BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH"

Transkripsi

1 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1. Aspek Geografi dan Demografi Aspek geografi dan demografi merupakan salah satu aspek kondisi kewilayahan yang mutlak diperhatikan sebagai ruang dan subyek pembangunan. Dari uraian ini diharapkan dapat terpetakan potensi dan permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan Kabupaten Sumbawa lima tahun kedepan Karakteristik Lokasi dan Wilayah Luas dan Batas Wilayah Administrasi Sebagai salah satu dari sepuluh kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Kabupaten Sumbawa terdiri dari 24 kecamatan, 8 kelurahan, 157 desa dan 576 dusun dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara Sebelah Timur Sebelah Selatan Sebelah Barat : Laut Flores : Kabupaten Dompu, : Samudera Indonesia, : Kabupaten Sumbawa Barat dan Selat alas. Luas wilayah keseluruhan mencapai ,44 km² (45,52% NTB), yang terdiri dari daratan 6.643,98 km², dan lautan 4.912,46 km². Dengan luasan tersebut menjadikan Kabupaten Sumbawa memiliki potensi sumberdaya alam cukup besar dengan posisi geostrategis Kabupaten Sumbawa pada jalur lalu lintas perdagangan Surabaya-Waingapu dan berada pada koridor lima Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), yang berorientasi pada pembangunan pariwisata, perikanan dan peternakan Letak dan Kondisi Geografis kondisi geografis Kabupaten Sumbawa sebagian besar merupakan dataran tinggi dan berbukit-bukit tandus dengan curah hujan rendah, dan secara astronomis yang ditentukan berdasarkan garis lintang dan garis bujur, Kabupaten Sumbawa terletak diantara BT, LS, yang dikelilingi oleh pulau-pulau kecil berpenduduk; seperti Pulau Moyo, Pulau Medang, Pulau Tapan, Pulau Bungin, Pulau Kaung dan Pulau Panjang Topografi Menurut karakteristik topografinya, permukaan tanah Kabupaten Sumbawa cenderung berbukit-bukit dengan ketinggian antara meter diatas permukaan laut (mdpal). Ketinggian mdpalmencapai luas 26,51%; m dpal 42,31%; m dpal 27,69% dan > m dpal 3,49%. Adapun berdasarkan klasifikasi kemiringan lahan, kemiringan 0-2% seluas 33,79%; kemiringan 2-15% seluas 27,96%; kemiringan 15-40% seluas 49,49% dan kemiringan >40% seluas 54,03% (Data Pokok NTB, 2008). Dalam konteks pembangunan daerah, kondisi topografi berpengaruh penyediaan infrastruktur dan fasilitas publik. Wilayah yang didominasi kemiringan lahan >40% seperti Kecamatan Batulanteh, Ropang, Lenangguar, dan Orong Telu anggaran untuk penyediaan infrastruktur dan fasilitas publik lebih mahal dibandingkan dengan wilayah kecamatan lain, sehingga pada umumnya aksesibilitas masyarakat di wilayah tersebut amat rendah. Disamping itu, topografi berkaitan erat pula dengan kerentanan erosi. Menurut Data Pokok NTB, sekitar 64%, lahan di Kabupaten Sumbawa tergolong peka hingga sangat peka terhadap erosi, sehingga upaya rehabilitasi lahan amat penting dan mendesak dilakukan. II - 1

2 Geologi Kabupaten Sumbawa sebagaimana sebagian wilayah Indonesia terletak dalam sabuk gunung api (ring of fire). Dalam Peta Tatanan Geologi dan Gunung Berapi Indonesia, Kabupaten Sumbawa tempat pertemuan 2 lempeng aktif dunia yaitu Lempeng Indo-Australia (bagian selatan) dan Lempeng Eurasia (bagian utara) (Katili, 1994). Kondisi geologis tersebut menyebabkan Kabupaten Sumbawa kaya akan deposit sumberdaya mineral sekaligus rawan terhadap bencana alam. Prakiraan potensi sumberdaya mineral potensial yang dimiliki, berupa emas (180 ribu m 3 ), tembaga (1,575 juta m 3 ), lempung/tanah liat (5,9 juta m 3 ), batu gamping (274,29 juta m 3 ) dan marmer (43,06 juta m 3 ), pasir besi (304,5 m 3 ), sirtu (793 ribu m 3 ) dan batu bangunan (269,22 juta m 3 ). Potensi lain seperti energi panas bumi juga terdapat di Kecamatan Maronge dengan potensi 6 Mwe untuk pemanfaatan langsung. Potensi angin juga cukup memadai untuk pembangkit listrik skala kecil terutama pada 6 kecamatan yakni Alas Barat (376,177 watt), Labuhan Badas (612,541 watt), Labangka (525,177 watt), Empang (376,177 watt), Plampang (313,621 watt) dan Lape (258,415 watt).demikian pula potensi sumberdaya air, disamping digunakan sebagai air irigasi juga dapat digunakan untuk pembakit Listrik Mikro Hidro yang terdapat di 16 lokasi potensial dengan potensi energi Kwatt Hidrologi Kabupaten Sumbawa memiliki 7 Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan 153 titik mata air. Tingginya sedimentasi, berkurangnya jumlah dan debit mata air, serta semakin meluasnya wilayah bukaan di bagian hulu DAS menunjukkan kondisi DAS sebagian besar mengalami degradasi sehingga upaya rehabilitasi mendesak dilakukan. Dalam mendukung pengembangan pertanian, terdapat 35 Daerah Irigasi (DI) teknis yang terdiri dari 2 DI kewenangan Pusat, 8 DI Kewenangan Provinsi dan 25 DI kewenangan kabupaten. Disamping itu terdapat pula 534 DI yang dikelola oleh desa. Dalam mendukung supply air irigasi terdapat 12 unit bendung teknis, 28 unit embung dan 4 unit bendungan. Permasalahan sedimentasi, biaya operasional dan pemeliharaan DI menjadi aspek utama dalam pengelolaan DI di Kabupaten Sumbawa. DAS di Kabupaten Sumbawa disajikan pada tabel berikut. Tabel 2.1. Potensi Sumber Daya Air Di Kabupaten Sumbawa Kecamatan Sub Satuan wilayah Luas Sungai (SSWS) (km2) Lape/Lopok Bako Lunyuk Beh Moyo Hulu Moyo Hulu Pelampang/Empang Ampang Labuan badas Pulau Moyo Alas/Alas Barat Rea Utan/Rhee Rhee Sumber data : Balai Informasi Sumber Daya Air Dinas P U Prov. NTB Tahun Klimatologi Ketersediaan Air (Juta m3) Kabupaten Sumbawa beriklim tropis yang dipengaruhi oleh dua musim yakni musim hujan dan kemarau. Dalam kurun waktu , jumlah hari hujan setahun rata-rata 106 hari dengan hari hujan tertinggi 117 hari (2006) dan terendah 94 hari (2009). Curah hujan tahunan rerata mm per tahun dengan tertinggi 1.601,66 mm (2006) dan terendah 970 mm (2009). Curah hujan tertinggi sebulan berkisar 387,6 mm (antara Januari-Maret), tertinggi 630,4 mm (Februari 2006) dan terendah 271,1 mm (Februari 2005). Adapun bulan kering setahun rata-rata 2,6 bulan dengan bulan kering tertinggi 5 bulan (2006) dan terendah 1 bulan (2008). II - 2

3 Suhu udara dalam kurun waktu , suhu rata-rata tahunan sekitar 27,2 0 C, sedangkan suhu maksimum rata-rata 34,8 0 C (tertinggi 34,4 0 C tahun 2009) dan suhu minimum 20,9 0 C (terendah 18,3 tahun 2009). Adapun tekanan udara rata-rata mb dengan kelembaban udara 76,2% dan penyinaran 79,2%. Kondisi klimatologis demikian amat cocok dalam pengembangan berbagai komoditi pertanian, peternakan, perikanan dan beberapa jenis komoditi perkebunan. Dalam 5 tahun terakhir ini di Kabupaten Sumbawa belum menunjukkan terjadinya kondisi ekstrim pada musim hujan dan musim kemarau. Namun fenomena terjadi La Nina dan El Nino dalam 3 tahun terakhir yang disertai dengan curah hujan yang lebih tinggi dan musim kemarau yang lebih pajang perlu diwaspadai Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di Kabupaten Sumbawa sampai tahun 2009 terbagi dalam beberapa kategori penggunaan meliputi: 1) lahan sawah (terdiri dari: irigasi teknis, irigasi ½ teknis, irigasi PU dan tadah hujan); 2) lahan kering (terdiri dari: kolam/tebat/empang, tegal/kebun, ladang/huma, pengembalaan/padang rumput, sementara tidak diusahakan, hutan rakyat, tambak, perkebunan dll); 3) lahan lainnya (terdiri dari: rawa-rawa/tidak ditanami, rumah/ bangunan/halaman sekitarnya, hutan negara dan lainnya). Tabel 2.2. Penggunaan Lahan Di Kabupaten Sumbawa. Penggunaan Luas Lahan (Ha) Luas Lahan Sawah Luas Lahan Kering Luas Lahan Lainnya Sumber data : Sumbawa Dalam Angka (BPS) Rendahnya luasan lahan sawah dan masih tingginya luasan lahan kering sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2.2, menunjukkan bahwa peluang pengembangan pembangunan ekonomi daerah dari sector pertanian dalam arti luas masih sangat terbuka, diantaranya melalui peningkatan kemampuan teknologi dan industri ramah lingkungan yang mampu untuk menghasilkan nilai tambah bagi usaha ekonomi masyarakat di masa depan Potensi Pengembangan Wilayah Berdasarkan kondisi karakteristik wilayah dapat diidentifikasi wilayah yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya sebagai seperti terlihat pada tabel 2.3. Tabel 2.3. Arahan Pengembangan Kawasan Budidaya Dalam RTRW Kabupaten Sumbawa. Jenis Kawasan Lokasi Kawasan Hutan Produksi Tetap Kawasan Hutan Produksi Tetap yaitu Ngali RTK 12 (1.135,10 Ha), Serading RTK 36 (826 Ha), Pusuk Pao RTK 38 (2.072,30 Ha), Buin Soway RTK 57 (3.813,90 Ha), Selalu Legini RTK 59 (5.415 Ha), Klongkang P. Ngengas RTK 60 (976,06 Ha), Batu Lanteh RTK 61 (1.891,40 Ha), Dodo Jaran Pusang RTK 64 (12.571,10 Ha), Ampang Kampaja RTK 70 ( Ha), Olat Lake/Olat Cabe RTK 78 (3.451,78 Ha), Gili Ngara/Olat Puna RTK 79 (2.617,80 Ha), P. Rai Rakit Kwangko RTK 80 (4.745,31 Ha), Samoko Lito RTK 89 (251,50 Ha). 2 Kawasan Peruntukan Perikanan, Kelautan, Pesisir dan Pulau Kecil Kawasan Alas dan Pantai Utara Kabupaten Sumbawa dan sekitarnya sebagai kawasan penangkapan ikan, budidaya laut, budidaya tambak, pertambangan, cagar wisata, konservasi terumbu karang dan lamun, perlindungan cagar alam dan pelabuhan; II - 3

4 . Jenis Kawasan Lokasi Kawasan Teluk Saleh dan sekitarnya sebagai kawasan penangkapan ikan, budidaya laut, budidaya tambak, pertambangan, wisata bahari, pelestarian ekosistem dan pelabuhan; 3 Kawasan Peruntukan Pertanian Kawasan pertanian lahan sawah beririgasi terdiri dari beririgasi teknis seluas Ha; Kawasan pertanian lahan sawah beririgasi setengah teknis seluas Ha; Kawasan pertanian lahan sawah beririgasi sederhana seluas4.602 Ha; Kawasan pertanian lahan sawah beririgasi non PU seluas 4.397Ha; Kawasan pertanian lahan sawah tadah hujan seluas Ha; Kawasan pertanian tanaman pangan lahan kering tersebar di seluruh kecamatan seluas Ha. Kawasan pertanian tanaman hortikultura semusim tersebar di seluruh wilayah kecamatan seluas Ha. 4 Kawasan Peruntukan Perkebunan Perkebunan dikembangkan di Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan (KIM-Bun): Rhee dengan tanaman unggulan kelapa, jambu mete; Batulanteh dengan tanaman unggulan kopi, Komoditi unggulan jambu mete di KIM-Bun : Utan Rhee, Komoditi kelapa di KIM-Bun : Sumbawa; Komoditi kopi di KIM-Bun : Batulanteh, Komoditi kemiri di KIM-Bun : Batulanteh, Kawasan perkebunan dikembangkan kegiatan agroindustri Hasil tanaman perkebunan dan tanaman komoditi unggulan; 5 Kawasan Peruntukan Pertambangan WUP operasi produksi di Pulau Sumbawa seluas ,29 Ha Zona-zona tertentu yang telah dinyatakan layak berdasarkan Hasil kajian teknis, ekonomi dan lingkungan. 6 Kawasan Peruntukan Peternakan Kec. Rhee (240 Ha), Lape Lopok (1.426 Ha), Moyo Hilir ( Ha), Moyo Hulu (1.175 Ha), Utan (1.025 Ha), Empang (920 Ha), Tarano (685 Ha), Plampang (1.455 Ha), Labangka (458 Ha), Maronge (1.700 Ha), Ropang (0.539 Ha), Batu Lanteh (269 Ha). Sumber : Draf Akhir Raperda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sumbawa Wilayah Rawan Bencana Kabupaten Sumbawa memiliki ancaman bencana kegempaan yang cukup tinggi dan tsunami terutama di wilayah pesisir bagian Selatan, dikarenakan posisi Pulau Sumbawa diapit oleh dua lempeng tektonik (utara dan selatan) yang pergerakannya dapat menimbulkan gempa, yang pada skala dan kedalaman tertentu dapat menyebabkan tsunami. II - 4

5 Gambar 2.1 Peta Lempeng Tektonik Berdasarkan Gambar 2.1, kawasan rawan tsunami terletak pada kawasan pesisir bagian utara dan selatan yaitu Alas, Utan, Badas, Sumbawa Besar, Prajak, Labuhan Moyo Hilir, Empang dan Plampang bagian Selatan, Lunyuk dan Teluk Panas, Plampang. Pada musim hujan, ancaman banjir terjadi wilayah dengan catchment area besar dengan kondisi DAS yang mulai terganggu seperti sepanjang Brang Moyo, Brang Beh di Lunyuk, Brang Labuhan Mapin di Alas, Brang Utan, Brang Buer, dan Brang Muir. Ancaman terhadap permukiman penduduk disepanjang tebing sungai juga menjadi permasalahan tersendiri pada saat musim hujan. Kawasan yang diidentifikasi sebagai kawasan rawan banjir di Kabupaten Sumbawa terletak pada sepanjang Brang Moyo di daerah Poto Tengke Moyo Hilir, Brang Beh di Lunyuk, Brang Labuhan Mapin di Alas, Brang Utan di Utan Rhee, Brang Muir di Plampang, Empang, Moyo Hulu, Ropang dan Lape Lopok. Demikian pula dengan ancaman tanah longsor. Di Kabupaten Sumbawa, kawasan rawan longsor dikelompokkan ke dalam 2 (dua) type, yaitu (1) lokasi rawan tanah longsor type A (Kawasan sekitar Alas, Semongkat, Lenangguar, dan Empang), dan (2) lokasi rawan tanah longsor type B (Jalur jalan Orong Telu-Ropang-Lunyuk-Jalur ke Sumbawa Barat dan pada desadesa di Kecamatan Batu Lanteh). Acaman kekeringan juga berpeluang terjadi pada banyak titik di Kabupaten Sumbawa terutama pada wilayah lumbung pangan di Kecamatan Labangka, Lunyuk, Moyo Hilir, Moyo Utara, Utan, Alas dan Alas Barat. Bencana alam lainnya yang perlu diwaspadai adalah tanah longsor terutama di wilayah Kecamatan Batulanteh, Lunyuk, Ropang, Lantung dan Orong Telu termasuk di beberapa bagian permukiman padat penduduk di wilayah perbukitan Kecamatan Sumbawa. Bencana abrasi pantai terutama dirasakan di wilayah permukiman padat penduduk di pesisir pantai labuhan Kecamatan Labuhan Sumbawa. Sedangkan ancaman angin topan terkadang menerjang beberapa wilayah permukiman terbuka seperti wilayah Pulau Kaung, Pulau Bungin, dan wilayah pesisir sepanjang pantai sebelah utara Kabupaten Sumbawa. Kondisi geologis seperti itu memberikan peluang sekaligus tantangan bagi Kabupaten Sumbawa dalam pembangunan daerah.pengelolaan potensi sumberdaya geologis yang berwawasan lingkungan sekaligus mitigasi bencana alam dalam konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menjadi jawaban untuk dapat mengoptimalkan potensi sumberdaya geologis yang dimiliki Kabupaten Sumbawa. II - 5

6 Demografi Jumlah Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Sumbawa dalam kurun waktu tahun sebagaimana tergambar pada tabel berikut, menunjukkan perubahan menurut trend linear y = 5473.x Selanjutnya dinamika populasi penduduk menurut kecamatan disajikan sebagai berikut. Tabel 2.4. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumbawa ( ) Kecamatan Luas Wilayah (km2) Jumlah Penduduk (Jiwa) *) Lunyuk Orong Telu Alas Alas Barat Buer Utan Rhee Batulanteh Sumbawa Labuhan Badas Unter Iwes Moyo Hilir Moyo Utara Moyu Hulu Ropang Lenangguar Lantung Lape Lopok Plampang Labangka Maronge Empang Tarano Kab. Sumbawa Sumber : Sumbawa Dalam Angka, BPS (Beberapa tahun terbitan) *) Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 Pada sensus penduduk (SP) tahun 2010, penduduk Kabupaten Sumbawa berjumlah jiwa terdiri dari laki-laki (50,91%) dan perempuan jiwa (49,09%). Tabel 2.5. Distribusi, Sex Rasio dan Rata-Rata Anggota Keluarga Penduduk Kab. Sumbawa (2010) Kecamatan Kepadatan (Jiwa/Km2) Sex Ratio Rata-rata Anggota Keluarga Lunyuk 35, ,84 2 Orong Telu 9, ,04 3 Alas 227, ,97 4 Alas Barat 109, ,74 5 Buer 97, ,82 6 Utan 185, ,83 7 Rhee 29, ,95 8 Batulanteh 25, ,63 9 Sumbawa 1.263, ,69 10 Labuhan Badas 66, ,81 11 Unter Iwes 219, ,79 12 Moyo Hilir 119, ,85 13 Moyo Utara 99, ,80 II - 6

7 Kecamatan Kepadatan (Jiwa/Km2) Sex Ratio Rata-rata Anggota Keluarga Moyu Hulu 63, ,62 15 Ropang 11, ,69 16 Lenangguar 12, ,75 17 Lantung 16, ,24 18 Lape 78, ,93 19 Lopok 112, ,75 20 Plampang 66, ,07 21 Labangka 41, ,52 22 Maronge 35, ,92 23 Empang 38, ,90 24 Tarano 45, ,97 Rata-Rata Kab. Sumbawa 125,52 104,96 3,80 Sumber : Diolah dari DDA dan Sensus Penduduk 2010, BPS Pertumbuhan Penduduk Tingkat pertumbuhan penduduk dihitung dengan menggunakan data sensus penduduk. Data sensus penduduk (SP) yang dilaksanakan setiap 10 tahun sekali (sejak tahun 1980). Berdasarkan SP 2010, jumlah penduduk dan tingkat pertumbuhan penduduk Kabupaten serta perbandingannya dengan Provinsi NTB dan Nasional berdasarkan hasil sensus disajikan pada tabel 2.6. Tabel 2.6. Jumlah Penduduk Kabupaten Sumbawa Berdasarkan Sensus Penduduk Jenis Kelamin Sensus Penduduk Laki-Laki Perempuan Jumlah Pertumbuhan Penduduk (%) - 2,38 2,26 1,67 1,42 Pertumbuhan Penduduk NTB - 2,36 2,14 1,82 1,17 Pertumbuhan Penduduk Nasional - 2,3 1,97 1,49 1,48 Sumber : Data Sensus Penduduk, Diolah dari BPS Sbw, BPS NTB dan BPS Pusat. Laju perkembangan penduduk baik Kabupaten Sumbawa (KS), Provinsi NTB (NTB) dan Nasional (Nas) memperlihatkan kecenderungan penurunan. Penurunan yang paling tajam terjadi di tingkat Provinsi NTB antara periode yakni 1,17% per tahun dibandingkan KS (1,42%) dan Nasional (1,48%). Yang menarik disini adalah terjadinya karakteristik penurunan pertumbuhan penduduk antara periode dengan periode seperti terlihat melalui Gambar 2.2. II - 7

8 Sumber : Data Sensus Penduduk, Diolah dari BPS Sbw, BPS NTB dan BPS Pusat. Gambar 2. 2 Pertumbuhan Penduduk Tahunan Kabupaten Sumbawa, Provinsi NTB dan Nasional Struktur dan Komposisi Penduduk Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2010, struktur penduduk Kabupaten Sumbawa berbentuk piramida dari kelompok umur tahun ke atas, namun menyempit pada kelompok umur tahun, lalu kembali melebar pada kelompok usia tahun kebawah. Penyempitan pada kelompok umur tahun merupakan hasil dari penurunan jumlah kelahiran karena keberhasilan Program KB di era tahun Gambaran struktur penduduk Kabupaten Sumbawa Tahun 2010 seperti terlihat pada gambar 2.3. Sumber :Diolah dari Sensus penduduk 2010, BPS Kab. Sumbawa 2011 Gambar 2. 3 Piramida Penduduk Kabupaten Sumbawa Tahun 2010 Pada gambar 2,3 ditunjukkan bahwa proporsi penduduk usia muda (14 tahun kebawah) berkisar antara 30,13% sampai dengan 33,43% dengan rata-rata 31,79%, proporsi penduduk muda/produktif (15-65 tahun) : berkisar antara 62,69% sampai dengan 64,68% dengan rata-rata 64,34%, dan proporsi penduduk usia lanjut (65 tahun keatas) : berkisar antara 3,10 sampai dengan 3,87% dengan rata-rata 3,86%. II - 8

9 2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Pertumbuhan PDRB Pertumbuhan ekonomi diukur berdasarkan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang merupakan nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor ekonomi suatu daerah. Nilai tambah bruto disini mencakup komponen-komponen faktor pendapatan (upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan), penyusutan dan pajak tak langsung netto. Dengan menghitung nilai tambah bruto dari masing-masing sektor danmenjumlahkan nilai tambah bruto dari seluruh sektor akan diperoleh Produk Domestik Regional Bruto. Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dari tahun ke tahun menggambarkan perkembangan PDRB yang disebabkan oleh adanya perubahan dalam volume produksi barang dan jasa yang dihasilkan dan perubahan dalam tingkat harganya. Untuk mengukur perubahan volume produksi atau perkembangan produksi secara nyata, faktor pengaruh harga perlu dihilangkan dengan cara menghitung PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). Dalam 10 tahun terakhir, perekonomian Kabupaten Sumbawa ditunjukkan oleh Angka PDRB ADHB telah tumbuh hampir empat kali lipat yakni Rp.1,17 Trilyun pada tahun 2000 menjadi Rp.3,43 Trilyun pada tahun Pertumbuhan nilai tambah tersebut belum banyak disebabkan oleh peningkatan volume barang/jasa, namun lebih disebabkan oleh pengaruh kenaikan harga, sehingga bila faktor kenaikan harga (factor inflasi) dikeluarkan dari perhitungan maka perkembangan nilai perekonomian Kabupaten Sumbawa dalam sepuluh tahun terakhir jauh lebih rendah. Kondisi sebagaimana ditunjukkan oleh nilai PDRB ADHK yang tumbuh dari Rp. 1,16 Trilyun pada tahun 2000 menjadi Rp. 1,72 Trilyun pada tahun Data ini menunjukkan bahwa nilai perekonomian Kabupaten Sumbawa dalam satu dasawarsa terakhir masih dominan disebabkan oleh faktor kenaikan harga dibandingkan peningkatan jumlah atau volume produk barang atau jasa yang dihasilkan. Nilai PDRB ADHB dan PDRB ADHK Kabupaten Sumbawa tahun ditunjukkan pada gambar 2.4. Sumber : Diolah dari PDRB Sumbawa, BPS Gambar 2. 4 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Kabupaten Sumbawa ( ) Gambar 2.4. memperlihatkan perbedaan laju pertumbuhan PDRB ADHB dan PDRB ADHK yang cukup senjang. Oleh karena itu, upaya peningkatan perekonomian daerah kedepan harus diarahkan pada peningkatan nilai dan volume produk barang atau jasa yang dihasilkan di Kabupaten Sumbawa. II - 9

10 Sumber : Diolah dari BPS Sumbawa Gambar 2. 5 Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Kabupaten Sumbawa ( ) Adapun perbandingan laju pertumbuhan ekonomi (PDRB ADHK) Kabupaten Sumbawa (KS), Provinsi NTB dan Nasional ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 2.7. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kab. Sumbawa, Provinsi NTB Dan Nasional ( ) Tahun Kab. Sumbawa Prov. NTB Nasional ,0% 4,1% 5,7% ,7% 5,0% 5,5% ,8% 5,7% 6,3% ,5% 6,7% 6,1% ,2% 8,1% 6,4% RERATA 4,7% 5,9% 6,0% Sumber : Diolah dari BPS Kab.Sbw dan BPS NTB 2010, RPJMN. Adapun laju pertumbuhan ekonomi sektoral Kabupaten Sumbawa disajikan pada Tabel 2.8. Laju pertumbuhan sektoral memperlihatkan bahwa 7 (tujuh) perekonomian tumbuh diatas rata-rata, yakni: (1) Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (7,74%); (2) Perdagangan, Hotel dan Restoran (6,38%); (3) Pengangkutan dan Komunikasi (5,68%); (4) Bangunan (5,82%); (5) Industri Pengolahan (5,26%); (6) Pertambangan dan Penggalian (5,02%) dan (7) Keuangan, Persewaan dan Jasa Usaha (4,98%). Sedangkan 2 (dua) sektor lainnya masih berada dibawah rata-rata, yakni sektor pertanian (3,33%) dan sektor jasa-jasa lainnya (2,98%). Tabel 2.8. Laju Pertumbuhan Sektoral PDRB ADHK Kab. Sumbawa ( ) NO Sektoral Rerata Pertanian 2,4 2,72 4,64 3,53 1,85 3,6 4,07 3,62 3,53 3,33 2 Pertambangan dan Penggalian 4,91 4,35 4,53 5,02 5,25 5,01 4,65 3,82 7,6 5,02 3 Industri Pengolahan 5,35 4,96 5,04 5,76 5,25 5,27 5,27 4,27 6,14 5,26 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 9,76 8,6 2,6 7,89 7,86 7,38 7,65 8,8 9,08 7,74 5 Bangunan 6,34 4,9 4,76 5,6 6,78 5,68 4,54 6,51 7,31 5,82 6 Perdag, Hotel dan Restoran 5,83 5,81 6,19 6,63 6,07 6,19 6,31 6,47 7,92 6,38 7 Pengangkutan dan Komunikasi 2,12 6,85 4,47 4,22 7,8 8,42 8,34 4,8 4,14 5,68 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Usaha 3,2 5,16 5,24 4,99 4,99 5,02 5,33 4,13 6,76 4,98 9 Jasa-Jasa Lainnya 0,74 3,03 1,96 3,45 3,98 3,24 3,14 3,08 4,22 2,98 Kab. Sumbawa 3,36 3,94 4,6 4,49 4,03 4,68 4,79 4,55 5,21 4,41 Sumber : Diolah dari BPS Sumbawa, II - 10

11 Data ini menunjukkan bahwa laju pertumbuhan perekonomian Kabupaten Sumbawa didorong oleh laju pertumbuhan sektor non primer yakni terutama sektor tersier dan sekunder, sedangkan sektor pertanian sebagai sektor primer dan merupakan sektor yang menjadi lapangan usaha sebagian besar masyarakat Kabupaten Sumbawa justru tumbuh dengan laju dibawah rata-rata kabupaten. Meskipun demikian pangsa (share) sektor pertanian masih menjadi yang terbesar diantara 9 sektor perekonomian daerah, sebagaimana ditunjukkan melalui tabel 2.9. Tabel 2.9. Pangsa (Share) Sektoral PDRB ADHK Kabupaten Sumbawa ( ) Sektoral Rata- Rata Pertanian 46,28 45,85 45,31 45,33 44,91 43,97 43,51 43,21 42,84 42,14 44,34 2 Pertambangan dan Penggalian 2,10 2,13 2,14 2,14 2,15 2,18 2,18 2,18 2,17 2,21 2,16 3 Industri Pengolahan 4,07 4,14 4,18 4,20 4,25 4,30 4,33 4,35 4,34 4,37 4,25 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,42 0,44 0,46 0,45 0,47 0,49 0,50 0,51 0,52 0,55 0,48 5 Bangunan 10,44 10,74 10,84 10,86 10,97 11,26 11,37 11,34 11,56 11,79 11, Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Usaha 15,97 16,35 16,64 16,90 17,24 17,58 17,83 18,08 18,42 18,90 17,39 5,48 5,42 5,57 5,56 5,55 5,75 5,96 6,16 6,17 6,11 5,77 2,73 2,72 2,76 2,77 2,79 2,81 2,82 2,84 2,82 2,87 2,79 9 Jasa-Jasa Lainnya 12,52 12,20 12,09 11,79 11,67 11,67 11,50 11,32 11,14 11,06 11,70 Kabupaten Sumbawa Sumber : Diolah dari BPS Sumbawa, Kontribusi atau pangsa sektor pertanian adalah yang terbesar (rata-rata 44,34%) namun dari tahun ke tahun menunjukkan penurunan rata-rata 0,46% per tahun. Sedangkan 5 (lima) sektor lainnya yakni Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Jasa-jasa dan Sektor Bangunan, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi dan Sektor Industri Pengolahan memberikan kontribusi mencapai 50,23% dengan rata-rata kenaikan 0,42% per tahun. Kondisi ini menunjukkan terjadinya kecenderungan perubahan struktur ekonomi Kabupaten Sumbawa dari sektor pertanian (sektor primer) ke sektor sekunder dan tersier, yang wajar terjadi sebagai dampak dari keberhasilan pembangunan di sector-sektor lainnya yang lebih cepat berkembang. Meskipun demikian, kinerja sektorpertanian masih perlu ditingkatkan dengan mengoptimalkan potensi dan nilai tambahnya bagi perekonomian daerah. Untuk memperoleh gambaran kinerja perekonomian secara regional di luar subsektor pertambangan non migas, maka disajikan nilai PDRB ADHB dan laju pertumbuhan PDRB ADHK 10 kabupaten/kota dalam Provinsi NTB sebagaimana terlihat pada tabel berikut. Kabupaten / Kota Tabel PDRB ADHB dan Laju Pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten/Kota se-provinsi NTB ( ) (diluar Subsektor Pertambangan n Migas) PDRB ADH Berlaku (Milyar Rp) Pertumbuhan Ekonomi (%) Lombok Barat 1.791, , , , , ,55 5,8 4,61 5,82 5,26 4,58 5,91 2. Lombok Tengah 2.131, , , , , ,55 4,55 4,3 5,09 4,71 6,96 7,26 3. Lombok Timur 3.007, , , , , ,51 4,85 4,57 4,69 5,09 5,47 5,71 4. Sumbawa 1.795, , , , , ,02 4,49 4,03 4,68 4,79 4,52 5,21 5. Dompu 0, , , , , ,22 1,88 2,38 4,11 4,97 4,05 5,1 6. Bima 1.525, , , , , ,15 4,92 1,37 4,26 4,56 5,96 6,43 7. Sumbawa Barat 0,41 0,47 0,54 0,61 0,70 0,82 4,08 4,32 6,99 6,74 6,84 8,04 8. Lombok Utara 0,69 0,79 0, , , ,12 5,04 2,74 4,91 4,94 3,52 4,97 II - 11

12 Kabupaten / Kota PDRB ADH Berlaku (Milyar Rp) Pertumbuhan Ekonomi (%) Mataram 1.894, , , , , ,35 9,53 7,77 7,86 7,92 7,76 8, Kota Bima 0,46 0,53 0,59 0,68 0,77 0,88 4,21 3,41 4,74 5,97 4,46 6,38 NTB , , , , , ,83 4,97 4,05 4,95 5,70 6,69 8,07 Sumber :PDRB NTB, BPS NTB, 2010 Berdasarkan tabel 2.10, bahwa nilai PDRB ADHB Kabupaten Sumbawa pada tahun 2004, berada pada posisi terbesar ke-4 dengan nilai Rp.1,79 Trilyun setelah Lombok Timur (Rp.3 Trilyun), Lombok Tengah (Rp.2,13 Trilyun), dan Kota Mataram (Rp.1,8 Trilyun). Sedangkan pada tahun 2009, mengalami penurunan menjadi posisi ke-5 dengan nilai Rp.3,42 Trilyun setelah Lombok Timur (5,51 trilyun), Lombok Tengah (4,10 Trilyun), Kota Mataram (4,14 Trilyun) dan Lombok Barat (Rp.2,55 Trilyun). Dari laju pertumbuhan PDRB ADHK, pada tahun 2004 laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sumbawa 4,49% berada pada urutan ke-7 tertinggi setelah Mataram (9,53%), Lombok Barat (5,80%), Bima (4,92%), KLU (5,04%), Lombok Timur (4,85%) dan Bima (4,92%), namun pada tahun 2009, posisi tersebut mengalami penurunan menjadi urutan ke-8 dengan tingkat pertumbuhan 5,21% dibawahkota Mataram (8,47%), Sumbawa Barat (8,04%), Lombok Tengah (7,26%), Bima (6,43%), Kota Bima (6,38%), Lombok Barat (5,91%) dan Lombok Timur (5,71%). Berdasarkan data tersebut berarti terjadi penurunan kinerja perekonomian Kabupaten Sumbawa dibandingkan dengan 9 kabupaten/kota se Provinsi Nusa Tenggara Barat. Melihat perkembangan tersebut, maka perlu dilakukan identifikasi sektor ekonomi mana yang akan menjadi daya ungkit perekonomian daerah. Sebagai gambaran digunakan hasil analisis studi komparatif ekonomi antar kabupaten/kota se-provinsi NTB Tahun 2007 yang dilakukan oleh BPS NTB kerjasama dengan Bappeda Provinsi NTB (BPS NTB, 2008).Studi komparatif ekonomi tersebut menggunakan metode analisis Location Quotient (LQ) dan Shift-Share (SS). Berdasarkan hasil perhitungan nilai LQ, terdapat 5 (lima) sektor ekonomi Kabupaten Sumbawa dengan LQ>1, yaitu : (1) sektor pertanian (1,72); (2) sektor listrik, gas dan air bersih (1,61); sekor bangunan (1,62); sektor perdagangan (1,24) dan sektor jasa-jasa (1,14), sedangkan keempat sektor lainnya memiliki nilai LQ<1. Khusus untuk nilai LQ sektor pertanian merupakan nilai tertinggi kedua dibandingkan kabupaten/kota lainnya se-ntb.secara lengkap nilai LQ sektoral kabupaten/kota se-ntb dapat dilihat melalui tabel berikut. Tabel Nilai Location Quotient (LQ) Sektoral Kabupaten/Kota Se-NTB (2007) Sektor LOBAR LOTENG LOTIM SBW DMP BIMA KSB MTR KBM Pertanian 1,24 1,29 1,49 1,72 1,68 2,05 0,11 0,19 0,86 2 Pertambangan dan 0,14 0,12 Penggalian 0,18 0,09 0,09 0,12 3,59 0,00 0,01 3 Industri Pengolahan 0,89 1,62 1,61 0,92 0,88 0,59 0,06 2,51 0,72 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1,41 0,77 0,78 1,61 1,14 0,63 0,07 2,42 2,73 5 Bangunan 1,60 1,47 1,22 1,62 0,94 0,89 0,18 1,16 1,00 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,54 1,35 1,28 1,24 1,25 1,06 0,12 1,26 1,27 7 Pengangkutan dan Komunikasi 1,25 0,78 0,80 0,79 0,82 0,93 0,12 3,59 2,25 8 Keuangan, Persewaan dan 0,96 1,08 0,97 0,57 1,38 0,54 0,05 3,23 1,07 Jasa Usaha 9 Jasa-Jasa Lainnya 1,27 1,53 1,22 1,14 1,32 1,09 0,07 1,21 2,59 Sumber :Analisis Komparatif Ekonomi, BPS NTB 2008 II - 12

13 Adapun hasil analisis Shift-Share dengan melakukan ploting nilai Different Shift (DS) dan Proportionality Shift (PS) pada empat kuadran kategori pertumbuhan, diperoleh hasil seperti ditunjukkan tabel berikut. Tabel Kategori Pertumbuhan Sektoral Kabupaten/Kota se-provinsi NTB Berdasarkan Plot Nilai DS dan PS Metode Shift-Share ( ) Pertumbuhan Sektor Tertekan Yang Tertekan Yang Pesat (I) Berkembang (II) Potensi (III) Terbelakang (IV) Lombok Barat 3,4,5 1,2,9 6,7,8 - Lombok Tengah 3,6,7 2 4,5,8 1,9 Lombok Timur 7 2,9 3,4,5,6,8 1 Sumbawa 4 1,2,3,9 5,6,7,8 - Dompu 5,7,8 2,9 3,4,6 1 Bima - 1,2,9 3,4,5,6,7,8 - Sumbawa Barat 4,5 9 3,6,7,8 1,2 Kota Mataram 3,5,6,7,8 1,9 4 2 Kota Bima 5,6,7 1,2 3,4,5,8 9 Sumber : Analisis Komparatif Ekonomi, BPS NTB 2008 Berdasarkan analisis LQ dan Shift-Share tersebut dapat disimpulkan sektor yang dapat menjadi daya ungkit pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sumbawa terhadap sektor perekonomian Kabupaten/Kota lainnya se-ntb sebagai berikut. a. Sektor Pertanian, merupakan sektor yang memiliki keunggulan komparatif dengan peranan paling besar terhadap sektor sejenis namun dalam kondisi tertekan yang berkembang. b. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, merupakan sektor dalam kondisi berkembang pesat namun baru memiliki peranan terbesar ketiga dari sektor sejenis. c. Sektor Jasa-Jasa, merupakan sektor tertekan yang berkembang namun memiliki peranan positif secara regional. d. Sektor-sektor lainnya, merupakan sektor potensial namun dalam kondisi tertekan dan belum memperlihatkan peranan signifikan PDRB per kapita Pendapatan per kapita dihitung dengan pendekatan nilai PDRB dibagi jumlah penduduk, meskipun pendekatan tersebut memiliki kelemahan namun telah dianggap dapat memberikan gambaran tingkat kesejahteraan penduduk suatu daerah dari waktu kewaktu atau perbandingannya dengan daerah lain. Angka PDRB yang digunakan disini adalah PDRB ADHB. Gambaran pendapatan per kapita Kabupaten Sumbawa dengan memasukkan Subsektor Pertambangan n Migas dan tanpa Subsektor Pertambangan n Migas dalam kurun waktu dan perbandingannya dengan pendapatan per kapitan NTB terlihat pasa gambar berikut. II - 13

14 Sumber : Diolah dari PDRB NTB, BPS NTB 2010 Gambar 2. 6 Perkembangan PDRB Per Kapita Kabupaten Sumbawa Gambar 2.6. memberikan informasi yang menarik sebagai berikut : 1) pendapatan per kapita Kabupaten Sumbawa dengan dan tanpa Subsektor Pertambangan n Migas sama besar, hal ini karena kontribusi subsektor tersebut amat kecil dalam struktur PDRB Kabupaten Sumbawa. 2) adapun pendapatan per kapita NTB dengan dan tanpa memasukan Subsektor Pertambangan n Migas amat berbeda, terlihat bila subsektor tersebut dimasukkan maka pendapatan per kapita NTB diatas Kabupaten Sumbawa, bila subsektor tersebut dikeluarkan dari perhitungan maka pendapatan per kapita NTB dibawah Kab. Sumbawa. 3) Pendapatan per kapita Kabupaten Sumbawa bergerak dari Rp. 4,75 juta per orang per tahun (2004) menjadi Rp.8,16 juta per orang per tahun (2009) atau meningkat rata-rata 11,45% per tahun. 4) Pendapatan per kapita NTB dengan tambang meningkat dari Rp.5,43 juta per orang per tahun (2004) menjadi Rp.9,42 juta per orang per tahun (2009) dengan rata-rata peningkatan 11,76% per tahun. Sedangkan pendapatan per kapita NTB tanpa tambang tumbuh mulai Rp.3,57 per orang per tahun (2004) menjadi Rp.6,69 juta per orang per tahun (2009) dengan rata-rata pertumbuhan 13,37% per tahun.tabel berikut memberikan gambaran laju perubahan pendapatan per kapita khususnya berdasarkan PDRB ADHB tanpa tambang untuk Kabupaten Sumbawa dan Provinsi NTB. Tabel Laju Peningkatan PDRB ADHB, Laju Pertumbuhan Penduduk dan Laju Pertumbuhan PDRB ADHB Per Kapita Kabupaten Sumbawa dan Provinsi NTB ( ) (Tanpa Subsektor Pertambangan n Migas) Tahun PDRB ADHB Penduduk PDRB Per Kapita KS NTB KS NTB KS NTB ,79% 15,55% 3,12% 1,65% 12,28% 13,67% ,53% 12,79% 3,42% 2,75% 8,81% 9,77% ,76% 12,77% 0,84% 0,83% 11,82% 11,85% ,31% 16,99% 1,72% 1,66% 12,38% 15,08% ,81% 18,37% 1,66% 1,61% 11,95% 16,49% Rerata 13,84% 15,29% 2,15% 1,70% 11,45% 13,37% Sumber : Diolah dari PDRB NTB, BPS NTB 2010 Tabel tersebut memperlihatkan fakta meskipun pendapatan per kapita Kabupaten Sumbawa berada diatas NTB, namun laju pertumbuhannya di bawah NTB. Hal ini disebabkan oleh 2 hal : 1) Laju peningkatan PDRB Kabupaten Sumbawa dibawah NTB (13,84% terhadap 15,29%); 2) Laju peningkatan jumlah penduduk Kabupaten Sumbawa lebih tinggi dari NTB (2,15% terhadap 1,70%). Bila kondisi ini terus berlanjut, maka sangat mungkin pendapatan per kapita tanpa tambang NTB diatas Kabupaten Sumbawa. II - 14

15 Laju Inflasi Laju inflasi sebagai gambaran kenaikan harga umum barang-barang di Kabupaten Sumbawa menurut lapangan usaha disajikan sebagai berikut. Tabel Laju Inflasi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Sumbawa ( ) NO. LAPANGAN USAHA PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN 10,34 9,00 9,21 8,96 7,60 PERIKANAN a. Tanaman Bahan Makanan 12,45 12,02 10,42 8,58 9,47 b. Tanaman Perkebunan Rakyat 8,99 5,32 7,40 6,54 5,11 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 13,57 6,08 11,16 12,88 6,33 d. Kehutanan 9,93 6,10 1,96 3,61 5,38 e. Perikanan 1,98 2,86 5,40 8,44 3,33 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 8,34 6,51 7,85 8,84 7,54 a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan Tanpa Migas c. Penggalian 8,34 6,51 7,85 8,84 7,54 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 6,33 3,28 5,32 5,05 4,25 a. Industri Dengan Migas b. Industri Tanpa Migas 6,33 3,28 5,32 5,05 4,25 4. LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH 9,94 3,98 7,44 3,63 3,70 a. Listrik 11,44 3,92 8,83 4,00 4,49 b. Gas Kota c. Air Bersih 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5. BANGUNAN 5,87 4,21 5,92 14,04 8,99 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 13,45 8,00 8,11 7,96 6,94 a. Perdagangan Besar dan Eceran 13,81 8,14 8,11 7,95 6,89 b. Hotel 5,23 2,26 2,42 6,40 7,56 c. Restoran 6,14 5,22 9,48 8,37 7,97 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 29,42 2,96 3,06 6,42 2,95 a. Pengangkutan 39,75 3,44 3,54 7,94 3,46 1. Angkutan Rel Kereta Api 2. Angkutan Jalan Raya 42,13 3,10 3,38 7,91 3,31 3. Angkutan Laut 15,87 5,54 2,18 10,53 6,80 4. Angk. Sungai, Danau & Penyeberangan 5. Angkutan Udara 4,55 8,67 3,20 6. Jasa Penunjang Angkutan 15,12 8,67 8,64 6,57 5,19 b. Komunikasi 0,12 1,26 1,12 0,84 1,22 1. Pos dan Telekomunikasi 0,12 1,26 1,12 0,84 1,22 2. Jasa Penunjang Komunikasi 8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERUS. 7,38 5,25 3,99 7,88 6,87 a. Bank 5,21 3,12 3,38 11,90 5,20 b. Lembaga Keuangan Bukan Bank 2,98 3,72 2,19 5,50 5,12 c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan 9,12-92,64 7,22 6,33 7,47 e. Jasa Perusahaan 5, ,59 4,79 9,97 7,91 9. JASA JASA 10,72 9,01 6,81 12,34 14,71 a. Pemerintahan Umum 10,98 9,31 6,91 12,81 15,30 1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan 10,98 9,31 6,91 12,81 15,30 2. Jasa Pemerintahan Lainnya b. Swasta 7,17 5,02 5,60 5,95 6,36 1. Sosial Kemasyarakatan 10,23 6,43 7,10 6,99 6,51 2. Hiburan dan Rekreasi 5,89 4,62 3,79 5,13 6,13 3. Perorangan dan Rumahtangga 3,98 3,49 4,12 4,89 6,38 P D R B 11,30 7,49 7,61 9,35 8,03 Sumber :PDRB, BPSKabupaten Sumbawa,(Beberapa Tahun Terbitan) II - 15

16 Fokus Kesejahteraan Sosial Pembangunan manusia sebagai insan dan sumberdaya pembangunan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, dilakukan pada seluruh siklus hidup manusia sejak dalam kandungan hingga lanjut usia. Upaya tersebut dilandasi oleh pertimbangan bahwa kualitas manusia yang baik ditentukan oleh pertumbuhan dan perkembangannya sejak dalam kandungan. Selama periode tahun berbagai program telah dilaksanakan untuk dapat meningkatkan sumberdaya manusia Kabupaten Sumbawa, yang gambaran kinerja dalam penyelenggaran pemerintahan daerah atas fokus tersebut terlihat dari beberapa indikator sebagai berikut Angka Melek Huruf (AMH) Angka melek huruf Kabupaten Sumbawa pada masing-masing kecamatan menunjukkan bahwa kecamatan dengan angka melek huruf terendah adalah Kecamatan Rhee yang baru mencapai 76,71 (jumlah penduduk buta aksara mencapai 1131 warga belajar) sedangkan kecamatan tertinggi adalah Kecamatan Sumbawa dengan angka melek huruf mencapai 98,08 (jumlah penduduk buta aksara 701 warga belajar). Tabel Angka Melek Huruf Menurut Kecamatan Di Kabupaten Sumbawa (2010) Kecamatan Jumlah Penduduk Usia diatas 15 Tahun yang bisa membaca dan menulis Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas Angka melek huruf Lunyuk Alas Utan Batu lanteh Sumbawa Moyo hilir Moyo hulu Ropang Lape Plampang Empang Labuhan badas Alas barat Labangka Rhee Buer Moyo utara Maronge Tarano Lopok Lenangguar Orong telu Unter iwis Lantung Jumlah Sumber : Diknas Kab. Sumbawa Tahun 2010, diolah Angka melek huruf Kabupaten Sumbawa hingga tahun 2010 adalah 90,55 (jumlah buta aksara ). Kondisi seperti pada tabel tersebut menunjukkan bahwa hingga pada tahun 2010 di Kabupaten Sumbawa masih terdapat sebanyak 9,5% penduduk usia 15 tahun ke atas dalam keadaan belum dapat membaca dan menulis. Angka tersebut masih separuh dari target nasional yang menetapkan angka buta aksara dibawah 5%. Dengan demikian, maka penuntasan buta aksara menjadi upaya penting dan ditarget penuntasannya harus ditangani sejak tahun 2011, dengan tetap memperhitungkan peluang pertumbuhan penduduk pada tahun-tahun berikutnya. II - 16

17 Angka Rata-Rata Lama Sekolah Rata-rata lama sekolah menunjukkan kombinasi antara partisipasi sekolah, jenjang pendidikan yang sedang dijalani, kelas yang diduduki. dan pendidikan yang ditamatkan. Berikut data rata-rata lama sekolah Kabupaten Sumbawa pada masing-masing jenjang pendidikan selama rentang waktu Tabel Angka Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Sumbawa ( ) Jenjang Pendidikan SD / MI SMP / MTs SMA / MA / SMK Sumber : Dinas Pendidikan Nasional Kab. Sumbawa diolah beberapa tahun Dari data tersebut, SD/MI adalah jenjang pendidikan yang relatif lebih lama rata-rata waktu yang dibutuhkan. Tahun 2005 sisa waktu untuk pendidikan SD/MI adalah 0,21 kemudian tahun 2010 meningkat menjadi 0,23. Jenjang pendidikan SMP / MTS rata-rata dapat ditempuh tepat waktu 3 tahun (Tahun 2007, 2008 dan 2009), Tahun 2006 selisih waktu hanya 0,1 begitu pula Tahun 2010 hanya selisih 0,1 tahun Angka Partisipasi Kasar (APK) Angka partisipasi kasar (APK) menunjukkan persentase jumlah siswa pada jenjang pendidikan tertentu dibandingkan dengan penduduk kelompok usia sekolah. Kelompok usia sekolah untuk tingkat PAUD (< 6 tahun), SD/MI (7-12 tahun), SMP/MTs (13-15 tahun) dan SMA/MA/SMK (16-18 tahun). Indikator APK digunakan untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang bersekolah disuatu jenjang pendidikan. Makin tinggi APK berarti makin banyak anak usia sekolah yang bersekolah disuatu daerah, atau makin banyak anak usia di luar kelompok usia sekolah tertentu bersekolah di tingkat pendidikan tertentu. Nilai APK bisa lebih besar dari 100% karena adanya sisiwa di luar usia sekolah, daerah kota, atau daerah perbatasan. APK Kabupaten Sumbawa, rata-rata selama kurun waktu untuk tingkat PAUD disajikan pada tabel berikut. Tabel Angka Partisipasi Kasar PAUD Kab. Sumbawa ( ) Tahun APK / , / , / , / , / ,91 Sumber : Profil Pendidikan. Dinas Diknas Kab. Sumbawa (Beberapa Tahun Terbitan) Selanjutnya rata-rata sepanjang tahun , APK SD 105,78, APK SMP/MTS 89,67 dan SMA/MA/SMK adalah 55,54, yang selengkapnya disajikan sebagai berikut. II - 17

18 Tabel Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) Kabupaten Sumbawa ( ) Jenjang Pendidikan SD / MI 1.1 Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan SD / MI Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun APK SD / MI SMP / MTs 2.1 Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan SMP / MTs Jumlah penduduk kelompok usia tahun APK SMP / MTs SMA / MA / SMK 3.1 Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan SMA / MA / SMK Jumlah penduduk kelompok usia tahun APK SMA / MA / SMK Sumber : Dinas Pendidikan Nasional Kab. Sumbawa diolah beberapa tahun Angka Partisipasi Murni (APM) Angka Partisipasi Murni (APM) pada masing-masing jenjang pendidikan menunjukkan persentase jumlah siswa pada jenjang pendidikan tertentu dibandingkan dengan penduduk kelompok usia sekolah. APM digunakan Untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang bersekolah disuatu jenjang pendidikan. Makin tinggi APM berarti makin banyak anak usia sekolah yang bersekolah disuatu daerah, atau makin banyak anak usia di luar kelompok usia sekolah tertentu bersekolah di tingkat pendidikan tertentu. APM Kabupaten Sumbawa tahun menurut jenjang pendidikan disajikan sebagai berikut. Tabel Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) Kab. Sumbawa ( ) Jenjang Pendidikan SD / MI 1.1 Jumlah siswa kelompok usia 7-12 tahun yang bersekolah di jenjang pendidikan SD / MI 1.2 Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun APM SD / MI 90,04 91, ,75 96,80 2 SMP / MTs 2.1 Jumlah siswa kelompok usia tahun yang bersekolah di jenjang pendidikan SMP / MTs 2.2 Jumlah penduduk kelompok usia tahun APM SMP / MTs 66,34 63, ,65 80,61 3 SMA / MA / SMK 3.1 Jumlah siswa kelompok usia tahun yang bersekolah di jenjang pendidikan SMA / MA / SMK 3.2 Jumlah penduduk kelompok usia tahun APM SMA / MA / SMK 44,01 44, ,94 48,86 Sumber : Dinas Pendidikan Nasional Kab. Sumbawa, diolah berbagai tahun Pada tabel 2.19, diperoleh gambaran bahwa dari beberapa jenjang pendidikan di Kabupaten Sumbawa, baru APM SD/MI yang saat ini telah memenuhi Standard Pelayanan Minimum bidang pendidikan, yakni sebesar 96,80 dimana standard pelayanan minimum pendidikan jenjang SD/MI adalah 95% penduduk kelompok usia 7 12 tahun bersekolah di SD/MI. Sedangkan APM SMP/MTS dan SMA sederajat masih berada dibawah standard pelayanan minimum. SPM SMP/MTS sesuai Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI mor 129a/U/2004 adalah 90%, dan untuk SMA sederajat adalah 60%. Capaian APM Kab. Sumbawa untuk SMP/MTS baru mencapai 80,61, dan SMA sederajat adalah 48,86. II - 18

19 Angka Kematian Bayi (AKB) AKB menunjukkan jumlah bayi meninggal dalam usia kurang satu tahun tiap kelahiran hidup dalam kurun satu tahun. Kematian bayi di Kabupaten Sumbawa pada tahun 2005 tercatat sebanyak 31 kasus bayi lahir mati atau 0.42% dari jumlah kelahiran, dengan perincian penyebab kematian sebagai berikut; aspexya: 13 Orang, BBLR : 11 Orang, Infeksi : 2 Orang, dan mati dalam kandungan ada 5 Orang. Penyebab kematian bayi tertinggi adalah disebabkan oleh aspexya. Bila dibandingkan dengan angka kematian bayi pada tahun 2004 sebanyak 59 Orang maka ada perubahan positif yaitu penurunan angka kematian bayi dan peningkatan derajat kesehatan dalam penanganan ibu melahirkan serta Bayi lahir. Tahun 2007 angka kematian bayi adalah 9,26 per kelahiran hidup (87 kasus), kemudian Tahun 2008 kembali terjadi penurunan derajat kesehatan dalam penangan bayi lahir yang ditunjukkan oleh meningkatnya AKB menjadi 12,37. Tahun 2009 tercatat angka kematian bayi adalah 6,36 (49 kasus) dengan jumlah kasus kematian balita 21 kasus, sedangkan rata-rata NTB 54,5 dan 39,2. Perbandingan jumlah kematian bayi Kabupaten/kota se-ntb terlihat pada tabel berikut. Tabel Angka Kematian Bayi dan Balita Kabupaten/Kota se-ntb (2009) Kabupaten/ Kota Kelahiran Bayi Usia: 0-1 Tahun Kelahiran Balita Usia: 1-5 Tahun Lahir Mati Hidup Lahir Mati Hidup Bedah/Cesar Kota Mataram Lombok Barat Lombok Tengah Lombok Timur Lombok Utara Sumbawa Barat Sumbawa Bima Dompu Kota Bima Jumlah Sumber : Statistik Provinsi Nusa Tenggara Barat (2009) Angka Kematian Ibu (AKI) AKI merupakan jumlah kematian Ibu melahirkan per kelahiran hidup dalam kurun satu tahun. AKI Kabupaten Sumbawa tahun 2005 mencapai 136 dan pada Tahun 2010 menurun menjadi 19. Jumlah kematian ibu terbesar di kecamatan Plampang ada 4 Orang dari jumlah Kabupaten ada 19 Orang penyebab kematian dengan perincian sebagai berikut : Perdarahan 7 Orang, Lain-lain 6 Orang, Infeksi 3 Orang Partus Lama 1 Orang dan Eklampsia / Pre Eklampsia 2 Orang. Dengan demikian penyebab kematian ibu karena perdarahan paling tinggi yaitu ada 7 orang. Terjadi angka penurunan bila dibandingkan dengan keadaan tahun 2007 dimana kematian ibu berjumlah 17 Orang. Sementara pada tahun 2009 angka kematian ibu terlaporkan 12 orang yang keseluruhannya merupakan kematian ibu bersalin, dengan kelahiran hidup sebanyak 7705, sehingga Angka Kematian Ibu di Kabupaten Sumbawa pada tahun 2009 sebesar 1,56. adapun jumlah kematian ibu terlaporkan rata-rata NTB 10,3 orang. Secara rinci disajikan pada tabel berikut. II - 19

20 Tabel Jumlah Kematian Ibu Maternal Kabupaten/Kota se-ntb (2009) Kematian Ibu Marternal Ibu Hamil Ibu bersalin Ibu nifas Jumlah Kabupaten/Kota 1. Lombok Barat Lombok Tengah Lombok Timur Sumbawa Dompu Bima Sumbawa Barat Lombok Utara Kota Mataram Kota Bima Jumlah Sumber : Statistik Provinsi Nusa Tenggara Barat (2009) Persentase Balita Gizi Buruk Status gizi balita merupakan salah satu indikator untuk mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakat dan juga dapat menunjukkan kualitas fisik penduduk. Status gizi buruk tidak mengalami perubahan dari tahun 2004 sebanyak 255 orang sama dengan tahun 2005 sebanyak 255 orang dan yang mendapat perawatan sebanyak 194 orang atau % dari jumlah balita yang berstatus gizi buruk. Status gizi buruk pada tahun 2007 sebanyak 223 orang dan tahun 2008 sebanyak 204 orang. Sedangkan tahun 2009 tercatatat jumlah balita gizi buruk 115 merupakan angka diatas rata-rata NTB yang berjumlah 92,6. Secara lengkap penderita gizi buruk disajikan melalui tabel berikut. Tabel Jumlah Balita Gizi Buruk Kabupaten/Kota Se-NTB (2009) Kabupaten/ Kota Kelahiran Balita Usia: 1-5 Tahun Lahir Mati Hidup Gizi Buruk Kota Mataram Lombok Barat Lombok Tengah Lombok Timur Lombok Utara Sumbawa Barat Sumbawa Bima Dompu Kota Bima Jumlah Sumber : Statistik Provinsi NTB (Beberapa tahun terbitan) Fokus Seni Budaya dan Olahraga Pembangunan seni budaya di Kabupaten Sumbawa dilakukan dalam rangka melestarikan dan mengembangkan seni budaya daerah serta mempertahankan jati diri dan nilai-nilai budaya daerah ditengah semakin derasnya arus informasi dan kebudayaan global, Pemerintah dan masyarakat telah berkomitmen untuk menghidupkan kembali aktivitas yang berakar dari tradisi lokal masyarakat Samawa. Salah satunya diwujudkan melalui dihidupkannya kembali Dewan Kesenian Daerah Sumbawa (DKS) dan fasilitasi pembentukan Lembaga Adat Tana Samawa (LATS) serta penobatan Sultan Muhammad Kaharuddin IV sebagai Sultan Sumbawa. Sultan dan LATS diharapkan mampu menjadi pilar penting untuk menjaga dan menghidupkan tradisi adat dan budaya tana Samawa yang tercermin dari semboyan adat bersendikan sara, sara bersendikan kitabullah, dan saat ini hal tersebut mulai tergerus perkembangan dan perubahan jaman. II - 20

21 Rasio lembaga seni budaya per penduduk Rasio keberadaan lembaga seni budaya seperti group kesenian/sanggar seni, Pusat Latihan Kesenian, Dewan Kesenian Daerah Sumbawa (DKS) dan Lembaga Adat Tana Samawa (LATS) di Kabupaten Sumbawa disajikan sebagai berikut. Tabel Rasio Lembaga Seni Budaya Per Penduduk Kabupaten Sumbawa ( ) Tahun Lembaga Seni dan Budaya Grup Kesenian/Sanggar Seni Pusat Latihan Kesenian Dewan Kesenian Daerah Lembaga Adat Tana Samawa(Kab dan Kec) Jumlah lembaga Jumlah penduduk Rasio lembaga per penduduk 1,14 1, ,24 1,80 Sumber : Dinas Pariwisata, Senibudaya, Pemuda dan Olahraga, Kab. Sumbawa (2010) Rendahnya jumlah lembaga seni budaya khususnya grup kesenian terdaftar sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2.23, sehingga rasio lembaga seni budaya per penduduk menjadi rendah dan ketersediaannya hanya 1-2 lembaga seni budaya dalam penduduk diantaranya disebabkan oleh masih minimnya tenaga pelatih seni, sarana dan prasarana pertunjukan kesenian. Selain itu, masih kurangnya event kesenian dan budaya baik yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah maupun atas prakarsa masyarakat yang secara tidak langsung akan dapat menstimulasi munculnya group-group kesenian baru. Meskipun demikian, kegiatan berkesenian yang dilakukan secara perorangan masih tetap hidup di tengah-tengah masyarakat Rasio Klub dan Prasarana Olahraga Dalam pembangunan olah raga ditengah minimnya kemampuan anggaran, pemerintah daerah senantiasa terus berupaya meningkatkan prestasi pemuda dengan melakukan pembenahan pada berbagai aspek, baik infrastruktur maupun suprastruktur. Selain itu, dilakukan pula fasilitasi dan dukungan terhadap organisasi induk olah raga beserta organisasi cabang olah raga, penyelenggaraan pertandingan olahraga antarsekolah, serta pertandingan olahraga antar klub serta antar kecamatan. Berikut ini disajikan data fasilitas olahraga di Kabupaten Sumbawa Tahun 2010, sebagai berikut. Tabel Rasio Klub dan Gedung Olahraga Per Penduduk Kab. Sumbawa ( ) Uraian Tahun Klub olahraga Gedung olahraga Jumlah penduduk Rasio klub olahraga 15,79 16,34 16,29 16,02 16,23 7 Rasio gedung olahraga 0,12 0,12 0,14 0,14 0,17 Sumber : Dinas Pariwisata, Senibudaya, Pemuda dan Olahraga, Kab. Sumbawa (2010) (Diolah) Rasio klub olah raga pada tahun 2010 sebesar 16,23 menunjukkan bahwa tersedia sebanyak klub tiap penduduk, hanya tersedia sebanyak 0-1 gedung olahraga untuk setiap penduduk. Untuk kondisi tersebut, di masa mendatang diperlukan peningkatan peran masyarakat II - 21

22 dan dunia usaha disamping pemerintah daerah. Selanjutnya gambaran rasio lapangan olahraga per penduduk di Kabupaten Sumbawa disajikan sebagai berikut. Tabel Rasio Lapangan Olahraga Per Penduduk Kab. Sumbawa ( ) Cabang Olahraga Tahun Lapangan sepak bola Lapangan volley ball Lapangan sepak takraw Lapangan Bulu tangkis Lapangan tenis Lapangan atletik Kolam renang Lapangan basket Jumlah Penduduk Rasio per penduduk: 10 Lapangan sepak bola Lapangan volley ball Lapangan sepak takraw Lapangan Bulu tangkis Lapangan tenis Lapangan atletik Kolam renang Lapangan basket Sumber : Dinas Pariwisata, Senibudaya, Pemuda dan Olahraga, Kab. Sumbawa (2010) (Diolah) Data tersebut pada table di atas menunjukkan bahwa adanya kecenderungan peningkatan rasio lapangan olah raga per penduduk di Kabupaten Sumbawa setiap tahunnya, meskipun secara umum rasio tersebut sangat rendah. Ini berarti bahwa masih diperlukan peningkatan ketersediaan lapangan olahraga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam rangka mengolahragakan masyarakat dan memasyarakatkan olahraga. Demikian pula dengan ketersediaan gedung olahraga, yang secara rinci disajikan menurut kecamatan pada tahun Tabel Rasio Gedung Olahraga Per Penduduk Menurut Kecamatan di Kab. Sumbawa (2010) Kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa) Jumlah Gedung Olag Raga (Unit) Lunyuk Orong Telu Alas ,36 4 Alas Barat Buer Utan Rhee Batulanteh Sumbawa ,35 10 Labuhan Badas ,35 11 Unter Iwes Moyo Hilir ,45 13 Moyo Utara Moyu Hulu Ropang Lenangguar Lantung Lape Lopok Plampang Labangka Rasio per Penduduk II - 22

23 22 Maronge Empang ,46 24 Tarano ,66 Jumlah ,17 Sumber : Dinas Pariwisata, Senibudaya, Pemuda dan Olahraga, Kab. Sumbawa (2010) (Diolah) Fakta yang disajikan pada tabel tersebut menunjukkan bahwa hanya tersedia 0-1 unit gedung olah raga di Kabupaten Sumbawa setiap penduduk Aspek Pelayanan Umum Pemerintahan Daerah Urusan Wajib Urusan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangan wajib pemerintah kabupaten sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku sebanyak 26 urusan Pendidikan Urusan wajib pendidikan yang menjadi kewenangan pemerintah kabupaten adalah dari pendidikan pra sekolah hingga pendidikan menengah. Gambaran kinerja layanan urusan wajib pendidikan yang selama ini telah diselenggarakan di Kabupaten Sumbawa secara lebih rinci sebagai berikut. a. Pendidikan Dasar 1. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Angka partisipasi sekolah pada berbagai jenjang pendidikan menunjukkan proporsi penduduk usia tertentu dan sesuai dengan usia sekolah yang bersekolah pada jenjang tersebut. APS digunakan untuk mengetahui seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan, yang dapat dilihat dari penduduk yang masih sekolah pada umur tertentu. Untuk melihat angka pasrtisipasi sekolah di Kabupaten Sumbawa sebagai salah satu indikator dalam mengukur keberhasilan wajib belajar 9 tahun, maka disajikan angka pasrtisipasi sekolah pada jenjang SD/MI dan SMP/MTs pada table berikut. Tabel Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Kab. Sumbawa ( ) Jenjang Pendidikan Tahun SD / MI 1.1 Jumlah murid usia 7-12 th Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun APS 90,04 91,09 90,81 91,75 96,67 2 SMP / MTs 2.1 Jumlah murid usia th Jumlah penduduk kelompok usia thn APS 66,34 63,19 66,45 68,65 80,56 Sumber : Dinas Pendidikan Nasional Kab. Sumbawa diolah beberapa tahun Tabel 2.27 menunjukkan bahwa kinerja pembangunan pendidikan khususnya dalam program wajib belajar 9 tahun di Kabupaten Sumbawa dalam kurun waktu dari tahun ke tahun semakin meningkat untuk setiap jenjang. Hal ini berarti bahwa proporsi masyarakat usia sekolah yang memanfaatkan fasilitas layanan pendidikan serta sebagai gambaran partisipasi masyarakat dalam mensukseskan program tersebut semakin meningkat. Lebih rendahnya angka partisipasi sekolah pada jenjang SMP/MTs dibandingkan dengan jenjang SD/MI antara lain disebabkan oleh masih adanya kasus putus sekolah, atau dapat juga sebagai akibat terjadinya perpindahan anak didik untuk melanjutkan pendidikannya ke daerah lain. II - 23

24 2. Rasio Ketersediaan Sekolah Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah jenjang tertentu per jumlah penduduk usia pendidikan tertentu yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pada jenjang pendidikan tersebut. Rasio ketersediaan sekolah di Kabupaten Sumbawa tahun untuk jenjang SD/MI dan SMP/MTs disajikan sebagai berikut. Tabel Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Kab. Sumbawa ( ) Jenjang Pendidikan Tahun SD / MI 1.1 Jumlah gedung sekolah Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun Rasio SMP / MTs 2.1 Jumlah gedung sekolah Jumlah penduduk kelompok usia tahun Rasio Sumber : Dinas Pendidikan Nasional Kab. Sumbawa diolah beberapa tahun Tabel 2.28 menggambarkan bahwa ketersediaan sekolah baik pada jenjang SD/MI maupun SMP/MTs di Kabupaten Sumbawa dari tahun ke tahun menunjukkan rasio yang semakin tinggi. Selanjutnya untuk ketersediaan sekolah di setiap kecamatan disajikan pada table berikut. Kecamatan Tabel Ketersediaan Gedung Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumbawa (2010) Jumlah Gedung Sekolah SD / MI Jml Pddk usia 7-12 thn Rasio Jumlah Gedung Sekolah SMP / MTs Jml Pddk usia thn Rasio 8 1 Lunyuk Alas Utan Batu lanteh Sumbawa Moyo hilir Moyo hulu Ropang Lape Plampang Empang Lab. Badas Alas barat Labangka Rhee Buer Moyo utara Maronge Tarano Lopok Lenangguar Orong telu II - 24

25 SD / MI SMP / MTs Jumlah Jumlah Jml Pddk Kecamatan Jml Pddk usia Gedung Rasio Gedung usia thn Sekolah Sekolah thn Rasio 8 23 Unter iwis Lantung Jumlah Sumber : Profil Pendidikan Kabupaten Sumbawa (Beberapa tahun terbitan) 3. Rasio guru/murid Rasio guru/murid disebut juga sebagai rasio siswa per guru (R-S/G) merupakan perbandingan antar jumlah siswa dengan guru pada jenjang pendidikan tertentu. Angka tersebut diperlukan untuk mengetahui rata-rata ketersediaan guru yang dapat melayani siswa disuatu sekolah. Untuk Kabupaten Sumbawa, disajikan pada tabel berikut. Tabel Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar Kab. Sumbawa ( ) Jenjang Pendidikan Tahun SD / MI 1.1 Jumlah Guru Jumlah murid Rasio SMP / MTs 2.1 Jumlah guru Jumlah murid Rasio Sumber : Dinas Pendidikan Nasional Kab. Sumbawa diolah beberapa tahun Tabel 2.30 menggambarkan bahwa terjadi peningkatan rasio guru/murid di setiap jenjang pendidikan di Kabupaten Sumbawa. Kondisi ini berarti bahwa beban guru untuk melayani siswa di suatu sekolah semakin besar. Selanjutnya untuk setiap kecamatan disajikan pada tabel berikut. Tabel Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumbawa (2010) SD / MI SMP / MTs Kecamatan Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Rasio Rasio Guru Murid Guru Murid 8 1 Lunyuk 235 2, , Alas 262 3, , Utan 298 3, , Batu lanteh 190 1, Sumbawa 484 6, , Moyo hilir 345 2, , Moyo hulu 260 2, , Ropang Lape 187 2, , Plampang 301 3, , Empang 325 2, , Labuhan badas 351 3, , Alas barat 277 2, Labangka 73 1, II - 25

26 15 Rhee 56 1, Buer 122 1, Moyo utara 157 1, Maronge 76 1, Tarano 225 2, Lopok 225 2, Lenangguar Orong telu Unter iwis 274 1, Lantung Jumlah 4,999 53, ,016 21, Sumber : Diknas Kab. Sumbawa diolah beberapa tahun 4. Kualifikasi Guru Kondisi SDM guru di Kabupaten Sumbawa berdasarkan jenjang pendidikan formalnya dalam periode tahun sebagaimana ditunjukkan pada berikut. Tabel Guru Yang Memenuhi Kualifikasi S1/D-IV Berdasarkan Jenjang Pendididkan Di Kabupaten Sumbawa ( ) Jenjang Pendidikan Tahun SD/MI 1.1 S1 Keguruan S1 n Keguruan SMP/MTs 2.1 S1 Keguruan S1 n Keguruan Sumber : Diknas Kab. Sumbawa diolah beberapa tahun Kondisi SDM guru di Kabupaten Sumbawa berdasarkan jenjang pendidikan formalnya dalam periode tahun sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2.29, menunjukkan bahwa dari 4999 orang guru di tingkat SD/MI pada tahun 2010, hanya 1140 orang berkualifikasi pendidikan S1 keguruan. Pada jenjang SMP/MTs terdapat sebanyak 1645 orang guru berjenjang pendidikan S1, diantaranya 1555 orang S1 keguruan dan 90 orang S1 non keguruan, sementara jumlah guru SMP/MTs pada tahun 2010 mencapai 2016 orang. Demikian pula guru di jenjang SMA/MA/SMK. Kondisi ini menunjukkan bahwa meskipun jumlah ketersediaan guru berpendidikan S1 pada masing-masing jenjang pendidikan menunjukkan peningkatan namun masih ditemukan guru-guru yang belum memenuhi kualifikasi S1. 5. Angka Putus Sekolah (Drop Out) Angka drop out menunjukkan jumlah siswa yang putus sekolah sebelum lulus pada jenjang pendidikan tertentu untuk setiap 1000 siswa di suatu daerah. Makin kecil nilainya makin baik berarti putus sekolah makin kecil. Nilai ideal = 0, berarti tidak ada siswa yang putus sekolah. Angka putus sekolah pada jenjang pendidikan dasar di Kabupaten Sumbawa tahun disajikan sebagai berikut. II - 26

27 Tabel Angka Putus Sekolah (Drop Out) Pada Jenjang Pendidikan Dasar di Kabupaten Sumbawa ( ) Jenjang Pendidikan Tahun SD/MI 1.1 Angka Persen (%) 0, SMP/MTs 2.1 Angka Persen (%) Sumber : Profil Pendidikan Kabupaten Sumbawa (Beberapa Tahun Terbitan) Dari tabel 2.33 menunjukkan bahwa angka putus sekolah pada jenjang SD/MI masih lebih rendah dibandingkan dengan jenjang SMP/MTs. 6. Tingkat Kerusakan Kelas Pada tahun 2009, dari ruang kelas yang ada di Kabupaten Sumbawa, diantaranya 68,01% adalah ruang kelas SD/MI, 22,11% ruang kelas SMP/MTs. Kondisi ruang kelas yang dikategorikan sebagai ruang kelas rusak berat untuk tingkat SD/MI sebesar 9,48%, SMP/MTs sebesar 5,8% dari total ruang kelas di Kabupaten Sumbawa. Pada tahun 2010, dari 2031 unit ruang kelas SD sederajat,, (74,39%) kondisi baik, 371 (18,26%) rusak ringan dan 149 (7,33%) dalam keadaan rusak berat. Adapun ruang kelas SMP sederajat, dari 716 ruang kelas, dalam kondisi baik 568 (79,33%), rusak ringan 123 (17,18%), dan rusak berat 25 (3,49%). b. Pendidikan Menengah 1. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Angka partisipasi sekolah pada jenjang pendidikan menengah menunjukkan proporsi penduduk usia tahun yang bersekolah pada jenjang pendidikan menengah. APS digunakan untuk mengetahui seberapa banyak penduduk usia tahun yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan, yang dapat dilihat dari penduduk yang masih sekolah pada usia tersebut. Untuk melihat angka pasrtisipasi sekolah pada jenjang pendidikan menengah di Kabupaten Sumbawa disajikan pada tabel berikut. Tabel Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) SMA/MA/SMK Kab. Sumbawa ( ) Jenjang Pendidikan Tahun Jumlah murid usia th Jumlah penduduk kelompok usia 6-18 tahun APS 55,09 59,18 59,66 62,83 72,46 Sumber : Dinas Pendidikan Nasional Kab. Sumbawa diolah beberapa tahun Selanjutnya untuk melihat angka partisipasi sekolah jenjang pendidikan menengah (SMA/MA/SMK) pada setiap kecamatan pada tahun 2010 disajikan sebagai berikut. II - 27

28 Tabel APS SMA/MA/SMK Menurut Kecamatan di Kab. Sumbawa (2010) Jumlah Kecamatan Murid usia Penduduk usia tahun tahun APS Lunyuk Alas Utan Batu lanteh Sumbawa Moyo hilir Moyo hulu Ropang Lape Plampang Empang Labuhan badas Alas barat Labangka Rhee Buer Moyo utara Maronge Tarano Lopok Lenangguar Orong telu Unter iwis Lantung Jumlah Sumber : Dinas Pendidikan Nasional (Beberapa tahun terbitan) Berdasarkan data pada Tabel 2.35, maka penduduk usia tahun yang banyak dapat memanfaatkan fasilitas layanan pendidikan SMA/MA/SMK di Kabupaten Sumbawa secara berturut-turut adalah di Kecamatan Unter Iwes, Sumbawa, Alas, dan Lape. Sedangkan angka terendah adalah di Kecamatan Lantung, Rhee, dan Ropang. 2. Rasio Ketersediaan Sekolah Rasio ketersediaan sekolah pada jenjang SMA/MA/SMK adalah jumlah sekolah jenjang SMA/MA/SMK per jumlah penduduk usia tahun. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pada jenjang pendidikan tersebut. Rasio ketersediaan sekolah jenjang SMA/MA/SMK di Kabupaten Sumbawa tahun disajikan sebagai berikut. Tabel Rasio Ketersediaan Sekolah SMA/MA/SMK di Kab. Sumbawa ( ) Jenjang Pendidikan Tahun Jumlah gedung sekolah Jumlah penduduk kelompok usia tahun 23,320 24,028 24,275 22,839 20,857 Rasio Sumber : Dinas Pendidikan Nasional Kab. Sumbawa diolah beberapa tahun Pada Tabel 2.36 terlihat bahwa rasio ketersediaan sekolah jenjang pendidikan menengah di Kabupaten Sumbawa menunjukkan peningkatan. Hal ini berarti bahwa kemampuan sekolah menampung siswa semakin meningkat dari tahun ketahun. Selanjutnya gambaran ketersediaan II - 28

29 gedung sekolah jenjang pendidikan menengah di masing-masing kecamatan disajikan pada tabel berikut. Tabel Ketersediaan Gedung Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Menurut Kecamatan Kabupaten Sumbawa (2010) SMA / MA / SMK Kecamatan Jumlah Gedung Jml penduduk usia Sekolah tahun Rasio Lunyuk Alas Utan Batu lanteh Sumbawa Moyo hilir Moyo hulu Ropang Lape Plampang Empang Lab. Badas Alas barat Labangka Rhee Buer Moyo utara Maronge Tarano Lopok Lenangguar Orong telu Unter iwis Lantung Jumlah 47 20, Sumber : Dinas Pendidikan Nasional Kab. Sumbawa diolah beberapa tahun 3. Rasio guru terhadap murid Rasio guru/murid atau rasio siswa per guru (R-S/G) merupakan perbandingan antar jumlah siswa dengan guru pada jenjang pendidikan tertentu. Angka tersebut diperlukan untuk mengetahui rata-rata ketersediaan guru yang dapat melayani siswa disuatu sekolah. Gambaran pada pendidikan menengah di Kab. Sumbawa, disajikan pada tabel berikut. Tabel Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pend. Menengah Di Kab Sumbawa ( ) Jenjang Pendidikan Tahun Jumlah guru Jumlah murid Rasio Sumber : Dinas Pendidikan Nasional Kab. Sumbawa diolah beberapa tahun Tabel 2.38 mennunjukkan bahwa terjadi peningkatan rasio guru/murid pada jenjang pendidikan menengah di Kabupaten Sumbawa. Kondisi ini berarti bahwa beban guru untuk melayani siswa di suatu sekolah semakin besar. II - 29

30 4. Kualifikasi Guru Kondisi SDM guru di Kabupaten Sumbawa berdasarkan jenjang pendidikan formalnya dalam periode tahun sebagaimana ditunjukkan pada berikut. Tabel Guru Yang Memenuhi Kualifikasi S1/D-IV Jenjang Pendididkan SMA/MA/SMK Di Kabupaten Sumbawa ( ) Uraian Tahun S1 Keguruan ,003 1,200 2 S1 n Keguruan Sumber : Diknas Kab. Sumbawa diolah beberapa tahun Kondisi SDM guru di Kabupaten Sumbawa pada jenjang pendidikan SMA/MA/SMK dalam periode tahun sebagaimana ditunjukkan pada tabel tersebut, menunjukkan bahwa masih terdapat guru dari latar belakang non pendidikan sebagaimana ditunjukkan pada table tersebut. 5. Angka Putus Sekolah (Drop Out) Angka drop out (angka putus sekolah) pada jenjang pendidikan menengah di Kabupaten Sumbawa tahun disajikan sebagai berikut. Tabel Angka Putus Sekolah (Drop Out) Pada Jenjang Pendidikan Menengah di Kabupaten Sumbawa ( ) Jenjang Pendidikan Tahun Jumlah Persen (%) Sumber : Profil Pendidikan Kabupaten Sumbawa (Beberapa Tahun Terbitan) Dari tabel 2.40 menunjukkan bahwa angka putus sekolah pada jenjang pendidikan menengah masih cukup tinggi. 6. Tingkat Kerusakan Kelas Pada tahun 2009 jumlah sekolah di Kabupaten Sumbawa secara keseluruhan pada semua jenjang pendidikan sebanyak 671 sekolah dengan jumlah ruang kelas milik (RKM) sebanyak ruang kelas, dengan rincian (74,61%) dalam kondisi baik, 537 (17,17%) dalam kondisi rusak ringan, 257 (8,22%) dalam kondisi rusak berat. Dari ruang kelas yang ada di Kabupaten Sumbawa, diantaranya 9,89% adalah ruang kelas SMA/MS/SMK. Pada tahun 2010, tingkat kerusakan ruang kelas SMA sederajat tidak terlalu tinggi. Dari 355 unit ruang kelas, dalam kondisi baik 325 (91,54%), rusak ringan 27 (7,61%) dan rusak berat 3 (0,84%) Kesehatan Pembangunan urusan kesehatan di Kabupaten Sumbawa hingga saat ini sudah menunjukkan perkembangan dari tahun sebelumnya. Sebagai perbandingan, dapat dilihat kondisi sarana kesehatan pada Tahun 2005, Posyandu berjumlah 513 buah, Puskesmas 15 Unit, Puskesmas Pembantu 83 Unit, Puskesmas Keliling ada 16 Unit, jumlah Polindes ada 56, Rumah Bersalin Swasta 2 Buah, balai Pengobatan / Klinik ada 2 Buah, Apotek 12 Buah, dan Toko Obat 17 Buah. Sejak Tahun 2009 hingga saat ini, di Kabupaten Sumbawa sudah dibangun Rumah Sakit Propinsi NTB Rujukan Pulau Sumbawa. Perkembangan akses ini mutlak diperlukan, mengingat jumlah penduduk dari tahun ke tahun yang terus bertambah. II - 30

31 a. Rasio Sarana Kesehatan Aksesibilitas terhadap sarana kesehatan dapat dilihat rasionya terhadap jumlah penduduk. Untuk melihat perbandingan rasio sarana kesehatan Kabupaten Sumbawa dan Provinsi NTB, berikut disajikan data tahun 2009 pada melalui tabel berikut. Tabel Jumlah dan Rasio Sarana Kesehatan Kab. Sumbawa dan Prov. NTB (2009) Sarana Kesehatan Jumlah (unit) Rasio (1:x) KS NTB KS NTB Puskesmas Pustu Polindes Posyandu Sumber: data Dinas Kesehatan kab. Sumbawa, 2010 Selanjutnya mengenai distribusi pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Sumbawa untuk tahun 2010 disajikan sebagai berikut. Tabel Jumlah Puskesmas, Poliklinik dan Pustu Menurut Kecamatan (2010) Kecamatan Jumlah Puskesmas Poliklinik Pustu Penduduk Jumlah Rasio Jumlah Rasio Jumlah Rasio Lunyuk 18, Orong Telu 4, Alas 27, Alas Barat 18, Buer 13, Utan 28, Rhee 6, Batulanteh 10, Sumbawa 56, Labuhan Badas 28, Unter Iwis 18, Moyo Hilir 22, Moyo Utara 9, Moyo Hulu 19, Ropang 5, Lenangguar 6, Lantung 2, Lape 16, Lopok 17, Plampang 27, Labangka 10, Maronge 9, Empang 21, Tarano 15, Kabupaten 415, Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa (2010) b. Rasio pos pelayanan terpadu (Posyandu) per satuan balita Posyandu sebagai tempat pelayanan kesehatan untuk balita di Kabupaten Sumbawa sejak beberapa tahun yang lalu sudah menunjukkan kiprahnya. Di Kabupaten Sumbawa, Posyandu tetap aktif dan berusaha memberikan layanan terbaik serta terdekat dengan masyarakat. Kondisi terakhir II - 31

32 jumlah Posyandu di masing-masing kecamatan di Kabupaten Sumbawa menurut stratanya disajikan sebagai berikut. Tabel Jumlah Dan Persentase Posyandu Menurut Strata dan Kecamatan di Kabupaten Sumbawa (2010) Kriteria Posyandu % NO Kecamatan Posyandu Pratama Madya Purnama Mandiri Aktif Tarano Empang Plampang Labangka Maronge Lape Lopok Moyo Hilir Moyo Utara Moyo Hulu Ropang Lenangguar Lantung Lunyuk Orong Telu Batu Lanteh Unter Iwes Sumbawa Lab. Badas Rhee Utan Buer Alas Alas Barat Jumlah Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa (2010) Selanjutnya mengenai rasio jumlah Posyandu dan balita terlayani di Kabupaten Sumbawa sepanjang tahun adalah sebagai berikut. Tabel Jumlah Posyandu dan Balita di Kab. Sumbawa ( ) Uraian Tahun Jumlah Posyandu Jumlah Balita Rasio 12,38 14,27 12,65 11,27 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa (beberapa tahun terbitan) Adapun sebaran Posyandu dan jumlah balita menurut kecamatan di Kabupaten Sumbawa disajikan sebagai berikut. II - 32

33 Tabel Jumlah Posyandu dan Balita Menurut Kecamatan di Kab. Sumbawa (2010) Kecamatan Jumlah Posyandu Jumlah Balita Rasio Lunyuk 24 2, Orong Telu Alas 32 3, Alas Barat 29 2, Buer 20 1, Utan 50 3, Rhee Batulanteh 17 1, Sumbawa 58 6, Labuhan Badas 39 3, Unter Iwis 31 2, Moyo Hilir 37 2, Moyo Utara 17 1, Moyo Hulu 36 2, Ropang Lenangguar Lantung Lape 25 1, Lopok 26 2, Plampang 38 3, Labangka 17 1, Maronge 13 1, Empang 35 2, Tarano 26 1, Kabupaten , Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa (beberapa tahun terbitan) c. Ketersediaan Puskesmas, Poliklinik dan Puskesmas Pembantu (Pustu) Ketersediaan Puskesmas, Poliklinik dan Puskesmas Pembantu di tengah-tengah masyarakat terutama Kabupaten Sumbawa yang secara topografis memiliki wilayah berbukit dan luas dengan kepadatan penduduk masih tergolong jarang dengan akses prasarana transportasi belum memadai memang sangat dibutuhkan masyarakat. Hingga saat ini perkembangan ketersediaan sarana layanan kesehatan tersebut memang belum dapat mengalahkan laju pertumbuhan penduduk, sehingga rasionya selalu meningkat setiap tahunnya. Hal ini digambarkan pada table berikut. Tabel Jumlah Puskesmas, Pustu dan Poliklinik Di Kabupaten Sumbawa ( ) Uraian Tahun Jumlah Puskesmas Jumlah Poliklinik Jumlah Pustu Jumlah Jumlah Penduduk 403, , , , ,363 5 Rasio Puskesmas per satuan Pendduk Rasio Poliklinik per satuan Penduduk Rasio Pustu per satuan penduduk Rasio puskesmas, poliklinik dan pustu per satuan penduduk Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa (beberapa tahun terbitan) II - 33

34 Memperhatikan data yang tersaji pada Tabel 2.46 menunjukkan bahwa Poskesdes maupun Pustu meskipun sudah berperan berkontibusi dalam membuka akses layanan kesehatan, namun ketersediaannya belum dapat merata di seluruh wilayah Kabupaten Sumbawa. d. Rasio Dokter Per Satuan Penduduk Indikator rasio dokter per jumlah penduduk menunjukkan tingkat pelayanan yang dapat diberikan oleh dokter dibandingkan jumlah penduduk yang ada. Apabila dikaitkan dengan standar sistem pelayanan kesehatan terpadu, idealnya satu orang dokter melayani penduduk atau 4 orang dokter melayani penduduk. Sebagai gambaran ketersedian dokter di Kabupaten Sumbawa disajikan sebagai berikut. Tabel Jumlah Dokter dan Penduduk di Kabupaten Sumbawa ( ) Uraian Tahun Jumlah Dokter Jumlah Penduduk 403, , , , ,363 Rasio ,29 Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa (Diolah) Data pada tabel tersebut menunjukkan bahwa terdapat peningkatan jumlah dokter dari tahun ke tahun di Kabupaten Sumbawa, namun bila memperhatikan rasio jumlah dokter terhadap penduduk, hanya tertinggi di tahun 2010 yaitu mencapai 2,29. Hal ini berarti bahwa untuk melayani setiap penduduk di Kabupaten Sumbawa tersedia dokter sebanyak 2-3 orang. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga dokter masih sangat kurang. Secara lebih rinci mengenai ketersediaan dokter pada masing-masing kecamatan disajikan sebagai berikut. Tabel Rasio Jumlah Dokter Menurut Kecamatan di Kabupaten SumbawaTahun 2010 Kecamatan Dokter (termasuk PTT Jumlah dan tenaga sukarela) Penduduk Dikes RSUD Jumlah Rasio (7=6/3*10000) 1 Lunyuk Orong Telu Alas Alas Barat Buer Utan Rhee Batulanteh Sumbawa Labuhan Badas Unter Iwes Moyo Hilir Moyo Utara Moyu Hulu Ropang Lenangguar Lantung Lape Lopok Plampang Labangka Maronge II - 34

35 Kecamatan Dokter (termasuk PTT Jumlah dan tenaga sukarela) Penduduk Dikes RSUD Jumlah Rasio (7=6/3*10000) 23 Empang Tarano Kabupaten Sumbawa Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa (2010) dan RSUD Kab. Sumbawa (2010) Memperhatikan data pada tabel tersebut, terlihat bahwa ketersediaan jumlah dokter di kecamatan-kecamatan belum dapat dikatakan merata, meskipun setiap kecamatan sudah tersedia tenaga dokter, namun rasio ideal sebesar 4,0 belum terwujud. e. Rasio Tenaga Medis Per Satuan Penduduk Pelayanan kesehatan selain ditentukan oleh ketersediaan tenaga dokter juga dipengaruhi oleh ketersediaan tenaga medis. Perkembangan rasio ketersediaan tenaga medis di Kabupaten Sumbawa terhadap penduduk pada beberapa tahun terakhir disajikan sebagai berikut. Tabel Rasio Tenaga Medis dan Paramedia per Penduduk di Kabupaten Sumbawa ( ) Uraian Tahun Jumlah Tenaga Medis Jumlah Penduduk 403, , , , ,363 Rasio per seribu penduduk 19,00 Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa (2010) dan RSUD Kab. Sumbawa (2010) Memperhatikan perkembangan rasio ketersediaan tenaga medis dan paramedic di Kabupaten Sumbawa dalam beberapa tahun terakhir sebagaimana ditunjukkan pada tabel tersebut, selalu terjadi peningkatan meskipun tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkat pula ketersediaan SDM dalam rangka mengoptimalkan pelayanan kesehatan untuk masyarakat di Kabupaten Sumbawa. Selanjutnya mengenai ketersediaan tenaga medis dan paramedic menurut kecamatan di Kabupaten Sumbawa untuk keadaan tahun 2010, disajikan sebagai berikut. Tabel Jumlah Tenaga Medis dan Paramedis Menurut Kecamatan Di Kabupaten Sumbawa (2010) Jumlah Jumlah Tenaga Medis dan Paramedis Kecamatan Rasio Penduduk Dinas Kesehatan RSUD Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7=6/3*10000) 1 Lunyuk Orong Telu Alas Alas Barat Buer Utan Rhee Batulanteh Sumbawa ,13 10 Labuhan Badas Unter Iwes Moyo Hilir Moyo Utara II - 35

36 ledeng Spt sgl Pah kemasan Lainnya jumlah ledeng spt Sgl pah kemasan lainnya Jumlah 14 Moyu Hulu Ropang Lenangguar Lantung Lape Lopok Plampang Labangka Maronge Empang Tarano Jumlah ,00 Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Sumbawa (2010) dan RSUD Kab. Sumbawa (2010) Pada tahun 2010, secara umum rasio ketersediaan tenaga medis dan paramedic di Kabupaten Sumbawa mencapai 19,00. Ini berarti bahwa tersedia 19 tenaga untuk melayani setiap penduduk. Bila dibandingkan dengan rasio rata-rata per kecamatan pada tahun 2010 yang mencapai 19,54, menunjukkan bahwa secara statistic rasio ketersediaan tenaga medis dan paramedic pada masing-masing kecamatan sudah cukup merata. Adanya perbedaan antarkecamatan dipandang tidak terlalu signifikan dan untuk kecamatan-kecamatan yang karena kondisi geografis cukup sulit serta aksesibilitas yang yang rendah perlu mendapat perhatian di masa mendatang. Langkah terpenting yang tetap perlu dikembangkan adalah upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk dapat menerapkan pola hidup bersih dan sehat, selain upaya fasilitasi yang menjadi kewajiban pemerintah daerah Lingkungan Hidup a. Persentase Penduduk Berakses Air Bersih Perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat juga sangat tergantung kepada kemampuan layanan penyediaan air bersih ataupun tinggi rendahnya akses masyarakat untuk memperoleh air bersih, disamping usaha yang secara sadar dilakukan oleh masyarakat atas inisiatif sendiri. Secara umum kondisi terkini mengenai keluarga yang memperoleh akases air bersih di Kabupaten Sumbawa menurut kecamatan disajikan sebagai berikut. NO Kecamatan Tabel Jumlah Keluarga Yang Memperoleh Akses Air Bersih Perkecamatan Kabupaten Sumbawa (2010) Jumlah Keluarga Akses Air Bersih % Akses Air Bersih Tarano ,12 1,01 41,87 0,00 0,00 0, Empang ,72 1,49 26,79 0,00 0,00 0, Plampang ,84 0,22 47,36 1,58 0,00 0, Labangka ,66 0,00 12,99 7,36 0,00 0, Maronge ,91 0,00 56,09 0,00 0,00 0, Lape ,84 0,41 58,75 0,00 0,00 0, Lopok ,26 0,82 59,84 0,00 0,00 0, Moyo Hilir ,16 3,68 80,16 0,00 0,00 0, Moyo Utara ,16 5,17 52,66 0,00 0,00 0, Moyo Hulu ,68 6,99 42,33 0,00 0,00 0, Ropang ,28 0,00 12,72 0,00 0,00 0, Lenangguar ,06 0,12 38,12 0,00 0,00 0, Lantung ,65 0,00 50,35 0,00 0,00 0, Lunyuk ,99 0,00 88,01 0,00 0,00 0, Orong Telu ,40 0,00 93,60 0,00 0,00 0, Batu Lanteh ,09 18,60 24,86 0,00 0,00 13, II - 36

37 17 Unter Iwes ,77 0,54 20,39 0,11 0,00 0, Sumbawa Lab. Badas ,05 5,08 42,83 1,00 0,03 0, Rhee ,43 13,58 40,60 2,39 0,00 0, Utan ,60 1,63 33,78 0,00 0,00 0, Buer ,68 9,22 27,10 0,00 0,00 0, Alas ,58 6,69 25,71 0,00 0,00 0, Alas Barat ,35 4,02 16,62 0,00 0,00 0, Jumlah (KAB/KOTA) ,18 4,34 36,01 0,277 0,004 0, Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa b. Sarana Dan Prasarana Persampahan Masalah persampahan sebagai bagian dari permasalahan lingkungan hidup juga menjadi fokus pelayanan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Sumbawa. Dalam beberapa tahun terakhir diupayakan peningkatan kuantitas dan kualitas sarana prasarana seperti Tempat Pembuangan Sampah (TPS). Pada 2006 TPS berjumlah 25 unit dengan kapasitas tampung rata-rata 10 ton, pada tahun 2007 jumlah TPS bertambah menjadi 46 unit dengan kapasitas tampung rata-rata 18,40 ton, tahun 2008 menjadi 116 unit dengan kapasitas tampung TPS rata-rata 46,40 ton, dan tahun 2009 dengan 116 unit TPS dengan daya tampung menjadi 73,44 ton. Selanjutnya jumlah daya tamping TPS di Kabupaten Sumbawa disajikan sebagai berikut. Tabel Jumlah Daya Daya Tampung TPS di Kabupaten Sumbawa Uraian Tahun Jumlah TPS (unit) Rata-rata Daya Tampung TPS (m3) 10 18,40 46, Jumlah daya tampung TPS (m3) , ,519,04 Sumber : BPMLH Kab. Sumbawa (Beberapa tahun terbitan) c. Rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Per Satuan Penduduk Pertumbuhan penduduk dan dinamika populasi penduduk di era global, diyakini akan meningkatkan kebutuhan konsumsi masyarakat yang pada akhirnya cenderung menimbulkan ekses lain diantaranya berupa hasil sisa/sampah (west product). Masalah persampahan tersebut semakin menjadi luas dan memberikan pengaruh bagi sebagian besar aspek kehidupan manusia. Selain pentingnya peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat, dunia usaha dan seluruh komponen yang ada, peran pemerintah daerah tetap diperlukan dalam rangka menyediakan fasilitas penanganan dan pengolahan persampahan dimaksud. Hingga saat ini, penanganan persampahan di Kabupaten Sumbawa disajikan sebagai berikut. Tabel Rasio Tempat Pembuangan Sampah terhadap Jumlah Penduduk di Kabupaten Sumbawa Uraian Tahun Jumlah TPS (unit) Rata-rata Daya Tampung TPS (m3) Jumlah Daya Tampung TPS (m3) Jumlah penduduk Rasio TPS Penduduk Rasio Daya tampung-penduduk Sumber : BPMLH Kab. Sumbawa (Beberapa tahun terbitan) II - 37

38 Pekerjaan Umum a. Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan ketersediaan prasarana jalan di Kabupaten Sumbawa disajikan sebagai berikut. Tabel Status dan Panjang Jalan Kabupaten Sumbawa ( ) (km) Status Jalan Tahun Peningkatan Jalan Nasional 182,81 223,32 223,32 223,32 223,32 40,51 22% Jalan Provinsi 279,96 379,05 379,05 379,05 406,88 126,92 45% Jalan Kabupaten 914,37 936,81 936,81 939,87 906,08 37,14 4% TOTAL 1377, , , , ,28 204,57 15% Proporsi panjang jalan kab. terhadap panjang jalan Sumber : Dinas PU Kab. Sumbawa (Beberapa tahun terbitan) Dari 906,08 km panjang jalan kabupaten pasa tahun 2010, maka kondisi permukaan jalan saat ini adalah sepanjang 368,78 km (38,76%) berupa jalan aspal, 206,90 km (21,74%) merupakan jalan kerikil dan 375,83 km (39,50%) merupakan jalan tanah. Kondisi kematapan jalan kabupaten sebagaimana terlihat melalui tabel berikut. Tabel Kondisi Kemantapan Jalan Kabupaten (2010) Kondisi Aspal Kerikil Tanah Total Km % Km % Km % Km % 8 9 Jalan Mantap Jalan Tidak Mantap Jalan Kritis Total Sumber : Dinas PU Kab. Sumbawa (2010) Berdasarkan data kondisi kemantapan jalan tersebut, terlihat bahwa sebagian besar jalan kabupaten masih dalam kondisi tidak mantap dan kritis. Penanganan jalan dari tahun ke tahun menjadi tugas berat pemerintah yang dihadapkan pada keterbatasan anggaran, juga kualitas pengerjaan jalan dan kondisi geografis turut memperburuk kemampuan daerah dalam meningkatkan kondisi kemantapan jalan. Berdasarkan kondisi tersebut, penanganan jalan penting menjadi perhatian, dan antara lain untuk menghasilkan kepastian anggaran dan kualitas jalan maka pembiayaan secara tahun jamak (multiyears) perlu ditempuh dalam lima tahun mendatang. b. Rasio Jaringan Irigasi Kabupaten Sumbawa memiliki 34 Daerah irigasi (DI) dengan luas total Hektar. 2 DI dengan luas >3.000 Ha menjadi kewenangan pusat 2 seluas Ha (31,95%), 8 DI luasan antara Ha dengan luas keseluruhan Ha (38,70%) menjadi kewenangan provinsi dan 25 DI luasan <1000 Ha, dengan luas keseluruhan Ha (29,35%) menjadi kewenangan kabupaten. Adanya daerah irigasi tersebut telah mendukung peningkatan produksi lahan pertanian karena petani dapat memanfaatkan lahan pertaniannya sepanjang tahun dengan 3 musim tanam. Adapun gambaran DI yang menjadi kewenangan pemerintah pusat di Kabupaten Sumbawa disajikan pada tabel berikut. II - 38

39 Tabel Daerah Irigasi Kewenangan Pusat (>3000 Ha) Kab/Daerah Irigasi Nama WS Nama DAS Luas Baku Luas Irigasi Sumber : Dinas PU Kab. Sumbawa, 2011 Panjang Saluran Selanjutnya Daerah Irigasi (DI) yang masih di bawah kewenangan pemerintah provinsi di wilayah Kabupaten Sumbawa disajikan pada table berikut. Induk Tabel Daerah Irigasi Kewenangan Provinsi (> Ha) Bangunan pada sal pembawa Sekunder bagi bagi sadap sadap Pengatur Bend. Batu bulan Sumbawa Br. Pulit 5,576 4,822 60,419 44, Mamak Kakiang Sumbawa Br. Pulit 5, ,632 92, ,535 72, , Sumber : Dinas PU Kab. Sumbawa, 2011 Daerah irigasi yang masih dalam kewenangan provinsi di wilayah Kabupaten Sumbawa selama ini cukup memberikan kontribusi dalam rangka memenuhi kebutuhan air bagi lahan pertanian penduduk. Persoalan mendasar yang masih dihadapi selama ini adalah lamanya musim kering dibandingkan musim hujan menyebabkan persediaan air yang belum dapat memadai sepanjang tahun. Sedangkan Daerah Irigasi (DI) di Kabupaten Sumbawa yang menjadi kewenangan pemerintah Kabupaten Sumbawa adalah sebanyak 25 DI, yang secara rinci disajikan sebagai berikut. II - 39

40 Tabel Daerah Irigasi Kewenangan Kabupaten (<1000 Ha) Sumber : Dinas PU Kab. Sumbawa, 2011 Dari tabel tersebut, selanjutnya ditunjukkan rasiopanjang jaringan irigasi yang tersedia terhadap luas irigasi, rasio panjang saluran irigasi terhadap luas baku, dan rasio luas irigasi terhadap luas baku, baik jaringan irigasi kewenangan pusat, provinsi maupun pada 25 DI di Kabupaten Sumbawa, sebagai berikut. Tabel Rasio Jaringan Irigasi di Kabupaten Sumbawa (2010) Uraian Kewenangan Pusat Provinsi Kab Jumlah Luas Baku 10,992 12,351 12,259 35,602 2 Luas Irigasi 9,535 11,550 8,758 29,843 3 Sal. Induk (m) 72,051 26,921 29, ,977 4 Sal. Sekunder (m) 136, , , ,577 5 Rasio saluran induk thdp luas baku Rasio saluran induk thdp luas irigasi Rasio saluran sekunder thdp luas baku Rasio saluran sekunder thdp luas irigasi Sumber : Dinas PU Kab. Sumbawa, 2011 (diolah) Penataan Ruang Gambaran umum kondisi Kabupaten Sumbawa terkait dengan penyelenggaraan urusan penataan ruang dapat terlihat dari beberapa aspek sebagai berikut. II - 40

41 a. Rasio ruang terbuka hijau Ruang terbuka hijau kota merupakan bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman dan vegetasi guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkannya, seperti keamanan, kenyamanan, kesejahteraan dan keindahan kawasan/wilayah. Berbagai fungsi yang terkait dengan keberadaannya (ekologis, sosial, ekonomi dan arsitektural) dan nilai estetika yang dimilikinya (obyek dan lingkungan) tidak hanya dapat meningkatkan kualitas lingkungan dan kelangsungan kehidupan biotic pada wilayah tersebut, tetapi juga akan dapat menjadi nilai kebanggaan dan identitas wilayah tersebut. Ruang terbuka hijau di Kabupaten Sumbawa pada tahun 2011, seluruhnya seluas ,08 Ha yang tersebaur pada 36 lokasi. Secara rinsi disajikan sebagai berikut. NO Tabel Ruang Terbuka Hijau di Kabupaten Sumbawa Nama RTH Luas (m2) Hutan Kota Olat Rarang 11, , Hutan Kota Pungka - 9, Hutan Kota Simpang Moyo - 1, Hutan Kota Wisma Daerah 10, , Taman Kota Bantaran Sungai Kampung Mande I 1, , Taman Kota Bantaran Sungai Kampung Mande II Taman Kota Bugis 2, , Taman Kota Depan Asrama Lama Taman Kota Depan PLN I Taman Kota Depan PLN II Taman Kota Jam Gadang Taman Kota Jembatan Lempeh Taman Kota Labuhan Sumbawa I Taman Kota Labuhan Sumbawa II Taman Kota Labuhan Sumbawa III 1, , Taman Kota Lapangan Kerato - 4, Taman Kota Lapangan Pahlawan 6, , Taman Kota Lawang Desa Taman Kota Median Jl. Depan Kantor Bupati Taman Kota Patung Keraci Taman Kota Patung Kerbau Taman Kota Patung Kuda Taman Kota Patung Menjagan Taman Kota Samping Kantor Bupati Taman Kota Simpang Boak Taman Kota Simpang Dam Aji Taman Kota Simpang Moyo Taman Kota Simpang Nijang Taman Kota Simpang Sering Taman Kota Simpang Sernu Taman Kota Simpang Tano Taman Kota Tugu Adipura Taman Kota Tugu Lilin Taman Kota Ujung Jembatan Brang Biji Taman Simpang Seroja Taman Terusan Kamboja Jumlah 40, , Sumber : Bappeda Kabupaten Sumbawa (2011) Sesuai dengan standar lingkungan hidup, agar kegiatan budidaya tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan maka pengembangan ruang terbuka hijau paling sedikit II - 41

42 mencapai 30% dari luas kawasan di perkotaan. Selanjutnya gambaran rasio ketersediaan ruang terbuka hijau pada kawasan perkotaan di Kabupaten Sumbawa disajikan sebagai berikut. Tabel Rasio Ruang Terbuka Hijau di Kabupaten Sumbawa (2011) Uraian Luas (Ha) Rasio (%) Ruang terbuka hijau 58, Luas wilayah 6.643,980 8,74 Sumber : Dinas PU Kab. Sumbawa (2011) Memperhatikan rasio ruang terbuka hijau di Kabupaten Sumbawa hanya sebesar 8,74% sedangkan standar minimal sebesar 30%. Ini menunjukkan bahwa ruang terbuka hijau di Kabupaten Sumbawa sangat kecil dan masih jauh dari standar yang ditentukan. b. Rasio bangunan ber-imb per satuan bangunan Sesuai dengan ketentuan bahwa setiap orang/badan usaha yang akan mendirikan/ membangun gedung baru, memperluas. Mengubah, mengurangi dan/atau merawat bangunan gedung sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang berlaku wajib memiliki izin (IMB). Perkembangan penerbitan IMB di Kabupaten Sumbawa serta pertumbuhannya sejak tahun 2003 disajikan pada gambar berikut. Gambar 2.7 Jumlah IMB per tahun di Kabupaten Sumbawa Gambar tersebut menunjukkan bahwa meskipun terjadi penurunan penerbitan IMB pada tahun 2004 dan tahun 2009, namun trendnya menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Selanjutnya bila dibandingkan dengan jumlah bangunan yang ada dan wajib ber-imb, maka rasio bangunan ber-imb per satuan bangunan di Kabupaten Sumbawa ( ) dihitung secara kumulatif, disajikan sebagai berikut. II - 42

43 Tabel Rasio Bangunan ber-imb per Satuan Bangunan Di Kabupaten Sumbawa (2006 s.d 2010) Uraian Tahun s/d Th s/d Th s/d Th s/d Th s/d Th Jumlah Bangunan ber IMB 1687 Jumlah Bangunan Rasio bangunan ber- IMB (1:2) Sumber : Kantor Peyanan Perizinan Terpadu Kab. Sumbawa (beberapa tahun terbitan) Data tersebut menggambarkan bahwa telah terjadi peningkatan jumlah bangunan dan jumlah bangunan ber-imb di Kabupaten Sumbawa, termasuk rasionya telah menunjukkan peningkatan setiap tahun. Peningkatan rasio tersebut berarti bahwa pertambahan IMB yang diterbitkan lebih besar dibandingkan dengan pertambahan bangunannya. Meskipun demikian, data tersebut juga menginformasikan bahwa dengan rasio yang nilainya kurang dari 1 maka masih banyak bangunan yang belum ber-imb Perencanaan Pembangunan Sebagai gambaran umum perkembangan sistem perencanan di Kabupaten Sumbawa setelah dibentuk Undang-Undang mor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional sebagai regulasi pertama yang secara khusus mengatur sistem perencanaan pembangunan. Pemerintah Kabupaten Sumbawa telah melahirkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun dengan Peraturan Bupati Sumbawa mor 11 Tahun 2005, serta Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (Rancangan RPJPD) Tahun dengan Peraturan Daerah mor 31 Tahun Kedua dokumen tersebut dibentuk setelah melalui proses Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah RPJMD, dan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah RPJPD. Terkait dengan dokumen perencanaan, di Kabupaten Sumbawa telah tersedia dokumen perencanaan jangka panjang daerah yang ditetapkan dengan peraturan daerah dan dokumen perencanaan jangka menengah daerah yang ditetapkan dengan peraturan kepala daerah untuk periode tahun sesuai amanat UU mor 25 Tahun 2004, sedangkan RPJMD Tahun ini akan ditetapkan dengan peraturan daerah sesuai amanat UU mor 32 Tahun Untuk perencanaan tahunan, setiap tahunnya dibentuk Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang ditetapkan dengan peraturan kepala daerah. Berikut ini adalah ketersediaan dokumen perencanaan pembangunan daerah di Kabupaten Sumbawa dalam kurun waktu tahun sebagai berikut. Tabel Ketersediaan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah di Kabupaten Sumbawa Dokumen Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ada Ada Ada Ada Ada ada ada ada ada ada RPJPD v V V v v 2 RPJM v v v v v 3 RKPD v v v v v 4 LAKIP v v v v v 5 Laporan Evaluasi Kinerja v v v v v II - 43

44 6 Laporan Midterm v v v v v Review 7 LKPJ v v v v v 8 LPPD v v v v v 9 SIMRENAS v v v v v 10 Statistik Ekonomi v v v v v Daerah 11 Kebijakan Umum v v v v v Anggaran 12 Prioritas dan Plafon v v v v v Anggaran Sementara Sumber : Bappeda Kab. Sumbawa (2010) Perumahan a. Rumah layak huni Permukiman dan rumah layak huni merupakan harapan dan idaman setiap insan. Pemerintah perlu tetap berupaya dalam meningkatkan kualitas hunian masyarakat, terutama masyarakat berpenghasilan randah dan tidak mampu, dengan tujuan untuk mendorong masyarakat lainnya untuk berpartisipasi dan peduli terhadap sesama. Hingga tahun 2010 kondisi rumah penduduk yang dikelompokkan ke dalam rumah layak huni dan rumah tidak layak huni disajikan pada tabel berikut. Tabel Jumlah dan Rasio Rumah Layak Huni Kabupaten Sumbawa (2010) Kecamatan Penduduk Jumlah Rumah (unit) Rumah Layak Huni (unit) Sumbawa ,082 13,961 2 Lab. Badas ,572 5,457 3 Utan ,771 5,830 4 Alas ,359 5,466 5 Alas Barat ,309 4,196 6 Lape ,289 3,673 7 Lopok , Plampang ,045 5,034 9 Labangka ,834 1, Empang ,651 4, Lenangguar ,754 1, Lantung Orong Telu , Lunyuk ,721 3, Batulanteh ,714 2, Rhee ,838 1, Buer ,593 2, Unter Iwes ,594 3, Moyo Hilir ,928 5, Moyo Utara ,833 2, Moyo Hulu ,819 5, Ropang ,394 1, Maronge ,459 2, Tarano ,662 1,910 Total ,081 Sumber : Dinas PU Kab. Sumbawa (2010) Rasio rumah layak huni merupakan jumlah rumah yang memenuhi kriteria layak huni untuk setiap 1000 penduduk. Dari jumlah rumah, sebanyak rumah tergolong layak huni II - 44

45 Ledeng Spt sgl Pah kemasan Lainnya Jumlah atau mencapai 77,38%, dengan rasio rumah layak huni terhadap 1000 penduduk mencapai 204,84. Hal ini menunjukkan bahwa untuk setiap seribu penduduk terdapat rumah layak huni sebanyak 205 unit. b. Rumah tangga pengguna air bersih Layanan air bersih di Kabupaten Sumbawa dilakukan melalui PDAM Sumbawa, Dinas Pekerjaan Umum, dunia usaha dan swadaya masyarakat. PDAM melayani penyediaan air minum di perkotaan dan beberapa kecamatan dengan memanfaatkan sumber air baku yang berasal dari air permukaan dan mata air dengan system gravitasi. Hingga saat ini jumlah pelanggan PDAM di Kabupaten Sumbawa baru mencapai pelanggan (11,52% dari jumlah rumah yang ada) yang tersebar pada 9 kecamatan. Dinas Pekerjaan Umum melaksanakan layanan air bersih dengan membangun prasarana dan sarana penyediaan air bersih, diantaranya melalui penyediaan sumur bor serta pemasangan pompa air. Pelayanan oleh dunia usaha dilakukan melalui air kemasan, serta swadaya masyarakat melalui pembuatan sumur gali, pemasangan pompa/mesin air. Sebagai gambaran mengenai kondisi terkini terkait dengan rumah tangga pengguna air bersih di Kabupaten Sumbawa, sebagai berikut. Tabel Rumah Tangga Yang Menggunakan Air Bersih di Kabupaten Sumbawa (2010) Kecamatan Penduduk Jumlah rumah Jumlah Keluarga Akses Air Bersih Tarano , Empang , Plampang , Labangka , Maronge , Lape , Lopok , Moyo Hilir , Moyo Utara , Moyo Hulu , Ropang , Lenangguar , Lantung Lunyuk , Orong Telu , Batu Lanteh , Unter Iwes , Sumbawa , Lab. Badas , Rhee , Utan , Buer , Alas , Alas Barat , Jumlah (KAB/KOTA) Sumber : Dinas PU Kab. Sumbawa (2010) Kepemudaan dan Olah Raga a. Jumlah Organisasi Pemuda Pembangunan kepemudaan sebagai bagian dari upaya membangun generasi muda dilaksanakan melalui berbagai kegiatan kepemudaan, seperti Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra), penyelenggaraan upacara bendera, pendidikan pemuda produktif, kegiatan pemuda pelopor, dan kegiatan lainnya. Organisasi pemuda adalah sekelompok pemuda yang berkerjasama dengan suatu perencanaan kerja dan peraturan-peraturan, untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Hingga tahun 2010 jumlah organisasi pemuda yang aktif di Kabupaten Sumbawa sebanyak 21 unit organisasi. II - 45

46 Selain itu juga terdapat grup kesenian sebanyak 52 group dan klub olahraga sebanyak 674 klub yang tersebar di kecamatan dan desa di Kabupaten Sumbawa. b. Jumlah Organisasi Olahraga Organisasi olahraga adalah organisasi formal yang dibentuk oleh sekelompok masyarakat olahraga yang bekerjasama dengan suatu perencanaan-perencanaan kerja dan peraturan-peraturan, untuk mencapai suatu tujuan pembangunan dunia olahraga. Di Kabupaten Sumbawa terdapat 25 cabang olahraga yang secara formal organisasinya bernaung di bawah Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Cabang Sumbawa. Setiap cabang terdapat beberapa organisasi olahraga yang dibentuk oleh masyarakat dan secara formal diakui. Selain 25 pengurus cabang olahraga, tingkat kabupaten, juga sudah terbentuk sebanyak 674 klub olahraga yang tersebar di kecamatan dan desa di Kabupaten Sumbawa. c. Jumlah Kegiatan Kepemudaan Kegiatan kepemudaan adalah kegiatan atau event kepemudaan yang diselenggarakan dalam bentuk pertandingan, perlombaan dan upacara serta kejadian atau peristiwa sejenis. Banyaknya jumlah kegiatan kepemudaan menggambarkan tingginya antusiasme pemuda untuk berperan serta dalam pembangunan daerah. Dengan jumlah kegiatan kepemudaan yang tinggi merupakan indikator efektifitas keberadaan organisasi pemuda dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Secara umum frekwensi kegiatan kepemudaan di Kabupaten Sumbawa khususnya yang merupakan kegiatan bersifat tetap sebagai agenda rutin tahunan organisasi kepemudaan antara lain kegiatan yang dilaksanakan oleh KNPI, OKP-OKP, dan organisasi kepemudaan lainnya seperti kegiatan mahasiswa dapat dikatakan cukup tinggi. d. Jumlah Kegiatan Olahraga Kegiatan olahraga adalah kegiatan atau event olahraga yang diselenggarakan baik oleh pemerintah daerah, swasta dan masyarakat. Kegiatan olahraga dapat diselenggarakan dalam bentuk pertandingan dan perlombaan serta kejadian atau peristiwa sejenis. Banyaknya jumlah kegiatan olahraga menggambarkan tingginya antusiasme organisasi olahraga di daerah untuk berperan serta dalam pembangunan daerah. Dengan jumlah kegiatan olah raga yang tinggi merupakan indikator efektifitas keberadaan organisasi olahraga dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.sebagai upaya peningkatan prestasi olahraga masyarakat, sepanjang tahun melalui Dinas Pendidikan secara rutin dilaksanakan event olahraga dalam bentuk pekan olahraga antar sekolah. Demikian pula dengan upaya pengembangan iklim keolahragaan masyarakat yang diselenggarakan oleh organisasi dari masing-masing cabang olahraga yang ada di Kabupaten Sumbawa. Pada tahun 2008 dan tahun 2009 diadakannya lomba-lomba di tingkat kabupaten dan provinsi. Pada tahun 2009 dilaksanakan kompetisi olahraga tingkat SMA se Kabupaten Sumbawa, pembinaan manajemen organisasi olahraga yang diikuti oleh 25 pengurus cabang olahraga, serta peningkatan sarana dan prasarana olahraga yang dilakukan dalam bentuk distribusi bantuan kepada masyarakat. Beberapa even yang dilaksanakan di Kabupaten Sumbawa meliputi sepak bola antarpelajar, Suratin Cup, Cenderawasih Cup, seleksi Persisum, pertandingan bulu tangkis, pertandingan olahraga antarpelajar, dan lain-lain. II - 46

47 Penanaman Modal Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan penanaman modal dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut. a. Jumlah investor berskala nasional Modal dalam negeri maupun modal asing merupakan suatu hal yang semakin penting bagi pelaksanaan pembangunan di daerah. Pada prinsipnya penanaman modal diyakini akan dapat memberikan keuntungan kepada semua pihak dan bukan hanya investor, tetapi juga bagi perekonomian local serta bagi Negara asal investor. Kebijakan daerah untuk mengundang investor asing adalah untuk meningkatkan potensi ekspor dan substitusi import, serta diharapkan akan terjasi alih teknologi dalam rangka mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah serta memberikan peluang bagi peningkatan mutu SDM daerah. Dalam kurun waktu jumlah perusahaan yang berinvestasi baik dalam bentuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) termasuk pengusaha lokal, dan Penanaman Modal dari Luar Negeri dalam bentuk Penanaman Modal Asing (PMA) ratarata di atas perusahaan dengan tingkat realisasi 98,24%, seperti terlihat pada gambar dibawah ini. Sumber : BPM-LH Kab. Sumbawa (2011) ( Diolah) Gambar 2. 8 Jumlah Perusahaan PMDN dan PMA yang Berinvestasi di Kabupaten Sumbawa ( ) Secara umum perkembangan rencana dan realisasi investasi di Kabupaten Sumbawa baik PMDN maupun PMA disajikan sebagai berikut. Tabel Nilai Rencana dan Realisasi Investasi di Kab. Sumbawa ( ) (Milyar Rupiah) Tahun Rencana Investasi Realisasi Investasi PMA PMDN Jumlah PMA PMDN Jumlah Rerata Sumber : BPM-LH Kab. Sumbawa (2011) ( Diolah) Investasi tersebut terealisasi pada beberapa sector usaha seperti sector perikanan, peternakan, kehutanan dan perkebunan, pariwisata, pertanian, perindustrian dan perdagangan, serta pertambangan. b. Rasio daya serap tenaga kerja Secara umum bilamana investasi meningkat, maka daya serap tenaga kerja akan meningkat pula, karena peningkatan investasi cenderung akan membuka tambahan lapangan kerja sehingga secara tak langsung akan membutuhkan tenaga kerja baru. Daya serap tenaga kerja secara umum dimaknai sebagai kemampuan penyerapan tenaga kerja dalam setiap satu satuan investasi yang II - 47

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (LPPD) KABUPATEN SUMBAWA TAHUN 2016 TAHUN ANGGARAN 2017 BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (LPPD) KABUPATEN SUMBAWA TAHUN 2016 TAHUN ANGGARAN 2017 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Jiwa dan semangat Undang-Undang Dasar 1945 yang terjabarkan ke dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA m PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desentralisasi menurut Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004, dimaknai sebagai penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak, Batas, dan Luas Wilayah Kabupaten Sumbawa merupakan salah satu dari sembilan kabupaten/kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis Kabupaten

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Aceh Tamiang

Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Aceh Tamiang 2.1. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 2.1.1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 2.2.1.1. Pertumbuhan PDRB Perekonomian Kabupaten Aceh Tamiang beberapa tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan yang cukup

Lebih terperinci

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN 2014 TAHUN ANGGARAN 2015 BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN 2014 TAHUN ANGGARAN 2015 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa pertanggungjawaban kepala daerah dalam mengelola pemerintahan daerah diwujudkan dalam 3 (tiga) bentuk

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS BADAN PADA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN SUMBAWA

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS BADAN PADA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN SUMBAWA PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS BADAN PADA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

PENUTUP. Sekapur Sirih

PENUTUP. Sekapur Sirih HASIL SENSUS PENDUDUK 2010 (ANGKA SEMENTARA) KABUPATEN SUMBAWA PENUTUP Sekapur Sirih Penyelenggaraan Sensus Penduduk 2010 merupakan hajatan besar bangsa yang dilaksanakan setiap sepuluh tahun sekali dengan

Lebih terperinci

VISI PAPUA TAHUN

VISI PAPUA TAHUN ISU-ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2013-2018 ototus Oleh : DR.Drs. MUHAMMAD MUSAAD, M.Si KEPALA BAPPEDA PROVINSI PAPUA Jayapura, 11 Maret 2014 VISI PAPUA TAHUN 2013-2018 PAPUA BANGKIT PRINSIP

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari pulau-pulau yang memiliki penduduk yang beraneka ragam, dengan latar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Geografis Secara astronomis Kabupaten Bolaang Mongondow terletak antara Lintang Utara dan antara Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian merupakan wilayah Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung yang ditetapkan berdasarkan Undang-undang No 12 Tahun 1999 sebagai hasil pemekaran Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Administrasi Kabupaten Bangka Tengah secara administratif terdiri atas Kecamatan Koba, Kecamatan Lubuk Besar, Kecamatan Namang, Kecamatan Pangkalan Baru, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

Analisis dan Tinjauan Makro Perekonomian Kabupaten Bima

Analisis dan Tinjauan Makro Perekonomian Kabupaten Bima Analisis dan Tinjauan Makro Perekonomian Kabupaten Bima 2.1. Gambaran Umum Kabupaten Bima merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), terletak pada 118 44-119 22 Bujur Timur dan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Geografis Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118 50 km 2 atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa barat. Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT-106

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil III. METODE PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Kemiling. Kondisi Wilayah Kecamatan kemiling merupakan bagian dari salah satu kecamatan dalam wilayah kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Lokasi 1. Kondisi Fisik Nusa Tenggara Barat a. Peta wilayah Sumber : Pemda NTB Gambar 4. 1 Peta Provinsi Nusa Tenggara Barat b. Konsisi geografis wilayah Letak dan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI BAB I KONDISI FISIK A. GEOGRAFI Kabupaten Lombok Tengah dengan Kota Praya sebagai pusat pemerintahannya merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara

Lebih terperinci

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan... 5 1.4 Sistematika

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Geografi Kabupaten Badung. satu kota di Bali yang mempunyai wilayah seluas 418,52 km 2 atau 41.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Geografi Kabupaten Badung. satu kota di Bali yang mempunyai wilayah seluas 418,52 km 2 atau 41. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Geografi Kabupaten Badung Kabupaten Badung merupakan satu dari delapan kabupaten dan satu kota di Bali yang mempunyai wilayah

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 TABEL-TABEL POKOK Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 Tabel 1. Tabel-Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lamandau Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Kota Bekasi Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik A. Kondsi Geografis Kabupaten Bolaang Mongondow adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow adalah Lolak,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam pasal 2, pasal

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH JAWA BARAT SELATAN

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH JAWA BARAT SELATAN BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH JAWA BARAT SELATAN Bab sebelumnya telah memaparkan konsep pembangunan wilayah berkelanjutan dan indikator-indikatornya sebagai landasan teoritis sekaligus instrumen dalam

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA 31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

Kata Pengantar Bupati Nagan Raya

Kata Pengantar Bupati Nagan Raya Kata Pengantar Bupati Nagan Raya Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, serta selawat dan salam kita sampaikan atas junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW atas limpahan rahmat dan karunia-nya

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Lombok memiliki luas 467.200 ha. dan secara geografis terletak antara 115 o 45-116 o 40 BT dan 8 o 10-9 o 10 LS. Pulau Lombok seringkali digambarkan sebagai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.. Luas Wilayah Kota Tasikmalaya berada di wilayah Priangan Timur Provinsi Jawa Barat, letaknya cukup stratgis berada diantara kabupaten Ciamis dan kabupaten Garut.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan beberapa alat analisis, yaitu analisis Location Quetiont (LQ), analisis MRP serta Indeks Komposit. Kemudian untuk

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. pada posisi 8-12 Lintang Selatan dan Bujur Timur.

GAMBARAN UMUM. pada posisi 8-12 Lintang Selatan dan Bujur Timur. 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Kondisi Umum 4.1.1 Geogafis Nusa Tenggara Timur adalah salah provinsi yang terletak di sebelah timur Indonesia. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terletak di selatan khatulistiwa

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Halaman

Daftar Tabel. Halaman Daftar Tabel Halaman Tabel 3.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kab. Sumedang Tahun 2008... 34 Tabel 3.2 Kelompok Ketinggian Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumedang Tahun 2008... 36 Tabel 3.3 Curah Hujan

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------------ i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Analisis struktur perekonomian kota Depok sebelum dan sesudah otonomi daerah UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: HARRY KISWANTO NIM F0104064 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 5.1. Kondisi Geografis V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 Lintang Selatan dan 104 o 48-108 o 48 Bujur Timur, dengan batas wilayah

Lebih terperinci

BAB II ASPEK STRATEGIS

BAB II ASPEK STRATEGIS BAB II ASPEK STRATEGIS Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2013 II - 16 BAB II ASPEK STRATEGIS A. Sumber Daya Manusia 1. Kependudukan umlah Penduduk Kabupaten Luwu Utara pada

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH Evaluasipelaksanaan RKPD tahun lalu menguraikan tentang hasil evaluasi RKPD tahun lalu dengan memperhatikan

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja atau ukuran kinerja akan digunakan untuk mengukur kinerja atau keberhasilan organisasi. Pengukuran kinerja organisasi akan dapat dilakukan

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 DAFTAR TABEL Taks Halaman Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 Tabel 2.2 Posisi dan Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa... 26 Tabel

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, wilayah Kabupaten Karawang terletak antara 107

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infrastruktur Infrastruktur merujuk pada system phisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan

Lebih terperinci