PENENTUAN LIMIT OF PERFORMANCE (LOP) TIMBANGAN ELEKTRONIK (DETERMINATION THE LIMIT OFPERFORIIG~NCE (LOP) OF ELECTRONIC BALANCES)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENENTUAN LIMIT OF PERFORMANCE (LOP) TIMBANGAN ELEKTRONIK (DETERMINATION THE LIMIT OFPERFORIIG~NCE (LOP) OF ELECTRONIC BALANCES)"

Transkripsi

1 PENENTUAN LIMIT OF PERFORMANCE (LOP) TIMBANGAN ELEKTRONIK (DETERMINATION THE LIMIT OFPERFORIIG~NCE (LOP) OF ELECTRONIC BALANCES) Nur Tjahyo Eka Darmayanti Puslit KIM-LIPI, Kompleks Puspiptek Serpong Tangerang INTISARI Telah dilakukan kalibrasi timbangan elekironik dengan menggunakan anak timbangan standar kelas E2 no seri 274 yang telah tertelusur ke Satuan Internasional (So melalui NM, Australia. Kalibrasi timbangan elektronik ini menggunakan metode CSIRO, Australia, meliputipengukuran daya ulangpembacaan, penyimpangan penunjukkan, efek pembebanan tidak dipusat pan dun histerisis. Hasil kalibrasi menyatakan bahwa untuk timbangan elektronik berkapasitas 1210 g dengan resolusi 0,001 g diperoleh nilai standar deviasi untuk titik 500 g dun 1000 g adalah 0,0005 g dun 0,001 g. Sedangkan nilai absolut koreksi maximum penunjukkan diperoleh 0,0080 gpada titik 1000 g. Nilai ketidakpastian bentangan dari kalibrasi timbangan elekfronik ini adalah 0,002 g dengan limit ofperformance (LOP) 0,010 g. ( ABSTRACT The electronic balances had been calibrated using mass standard E2 class s/n 274 that traceable to SI units within NMI Australia. The calibration electronic balances using CSIRO method, Australia, to know the repeatabilily, correction from indication value, effect of off-centre loading and hysterisis. The output calibration for electronic balances with capacity of balance is 1210 g and resolution is g, shown that standard deviation for 500 g and 1000 g are g and g. The absolute correction maximum value is g for 1000 g. The expended uncertainly valuefrom calibration electronic balances is g with the value of limit ofperformance is 0.010g. Kata kunci : Timbangan elektronik, kalibrasi, massa standar, resolusi Keywords : Electronic balances, calibration, mass standard, resolution Salah satu faktor yang menjadi sumber ketidakpastian pengukuran pada kalibrasi anak timbangan adalah kemampuan suatu instrumen menunjukkan nilai yang mendekati nilai konvensional benda ukur tersebut. Instrumen yang biasa digunakan untuk mengkalibrasi anak timbangan yakni timbangan. Terdapat beberapa jenis timbangan diantaranya adalah timbangan sama lengan, timbangan elektronik, timbangan analitik maupun komparator massa (mass comparator). Masing-masing timbangan tersebut digunakan sesuai dengan tingkat kepentingan dan kebutnhan"'. Dalam metrologi massa setidaknya terdapat dua jenis timbangan yang lazim digunakan, timbangan elekh-onik dan komparator massa. Umumnya jenis timbangan yang digunakan memiliki resolusi yang sangat kecil sampai dengan satu mikro. Dalam kalibrasi massa dibutuhkan timbangan dengan tingkat akurasi yang setara dengan kelas El pada anak timbangan standar. Seh'igga diharapkan nilai ketidakpastian yang diperoleh menjadi kecil. Karena konstribusi ketidakpastian yang besar berasal dari instrumen, maka dipandang perlu melakukan kalibrasi 1010s verifikasi dan dapat digunakan untuk mengkalibrasi timbangan. Salah satu metode kalibrasi timbangan adalah menggunakan metode CSIRO. Metode ini pertama kali dibuat dan diembangkan di Australia dan dianggap metode yang cukup mudah untuk menjelaskan tentang kondisi (perfomance) timbangan12'. Dalam paper ini akan dijelaskan tentang prosedur untuk mengkalibrasi timbangan elektronik sesuai dengan metode CSIRO, Australia. Prosedur ini ditujukan untuk timbangan elekh-onik Sartorius E1200S yang memiliki kapasitas 1210 g dan resolusi 0,001 g. Prosedur kalibrasi timbangan elektronik ini meliputi pengambilan data untuk daya ulang pembacaan, penyimpangan penunjukkan, efek pembebanan tidak di pusat pan dan histerisis. Output kalibrasi yang lain adalah persamaan regresi dan limit of performance (LOP) timbangan. Dari kalibrasi hi, diarapkan dapat dietahni nilai ketidakpastian bentangan dan batas kemampuan (LOP) dari timbangan tersebut. 2. TEORI DASAR Hal yang perlu diperhatikan dalam mengkalibrasi timbanean - elektronik adalah oenentuan anak timbanean - timbangan. - Terdapat berbagai - macam metode yang. - sudah standar yang digunakan untuk mengkalibrasi. Inslnrmenlasi 31 Volume 32 No./. Januori- Juni 2008

2 a\- Penentuan Limit of Perfornzance (LOP) Timbangan Elektronik > Nur 'IJahyo E!in Syarat utamanya adalah anak timbangan standar yang digunakan sudah diialibrasi agar menjamin rantai ketertelusuran. Sedangkan untuk menentukan anak timbangan standar yang digunakan hams memenuhi persamaan (1). Ketidakpastian anak timbangan standar [el (1) dimana e adalah ketelitian timbangan, e = lox resolusi timbangan. Output pengukuran kalibrasi timbangan ini terdiri dari: daya ulang pembacaan, penyimpangan penunjukkan, efek pembebanan tidak di pusat pan, histerisis, persamaan regresi dan limit of performance (LOP). Daya ulang pembacaan adalah ukuran kemampuan timbangan untuk menunjukkan nilai yang sama pada penunjukkan timbangan yang sama dan dinyatakan sebagai simpangan baku (standar devias9 dari satu seri pengamatan. Penentuan standar deviasi, s(am,), suatu timbangan dapat diiyatakan dalam persamaan (2). penunjukkan pembacaan timbangan, a dan b adalah koefisien. Limit of performance (LOP) yaitu rentang toleransi dimana didalamnya terdapat kemungkinan semua pembacaan timbangan. Besamya LOP dimyatakan dalam persamam. (5). dengan, F U(m,),, = Limit ofperformance = ketidakpastian maksimum penyimpangan penunjukkan IC, I = nilai absolut koreksi maksimum max penyimpangan penunjukkan Besamya nilai LOP yang didapat akan mempengaruhi kimerja. dari timbangan elektronik tersebut. Pengklasifikasian kinerja timbangan berdasarkan LOP dapat dilihat pada Tabel lp'. dimana : n adalah banyaknya penguknran dan Am, adalah perbedaan pembacaan ketika tidak ada heban, z, dan ketika ada beban, m. Penyimpangan penunjukkan yaitu koreksi yang harus diberikan pada nilai yang ditunjnkkan oleh timbangan. Dalam penyimpangan penunjukkan akan muncul faktor ketidakpastian (uncertain@) timbangan. Model matematika untuk menentukan penyimpangan penunjukkan seperti pada persamaan (3). dengan: Ci = koreksi untuk setiap titik Ni = massa konvensional untuk tiap titik q =mi - zi = rata-rata perbedaan pembacaan timbangan antara tidak ada beban z dengan ketika ada beban m Kesalahan pengukuran dapat terjadi ketika pusat massa suatu benda tidak diletakkan pada pusat pan. Pengukuran efek pembebanan tidak di pusat pan dilakukan agar faktor yang disebabkan dari efek ini dapat dieliiu. Histerisis yaitu perbedaan penunjukkan timbangan ketika nilai besaran yang sama diukur dengan menambah atau mengurangi nilai besaran tersebut. Timbangan dinyatakan dalam kondisi baik jika histerisisnya tidak lebih dari lx resolusi. Untuk menentukan besarnya histerisis (H) suatu timbangan digunakan persamaan (4). Sedangkan persamaan regresi menunjukkan karakteristik timbangan dan dinyatakan dengan y = a + bx; dimana y adalah besarnya massa suatu benda dan x adalah Tabel 1. Klasifkasi kimerja timbangan berdasarkan LOP LOP Kinerja Saran Tibangan lx sld 2x resolusi 2x sld 3x resolusi Rata-rata bagus 3x sld 5x resolusi Cukup Semis dianjurkan 5x sld 7x resolusi Buruk Semis diiamskan 7x sld lox resolusi Sangat bumk Dalam penyimpangan penunjukkan terdapat enam unsur yang menimbulkan ketidakpastian pada kalibrasi timbangan14]. Keenam unsur tersebut adalah ketidakpastian akibat massa standar, ketidakpastian akibat daya ulang pembacaan, ketidakpastian kemampuan pembacaan timbangan, ketidakpastian akibat ketidakstabilan anak timbangan standar, ketidakpastian akibat buoyancy dan ketidakpastian akibat regresi linier. Ketidakpastian akibat massa standar, u(m,). Nilai ketidakpastian ini diperoleh dari sertifkat kalibrasi anak timbangan standar yang digunakan. Nilai ketidakpastian 51 diiyatakan dalam persamaan (6). U 4%) = 7 (6) Ketidakpastian akibat daya ulang pembacaan - (repeatability), u,, (Amc). Komponen ketidakpastian ini diambil dari standar deviasi suatu timbangan yang diperoleh dari data daya ulang pembacaan. Untuk titik Inscrumentasi 32 Volume 32 No.1, Jonuori -3uni 2008

3 Penenman Limit of Performance (LOP) Timbangan Elekhonik. Nur Tjohyo EEka pengukuran yang lebii kecil atau sama dengan % kapasitas maksimum digunakan nilai standar deviasi yang % kapasitas maksimum. Sedangkan untuk titik pengukuran yang lebih besar dari % kapasitas maksimum digunakan nilai standar deviasi yang kapasitas maksimum. Nilai ketidakpastiannya dinyatakan dalam persamaan (7). Ketidakpastian yang berasal kemampuan pembacaan timbangan (readability), ud, memenuhi persamaan (8). dengan d adalah resolusi timbangan. Ketidakpastian akibat ketidakstabilan anak timbangan standar yang digunakan (drift), uu,(m,). Sedangkan ketidakpastian akibat buoyancy, Ub diperoleh dengan mengestimasi sebesar 1 ppm dari nominal massa yang digunakan. Ketidakpastian akibat persamaan regresi, uregression. Nilai ketidakpastian ini diperoleh dari nilai standar error persamaan regresi. Nilai ketidakpastian gabungan dari keenam unsur tersebut diekspresikan dalam persamaan (9). (9) Selanjutnya nilai ketidakpastian bentangan dari timbangan seperti pada persamaan (10). dengan k adalah nilai faktor cakupan, diperoleh dari derajat kebebasan efektif seperti pada persamaan (1 1). 3. TEKNIK PENGUKURAN Kalibrasi timbangan elektronik, Sartorius E1200S, menggunakan anak timbangan standar kelas akurasi E, dengan nomor seri 274. Tahapan kalibrasi timbangan adalah sebagai berikut: tabapan pra kalibrasi, pengambilan data pengukuran meliputi pengukuran daya ulang pembacaan, penyimpangan penunjukkan, efek pembebanan tidak di pusat pan dan histerisis. Tahapan pra kalibrasi dilakukan dengan cara pengecekan kondiii lingkungan tempat Mibrasi. Pengecekan meliputi pencatatan suhu, tekanan udara dan kelembaban relatif juga memastikan kondisi lingkungan stabill5i. Kemudian dilakukan pengaturan posisi level timbangan dan pastikan gelembung udara berada di tengah. Selain itu pula memastikan timbangan tidak dalam keadaan off melainkan dalam keadaan standby. Berikntnya memastikan timbangan dalam keadaan bersih. Tahapan pra kalibrasi terakhiu adalah mengkondisikan standar dan timbangan yang diialibrasi. Pengkondisian terhadap standar meliputi pembersihan standar dengan menggunakan kuas khusus dan selanjutnya meletakkan standar sedekat mungkim dengan timbangan. Sedangkan pengkondisian timbangan dilakukan dengan kalibrasi internal berdasarkan prosedur dalam pedoman pemakaiannya. Sedangkan sebelum proses pengambilan data dimulai dianjurkan untuk melaknkan pemanasan (warming up). Warming up dapat dilakukan selama 1 sampai dengan 3 menit16'. Tahapan selanjutnya adalah pengambilan data. Sebelum pengambilan data dilakukan pencatatan subu, kelembaban dan tekanan yang terdapat di dalam mang kalibrasi sebelum dan sesudah proses kalibrasi dilaksanakan. Hal ini bergnna untuk mengetahui hal-ha1 yang menyebabkan keadaan timbangan tidak stabil atau berkurang tingkat akurasinya. Dikarenakan faktor ligkungan memberikan pengaruh besar pada hail ketidakpastian proses kalibrasi timbangan. Pengambilan data pertama kali adalah daya ulang pembacaan timbangan. Daya ulang pembacaan diambil pada dua titik pengukuran yaitu pada setengah kapasitas maksimum dan pada kapasitas maksimum timbangan. Dalam ha1 ini diambil sepuluh kali pengambilan data untuk masing-masing beban dengan nominal yang sama. Pengambilan data dilakukan pada saat tidak ada beban (z) dan ketika beban diberikan (m) pada wadah timbangan (pan). Waktu stabil saat tidak ada beban dan ketika ada beban ditetapkan selama 10 detik. Proses pengukuran ini diiakukan juga untuk beban berkapasitas maksimum. Pengambilan data untuk penyimpangan pengukuran dilakukan untuk 10 titik pengukuran (10 %...I00 % dari kapasitas maks). Sebelum proses pengambilan data penyimpangan penunjukkan, ditentukan terlebih dahulu nominal anak timbangan standar yang digunakan untuk mengkalibrasi. Tahapan selanjutnya adalah pengambilan data ketika tidak ada beban (2,) dengan waktu stabil 10 detik. Kemudian diletakkan beban anak timbangan standar (10 %) tepat ditengah pan. Setelab penunjukkan stabil nilai tersebut dicatat sebagai m,. Selanjutnya anak timbangan standar diangkat sesaat dari pan. Kemudian diletakkan kembali pada pan. Setelab penunjukkan stabil nilai tersebut dicatat sebagai m2. Berikutnya anak timbangan standar dikeluarkan dari pan. Kemudian catat nilainya setelah penunjukkan stabil ketika tidak ada beban (22). Nilai yang tertera pada z2 di 10 % akan sama dengan nilai zl pada titik pengukuran 20 %. Kemudian lakukan Inslrumentasi 33 Volume 32 No.1, Januari- Juni 2008

4 Penenman Limil of Performance (LOP) Timbangan Elektronik Nur myyo Eka langkah-langkah diatas untuk titik pengukuran 20 % sampai dengan 100 % dari kapasitas maksimum. Pengambilan data untuk efek pembebanan tidak di pusat pan dilakukan dengan menyiapkan anak timbangan standar yang memilii nominal % kapasitas maks. Kemudian anak timbangan standar diletakkan pada posisi tengah pan (0). Setelah penunjukkan stabil nilai tersebut dicatat. Selanjutnya anak timbangan standar diangkat dari pan, kemudian letakkan pada posisi 1 yang berjarak '/r dari pusat pan. Setelah stabil, catat nilainya. Kemudian lakukan pengambilan data sesuai langkah-langkab di atas selanjutnya untuk posisi 2 dilanjutkan ke posisi 3, 4, dan kembali ulangi pengambilan data dengan berlawanan arab dari posisi 4 dilanjutkan ke 3, 2, 1 dan kembali ke 0. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Posisi pengambilan data akibat pembebanan tidak di pusat pan dengan n bentuk pan seperti (a) persegi (b) bundar Pengambilan data akibat histerisis yang hams dilakukan pertama kali adalah menyiapkan anak timbangan standar yang memiliki nominal % kapasitas maks yang kemudian dinyatakan sebagai M. Selanjutnya pencatatan display penunjukkan ketika tidak ada beban (2,). Kemudian massa M diletakkan tepat ditengah pan dan kemudian diiyatakan sebagai m,. Setelah penunjukkan stabil, nilai yang terdapat pada display dicatat. Langkah selanjutnya adalah menambahkan massa ekstra ke atas pan hingga pembacaan timbangan mendekati nilai kapasitasnya. Kemudian massa ekstra tersebut diangkat dari pan timbangan. Selanjutnya catat penunjukkan timbangan dengan massa M yang masih berada pada pan dan dimyatakan dalam m2. Setelah itu massa M diangkat dari pan timbangan dan kemudian catat penunjukkan Tabel 2. Data daya ulang pengukuran pada beban 500g dm looog No 500 g 1000 g zi (g) mi (g) zi (g) mi (s) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,0080 Dari data pada Tabel 2 dan dianalisis dengan menggunakan persamaan (2) diperoleh basil bahwa nilai standar deviasi pada titik % kapasitas maksimum (500 g) adalah 0,0005 g. Sedangkan nilai standar deviasi pada titik kapasitas maksimum (1000 g) adalah 0,001 g. Dari informasi tersebut dapat diketahni bahwa nilai standar deviasi pada titik maksimum bernilai 2 kali dari standar deviasi pada titik % kapasitas maksimum. Hasil tersebut masih dianggap wajar karena timbangan dinyatakan baik jika nilai diskrimiiasi yang diperoleh tidak lebih dari 3 kalinya. Standar deviasi timbangan juga menyatakan tingkat kepresisian timbangan. Penyimpangan penunjukkan Dari hasil pengukuran didapat nilai penyimpangan penunjukkan untuk 10 titik adalah seperti yang ditampilkan pada Tabel 3. Berdasarkan nilai koreksi yang tertera pada Tabel 3 dan dengan menggunakan persamaan (3) dapat diketahui bahwa pada titik pengukuran 100, nilai pembacaan timbangan sebenamya adalah sebesar 100,0015 g - 0,0018 g = 99,9997 g. Demikian halnya dengan 9 titik pengukuran yang lain. Dari Tabel 3 diietahui bahwa koreksi absolut maksimum terjadi pada titik 1000 g yakni sebesar 0,0080 g. Tabel 3. Nilai rata-rata penyimpangan penunjukkan dan koreksi di 10 titik timbangan ketika tidak ada beban (z;).pengambilan. -.. data Nominal Rata-rata Massa Koreksi ini dilakukan sebanyak 3 kali. (g) penunjukkan(g) konvenasional (g) (g) , , , HASIL DAN PEMBAHASAN , , , , , ,0055 Setelah dilakukan serangkaian pengambilan data yang , , ,0059 dilanjutkan dengan analisis, maka diperoleh hasil adalah sebagai berikut , , ,0059 Daya ulang pembacaan , , , , ,0076 Dari pengukuran yang dilakukan diperoleh data daya , , ,0070 ulang pembacaan pada beban 500 g dan 1000 g seperti , , ,0078 yang diperliatkan pada Tabel , , ,0080 Inslrumenlasi 34 Volume 32 No. I, Januari - Jmi 2008

5 Penenman Limit ofperformance (LOP) Timbangan Elekfronik ' Nur Tjohyo Eka Dengan menggunakan persamaan regresi di Excel, dapat diietahui karakteristik timbangan elekti-onik ini mengikuti persamaan garis y = -0,004 + x. Persamaan garis ini diperoleh dari fiiring nilai yang berasal dari rata-rata pembacaan dengan massa knnvensional beban yang digunakan. Efek pembebanan tidak di pusat pan Data hasil pengukuran efek pembebanan tidak di pusat pan pada beban 500 g disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Data efek pembebanan tidak di pusat pan pada beban 500g Posisi Pembacaan Pembacaan Rata-rata Perbedaan Tabel 4 memperlibatkan bahwa maksimum perbedaan jika beban tidak tepat diletakkan pada pusat pan adalah sebesar 0,0030 g seperti yang ditunjukkan pada posisi no. 2. Perbedaan pembacaan sebesar 0,0030 g tersebut mengandung arti bahwa setiap peletakan beban tidak pada pusat pan akan memberikan kontribnsi ketidakpresisian sebesar nilai tersebut. Histerisis Dari pengukuran yang dilakukan diperoleh data histerisis rata-rata pembacaan timbangan pada beban 500 g dan 1000 seperti yang diberikan pada Tabel 5. Tabel 5. Data histerisis rata-rata pembacaan timbangan pada beban 500 g Posisi Rata-rata Pembacaan (g) Persamaan (4) digunakan untuk menganalisis nilai kesalahan yang berasal dari histerisis timbangan elekti-onik. Pada kasns ini nilai histerisis yang diperoleh dari pengukuran adalah sebesar 4,001 g. Dari nilai yang didapat diketahui bahwa timbangan elektronik ini masih dalam kondisi baik karena nilainya tidak melebihi lx resolusi timbangan. Nilai ketidakpastian bentangan pengukuran Dengan menggunakan persamaan (6) sampai dengan (10) dapat dihitung nilai ketidakpastian pengukuran. Penentuan nilai ketidakpastian bentangan dan derajat kebebasan efektif yang diterapkan untuk 10 titik pengukuran diekpresikan pada Gambar 2. Dari Gambar 2 diietahui besamya nilai ketidakpastian bentangan pada tiap-tiap titik ukur adalah sebesar 0,002 g dengan derajat kebebasan efektif terbesar sesuai persamaan (11) adalah sebesar 35,s pada titik pengukuran 1000 g. Derajat kebebasan merupakan ukuran tingkat kepercayaan dalam statistik. Semakin besar derajat kebebasan makin andal data yang dihasilkan. Gambar 2. Nilai ketidakpastian bentangan dan derajat kebebasan efektif di 10 titik pengukuran Inslrumenlasi 35 Volume 32 No. 1. Janum- Juni 2008

6 Penenluan Limit of Perforn~ance (LOP) Timbangan Elekironik - Nur qahyo Eka Sedangkan komponen yang memberikan kontribusi terbesar dalam perhitungan ketidakpastian berasal dari persamaan regresi seperti ditunjukkan pada Gambar 3. Karena persamaan regresi yang didapat berasal dari pengambilan data penyimpangan penunjukkan maka untuk memperkecil faktor tersebut dapat dilakukan dengan menempatkan anak timbangan setepat mungkin di posisi tengab untuk setiap titik pengukuran. Jia komponen ketidakpastian ini dapat diperkecil maka koreksi pembacaan timbangan juga semakim kecil. Argumentasi ini berlaku juga untuk memperkecil kontribusi ketidakpastian akibat daya ulang pembacaan. LOP Dari persamaan (5) dapat ditentukan rentang toleransi yang dimiliii oleh timbangan elektronik ini adalah sebesar 0,010 g. Artinya bahwa jika nilai massa sebenarnya dari suatu benda diiyatakan dengan m, dan pembacaan timbangan dinyatakan dengan m,, maka nilai m akan berada pada range: md-0,010 5 m < md + 0,010 Dari perhitungan di atas diketahui bahwa nilai LOP yang diiasilkan adalah 10 kali resolusi timbangan (d = 0,001 g). Berdasarkan panduan teknis untuk mengkalibrasi timbangan seperti yang tertera pada Tabel 1 diietahui babwa jika nilai LOP yang diperoleh adalab sebesar 10 kali resolusi timbangan maka ha1 ini berarti timbangan tersebut berada dalam kondisi sangat buruk kinerjanya, sehingga disarankan untuk dilakukan adjustment atau menyetingan kembali. Gambar 3. Komponen yang memberikan kontribusi ketidakpastian titik 1000 g. Untnk nilai ketidakpastian bentangan yang dihasilkan dari kalibrasi timbangan elektronik hi adalah sebesar 0,002 g dengan limit of performance (LOP) sebesar 0,010 g. Sedangkan karakteristik timbangan tersebut memenuhi persamaan garis m = -0,004 + z. Nilai LOP yang dihasilkan adalah sebesar 10 kali resolusi maka jika timbangan tersebut masih &an digunakan, maka disarankan untuk dilakukan adjustment atau menggunakan koreksi dari had kalibrasi. 6. DAWAR PUSTAKA 1. OIML R 76-1, 1992 &on automatic Weighing Imfruments Part 1: Metrological and Technical Requirements-Tests, Organization Internationale de Metrologi Legal, Paris 2. Prowse, David B., 1985,The Calibration Balances, Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization, Australia 3. AS TG2, 2002,Technical Guide, Laboratory Balances Calibration Requirements, International Accreditation New Zealand, New Zealand 4. OIML R 111-1,2004,Weights of Classes El, E2, FI, F2, MI, MI-2, MZ, M2-3 and M3 Part 1: ' Metrological and Technical Requirements, Organization Internationale de Metrologi Legal, Paris 5. OIML R 33, 1979,Conventional Value of the Result of Weighing in Air, Organization Internationale de 5. KESIMPULAN Metrologi Legal, Paris C. Morris, Edwin & Kitty Berdasarkan analisis pengukuran yang telah dilakukan Fen, 2003,Monograph 4 : The Calibration of diperoleh kesimpnlan bahwa untuk timbangan elektronik Weights and Balances, NML-CSIRO, Australia berkapasitas 1210 g dengan resolusi 0,001 g diperoleh 6. Guide Practice Guidance, 2002,Thermal Effects on nilai standar deviasi untuk titik 500 g dan 1000 g adalab Balances and Weights, National Physical Laboratory, 0,0005 a dan 0,001 K. Sedanakan nilai absolut koreksi United of Kingdom maksim penunjukkan diperileh hasil 0,0080 g pada Inslrumenlasi 36 Volume 32 No.1, Januari- Juni 2008

UNIVERSITAS GADJAH MADA LABORATORIUM FISIKA MATERIAL DAN INSTRUMENTASI No. Dokumen : IKK/FM.002/TB

UNIVERSITAS GADJAH MADA LABORATORIUM FISIKA MATERIAL DAN INSTRUMENTASI No. Dokumen : IKK/FM.002/TB 1. Ruang Lingkup UNIVERSITAS GADJAH MADA Halaman : 1 dari 7 PETUNJUK TIMBANGAN (ELEKTRONIK DAN MEKANIK) Instruksi kerja ini digunakan untuk melaksanakan kalibrasi timbangan jenis elektronik dan mekanik.

Lebih terperinci

ANALISIS KETIDAKPASTIAN KALIBRASI TIMBANGAN NON-OTOMATIS DENGAN METODA PERBANDINGAN LANGSUNG TERHADAP STANDAR MASSA ACUAN

ANALISIS KETIDAKPASTIAN KALIBRASI TIMBANGAN NON-OTOMATIS DENGAN METODA PERBANDINGAN LANGSUNG TERHADAP STANDAR MASSA ACUAN ANALISIS KETIDAKPASTIAN KALIBRASI TIMBANGAN NON-OTOMATIS DENGAN METODA PERBANDINGAN LANGSUNG TERHADAP STANDAR MASSA ACUAN Renanta Hayu Peneliti pada Pusat Penelitian Kalibrasi Instrumentasi Metrologi LIPI

Lebih terperinci

Kajian Kalibrasi Timbangan Analit dengan Penjaminan Mutu ISO 17025

Kajian Kalibrasi Timbangan Analit dengan Penjaminan Mutu ISO 17025 Harsojo/Kajian Kalibrasi Timbangan Analit dengan Penjaminan Mutu ISO 17025 55 Kajian Kalibrasi Timbangan Analit dengan Penjaminan Mutu ISO 17025 Harsojo Jurusan Fisika FMIPA Universitas Gadjah Mada, Sekip

Lebih terperinci

Indonesian Journal of Chemical Science

Indonesian Journal of Chemical Science Indo. J. Chem. Sci. 6 (2) (2017) Indonesian Journal of Chemical Science http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs Uji Kalibrasi (Ketidakpastian Pengukuran) Neraca Analitik di Laboratorium Biologi FMIPA

Lebih terperinci

EVALUASI UNJUK KERJA NERACA MIKRO SEBAGAI IMPLEMENTASI SISTEM MUTU LABORATORIUM PUSAT TEKNOLOGI NUKLIR BAHAN DAN RADIOMETRI

EVALUASI UNJUK KERJA NERACA MIKRO SEBAGAI IMPLEMENTASI SISTEM MUTU LABORATORIUM PUSAT TEKNOLOGI NUKLIR BAHAN DAN RADIOMETRI EVALUASI UNJUK KERJA NERACA MIKRO SEBAGAI IMPLEMENTASI SISTEM MUTU LABORATORIUM PUSAT TEKNOLOGI NUKLIR BAHAN DAN RADIOMETRI Syukria Kurniawati, Diah Dwiana Lestiani, Djoko Prakoso Dwi Atmodjo dan Indah

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN BAB V ANALISA PEMBAHASAN Proses pengontrolan peralatan ukur dan pantau (Control of Monitoring and Measuring Device Elemen ISO7.6 ISO 9001 2008) di PT Torabika Eka Semesta dilakukan dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengukuran (measurement) adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menentukan nilai suatu besaran dalam bentuk angka (kuantitatif). Adapun yang dimaksud dengan

Lebih terperinci

R adalah selisih massa bejana dalam keadaan terisi dan dalam keadaan kosong,

R adalah selisih massa bejana dalam keadaan terisi dan dalam keadaan kosong, Suplemen Pedoman Evaluasi dan Pernyataan A9. KALIBRASI GELAS UKUR Deskripsi Pengukuran Kalibrasi gelas dari bahan borosilicate glass berkapasitas 1 ml nilai skala terkecil.1 ml menggunakan metode gravimetri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat ukur suhu yang berupa termometer digital.

BAB I PENDAHULUAN. alat ukur suhu yang berupa termometer digital. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Engineer tidak dapat dipisahkan dengan penggunaan alat ukur. Akurasi pembacaan alat ukur tersebut sangat vital di dalam dunia keteknikan karena akibat dari error yang

Lebih terperinci

RIWAYAT REVISI /09/2016 Penerbitan Pertama MT MM /10/2016 Perubahan format IK. MT MM

RIWAYAT REVISI /09/2016 Penerbitan Pertama MT MM /10/2016 Perubahan format IK. MT MM Dibuat Oleh : INSTRUKSI KERJA Halaman 1 dari 9 Diperiksa Oleh : (Manajer Teknis ) ( Manajer Mutu ) RIWAYAT REVISI No Revisi Ke Tanggal Revisi Revisi/ Perubahan Direvisi Oleh Disahkan Oleh 1 00 08/09/2016

Lebih terperinci

KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAAN KELONGSONG BAHAN BAKAR NUKLIR DENGAN ROUGHNESS TESTER SURTRONIC-25

KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAAN KELONGSONG BAHAN BAKAR NUKLIR DENGAN ROUGHNESS TESTER SURTRONIC-25 ISSN 1979-2409 Ketidakpastian Pengukuran Kekasaran Permukaan Kelongsong Bahan Bakar Nuklir Dengan Roughness Tester Surtronic-25 (Pranjono, Ngatijo, Torowati, Nur Tri Harjanto) KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN KONDISI LINGKUNGAN TERHADAP NILAI TEKANAN YANG DIBANGKITKAN OLEH STANDAR PRESSURE BALANCE

PENGARUH PERUBAHAN KONDISI LINGKUNGAN TERHADAP NILAI TEKANAN YANG DIBANGKITKAN OLEH STANDAR PRESSURE BALANCE PENGARUH PERUBAHAN KONDISI LINGKUNGAN TERHADAP NILAI TEKANAN YANG DIBANGKITKAN OLEH STANDAR PRESSURE BALANCE Adindra Vickar Ega, R.Rudi Anggoro Samodro Pusat Penelitian Metrologi LIPI Kompleks PUSPIPTEK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil pengukuran yang diberikan oleh beberapa alat sejenis tidak selalu menunjukkan hasil yang sama, meskipun alat tersebut mempunyai tipe yang sama. Perbedaan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Metrologi merupakan ilmu yang mempelajari pengukuran besaran - besaran fisika. Metrologi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu metrologi legal, metrologi ilmiah dan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN. Measuring Device Elemen ISO 7.6 ISO ) di PT. X dilakukan dengan

BAB V ANALISA PEMBAHASAN. Measuring Device Elemen ISO 7.6 ISO ) di PT. X dilakukan dengan BAB V ANALISA PEMBAHASAN Proses pengontrolan peralatan ukur dan pantau (Control of Monitoring and Measuring Device Elemen ISO 7.6 ISO 9001 2008) di PT. X dilakukan dengan tujuan untuk memastikan bahwa

Lebih terperinci

PENENTUAN NILAI ACUAN UJI BANDING ANTAR LABORATORIUM KALIBRASI UNTUK KALIBRASI MIKROPIPET BERDASARKAN KONSENSUS

PENENTUAN NILAI ACUAN UJI BANDING ANTAR LABORATORIUM KALIBRASI UNTUK KALIBRASI MIKROPIPET BERDASARKAN KONSENSUS Penentuan Nilai Acuan Uji Banding Antar Laboratorium Kalibrasi untuk Kalibrasi Mikropipet (Renanta Hayu dan Zuhdi Ismail) PENENTUAN NILAI ACUAN UJI BANDING ANTAR LABORATORIUM KALIBRASI UNTUK KALIBRASI

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Kalibrasi Alat Ukur Tekanan Rendah

Rancang Bangun Sistem Kalibrasi Alat Ukur Tekanan Rendah Rancang Bangun Sistem Kalibrasi Alat Ukur Tekanan Rendah Sugeng Hariyadi 1, Fitria Hidayanti 1, Sunartoto Gunadi 1 1 Program Studi Teknik Fisika, Fakultas Teknik dan Sains, Universitas Nasional, Jakarta

Lebih terperinci

PENGUJIAN, KALIBRASI PERALATAN KESEHATAN

PENGUJIAN, KALIBRASI PERALATAN KESEHATAN PENGUJIAN, KALIBRASI PERALATAN KESEHATAN disampaikan pada : WORKSHOP VALIDASI DATA ASPAK DINKES PROPINSI SUL-SEL Makassar, 20 Perbruari 2018 herwin.bpfkmks@gmail.com Peraturan Terkait UU NO. 36 TAHUN 2009

Lebih terperinci

PEMBACAAN SERTIFIKAT KALIBRASI TIMBANGAN ANALITIK

PEMBACAAN SERTIFIKAT KALIBRASI TIMBANGAN ANALITIK PEMBACAAN SERTIFIKAT KALIBRASI TIMBANGAN ANALITIK Peralatan yang digunakan untuk pengujian harus mampu menghasilkan akurasi dan spesifikasi yang disyaratkan oleh metode pengujian. Peralatan pengujian (sebelum

Lebih terperinci

BAB V KALIBRASI DAN PENGUJIAN SISTEM 72 BAB V KALIBRASI DAN PENGUJIAN SISTEM

BAB V KALIBRASI DAN PENGUJIAN SISTEM 72 BAB V KALIBRASI DAN PENGUJIAN SISTEM BAB V KALIBRASI DAN PENGUJIAN SISTEM 72 BAB V KALIBRASI DAN PENGUJIAN SISTEM 5.1 Kalibrasi Pengertian kalibrasi menurut ISO adalah seperangkat operasi dalam kondisi tertentu yang bertujuan untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alat ukur mempunyai peran yang sangat besar dalam hampir semua aktivitas kehidupan manusia. Dalam kegiatan pembangunan fasilitas umum, alat ukur selalu dipakai dari

Lebih terperinci

PENINGKATAN KESTABILAN PENGUKURAN FREKUENSI RUBIDIUM DENGAN PEMANFAATAN GLOBAL POSITIONING SYSTEM DISCIPLINED OSCILLATOR

PENINGKATAN KESTABILAN PENGUKURAN FREKUENSI RUBIDIUM DENGAN PEMANFAATAN GLOBAL POSITIONING SYSTEM DISCIPLINED OSCILLATOR PENINGKATAN KESTABILAN PENGUKURAN FREKUENSI RUBIDIUM DENGAN PEMANFAATAN GLOBAL POSITIONING SYSTEM DISCIPLINED OSCILLATOR Windi Kurnia Perangin-angin 1, A. Mohamad Boynawan 2, Ratnaningsih 3 1 Puslit KIM

Lebih terperinci

EVALUASI MESIN STANDAR TORSI NASIONAL PUSLIT METROLOGI - LIPI PADA RENTANG UKUR 5 N M 50 N M

EVALUASI MESIN STANDAR TORSI NASIONAL PUSLIT METROLOGI - LIPI PADA RENTANG UKUR 5 N M 50 N M EVALUASI MESIN STANDAR TORSI NASIONAL PUSLIT METROLOGI - LIPI PADA RENTANG UKUR 5 N M 50 N M EVALUATION OF NATIONAL TORQUE STANDARD MACHINE IN THE RESEARCH CENTER FOR METROLOGY IN MEASUREMENT RANGE OF

Lebih terperinci

EVALUASI NILAI VARIANCE UNTUK MENGHITUNG KOMPONEN KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN DIMENSI TIPE B DARI SUATU DISTRIBUSI RECTANGULAR DAN TRAPEZOIDAL

EVALUASI NILAI VARIANCE UNTUK MENGHITUNG KOMPONEN KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN DIMENSI TIPE B DARI SUATU DISTRIBUSI RECTANGULAR DAN TRAPEZOIDAL EVALUASI NILAI VARIANCE UNTUK MENGHITUNG KOMPONEN KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN DIMENSI TIPE B DARI SUATU DISTRIBUSI RECTANGULAR DAN TRAPEZOIDAL Joko Riyono Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS KETIDAKPASTIAN HASIL KALIBRASI TIMBANGAN DAN MISTAR TERHADAP KEBERTERIMAAN PENGUJIAN GRAMATUR KERTAS

STUDI ANALISIS KETIDAKPASTIAN HASIL KALIBRASI TIMBANGAN DAN MISTAR TERHADAP KEBERTERIMAAN PENGUJIAN GRAMATUR KERTAS Studi Analisis Ketidakpastian Hasil Kalibrasi Jurnal Selulosa Vol. 6 No. 2 Desember 206 Hal. 95-04 Timbangan dan Mistar terhadap... : Darmawan, dkk. JURNAL SELULOSA e-issn: 2527-6662 p-issn: 2088-7000

Lebih terperinci

Pengetahuan Alat Uji dan Kalibrasi : Universal Testing Machine Amalia Rakhmawati

Pengetahuan Alat Uji dan Kalibrasi : Universal Testing Machine Amalia Rakhmawati Pengetahuan Alat Uji dan Kalibrasi : Amalia Rakhmawati email: amelchan_tique@yahoo.com Laboratorium Volgat Balai Kalibrasi Pusat Pengawasan Mutu Barang Sekretariat Jenderal Kementerian Perdagangan Sites.google.com/site/calibrationconsultancy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan mutu anak timbangan yang ada dipasaran. dan mengembangkan laboratorium massa Direktorat Metrologi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan mutu anak timbangan yang ada dipasaran. dan mengembangkan laboratorium massa Direktorat Metrologi menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan mutu anak timbangan yang ada dipasaran dan mengembangkan laboratorium massa Direktorat Metrologi menjadi laboratorium yang berskala nasional

Lebih terperinci

PENGETAHUAN SNI ISO/IEC 17025:2008. By Rangga K Negara, ST

PENGETAHUAN SNI ISO/IEC 17025:2008. By Rangga K Negara, ST PENGETAHUAN By Rangga K Negara, ST DEFINISI : Standar Nasional Indonesia (SNI) : Standar yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional dan berlaku secara nasional. STANDAR : Spesifikasi teknis atau

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL ALAT AUDIOMETER

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL ALAT AUDIOMETER 55 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL ALAT AUDIOMETER Pada bab ini akan menjelaskan tentang pengujian alat audiometer dan analisa hasil yang terdapat pada alat. Pengujian dan analisa hasil tersebut meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metrologi adalah disiplin ilmu yang mempelajari tentang pengukuran, alat ukur, serta satuan ukuran. Dalam metrologi terdapat ilmu tentang cara-cara pengukuran, kalibrasi,

Lebih terperinci

Kalibrasi Timbangan Elektronik

Kalibrasi Timbangan Elektronik Kalibrasi Timbangan Elektronik Reference : 1. The Calibration of Weight and Balance Edwin C.Morris And Kitty M.K.Fen Monograph 4: NMI Technology Transfer Series Third Edition 2007; 2. Suplemen 1 Pedoman

Lebih terperinci

UJI BANDING LABORATORIUM KALIBRASI BMKG

UJI BANDING LABORATORIUM KALIBRASI BMKG UJI BANDING LABORATORIUM KALIBRASI BMKG Budi Santoso, S.T. Maulana Putra, S.Si Dian Premana, S.Si GA. MonangLumbanGaol, S.Kom Pusat Instrumentasi Rekayasa dan Kalibrasi Badan Meteorologi Klimatologi dan

Lebih terperinci

PENENTUAN NILAI KETIDAKPASTIAN HASIL KALIBRASI DRYER OVEN MESIN SKRIPSI. Oleh: ARIE MULYA NUGRAHA

PENENTUAN NILAI KETIDAKPASTIAN HASIL KALIBRASI DRYER OVEN MESIN SKRIPSI. Oleh: ARIE MULYA NUGRAHA PENENTUAN NILAI KETIDAKPASTIAN HASIL KALIBRASI DRYER OVEN MESIN SKRIPSI Oleh: ARIE MULYA NUGRAHA 41306120011 PROGRAM STUDY TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA 2010 PENENTUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan mutu merupakan bagian dari manajemen mutu yang difokuskan pada pemberian keyakinan bahwa persyaratan mutu akan dipenuhi. Secara teknis jaminan mutu pengujian

Lebih terperinci

Pengetahuan Alat Ukur Tekanan dan Kalibrasi : PRESSURE GAUGE. Amalia Rakhmawati, ST, MT

Pengetahuan Alat Ukur Tekanan dan Kalibrasi : PRESSURE GAUGE. Amalia Rakhmawati, ST, MT KALIBRASI PRESSURE GAUGE Jl. Raya Bogor KM. 26 Ciracas Jakarta Timur 13740 Pengetahuan Alat Ukur Tekanan dan Kalibrasi : PRESSURE GAUGE Amalia Rakhmawati, ST, MT Laboratorium Volgat Balai Kalibrasi Pusat

Lebih terperinci

Verifikasi Standar Massa. Diklat Penera Tingkat Ahli 2011

Verifikasi Standar Massa. Diklat Penera Tingkat Ahli 2011 Verifikasi Standar Massa Diklat Penera Tingkat Ahli 2011 Indikator Keberhasilan Peserta diharapkan dapat menerapkan pengelolaan laboratorium massa dan metode verifikasi standar massa Agenda Pembelajaran

Lebih terperinci

REDUKSI KESALAHAN KOSINUS PADA KALIBRASI UNIVERSAL MEASURING MACHINE DENGAN MENGGUNAKAN DISPLACEMENT LASER INTERFEROMETER

REDUKSI KESALAHAN KOSINUS PADA KALIBRASI UNIVERSAL MEASURING MACHINE DENGAN MENGGUNAKAN DISPLACEMENT LASER INTERFEROMETER REDUKSI KESALAHAN KOSINUS PADA KALIBRASI UNIVERSAL MEASURING MACHINE DENGAN MENGGUNAKAN DISPLACEMENT LASER INTERFEROMETER COSINE ERROR REDUCTION ON THE UNIVERSAL MEASURING MACHINE CALIBRATION USING DISPLACEMENT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini mengungkapkan metoda penelitian secara keseluruhan, hal ini

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini mengungkapkan metoda penelitian secara keseluruhan, hal ini BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini mengungkapkan metoda penelitian secara keseluruhan, hal ini merupakan rangkaian proses penelitian yang telah dilakukan. Proses penelitian ini dibagi kedalam beberapa

Lebih terperinci

VERIFIKASI METODA GRAVIMETRI UNTUK PENENTUAN THORIUM

VERIFIKASI METODA GRAVIMETRI UNTUK PENENTUAN THORIUM VERIFIKASI METODA GRAVIMETRI UNTUK PENENTUAN THORIUM Syamsul Fatimah, Rahmiati, Yoskasih Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK VERIFIKASI METODA GRAVIMETRI UNTUK PENENTUAN THORIUM. Telah dilakukan

Lebih terperinci

Bagian-bagian dari alat ukur Sensor Tranduser Penunjuk atau indikator

Bagian-bagian dari alat ukur Sensor Tranduser Penunjuk atau indikator Bagian-bagian dari alat ukur Secara garis besar suatu alat dibagi menjadi 3 komponen utama yaitu : 1. Sensor atau peraba 2. Pengubah /pengolah sinyal atau tranduser 3. Penunjuk atau indikator/ display

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 PENGOLAHAN DATA PENGKRAN Dari hasil pengukuran oven diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.1 Data hasil kalibrasi Dryer Oven Mesin Setting Suhu ( ) 00 400 600 Nilai Titik

Lebih terperinci

CARA MELAKUKAN KALIBRASI ALAT PENGUKUR KADAR AIR BENIH (OVEN MEMMERT TIPE UNB 400 )

CARA MELAKUKAN KALIBRASI ALAT PENGUKUR KADAR AIR BENIH (OVEN MEMMERT TIPE UNB 400 ) CARA MELAKUKAN KALIBRASI ALAT PENGUKUR KADAR AIR BENIH (OVEN MEMMERT TIPE UNB 400 ) Zaki Ismail Fahmi (PBT Ahli Muda) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. PENDAHULUAN SNI

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN - 2 PERTEMUAN KE 4 3 x pertemuan DIKLAT FUNGSIONAL PENERA 2011

PEMBELAJARAN - 2 PERTEMUAN KE 4 3 x pertemuan DIKLAT FUNGSIONAL PENERA 2011 PEMBELAJARAN - 2 PERTEMUAN KE 4 3 x pertemuan DIKLAT FUNGSIONAL PENERA 2011 Menimbang : UU No.2/1981 tentang ML a. bahwa untuk melindungi kepentingan umum perlu adanya jaminan dalam kebenaran pengukuran

Lebih terperinci

KALIBRASI JANGKA SORONG NONIUS (VERNIER CALLIPER) BERDASARKAN STANDAR JIS B 7507 DI LABORATORIUM PENGUKURAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS RIAU

KALIBRASI JANGKA SORONG NONIUS (VERNIER CALLIPER) BERDASARKAN STANDAR JIS B 7507 DI LABORATORIUM PENGUKURAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS RIAU KALIBRASI JANGKA SORONG NONIUS (VERNIER CALLIPER) BERDASARKAN STANDAR JIS B 7507 DI LABORATORIUM PENGUKURAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS RIAU Nahrul Amani 1, Dodi Sofyan Arief 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Peralatan Elektronika

Peralatan Elektronika Peralatan Elektronika Peralatan Elektronika adalah semua peralatan yang dipergunakan oleh manusia dengan mempergunakan prinsip kerja elektronika. Sebagai contoh : 1. Alat ukur 2. Alat kontrol industri

Lebih terperinci

DAFTAR ISI TUGAS AKHIR... ii

DAFTAR ISI TUGAS AKHIR... ii DAFTAR ISI TUGAS AKHIR... i TUGAS AKHIR... ii LEMBAR PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v MOTTO... vi KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

Tera dan Kalibrasi. dr. Naila Amalia

Tera dan Kalibrasi. dr. Naila Amalia Tera dan Kalibrasi dr. Naila Amalia 1. Pendahuluan Dewasa ini kebenaran hasil ukur sudah menjadi kebutuhan terutama di bidang pengawasan dan pengendalian mutu. Meskipun sebagian masyarakat masih menganggap

Lebih terperinci

KALIBRASI TERMOMETER DIGITAL METODE SENSOR PLUS INDIKATOR

KALIBRASI TERMOMETER DIGITAL METODE SENSOR PLUS INDIKATOR KALIBRASI TERMOMETER DIGITAL METODE SENSOR PLUS INDIKATOR Seta Samsiana, Fitrah Ramdani Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Islam 45 (UNISMA) Jl. Cut Meutia No. 83 Bekasi, Indonesia

Lebih terperinci

PENGETAHUAN ALAT UKUR TEKANAN DAN KALIBRASI : PRESSURE GAUGE. AMALIA RAKHMAWATI, ST, MT

PENGETAHUAN ALAT UKUR TEKANAN DAN KALIBRASI : PRESSURE GAUGE. AMALIA RAKHMAWATI, ST, MT PENGETAHUAN ALAT UKUR TEKANAN DAN KALIBRASI : PRESSURE GAUGE. AMALIA RAKHMAWATI, ST, MT KALIBRASI PRESSURE GAUGE 06 Desember 2011 Lembaga Pelatihan PPMB Jl. Raya Bogor KM. 26 Ciracas Jakarta Timur 13740

Lebih terperinci

EVALUASI UNJUK KERJA KALIBRATOR TORSI STATIK HASIL RANCANG BANGUN MELALUI UJI BANDING KALIBRASI

EVALUASI UNJUK KERJA KALIBRATOR TORSI STATIK HASIL RANCANG BANGUN MELALUI UJI BANDING KALIBRASI Evaluasi Unjuk Kerja Kalibrator Torsi Statik Hasil Rancang Bangun Melalui Uji Banding Kalibrasi (Hilman Syaeful Alam) EVALUASI UNJUK KERJA KALIBRATOR TORSI STATIK HASIL RANCANG BANGUN MELALUI UJI BANDING

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu produk kosmetik yang banyak menggunakan bahan pengawet sebagai bahan tambahan adalah hand body lotion. Metode analisis yang sensitif dan akurat diperlukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

Materi Konsep dasar & istilah dalam Angka-angka Jenis-jenis kesalahan berdasarkan penyebabnya

Materi Konsep dasar & istilah dalam Angka-angka Jenis-jenis kesalahan berdasarkan penyebabnya BAB 1. PENGUKURAN & KESALAHAN By Aksan,ST,MT Teknik Listrik PNUP Materi : @. Konsep dasar & istilah dalam pengukuran @. Angka-angka penting @. Jenis-jenis kesalahan berdasarkan penyebabnya @. Jenis-jenis

Lebih terperinci

Pengukuran Teknik Tri Mulyanto. Bab 1 PENDAHULUAN

Pengukuran Teknik Tri Mulyanto. Bab 1 PENDAHULUAN Bab 1 PENDAHULUAN Produk suatu pemesinan akan mempunyai kualitas geometrik tertentu. Dimana kualitas yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh pengendalian mutu dan proses produksi. Mutu yang baik tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Hampir semua orang sadar tentang perkembangan pesat dibidang teknologi elektronik dalam kurun waktu belakangan ini. Perkataan elektronik saja sudah cukup untuk memberi

Lebih terperinci

PENGARUH PEMAKAIAN SETENGAH VOLUME SAMPEL DAN REAGEN PADA PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH METODE GOD-PAP TERHADAP NILAI SIMPANGAN BAKU DAN KOEFISIEN VARIASI

PENGARUH PEMAKAIAN SETENGAH VOLUME SAMPEL DAN REAGEN PADA PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH METODE GOD-PAP TERHADAP NILAI SIMPANGAN BAKU DAN KOEFISIEN VARIASI 114 PENGARUH PEMAKAIAN SETENGAH VOLUME SAMPEL DAN REAGEN PADA PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH METODE GOD-PAP TERHADAP NILAI SIMPANGAN BAKU DAN KOEFISIEN VARIASI EFFECT OF SAMPLE AND REAGENT VOLUMES HALF IN CHECKING

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Spektrum Derivatif Metil Paraben dan Propil Paraben

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Spektrum Derivatif Metil Paraben dan Propil Paraben BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu produk kosmetik yang banyak menggunakan bahan pengawet sebagai bahan tambahan adalah krim wajah. Metode analisis yang sensitif dan akurat diperlukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metrologi adalah ilmu pengetahuan tentang ukur mengukur. Kegiatan metrologi meliputi pengukuran, karakteristik alat ukur, metode pengukuran, dan penafsiran dari hasil

Lebih terperinci

STUDI METODE KALIBRASI HIGROMETER ELEKTRIK

STUDI METODE KALIBRASI HIGROMETER ELEKTRIK Studi Metode Kalibrasi Higrometer Elektrik (Arfan Sindhu Tistomo) STUDI METODE KALIBRASI HIGROMETER ELEKTRIK Study on Electrical Hygrometer Calibration Method Arfan Sindhu Tistomo Pusat Penelitian Kalibrasi,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PEREDUKSI NATRIUM TIOSULFAT (Na 2 S 2 O 3 ) DAN TIMAH (II) KLORIDA (SnCl 2 ) PADA ANALISIS KADAR TOTAL BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI

PERBANDINGAN PEREDUKSI NATRIUM TIOSULFAT (Na 2 S 2 O 3 ) DAN TIMAH (II) KLORIDA (SnCl 2 ) PADA ANALISIS KADAR TOTAL BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI PERBANDINGAN PEREDUKSI NATRIUM TIOSULFAT (Na 2 S 2 O 3 ) DAN TIMAH (II) KLORIDA (SnCl 2 ) PADA ANALISIS KADAR TOTAL BESI SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS DAFTAR ISI Pendahuluan Metodologi Hasil dan Pembahasan

Lebih terperinci

ESTIMASI KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN/PENGUJIAN DALAM PENGUKURAN/PENGUJIAN KIMIA

ESTIMASI KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN/PENGUJIAN DALAM PENGUKURAN/PENGUJIAN KIMIA ESTIMASI KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN/PENGUJIAN DALAM PENGUKURAN/PENGUJIAN KIMIA Yohanes Susanto Begitu banyak keputusan-keputusan penting diambil berdasarkan hasil pengujian kimia kuantitatif. Hasil-hasil

Lebih terperinci

Oleh: Nurul Yahady Tahir Mide Penera Tingkat Terampil

Oleh: Nurul Yahady Tahir Mide Penera Tingkat Terampil Oleh: Nurul Yahady Tahir Mide Penera Tingkat Terampil Latar Belakang Jangka sorong merupakan alat ukur yang banyak digunakan dalam berbagai industri baik industri kecil ataupun industri besar. Kebenaran

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN : Pertama / 2 x 45 menit : Ceramah dan praktik o Menyiapkan instrumen secara tepat serta melakukan pengukuran dengan benar berkaitan dengan besaran pokok panjang, massa, waktu, dengan mempertimbangkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium riset dan laboratorium kimia instrumen Jurusan Kimia, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

DTG 2M3 - ALAT UKUR DAN PENGUKURAN TELEKOMUNIKASI

DTG 2M3 - ALAT UKUR DAN PENGUKURAN TELEKOMUNIKASI DTG 2M3 - ALAT UKUR DAN PENGUKURAN TELEKOMUNIKASI By : Dwi Andi Nurmantris PENDAHULUAN PENGUKURAN PENGERTIAN PENGUKURAN Pengukuran dapat didefinisikan sebagai suatu proses pemberian angka atau label terhadap

Lebih terperinci

Oleh: Oe Tiny Agustini Koesmawati PUSAT PENELITIAN KIMIA

Oleh: Oe Tiny Agustini Koesmawati PUSAT PENELITIAN KIMIA KALIBRASI PERALATAN GELAS Oleh: Oe Tiny Agustini Koesmawati PUSAT PENELITIAN KIMIA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA KALIBRASI ALAT GELAS Didalam salah satu kausal ISO 17025, peralatan gelas harus dikalibrasi

Lebih terperinci

KALIBRASI JANGKA SORONG JAM UKUR (DIAL CALLIPER)

KALIBRASI JANGKA SORONG JAM UKUR (DIAL CALLIPER) KALIBRASI JANGKA SORONG JAM UKUR (DIAL CALLIPER) DENGAN MENGGUNAKAN METODE STANDAR JIS B 7507 1993 DI LABORATORIUM PENGUKURAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS RIAU Zulfebri 1, Dodi Sofyan Arief 2 1 Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I PEMERIKSAAN KESALAHAN-KESALAHAN. Oleh : Nama : I Gede Dika Virga Saputra NIM : Kelompok : IV.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I PEMERIKSAAN KESALAHAN-KESALAHAN. Oleh : Nama : I Gede Dika Virga Saputra NIM : Kelompok : IV. LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I PEMERIKSAAN KESALAHAN-KESALAHAN Oleh : Nama : I Gede Dika Virga Saputra NIM : 1108105034 Kelompok : IV.B JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 20 Juli sampai 19 Oktober 2012 di Laboratorium Group THz-photonics bidang Instrumentasi Fisis dan Optoelektronika

Lebih terperinci

KETERTELUSURAN. Surya Ridwanna

KETERTELUSURAN. Surya Ridwanna KETERTELUSURAN Surya Ridwanna BIO DATA 1. NAMA : SURYA RIDWANNA 2. ALAMAT : 0818618438 surya_blk@yahoo.com 1. PENDIDIKAN : AKADEMI ANALIS KESEHATAN BANDUNG 1989 2. POST GRADUATE DIPLOMA IN SCIENCE UNIVERSITY

Lebih terperinci

UNJUK KERJA METODE FLAME ATOMIC ABSORPTION SPECTROMETRY (F-AAS) PASCA AKREDITASI

UNJUK KERJA METODE FLAME ATOMIC ABSORPTION SPECTROMETRY (F-AAS) PASCA AKREDITASI 246 ISSN 0216-3128 Supriyanto C., Samin UNJUK KERJA METODE FLAME ATOMIC ABSORPTION SPECTROMETRY (F-AAS) PASCA AKREDITASI Supriyanto C., Samin Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN ABSTRAK

Lebih terperinci

Gambar 1.6. Diagram Blok Sistem Pengaturan Digital

Gambar 1.6. Diagram Blok Sistem Pengaturan Digital Gambar 1.6. Diagram Blok Sistem Pengaturan Digital 10 Bab II Sensor 11 2.1. Pendahuluan Sesuai dengan banyaknya jenis pengaturan, maka sensor jenisnya sangat banyak sesuai dengan besaran fisik yang diukurnya

Lebih terperinci

PENGANTAR ALAT UKUR. Bab PENDAHULUAN

PENGANTAR ALAT UKUR. Bab PENDAHULUAN Bab 1 PENGANTAR ALAT UKUR 1-1 PENDAHULUAN Dalam Pengukuran pada umumnya dibutuhkan instrumen sebagai suatu cara fisis untuk menentukan suatu besaran atau variabel. Instrumen tersebut membantu kita untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan tentang metodologi penelitian, yang didalamnya terdapat uraian mengenai metode penelitian, instrumen penelitian, perancangan penelitian, tempat,dan

Lebih terperinci

TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012

TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012 TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012 Mata Kuliah Topik Smt / Kelas Beban Kredit Dosen Pengampu Batas Pengumpulan : Kimia Analitik II : Spektrofotometri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian saat ini sangat tergantung pada pengukuran dan pengujian yang handal, terpercaya, dan diakui secara internasional. Jadi secara langsung maupun tidak langsung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dinyatakan sebagai suatu angka satuan ukuran dikalikan dengan sesuatu. Nilai

BAB II LANDASAN TEORI. dinyatakan sebagai suatu angka satuan ukuran dikalikan dengan sesuatu. Nilai BAB II LANDASAN TEORI 2.1 ISTILAH dan DEFINISI Besaran [quantity (measurable quantity)] sifat dari suatu gejala, benda atau bahan yang dapat dibedakan secara kualitatif dan ditentukan secara kuantitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu aspek penilaian kemajuan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi yang baik akan terbentuk dengan adanya regulasi yang baik pula dalam

Lebih terperinci

Pertemuan ke-5 Sensor : Bagian 1. Afif Rakhman, S.Si., M.T. Drs. Suparwoto, M.Si. Geofisika - UGM

Pertemuan ke-5 Sensor : Bagian 1. Afif Rakhman, S.Si., M.T. Drs. Suparwoto, M.Si. Geofisika - UGM Pertemuan ke-5 Sensor : Bagian 1 Afif Rakhman, S.Si., M.T. Drs. Suparwoto, M.Si. Geofisika - UGM Agenda Pengantar sensor Pengubah analog ke digital Pengkondisi sinyal Pengantar sensor medan EM Transduser

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1989 TENTANG STANDAR NASIONAL UNTUK SATUAN UKURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1989 TENTANG STANDAR NASIONAL UNTUK SATUAN UKURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1989 TENTANG STANDAR NASIONAL UNTUK SATUAN UKURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa standar nasional untuk satuan ukuran merupakan sarana

Lebih terperinci

PENENTUAN CALIBRATOR SETTING CAPINTEC CRC-7BT UNTUK SAMARIUM-153

PENENTUAN CALIBRATOR SETTING CAPINTEC CRC-7BT UNTUK SAMARIUM-153 YOGYAKARTA, 16 NOVEMBER 011 PENENTUAN CALIBRATOR SETTING CAPINTEC CRC-7BT UNTUK SAMARIUM-153 Wijono, Gatot Wurdiyanto Pustek Keselamatan dan Metrologi Radiasi - BATAN, Jl.Lebak Bulus No.49 Jakarta, 1440

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PENGUKRAN. Primary sensing element Variable conversion element Data presentation element

KONSEP DASAR PENGUKRAN. Primary sensing element Variable conversion element Data presentation element KONSEP DASAR PENGUKRAN Primary sensing element Variable conversion element Data presentation element PRIMARY SENSING ELEMENT Elemen pengindraan Utama adalah Tranduser. Tranduser adalah sebuah alat yang

Lebih terperinci

KALIBRASI SENSOR TEMPERATUR DENGAN METODA PERBANDINGAN DAN SIMULASI

KALIBRASI SENSOR TEMPERATUR DENGAN METODA PERBANDINGAN DAN SIMULASI KALIBRASI SENSOR TEMPERATUR DENGAN METODA PERBANDINGAN DAN SIMULASI Cecep Sulaeman, Kusnadi Politeknik Negeri Jakarta Jurusan Teknik Elektro Email : cecep_pnj@yahoo.com ABSTRACT PT 00 temperature sensor

Lebih terperinci

ESTIMASI KETIDAKPASTIAN KOLOM PENENTUAN KANDUNGAN CaO PADA SEMEN DENGAN METODE GRAVIMETRIK

ESTIMASI KETIDAKPASTIAN KOLOM PENENTUAN KANDUNGAN CaO PADA SEMEN DENGAN METODE GRAVIMETRIK Daftar isi: 1. Judul. Acuan 3. Prosedur Pengukuran 4. Besaran ukur ESTIMASI KETIDAKPASTIAN KOLOM PENENTUAN KANDUNGAN CaO PADA SEMEN DENGAN METODE GRAVIMETRIK 5. Identifikasi dan Kuantifikasi Sumber-sumber

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN. beberapa jenis pengujian, yakni pengujian akurasi pengenalan suara, kemudian

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN. beberapa jenis pengujian, yakni pengujian akurasi pengenalan suara, kemudian BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN Berikutnya setelah seluruh rangkaian perangkat keras dan perangkat lunak selesai dibuat, maka tahap selanjutnya adalah pengujian. Di sini akan dilakukan beberapa jenis pengujian,

Lebih terperinci

TEORI KETIDAKPASTIAN PADA PENGUKURAN

TEORI KETIDAKPASTIAN PADA PENGUKURAN I. PENDAHULUAN TEORI KETIDAKPASTIAN PADA PENGUKURAN Di dalam percobaan Fisika hasil-hasil yang diperoleh biasanya tidak dapat diterima begitu saja sebab hasil percobaan tersebut harus dipertanggungjawabkan

Lebih terperinci

LAPORAN PROGRAM UJI BANDING (PROFICIENCY TEST) ANTAR LABORATORIUM SKEMA KHUSUS SEMESTER II Bahan Uji: AIR LIMBAH III (ALDS III)

LAPORAN PROGRAM UJI BANDING (PROFICIENCY TEST) ANTAR LABORATORIUM SKEMA KHUSUS SEMESTER II Bahan Uji: AIR LIMBAH III (ALDS III) LAPORAN PROGRAM UJI BANDING (PROFICIENCY TEST) ANTAR LABORATORIUM SKEMA KHUSUS SEMESTER II-2015 Bahan Uji: AIR LIMBAH III (ALDS III) PARAMETER UJI: Zat Padat Tersuspensi (TSS), Kebutuhan Oksigen Kimiawi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1989 TENTANG STANDAR NASIONAL UNTUK SATUAN UKURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1989 TENTANG STANDAR NASIONAL UNTUK SATUAN UKURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 2 TAHUN 1989 TENTANG STANDAR NASIONAL UNTUK SATUAN UKURAN, Menimbang : a. bahwa standar nasional untuk satuan ukuran merupakan sarana penunjang yang sangat penting demi tercapainya

Lebih terperinci

TERMINOLOGI PADA SENSOR

TERMINOLOGI PADA SENSOR TERMINOLOGI PADA SENSOR Tutorial ini merupakan bagian dari Seri Pengukuran Fundamental Instrumen Nasional. Setiap tutorial dalam seri ini, akan mengajarkan anda tentang topik spesifik aplikasi pengukuran

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SENSOR SUHU TANAH DAN KELEMBABAN UDARA

RANCANG BANGUN SENSOR SUHU TANAH DAN KELEMBABAN UDARA RANCANG BANGUN SENSOR SUHU TANAH DAN KELEMBABAN UDARA Cahya Edi Santosa, Ari Sugeng Budiyanta Peneliti Bidang Instrumentasi dan Wahana Dirgantara, LAPAN ABSTRACT Temperature and humidity are the important

Lebih terperinci

LAPORAN PROGRAM UJI BANDING (PROFICIENCY TEST) ANTAR LABORATORIUM SKEMA KHUSUS SEMESTER I Bahan Uji: AIR MINUM DALAM KEMASAN I (AMDK I)

LAPORAN PROGRAM UJI BANDING (PROFICIENCY TEST) ANTAR LABORATORIUM SKEMA KHUSUS SEMESTER I Bahan Uji: AIR MINUM DALAM KEMASAN I (AMDK I) LAPORAN PROGRAM UJI BANDING (PROFICIENCY TEST) ANTAR LABORATORIUM SKEMA KHUSUS SEMESTER I-2015 Bahan Uji: AIR MINUM DALAM KEMASAN I (AMDK I) PARAMETER UJI: Nitrat, Sulfat, dan Klorida BMD Laboratory Provider

Lebih terperinci

Verifikasi Metode Pengujian Sulfat Dalam Air dan Air Limbah Sesuai SNI : 2009

Verifikasi Metode Pengujian Sulfat Dalam Air dan Air Limbah Sesuai SNI : 2009 JURNAL TEKNOLOGI PROSES DAN INOVASI INDUSTRI, VOL. 2, NO. 1, JULI 2017 19 Verifikasi Metode Pengujian Sulfat Dalam Air dan Air Limbah Sesuai SNI 6989.20 : 2009 Methods Verification of Sulfat Analysis in

Lebih terperinci

[BADAN STANDARISASI NASIONAL] 2012

[BADAN STANDARISASI NASIONAL] 2012 [G.1] KAJIAN KEBUTUHAN STANDAR NASIONAL SATUAN UKURAN DI INDONESIA Tim Peneliti: Untari Pudjiastuti Rahman Mustar I Nyoman Supriyatna Dohana Viskhurin Femina [BADAN STANDARISASI NASIONAL] 2012 LATAR BELAKANG.

Lebih terperinci

Sistem pengukuran Sistem pengukuran merupakan bagian pertama dalam suatu sistem pengendalian Jika input sistem pengendalian salah, maka output salah

Sistem pengukuran Sistem pengukuran merupakan bagian pertama dalam suatu sistem pengendalian Jika input sistem pengendalian salah, maka output salah Sistem pengukuran Sistem pengukuran merupakan bagian pertama dalam suatu sistem pengendalian Jika input sistem pengendalian salah, maka output salah Jika hasil pengukuran (input sistem pengendalian) salah,

Lebih terperinci

2015, No Meteorologi, Klimatologi,dan Geofisika sehingga perlu dilakukan penyesuaian; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud p

2015, No Meteorologi, Klimatologi,dan Geofisika sehingga perlu dilakukan penyesuaian; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud p BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1529, 2015 BMKG. Kalibrasi. Peralatan Pengamatan. Pelaksanaan. Tata Cara Tetap. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR 23 TAHUN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Ditorsi radial jarak radial (r)

BAB IV ANALISIS. Ditorsi radial jarak radial (r) BAB IV ANALISIS 4.1. Analisis Kalibrasi Kamera Analisis kalibrasi kamera didasarkan dari hasil percobaan di laboratorium dan hasil percobaan di lapangan. 4.1.1. Laboratorium Dalam penelitian ini telah

Lebih terperinci

Ada beberapa jenis timbangan yang sering digunakan akan tetapi secara garis besar timbangan yang digunakan dibedakan menjadi 3 yaitu :

Ada beberapa jenis timbangan yang sering digunakan akan tetapi secara garis besar timbangan yang digunakan dibedakan menjadi 3 yaitu : Dasar Teori Alat ukur adalah alat yang digunakan untuk mengukur suatu besaran dalam fisika. Pada umumnya ada tiga besaran yang paling banyak diukur dalam dunia fisika untuk tingkat SMA yaitu panjang, massa

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan kadar Aspartam ini dilakukan menggunakan alat KCKT, dengan sistem kromatografi fasa terbalik, yaitu polarisitas fasa gerak lebih polar daripada fasa diam dengan kolom

Lebih terperinci

KONTROL KURVA KALIBRASI SPEKTROMETER EMISI DENGAN STANDAR ALUMINIUM CERTIFIED REFERENCE MATERIALS (CRM)

KONTROL KURVA KALIBRASI SPEKTROMETER EMISI DENGAN STANDAR ALUMINIUM CERTIFIED REFERENCE MATERIALS (CRM) YOGYAKARTA, 31 OKTOBER 213 ISSN 1978-176 KONTROL KURVA KALIBRASI SPEKTROMETER EMISI DENGAN STANDAR ALUMINIUM CERTIFIED REFERENCE MATERIALS (CRM) Rosika Kriswarini, Dian Anggraini, Boybul, Yusuf Nampira

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN PERALATAN LABORATORIUM

PEMELIHARAAN PERALATAN LABORATORIUM PEMELIHARAAN PERALATAN LABORATORIUM Verifikasi Pipet Volumetri 10 ml Disusun oleh : Kelompok 4/E 2 Luthfia Nurul Anwar 116 Muhammad Rizky Prasetyo 116165 Sakina Fidyastuti 116231 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci