LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (LPPD) KABUPATEN SUMBAWA TAHUN 2016 TAHUN ANGGARAN 2017 BAB I PENDAHULUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (LPPD) KABUPATEN SUMBAWA TAHUN 2016 TAHUN ANGGARAN 2017 BAB I PENDAHULUAN"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Jiwa dan semangat Undang-Undang Dasar 1945 yang terjabarkan ke dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, telah memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi daerah secara luas dimaksudkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat, selain itu diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, potensi dan keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam kaitan itu untuk terwujudnya pelaksanaan Otonomi Daerah sejalan dengan upaya menciptakan pemerintah daerah yang bersih, bertanggung jawab serta mampu menjawab tuntutan perubahan, maka Bupati Sumbawa selaku Kepala Daerah menyampaikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, yang merupakan laporan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah Kabupaten Sumbawa selama satu tahun anggaran, sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 ayat 1, bahwa Kepala Daerah wajib menyampaikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD), Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ), Ringkasan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (RLPPD). Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah (LKPJ) kepada Dewan

2 Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (ILPPD) kepada masyarakat, Kepala Daerah wajib menyampaikan LPPD kepada Pemerintah paling lama 3 bulan setelah tahun anggaran berakhir. Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan tesebut Kepala Daerah mempunyai kewajiban membuat Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah Pusat. Peraturan Perundang-undangan yang menjadi dasar dalam penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) Kabupaten Sumbawa tahun 2016 adalah seluruh ketentuan perundang-undangan yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan daerah yaitu sebagai berikut : 1. Undang Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur; 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah; 7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman

3 Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah; 13. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada DPRD, dan Informasi LPPD Kepada Masyarakat; 14. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; 15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan KeuanganDaerah; 16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 73 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Pemerintah Daerah; 17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 18. Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 18 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Sumbawa; 19. Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 1 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan DaerahKabupaten Sumbawa;

4 20. Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sumbawa sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sumbawa; 21. Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Daerah Kabupaten Sumbawa sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Daerah Kabupaten Sumbawa; 22. Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Lembaga Teknis Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 4 Tahun 2014 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi LembagaTeknis Daerah; 23. Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 5 Tahun 2008 tentang Susunan, Kedudukan Tugas Pokok dan Fungsi Kecamatan dan Kelurahan Kabupaten Sumbawa; 24. Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 3 Tahun 2010 tentang Pembentukan, Susunan, Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Lain Sebagai Bagian Dari Perangkat Daerah Kabupaten Sumbawa sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten

5 Sumbawa Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 3 Tahun2010 tentang Pembentukan, Susunan, Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Lain Sebagai Bagian Dari Perangkat Daerah Kabupaten Sumbawa; 25. Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 13 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 11 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016; 26. Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 15 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun ; B. GAMBARAN UMUM WILAYAH 1. Batas Administratif Daerah Kabupaten Sumbawa merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan batas wilayah sebagai berikut. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Flores; Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Dompu; Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia; dan Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sumbawa Barat. Adapun peta wilayah administratif Kabupaten Sumbawa disajikan pada Gambar berikut.

6 Gambar 1.1 Peta Kabupaten Sumbawa 2. Posisi Astronomis dan Luas Wilayah Kabupaten Sumbawa terletak pada posisi geografis Bujur Timur, Lintang Selatan, dengan luas wilayah ,44 Km² (45,52% dari luas Provinsi NTB), yang terdiri dari luas daratan 6.643,98 km², dan lautan 4.912,46 km². No. Tabel 1.1 Luas Wilayah Daratan Kabupaten Sumbawa Menurut Kecamatan Tahun 2016 Kecamatan Luas Daratan (Km 2 ) Desa / Kelurahan Persentase Daratan Lunyuk 513,74 7 7,73 2. Orong Telu 465,97 4 7,01 3. Alas 123,04 8 2,64 4. Alas Barat 168,88 8 1,16 5. Buer 137,01 6 2,66 6. Utan 155,42 9 2,80 7. Rhee 230,82 4 3,01 8. Batulanteh 391,40 6 5,89 9. Sumbawa 44,83 8* 0, Labuhan Badas 435,89 7 6, Unter Iwes 82,38 8 1, Moyohilir 186, ,81 13 Moyo Utara 90,80 6 1, Moyohulu 311, , Ropang 444,48 5 6, Lenangguar 504,32 4 7, Lantung 167,45 4 2, Lape 204,43 4 3, Lopok 155,59 7 2, Plampang 418, , Labangka 243,08 5 2, Maronge 274,75 4 4, Empang 558, , Tarano 333,71 8 5,02

7 No. Kecamatan Luas Daratan (Km 2 ) Desa / Kelurahan Persentase Daratan Jumlah 6.643, Sumber : BPS Kabupaten Sumbawa Tahun 2016 *) Kelurahan 3. Kondisi Geografis Kondisi topografis Kabupaten Sumbawa secara umum terdiri dari dataran rendah, daerah pesisir, daerah perbukitan, dan daerah pegunungan, dengan karakteristik wilayah disajikan pada tabel berikut. Tabel 1.2 Karakteristik Topografi Wilayah Kabupaten Sumbawa No Kecamatan Karakteristik Wilayah Lunyuk Pegunungan 2. Orong Telu Pegunungan 3. Alas Pesisir 4. Alas Barat Pesisir 5. Buer Pesisir 6. Utan Pesisir 7. Rhee Pesisir 8. Batulanteh Pegunungan 9. Sumbawa Pesisir 10. Labuhan Badas Pesisir 11. Unter Iwes Dataran 12. Moyo Hilir Pesisir 13. Moyo Utara Pesisir 14. Moyo Hulu Pegunungan 15. Ropang Pegunungan 16. Lenangguar Pegunungan 17. Lantung Pegunungan 18. Lape Pesisir 19. Lopok Pegunungan 20. Plampang Pesisir 21. Labangka Pesisir 22. Maronge Pesisir 23. Empang Pesisir 24. Tarano Pesisir Jumlah Sumber: Bahan Kongres Nasional Perumahan dan Permukiman II

8 Di Provinsi Nusa Tenggara Barat, terdapat 864 (delapan ratus enam puluh empat) pulau yang sudah bernama sebanyak 266 (dua ratus enam puluh enam) dan yang belum mempunyai nama sebanyak 598 (lima ratus Sembilan puluh delapan) pulau dengan luas daratan di Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar ,32 Km 2. Sedangkan Kabupaten Sumbawa terdiri dari 64 (enam puluh empat) pulau yang tersebar di masing-masing kecamatan yaitu di Kecamatan Alas Barat, Alas, Buer, Empang, Labuhan Badas, Lape, Maronge, Tarano, Moyo Hilir, Lunyuk, Plampang dan Ropang. Bentuk Topografi Kabupaten Sumbawa yang cenderung berbukitbukit memiliki kelerengan bervariasi antara 0 40 derajat. Kemiringan lahan 0-2% seluas 33,79%; kemiringan 2-15% seluas 27,96%; kemiringan 15-40% seluas 49,49% dan kemiringan >40% seluas 54,03%. Ketinggian untuk kota-kota kecamatan di Kabupaten Sumbawa berkisar antara 10 hingga 650 mdpal. Ibukota kecamatan Batulanteh (Semongkat) merupakan ibukota kecamatan dengan elevasi tertinggi dari permukaan air laut dan Sumbawa Besar (ibukota kecamatan Sumbawa) merupakan ibukota kecamatan dengan elevasi terendah dari permukaan air laut. Wilayah yang didominasi kemiringan lahan >40% adalah Kecamatan Batulanteh, Kecamatan Ropang, Kecamatan Lenangguar, dan Kecamatan Orong Telu. Tabel 1.3 Topografi Lahan Menurut Kelas Kemiringan (Ha) No Kecamatan Kemiringan Lahan >40 Lindung Jumlah 1. Alas Barat 1, , ,016 24, Alas 3. Buer 1, , ,609 17,968

9 No 4. Utan Kecamatan Kemiringan Lahan >40 Lindung Jumlah 5. Rhee 850 3,379 15,227 3,381 15,788 38, Lb. Badas 6,572 8,856 7, ,947 25, Sumbawa 8. Unter Iwis 2,601 4,726 3, ,723 12, Batu Lanteh - - 7,844 8,203 23,088 39, Moyo Hilir 11. Moyo Utara - 19,127 3, ,211 27, Moyo Hulu 183 6,802 7,633 2,170 14,408 31, Ropang 14. Lenangguar 266 3,494 18,377 6,493 82, , Lantung 16. Lunyuk 17. Orong Telu 18. Lape 19. Lopok 20. Maronge 21. Plampang 22. Empang 23. Tarano - 10,848 9,914 6,712 70,506 97,980 3,506 12,148 6,063 7,243 7,068 36,028 7,178 4,917 4, ,049 43,348 13,915 11,621 10, ,217 89, Labangka 16,829 8,158 2,651 2,524 20,142 50,304 Prosentase (%) 8,43 14,76 16,11 6,33 54,38 100,00 Sumber : Peta Data Pokok Kab. Sumbawa Tahun 2016 Kondisi topografi ini sangat berpengaruh terhadap penyediaan infrastruktur dan fasilitas publik, karena wilayah yang dominasi kemiringan lahannya >40% seperti di Kecamatan Batulanteh, Lantung, Ropang, Lenangguar dan Orong Telu, berdampak terhadap rendahnya aksesibilitas masyarakat di wilayah tersebut dibandingkan dengan wilayah lainnya di Kabupaten Sumbawa. Kondisi topografi Kabupaten Sumbawa digambarkan pada peta berikut ini.

10 Sumber : Bappeda Kabupaten Sumbawa, Tahun 2016 Gambar 1.2. Peta Topografi Kabupaten Sumbawa Berdasarkan karakteristik topografi, daratan Kabupaten Sumbawa cenderung berbukit dengan ketinggian antara meter diatas permukaan laut (mdpal). Ketinggian mdpal mencapai luas 26.51%; mdpal seluas 42.31% mdpal seluas 27.69% dan >1.000 mdpal seluas 3.49%. Tabel 1.4. Ketinggian Wilayah Pusat Pemerintahan Kecamatan Se-Kabupaten Sumbawa No Kecamatan Elevasi (Meter dpal) Sumbawa 15 2 Unter Iwes 35 3 Lab. Badas 7 4 Utan 20 5 Rhee 16 6 Alas 16 7 Buer 14 8 Alas Barat 6 9 Batu Lanteh Moyo Hulu Ropang Lenangguar Lantung Lunyuk Orong Telu Moyo Hilir 21 Sumber : Bag. Administrasi Pemerintahan Setda Kab. Sumbawa

11 Gambar 1.3. Peta Elevasi Wilayah Kabupaten Sumbawa 4. Hidrologi Secara hidrologis Kabupaten Sumbawa berada dalam Wilayah Sungai (WS) Sumbawa yang merupakan Wilayah Sungai Strategis Nasional. WS Sumbawa meliputi 4 Kabupaten dan 1 Kota yaitu Kabupaten Sumbawa Barat, Kabupaten Sumbawa, Kabupaten Dompu, Kabupaten Bima dan Kota Bima. Jumlah Daerah Aliran Sungai (DAS) di WS Sumbawa adalah 555 DAS sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 4 Tahun 2015 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai. DAS terbesar di Kabupaten Sumbawa adalah DAS Beh dan DAS Moyo. Tabel 1.5 Sub Satuan Wilayah Sungai Di Kabupaten Sumbawa No Kecamatan Sub Satuan Wilayah Sungai (SSWS) Luas (Km 2 ) Ketersediaan Air (Juta M 3 ) Lape/Lopok Bako Lunyuk Beh Moyo Hulu Moyo Hulu Plampang/Empang Ampang Labuan badas Pulau Moyo Alas/Alas Barat Rea Utan/Rhee Rhee Sumber: Balai Informasi Sumber Daya Air Dinas PU Prov. NTB

12 Kondisi hidrologi Kabupaten Sumbawa tergambar sebagai berikut. Gambar 1.4 Peta Hidrologi Kabupaten Sumbawa Sungai-sungai di Kabupaten Sumbawa disajikan pada tabel berikut ini. No Nama Sungai Tabel 1.6 Sungai Di Kabupaten Sumbawa Panjang (Km) No Nama Sungai Panjang (Km) 1 Brang Biji Brang Moyo Brang Brang Pongal Brang Pelat Brang Pulit Brang Pasiri Brang Beh Brang Brang Batu Brang Kanar Brang Sepang Brang Kanar Brang Telong Brang Brang Liang Brang Rhee Brang Mamak Brang Pernang Brang Maronge Brang Ai Putih Brang Tiu Kulit Brang Samonte Brang Ai Bua Brang Utan Brang Setiang Brang Ode Brang Pemasar Brang Mapin Brang Sebekil Brang Moyo Brang Rinti Brang Tubang Brang Pasan Brang Setongo Brang Labangka Kokar Ai Keling Brang Kesaming Kokar Pompong Brang Gapit

13 No Nama Sungai Panjang (Km) No Nama Sungai Panjang (Km) 21 Brang Lantung Brang Boal Brang Sebasang Brang Tolo Oi Brang Lito Brang Tiram Brang Pulas Brang Lamenta Brang Kaswangi Sumber: RTRW Kab. Sumbawa Potensi Mata Air dan debit alirannya di Kabupaten Sumbawa adalah 120 (seratus dua puluh) yang tersebar di berbagai kecamatan di Kabupaten Sumbawa yaitu Kecamatan Lunyuk, Tarano, Unter Iwes, Batu Lanteh, Labuhan Badas, Rhee, Utan, Alas, Moyo Hulu, Plampang, Empang, Lenangguar dan Moyo Utara. 5. Klimatologi Daerah Kabupaten Sumbawa merupakan daerah beriklim tropis yang dipengaruhi oleh musim hujan dan musim kemarau. Pada tahun 2014 temperatur maksimum mencapai 35,5 C yang terjadi pada bulan Oktober dan temperatur minimum 20,7 C yang terjadi pada bulan Agustus. Ratarata kelembaban udara tertinggi selama tahun 2015 mencapai 85 persen pada bulan Pebruari dan terendah mencapai 67 persen pada bulan September dan Oktober, serta tekanan udara maksimum 1.014,1 mb dan minimum 1.009,7 mb. Iklim di Kabupaten Sumbawa dipengaruhi oleh fenomena El-Nino dan La- Nina dari Samudera Pasifik, terlihat dari banyaknya hari hujan dan curah hujan yang terjadi sepanjang tahun. Pada tahun 2014 tercatat jumlah hari hujan sebanyak 77 hari, lebih sedikit dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu sebanyak 104 hari. dengan hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Januari selama 17 hari. Selama 5 tahun terakhir, temperatur maksimum pada tahun 2011 terjadi pada bulan Oktober yang mencapai 36,6 o C dan temperatur minimum terjadi pada bulan Januari sebesar 32,0 o C, sementara pada tahun 2015 (sampai bulan Oktober 2015)

14 temperatur maksimum mencapai 37,2 o C yang terjadi pada bulan Oktober dan temperatur minimum pada bulan Agustus sebesar 17,7 o C. Demikian pula dengan rata-rata kelembaban, tekanan udara dan jumlah hari hujan sebagaimana tabel berikut. Tabel 1.7 Kondisi Iklim Dan Curah Hujan Tahun Di Kabupaten Sumbawa Uraian/Tahun Temperatur Maksimum ( o C) 37,4 37,1 38,4 35,5 37,0 Temperatur Minimum ( o C) 17,0 18,6 19,0 20,7 20,0 Rata-rata Kelembaban Udara Tertinggi (%) Rata-rata Kelembaban Udara Terendah (%) Tekanan Udara Maksimum (mb) 1.013, , , , ,7 Tekanan Udara Minimum (mb) 1.008, , , , ,9 Jumlah Hari Hujan (hari) Sumber Data : BPS Kabupaten Sumbawa (Sumbawa Dalam Angka ) dan BMKG. Kondisi iklim di Kabupaten Sumbawa dipengaruhi oleh musim hujan dan musim kemarau. Pada tahun 2016 temperatur maksimum terjadi pada bulan September mencapai 37 o C, sementara pada tahun 2015 terjadi di bulan Oktober sebesar 35,5 o C. Untuk temperatur minimum pada tahun 2016 mencapai 20 o C di bulan Agustus. 6. Penggunaan Lahan Merujuk kepada Rencana Tata Ruang Wilayah, tata guna lahan terbagi ke dalam dua klasifikasi besar yaitu kawasan budidaya dan kawasan lindung. a. Kawasan Budidaya Penggunaan lahan di Kawasan Budidaya di Kabupaten Sumbawa terbagi dalam beberapa kategori penggunaan, meliputi: 1). lahan sawah, terdiri dari: lahan irigasi teknis, lahan tadah hujan, rawa pasang surut dan dan rawa lebak; 2). lahan pertanian bukan sawah, terdiri dari: tegal/ kebun, ladang/huma, perkebunan,

15 ditanami pohon/hutan rakyat, padang pengembalaan/padang rumput, sementara tidak diusahakan, lainnya (tambak, kolam, empang, hutan negara dll); 3). lahan bukan pertanian, terdiri dari : jalan pemukiman,perkantoran, sungai dll. Didalam penggunaannya, lahan di Kabupaten Sumbawa pada tahun 2015 masih didominasi oleh lahan pertanian bukan sawah dengan proporsi sebesar 76,59%, diikuti oleh lahan bukan pertanian sebear 14,93% dan lahan sawah dengan proporsi sebesar 8,49%. Lahan Tabel 1.8 Penggunaan Lahan (Ha) Tahun Di Kabupaten Sumbawa Luas Penggunaan (Ha) Lahan Sawah Lahan Bukan Sawah Lahan Bukan Pertanian Total Lahan Sumber: BPS Kabupaten Sumbawa (Sumbawa Dalam Angka ). Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 10 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Sumbawa, bahwa rencana pengembangan kawasan budidaya di Kabupaten Sumbawa dalam 20 tahun adalah sebesar ,97 hektar.

16 Gambar 1.5 Peta Penggunaan Lahan Di Kabupaten Sumbawa b. Kawasan Lindung Kawasan Lindung sebagaimana diatur dalam peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah kabupaten sumbawa terdiri dari: a. kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya; Kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya meliputi kawasan resapan air yang terletak pada Kecamatan Utan, Kecamatan Rhee, Kecamatan Batu Lanteh, Kecamatan Ropang, Kecamatan Lenangguar, Kecamatan Lunyuk, Kecamatan Orong Telu, Kecamatan Lape, Kecamatan Lopok, Kecamatan Moyo Hulu, Kecamatan Maronge, Kecamatan Labuhan Badas, Kecamatan Moyo Hilir, Kecamatan Tarano, Kecamatan Empang, Kecamatan Labangka, Kecamatan Plampang, Kecamatan Unter Iwes, Kecamatan Buer, Kecamatan Alas dan Kecamatan Alas Barat. b. kawasan perlindungan setempat; Kawasan perlindungan setempat di Kabupaten Sumbawa adalah seluas ,37 Ha meliputi : kawasan sempadan sungai diarahkan untuk pengelolaan sungai bersama dari hulu sampai hilir sungai untuk memanfaatkan potensi sungai maupun melindungi sungai dari kegiatan yang dapat mengganggu atau merusak bantaran, tanggul sungai, kualitas air sungai, dasar sungai, mengamankan aliran sungai dan mencegah terjadinya bahaya banjir terutama pada daerah

17 aliran sungai-sungai besar yaitu DAS Rhee, DAS Ampang, DAS Bako, DAS Beh, DAS Moyo Hulu dan DAS Pulau Moyo; kawasan sekitar danau atau waduk diarahkan ke seluruh kawasan sekitar danau dan waduk yang tersebar di Kabupaten Sumbawa meliputi Bendungan Batu Bulan di Kecamatan Moyo Hulu, Bendungan Mamak di Kecamatan Lopok, Bendungan Tiu Kulit di Kecamatan Plampang, Bendungan Gapit di Kecamatan Empang, dan Bendungan Plara di Kecamatan Lunyuk; kawasan mata air yang tersebar di seluruh kecamatan, dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk keperluan pemenuhan air minum dan irigasi; dan kawasan sempadan pantai berlokasi di seluruh kecamatan kecuali Kecamatan Batu Lanteh, Kecamatan Orong Telu, Kecamatan Lenangguar, Kecamatan Moyo Hulu, Kecamatan Unter Iwes, dan Kecamatan Lantung. Kawasan ekosistem mangrove ditetapkan di wilayah Pulau Rakit, Pulau Ngali, Pulau Liang, Pulau Medang, pesisir Teluk Saleh, Pulau Panjang, pesisir utara Sumbawa dan pesisir selatan Sumbawa. Kawasan Ruang Terbuka Hijau seluas 30 % (tiga puluh per seratus) dari luas perkotaan Kabupaten Sumbawa c. Kawasan cagar budaya seluas 4.874,5 Ha d. kawasan lindung geologi. Kawasan lindung geologi di Kabupaten Sumbawa meliputi kawasan cagar alam geologi berupa: a. kawasan cagar alam geologi yang berupa keunikan bentang alam di kawasan Puncak Ngengas Selalu Legini; b. kawasan rawan bencana geologi yaitu : 1. kawasan rawan bencana banjir meliputi Kecamatan Sumbawa, Kecamatan Moyo Hilir, Kecamatan Moyo Utara, Kecamatan Lunyuk, Kecamatan Rhee, Kecamatan Alas Barat,

18 Kecamatan Buer, Kecamatan Labuhan Badas, Kecamatan Unter Iwes, Kecamatan Plampang, Kecamatan Ropang, Kecamatan Lape, Kecamatan Lopok, Kecamatan Alas dan Kecamatan Empang; 2. kawasan rawan bencana longsor meliputi Kecamatan Batu Lanteh, Kecamatan Orong Telu, Kecamatan Ropang, Kecamatan Lenangguar, Kecamatan Lantung, Kecamatan Alas, Kecamatan Lunyuk, Kecamatan Labangka, dan Kecamatan Empang; 3. kawasan rawan bencana tsunami yang berlokasi di hampir sepanjang pantai selatan Sumbawa dan pantai utara Sumbawa; dan 4. kawasan rawan bencana gempa bumi yang berlokasi di hampir diseluruh wilayah Kabupaten mengingat lokasi berada pada daerah patahan dan berbatasan dengan Samudra Hindia. 7. Potensi Pengembangan Wilayah Pengembangan Wilayah di Kabupaten Sumbawa diarahkan sesuai dengan kondisi topografi, hidrologi, dan klimatologi wilayah sebagaimana di atur dalam Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2012 tentang Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumbawa Merujuk pada peraturan derah tersebut potensi pengembangan wilayah dibagi ke dalam dua kelompok besar pola ruang yaitu kawasan lindung dan budidaya. Kawasan lindung diarahkan pada preservasi ruang yang dimanfaatkan dalam rangka mempertahankan ruang wilayah dalam rangka keberlanjutan/kelestarian lingkungan hidup, sementara Kawasan Budidaya diarahkan pada pemanfaatan ruang dalam rangka akselerasi sektor-sektor pembangunan daerah. Potensi pemanfaatan ruang untuk kawasan budidaya disajikan pada tabel berikut ini.

19 Tabel 1.9 Arahan Pengembangan Kawasan Budidaya Dalam RTRW Kabupaten Sumbawa No Jenis Kawasan Lokasi Luas (Ha) Kawasan hutan Ngali RTK ,10 produksi tetap Serading RTK ,00 Pusuk Pao RTK ,30 Buen Sowai RTK ,90 Selalu Legini RTK ,00 Klongkang P. Ngengas RTK ,06 Batulanteh RTK ,40 Dodo Jaran Pusang RTK ,10 Ampang Kampaja RTK ,00 Olat Lake/Olat Cabe RTK ,78 Gili Ngara/Olat Puna RTK 79 2,617,80 P. Rai Rakit Kwangko RTK ,31 Samoko Lito RTK ,50 2. Kawasan Kawasan Alas dan pantai utara Peruntukan Perikanan, Kelautan, Pesisir dan Pulau Pulau Kecil 3. Kawasan Peruntukan Pertanian Kabupaten Sumbawa dan sekitarnya, sebagai kawasan penangkapan ikan, budidaya laut, budidaya tambak, pertambangan, cagar wisata, konservasi terumbu karang dan lamun, perlindungan cagar alam dan pelabuhan. Kawasan pertanian lahan sawah beririgasi 17,714,00 dan beririgasi teknis Kawasan pertanian lahan sawah beririgasi 8.839,00 dan beririgasi setengah teknis Kawasan pertanian lahan sawah beririgasi 4,602,00 dan beririgasi sederhana Kawasan pertanian lahan sawah beririgasi 4.397,00 non PU Kawasan pertanian lahan sawah tadah 7.627,00 Hujan Kawasan pertanian tanaman pangan ,00

20 No Jenis Kawasan Lokasi Luas (Ha) Kawasan Peruntukan Perkebunan 5. Kawasan Peruntukan pertambangan 6. Kawasan Peruntukan Peternakan Sumber : RTRW Kab. Sumbawa lahan kering tersebar di seluruh Kecamatan Kawasan pertanian tanaman holtikultura ,00 semusim tersebar di seluruh kecamatan Perkebunan dikembangkan di Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan (KIM- Bun); Rhee dengan tanaman unggulan kelapa, jambu mete. Batulanteh dengan tanaman unggulan kopi. Komoditi unggulan jambu mete di KIM- Bun; Utan Rhee. Komoditi kelapa di KIM-Bun Sumbawa. Komoditi kopi di KIM-Bun Batulanteh. Komoditi kemiri di KIM-Bun Batulanteh. Kawasan perkebunan dikembangkan agroindustri hasil tanaman perkebunan dan tanaman komoditi unggulan. WUP operasi produksi di P. Sumbawa ,29 Zona-zona tertentu yang dinyatakan layak berdasarkan hasil kajian teknis, ekonomi dan lingkungan. WUP operasi produksi di P. Sumbawa ,29 Zona-zona tertentu yang dinyatakan layak berdasarkan hasil kajian teknis, ekonomi dan lingkungan C. DEMOGRAFI

21 1. Jumlah Penduduk Persebaran penduduk berkaitan dengan keseimbangan daya dukung lingkungan (luas wilayah). Dari sisi wilayah, Kabupaten Sumbawa yang seluas 6.643,98 Km² memiliki kepadatan penduduk yang terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dimana pada tahun 2004 kepadatan penduduk Kabupaten Sumbawa 63 orang/km² menjadi 85 orang/km² pada tahun Tabel 1.10 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Kabupaten Sumbawa Tahun NO. KECAMATAN Σ PENDUDUK TAHUN 2015 Σ PENDUDUK TAHUN 2016 PERTUMBUHAN PENDUDUK (%) 1 LUNYUK ALAS UTAN BATULANTEH SUMBAWA MOYO HILIR MOYO HULU ROPANG LAPE PLAMPANG EMPANG ALAS BARAT LABUHAN BADAS LABANGKA BUER RHEE UNTER IWES MOYO UTARA MARONGE TARANO LOPOK LENANGGUAR ORONG TELU LANTUNG JUMLAH

22 Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sumbawa, 2016 Tingkat laju pertumbuhan penduduk pada masing-masing kecamatan berdistribusi normal sebesar 1.81%, artinya tidak ada kecamatan yang mempunyai laju pertumbuhan penduduk sebagai angka pertumbuhan pencilan kecuali Kecamatan Maronge yang jauh di atas kecamatan lainnya yaitu sebesar 2.47%. Perkembangan penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari perkembangan rasio jenis kelamin (sex ratio), yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin atau perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan dapat menjadi dasar dalam pemenuhan berbagai ragam aspek pelayanan, jenis pelayanan untuk penduduk laki-laki dan perempuan. Selain itu rasio jenis kelamin juga menggambarkan pola migrasi penduduk laki-laki dan perempuan. Rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Sumbawa selama dua tahun terakhir berada di bawah 100 yaitu Pertumbuhan Penduduk Berdasarkan data sensus penduduk yang dilakukan setiap kurun waktu 10 tahun, secara rata-rata pertumbuhan penduduk Kabupaten Sumbawa 1,5%. Data SP dalam kurun waktu untuk kabupaten Sumbawa. Sebagai pembanding bahwa laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Sumbawa sebesar 2,6% dalam kurun waktu 2 tahun yaitu tahun terjadi penambahan penduduk sebanyak jiwa sedangkan penambahan penduduk juga terjadi pada tahun sebanyak jiwa. Pada tahun 2016, penduduk Kabupaten Sumbawa masih didominasi oleh kelompok umur tahun, yaitu sebanyak jiwa dengan komposisi penduduk perempuan masih lebih banyak dari laki-laki. Tabel Struktur Penduduk Kabupaten Sumbawa Berdasarkan Kelompok Usia dan Jenis Kelamin

23 STRUKTUR UMUR LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH Σ % Σ % Σ % , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , >=75 5, , , JUMLAH 273, , , Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Sumbawa, Tahun Jumlah Kepala Keluarga Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, juga terjadi peningkatan jumlah Kepala Keluarga (KK). Jika pada tahun 2015 jumlah KK mencapai KK maka pada tahun 2016 berjumlah KK atau mengalami peningkatan 15.78% sedangkan sebaran untuk Kepemilikan Kartu Keluarga di Tahun 2016 dengan rata-rata disetiap kecamatan telah mencapai 90.74%. Distribusi masing-masing kecamatan sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tabel 1.12 Jumlah Kepala Keluarga Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumbawa Tahun 2016 NO KECAMATAN JUMLAH KEPALA % KEPEMILIKAN KARTU KELUARGA KELUARGA 1 Lunyuk Orong Telu Alas Alas Barat

24 NO KECAMATAN JUMLAH KEPALA % KEPEMILIKAN KARTU KELUARGA KELUARGA 5 Buer Utan Rhee Batulanteh Sumbawa Labuhan Badas Unter Iwes Moyo Hilir Moyo Utara Moyo Hulu Ropang Lenangguar Lantung Lape Lopok Plampang Labangka Maronge Empang Tarano Jumlah Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatanan Sipil Kab. Sumbawa (diolah) Tabel 1.13 Komposisi Penduduk Kabupaten Sumbawa Tahun Tahun tahun (%) 33,11 31,56 33,44 33,43 30,13 30,45 30,44 30,44 24,86 24,00 23, tahun (%) 63,03 64,59 62,69 62,70 66,26 66,45 64,68 64,68 69, , Sumber : diolah dari Disdukcapil Kab. Sumbawa, 2016 > 65 tahun (%) 3,86 3,85 3,87 3,87 3,61 3,10 4,88 4,88 6,11 5,14 5,

25 Berdasarkan rincian komposisi penduduk Kabupaten Sumbawa menurut golongan umur dan jenis kelamin menunjukkan ciri antara lain. Pertama, Komposisi Penduduk Kabupaten Sumbawa masih tergolong muda penduduk di bawah 15 tahun masih cukup tinggi, yaitu 23,93% pada tahun Kedua, proporsi penduduk usia >65 tahun (65 tahun ke atas) menunjukkan 6.27% pada tahun Sehubungan dengan Komposisi penduduk ini, rasio ketergantungan (Dependensi Ratio) penduduk Kabupaten Sumbawa cukup fluktuatif dari tahun ke tahun. 4. Jumlah Bangunan Rumah Data jumlah rumah penduduk dapat menggambarkan pola distribusi permukiman yang dapat digunakan dalam penyediaan utilitas publik yang dibutuhkan. Jumlah bangunan rumah se-kabupaten Sumbawa sebanyak unit, jika luas kawasan budidaya 45,62% atau 3.030,98 Km 2 maka jumlah bangunan rumah per luas lahan budidaya adalah 27,76 atau ratarata terdapat 28 unit rumah per 1 Km 2. Tabel 1.14 Jumlah Bangunan Rumah berdasarkan Kecamatan Tahun 2016 NO KECAMATAN Jumlah Rumah Penduduk 2015 Jumlah Rumah Penduduk Sumbawa Labuhan Badas Utan Alas Alas Barat Lape Lopok Plampang Labangka Empang Lenangguar Lantung

26 NO KECAMATAN Jumlah Rumah Penduduk 2015 Jumlah Rumah Penduduk Orong Telu Lunyuk Batulanteh Rhee Buer Unter Iwes Moyo Hilir Moyo Utara Moyo Hulu Ropang Maronge Tarano T O T A L Sumber : BPM-PD Kab. Sumbawa Tahun 2016 Gambaran demografis merupakan kondisi kependudukan yang mencakup beragam informasi kuantitas/kualitas penduduk, kesejahteraan penduduk, perkembangan penduduk, mobilitas. Data dan informasi kependudukan menggambarkan karakteristik penduduk yang berguna untuk merumuskan kebijakan kependudukan bagi peningkatan kualitas, pengendalian pertumbuhan dan kuantitas, pengarahan mobilitas dan persebaran penduduk yang serasi dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan. 5. Ketenagakerjaan Penduduk yang dikategorikan sebagai penduduk usia kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun keatas. Kondisi angkatan kerja dan pengangguran di Kabupaten Sumbawa, disajikan pada tabel berikut. Tabel 1.15 Angkatan Kerja dan Pengangguran di Kab. Sumbawa Tahun No Uraian Penduduk Usia Kerja

27 2 Penduduk Yang Bekerja Pengangguran Total Angkatan Kerja Bukan Angkatan Kerja Tingkat Partisipasi 68,37 72,24 71,59 71,06 69,66 Angkatan Kerja (TPAK) % 7 Tingkat Pengangguran 5,17 4,91 4,06 4,27 4,20 Terbuka (TPT) % Sumber data : Bps Kabupaten Sumbawa, untuk data tahun 2016 belum tersedia. Untuk melihat besarnya persentase penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi disuatu wilayah dapat dilihat dari Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Pada tahun 2015 TPAK di Kabupaten Sumbawa mencapai 69,66%, berada diatas rata-rata TPAK Provinsi NTB sebesar 66,54%. Demikian pula Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada tahun 2015 sebesar 4,20% dengan penurunan poin 0,07% dari TPT pada tahun 2014 sebesar 4,27%. Besaran TPT ini lebih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata capaian Provinsi NTB sebesar 5,69%. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa Pemerintah Kabupaten Sumbawa bersama dengan dunia usaha serta masyarakat ikut berperan aktif dalam menurunkan tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Sumbawa. Rasio ketergantungan ini menggambarkan beban tanggungan ekonomi kelompok usia produktif (penduduk usia antara tahun) terhadap kelompok usia tidak produktif (penduduk usia muda 0-15 tahun dan usia tua 65 tahun ke atas). penduduk usia tahun ke atas (Usia Produktif) di atas 70,32% dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Kabupaten Sumbawa tahun 2016 sebesar 71,09%, dengan lapangan usaha terbesar pada sektor pertanian dalam arti luas, sektor perdagangan dan jasa, industri rumah tangga. Tabel 1.16 Angka Ketergantungan Penduduk Kabupaten Sumbawa Uraian Rasio Ketergantungan 30,31 37,02 36,03

28 Muda 33, Rasio Ketergantungan 11,78 11,90 12,11 Tua 7, Rasio Ketergantungan 50,08 48,92 48,14 41,18 Total Sumber : data diolah dari Disdukcapil Tahun Berdasarkan tabel Rasio Ketergantungan Kependudukan pada tahun 2016, Rasio Ketergantungan Muda 33,90% dan Rasio Ketergantungan Tua 8.53% mengalami peningkatan dari tahun 2015, dimana pada tahun 2015 rasio ketergantungan muda 33.78% dan Rasio ketergantungan Tua 8.44% yang artinya Rasio ketergantungan menunjukkan beban yang harus ditanggung oleh penduduk (15 64 tahun) terhadap penduduk yang tidak produktif (<15 tahun dan 65 tahun keatas). Semakin tinggi persentase Dependency Ratio menunjukkan semakin tinggi beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Besarnya rasio ketergantungan tahun 2016 sebesar 42,43 persen artinya, setiap 100 orang penduduk usia produktif (usia kerja) mempunyai beban tanggungan sebanyak 42 orang yang belum produktif dan tidak dianggap produktif lagi. 6. Pendidikan Indikator kinerja kunci penyelengaraan urusan wajib pendidikan adalah capaian Angka Melek Huruf (AMH), rata-rata lama sekolah, Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). Angka Melek Huruf (AMH) merupakan salah satu komponen pembentuk Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Secara umum derajat pendidikan penduduk baik formal maupun non-formal kecenderungannnya semakin tinggi, maka hal tersebut sudah mengarah pada indikasi adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Angka partisipasi masing-masing tingkat pendidikan dapat ditinjau dari dua hal yaitu angka partisipasi kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni

29 (APM). a. Angka Partisipasi Murni dan Angka Partisipasi Kasar Angka Partisipasi Murni (APM) adalah jumlah siswa dari kelompok usia resmi untuk jenjang pendidikan tertentu dinyatakan sebagai persentase dari populasi yang sesuai. APM menunjukkan tingkat partisipasi penduduk usia sekolah di jenjang pendidikan tertentu, yang merupakan indikator daya serap penduduk usia sekolah di setiap jenjang pendidikan. Semakin tinggi APM menunjukkan tingginya partisipasi penduduk usia sekolah resmi. APM Kabupaten Sumbawa di Tahun 2016 ini dilihat dari Capaian Kinerja Program mencapai 98,66% untuk SD/MI sedangkan SMP/MTS mencapai 99,52% dan SMA 85,04%. Hal ini berarti terjadinya peningkatan persentase dari ketiga jenjang pendidikan terhadap Angka Partisipasi Murni (APM) pada tahun Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah jumlah siswa pada jenjang pendidikan tertentu tanpa memperhitungkan usia sebagai persentase dengan penduduk usia sekolah yang sesuai dalam satu tahun ajaran. APK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan dan merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan. NO TAHUN Tabel 1.17 Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni Menurut Jenjang Pendidikan di Kab. Sumbawa TK/RA SD/MI SMP/MTs APK (%) APM (%) SMA/MA /SMK TK/RA SD/MI SMP/MTs SMA/MA /SMK ,66 99,52 85,04

30 Perkembangan APK pada jenjang SD/MI mengalami kenaikan untuk jenjang TK/RA 95.82% pada tahun 2016 : 95.43% pada tahun 2015 : 99.16% mengalami peningkatan pada tahun 2016 sebesar 103.5% untuk jenjang SD/MI. sedangkan untuk jenjang SMP/MTs terjadi pula peningkatan yaitu sebesar 4.68% dari 99.16% di tahun 2015 menjadi 103,5% di tahun 2016, namun terjadi penurunan terhadap Angka Partisipasi Kasar (APK) pada jenjang SMA/MA/SMK yaitu pada tahun 2015 sebesar 86.75% dan tahun 2016 sebesar 85.93%. Berdasarkan tabel diatas, dari perkembangan APK TK/RA mengalami peningkatan sebesar 0.39%, APK SD/MI mengalami kenaikan signifikan sebesar 4.34%, APK SMP/MTS juga mengalami penurunan sebesar 4.93% dan APK SMA/MA/SMK mengalami penurunan sebesar 0.82%. b. Angka Partisipasi Sekolah Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Tahun disajikan sebagai berikut. Tabel 1.18 Angka Partisipasi Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Sumbawa No Jenjang Pendidikan SD / MI 1.1 Jumlah murid usia tahun 46,380 47,000 49,927 49,807 51, Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun 47,982 50,445 54,355 54,355 55, APS SMP / MTs 2.1 Jumlah murid usia tahun 16,893 20,956 20,956 19,470 20, Jumlah penduduk kelompok usia tahun 20,969 23,793 24,131 24,131 23, APS

31 c. Kelulusan Siswa Dalam rangka pencapaian hasil kelulusan siswa didik sesuai standar nasional pendidikan dilaksankan Ujian Nasional (UN) bagi siswa SMP/MTs, SMA/MA/SMK. Adapun distribusi nilai rata-rata Ujian Nasional pada masing-masing jenjang satuan pendidikan sebagaimana tampak pada tabel berikut. Tabel 1.19 Kelulusan Siswa Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Sumbawa NO Uraian SD/MI - Jumlah Siswa 7,654 8,321 8,714 7,908 8,369 8,777 - Lulus ,321 8,714 7,908 8,369 8,777 - Tidak Lulus SMP/MTs - Jumlah Siswa 13,532 6,972 7,638 2, ,488 - Lulus 3,491 6,948 7,638 2, ,484 - Tidak Lulus 10, SMA/MA/SMK - Jumlah Siswa 4,014 4,485 5,313 4,842 5,218 6,297 - Lulus 2,349 4,469 5,313 4,842 5,218 6,297 - Tidak Lulus D. KONDISI PEREKONOMIAN PDRB menggambarkan kemampuan daerah dalam mengelola sumber daya alam dan faktor-faktor produksi lainnya dalam menciptakan nilai tambah. PDRB merupakan jumlah dari nilai tambah yang diciptakan dari seluruh aktivitas perekonomian di suatu daerah. Dari nilai PDRB ini akan menggambarkan kegiatan ekonomi yang terjadi di daerah. Adapun nilai PDRB atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2010 Kabupaten Sumbawa dari rentang tahun mengalami peningkatan, hal ini terlihat pada tabel berikut. Tabel 1.20 PDRB dan Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Sumbawa Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2010 Tahun

32 PDRB ADH (Juta Rp.) Laju Pertumbuhan (%) Tahun Konstan Konstan Berlaku Berlaku (2000) (2010) , ,56 10,20 6, , ,98 8,88 6, , ,07 8,66 6, * , ,06 [ 12,95 6, ** , ,18 12,52 5,63 Sumber Data : BPS Kabupaten Sumbawa (PDRB tahun 2015) Kondisi perekonomian Kabupaten Sumbawa terus tumbuh dan berkembang, terlihat dari peningkatan PDRB ADH Berlaku dari Rp. 6,805 trilyun pada tahun 2011 menjadi Rp. 10,233 Trilyun pada tahun 2015 dengan peningkatan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 10,75% pertahun. Demikian pula dengan PDRB ADH Konstan 2010 dari Rp. 6,606 Trilyun pada tahun 2011 menjadi 8,446 Trilyun pada tahun 2015 dengan peningkatan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 6,33% pertahun. Ditinjau dari struktur perekonomian Kabupaten Sumbawa selama periode , maka kategori penyumbang PDRB terbesar di Kabupaten Sumbawa adalah kategori pertanian dan perdagangan. Kategori pertanian walaupun sebagai penyumbang PDRB terbesar, akan tetapi cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun yakni dari 39,43% pada tahun 2011 menjadi 37,99% pada tahun 2015, hal ini sebaliknya terjadi pada kategori perdagangan yang mengalami peningkatan peranan terhadap perekonomian Kabupaten Sumbawa. sebagaimana tergambar sebagai berikut.

33 Grafik 1.6 Konstribusi Kategori Lapangan Usaha Terhadap PDRB di Kabupaten Sumbawa ADH Berlaku Tahun 2015 (Persen) Selain dua kategori tersebut, kategori konstruksi, kategori administrasi pemerintahan, pertanahan dan jaminan sosial wajib dan kategori jasa pendidikan serta kategori Transportasi dan Pergudangan juga memiliki konstribusi yang cukup besar terhadap PDRB, sementara peranan kategori lainnya konstribusinya dibawah 4 persen. Laju pertumbuhan ekonomi secara riil digambarkan melalui laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan 2010, hal ini terlihat dalam rentang waktu tahun rata-rata pertumbuhan tertinggi adalah p a d a k a t e g o r i P engadaan L istrik dan G as yaitu sebesar 12,51%. Walaupun memiliki rata-rata pertumbuhan tertinggi setiap tahunnya, justru pada tahun 2015 kategori tersebut mengalami pertumbuhan negatif yaitu - 7,86%. Selanjutnya rata-rata pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua adalah pada kategori jasa keuangan dan asuransi yakni sebesar 10,44%, diikuti oleh kategori informasi dan komunikasi sebesar 10,26%, sebagaimana tabel 1.27 sebagai berikut.

34 Tabel 1.21 Laju Pertumbuhan Riil PDRB Kabupaten Sumbawa Menurut Lapangan Usaha, Tahun (Persen) No Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 7,26 7,24 6,27 6,34 4,81 2 Pertambangan dan Penggalian 5,25 5,73 6,50 6,76 6,61 3 Industri Pengolahan 3,21 4,45 4,65 5,13 3,60 4 Pengadaan Listrik dan Gas 17,88 14,61 18,96 18,96-7,86 5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 5,87 4,85 5,00 8,52 4,15 6 Konstruksi 5,89 3,89 5,92 6,25 7,14 7 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8,97 8,93 8,68 8,59 5,33 8 Transportasi dan Pergudangan 4,81 5,16 5,40 5,26 7,36 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5,83 6,48 6,78 7,29 4,05 10 Informasi dan Komunikasi 9,57 13,59 8,72 9,97 9,47 11 Jasa Keuangan dan Asuransi 13,90 13,01 7,85 8,37 9,07 12 Real Estat 5,74 4,37 5,41 6,34 6,42 13 Jasa Perusahaan 7,87 6,22 6,28 6,82 5,61 14 Administrasi Pemerintahan, Pertanahan dan Jaminan Sosial Wajib 3,51 2,96 3,11 3,42 3,45 15 Jasa Pendidikan 7,86 6,87 7,01 6,94 7,17 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5,27 5,18 7,79 7,00 6,87 17 Jasa Lainnya 8,18 7,11 6,44 7,45 6,01 P D R B 6,97 6,67 6,44 6,61 5,63 Dilihat dari Tabel diatas, bahwa lapangan usaha yang memiliki laju pertumbuhan tertinggi pada tahun 2015 adalah kategori informasi dan komunikasi yaitu mencapai 9,47%, diikuti oleh kategori jasa keuangan dan asuransi sebesar 9,07%. Sementara terdapat delapan kategori yang mempunyai laju pertumbuhan di bawah laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sumbawa yang mencapai 5,63%. Delapan kategori tersebut

35 adalah k a t e g o r i J a s a P e r u s a h a a n s e b e s a r 5, 6 1 %, k a t e g o r i P e r d a g a n g a n B e s a r d a n e c e r a n, R e p a r a s i M o b i l d a n S e p e d a M o t o r s e b e s a r 5, 3 3 %, k a t e g o r i Pertanian, Kehutanan dan Perikanan sebesar 4,81%, Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 4,15%, Kategori Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 4,05%, kategori Industri Pengolahan sebesar 3,60%, kategori Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 3,45% dan yang terendah adalah kategori Pengadaan Listrik dan Gas sebesar -7,86%. Sebagai indikator dalam mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat secara makro, maka PDRB Per kapita dapat dijadikan cermin kesejahteraan masyarakat, karena semakin tinggi PDRB per kapita yang diterima oleh penduduk berarti semakin tinggi tingkat kesejahteraannnya, sebaliknya penurunan PDRB per kapita pada suatu daerah menggambarkan penurunan tingkat kesejahteraan. Hal ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang seberapa besar nilai tambah yang dapat diciptakan setiap satu orang penduduk. PDRB per kapita Kabupaten Sumbawa atas dasar harga berlaku di tahun 2011 tercatat sebesar 16,12 juta rupiah. Angka ini menunjukkan bahwa secara rata-rata setiap satu orang penduduk di Kabupaten Sumbawa menerima pendapatan sebesar 16,12 juta rupiah selama tahun Pada tahun 2015, PDRB per kapita Kabupaten Sumbawa mencapai angka 23,20 juta rupiah atau mengalami peningkatan sebesar 2,37 juta rupiah dibandingkan dengan tahun 2014 dengan pertumbuhan sebesar 11,37 persen. Jika dilihat berdasarkan harga konstan, maka PDRB per kapita Kabupaten Sumbawa yang terbentuk di tahun 2015 adalah sebesar 19,15 juta rupiah. Laju peningkatan PDRB perkapita Kabupaten Sumbawa atas dasar harga konstan pada tahun 2015 sebesar 4,55 persen. Selengkapnya dapat disimak pada Tabel berikut.

36 Gambar 1.7 PDRB Per Kapita dan Laju Pertumbuhan PDRB Per Kapita ADH Konstan di Kabupaten Sumbawa Tahun Pada Tahun 2015 kategori pertanian, kehutanan dan perikanan memberikan konstribusi terhadap PDRB ADH berlaku sebesar 37,99%. Konstribusi terbesar pada kategori ini disumbangkan oleh golongan tanaman pangan sebesar 46,45%, diikuti oleh golongan peternakan sebesar 18,73% dari seluruh nilai tambah pertanian. Selain ditopang oleh Sub Kategori Pertanian, Peternakan, Perburuan dan jasa pertanian juga ditopang oleh sub Kategori Perikanan dengan konstribusi sebesar 23,71% dengan tingkat laju pertumbuhan sebesar 5,67%, sementara subkategori kehutanan dan penebangan kayu hanya memberikan share sebesar 0,32%. Adapun laju pertumbuhan PDRB tergambar sebagai berikut.

37 Gambar 1.8 Laju Pertumbuhan PDRB Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian di Kabupaten Sumbawa Tahun (Persen) Pada kategori Pertambangan dan Penggalian, hanya terdapat subkategori pertambangan biji logam dan subkategori pertambagan dan penggalian lainnya dengan konstribusinya sebesar 3,00% dengan laju pertumbuhan pada tahun 2015 sebesar 6,61%, sebagaimana tergambar sebagai berikut. Gambar 1.9 Laju Pertumbuhan PDRB Kategori Pertambangan dan Penggalian di Kabupaten Sumbawa Tahun (Persen) Kategori industri pengolahan pada tahun 2015 hanya mampu

38 menyumbang sebesar 1,99 persen terhadap perekonomian Kabupaten Sumbawa. Se m e nt ara laju pertumbuhan ekonominya selalu positif yakni mengalami percepatan dari 3,21 persen pada tahun 2011 menjadi sebesar 5,13 persen pada tahun 2014, a k a n t e t a p i p ada tahun 2015, industri pengolahan melambat d a n hanya tumbuh s e b e s a r 3,60 persen. Perlambatan di kategori ini antara lain disebabkan oleh pertumbuhan yang sedang melambat di kategori pertanian sebagai penyokong bahan baku di kategori industri. Gambar 1.10 Laju Pertumbuhan PDRB Kategori Industri Pengolahan di Kabupaten Sumbawa Tahun (Persen) Kategori pengadaan listrik dan gas pada tahun 2015 hanya mampu menyumbang sebesar 0,06 persen terhadap pembentukan perekonomian Kabupaten Sumbawa. Kategori ini pada tahun 2015 mengalami pertumbuhan negatif sebesar 7,86 persen dan menjadikan sebagai kategori dengan laju pertumbuhan terendah, hal ini disebabkan karena ketenagalistrikan yang mencatatkan pertumbuhan negatif yang cukup tinggi, yaitu sebesar 7,88 persen.

39 Kategori Gambar 1.11 Laju Pertumbuhan PDRB Kategori Pengadaan Listrik dan Gas di Kabupaten Sumbawa Tahun (Persen) Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang ini mencakup kegiatan ekonomi pengumpulan, pengolahan dan pendistribusian air melalui berbagai saluran pipa untuk kebutuhan rumah tangga dan industri, termasuk juga kegiatan pengumpulan, penjernihan dan pengolahan air dan sungai danau, mata air, hujan dan lainlain. Tidak termasuk pengoperasian peralatan irigasi untuk keperluan pertanian. Peranan kategori ini terhadap perekonomian di Kabupaten Sumbawa cukup kecil, yaitu hanya sebesar 0,05 persen pada tahun 2011 dan menjadi 0,06 persen selama tahun dengan laju pertumbuhan sebesar 4,15 persen pada tahun Gambar 1.12

40 Laju Pertumbuhan PDRB Kategori Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang di Kabupaten Sumbawa Tahun (Persen) Pada tahun 2015 kategori konstruksi menyumbang sebesar 13,13 persen terhadap total perekonomian Kabupaten Sumbawa, mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2010 sebesar 14,26 persen. Tren penurunan kontribusi kategori ini juga terlihat pada tahun-tahun di antaranya ( ) yaitu berturut-turut sebesar 13,81 persen; 13,28 persen; 13,07 persen dan 12,87 persen, A k a n t e t a p i berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2010, laju pertumbuhan konstruksi Kabupaten Sumbawa mengalami percepatan dari 5,92 persen pada tahun 2013 menjadi 7,14 persen pada tahun Gambar 1.13 Laju Pertumbuhan PDRB Kategori Konstruksi di Kabupaten Sumbawa Tahun (Persen) K onstribusi kategori Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor selama kurun waktu tahun , selalu mengalami peningkatan terhadap perekonomian Kabupaten Sumbawa, y a k n i dari 13,75 persen pada tahun 2010 kontribusinya hingga menjadi 15,53 persen pada tahun Namun pada tahun 2015 terjadi penurunan konstribusi menjadi 15,41 persen. Laju pertumbuhan kategori ini mengalami perlambatan dibandingkan tahun sebelumnya yakni dari 8,59 persen pada tahun 2014 menjadi 5,33 persen pada tahun 2015.

41 Gambar 1.14 Laju Pertumbuhan PDRB Kategori Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor di Kabupaten Sumbawa Tahun (Persen) Kategori Transportasi dan Pergudangan terdiri dari 6 subkategori, yaitu subkategori Angkutan Rel, subkategori Angkutan Darat, subkategori Angkutan Laut, subkategori Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan, subkategori Angkutan Udara, serta subkategori Pergudangan dan Jasa Penunjang Angkutan. Subkategori Angkutan Darat memberikan kontribusi terbesar, dengan nilai kontribusi terhadap kategori ini sebesar 73,83 persen, s edangkan penyumbang terbesar berikutnya adalah Angkutan Udara sebesar 10,64 persen dan Pergudangan dan Jasa Penunjang Angkutan, Pos dan Kurir sebesar 8,76 persen. Gambar Peranan Subkategori terhadap PDRB Kategori Transportasi dan Pergudangan

42 Kabupaten Sumbawa, Tahun (Persen) Pertumbuhan ekonomi kategori ini pada tahun 2015 mencapai 7,36 persen atau mengalami percepatan dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 5,26 persen. Percepatan ini disumbangkan oleh laju pertumbuhan subkategori Angkutan Udara yang mencapai 15,48 persen. Gambar 1.16 Laju Pertumbuhan PDRB Kategori Transportasi dan Pergudangan di Kabupaten Sumbawa Tahun (Persen) Pada tahun 2015, kategori Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum berkontribusi terhadap PDRB Kabupaten Sumbawa hanya sebesar 1,47 persen, di mana sebesar 0,86 persennya (58,52 persen terhadap kategori) merupakan kontribusi dari subkategori Penyediaan Akomodasi dan sebesar 0,61 persen (41,48 persen terhadap kategori) disumbangkan oleh subkategori Penyediaan Makan Minum.

43 Gambar 1.17 Laju Pertumbuhan PDRB Kategori Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum di Kabupaten Sumbawa Tahun (Persen) Kategori informasi dan komunikasi memiliki peranan sebagai penunjang aktivitas di setiap bidang ekonomi. Dalam era globalisasi, peranan kategori ini sangat vital dan menjadi indikator kemajuan suatu bangsa, terutama jasa telekomunikasi. Peranan kategori ini terhadap perekonomian di Kabupaten Sumbawa pada tahun 2015 sebesar 1,24 persen, Sedangkan laju pertumbuhannya berfluktuasi, yaitu sebesar 13,59 persen, 8,72 persen, 9,97 persen dan 9,47 persen berturut-turut untuk tahun Gambar 1.18 Laju Pertumbuhan PDRB Kategori Informasi dan Komunikasi di Kabupaten Sumbawa Tahun (Persen) Kategori jasa keuangan dan asuransi p a d a t a h u n menyumbang sebesar 3,64 persen terhadap total perekonomian Kabupaten Sumbawa, sementara laju pertumbuhan jasa keuangan dan asuransi Kabupaten Sumbawa mengalami percepatan dari 8,37 persen pada tahun 2014 menjadi 9,07 persen pada tahun 2015.

44 Gambar 1.19 Laju Pertumbuhan PDRB Kategori Jasa Keuangan dan Asuransi di Kabupaten Sumbawa Tahun (Persen) Diantara tiga subkategori pada kategori jasa keuangan dan asuransi, yang menjadi penyumbang mayoritas kontribusi perekonomian pada kategori ini adalah p a d a s u b k a t e g o r i jasa perantara keuangan dengan konstribusi selalu di atas 70 persen dalam kurun waktu tahun Gambar 1.20 Peranan Subkategori terhadap Kategori Jasa Keuangan Tahun 2015 Kategori realestat memberikan kontribusi yang relatif stabil bagi PDRB Kabupaten Sumbawa dengan peranan sebesar 2,15 persen. Sedangkan untuk laju pertumbuhan ekonomi kategori ini mengalami sedikit peningkatan yakni dari 6,34 persen pada tahun 2014 menjadi 6,42 persen pada tahun 2015.

45 Gambar 1.21 Laju Pertumbuhan PDRB Kategori Real Estate di Kabupaten Sumbawa Tahun (Persen) Selama 5 tahun terakhir, yaitu tahun kontribusi kegiatan ekonomi pada kategori jasa perusahaan relatif stabil, yaitu sebesar 0,23 persen. Hal ini menunjukkan pula peranan kategori ini relatif kecil dibandingkan peranan kategori-kategori lainnya pada perekonomian Kabupaten Sumbawa. Sedangkan laju pertumbuhannya mengalami perlambatan dari 7,87 persen pada tahun 2011 menjadi 6,22 persen pada tahun Pada tahun-tahun berikutnya mengalami percepatan dengan pertumbuhan sebesar 6,82 persen pada tahun Perlambatan kembali terjadi pada tahun 2015 dengan pertumbuhan tidak mencapai angka 6 persen (5,61 persen). Gambar 1.22 Laju Pertumbuhan PDRB Kategori Jasa Perusahaan di Kabupaten Sumbawa Tahun (Persen) Kategori Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial

46 Wajib meliputi kegiatan yang sifatnya pemerintahan, yang umumnya dilakukan oleh administrasi pemerintahan termasuk juga perundangundangan dan penterjemahan hukum yang berkaitan dengan pengadilan dan menurut peraturannya. Selama tahun peranannya relatif stabil dengan menunjukkan sedikit peningkatan, yaitu dengan nilai kontribusi berturut-turut sebesar 7,18 persen, 7,21 persen, 7,14 persen, 7,68 persen dan 7,75 persen pada tahun Sedangkan laju pertumbuhannya selalu positif, dan mengalami percepatan pada tiga tahun terakhir yaitu dari 3,11 persen di tahun 2013 menjadi 3,45 persen pada tahun Gambar 1.23 Laju Pertumbuhan PDRB Kategori Administrasi Pemerintahan, Pertanahan dan Jaminan Sosial di Kabupaten Sumbawa Tahun (Persen) Pada tahun 2015 jasa pendidikan menyumbang sebesar 4,89 persen terhadap total perekonomian Kabupaten Sumbawa, meningkat dibandingkan pada tahun 2011 sebesar 4,73 persen. Tren peningkatan kontribusi kategori ini juga terlihat pada tahun yaitu berturut-turut sebesar 4,85 persen, 4,88 persen, dan 4,85 persen. Berdasarkan penghitungan atas dasar harga konstan 2010, laju pertumbuhan jasa pendidikan Kabupaten Sumbawa mengalami percepatan dari 6,94 persen pada tahun 2014 menjadi 7,17 persen pada tahun 2015.

47 Gambar 1.24 Laju Pertumbuhan PDRB Kategori Jasa Pendidikan di Kabupaten Sumbawa Tahun (Persen) Kategori Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial mencakup kegiatan penyediaan jasa kesehatan dan kegiatan sosial yang cukup luas cakupannya. Pada tahun 2015, kontribusinya terhadap perekonomian Kabupaten Sumbawa sebesar 1,18 persen dengan laju pertumbuhan sebesar 6,87 persen. Selama tahun peranannya menunjukkan tren yang terus menurun, yaitu dengan nilai kontribusi sebesar 1,26 persen; 1,24 persen; 1,24 persen; dan 1,19 persen. Sedangkan laju pertumbuhannya cenderung fluktuatif selama tahun , yaitu dari 5,27 pada tahun 2011 menjadi 6,87 pada tahun Laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 7,79 persen. Gambar 1.25 Laju Pertumbuhan PDRB Kategori Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial di Kabupaten Sumbawa Tahun (Persen)

48 Kontribusi Jasa Lainnya terhadap perekonomian Kabupaten Sumbawa relatif kecil yaitu berturut-turut sejak sebesar 1,67 persen; 1,67 persen; 1,66 persen; 1,63 persen; dan 1,63 persen. Sedangkan laju pertumbuhannya selalu positif dan lebih dari 5 persen, yaitu 8,18 persen, 7,11 persen, 6,44 persen, 7,45 persen dan 6,01 persen selama tahun Gambar 1.26 Laju Pertumbuhan PDRB Kategori Jasa Lainnya di Kabupaten Sumbawa Tahun (Persen) E. POTENSI UNGGULAN DAERAH 1. Tanaman Pangan Komoditas tanaman pangan khususnya padi memiliki peranan pokok dalam pemenuhan kebutuhan pangan dalam negeri yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, sehingga dari sisi ketahanan pangan nasional fungsinya menjadi amat penting dan strategis. Untuk itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa terus berupaya meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman pangan, perluasan areal dan penyempurnaan manajemen lahan, sehingga pembangunan pertanian yang dicita-citakan dapat terwujud. Adapun Luas Panen, produksi dan produktvitas tanaman pangan di Kabupaten Sumbawa adalah sebagaimana tabel berikut. Komoditi padi pada tahun 2015 mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2014, baik peningkatan luas panen sebesar Ha atau 10,84% maupun peningkatan produksi sebesar ton

49 atau 7,06%. Sementara untuk produktivitas mengalami penurunan sebesar 1,75 kw/ha atau -3,41% dibandingkan tahun sebelumnya, akan tetapi dalam rentang waktu rata-rata produktivitas padi mengalami peningkatan sebesar 0,23% pertahun, sebagaimana berikut. Gambar 1.27 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi di Kabupaten Sumbawa Tahun (Angka Tetap 2015 dan angka tahun 2016 belum tersedia) Jagung merupakan salah satu komoditi unggulan di Kabupaten Sumbawa, karena memiliki keunggulan kompetitif yaitu berupa kecerahan biji yang sempurna serta produktivitasnya yang tinggi. Komoditi jagung pada tahun 2015 mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2014, dengan peningkatan luas panen sebesar Ha atau 15,49% dan peningkatan produksi sebesar ton atau 14,84%. Sementara produktivitas jagung menurun sebesar 0,38 kw/ha atau -0,57% dibandingkan tahun 2014, akan tetapi dalam rentang waktu , komoditi jagung mengalami peningkatan rata-rata produktivitas sebesar 7,05% pertahun.

50 Gambar 1.28 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung di Kabupaten Sumbawa Tahun (Angka Tetap 2015 dan angka tahun 2016 belum tersedia) Komoditi kedelai di Kabupaten Sumbawa pada tahun 2015 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2014, dengan menurunnya luas panen sebesar Ha atau -13,21% dan produksi kedelai sebesar ton atau - 28,70%. Demikian pula dengan produktivitasnya mengalami penurunan sebesar 2,80 kw/ha atau -17,83% dibandingkan tahun sebelumnya. Akan bila dirata-ratakan dalam rentang waktu baik luas panen dan produksi kedelai mengalami peningkatan masing-masing sebesar 22,51%pertahun dan 34,00% pertahun. Gambar 1.29 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kedelai Kabupaten Sumbawa tahun (Angka Tetap 2015 dan angka tahun 2016 belum tersedia)

51 Untuk komoditi kacang tanah, pada tahun 2015 mengalami peningkatan, baik luas panen, produksi maupun produktivitasnya dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Untuk luas panen kacang tanah meningkat sebesar 10 ha atau 0,82%, produksi sebesar 52 ton atau 3,73%, dan produktivitas sebesar 0,32 kw/ha atau2,79%. Demikian pula dalam rentang tahun , terjadi peningkatan rata-rata luas panen, produksi dan produktivitasnya masing-masing sebesar 47,75% pertahun, 86,99% pertahun dan 5,81% pertahun, sebagaimana berikut. Gambar 1.30 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas kacang tanah di Kabupaten Sumbawa Tahun (Angka Tetap 2015 dan angka tahun 2016 belum tersedia) Kacang hijau merupakan salah satu komoditi yang banyak dikembangkan di Kabupaten Sumbawa, seperti varietas Kacang Hijau Sampeong. Varietas ini merupakan varietas lokal unggulan yang memiliki rasa dan aroma kacang hijau yang kuat serta daya simpan yang lebih lama. Pada tahun 2015, terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2014, dengan luas panen kacang hijau yang meningkat sebesar ha atau 32,80% dan produksi sebesar ton atau 31,86%. Sementara untuk produktivitasnya, mengalami penurunan sebesar 0,08 kw/ha atau -0,70% dibandingkan tahun sebelumnya, akan tetapi dalam rentang waktu rata-rata produktivitas kacang hijau mengalami peningkatan sebesar 0,53% pertahun.

52 Gambar 1.31 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas kacang hijau di Kab. Sumbawa Tahun (Angka Tetap 2015 dan angka tahun 2016 belum tersedia) Komoditi pangan ubi kayu mengalami penurunan luas panen pada tahun 2015 sebesar 6 ha atau -1,56% dibandingkan tahun 2014, akan tetapi dalam rentang waktu rata-rata meningkat sebesar 17,22% pertahun. Untuk produksi ubi kayu mengalami peningkatan sebesar ton (118,05%) dibandingkan dengan tahun 2014 dan peningkatan ini diikuti oleh peningkatan produktivitas sebesar 121,51% dibandingkan atahun Gambar 1.32 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Ubi Kayu Kab. Sumbawa Tahun (Angka Tetap 2015 dan angka tahun 2016 belum tersedia) Untuk komoditi ubi jalar, terjadi peningkatan pada luas panen dan

53 produksinya, akan tetapi mengalami penurunan produktivitas dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Untuk luas panen meningkat sebesar 25 ha atau 28,41%, dibandingkan tahun sebelumnya. Demikian pula dengan produksi yang meningkat sebesar 191 ton atau 11,62% dari tahun sebelumnya. Sementara produktivitas ubi jalar mengalami penurunan sebesar 24,47 kw/ha atau -13,09% dari tahun sebelumnya, akan tetapi dalam rentang tahun rata-rata produktivitasnya meningkat sebesar 7,88% pertahun. Gambar 1.33 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Ubi Jalar di Kab. Sumbawa Tahun (Angka Tetap 2015 dan angka tahun 2016 belum tersedia) 2. Peternakan Perkembangan peternakan di Kabupaten Sumbawa dititikberatkan pada perkembangan komoditi unggulan spesifik lokalita dengan pola ekstensifikasi dan semi intensif pada upaya eksplorasi, pemuliabiakan dan pengembangan ternak serta pola intensifikasi ternak untuk tujuan agribisnis. Kebijakan ini didasarkan karena daya dukung lahan yang cukup luas sebagai padang pengembalaan, disertai kesesuaian topografi, agroklimat dan sosio kultural masyarakatnya, sehingga perkembangan populasi ternak di Kabupaten Sumbawa dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, sebagaimana tabel berikut. Tabel 1.22

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak, Batas, dan Luas Wilayah Kabupaten Sumbawa merupakan salah satu dari sembilan kabupaten/kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis Kabupaten

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS BADAN PADA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN SUMBAWA

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS BADAN PADA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN SUMBAWA PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS BADAN PADA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA m PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desentralisasi menurut Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004, dimaknai sebagai penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah

Lebih terperinci

PENUTUP. Sekapur Sirih

PENUTUP. Sekapur Sirih HASIL SENSUS PENDUDUK 2010 (ANGKA SEMENTARA) KABUPATEN SUMBAWA PENUTUP Sekapur Sirih Penyelenggaraan Sensus Penduduk 2010 merupakan hajatan besar bangsa yang dilaksanakan setiap sepuluh tahun sekali dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN 2014 TAHUN ANGGARAN 2015 BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN 2014 TAHUN ANGGARAN 2015 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa pertanggungjawaban kepala daerah dalam mengelola pemerintahan daerah diwujudkan dalam 3 (tiga) bentuk

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Lokasi 1. Kondisi Fisik Nusa Tenggara Barat a. Peta wilayah Sumber : Pemda NTB Gambar 4. 1 Peta Provinsi Nusa Tenggara Barat b. Konsisi geografis wilayah Letak dan

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam pasal 2, pasal

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Geografis Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118 50 km 2 atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa barat. Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT-106

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1. Aspek Geografi dan Demografi Aspek geografi dan demografi merupakan salah satu aspek kondisi kewilayahan yang mutlak diperhatikan sebagai ruang dan subyek pembangunan.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 66 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Kondisi Geografis a. Kabupaten Brebes Kabupaten Brebes merupakan salah satu kabupaten terluas di Jawa Tengah yaitu pada posisi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun Data Umum Kota Semarang Tahun 2007-2010 I. Data Geografis a. Letak Geografis Kota Semarang Kota Semarang merupakan kota strategis yang beradadi tengah-tengah Pulau Jawa yang terletak antara garis 6 0 50

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 4.1 58 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Kondisi Geografis dan Profil Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta Gambar 4.1 Peta Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), D.I.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, wilayah Kabupaten Karawang terletak antara 107

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Majalengka GAMBAR 4.1. Peta Kabupaten Majalengka Kota angin dikenal sebagai julukan dari Kabupaten Majalengka, secara geografis terletak

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI BAB I KONDISI FISIK A. GEOGRAFI Kabupaten Lombok Tengah dengan Kota Praya sebagai pusat pemerintahannya merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM LOKASI

III. KEADAAN UMUM LOKASI III. KEADAAN UMUM LOKASI Penelitian dilakukan di wilayah Jawa Timur dan berdasarkan jenis datanya terbagi menjadi 2 yaitu: data habitat dan morfometri. Data karakteristik habitat diambil di Kabupaten Nganjuk,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintahan Daerah telah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Analisis kesenjangan pembangunan antara Kabupaten Lampung Barat dan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Analisis kesenjangan pembangunan antara Kabupaten Lampung Barat dan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Analisis kesenjangan pembangunan antara Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten Pringsewu bisa dimulai dengan mengenal lebih dekat karakteristik kedua kabupaten. Sebelum

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 I BAB I LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 2009-203 A. DASAR HUKUM Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Akhir Masa Jabatan Bupati dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0-106 0 Bujur Timur dengan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. Hal. 1. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. Hal. 1. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016 BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) merupakan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang memuat capaian kinerja penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan pelaksanaan

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA, Menimbang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SUMBAWA TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SUMBAWA TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SUMBAWA TAHUN 2011-2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa dalam mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 28 TAHUN 2005

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 28 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR INFORMASI KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN PERTANIAN KABUPATEN SUMBAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik A. Kondsi Geografis Kabupaten Bolaang Mongondow adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow adalah Lolak,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak, Batas Wilayah, dan Keadaan Alam Provinsi Jawa Timur merupakan satu provinsi yang terletak di Pulau Jawa selain Provinsi Daerah Khusus

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI BATULANTEH KABUPATEN SUMBAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

Lebih terperinci

BAB II ASPEK STRATEGIS

BAB II ASPEK STRATEGIS BAB II ASPEK STRATEGIS Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2013 II - 16 BAB II ASPEK STRATEGIS A. Sumber Daya Manusia 1. Kependudukan umlah Penduduk Kabupaten Luwu Utara pada

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Provinsi Jawa Tengah antara lain : 1. Sebelah Timur : Provinsi Jawa Timur. 2. Sebelah Barat : Provinsi Jawa Barat

BAB IV GAMBARAN UMUM. Provinsi Jawa Tengah antara lain : 1. Sebelah Timur : Provinsi Jawa Timur. 2. Sebelah Barat : Provinsi Jawa Barat 1 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Jawa Tengah terletak antara 5º 4 dan 8º 3 Lintang Selatan dan antara 108º 30 dan 111º 30

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia memiliki tanah yang subur

Lebih terperinci

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian merupakan wilayah Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung yang ditetapkan berdasarkan Undang-undang No 12 Tahun 1999 sebagai hasil pemekaran Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah

Lebih terperinci

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI Sumber : Dinas CIPTARU Gambar 1. Peta Wilayah per Kecamatan A. Kondisi Geografis Kecamatan Jepara merupakan salah satu wilayah administratif yang ada di Kabupaten Jepara,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 TANJUNGPANDAN, MARET 2014 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Geografis Secara astronomis Kabupaten Bolaang Mongondow terletak antara Lintang Utara dan antara Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim Provinsi Banten secara geografis terletak pada batas astronomis 105 o 1 11-106 o 7 12 BT dan 5 o 7 50-7 o 1 1 LS, mempunyai posisi strategis pada lintas

Lebih terperinci

2.25. Jumlah Anak Balita Hidup dan Jumlah Kasus Kematian Balita di 32 KecamatanTahun II-42 Tabel Jumlah kasus kematian ibu hamil,

2.25. Jumlah Anak Balita Hidup dan Jumlah Kasus Kematian Balita di 32 KecamatanTahun II-42 Tabel Jumlah kasus kematian ibu hamil, LAMPRIAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN TAHUN 2014-2019 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian 1. Batas admistrasi Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di pulau Jawa bagian tengah, di bagian selatan dibatasi lautan Indonesia, sedangkan di bagian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Dasar Hukum 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Dasar Hukum Provinsi Jambi merupakan salah satu Provinsi di wilayah Sumatera yang dibentuk berdasakan Undang-Undang Darurat Nomor 19 tahun 1957, tentang Pembentukan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEREKONOMIAN ANTAR KABUPATEN/KOTA

BAB V ANALISA PEREKONOMIAN ANTAR KABUPATEN/KOTA BAB V ANALISA PEREKONOMIAN ANTAR KABUPATEN/KOTA 5.1. PEREKONOMIAN MASING-MASING KABUPATEN/KOTA. Nilai tambah yang dihasilkan dari seluruh aktivitas ekonomi di suatu daerah selama satu tahun sangat dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Kondisi Geografis

KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Kondisi Geografis 43 KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Geografis Provinsi Banten dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 Tentang Pembentukan Provinsi Banten. Wilayah Provinsi Banten berasal dari sebagian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Wilayah Propinsi Lampung 1. Geografi Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau Sumatera dengan luas wilayah 35.288,35 Km 2. Propinsi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA 31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2011 disusun berdasarkan ketentuan sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar Bupati Murung Raya Kata Pengantar Perkembangan daerah yang begitu cepat yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kegiatan pambangunan daerah dan perkembangan wilayah serta dinamisasi masyarakat, senantiasa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG 2.1. Batas Administratif Kabupaten Soppeng merupakan salah satu bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan yang secara administratif dibagi menjadi 8 kecamatan, 21 kelurahan,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Kabupaten Kampar 4.1.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang Selatan, 100º 23' - 101º40' Bujur Timur.

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI Kabupaten Kendal terletak pada 109 40' - 110 18' Bujur Timur dan 6 32' - 7 24' Lintang Selatan. Batas wilayah administrasi Kabupaten

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH Evaluasipelaksanaan RKPD tahun lalu menguraikan tentang hasil evaluasi RKPD tahun lalu dengan memperhatikan

Lebih terperinci

PROFIL SANITASI SAAT INI

PROFIL SANITASI SAAT INI BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Tinjauan : Tidak ada narasi yang menjelaskan tabel tabel, Data dasar kemajuan SSK sebelum pemutakhiran belum ada ( Air Limbah, Sampah dan Drainase), Tabel kondisi sarana

Lebih terperinci

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Sub DAS pada DAS Bekasi Hulu Berdasarkan pola aliran sungai, DAS Bekasi Hulu terdiri dari dua Sub-DAS yaitu DAS Cikeas dan DAS Cileungsi. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kabupaten Karawang merupakan bagian dari wilayah pantai utara Pulau Jawa, dalam hal ini kabupaten yang termasuk dalam wilayah tersebut yaitu Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci