang lebih besar atau kegiatan-kegiatan memproses pengolahan input menjadi output. Contoh industri manufaktur, misalnya industri tekstil, industri obat, industri semen, industri alat-alat rumah tangga, industri perkayuan, industrian makan. Proses manufaktur dapat digambarkan dalam kerangka masukanmasukan seperti terlihat pada Gambar 1. Masukannya berupa bahan baku; selanjutnya bahan baku dikonversi (dengan bantuan peralatan, waktu, keahlian, uang, manajemen, dan lain sebagainya) menjadi keluaran yang disebut sebagai produk akhir. Pengendalian produksi berkepentingan dengan peramalan atau perkiraan keluaran, penentuan input yang dibutuhkan, serta perencanaan dan pengolahan bahan baku berdasarkan urutan produksi atau konversi yang dibutuhkan. PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI MASUKAN Bahan Baku PROSES OPERASI Manufaktur KELUARAN Produk Jadi Gambar 1. Manufaktur sebagai proses input-output (Biegel dalam Kusuma, 2004)

18 Menurut Prawirosentono (2007), faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan berdasarkan sifat manufaktur dalam perencanaan produksi adalah : 1. Perusahaan Manufaktur Terus-menerus (Continuous Manufacturing) Perencanaan produksi pada perusahaan yang bersifat terus-menerus untuk memenuhi stock pasar atau permintaan pasar sehingga barang yang dihasilkan harus dalam jumlah yang besar (mass production). Hal ini karena kegiatan produksi tidak dilakukan berdasarkan pesanan, akan tetapi untuk memenuhi pasar dan jumlah yang besar serta berulang-ulang dan telah mempunyai blueprint selama jangka waktu tertentu. Biasanya dilakukan peramalan penjualan, dan apabila stock barang hasil produksi yang terdapat di pasaran masih diperlukan konsumen, perusahaan akan memproduksi barang tersebut. 2. Perusahaan Manufaktur Terputus-putus (intermitten process) Perencanaan produksi dalam perusahaan dengan proses produksi terputusputus dilakukan berdasarkan jumlah pesanan (make to order) yang diterima. Sehubungan dengan hal tersebut, jumlah produksi biasanya relatif kecil, sehingga perencanan produksi yang dibuat semata-mata tidak berdasarkan ramalan penjualan, tetapi berdasarkan pesanan yang masuk. 2.2 Sistem Produksi Produksi adalah proses penciptaan barang dan jasa (Heizer dan Render, 2005). Menurut Baroto (2002), produksi adalah proses pengubahan bahan baku menjadi produk jadi. Jadi, produksi adalah pembuatan atau penambahan faedah, bentuk, waktu dan tempat atas faktor-faktor produksi sehingga lebih bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Sistem produksi menurut Baroto (2002) adalah sebagai berikut : 1. Suatu sistem yang membuat produk (mengubah bahan baku menjadi barang) yang melibatkan fungsi manajemen (yang bersifat abstrak) untuk merencanakan dan mengendalikan proses pembuatan tersebut. 2. Suatu teknik untuk merencanakan dan mengendalikan produksi (bersifat abstrak) dan tidak membahas proses pembuatan produk. Menurut Assauri (2004), proses produksi dapat diartikan sebagai cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang

19 dan jasa dengan menggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahanbahan dan dana). Menurut Gaspersz dalam Hadi (2005), komponen atau elemen struktural yang membentuk sistem produksi terdiri dari : bahan (material), mesin dan peralatan, tenaga kerja, modal, energi, informasi, dan tanah. Sedangkan komponen atau elemen fungsional terdiri dari supervise, perencanaan, pengendalian, koordinasi dan kepemimpinan yang semuanya berkaitan dengan manajemen dan organisasi. Skema sistem produksi secara umum dapat dilihat pada Gambar 2 berikut. INPUT Tenaga Kerja Modal Material Energi Tanah Informasi Manajerial LINGKUNGAN PROSES PROSES TRANSFORMASI NILAI TAMBAH OUTPUT PRODUK (Barang dan Jasa) Umpan Balik untuk Pengendalian Input, Proses, dan Teknologi Gambar 2. Skema sistem produksi (Gaspersz dalam Hadi, 2005) Proses produksi terdiri dari beberapa sub proses produksi, misalkan proses pengolahan bahan baku menjadi komponen, perakitan komponen menjadi sub assembly dan proses perakitan sub assembly menjadi produk jadi. Beberapa tipe proses produksi menurut Handoko (2000), yaitu : 1. Aliran Garis Proses produksi dari bahan mentah sampai menjadi produk akhir dan urutan-urutan operasi yang digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa selalu tetap. Aliran ini terdiri dari produksi massa (mass production) dan produksi terus menerus (continuous production). Produksi massa kumpulan produk dalam jumlah besar dengan mengikuti serangkaian operasi yang sama dengan kumpulan produk sebelumnya.

20 2. Aliran Intermitten (job shop) Proses produksi dalam kumpulan-kumpulan atau kelompok-kelompok barang yang sejenis pada interval-interval waktu yang terputus-putus. Operasi intermitten dapat diterapkan dalam produksi barang-barang yang tidak distandarisasi atau volume produksinya rendah. 3. Proyek Proses produksi digunakan untuk memproduksi produk-produk khusus atau unik, seperti kapal, pesawat terbang, peluru, jembatan, gedung, pekerjaan seni, peralatan-peralatan khusus, dan sebagainya. 4. Proses produksi untuk pesanan Memproduksi barang dan jasa-jasa atas dasar permintaan atau pesanan tertentu langganan akan suatu produk. 5. Produksi untuk persediaan Produksi digunakan untuk persediaan barang dan untuk memenuhi permintaan yang tidak pasti dan merencanakan kebutuhan kapasitas. 2.3 Perencanaan Produksi Perencanaan adalah fungsi manajemen yang paling pokok dan sangat luas meliputi perkiraan dan perhitungan mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan pada waktu yang akan datang mengikuti suatu urutan tertentu. Syarat mutlak suatu perencanaan harus mempunyai tujuan yang jelas dan mudah dimengerti serta perencanaan harus terukur dan mempunyai standar tertentu. Perencanaan produksi adalah perencanaan dan pengorganisasian mengenai orang-orang, bahan-bahan, mesin-mesin, dan peralatan lain serta modal yang diperlukan untuk memproduksi barang-barang pada suatu periode tertentu di masa depan sesuai dengan yang diperkirakan atau diramalkan (Assauri, 2004). Tujuan dari perencanaan produksi adalah : 1. Meramalkan permintaan produk yang dinyatakan dalam jumlah produk sebagai fungsi dari waktu. 2. Menetapkan jumlah dan saat pemesanan bahan baku serta komponen secara ekonomis dan terpadu.

21 3. Menetapkan keseimbangan antara tingkat kebutuhan produksi, teknik pemenuhan pesanan, serta memonitor tingkat persediaan produk jadi setiap saat, membandingkannya dengan rencana persediaan, dan melakukan revisi atas rencana produksi pada saat yang ditentukan; serta 4. Membuat jadwal produksi, penugasan, pembebanan mesin dan tenaga kerja yang terperinci sesuai dengan ketersediaan kapasitas dan fluktuasi permintaan pada suatu periode. Menurut Baroto (2002), tujuan perencanaan produksi adalah menyusun suatu rencana produksi untuk memenuhi permintaan pada waktu yang tepat dengan menggunakan sumber-sumber atau alternatif-alternatif yang tersisa dengan biaya yang paling minimum dari keseluruhan produk. Prawirasentono (2007) membagi tiga perencanaan dalam produksi berdasarkan horizon waktu yaitu : 1. Perencanaan jangka panjang (lebih dari 18 bulan). Tanggung jawab ini merupakan tanggung jawab eksekutif puncak, misalnya menambah fasilitas dan menambah peralatan yang memiliki umur panjang. 2. Perencanaan jangka menengah (3 hingga 18 bulan), disebut juga perencanaan agregat yang dilakukan oleh manajer operasi dengan perencanaan tugas seperti perencanaan penjualan, sub kontrak, menambah peralatan, menambah shift, menambah karyawan, dan membuat atau menggunakan persediaan. 3. Rencana jangka pendek (hingga 3 bulan). Perencanaan dilakukan oleh manajer operasi, para penyelia dan mandor. Penjadwalan tugas, penjadwalan karyawan dan pengalokasian mesin merupakan tanggung jawab mereka. Unsur-unsur perencanaan produksi terdiri dari dugaan/perkiraan, perhitungan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. Syarat mutlak suatu perencanaan harus mempunyai tujuan yang jelas dan mudah dimengerti. Perencanaan harus terukur dan mempunyai standar tertentu (Baroto, 2002).

22 Menurut Prawirasentono (2007) perencanaan produksi meliput beberapa hal : a) Desain Produk Desain produk harus disiapkan sebelum perusahaan beroperasi dalam jangka pendek. Sesuai dengan perubahan selera pasar, desain barang akan selalu diperbaharui agar barang yang dibuat selalu dibutuhkan konsumen atau pasar. Berdasarkan desain barang yang akan dibuat dapat ditentukan teknologi/mesin yang akan dibeli, termasuk kapasitas produksinya. b) Teknologi dan Fasilitas Produksi 1. Hal ini biasanya terdapat di beberapa negara yang mempunyai mesin dan teknologi yang akan dijual. Biasanya pemilik perusahaan akan memilih yang harganya yang sesuai dengan modal yang dimiliki. 2. Besar kecilnya kapasitas mesin yang harus dibeli tergantung kepada ramalan penjualan yang akan menjadi dasar perencanaan produksi. Jenis proses produksi yang akan digunakan akan tergantung pada desain barang yang akan dibuat. c) Bentuk Bangunan dan Fasilitas Produksi Besarnya kapasitas dan jenis teknologi akan mempengaruhi bentuk dan besar kecilnya bangunan pabrik yang harus didirikan. Selanjutnya akan menentukan rencana letak mesin dan rencana kegiatan pemeliharaan mesin dan sebagainya. d) Jumlah dan Tenaga Kerja Butir a, b, dan c seperti dijelaskan di atas akan mempengaruhi pula pada kebutuhan tenaga kerja. Bukan hanya jumlah tenaga kerja, tetapi juga jenis dan mutu tenaga kerja. e) Bentuk dan Mutu Produk Bentuk dan mutu produk akan menentukan jenis dan jumlah persediaan bahan yang harus dibeli. 2.4 Pengendalian Produksi Menurut American Production and Inventory Control Society (APICS), pengertian pengendalian produksi adalah fungsi untuk menggerakan barang melalui siklus manufaktur keseluruhan dari pengadaan bahan baku sampai dengan pengiriman produk jadi. Pengendalian produksi ialah

23 memberdayagunakan sumber daya produksi yang terbatas secara efektif, terutama dalam usaha memenuhi permintaan kosumen dan menciptakan keuntungan bagi perusahaan (Kusuma, 2004). Pengendalian produksi memiliki fungsi dalam perencanaan, peramalan, penjadwalan, dan pengendalian persediaan. Menurut Kusuma (2004) pada sistem manufaktur yang kontiniu, masalah pengendalian produksi terletak pada : a. Ketersediaan bahan baku pada saat yang tepat dengan jumlah dan jenis yang tepat b. Menghindarkan terjadinya bottle-neck pada lintas produksi, serta c. Pemindahan dan distribusi produk jadi dari lintas produksi ke titik penyimpanan atau penjualan. Dalam sistem job-order (tidak kontiniu), diperlukan proses yang berbeda pada setiap pesanan. Perhentian satu atau beberapa titik dalam lintas produksi tidak akan menghentikan keseluruhan lintas, karena setiap produk dibuat dengan prosesnya sendiri maka produk jadi biasanya langsung dikirim ke konsumen. Menurut Baroto (2002) fungsi yang ditangani perencanaan dan pengendalian adalah : 1. Mengelola pesanan dari pelanggan (order). 2. Meramalkan permintaan, untuk mengatasi fluktuasi permintaan. 3. Mengelola persediaan. 4. Menyusun rencana agregat (penyesuaian permintaan dengan kapasitas). 5. Membuat Jadwal Induk Produksi (JIP). JIP adalah rencana terperinci mengenai apa dan berapa unit yang harus diproduksi pada satu periode tertentu untuk setiap item produksi. 6. Merencanakan kebutuhan. JIP yang telah berisi apa dan berapa yang harus dibuat selanjutnya diterjemahkan ke dalam kebutuhan komponen, sub assembly, dan bahan penunjang untuk penyelesaian produk. 7. Melakukan penjadwalan pada mesin atau fasilitas produksi.

24 8. Memonitoring dan pelaporan pembebanan kerja dibanding kapasitas produksi. Kemajuan tiap tahap dimonitor dan dibuat laporannya untuk dianalisis. 9. Evaluasi skenario pembebanan dan kapasitas. Bila realisasi tidak sesuai dengan rencana, maka rencana agregat, JIP, dan penjadwalan dapat disesuaikan kebutuhan. Untuk jangka panjang dapat digunakan untuk menambah kapasitas produksi. Peramalan merupakan titik awal kegiatan pengendalian produksi. Peramalan dilakukan dalam satu jangka waktu perencanaan yang kita sebut sebagai horizon perencanaan. Hal yang penting adalah mengetahui akurasi ramalan penjualan yang akan datang. Tanpa peramalan yang akurat maka tidak mungkin perencanaan kapasitas jangka panjang. Perencanaan kapasitas adalah langkah kedua dalam rantai pengendalian produksi. Pada tahap ini direncanakan jumlah tenaga kerja yang akan direkrut, jumlah jam kerja lembur yang dijadwalkan, dan jumlah persediaan sehingga permintaan konsumen dapat dipenuhi secara efisien. Sistem operasi pengendalian produksi dapat diperjelas dengan Gambar 3 di bawah ini. PERAMALAN PERMINTAAN PEMESANAN PRODUK KONSUMEN PERENCANAAN KAPASITAS JANGKA PANJANG PERENCANAAN KEBUTUHAN JANGKA PENDEK PENGENDALIAN PEMANTAUAN PENJADWALAN PRODUKSI PRODUKSI RECEIVING DAN SHIPPING PENGENDALIAN PEMANTUAN PERSEDIAAN PERSEDIAAN PEMASOK Gambar 3. Sistem operasi pengendalian produksi (Bedworth dan Bailey dalam Kusuma, 2004)

25 Pengendalian persediaan merupakan suatu sistem dan harus dilihat secara menyeluruh. Pada tahap akhir analisis, tugas aktivitas perencanaan dan pengendalian produksi adalah menginterpretasikan tujuan yang saling berlawanan antara bagian produksi, bagian penjualan, dan bagian keuangan; dan menjabarkannya ke dalam rencana produksi dan kebijaksanaan persediaan (Kusuma, 2004). 2.5 Peramalan Peramalan adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan (Heizer dan Render, 2004). Menurut Kusuma (1999), peramalan adalah tingkat permintaan satu atau lebih produk selama beberapa periode mendatang. Peramalan produksi penting dan perlu karena beberapa hal, sebagai berikut : Ada ketidakpastian aktivitas produksi di masa yang akan datang Kemampuan & sumber daya perusahaan yang terbatas Untuk dapat melayani konsumen lebih baik, melalui tersedianya hasil produksi yang baik. Menurut Baroto (2002), karakteristik peramalan permintaan adalah sebagai berikut : 1. Faktor penyebab yang berlaku di masa lalu diasumsikan akan berfungsi juga di masa yang akan datang. 2. Peramalan tidak pernah sempurna, permintaan aktual selalu berbeda dengan permintaan yang diramalkan. 3. Tingkat ketepatan ramalan akan berkurang dalam rentang waktu yang semakin panjang. Implikasinya, peramalan untuk rentang yang pendek akan lebih akurat ketimbang peramalan untuk rentang waktu yang panjang. Tujuan peramalan dalam manajemen operasional adalah untuk mengurangi ketidakpastian produksi, agar langkah proaktif/antisipatif dapat dilakukan, dan untuk keperluan penjadwalan produksi. Peramalan dapat dipengaruhi oleh lingkungan eksternal dan lingkungan internal perusahaan. Lingkungan eksternal dapat berupa pendapatan konsumen, promosi pesaing,

26 harga pesaing, ketersedian produk, efektifitas kompetitif, efesiensi saluran yang digunakan, karakteristik pelanggan, dan lain sebagainya. Sedangkan lingkungan internal adalah kebijakan-kebijakan yang dilakukan dalam perusahaan, berupa kebijakan promosi, biaya dan saluran perusahaan (Makridakis et al., 1995). Beberapa langkah yang perlu diperhatikan untuk memastikan bahwa peramalan permintaan yang dilakukan dapat mencapai taraf ketepatan yang optimal (Baroto, 2002) adalah sebagai berikut : 1. Penentuan tujuan. Tujuan peramalan tergantung pada kebutuhan informasi para manajer. Analisis peramalan membicarakan dengan cara decision maker untuk mengetahui apa kebutuhan mereka dan selanjutnya menentukan : a. Variabel apa yang diramalkan, b. Siapa yang menggunakan hasil peramalan, c. Untuk tujuan apa hasil peramalan digunakan, d. Peramalan jangka panjang atau jangka pendek yang diperlukan, e. Derajat ketepatan peramalan yang diinginkan, f. Kapan peramalan diperlukan, g. Bagian-bagian peramalan yang diinginkan, seperti peramalan untuk kelompok pembeli, kelompok produk, atau daerah geografis. 2. Pengembangan model. Model mempermudah pengolahan dan penyajian data untuk dianalisis, bila dimasukkan data input akan menghasilkan output berupa ramalan di masa yang akan datang. Validitas dan reliabilitas ramalan sangat ditentukan oleh model yang digunakan. 3. Pengujian Model. Pengujian model bertujuan untuk melihat tingkat akurasi, validitasi, dan reliabiltas yang diharapkan. Bila model telah memenuhi tingkat akurasi, validitas, dan reliabilitas yang telah ditetapkan (langkah 1), maka model ini dapat diterima. Perlu dipahami model yang dipilih belum tentu merupakan model yang terbaik. 4. Penerapan model. Penerapan model dengan cara memasukkan data historis (data masa lalu) untuk menghasikan suatu ramalan. 5. Revisi dan evaluasi. Hasil ramalan yang telah dibuat harus senantiasa ditinjau ulang untuk diperbaiki. Perbaikan perlu bila terdapat perubahan

27 berarti pada variabel input-an. Hasil peramalan harus dibandingkan dengan kondisi nyata untuk menentukan apakah model peramalan yang digunakan masih memiliki tingkat akurasi yang ditetapkan. Bila tidak, maka model peramalan harus dikembangkan ulang. Umumnya jumlah yang diproduksi sangat ditentukan oleh besarnya permintaan akan produk. Berdasarkan jumlah permintaan yang diramalkan operasi, maka sub sistem operasi merencanakan dan merancang sistem, dan menjadwalkan sistem serta mengendalikan sistem tersebut. Dalam merencanakan dan merancang sistem tercakup perancangan produk, perancangan proses, investasi dan penggantian peralatan, serta perencanaan kapasitas. Sedangkan dalam penjadwalan sistem tercakup perencanan produksi menyeluruh dan penjadwalan operasi. Dalam pengendalian sistem (controlling the system) mencakup pengendalian produksi, pengendalian persediaan, pengendalian tenaga kerja dan pengendalian biaya. Ketiga kegiatan tersebut, yaitu perencanaan sistem, penjadwalan sistem, dan pengendalian sistem menentukan hasil keluaran berupa barang atau jasa. Keterkaitan penggunaan prakiraan atau peramalan permintaan tersebut dengan sub sistem produksi operasi seperti dapat dilihat pada Gambar 4. INFORMASI TENTANG PERMINTAAN YANG ADA DAN PRODUKSI PRAKIRAAN PERMINTAAN UNTUK OPERASI PERENCANAAN/ PERANCANGAN SISTEM Perancangan Produk Perancangan Proses Investasi dan Penggantian Peralatan Perencanaan Kapasitas PENJADWALAN SISTEM Perencanaan Produksi Agregat Penjadwalan Operasi KELUARAN BERUPA BARANG ATAU JASA PENGENDALIAN SISTEM Pengendalian Produksi Pengendalian Persediaan Pengendalian Tenaga Kerja Pengendalian Biaya Gambar 4. Penggunaan prakiraan untuk peramalan permintaan dalam sub sistem produksi operasi (Assauri, 2004)

28 Semua metode peramalan memiliki ide sama, yaitu menggunakan data masa lampau untuk memperkirakan atau memproyeksikan data di masa yang akan datang. Berdasarkan tingkatan awal peramalan, metode peramalan dapat dibagi menjadi metode top down, metode bottom-up, dan metode interpretasi permintaan. Ketiga metode di atas dapat dilakukan dengan metode kualitatif atau kuantitatif, salah satu atau bersama-sama. Prosedur peramalan permintaan menurut Baroto (2002) sebagai berikut : 1. Menentukan pola data permintaan. Hal tersebut, dilakukan dengan cara memplotkan data secara grafis dan menyimpulkan apakah data itu berpola trend, musiman, siklikal, atau eratik/random. 2. Mencoba beberapa metode deret waktu yang sesuai dengan pola permintaan tersebut untuk melakukan peramalan. Metode yang dicoba semakin banyak semakin baik. Pada setiap metode, sebaiknya dilakukan pula peramalan dengan parameter yang berbeda. 3. Mengevaluasi tingkat kesalahan masing-masing metode yang telah dicoba. Tingkat kesalahan diukur dengan kriteria Mean Absolute Deviation (MAD), Mean Squared Error (MSE), Mean Absolute Percentage Error (MAPE), atau lainnya. Sebaiknya tingkat kesalahan (apakah MAD, MSE, atau MAPE) ini ditentukan dulu. Tidak ada ketentuan mengenai berapa tingkat kesalahan maksimal dalam peramalan. 4. Memilih metode peramalan terbaik diantara metode yang dicoba. Metode terbaik adalah metode yang memberikan tingkat kesalahan terkecil dibanding metode lainnya dan tingkat kesalahan tersebut di bawah batas tingkat kesalahan yang telah ditetapkan. 5. Melakukan peramalan permintaan dengan metode terbaik yang telah dipilih. 2.6 Pola Data Deret Waktu Metode deret waktu adalah teknik peramalan yang menggunakan sekumpulan data masa lalu untuk melakukan peramalan (Heizer dan Render, 2005). Menurut Baroto (2002) metode deret waktu adalah peramalan secara kuantitatif dengan menggunakan waktu sebagai dasar peramalan. Secara

29 umum peramalan deret waktu pada masa yang akan datang dipengaruhi oleh waku dan data historis. Dalam deret waktu terdapat empat jenis permintaan, yaitu : 1. Pola Trend Pola trend adalah bila data permintaan menunjukkan pola kecenderungan gerakan penurunan atau kenaikan jangka panjang. Data berfluktuasi apabila dilihat pada rentang waktu yang panjang akan dapat ditarik suatu garis maya. Metode peramalan yang sesuai adalah metode regresi linier, exponential smoothing, dan double exponential smoothing. Metode regresi linier biasanya memberikan tingkat kesalahan yang kecil. 2. Pola Musiman Bila data yang kelihatannya berfluktuasi, namun fluktuasi tersebut akan terlihat berulang dalam suatu interval waktu tertentu, maka data tersebut berpola musiman. Disebut musiman karena data tersebut dipengaruhi oleh musim, sehingga biasanya interval perulangan data ini adalah satu tahun. Contoh : Permintaan baju hangat tentu dipengaruhi oleh musim (semi, panas, gugur, dingin). Metode peramalan yang sesuai dengan pola musiman adalah metode winter (sangat sesuai), moving average, dan weight moving average. 3. Pola Siklikal Pola siklikal adalah bila fluktuasi permintaan dalam jangka panjang membentuk pola sinusoid atau gelombang atau siklus. Pola siklikal mirip dengan musiman. Pola musiman tidak harus berbentuk gelombang, bentuknya dapat bervariasi, namun bentuknya akan berulang setiap tahun (umumnya). Pola siklikal bentuknya selalu mirip gelombang sinusoid. Metode yang sesuai bila data berpola siklikal adalah metode moving average, weight moving average, dan exponential smoothing. 4. Pola Eratik/Random Pola eratik adalah bila fluktuasi data permintaan dalam jangka panjang tidak dapat digambarkan oleh ketiga pola lainnya. Fluktuasi permintaan bersifat acak atau tidak jelas. Tidak ada metode peramalan yang direkomendasikan untuk pola ini. Hanya saja tingkat kemampuan seorang

30 analis peramalan sangat menentukan dalam pengambilan kesimpulan mengenai pola data. Keterampilan dan imajinasi analisis peramalan memang merupakan faktor yang paling menentukan dalam pelaksanaan peramalan. 2.7 Metode Peramalan Menurut Makridakis et al., (1995), pendekatan dalam peramalan dapat dilakukan dengan dua analisis, yaitu : 1. Peramalan Kuantitatif Menggunakan model matematik yang beragam dengan data masa lalu dan variabel sebab akibat untuk meramalkan permintaan. Metode kuantitatif terdiri dari : Metode Time series ( free Hands /grafis, moving average, weight moving average, exponential smoothing, regresi linier sederhana, interpolasi Gregory-Newton, winter, ARIMA), dan Metode Nontime Series (Structural Models ) Menurut Makridakis et al., (1995), peramalan kuantitatif dapat diterapkan bila terdapat tiga kondisi berikut : a. Tersedia informasi masa lalu. b. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik. c. Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus berlanjut di masa yang akan datang. 2. Peramalan Kualitatif Peramalan yang menggabungkan suatu intuisi, emosi, pengalaman pribadi, dan sistem nilai pengambil keputusan untuk meramal. Biasanya metode ini digunakan bila tidak ada atau sedikit data masa lalu yang tersedia. Metode kualitatif yang banyak dikenal adalah metode Delpi dan metode nominal (nominal group technique) Metode Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) Metode Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) merupakan salah satu model peramalan yang menggunakan data masa lalu untuk diproyeksikan ke masa depan. Penerapan suatu model

31 ARIMA menurut Makridakis et al., (1995) membutuhkan dua kegiatan utama, yaitu (1) analisis terhadap deret masa lalu dan berdasarkan hasilnya dilakukan (2) pemilihan model atau teknik peramalan masa datang. Model ARIMA yang tepat, dapat diperoleh dengan melakukan identifikasi terhadap stasioneritas dan non stasioneritas deret data. Pembedaan (differencing) dilakukan apabila deret data tidak menunjukkan stasioneritas. Penerapan suatu model ini terdapat tiga proses yang digabungkan atau harus dilakukan sekaligus, yaitu proses pembangkitan autoregresif, proses pembedaan, dan proses rata-rata bergerak, yang secara umum ditulis ARIMA (p, d, q). Tahapan pendekatan metode ARIMA menurut Makridakis et al., (1995), yaitu : 1. Pengidentifikasian model, kombinasi (p, d, q) harus diidentifikasi secara teliti sampai diperoleh kesesuaian yang memadai terhadap deret berkala. Hal ini dilakukan dengan menyesuaikan autokorelasi teoritis untuk berbagai model autoregressive dan moving average (p, d, q). 2. Pendugaan parameter model untuk kombinasi yang diidentifikasi dalam tahap pertama, metode kuadrat terkecil digunakan untuk menyesuaikan model sementara yang dicoba terhadap deret berkala yang mendasari. Dengan demikian diperoleh koefisien untuk autoregressive dan rata-rata bergerak. 3. Pemeriksaan diagnostik. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa kecukupan penyesuaian model yang diduga dengan menganalisa nilai-nilai sisa yang dihasilkan. Apabila nilai-nilai tersebut memperlihatkan keadaan acak sepanjang waktu, maka model yang disesuaikan dianggap memberikan yang memadai terhadap deret berkala yang mendasarinya. Jika pada tahap penyesuaian dianggap kurang memadai, maka kembali ke tahap pertama dengan mencoba suatu model baru. 4. Prakiraan dengan model terpilih. Model prakiraan yang diterima digunakan untuk menghasilkan prakiraan nilai mendatang.

32 Menurut Makridakis et al., (1995), suatu pengujian terhadap koefisien autokorelasi dan koefisien autokorelasi parsial dari model ARIMA yang stasioner mengungkapkan beberapa sifat sebagai berikut : 1. AR (1) ditunjukkan oleh autokorelasi yang menurun secara eksponensial dan satu autokorelasi yang berbeda nyata. 2. MA (1) ditunjukkan oleh autokorelasi parsial yang menurun secara eksponensial dan satu autokorelasi yang berbeda nyata. 3. AR (2) ditunjukkan oleh autokorelasi yang seperti gelombang sinus terendam dan dua autokorelasi yang berbeda nyata. 4. MA (2) ditunjukkan oleh autokorelasi parsial yang seperti gelombang sinus terendam dan dua autokorelasi yang berbeda nyata. 5. ARMA (1, 1) ditunjukkan oleh autokorelasi dan autokorelasi parsial yang mendekati nol secara eksponensial. Tahapan pendekatan dengan metode ARIMA dapat dilihat pada Gambar 5. Merumuskan kelompok model umum Penetapan model Sementara Penaksiran Parameter pada Model Tidak Apakah Model memadai? Ya Peramalan dengan model Terpilih Gambar 5. Tahapan pendekatan dalam menentukan model ARIMA (Makridakis et al., 1995)

33 2.7.2 Metode Rata-rata Bergerak (Moving Average) Menurut Makridakis et al., (1995), metode ini menggunakan pendekatan dimana ramalan merupakan perhitungan kumulatif dari seluruh nilai data masa lalu yang dimiliki. Istilah rata-rata bergerak digunakan karena karena setiap diperoleh observasi (data aktual) baru maka rata-rata yang baru dapat dihitung dengan meninggalkan data periode yang terlama dan memasukkan data periode yang terbaru/terakhir (Herjanto, 1999). Rata-rata yang baru ini kemudian dipakai sebagai peramalan untuk periode yang akan datang, dan seterusnya. Secara matematika, rumus peramalan dengan metode ratarata bergerak sebagai berikut.... 1)... 2) Dimana : = nilai peramalan periode t+1 Y i N t = data permintaan ke-i = jumlah deret waktu yang digunakan = periode waktu Metode Pemulusan Eksponensial (Exponential Smoothing) Makridakis et al., (1995) menerangkan bahwa metode ini melakukan pembobotan menurun secara eksponensial terhadap nilai variabel atau observasi yang lalu. Setiap data pengamatan mempunyai kontribusi dalam penentuan nilai peramalan periode sebelumnya. Namun, dalam perhitungannya cukup diwakili oleh data pengamatan dan hasil peramalan periode terakhir (Herjanto, 1999). Istilah eksponensial dalam metode ini berasal dari pembobotan (faktor pemulusan) dari periode sebelumnya yang berbentuk eksponensial. Rumus penghalusan eksponensial dapat ditunjukkan sebagai berikut :

34 ... 3) Peramalan baru = peramalan periode lalu + α (permintaan aktual periode lalu - Peramalan periode baru)... 4) Dimana : = nilai peramalan periode t+1 Y t = data permintaan periode ke-t α = konstanta penghalus (0 α 1) = nilai peramalan periode ke-t Proyeksi Trend (Trend Projection) Metode peramalan deret waktu yang menyesuaikan sebuah garis tren pada serangkaian data masa lalu, dan kemudian diproyeksikan dalam garis untuk meramalkan masa depan (Heizer dan Render, 2005). Metode ini menggambarkan hubungan antara periode dan variabel yang diramal dengan menggunakan analisis trend. Apabila pola data yang digunakan memiliki unsur musiman, maka komponen musiman dapat juga dicoba dalam metode ini (Heizer dan Render, 2005). Persamaan proyeksi trend adalah sebagai berikut. Model linear :... 5) Dimana : a = nilai terhitung dari variabel yang akan diramalkan. = persilangan sumbu y b = x t = kemiringan garis (tingkat perubahan pada y untuk perubahan yang terjadi di x) = variabel bebas (waktu) = periode waktu 2.8 Kriteria Memilih Peramalan Terbaik Bedworth dalam Kusuma, 2004 mengusulkan penggunaan beberapa tolok ukur kesalahan peramalan (forecast error), yaitu :

KAJIAN PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT DI PT. WISKA. Oleh PATAR NAIBAHO H

KAJIAN PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT DI PT. WISKA. Oleh PATAR NAIBAHO H KAJIAN PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT DI PT. WISKA Oleh PATAR NAIBAHO H24050116 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 ABSTRAK Patar Naibaho H24050116. Kajian Perencanaan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki tujuan yang sama yaitu mendapatkan keuntungan untuk kelancaraan kontinuitas usahanya dan mampu bersaing

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori yang menjadi dasar dan landasan dalam penelitian sehingga membantu mempermudah pembahasan selanjutnya. Teori tersebut meliputi arti dan peranan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Peramalan Peramalan ( forecasting) merupakan alat bantu yang penting dalam perencanaan yang efektif dan efisien khususnya dalam bidang ekonomi. Dalam organisasi modern

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2009:7) manajemen adalah aktivitas kerja yang melibatkan koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari bahasa kata to manage yang artinya mengatur atau mengelola. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peramalan merupakan studi terhadap data historis untuk menemukan hubungan, kecenderungan dan pola data yang sistematis (Makridakis, 1999). Peramalan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan merupakan usaha yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk melihat dan mengkaji situasi dan kondisi di masa mendatang. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.1.1 Sistem Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan

Lebih terperinci

KAJIAN PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT (Studi Kasus pada PT Adi Putra Perkasa, Cicurug - Sukabumi) Oleh ASEP SOLEHUDIN H

KAJIAN PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT (Studi Kasus pada PT Adi Putra Perkasa, Cicurug - Sukabumi) Oleh ASEP SOLEHUDIN H KAJIAN PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT (Studi Kasus pada PT Adi Putra Perkasa, Cicurug - Sukabumi) Oleh ASEP SOLEHUDIN H24103066 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan digunakanan sebagai acuan pencegah yang mendasari suatu keputusan untuk yang akan datang dalam upaya meminimalis kendala atau memaksimalkan pengembangan baik

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Teori Dunia industri biasanya tak lepas dari suatu peramalan, hal ini disebabkan bahwa peramalan dapat memprediksi kejadian di masa yang akan datang untuk mengambil keputusan

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI SARUNG TENUN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMULUSAN DATA

PERAMALAN PRODUKSI SARUNG TENUN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMULUSAN DATA PERAMALAN PRODUKSI SARUNG TENUN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMULUSAN DATA Weny Indah Kusumawati Program Studi Sistem Komputer, Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya email: weny@stikom.edu Abstrak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Peramalan Peramalan (forecasting) merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa yang akan datang. Pada hakekatnya peramalan hanya merupakan suatu perkiraan (guess),

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan adalah proses perkiraan (pengukuran) besarnya atau jumlah

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan adalah proses perkiraan (pengukuran) besarnya atau jumlah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Definisi dan Tujuan Peramalan Peramalan adalah proses perkiraan (pengukuran) besarnya atau jumlah sesuatu pada waktu yang akan datang berdasarkan data pada masa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 1 BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang teori penunjang dan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan metode ARIMA box jenkins untuk meramalkan kebutuhan bahan baku. 2.1. Peramalan Peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 20 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah pemikiran terhadap suatu besaran, misalnya permintaan terhadap satu atau beberapa produk pada periode yang akan datang.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Keberadaan persediaan dalam suatu unit usaha perlu diatur sedemikian rupa sehingga kelancaran pemenuhan kebutuhan pemakai dapat dijamin

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Permintaan III KERANGKA PEMIKIRAN Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang (Sofjan Assauri,1984). Setiap kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

berhati-hati dalam melakukan perencanaan agar tidak terjadi kekosongan stok akan bahan baku dan produk jadi. Salah satu kesalahan perencanaan yang dil

berhati-hati dalam melakukan perencanaan agar tidak terjadi kekosongan stok akan bahan baku dan produk jadi. Salah satu kesalahan perencanaan yang dil Penyusunan Jadwal Induk Produksi Pada PT. Hitachi Construction Machinery Indonesia Alden Siregar (30404050) Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma Contact Person : Alden

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Peramalan (forecasting) 2.1.1. Hubungan Forecast dengan Rencana Forecast adalah peramalan apa yang akan terjadi pada waktu yang akan datang, sedang rencana merupakan penentuan apa

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi semakin sulit untuk diperkirakan. Selama ini, manajer PT. Focus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Peramalan Peramalan adalah suatu kegiatan dalam memperkirakan atau kegiatan yang meliputi pembuatan perencanaan di masa yang akan datang dengan menggunakan data masa lalu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Di dalam melakukan suatu kegiatan dan analisis usaha atau produksi bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. autokovarians (ACVF) dan fungsi autokorelasi (ACF), fungsi autokorelasi parsial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. autokovarians (ACVF) dan fungsi autokorelasi (ACF), fungsi autokorelasi parsial BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berikut teori-teori yang mendukung penelitian ini, yaitu konsep dasar peramalan, konsep dasar deret waktu, proses stokastik, proses stasioner, fungsi autokovarians (ACVF) dan fungsi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan sering dipandang sebagai seni dan ilmu dalam memprediksikan kejadian yang mungkin dihadapi pada masa yang akan datang. Secara teoritis peramalan

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #7

Pembahasan Materi #7 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Pengertian Moving Average Alasan Tujuan Jenis Validitas Taksonomi Metode Kualitatif Metode Kuantitatif Time Series Metode Peramalan Permintaan Weighted Woving

Lebih terperinci

Perencanaan Produksi Kotak Karton Tipe PB/GL pada PT.Guru Indonesia Ciracas, Jakarta Timur dengan Metode Transportasi.

Perencanaan Produksi Kotak Karton Tipe PB/GL pada PT.Guru Indonesia Ciracas, Jakarta Timur dengan Metode Transportasi. Perencanaan Produksi Kotak Karton Tipe PB/GL pada PT.Guru Indonesia Ciracas, Jakarta Timur dengan Metode Transportasi. Ariyanto Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Industri Universitas Gunadarma

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Peramalan 2.1.1. Pengertian dan Kegunaan Peramalan Peramalan (forecasting) menurut Sofjan Assauri (1984) adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan meramalkan atau memprediksi apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang dengan waktu tenggang (lead time) yang relative lama,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Industri Manufaktur Manufaktur berasal dari kata Manufacture yang berarti membuat dari tangan (manual) atau dengan mesin sehingga menghasilkan sesuatu barang (Prawirosentono,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Peramalan merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa mendatang berdasarkan data pada masa lalu, berbasis pada metode ilmiah dan kualitatif yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Data Deret Berkala

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Data Deret Berkala BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Data Deret Berkala Suatu deret berkala adalah himpunan observasi yang terkumpul atau hasil observasi yang mengalami peningkatan waktu. Data deret berkala adalah serangkaian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem informasi terdiri dari input, proses, dan output, seperti yang terlihat pada

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem informasi terdiri dari input, proses, dan output, seperti yang terlihat pada BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Sistem Informasi Sebelum merancang sistem perlu dikaji konsep dan definisi dari sistem.. Sistem informasi terdiri dari input, proses, dan output, seperti yang terlihat

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG Siti Rohana Nasution 1, Temotius Agung Lukito 2 1,2) Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pancasila 1) nasutionana@yahoo.co.id,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Material Requirement Planning (MRP) Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured planned orders,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORITIS

BAB 2 LANDASAN TEORITIS BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksikan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relative lama.

Lebih terperinci

BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis

BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis Mata Kuliah Semester PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis : IV Pertemuan Ke : 9 Pokok Bahasan Dosen : Perencanaan Produksi : Prof.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Definisi Peramalan Peramalan adalah suatu proses dalam menggunakan data historis yang telah dimiliki untuk diproyeksikan ke dalam suatu model peramalan. Dengan model peramalan

Lebih terperinci

PERAMALAN (FORECASTING)

PERAMALAN (FORECASTING) #3 - Peramalan (Forecasting) #1 1 PERAMALAN (FORECASTING) EMA302 Manajemen Operasional Pengertian (1) 2 Oxford Dictionary, Forecast is a statement about what will happen in the future, based on information

Lebih terperinci

BAB. 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB. 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB. 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kain adalah bahan mentah yang dapat dikelola menjadi suatu pakaian yang mempunyai nilai financial dan konsumtif dalam kehidupan, seperti pembuatan baju. Contohnya

Lebih terperinci

BAB III PERAMALAN 3.1 Landasan Teori Peramalan

BAB III PERAMALAN 3.1 Landasan Teori Peramalan BAB III PERAMALAN 3.1 Landasan Teori Peramalan Menurut Gaspersz (2004), aktivitas peramalan merupakan suatu fungsi bisnis yang berusaha memperkirakan permintaan dan penggunaan produk sehingga produk-produk

Lebih terperinci

PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 02, No. 03 (2014), pp. 253 266. PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sama, yaitu persaingan dalam industrinya sehingga perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sama, yaitu persaingan dalam industrinya sehingga perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Pada era globalisasi ini, setiap perusahaan menghadapi situasi serta permasalahan yang sama, yaitu persaingan dalam industrinya sehingga perusahaan harus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada

BAB II LANDASAN TEORI. dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Menurut Kristanto (2003:2), sistem adalah kumpulan elemen elemen dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada sistem

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Penetapan Kriteria Optimasi Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis perencanaan agregat yang tepat pada PT. LG Electronics adalah sebagai berikut : 1. Peramalan

Lebih terperinci

EMA302 Manajemen Operasional

EMA302 Manajemen Operasional 1 PERAMALAN (FORECASTING) EMA302 Manajemen Operasional Pengertian (1) 2 Oxford Dictionary, Forecast is a statement about what will happen in the future, based on information that is available now. (Peramalan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 15 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perkembangan ekonomi dan bisnis dewasa ini semakin cepat dan pesat. Bisnis dan usaha yang semakin berkembang ini ditandai dengan semakin banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Vanissa Hapsari,2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Vanissa Hapsari,2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat pencemaran udara di beberapa kota besar cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya jumlah transportasi terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dan mampu membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. besar dan mampu membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi globalisasi dunia saat ini mendorong persaingan diantara para pelaku bisnis yang semakin ketat. Di Indonesia sebagai negara berkembang, pembangunan

Lebih terperinci

BAB III PERAMALAN. Praktikum Sistem Produksi ATA 2014/2015

BAB III PERAMALAN. Praktikum Sistem Produksi ATA 2014/2015 BAB III PERAMALAN 3.1 Landasan Teori Peramalan merupakan suatu bentuk usaha untuk meramalkan keadaan di masa mendatang melalui pengujian keadaan di masa lalu. Esensi peramalan adalah perkiraan peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia sejak tahun enam puluhan telah diterapkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika di Jakarta menjadi suatu direktorat perhubungan udara. Direktorat

Lebih terperinci

METODE KUANTITATIF, MENGGUNAKAN BERBAGAI MODEL MATEMATIS YANG MENGGUNAKAN DATA HISTORIES DAN ATAU VARIABLE-VARIABEL KAUSAL UNTUK MERAMALKAN

METODE KUANTITATIF, MENGGUNAKAN BERBAGAI MODEL MATEMATIS YANG MENGGUNAKAN DATA HISTORIES DAN ATAU VARIABLE-VARIABEL KAUSAL UNTUK MERAMALKAN METODE KUANTITATIF, MENGGUNAKAN BERBAGAI MODEL MATEMATIS YANG MENGGUNAKAN DATA HISTORIES DAN ATAU VARIABLE-VARIABEL KAUSAL UNTUK MERAMALKAN Peramalan kuantitatif hanya dapat digunakan apabila terdapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. saling berhubungan membentuk suatu kesatuan atau organisasi atau suatu jaringan

BAB II LANDASAN TEORI. saling berhubungan membentuk suatu kesatuan atau organisasi atau suatu jaringan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Menurut Amsyah (2005), definisi sistem adalah elemen-elemen yang saling berhubungan membentuk suatu kesatuan atau organisasi atau suatu jaringan kerja dari prosedur

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis kebutuhan konsumen pada PT. Aneka Indofoil terkait dengan jumlah persediaan adalah sebagai berikut:

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu kerangka yang mengungkapkan suatu teori-teori yang sesuai dengan pokok permasalahan penelitian yang dibahas.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Peramalan (Forecasting) Menurut Kusuma (2004:13), peramalan (forecasting) adalah perkiraan tingkat permintaan satu atau lebih produk selama beberapa periode mendatang.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Produksi Proses Produksi

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Produksi Proses Produksi HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Produksi Proses Produksi Proses produksi adalah suatu rangkaian operasi yang dilalui bahan baku baik secara fisik maupun kimia untuk meningkatkan nilai tambah dan nilai jualnya.

Lebih terperinci

PERAMALAN PENJUALAN OBAT MENGGUNAKAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING PADA TOKO OBAT BINTANG GEURUGOK

PERAMALAN PENJUALAN OBAT MENGGUNAKAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING PADA TOKO OBAT BINTANG GEURUGOK PERAMALAN PENJUALAN OBAT MENGGUNAKAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING PADA TOKO OBAT BINTANG GEURUGOK Sayed Fachrurrazi, S.Si., M.Kom Program Studi Teknik Informatika, Universitas Malikussaleh Reuleut,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manfaat Peramalan Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suatu dugaan atau perkiraan tentang terjadinya suatu keadaan dimasa depan, tetapi dengan menggunakan metode metode tertentu

Lebih terperinci

Peramalan Deret Waktu Menggunakan S-Curve dan Quadratic Trend Model

Peramalan Deret Waktu Menggunakan S-Curve dan Quadratic Trend Model Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2015 STMIK STIKOM Bali, 9 10 Oktober 2015 Peramalan Deret Waktu Menggunakan S-Curve dan Quadratic Trend Model Ni Kadek Sukerti STMIK STIKOM Bali Jl. Raya Puputan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Malang, Mei Penyusun

KATA PENGANTAR. Malang, Mei Penyusun KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-nya penyusun dapat menyelesaikan laporan Kuliah Kerja Nyata - Praktik (KKN-P) ini dengan baik. Laporan KKN-P

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Peramalan diperlukan karena adanya kesenjaan waktu

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

PENENTUAN METODE PERAMALAN SEBAGAI DASAR PENENTUAN TINGKAT KEBUTUHAN PERSEDIAAN PENGAMAN PADA PRODUK KARET REMAH SIR 20

PENENTUAN METODE PERAMALAN SEBAGAI DASAR PENENTUAN TINGKAT KEBUTUHAN PERSEDIAAN PENGAMAN PADA PRODUK KARET REMAH SIR 20 PENENTUAN METODE PERAMALAN SEBAGAI DASAR PENENTUAN TINGKAT KEBUTUHAN PERSEDIAAN PENGAMAN PADA PRODUK KARET REMAH SIR 20 Theresia Oshin Rosmaria Pasaribu 1 Rossi Septy Wahyuni 2 Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Program Studi Teknik Otomasi, Jurusan Teknik Kelistrikan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Program Studi Teknik Otomasi, Jurusan Teknik Kelistrikan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Perbandingan Metode Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) dan Exponential Smoothing pada Peramalan Penjualan Klip (Studi Kasus PT. Indoprima Gemilang Engineering) Aditia Rizki Sudrajat 1, Renanda

Lebih terperinci

PERAMALAN (FORECASTING)

PERAMALAN (FORECASTING) PERAMALAN (FORECASTING) Apakah Peramalan itu? Peramalan (forecasting) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan. Dapat dilakukan dengan melibatkan pengambilan data historis dan memproyeksikannya

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 126 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Diagram Pemecahan Masalah Gambar 3.1 Flow Diagram Pemecahan Masalah 127 1 PENGUMPULAN DATA - Data spesifikasi produk - Data bahan baku - Data jumlah mesin

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produksi Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit tanaman pada lahan yang telah disediakan, pemupukan dan perawatan sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peramalan pada dasarnya merupakan proses menyusun informasi tentang kejadian masa lampau yang berurutan untuk menduga kejadian di masa depan (Frechtling, 2001:

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL HOLT-WINTER DAN METODE DEKOMPOSISI KLASIK

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL HOLT-WINTER DAN METODE DEKOMPOSISI KLASIK BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL HOLT-WINTER DAN METODE DEKOMPOSISI KLASIK 3.1 Metode Pemulusan Eksponensial Holt-Winter Metode rata-rata bergerak dan pemulusan Eksponensial dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 49 BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Standar Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimalkan supply chain management pada Honda Tebet (PT. Setianita Megah Motor) dari proses bisnis perusahaan

Lebih terperinci

PERENCANAAN & PENGENDALIAN OPERASI

PERENCANAAN & PENGENDALIAN OPERASI PERENCANAAN & PENGENDALIAN OPERASI KOMPETENSI MATA KULIAH Setelah mempelajari mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu: Memahami pengembangan sistem pengendalian produksi dan umpan balik informasi perkembangan

Lebih terperinci

Ratih Wulandari, ST., MT

Ratih Wulandari, ST., MT 10/7/2015 Teknik IndustriIndustri-UG Ratih Wulandari, ST., MT Perencanaan dan pengendalian produksi yaitu merencanakan kegiatan-kegiatan produksi, agar apa yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 21 Perencanaan Produksi 211 Arti dan Pentingnya Perencanaan Produksi Perencanaan produksi merupakan aktifitas untuk menetapkan produk yang akan diprodksi untuk periode selanjutnyatujuan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dari UD. Wingko Babat Pak Moel sebagai berikut: a. Data permintaan wingko pada tahun 2016.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dari UD. Wingko Babat Pak Moel sebagai berikut: a. Data permintaan wingko pada tahun 2016. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan dan Pengolahan Data Untuk menganalisi permasalahan pengoptimalan produksi, diperlukan data dari UD. Wingko Babat Pak Moel sebagai berikut: a. Data permintaan

Lebih terperinci

ANGGA NUR ARDYANSAH NIM

ANGGA NUR ARDYANSAH NIM Akurasi Metode Exponential Smoothing dan Metode Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) untuk Meramalkan Lama Proses Pengerjaan Tugas Akhir Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember

Lebih terperinci

METODOLOGI Kerangka Pemikiran

METODOLOGI Kerangka Pemikiran METODOLOGI Kerangka Pemikiran Semakin berkembangnya perusahaan agroindustri membuat perusahaanperusahaan harus bersaing untuk memasarkan produknya. Salah satu cara untuk memenangkan pasar yaitu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak kondisi ekonomi dan bisnis selalu berubah setiap waktu, maka para

BAB I PENDAHULUAN. Sejak kondisi ekonomi dan bisnis selalu berubah setiap waktu, maka para 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak kondisi ekonomi dan bisnis selalu berubah setiap waktu, maka para pimpinan suatu perusahaan atau para pelaku bisnis harus menemukan cara untuk terus

Lebih terperinci

PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA

PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA PENDAHULUAN Prediksi data runtut waktu.

Lebih terperinci

Sistem Infornasi Estimasi Penjualan Dengan Menggunakan Metode Exponential. Abstraksi

Sistem Infornasi Estimasi Penjualan Dengan Menggunakan Metode Exponential. Abstraksi Sistem Infornasi Estimasi Penjualan Dengan Menggunakan Metode Exponential Smoothing (Studi Kasus : PT. Sumber Bening Lestari) 1)Krisna Setya Wardana2)Antok Supriyanto3)M. Arifin 1)Program Studi Sistem

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Koperasi Niaga Abadi Ridhotullah (KNAR) adalah badan usaha yang bergerak dalam bidang distributor makanan dan minuman ringan (snack). Koperasi

Lebih terperinci

MODEL EXPONENTIAL SMOOTHING HOLT-WINTER DAN MODEL SARIMA UNTUK PERAMALAN TINGKAT HUNIAN HOTEL DI PROPINSI DIY SKRIPSI

MODEL EXPONENTIAL SMOOTHING HOLT-WINTER DAN MODEL SARIMA UNTUK PERAMALAN TINGKAT HUNIAN HOTEL DI PROPINSI DIY SKRIPSI MODEL EXPONENTIAL SMOOTHING HOLT-WINTER DAN MODEL SARIMA UNTUK PERAMALAN TINGKAT HUNIAN HOTEL DI PROPINSI DIY SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

Aplikasi Sistem Informasi Forecasting pada PD. Maha Jaya. Teknik Informatika 1 Teknik Industri 2 Universitas Kristen Petra Surabaya

Aplikasi Sistem Informasi Forecasting pada PD. Maha Jaya. Teknik Informatika 1 Teknik Industri 2 Universitas Kristen Petra Surabaya Aplikasi Sistem Informasi Forecasting pada PD. Maha Jaya Rudy Adipranata 1, Tanti Octavia 2, Andi Irawan 1 Teknik Informatika 1 Teknik Industri 2 Universitas Kristen Petra Surabaya Pendahuluan Pentingnya

Lebih terperinci

Pengantar Manajemen Produksi & Operasi

Pengantar Manajemen Produksi & Operasi Pengantar Manajemen Produksi & Operasi 1 Manajemen Operasi Manajemen Operasi bertanggung jawab untuk menghasilkan barang atau jasa dalam organisasi. Manajer operasi mengambil keputusan yang berkenaan dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. PengertianPeramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Dalam usaha mengetahui atau melihat perkembangan di masa depan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan dunia industri menyebabkan terjadinya persaingan yang cukup ketat antar perusahaan. Kualitas merupakan faktor dasar konsumen terhadap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2001), peramalan merupakan sebuah seni dan sains dalam memprediksi masa yang akan datang. Peramalan melibatkan dara historis dan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL ARIMA UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM PT. TELKOM Tbk. APPLICATION OF ARIMA TO FORECASTING STOCK PRICE OF PT. TELOKM Tbk.

PENERAPAN MODEL ARIMA UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM PT. TELKOM Tbk. APPLICATION OF ARIMA TO FORECASTING STOCK PRICE OF PT. TELOKM Tbk. PENERAPAN MODEL ARIMA UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM PT. TELKOM Tbk. Djoni Hatidja ) ) Program Studi Matematika FMIPA Universitas Sam Ratulangi, Manado 955 email: dhatidja@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Heizer dan Render (2009:4) menyatakan bahwa manajemen operasi adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Heizer dan Render (2009:4) menyatakan bahwa manajemen operasi adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Manajemen Operasi Heizer dan Render (2009:4) menyatakan bahwa manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PROSES PRODUKSI

PERENCANAAN PROSES PRODUKSI PERENCANAAN PROSES PRODUKSI Leli Agustin leli@raharja.info Abstrak Perencanaan proses adalah fungsi di dalam proses manufacturing yang menetapkan proses dan parameter apa yang digunakan untuk merubah part

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional Heizer dan Render (2009:4) mengatakan bahwa manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Untuk melakukan pemecahan masalah yang berkaitan dengan perencanaan bahan baku di PT. Mitra Manis Sentosa, maka dibawah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. future. Forecasting require historical data retrieval and project into the

BAB 2 LANDASAN TEORI. future. Forecasting require historical data retrieval and project into the BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Forecasting is the art and science of predicting the events of the future. Forecasting require historical data retrieval and project into the future with some

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor perindustrian semakin ketat.perusahaan-perusahaan beroperasi dan

BAB I PENDAHULUAN. sektor perindustrian semakin ketat.perusahaan-perusahaan beroperasi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada jaman globalisasi yang semakin maju ini, persaingan usaha dalam sektor perindustrian semakin ketat.perusahaan-perusahaan beroperasi dan saling berlomba untuk dapat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diperkirakan akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan tersebut dapat

BAB 2 LANDASAN TEORI. diperkirakan akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan tersebut dapat BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Sedangkan ramalan adalah suatu situasi atau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu melakukan perencanaan untuk memastikan kelancaran operasi rantai pasok 1. Peramalan dalam organisasi 2. Pola permintaan 3. Metode peramalan

Lebih terperinci