BAB V ANALISA PEMBAHASAN. Measuring Device Elemen ISO 7.6 ISO ) di PT. X dilakukan dengan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V ANALISA PEMBAHASAN. Measuring Device Elemen ISO 7.6 ISO ) di PT. X dilakukan dengan"

Transkripsi

1 BAB V ANALISA PEMBAHASAN Proses pengontrolan peralatan ukur dan pantau (Control of Monitoring and Measuring Device Elemen ISO 7.6 ISO ) di PT. X dilakukan dengan tujuan untuk memastikan bahwa semua instrumen baik yang digunakan untuk kepentingan pemantauan, pengukuran proses dan produk akhir serta pengembangan produk dijaga tingkat ketelitiannya (accuracy). Berikut adalah uraian hasil dari materi penelitian yang telah dilakukan : 5.1. Prosedur Kalibrasi Sistem pemeliharaan dimulai dari awal dengan memasukkan data data instrumen kedalam suatu database Measuring Instrument Data (MID). Database ini memuat semua data fisik instrumen termasuk interval dan reference dari interval kalibrasi terbaik yang dimiliki saat ini. Tindakan pemeliharaan dilakukan dalam bentuk cek, kalibrasi atau tera dengan mempertimbangkan beberapa hal diatas tanpa menyimpang dari tujuan akhir yang hendak dicapai dalam pemeliharaan keakurasian instrumen ukur dan pantau. Dikecualikan dalam MID adalah hasil kalibrasi yang disimpan dan dipelihara dalam Calibration & Check Record (CCR). Didalam CCR tercantum jendela 56

2 keakurasian dan rentang pengukuran yang diperlukan untuk memberikan kemudahan dalam hal pemeliharaannya. Jendela ini juga dapat dipakai sebagai penentu apakah sebuah instrumen masih dapat dipertahankan untuk keperluan aplikasi tersebut atau diturunkan penggunaannya untuk aplikasi yang kurang membutuhkan penelitian. Pada keadaan dimana hasil pengontrolan menyimpang dari persyaratan yang sudah digariskan, peninjauan ulang terhadap hasil produksi akhir akan dilakukan bila instrumen terkait digunakan sebagai penentu kualitas akhir produk. Bilamana penyimpangan tersebut tidak memberikan dampak langsung terhadap kualitas produk akhir, akan diambil tindakan perbaikan atau penggantian terhadap instrumen tersebut. Secara garis besar Proses Kalibrasi yang diterapkan di PT. X terbagi kedalam 2 kelompok bagian terbesar, yaitu : Kalibrasi Eksternal Kalibrasi eksternal adalah kalibrasi yang dilakukan dengan menggunakan jasa pihak luar karena keterbatasan alat. Kalibrasi eksternal meliputi : a. Kalibrasi standar atau kalibrator Kalibrasi standar atau kalibrator ini dilakukan oleh pihak yang mempunyai standar yang lebih tinggi atau baik dari segi akurasi dan telah mendapatkan sertifikat nasional dan telah masuk kedalam anggota Komite Akreditasi Nasional (KAN) yaitu suatu badan yang mengesahkan suatu perusahaan atau instansi untuk melakukan jasa layanan kalibrasi. Standar atau kalibrator memerlukan pengecekan oleh standar yang lebih tinggi untuk mengetahui apakah standar yang kita punyai masih layak pakai atau 57

3 tidak untuk dijadikan standar kalibrator internal untuk menjamin pengukuran yang kita lakukan dengan kalibrator tersebut mempunyai nilai kebenaran yang bisa dipertanggungjawabkan, tentunya ini didasarkan atas penyimpangan yang didapatkan yang kemudian dibandingkan dengan batasan toleransi penyimpangan atau kesalahan yang diperbolehkan. Standar atau kalibrator yang dipunyai perusahaan yang memerlukan pengecekan oleh standar yang lebih tinggi antara lain Standar/ kalibrator suhu (temperature) dan Standar/ kalibrator massa (anak timbangan). b. Kalibrasi Metrologi Legal Kalibrasi Metrologi Legal ini berhubungan dengan metrologi legal, bisa kita sebut tera atau tera ulang. Berdasarkan pada aturan metrologi legal dalam bukunya, Pengawasan UTTP dan BDKT Berdasarkan UUML, menera adalah hal menandai dengan tanda tera sah atau tanda tera batal yang berlaku atau memberikan keterangan tertulis yang bertanda tera sah atau tera batal yang berlaku dan dilakukan oleh pegawai yang berhak melakukannya atas alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya/ UTTP yang baru diproduksi/ dipakai. Tujuan peneraan ini adalah dimaksudkan agar UTTP itu benar penunjukkannya sesuai dengan standar yang ditetapkan yang merupakan upaya preventive agar tidak ada pihak yang dirugikan baik produsen, konsumen, penerima barang maupun penjual barang. Dalam hal ini pegawai yang berwenang adalah Balai Metrologi. Alat alat yang memerlukan peneraan dari pihak metrologi yang dipunyai perusahaan antara lain Timbangan Elektronik dan Mekanik, Flow meter dan Tanki. 58

4 c. Kalibrasi ukuran panjang Kalibrasi ukuran panjang ini untuk saat ini tidak bisa dilakukan secara internal karena belum adanya standar atau kalibrator yang dipunyai perusahaan. Jadi untuk menjamin kebenaran penunjukkan alat ukur panjang yang kita punyai memerlukan pengkalibrasian oleh pihak luar yang mempunyai standarnya. Contoh alat ukur panjang yang dipunyai perusahaan adalah Caliper (Jangka Sorong). d. Alur Proses Kegiatan Eksternal Kalibrasi Alur proses kegiatan kalibrasi dan pengecekan alat ukur secara eksternal melibatkan Departemen Gudang Teknik (Technical Store Department) dalam pengiriman dan penerimaan barang yang akan dan telah dikalibrasi serta Departemen Pembelian (Purchasing Department) dalam hal penawaran harga kalibrasi yang dilakukan lembaga pihak luar Kalibrasi Internal Kalibrasi Internal adalah kalibrasi mandiri yang dilakukan secara internal atau dilakukan karyawan PT. X sendiri. Kalibrasi Internal ini sering juga disebut Kalibrasi In House (lihat Bab Tinjauan Pustaka). Kalibrasi yang dilakukan ini berdasarkan pada acuan HACCP = Hazardous Area Critical Control Point), yaitu titik tertentu dalam area pabrik yang perlu penanganan dan pengawasan khusus, biasanya daerah ini penghasil output produk. a. Kalibrasi Proses kalibrasi ini dilakukan terhadap beberapa titik pengukuran yang diperlukan. Titik pengukuran yang biasa dilakukan adalah 5 titik pengukuran atau 59

5 lebih secara berulang. Proses kalibrasi ini mempunyai dokumen catatan mutu, yaitu CCR (Calibration / Check Record) berisi tentang deskripsi spesifikasi alat dan sebagai hystorical data alat tersebut dan CCCM (Calibration Certificate and Calibration Measurement) berisi sertifikat kalibrasi beserta dengan hasil pengukurannya. b. Pengecekan Proses pengecekan ini dilakukan hanya pada titik pemakaian saja secara berulang dan hanya mempunyai CCR (Calibration / Check Record) saja sebagai dokumen catatan mutunya. c. Alur Proses Kegiatan Internal Kalibrasi Alur proses kegiatan kalibrasi dan pengecekan alat ukur secara internal meliputi beberapa departemen yang ditangani oleh departemen R&D Analisa Kebutuhan Pengukuran Kalibrasi Analisa kebutuhan pengukuran dapat kita gambarkan dengan mencari berbagai faktor pendukung dan penyebab diperlukannya pengukuran terhadap alat ukur melalui kalibrasi sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan hasil pengukurannya dapat menjamin kepercayaannya. Analisa kebutuhan pengukuran kalibrasi yang penulis istilahkan Measurement System Variables dapat digambarkan melalui fishbone yang diperlihatkan pada gambar 5.1. berikut ini : 60

6 Measureme Test Method Workmanship Standard Vibration Lighting Methods Training Reproducibility Inspector Samples Skill Paralax Ergonomics Environment Humidity Temperature Discrimination Repeatability Bias Sample Preparation Sample Collection Linearity Calibration Instrument Material Gambar 5.1. Measurement System Variables 61

7 5.3. Standard Operation Procedure (SOP) Perawatan dan Kalibrasi Standard Operation Procedure (SOP) adalah suatu petunjuk pelaksanaan kegiatan secara berurutan dan sistematis. Berdasarkan penelitian dihasilkan beberapa SOP yang efisien, baik dan benar, antara lain SOP mengenai kalibrasi suhu (Temperature) dan kalibrasi massa. Berikut hasilnya : Kalibrasi Suhu (Temperature) Standard Operation Procedure (SOP) Kalibrasi Suhu (Temperature) ini meliputi beberapa macam alat, antara lain Termometer Gelas, Oven/ Inkubator/ Tanur dan Timbangan a. Diagram Ketertelusuran Definition of Kelvin and Degree Celcius, ITS 90 H2O TP Sn FP Zn FP Hg TP Standard Platinum Resistance Thermometer KIM LIPI Micro Oil Bath Low Temp. Bath Dry Well CQA Calibration Lab. Type S Thermometer KIM LIPI Fluke NetDAQ Calibration System Thermometer Black Stack Glass Thermometer Standards (ASTM) Fluke Multifunction Calibration Oven Incubator Chamber Furnace Water Bath Digital / Glass / Dial Thermometer Gambar 5.2. Diagram Ketertelusuran Kalibrasi Suhu (Temperature) User / Unit 62

8 b. Kalibrasi Termometer Gelas SOP Termometer Gelas juga meliputi dua aspek seperti halnya SOP Termometer Digital, yaitu Perawatan dan Kalibrasi. Perawatan ini juga menitikberatkan pada perawatan untuk standar/ kalibrator untuk menjaga kestabilan dan ketelitiannya, perbedaannya adalah pada proses pembersihan dan pemeriksaan, sedangkan Kalibrasi menitikberatkan pada pemakaian standar/ kalibrator dalam proses kalibrasi sehingga hasil pelaksanaan kalibrasi optimum meliputi kalibrasi titik es dan diatas titik es. (SOP Kalibrasi Termometer Gelas ini secara lengkap diperlihatkan pada lampiran 8). c. Kalibrasi Oven/ Inkubator/ Tanur SOP Oven/ Inkubator/ Tanur meliputi dua aspek, yaitu Perawatan dan Kalibrasi. Perawatan menitikberatkan pada keamanan, pembersihan dan pemeriksaan untuk standar/ kalibrator untuk menjaga kestabilan dan ketelitiannya, sedangkan Kalibrasi menitikberatkan pada pemakaian standar/ kalibrator dalam proses kalibrasi sehingga hasil pelaksanaan kalibrasi optimum. 63

9 Kalibrasi Massa (Timbangan) a. Diagram Ketertelusuran Definition of kg International Prototype of kg Pt. Ir Standard Weight Weights Grade E0 Weights Grade E1 Weights Grade E2 CQA Calibration Lab. Weights Grade F1, F2 CQA Calibration Lab. / User User / Unit Gambar 5.3. Diagram Ketertelusuran Kalibrasi Massa b. Kalibrasi Timbangan Elektronik SOP Timbangan Elektronik meliputi dua aspek, yaitu perawatan dan kalibrasi. Perawatan menitikberatkan pada perawatan standar/ kalibrator untuk menjaga kestabilan dan ketelitiannya, sedangkan Kalibrasi menitikberatkan pada pemakaian standar anak timbangan dalam proses kalibrasi timbangan elektronik sehingga hasil pelaksanaan kalibrasi optimum, meliputi kemampuan ulang pembacaan, pengaruh penyimpanan anak timbangan pada pinggan, pengaruh pengenolan beban (tare), keseragaman skala dan histerisis. 64

10 5.4. Cara Perhitungan Proses Kalibrasi Proses perhitungan secara garis besar meliputi 2 hal pokok, yaitu perhitungan kesalahan/ penyimpangan (error) dan perhitungan ketidakpastian Kalibrasi Termometer Gelas Proses perhitungan kalibrasi termometer gelas meliputi 2 bagian yaitu cara perhitungan kesalahan/ penyimpangan (error) dan cara perhitungan ketidakpastian. Cara perhitungan kesalahan/ penyimpangan terdiri dari kalibrasi titik es dan kalibrasi diatas titik es, sedangkan cara perhitungan ketidakpastian meliputi beberapa aspek, antara lain : a. Perbedaan dari pembacaan Termometer standar pada tiap titik pengamatan (dari data pengamatan), ambil perbedaan maksimumnya (= Δmax) b. Ketidakpastian standar (U 2 ) c. Ketidakpastian pembacaan termometer gelas d. Ketidakpastian dari ketidakseragaman suhu temperature bath e. Ketidakpastian gabungan (Uc) f. Ketidakpastian diperluas pada tingkat kepercayaan 95 % dengan k = 2 Latihan 1 : Sebuah Termometer Gelas Goldbrand dengan no. seri Tgelas01 mempunyai karakteristik sbb : Kapasitas 100 ºC Skala terkecil 0.1 ºC Ketidakpastian std sertifikat kalibrasi untuk termometer standar (Us) 0.1 dan temperature bath (Ub) 0.2 Faktor cakupan alat sertifikat kalibrasi (k) 2 65

11 Alat tersebut dikalibrasi oleh standar yang telah tersertifikasi dengan hasil pengukuran sebagai berikut : Table 5.1. Hasil pengukuran Latihan 1 Kalibrasi Titik Es Seting Suhu Detik ke Pembacaan Termometer Standar Pembacaan Termometer Contoh Kalibrasi diatas Titik Es Seting Suhu Detik ke Pembacaan Termometer Standar Pembacaan Termometer Contoh

12 Hitunglah berapa koreksi kesalahan tiap pengukuran dan nilai ketidakpastiannya pada tingkat kepercayaan 95 % dengan k = 2, Serta buat pula laporan kalibrasinya! Penyelesaian : Dalam menyelesaikan persoalan diatas maka langkah langkah yang harus dilakukan adalah : Hitung rata rata pembacaan standar dan alat! Hitung perbedaan pembacaan Termometer Standar! Hitung standar deviasi masing masing penunjukkan! Hitung pula koreksi yang harus dicantumkan untuk masing masing penunjukkan! 67

13 Hasil perhitungan beberapa langkah penyelesaian diatas adalah sbb : Tabel 5.2. Hasil pengukuran Latihan 1. Seting Suhu Rata rata Pembacaan Standar Perbedaan Pembacaan Termometer Standar Rata rata Pembacaan Alat Standar Deviasi Termometer Std Koreksi Alat Hitung perbedaan dari pembacaan termometer standar pada titik pengamatan dengan nilai delta termometer standar terbesar! U1 = Delta maks. / sqrt (n) = 0.3 / sqrt (3) = Hitung ketidakpastian standar U2 = Us / 2 68

14 = 0.1 / 2 = 0.05 Hitung ketidakpastian pembacaan termometer gelas U3 = ½ a = ½ (0.1) = 0.05 Hitung ketidakpastian dari ketidakseragaman suhu temperature bath U4 = Ub / sqrt (3) = 0.2 / sqrt (3) = Hitung ketidakpastian gabungan Uc = ± sqrt (U1 2 +U2 2 +U3 2 +U4 2 ) = ± sqrt ( ) = ± Hitung ketidakpastian diperluas pada tingkat kepercayaan 95 % dengan k = 2 U 95 = ± k x Uc = ± 2 x = ± Analisa dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa U 95 = ± menyatakan hasil perkiraan mengenai rentang hasil pengukuran yang didalamnya terdapat nilai benar. 69

15 Artinya bahwa hasil pengukuran pada suatu titik pengukuran yang terdapat nilai benarnya berkisar antara ± , misalkan pada titik pengukuran 75 ºC, maka nilai benarnya diantara ºC Kalibrasi Oven/ Inkubator/ Tanur Proses perhitungan kalibrasi Oven/ Inkubator/ Tanur meliputi 2 bagian yaitu cara perhitungan kesalahan/ penyimpangan (error) dan cara perhitungan ketidakpastian. Cara perhitungan kesalahan/ penyimpangan terdiri dari : a. Variasi suhu terbesar (Overall Variation/ OV) = (max. min.) dari pembacaan Termometer Standar. b. Nilai tengah (Measured Enclosure Temperature/ MET) dari pembacaan standar. c. Perbedaan suhu ruang dengan suhu alat (Magnitude of Different/ D) d. Faktor pengkelasan (f) e. Tentukan f, m, D, RM dan G sesuai table. Sedangkan cara perhitungan ketidakpastian meliputi beberapa aspek, antara lain : a. Tipe A a) Hitung standar deviasi dari rata rata pembacaan pada setting suhu dari n sensor b. Tipe B b) Ketidakpastian Kalibrator c) Ketidakpastian Termokopel d) Ketidakpastian Indikator (1) Indikator Digital (2) Indikator Analog 70

16 c. Hitung ketidakpastian gabungan d. Hitung ketidakpastian yang diperluas Latihan 2 : Sebuah Oven Digital merk Binder dengan no. seri Ovd01 mempunyai karakteristik sbb : Dimensi panjang 500 mm, tinggi 550 mm dan lebar 450 mm Kapasitas 500 ºC Skala terkecil 0.1 ºC Ketidakpastian std sertifikat kalibrasi untuk Recorder (U1) 0.1 dan termokopel (U2) 0.2 Faktor cakupan alat sertifikat kalibrasi (k) 2 Alat tersebut digunakan untuk pengukuran temperatur kadar air (suhu pengujian 130 ºC ± 2 ºC) dikalibrasi oleh standar yang telah tersertifikasi. Hitunglah berapa termokopel standar yang harus dijadikan standar kalibrator? Berapa standar deviasinya? Berapa koreksi kesalahan alat? Serta berapa nilai ketidakpastiannya pada tingkat kepercayaan 95 % dengan k = 2? Serta buat pula laporan kalibrasinya! Penyelesaian : Dalam menyelesaikan persoalan diatas maka langkah langkah yang harus dilakukan adalah : Tentukan Kelas Oven! Hitung Volume Oven untuk menentukan berapa sensor yang perlu dijadikan standar! Hitung nilai rata rata pembacaan standar alat! 71

17 Hitung nilai variasi suhu sementara! Hitung standar deviasinya! Hitung suhu ruang/ OV! Hitung variasi seluruh suhu/ R! Hitung pula koreksi alat! Hasil perhitungan beberapa langkah penyelesaian diatas adalah sbb : Kelas Oven Karena toleransi ± 2 ºC maka variasi maksimal temperaturnya adalah 4 dengan D 100, sehingga berdasarkan tabel pengkelasan termasuk kelas (G) 6. Volume Oven Volume = panjang x lebar x tinggi = (500 x 450 x 550) mm kubik = mm kubik = 0.1 mkubik Sensor minimal terpasang N = 3 + (3G0.6) V0.2 = Sensor minimal terpasang adalah dibulatkan menjadi 9 sensor. Data dan hasil perhitungan : 72

18 Table 5.3. Hasil pengukuran Latihan 2 No Site Nilai Koreksi Standar Pembacaan Termokopel Standar A B C D E Min Max Min Max Min Max Min Max Min Max 1C A A F A A F F A Penunjukkan Suhu Alat No Site Nilai Koreksi Standar Min Rata rata Max Nilai Tengah (MET) Variasi Suhu Sementara Standar Deviasi 1C A A F A A F F

19 9A Rata rata Jumlah Rata rata Suhu Alat Variasi Suhu Ruang (OV) 1.9 Variasi Seluruh Suhu (R) 2.66 Perbedaan Suhu Ruang dengan Suhu Alat (Magnitude of Different) / D 94.8 Nilai Koreksi Alat 0.5 F Hitung ketidakpastian Tipe A! UA1 = SD / sqrt (n) = / sqrt (9) = Hitung ketidakpastian Tipe B UB1 = U1 / 2 = 0.1 / 2 = 0.05 UB2 = U2 / 2 = 0.2 / 2 = 0.1 UB3 = (Resolusi / 2) / sqrt (3) = (0.1 / 2) / sqrt (3) = Hitung ketidakpastian gabungan 74

20 Uc = ± sqrt (Σ(UA) 2 +(UB) 2 ) = ± sqrt (0.563) 2 (Σ(UB1) 2 +(UB2) 2 +(UB3) 2 ) = ± sqrt (0.563) 2 ((0.05) 2 +(0.1) 2 +(0.029) 2 ) = ± 0.6 Hitung ketidakpastian diperluas pada tingkat kepercayaan 95 % dengan k = 2 U 95 = ± k x Uc = ± 2 x 0.6 = ± Analisa dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa U 95 = ± menyatakan hasil perkiraan mengenai rentang hasil pengukuran yang didalamnya terdapat nilai benar. Artinya bahwa hasil pengukuran pada suatu titik pengukuran yang terdapat nilai benarnya berkisar antara ± 1.181, pada titik pengukuran 130 ºC, maka nilai benarnya diantara ºC Kalibrasi Massa (Timbangan) Proses perhitungan kalibrasi massa (timbangan) meliputi 3 bagian yaitu cara perhitungan kesalahan/ penyimpangan (error), cara perhitungan ketidakpastian dan Batas Unjuk Kerja Timbangan (Limit Performance of Balance). Cara perhitungan kesalahan/ penyimpangan terdiri : a. Kemampuan Ulang Pembacaan b. Pengaruh Penyimpanan pada Pinggan c. Pengaruh Pengenolan Beban (Tara) d. Keseragaman Skala 75

21 e. Histerisis Cara perhitungan ketidakpastian meliputi beberapa aspek, antara lain : a. Hitung Ketidakpastian Resolusi Timbangan b. Hitung Ketidakpastian Repeatabilitas c. Hitung Ketidakpastian Uji Histerisis Sedangkan Batas Unjuk Kerja Timbangan (Limit Performance of Balance) meliputi Batas Kerja (F) dan ketidakpastian penimbangan. Latihan 3 : Sebuah Timbangan Elektronik merk AND tipe SK 200 dengan no. seri TE01 mempunyai karakteristik sbb : Kapasitas 220 g Skala terkecil g Resolusi 1 g Ketidakpastian std sertifikat kalibrasi (Us) 0.12 Faktor cakupan alat sertifikat kalibrasi (k) 2 Alat tersebut digunakan untuk penimbangan filling 120 g dikalibrasi oleh standar anak timbangan yang telah tersertifikasi. Hitunglah koreksi kesalahan alat pada 10 titik pengukuran? Berapakah Batas Kinerja timbangan? Serta berapa nilai ketidakpastiannya pada tingkat kepercayaan 95 % dengan k = 2? Serta buat pula laporan kalibrasinya! Penyelesaian : Dalam menyelesaikan persoalan diatas maka langkah langkah yang harus dilakukan adalah : 76

22 Hitung kemampuan ulang pembacaan timbangan pada mendekati titik nol, setengah kapasitas dan kapasitas maksimum beserta standar deviasinya masing masing! Hitung pengaruh penyimpanan pada pinggan! Hitung pengaruh pengenolan beban! Hitung koreksi timbangan dengan penimbangan keseragaman skala! Hitung histerisisnya! Hitung batas kinerja timbangan! Hasil perhitungan beberapa langkah penyelesaian diatas adalah sbb : Kemampuan Ulang pembacaan mendekati titik nol (0.01 g) : Tabel 5.4. Kemampuan ulang pem. Mendekati nol Latihan 3 Ulangan Pembacaan Selisih Z M M Z

23 Dari data diatas didapatkan bahwa : Rata rata selisih = g Standar deviasi = Maksimal perbedaan pembacaan berurutan = Kemampuan Ulang pembacaan ½ kapasitas maksimum (100 g) Tabel 5.5. Kemampuan ulang pembacaan ½ kapasitas Latihan 3 Ulangan Pembacaan Selisih Z M M Z Dari data diatas didapatkan bahwa : Rata rata selisih = g Standar deviasi = Maksimal perbedaan pembacaan berurutan = Kemampuan Ulang pembacaan kapasitas maksimum (200 g) 78

24 Tabel 5.6. Kemampuan ulang pembacaan kapasitas maksimum Latihan 3 Ulangan Pembacaan Selisih Z M M Z Dari data diatas didapatkan bahwa : Rata rata selisih = g Standar deviasi = Maksimal perbedaan pembacaan berurutan = Pengaruh penyimpanan pada pinggan (100 g) Tabel 5.7. Pengaruh penyimpanan pada pinggan Latihan 3 Posisi Penunjukkan Perhitungan/ Selisih Tengah

25 Depan Belakang Kiri Kanan Dari data diatas didapatkan bahwa: Selisih maksimal = Pengaruh pengenolan beban/ tara (100 g) : Tabel 5.8. Pengaruh pengenolan beban/ tara Latihan 3 Tanpa Pengenolan Memakai Pengenolan Beban Pembacaan Beban Pembacaan Zero Zero M M M M Zero Zero M Z M Z Dari data diatas didapatkan bahwa: Pengaruh pengenolan = g Keseragaman skala (masa pengkalibrasi/ M kelipatan 20 g) : 80

26 Tabel 5.9. Keseragaman skala Latihan 3 Kelipatan Beban Timbangan Beban Timbangan Pembacaan Skala Rata rata Selisih Standar Massa Koreksi Skala (dalam g) (1M) (1M) (2M) (2M) (3M) (3M) (4M) (4M) (5M) (5M) (6M) (6M)

27 (7M) (7M) (8M) (8M) (9M) (9M) (10M) (10M) Dari data diatas didapatkan bahwa: Koreksi maksimum ada pada beban timbangan 180 g yaitu = g Histerisis 82

28 Tabel Histerisis Latihan 3 Beban Zero Z M M M + M M M Zero Z m1 m z1 z Dari data diatas didapatkan bahwa: Histerisis = g Hitung ketidakpastian resolusi timbangan U R = ± ½ R / sqrt (3) = ± ½ (1) / sqrt (3) = ± Hitung ketidakpastian repeatabilitas Ut = ± SD maks. Kemampuan ulang pembacaan / sqrt (n) = ± (0.003) / sqrt (10) = ± Hitung ketidakpastian uji histerisis Uh = ± 2 SD1 / sqrt (6) = ± 2 (0.003) / sqrt (6) 83

29 = ± Hitung batas kinerja (F) F = ± 2 SD maks. Repeatabilitas + Cnv = ± 2 (0.003) = ± Hitung ketidakpastian penimbangan pada tingkat kepercayaan 95 % dengan k = 2 U 95 = ± k x Uc = ± 2 x [Ut 2 +Unv 2 + UR 2 ] ½ = ± Analisa dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa U 95 = ± menyatakan hasil perkiraan mengenai rentang hasil pengukuran yang didalamnya terdapat nilai benar. Artinya bahwa hasil pengukuran pada suatu titik pengukuran yang terdapat nilai benarnya berkisar antara ± , misalkan pada titik pengukuran 100 g, maka nilai benarnya diantara gram Analisa Data Work Order (WO) Work Order adalah suatu permintaan kerja kepada divisi sisdur dari divisi lain sehubungan dengan kerusakan instrument dan ketidakstabilan instrumen. Divisi sisdur mempunyai proses pengolahan data WO masuk dari pihak divisi lain yang harus dikerjakan sesuai dengan jadual dengan persetujuan kepala bagian atau manajer. Tabel memperlihatkan data permintaan kalibrasi. 84

30 Tabel Daftar Permintaan WO Kalibrasi September 2009 Juli 2010: Bulan ( ) Frekwensi permintaan kalibrasi September 25 Oktober 18 November 19 Desember 15 Januari 11 Februari 12 Maret 10 April 11 Mei 8 Juni 7 Juli 7 Tabel diatas menunjukkan bahwa dari sejak September 2009 sampai bulan Juli 2010 permintaan WO kalibrasi menurun. Terjadi peningkatan mutu ketahanan dan keakurasian alat atau sensor (Calibration Process Improvement). Hal ini disebabkan karena semua alat ukur yang masuk prioritas pengecekan dan kalibrasi terdaftar dan terpantau yang dimasukkan dalam MID (Measuring Instrument Data) untuk selalu dikalibrasi dan dilakukan pengecekan berdasarkan interval waktu yang telah ditentukan yang ada dalam CCS (Calibration & Check Schedule). 85

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN BAB V ANALISA PEMBAHASAN Proses pengontrolan peralatan ukur dan pantau (Control of Monitoring and Measuring Device Elemen ISO7.6 ISO 9001 2008) di PT Torabika Eka Semesta dilakukan dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR USULAN PEMBUATAN SOP KALIBRASI BERDASARKAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO DAN ISO / IEC DI PT X

TUGAS AKHIR USULAN PEMBUATAN SOP KALIBRASI BERDASARKAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO DAN ISO / IEC DI PT X TUGAS AKHIR USULAN PEMBUATAN SOP KALIBRASI BERDASARKAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001-2008 DAN ISO / IEC 17025 DI PT X Disusun Oleh: Nama : Yunita Ramadhani NIM : 4160411-089 Program Studi : Teknik Industri

Lebih terperinci

PENGUJIAN, KALIBRASI PERALATAN KESEHATAN

PENGUJIAN, KALIBRASI PERALATAN KESEHATAN PENGUJIAN, KALIBRASI PERALATAN KESEHATAN disampaikan pada : WORKSHOP VALIDASI DATA ASPAK DINKES PROPINSI SUL-SEL Makassar, 20 Perbruari 2018 herwin.bpfkmks@gmail.com Peraturan Terkait UU NO. 36 TAHUN 2009

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 PENGOLAHAN DATA PENGKRAN Dari hasil pengukuran oven diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.1 Data hasil kalibrasi Dryer Oven Mesin Setting Suhu ( ) 00 400 600 Nilai Titik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat ukur suhu yang berupa termometer digital.

BAB I PENDAHULUAN. alat ukur suhu yang berupa termometer digital. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Engineer tidak dapat dipisahkan dengan penggunaan alat ukur. Akurasi pembacaan alat ukur tersebut sangat vital di dalam dunia keteknikan karena akibat dari error yang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA LABORATORIUM FISIKA MATERIAL DAN INSTRUMENTASI No. Dokumen : IKK/FM.002/TB

UNIVERSITAS GADJAH MADA LABORATORIUM FISIKA MATERIAL DAN INSTRUMENTASI No. Dokumen : IKK/FM.002/TB 1. Ruang Lingkup UNIVERSITAS GADJAH MADA Halaman : 1 dari 7 PETUNJUK TIMBANGAN (ELEKTRONIK DAN MEKANIK) Instruksi kerja ini digunakan untuk melaksanakan kalibrasi timbangan jenis elektronik dan mekanik.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 TATA KERJA KALIBRASI Tata kerja dari pelaksanaan kalibrasi Dryer Oven dijelaskan pada bagan dibawah ini: Penentuan alat kalibrasi (Master) Penentuan Metode kalibrasi Metode

Lebih terperinci

R adalah selisih massa bejana dalam keadaan terisi dan dalam keadaan kosong,

R adalah selisih massa bejana dalam keadaan terisi dan dalam keadaan kosong, Suplemen Pedoman Evaluasi dan Pernyataan A9. KALIBRASI GELAS UKUR Deskripsi Pengukuran Kalibrasi gelas dari bahan borosilicate glass berkapasitas 1 ml nilai skala terkecil.1 ml menggunakan metode gravimetri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan mutu merupakan bagian dari manajemen mutu yang difokuskan pada pemberian keyakinan bahwa persyaratan mutu akan dipenuhi. Secara teknis jaminan mutu pengujian

Lebih terperinci

LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LK 063 IDN

LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LK 063 IDN Temperatur Termometer gelas -15 0 C ~ 0 0 C 0.023 0 C ASTM E 77 (1998) SPRT PT 100 0 0 C ~ 100 0 C 0.15 0 C Termometer analog 0 0 C ~ 100 0 C 0.35 0 C ASTM E 220 (1996) SPRT PT 100 Temperature sensor w

Lebih terperinci

Tera dan Kalibrasi. dr. Naila Amalia

Tera dan Kalibrasi. dr. Naila Amalia Tera dan Kalibrasi dr. Naila Amalia 1. Pendahuluan Dewasa ini kebenaran hasil ukur sudah menjadi kebutuhan terutama di bidang pengawasan dan pengendalian mutu. Meskipun sebagian masyarakat masih menganggap

Lebih terperinci

Verifikasi Standar Massa. Diklat Penera Tingkat Ahli 2011

Verifikasi Standar Massa. Diklat Penera Tingkat Ahli 2011 Verifikasi Standar Massa Diklat Penera Tingkat Ahli 2011 Indikator Keberhasilan Peserta diharapkan dapat menerapkan pengelolaan laboratorium massa dan metode verifikasi standar massa Agenda Pembelajaran

Lebih terperinci

DTG 2M3 - ALAT UKUR DAN PENGUKURAN TELEKOMUNIKASI

DTG 2M3 - ALAT UKUR DAN PENGUKURAN TELEKOMUNIKASI DTG 2M3 - ALAT UKUR DAN PENGUKURAN TELEKOMUNIKASI By : Dwi Andi Nurmantris PENDAHULUAN PENGUKURAN PENGERTIAN PENGUKURAN Pengukuran dapat didefinisikan sebagai suatu proses pemberian angka atau label terhadap

Lebih terperinci

PENENTUAN NILAI KETIDAKPASTIAN HASIL KALIBRASI DRYER OVEN MESIN SKRIPSI. Oleh: ARIE MULYA NUGRAHA

PENENTUAN NILAI KETIDAKPASTIAN HASIL KALIBRASI DRYER OVEN MESIN SKRIPSI. Oleh: ARIE MULYA NUGRAHA PENENTUAN NILAI KETIDAKPASTIAN HASIL KALIBRASI DRYER OVEN MESIN SKRIPSI Oleh: ARIE MULYA NUGRAHA 41306120011 PROGRAM STUDY TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA 2010 PENENTUAN

Lebih terperinci

RIWAYAT REVISI /09/2016 Penerbitan Pertama MT MM /10/2016 Perubahan format IK. MT MM

RIWAYAT REVISI /09/2016 Penerbitan Pertama MT MM /10/2016 Perubahan format IK. MT MM Dibuat Oleh : INSTRUKSI KERJA Halaman 1 dari 9 Diperiksa Oleh : (Manajer Teknis ) ( Manajer Mutu ) RIWAYAT REVISI No Revisi Ke Tanggal Revisi Revisi/ Perubahan Direvisi Oleh Disahkan Oleh 1 00 08/09/2016

Lebih terperinci

UJI BANDING LABORATORIUM KALIBRASI BMKG

UJI BANDING LABORATORIUM KALIBRASI BMKG UJI BANDING LABORATORIUM KALIBRASI BMKG Budi Santoso, S.T. Maulana Putra, S.Si Dian Premana, S.Si GA. MonangLumbanGaol, S.Kom Pusat Instrumentasi Rekayasa dan Kalibrasi Badan Meteorologi Klimatologi dan

Lebih terperinci

KALIBRASI JANGKA SORONG JAM UKUR (DIAL CALLIPER)

KALIBRASI JANGKA SORONG JAM UKUR (DIAL CALLIPER) KALIBRASI JANGKA SORONG JAM UKUR (DIAL CALLIPER) DENGAN MENGGUNAKAN METODE STANDAR JIS B 7507 1993 DI LABORATORIUM PENGUKURAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS RIAU Zulfebri 1, Dodi Sofyan Arief 2 1 Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil pengukuran yang diberikan oleh beberapa alat sejenis tidak selalu menunjukkan hasil yang sama, meskipun alat tersebut mempunyai tipe yang sama. Perbedaan ini

Lebih terperinci

Oleh Ir. Najamudin, MT Dosen Universitas Bandar Lampung

Oleh Ir. Najamudin, MT Dosen Universitas Bandar Lampung Pengukuran Teknik, Oleh Ir. Najamudin, MT Dosen Teknik Mesin UBL KONSEP DASAR PENGUKURAN TEKNIK Oleh Ir. Najamudin, MT Dosen Universitas Bandar Lampung 1.1 Pengukuran ( measurement ) Pengukuran adalah

Lebih terperinci

Kelas Stasiun Pengamatan Meteorologi di Indonesia

Kelas Stasiun Pengamatan Meteorologi di Indonesia Kelas Stasiun Pengamatan Meteorologi di Indonesia Direktorat Perizinan Instalasi dan Bahan Nuklir Badan Pengawas Tenaga Nuklir BAPETEN, 25 Mei 2016 ISI Standar Stasiun Meteorologi Dasar Hukum Pelaksanaan

Lebih terperinci

II. Jenis Pelayanan Kalibrasi

II. Jenis Pelayanan Kalibrasi Lampiran II Surat Keputusan Kepala Unit Pelayanan Publik Nomor 001/UPP.Kpts/BBKB/2016 Tanggal 1 April 2016 II. Jenis Pelayanan Kalibrasi NO KOMPONEN URAIAN A. Dasar Hukum 1. Undang-undang Nomor 25 Tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Sistem Kontrol Sistem kontrol adalah proses pengaturan atau pengendalian terhadap satu atau beberapa besaran (variable, parameter) sehingga berada pada suatu harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metrologi adalah ilmu pengetahuan tentang ukur mengukur. Kegiatan metrologi meliputi pengukuran, karakteristik alat ukur, metode pengukuran, dan penafsiran dari hasil

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PROTOTYPE DAN PENGUJIAN PROTOTYPE

BAB IV EVALUASI PROTOTYPE DAN PENGUJIAN PROTOTYPE BAB IV EVALUASI PROTOTYPE DAN PENGUJIAN PROTOTYPE 4.1 EVALUASI PROTOTYPE Setelah selesai pembuatan prototype, maka dilakukan evaluasi prototipe untuk mengetahui apakah prototipe tersebut telah memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu aspek penilaian kemajuan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi yang baik akan terbentuk dengan adanya regulasi yang baik pula dalam

Lebih terperinci

Kajian Kalibrasi Timbangan Analit dengan Penjaminan Mutu ISO 17025

Kajian Kalibrasi Timbangan Analit dengan Penjaminan Mutu ISO 17025 Harsojo/Kajian Kalibrasi Timbangan Analit dengan Penjaminan Mutu ISO 17025 55 Kajian Kalibrasi Timbangan Analit dengan Penjaminan Mutu ISO 17025 Harsojo Jurusan Fisika FMIPA Universitas Gadjah Mada, Sekip

Lebih terperinci

KALIBRASI TERMOMETER DIGITAL METODE SENSOR PLUS INDIKATOR

KALIBRASI TERMOMETER DIGITAL METODE SENSOR PLUS INDIKATOR KALIBRASI TERMOMETER DIGITAL METODE SENSOR PLUS INDIKATOR Seta Samsiana, Fitrah Ramdani Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Islam 45 (UNISMA) Jl. Cut Meutia No. 83 Bekasi, Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL ALAT AUDIOMETER

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL ALAT AUDIOMETER 55 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA HASIL ALAT AUDIOMETER Pada bab ini akan menjelaskan tentang pengujian alat audiometer dan analisa hasil yang terdapat pada alat. Pengujian dan analisa hasil tersebut meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metrologi adalah disiplin ilmu yang mempelajari tentang pengukuran, alat ukur, serta satuan ukuran. Dalam metrologi terdapat ilmu tentang cara-cara pengukuran, kalibrasi,

Lebih terperinci

Pengukuran Teknik Tri Mulyanto. Bab 1 PENDAHULUAN

Pengukuran Teknik Tri Mulyanto. Bab 1 PENDAHULUAN Bab 1 PENDAHULUAN Produk suatu pemesinan akan mempunyai kualitas geometrik tertentu. Dimana kualitas yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh pengendalian mutu dan proses produksi. Mutu yang baik tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Metrologi adalah ilmu pengetahuan tentang pengukuran. Pengukuran terjadi sejak manusia lahir sampai meninggal. Hal ini membuktikan bahwa seluruh fase kehidupan manusia

Lebih terperinci

BAB V KALIBRASI DAN PENGUJIAN SISTEM 72 BAB V KALIBRASI DAN PENGUJIAN SISTEM

BAB V KALIBRASI DAN PENGUJIAN SISTEM 72 BAB V KALIBRASI DAN PENGUJIAN SISTEM BAB V KALIBRASI DAN PENGUJIAN SISTEM 72 BAB V KALIBRASI DAN PENGUJIAN SISTEM 5.1 Kalibrasi Pengertian kalibrasi menurut ISO adalah seperangkat operasi dalam kondisi tertentu yang bertujuan untuk menentukan

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE -4 UNDANG UNDANG METROLOGI LEGAL RENCANA MEMBAHAS PASAL 12 SD 21 DAN PERATURAN PELAKSANAANNYA

PERTEMUAN KE -4 UNDANG UNDANG METROLOGI LEGAL RENCANA MEMBAHAS PASAL 12 SD 21 DAN PERATURAN PELAKSANAANNYA PERTEMUAN KE -4 UNDANG UNDANG METROLOGI LEGAL RENCANA MEMBAHAS PASAL 12 SD 21 DAN PERATURAN PELAKSANAANNYA Pasal 12 UUML DENGAN PP DITETAPKAN UTTP YANG : a. WAJIB TERA DAN TERA ULANG b. DIBEBASKAN DARI

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertian Pengukuran Untuk mendapatkan produk yang berkualitas tidak hanya memerlukan rancangan produk yang bagus sesuai dengan fungsi namun juga memerlukan rancangan proses pembuatan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN - 2 PERTEMUAN KE 4 3 x pertemuan DIKLAT FUNGSIONAL PENERA 2011

PEMBELAJARAN - 2 PERTEMUAN KE 4 3 x pertemuan DIKLAT FUNGSIONAL PENERA 2011 PEMBELAJARAN - 2 PERTEMUAN KE 4 3 x pertemuan DIKLAT FUNGSIONAL PENERA 2011 Menimbang : UU No.2/1981 tentang ML a. bahwa untuk melindungi kepentingan umum perlu adanya jaminan dalam kebenaran pengukuran

Lebih terperinci

KALIBRASI JANGKA SORONG NONIUS (VERNIER CALLIPER) BERDASARKAN STANDAR JIS B 7507 DI LABORATORIUM PENGUKURAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS RIAU

KALIBRASI JANGKA SORONG NONIUS (VERNIER CALLIPER) BERDASARKAN STANDAR JIS B 7507 DI LABORATORIUM PENGUKURAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS RIAU KALIBRASI JANGKA SORONG NONIUS (VERNIER CALLIPER) BERDASARKAN STANDAR JIS B 7507 DI LABORATORIUM PENGUKURAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS RIAU Nahrul Amani 1, Dodi Sofyan Arief 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS KETIDAKPASTIAN KALIBRASI TIMBANGAN NON-OTOMATIS DENGAN METODA PERBANDINGAN LANGSUNG TERHADAP STANDAR MASSA ACUAN

ANALISIS KETIDAKPASTIAN KALIBRASI TIMBANGAN NON-OTOMATIS DENGAN METODA PERBANDINGAN LANGSUNG TERHADAP STANDAR MASSA ACUAN ANALISIS KETIDAKPASTIAN KALIBRASI TIMBANGAN NON-OTOMATIS DENGAN METODA PERBANDINGAN LANGSUNG TERHADAP STANDAR MASSA ACUAN Renanta Hayu Peneliti pada Pusat Penelitian Kalibrasi Instrumentasi Metrologi LIPI

Lebih terperinci

PE P NGE G NDAL A I L A I N MUTU TELE L KOMUNIK I ASI 3. Dasar Pengukuran

PE P NGE G NDAL A I L A I N MUTU TELE L KOMUNIK I ASI 3. Dasar Pengukuran PENGENDALIAN MUTU TELEKOMUNIKASI 3. Dasar Pengukuran Pengukuran Pengertian Pengukuran Pengukuran dapat didefinisikan sebagai suatu proses pemberian angka atau label terhadap atribut dengan aturan-aturan

Lebih terperinci

7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambaha

7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambaha WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG TERA DAN ATAU TERA ULANG ALAT UKUR, ALAT TAKAR, ALAT TIMBANG DAN PERLENGKAPANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209); 4.

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209); 4. WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG TERA DAN ATAU TERA ULANG ALAT UKUR, ALAT TAKAR, ALAT TIMBANG DAN PERLENGKAPANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metrologi adalah ilmu pengetahuan tentang ukur-mengukur (pengukuran). Pengukuran terjadi sejak manusia lahir sampai meninggal. Hal ini membuktikan bahwa seluruh fase

Lebih terperinci

Pemasangan CO 2 dan Suhu dalam Live Cell Chamber

Pemasangan CO 2 dan Suhu dalam Live Cell Chamber 1 Pemasangan CO 2 dan Suhu dalam Live Cell Chamber Septian Ade Himawan., Ir. Nurussa adah, MT., Ir. M. Julius St., MS. Abstrak Abstrak Sel merupakan kumpulan materi paling sederhana dan unit penyusun semua

Lebih terperinci

MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL SPESIFIKASI METER AIR

MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL SPESIFIKASI METER AIR MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL SPESIFIKASI METER AIR MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL SPESIFIKASI METER AIR Spesifikasi Meter Air Cetakan 1-2014

Lebih terperinci

BEJANA UKUR. Tergolong alat ukur metrologi legal yang wajib ditera dan ditera ulang (Permendag No. 8 Tahun 2010);

BEJANA UKUR. Tergolong alat ukur metrologi legal yang wajib ditera dan ditera ulang (Permendag No. 8 Tahun 2010); Eka Riyanto Tanggo BEJANA UKUR Tergolong alat ukur metrologi legal yang wajib ditera dan ditera ulang (Permendag No. 8 Tahun 010); Bejana ukur wajib memiliki Ijin Tanda Pabrik atau Ijin Tipe; Tidak ada

Lebih terperinci

SIFAT LOGO TIMBANG DAN BATAS KESALAHAN YANG DIIJINKAN. Oleh : Adi Candra Purnama, ST.

SIFAT LOGO TIMBANG DAN BATAS KESALAHAN YANG DIIJINKAN. Oleh : Adi Candra Purnama, ST. SIFAT LOGO TIMBANG DAN BATAS KESALAHAN YANG DIIJINKAN Oleh : Adi Candra Purnama, ST. Sifat Timbangan Timbangan memiliki karakteristik atau sifat timbang yang sesuai dengan batasbatas yang dipersyaratkan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 TAHAP ANALISIS (ANALYSE) Setelah di lakukan pengukuran maka dilakukan analisis permasalahan. Aktivitas utama tahap analisis adalah menentukan faktor penyebab cacat dengan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Hasil Pengumpulan Data Pada penelitian ini penerapan MSA dilakukan pada tiga karakteristik produk yaitu berat grid, berat jenis acid dan tebal grid. Pengukuran berat grid

Lebih terperinci

DAFTAR ISI TUGAS AKHIR... ii

DAFTAR ISI TUGAS AKHIR... ii DAFTAR ISI TUGAS AKHIR... i TUGAS AKHIR... ii LEMBAR PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v MOTTO... vi KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Metrologi merupakan ilmu yang mempelajari pengukuran besaran - besaran fisika. Metrologi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu metrologi legal, metrologi ilmiah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengukuran (measurement) adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menentukan nilai suatu besaran dalam bentuk angka (kuantitatif). Adapun yang dimaksud dengan

Lebih terperinci

Oleh: Oe Tiny Agustini Koesmawati PUSAT PENELITIAN KIMIA

Oleh: Oe Tiny Agustini Koesmawati PUSAT PENELITIAN KIMIA KALIBRASI PERALATAN GELAS Oleh: Oe Tiny Agustini Koesmawati PUSAT PENELITIAN KIMIA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA KALIBRASI ALAT GELAS Didalam salah satu kausal ISO 17025, peralatan gelas harus dikalibrasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA METROLOGI LEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

VERIFIKASI METODA GRAVIMETRI UNTUK PENENTUAN THORIUM

VERIFIKASI METODA GRAVIMETRI UNTUK PENENTUAN THORIUM VERIFIKASI METODA GRAVIMETRI UNTUK PENENTUAN THORIUM Syamsul Fatimah, Rahmiati, Yoskasih Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK VERIFIKASI METODA GRAVIMETRI UNTUK PENENTUAN THORIUM. Telah dilakukan

Lebih terperinci

Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang Semarang

Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang Semarang Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang Semarang A. Latar Belakang Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang Semarang (BPSMB Semarang) merupakan salah satu UPTD pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Lebih terperinci

ABSTRAK ANALISA PENGARUH KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR LINGKUNGAN TERHADAP KESALAHAN PENGISIAN BAHAN BAKAR MINYAK DI SPBU

ABSTRAK ANALISA PENGARUH KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR LINGKUNGAN TERHADAP KESALAHAN PENGISIAN BAHAN BAKAR MINYAK DI SPBU ABSTRAK ANALISA PENGARUH KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR LINGKUNGAN TERHADAP KESALAHAN PENGISIAN BAHAN BAKAR MINYAK DI SPBU Pembangunan berkelanjutan yang dilaksanakan di segenap aspek kehidupan berjalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metrologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang pengukuran. Pengukuran merupakan aktivitas yang sangat penting dalam kehidupan seharihari pada berbagai bidang. Bidang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DTREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI NOMOR fi/my/kr'e/t/2010 TENTANG SYARAT TEKNIS POMPA UKUR BAHAN BAKAR GAS

KEPUTUSAN DTREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI NOMOR fi/my/kr'e/t/2010 TENTANG SYARAT TEKNIS POMPA UKUR BAHAN BAKAR GAS DEPARTE]U EN TIEPUBLII( AF PERDAGANGAN IND('NESIA DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI Jalan N4.l Ridwan Rals No 5 Jakarta 10110 Ter. 0213440408, fil. 021-3858185 KEPUTUSAN DTREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN

Lebih terperinci

Indonesian Journal of Chemical Science

Indonesian Journal of Chemical Science Indo. J. Chem. Sci. 6 (2) (2017) Indonesian Journal of Chemical Science http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs Uji Kalibrasi (Ketidakpastian Pengukuran) Neraca Analitik di Laboratorium Biologi FMIPA

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT

BAB IV PENGUJIAN ALAT BAB IV PENGUJIAN ALAT Tahap terakhir dari perancangan alat ini adalah tahap pengujian. Ada beberapa pengujian yang akan dilakukan. 4.1 Pengujian Sensitivias Sensor Suhu DHT11 Modul DHT11 merupakan modul

Lebih terperinci

PENGARUH KONTRIBUSI KETIDAKPASTIAN TERHADAP PELAPORAN NILAI POROSITAS MENGGUNAKAN METODE GRAVIMETRI

PENGARUH KONTRIBUSI KETIDAKPASTIAN TERHADAP PELAPORAN NILAI POROSITAS MENGGUNAKAN METODE GRAVIMETRI PENGARUH KONTRIBUSI KETIDAKPASTIAN TERHADAP PELAPORAN NILAI POROSITAS MENGGUNAKAN METODE GRAVIMETRI Galih Setyawan 1 dan Pratiwi Indah Tri Lestari 2 1,2 Departemen Teknik Elektro dan Informatika, Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal adalah untuk melindungi kepentingan umum melalui jaminan kebenaran pengukuran dan adanya

Lebih terperinci

KALIBRASI PERALATAN ALAT LABORATORIUM:

KALIBRASI PERALATAN ALAT LABORATORIUM: KALIBRASI PERALATAN ALAT LABORATORIUM: KALIBRASI TIMBANGAN ( NERACA ) Pengontrolan Timbangan Penanganan Timbangan Membersihkan Timbangan OPERASI, PEMBERSIHAN DAN PERAWATAN PENANGAS AIR (WATER BATH) Operasi

Lebih terperinci

Peralatan Elektronika

Peralatan Elektronika Peralatan Elektronika Peralatan Elektronika adalah semua peralatan yang dipergunakan oleh manusia dengan mempergunakan prinsip kerja elektronika. Sebagai contoh : 1. Alat ukur 2. Alat kontrol industri

Lebih terperinci

Gambar 1.6. Diagram Blok Sistem Pengaturan Digital

Gambar 1.6. Diagram Blok Sistem Pengaturan Digital Gambar 1.6. Diagram Blok Sistem Pengaturan Digital 10 Bab II Sensor 11 2.1. Pendahuluan Sesuai dengan banyaknya jenis pengaturan, maka sensor jenisnya sangat banyak sesuai dengan besaran fisik yang diukurnya

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. PT. XYZ selama ini belum pernah menerapkan metode Statistical Process

BAB V ANALISA HASIL. PT. XYZ selama ini belum pernah menerapkan metode Statistical Process 70 BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Hasil control chart PT. XYZ selama ini belum pernah menerapkan metode Statistical Process Control. Sebagai langkah awal penulis mencoba menganalisa data volume produk

Lebih terperinci

2015, No Meteorologi, Klimatologi,dan Geofisika sehingga perlu dilakukan penyesuaian; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud p

2015, No Meteorologi, Klimatologi,dan Geofisika sehingga perlu dilakukan penyesuaian; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud p BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1529, 2015 BMKG. Kalibrasi. Peralatan Pengamatan. Pelaksanaan. Tata Cara Tetap. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR 23 TAHUN

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. 31 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. B. Bahan Bahan yang digunakan dalam

Lebih terperinci

PENGETAHUAN SNI ISO/IEC 17025:2008. By Rangga K Negara, ST

PENGETAHUAN SNI ISO/IEC 17025:2008. By Rangga K Negara, ST PENGETAHUAN By Rangga K Negara, ST DEFINISI : Standar Nasional Indonesia (SNI) : Standar yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional dan berlaku secara nasional. STANDAR : Spesifikasi teknis atau

Lebih terperinci

Bagian-bagian dari alat ukur Sensor Tranduser Penunjuk atau indikator

Bagian-bagian dari alat ukur Sensor Tranduser Penunjuk atau indikator Bagian-bagian dari alat ukur Secara garis besar suatu alat dibagi menjadi 3 komponen utama yaitu : 1. Sensor atau peraba 2. Pengubah /pengolah sinyal atau tranduser 3. Penunjuk atau indikator/ display

Lebih terperinci

BAB V METER GAS ROTARY PISTON DAN TURBIN

BAB V METER GAS ROTARY PISTON DAN TURBIN BAB V METER GA ROTARY PITON DAN TURBIN Indikator Keberhasilan : Peserta diharapkan mampu menjelaskan konstruksi dan prinsip kerja meter gas rotary piston dan turbin. Peserta diharapkan mampu menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Pengukuran kualitas dan kuantitas cairan Bahan Bakar Minyak atau sering disebut dengan BBM merupakan kegiatan yang sangat penting dalam hal serah terima perdagangan (custody

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alat ukur mempunyai peran yang sangat besar dalam hampir semua aktivitas kehidupan manusia. Dalam kegiatan pembangunan fasilitas umum, alat ukur selalu dipakai dari

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 06 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TERA DAN TERA ULANG ALAT-ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG DAN PERLENGKAPANNYA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BANTEN

PERATURAN GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KEGIATAN PELAYANAN BALAI PENGELOLA LABORATORIUM METROLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB V ANALISA. pengambilan keputusan untuk menyelesaikan permasalahan.

BAB V ANALISA. pengambilan keputusan untuk menyelesaikan permasalahan. BAB V ANALISA Dari hasil pengumpulan dan pengolahan data pada bab sebelumnya maka selanjutnya dilakukan analisa. Analisa yang dilakukan harus lebih terarah sehingga hasilnya menjadi baik dan benar. Atas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menunjukkan tinggi dari permukaan cairan disebut sebagai alat ukur level.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menunjukkan tinggi dari permukaan cairan disebut sebagai alat ukur level. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengenalan Alat Ukur Level Setiap alat ukur instrument yang dipergunakan untuk mengukur dan menunjukkan tinggi dari permukaan cairan disebut sebagai alat ukur level. Pengukuran

Lebih terperinci

Pengetahuan Alat Uji dan Kalibrasi : Universal Testing Machine Amalia Rakhmawati

Pengetahuan Alat Uji dan Kalibrasi : Universal Testing Machine Amalia Rakhmawati Pengetahuan Alat Uji dan Kalibrasi : Amalia Rakhmawati email: amelchan_tique@yahoo.com Laboratorium Volgat Balai Kalibrasi Pusat Pengawasan Mutu Barang Sekretariat Jenderal Kementerian Perdagangan Sites.google.com/site/calibrationconsultancy

Lebih terperinci

BAB III. Tahap penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa bagian, yaitu : Mulai. Perancangan Sensor. Pengujian Kesetabilan Laser

BAB III. Tahap penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa bagian, yaitu : Mulai. Perancangan Sensor. Pengujian Kesetabilan Laser BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. Tahapan Penelitian Tahap penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa bagian, yaitu : Mulai Perancangan Sensor Pengujian Kesetabilan Laser Pengujian variasi diameter

Lebih terperinci

CARA MELAKUKAN KALIBRASI ALAT PENGUKUR KADAR AIR BENIH (OVEN MEMMERT TIPE UNB 400 )

CARA MELAKUKAN KALIBRASI ALAT PENGUKUR KADAR AIR BENIH (OVEN MEMMERT TIPE UNB 400 ) CARA MELAKUKAN KALIBRASI ALAT PENGUKUR KADAR AIR BENIH (OVEN MEMMERT TIPE UNB 400 ) Zaki Ismail Fahmi (PBT Ahli Muda) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. PENDAHULUAN SNI

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAT PERDAGANGAN DALAM NEGERI

DIREKTORAT JENDERAT PERDAGANGAN DALAM NEGERI DEPARTEMEN PERDAGANGAN. REPUBLIK IND('NESIA DIREKTORAT JENDERAT PERDAGANGAN DALAM NEGERI Jaan l\,4.1 Ridwan Rais No.5 Jakarta 10110 Tel. 021-3440408, fa. 021-3858185 KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Sekilas PT. CTS Indonesia Didirikan pada tahun 2002 dan telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) anggota ILAC (International Laboratory Accreditation

Lebih terperinci

VERIFIKASI METODE STEP DAN KONTINYU UNTUK PENENTUAN KAPASITAS PANAS MENGGUNAKAN THERMAL ANALYZER

VERIFIKASI METODE STEP DAN KONTINYU UNTUK PENENTUAN KAPASITAS PANAS MENGGUNAKAN THERMAL ANALYZER Penetapan Nilai Ketidakpastian Baku (Hadi Sardjono) VERIFIKASI METODE STEP DAN KONTINYU UNTUK PENENTUAN KAPASITAS PANAS MENGGUNAKAN THERMAL ANALYZER Aslina Br Ginting, Jan Setiawan, Sutri Indaryati Abstract

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PROTOTIPE DAN PENGUJIAN PROTOTIPE

BAB IV EVALUASI PROTOTIPE DAN PENGUJIAN PROTOTIPE BAB IV EVALUASI PROTOTIPE DAN PENGUJIAN PROTOTIPE Setelah selesai pembuatan prototipe, maka dilakukan evaluasi prototipe, apakah prototipe tersebut telah sesuai dengan SNI atau tidak, setelah itu baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, maksud dan tujuan, batasan masalah yang mendefinisikan luang lingkup penelitian tugas akhir, metodologi yang

Lebih terperinci

PENGUKURAN TEKNIK TM3213

PENGUKURAN TEKNIK TM3213 PENGUKURAN TEKNIK TM3213 KULIAH 2: KARAKTERISTIK PENGUKURAN DAN INSTRUMENTASI Mochamad Safarudin Jurusan Teknik Mesin, STT Mandala Isi Kesalahan pengukuran Definisi statik Karakteristik statik Kalibrasi

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 42 TAHUN 2005 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 42 TAHUN 2005 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 42 TAHUN 2005 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LABORATORIUM KEMETROLOGIAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 2 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 2 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI TERA/TERA ULANG DAN KALIBRASI ALAT-ALAT UKUR, TAKAR, TIMBANG

Lebih terperinci

PENGUKURAN DAN PEMANTAUAN SUHU LINGKUNGAN PETERNAKAN AYAM BROILER DI DAERAH GIANYAR MELALUI SMS BERBASIS MIKROKONTOLER AVR ATMEGA16 Didik Setiawan

PENGUKURAN DAN PEMANTAUAN SUHU LINGKUNGAN PETERNAKAN AYAM BROILER DI DAERAH GIANYAR MELALUI SMS BERBASIS MIKROKONTOLER AVR ATMEGA16 Didik Setiawan PENGUKURAN DAN PEMANTAUAN SUHU LINGKUNGAN PETERNAKAN AYAM BROILER DI DAERAH GIANYAR MELALUI SMS BERBASIS MIKROKONTOLER AVR ATMEGA16 Didik Setiawan ABSTRAK Telah berhasil dibuat alat yang membantu memantau

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE) KEGIATAN LEMBAGA SERTIFIKASI (PNBP) TAHUN ANGGARAN 2015

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE) KEGIATAN LEMBAGA SERTIFIKASI (PNBP) TAHUN ANGGARAN 2015 KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE) KEGIATAN LEMBAGA SERTIFIKASI (PNBP) TAHUN ANGGARAN 2015 KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : Kementerian Perindustrian RI UNIT ORGANISASI : Badan Pengkajian Kebijakan,

Lebih terperinci

METODA PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian. Mulai

METODA PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian. Mulai 45 METODA PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Semakin ketatnya persaingan produk agroindustri pangan merupakan tantangan bagi industri dalam memenuhi harapan konsumen, oleh karena itu setiap

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. beralamat di Jalan Prepedan Raya No 54, Kalideres, Jakarta Barat.

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. beralamat di Jalan Prepedan Raya No 54, Kalideres, Jakarta Barat. 36 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT Prima Plastik Internusa (PPI) adalah suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang packaging atau produksi kemasan. PT PPI didirikan tahun

Lebih terperinci

METER GAS ROTARY PISTON DAN TURBIN

METER GAS ROTARY PISTON DAN TURBIN METER GAS ROTARY PISTON DAN TURBIN JENIS METER GAS INDUSTRI Meter gas industri yang umum digunakan dalam transaksi perdagangan adalah : Positif Displacement ( yang banyak digunakan adalah tipe rotary piston

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dijelaskan tentang pengujian sistem yang telah direalisasikan beserta analisis dari hasil pengujian. Pengujian sistem ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Penelitian pendahuluan Identifikasi dan perumusan masalah Tujuan dan manfaat penelitian Tinjauan pustaka Pengumpulan

Lebih terperinci

BAB 3 Metodologi Penulisan

BAB 3 Metodologi Penulisan BAB 3 Metodologi Penulisan 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Peninjauan pustaka perihal teori-teori yang berkaitan dengan penelitian

Lebih terperinci

Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C , IDT)

Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C , IDT) Standar Nasional Indonesia Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C117 2004, IDT) ICS 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional ASTM 2004

Lebih terperinci

Instrument adalah alat-alat atau perkakas. Instrumentation adalah suatu sistem peralatan yang digunakan dalam suatu sistem aplikasi proses.

Instrument adalah alat-alat atau perkakas. Instrumentation adalah suatu sistem peralatan yang digunakan dalam suatu sistem aplikasi proses. Instrument adalah alat-alat atau perkakas. Instrumentation adalah suatu sistem peralatan yang digunakan dalam suatu sistem aplikasi proses. Contoh : sistem instrumentasi pesawat terbang, sistem instrumentasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada gas orifice meter custody titik serah terima antara PT. Pertamina Gas dengan PT. Krakatau Steel yang terletak di Stasiun Metering

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN 3.1. Pengujian Material Dalam mendesain suatu campuran beton, perlu terlebih dahulu diadakan suatu pengujian material atau bahan-bahan pencampur beton. Di antaranya

Lebih terperinci