LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN 2014 TAHUN ANGGARAN 2015 BAB I PENDAHULUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN 2014 TAHUN ANGGARAN 2015 BAB I PENDAHULUAN"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa pertanggungjawaban kepala daerah dalam mengelola pemerintahan daerah diwujudkan dalam 3 (tiga) bentuk pertanggungjawaban yaitu: Pertama kepada Pemerintah: Kepala Daerah berkewajiban menyampaikan pertanggungjawaban penyelenggaraan pemerintahan daerah melalui bentuk Laporan Penyelenggaraan PemerintahanDaerah (LPPD). Kedua kepada DPRD selaku mitra pemerintah daerah: Kepala Daerah berkewajiban menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Pemerintahan Daerah (LKPJ). Ketiga kepada masyarakat: Kepala Daerah berkewajiban menyampaikan Informasi PenyelenggaraanPemerintahan Daerah (IPPD). Dari tiga bentuk pertanggungjawaban tersebut, dapat dimaknakan bahwa kepala daerah harus menyampaikan progress tentang kinerja penyelenggaraan pemerintahan yang dijalankan dalam satu kurun waktu tertentu.dalam Pasal 1 ayat (8) PP Nomor 3 Tahun 2007 disebutkan bahwa Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah atau LPPD merupakan laporan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah selama 1 (satu) tahun anggaran yang penyusunannya menganut prinsip transparansi dan akuntabilitas berdasarkan pada Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD). Lebih lanjut pada Pasal 9 ayat (3) peraturan tersebut dinyatakan bahwa LPPD Kabupaten/Kota disampaikan oleh Bupati/Walikota kepada Menteri melalui Gubernur dengan ruang lingkup mencakup penyelengaraan urusan desentralisasi, urusan tugas pembantuan dan urusan tugas umum pemerintahan. Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) Kabupaten Sumbawa tahun 2014 merupakan pelaksanaan tahun keempat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Sumbawa sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2012 tentang RPJMD Kabupaten Sumbawa Tahun Dasar Hukum Peraturan Perundang-undangan yang menjadi dasar dalam penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) Kabupaten Sumbawa tahun 2014 adalah 1

2 seluruh ketentuan perundang-undangan yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan daerah yaitu sebagai berikut: 1. Undang Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur; 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencanaan Pembangunan; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada DPRD, dan Informasi LPPD Kepada Masyarakat; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; 13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir 2

3 dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan KeuanganDaerah; 14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 73 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pelaksanaan Evaluasi Kinerja Pemerintah Daerah; 15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 16. Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 18 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Sumbawa; 17. Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 1 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan DaerahKabupaten Sumbawa; 18. Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sumbawa sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan, Tugas Pokok danfungsi Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sumbawa; 19. Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi DinasDaerah Kabupaten Sumbawa sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Daerah Kabupaten Sumbawa; 20. Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan, Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Lembaga Teknis Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 4 Tahun 2014 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Susunan, 3

4 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi LembagaTeknis Daerah; 21. Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 5 Tahun 2008 tentang Susunan, Kedudukan Tugas Pokok dan Fungsi Kecamatan dan Kelurahan Kabupaten Sumbawa; 22. Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 3 Tahun 2010 tentang Pembentukan, Susunan, Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Lain Sebagai Bagian Dari Perangkat Daerah Kabupaten Sumbawa sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 3 Tahun2010 tentang Pembentukan, Susunan, Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Lain Sebagai Bagian Dari Perangkat Daerah Kabupaten Sumbawa; 23. Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 7 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten SumbawaTahun Gambaran Umum Kabupaten Sumbawa Kondisi Geografis Daerah Batas wilayah administratif Letak Geografis. Kabupaten Sumbawa terletak pada Bujur Timur, Lintang Selatan. Adapun batasbatas wilayah Kabupateen Sumbawa adalah sebelah Utara berbatasan dengan Laut Flores, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Dompu, sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia,dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sumbawa Barat dan Selat Alas. 4

5 KONDISI POSISI GEOGRAFIS STRATEGISNTB Banda Aceh KUALA LUMPUR BANDAR SRI BEGAWAN Medan SINGAPORE Pekanbaru Batam Jambi Padang Pangkal Pinang Palembang Bengkulu Entikong Pontianak Palangkaraya Pangkalan Bun Banjarmasin Bontang Manado Gorontalo Samarinda Palu Balikpapan Mamuju Kendari Ternate Ambon Sorong Biak Jayapura Lampung JAKARTA Makasar Serang Bandung Semarang Surabaya Malang Yogyakarta Denpasar Mataram DILLI Merauke Legenda : Kupang Alur Pelayaran Internasional Pusat Kegiatan Nasional Jalur Trans Nasional Gambar 1.1: Geo-Strategis Kabupaten Sumbawa Luas Wilayah. Kabupaten Sumbawa memiliki luas wilayah mencapai ,44 Km² (45,52% dari luas Provinsi NTB), yang terdiri dari daratan 6.643,98 km², dan lautan 4.912,46 km². Adapun peta spasial wilayah administrasi dan secara rinci luas wilayah pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Sumbawa disajikan pada Gambar 1.2. sebagai berikut : 5

6 No Tabel 1.1 Luas Wilayah Kabupaten Sumbawa Menurut Kecamatan Tahun 2014 Kecamatan Luas Wilayah Luas Wilayah No Kecamatan Km % Km % 1 Alas 123,04 2,64 13 Lunyuk 513,74 7,73 2 Alas Barat 168,88 1,16 14 Orong Telu 465,97 7,01 3 Utan 155,42 2,80 15 Lantung 167,45 2,52 4 Rhee 230,82 3,01 16 Ropang 444,48 6,69 5 Labuhan Badas 435,89 6,69 17 Lenangguar 504,32 7,59 6 Batu Lanteh 391,40 5,89 18 Maronge 274,75 4,46 7 Sumbawa 44,83 0,66 19 Plampang 418,69 7,11 8 Moyo Hilir 186,79 2,81 20 Empang 558,55 8,41 9 Moyo Utara 90,80 1,37 21 Labangka 243,08 2,52 10 Moyo Hulu 311,96 4,70 22 Tarano 333,71 5,02 11 Lape 204,43 3,07 23 Buer 137,01 2,66 12 Lopok 155,59 2,34 24 Unter Iwis 82,38 1,13 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumbawa, Topografis Topografi. Bentuk topografis Kabupaten Sumbawa cenderung berbukit-bukit dengan ketinggian antara meter di atas permukaan laut (mdpal), dimana sebagian besar diantaranya ( Ha) berada pada ketinggian 100 hingga 500 mdpal (41,81%). Ketinggian untuk kota-kota kecamatan di Kabupaten Sumbawa berkisar antara 10 hingga 650 mdpal. Ibukota kecamatan Batulanteh (Semongkat) merupakan ibukota kecamatan dengan ketinggian tertinggi dari permukaan air laut dan Sumbawa Besar (ibukota kecamatan Sumbawa) merupakan ibukota kecamatan dengan ketinggian terendah dari permukaan air laut. Wilayah yang didominasi kemiringan lahan >40% adalah Kecamatan Batulanteh, Kecamatan Ropang, Kecamatan Lenangguar, dan Kecamatan Orong Telu curah hujan ,8 1601,6 1175,2 1195,5 1818, ,1 1303,8 Klimatologis. Berdasarkan data statistik dari lembaga meteorologi, temperatur maksimum pada tahun 2012 berkisar antara 31,6 C 37,4 C (rata-rata 34,4 C), dan temperatur minimum berkisar antara 17,0 C 22,8 C (rata-rata 20,7 C). Temperatur 6

7 28,5 Suhu Rata-Rata ,5 27, , ,8 26,9 26,5 26, ,5 tertinggi terjadi pada bulan Nopember dan terendah ada bulan Agustus. Sebagai daerah tropis, Kabupaten Sumbawa mempunyai rata-rata kelembaban sebesar 78,0% dengan kisaran absolut minimum67% (pada bulan Agustus dan September) dan maksimum89% (pada bulan Januari). Curah hujan Kabupaten Sumbawa berkisar dari 30,5 mm 465,5 mm (rata-rata 1303,8 mm) dengan jumlah hari hujan 127 hari dan penguapan 66 mm. Geologi. Dalam Peta Tatanan Geologi dan Gunung Berapi Indonesia, Kabupaten Sumbawa tempat pertemuan 2 lempeng aktif dunia yaitu Lempeng Indo-Australia (bagian selatan) dan Lempeng Eurasia (bagian utara). Kondisi geologis tersebut menyebabkan Kabupaten Sumbawa kaya akan deposit sumberdaya mineral sekaligus rawan terhadap bencana alam. Sumberdaya mineral potensial berupa emas (180 ribu m3), tembaga (1,575 juta m3), lempung/tanah liat (5,9 juta m3), batu gamping (274,29 juta m3) dan marmer (43,06 juta m3), pasir besi (304,5 m3), sirtu (793 ribu m3) dan batu bangunan (269,22 juta m3). Potensi energi panas bumi juga terdapat di Kecamatan Maronge dengan potensi 6 Mwe untuk pemanfaatan langsung. Potensi angin juga cukup memadai untuk pembangkit listrik skala kecil terutama pada 6 kecamatan yakni Alas Barat (376,177 watt), Labuhan Badas (612,541 watt), Labangka (525,177 watt), Empang (376,177 watt), Plampang (313,621 watt) dan Lape (258,415 watt). Demikian pula potensi sumberdaya air, disamping digunakan sebagai air irigasi juga dapat digunakan untuk Pembangkit Listrik Mikro Hidro yang terdapat di 16 lokasi potensial dengan potensi energi Kwatt. Karaktersitik Wilayah. Berdasarkan kondisi karakteristik wilayah dapat diidentifikasi wilayah yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya seperti terlihat pada tabel

8 Tabel 1.2 Lokasi Arahan Pengembangan Kawasan Budidaya dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumbawa Tahun No. Jenis Kawasan Lokasi 1 Kawasan Hutan Produksi Tetap 2 Kawasan Peruntukan Perikanan, Kelautan, Pesisir dan Pulau Kecil 3 Kawasan Peruntukan Pertanian Kawasan Hutan Produksi Tetap yaitu Ngali RTK 12 (1.135,10 Ha), Serading RTK 36 (826 Ha), Pusuk Pao RTK 38 (2.072,30 Ha), Buin Soway RTK 57 (3.813,90 Ha), Selalu Legini RTK 59 (5.415 Ha), Klongkang P. Ngengas RTK 60 (976,06 Ha), Batu Lanteh RTK 61 (1.891,40 Ha), Dodo Jaran Pusang RTK 64 (12.571,10 Ha), Ampang Kampaja RTK 70 ( Ha), Olat Lake/Olat Cabe RTK 78 (3.451,78 Ha), Gili Ngara/Olat Puna RTK 79 (2.617,80 Ha), P. Rai Rakit Kwangko RTK 80 (4.745,31 Ha), Samoko Lito RTK 89 (251,50 Ha). Kawasan Alas dan Pantai Utara Kabupaten Sumbawa dan sekitarnya sebagai kawasan penangkapan ikan, budidaya laut, budidaya tambak, pertambangan, cagar wisata, konservasi terumbu karang dan lamun, perlindungan cagar alam dan pelabuhan; Kawasan Teluk Saleh dan sekitarnya sebagai kawasan penangkapan ikan, budidaya laut, budidaya tambak, pertambangan, wisata bahari, pelestarian ekosistem dan pelabuhan; Kawasan pertanian lahan sawah beririgasi terdiri dari beririgasi teknis seluas Ha; Kawasan pertanian lahan sawah beririgasi setengah teknis seluas Ha; Kawasan pertanian lahan sawah beririgasi sederhana seluas4.602 Ha; Kawasan pertanian lahan sawah beririgasi non PU seluas 4.397Ha; Kawasan pertanian lahan sawah tadah hujan seluas Ha; Kawasan pertanian tanaman pangan lahan kering tersebar di seluruh kecamatan seluas Ha. Kawasan pertanian tanaman hortikultura semusim tersebar di seluruh wilayah kecamatan seluas Ha. 8

9 No. Jenis Kawasan Lokasi 4 Kawasan Peruntukan Perkebunan 5 Kawasan Peruntukan Pertambangan 6 Kawasan Peruntukan Peternakan Perkebunan dikembangkan di Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan (KIM-Bun): Rhee dengan tanaman unggulan kelapa, jambu mete; Batulanteh dengan tanaman unggulan kopi, Komoditi unggulan jambu mete di KIM-Bun : Utan Rhee, Komoditi kelapa di KIM-Bun : Sumbawa; Komoditi kopi di KIM-Bun : Batulanteh, Komoditi kemiri di KIM-Bun : Batulanteh, Kawasan perkebunan dikembangkan kegiatan agroindustri Hasil tanaman perkebunan dan tanaman komoditi unggulan; WUP operasi produksi di Pulau Sumbawa seluas ,29 Ha Zona-zona tertentu yang telah dinyatakan layak berdasarkan Hasil kajian teknis, ekonomi dan lingkungan. Kec. Rhee (240 Ha), Lape Lopok (1.426 Ha), Moyo Hilir ( Ha), Moyo Hulu (1.175 Ha), Utan (1.025 Ha), Empang (920 Ha), Tarano (685 Ha), Plampang (1.455 Ha), Labangka (458 Ha), Maronge (1.700 Ha), Ropang (0.539 Ha), Batu Lanteh (269 Ha). Distrubusi kondisi topografi perkecamatan disajikan pada tabel 1.3 Tabel 1.3. Topografi Lahan Menurut Kelas Kemiringan (Ha) No Kecamatan Kemiringan Lahan >40 Lindung Jumlah 1 Alas Barat 1, , ,016 24,924 2 Alas 3 Buer 1, , ,609 17,968 4 Utan 5 Rhee 850 3,379 15,227 3,381 15,788 38,625 6 Lb. Badas 6,572 8,856 7, ,947 25,852 7 Sumbawa 8 Unter Iwis 2,601 4,726 3, ,723 12,922 9

10 No Kecamatan Kemiringan Lahan >40 Lindung Jumlah 9 Batu Lanteh - - 7,844 8,203 23,088 39, Moyo Hilir 11 Moyo Utara - 19,127 3, ,211 27, Moyo Hulu 183 6,802 7,633 2,170 14,408 31, Ropang 14 Lenangguar 266 3,494 18,377 6,493 82, , Lantung 16 Lunyuk 17 Orong Telu - 10,848 9,914 6,712 70,506 97, Lape 19 Lopok 3,506 12,148 6,063 7,243 7,068 36, Maronge 21 Plampang 7,178 4,917 4, ,049 43, Empang 23 Tarano 13,915 11,621 10, ,217 89, Labangka 16,829 8,158 2,651 2,524 20,142 50,304 Prosentase (%) 8,43 14,76 16,11 6,33 54,38 100,00 Sumber : Peta Data Pokok Kab. Sumbawa Jumlah Bangunan Rumah Data jumlah rumah penduduk dapat menggambarkan pola distribusi permukiman yang dapat digunakan dalam penyediaan utilitas publik yang dibutuhkan. Jumlah bangunan rumah se-kabupaten Sumbawa sebanyak unit, jika luas kawasan budidaya 45,62% atau 3.030,98 Km 2 maka jumlah bangunan rumah per luas lahan budidaya adalah 27,76 atau rata-rata terdapat 28 unit rumah per 1 Km 2. Jumlah bangunan rumah per kecamatan disajikan pada tabel

11 NO 1 Lunyuk 2 Alas 3 Utan Tabel 1.4. Jumlah Bangunan Rumah berdasarkan Kecamatan Tahun Batu Lanteh 5 Sumbawa 6 Moyo Hilir 7 Moyo Hulu 8 Ropang 9 Lape 10 Plampang 11 Empang 12 Labuhan Badas 13 Alas Barat 14 Labangka 15 Rhee 16 Buer 17 Maronge 18 Tarano 19 Lopok 20 Lenangguar 21 Orong Telu 22 Unter Iwes 23 Lantung KECAMATAN Tahun 2013 Tahun 2014 Unit % Unit % , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Moyo Utara 2, JUMLAH Sumber :BPM-PD Kab. Sumbawa Tahun Gambaran Umum Demografis Gambaran demografis merupakan kondisi kependudukan yang mencakup beragam informasi kuantitas/kualitas penduduk, kesejahteraan penduduk, perkembangan penduduk, mobilitas. Data dan informasi kependudukan menggambarkan karakteristik penduduk yang berguna untuk merumuskan kebijakan kependudukan bagi 11

12 peningkatan kualitas, pengendalian pertumbuhan dan kuantitas, pengarahan mobilitas dan persebaran penduduk yang serasi dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan Jumlah Penduduk Persebaran penduduk berkaitan dengan keseimbangan daya dukung lingkungan (luas wilayah). Dari sisi wilayah, Kabupaten Sumbawa yang seluas 6.643,98 Km² memiliki kepadatan penduduk yang terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dimana pada tahun 2004 kepadatan penduduk Kabupaten Sumbawa 63 orang/km² menjadi 85 orang/km² pada tahun Selama kurun waktu 2 tahun terakhir (tahun 2013 sampai 2014), penduduk Kabupaten Sumbawa telah meningkat yaitu dari pada tahun 2013 menjadi pada tahun Tingkat laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Sumbawa pada periode tahun adalah 1,22. Sementara itu rata-rata laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Sumbawa pada periode tahun adalah pada kisaran 1.79%. Data rincian Jumlah Penduduk per Kecamatan dalam kurun waktu Kabupaten Sumbawa disajikan pada tabel 1.5. berikut ini. Tabel 1.5. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Kabupaten Sumbawa Tahun TAHUN 2013 TAHUN 2014 NO KECAMATAN LAKI- LAKI- (%) PEREMPUAN PEREMPUAN LAKI LAKI 1 Lunyuk Orong Telu Alas Alas Barat Buer Utan Rhee Batulanteh Sumbawa

13 NO KECAMATAN LAKI- LAKI TAHUN 2013 TAHUN 2014 PEREMPUAN LAKI- LAKI PEREMPUAN (%) Labuhan 10 Badas Unter Iwes Moyo Hilir Moyo Utara Moyo Hulu Ropang Lenangguar Lantung Lape Lopok Plampang Labangka Maronge Empang Tarano Jumlah Sumber : Dinas kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sumbawa, 2014 Tingkat laju pertumbuhan penduduk pada masing-masing kecamatan berdistribusi normal (relatif merata), artinya tidak ada kecamatan yang mempunyai laju pertumbuhan penduduk sebagai angka pertumbuhan pencilan kecuali Kecamatan Sumbawa yang jauh di atas kecamatan lainnya. Hal ini cukup dipahami karena dinamika penduduk di kecamatan ini relatif tinggi disebabkan oleh posisinya sebagai ibukota kabupaten dan sekaligus sebagai pusat aktivitas ekonomi dan perdagangan. Perkembangan penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari perkembangan rasio jenis kelamin (sexratio), yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin atau perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan dapat menjadi dasar dalam pemenuhan berbagai ragam aspek pelayanan, jenis pelayanan untuk penduduk laki-laki dan perempuan. Selain itu rasio jenis kelamin juga menggambarkan pola migrasi penduduk laki-laki dan perempuan. Rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Sumbawa selama dua tahun terakhir berada di atas 100 yaitu

14 Pertumbuhan Penduduk Berdasarkan data sensus penduduk yang dilakukan setiap kurun waktu 10 tahun, secara rata-rata pertumbuhan penduduk Kabupaten Sumbawa 1,5%. Data SP dalam kurun waktu untuk kabupaten Sumbawa disajikan pada tabel 1.6. berikut ini. Tabel 1.6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pertumbuhan Penduduk NO JENIS KELAMIN TAHUN 2013 TAHUN Laki-Laki Perempuan Jumlah Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sumbawa Tahun 2014 Dari tabel di atas dalam kurun waktu 2 tahun yaitu tahun terjadi penambahan penduduk sebanyak jiwa. Namun bila dibandingkan periode sensus penduduk tahun 2010 sampai dengan 2014 yang bertambah jiwa maka penambahan penduduk empat tahun terakhir sebesar 26,50 %. Adapun sex rasio atau perbandingan antara penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan, dalam kurun waktu tidak banyak mengalami perubahan yakni berkisar antara 1,31 (tahun 2013) dan 1,17 ditahun Sehingga komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin relative tidak mengalami perubahan. Berdasarkan data sensus penduduk, data penduduk Kabupaten Sumbawa dapat diolah lebih lanjut dapat diperoleh gambaran rata-rata pertumbuhan penduduk dalam kurun waktu antar sensus sebagaimana ditunjukkan pada Grafik 1.1. berikut ini. Grafik 1.1. Rata-Rata Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Sumbawa Antar Periode Sensus (SP 1980, SP 1990, SP 2000 dan SP 2010) 14

15 3,50% 3,00% 2,95% 3,03% 2,50% 2,00% 1,50% 1,00% 0,50% 2,87% 2,40% Laki-Laki Perempuan Jumlah 2,61% 2,50% 2,00% 1,60% 1,80% 1,56% 1,50% 1,53% 0,00% Dalam kurun waktu terjadi pertumbuhan penduduk rata-rata 1,53% per tahun dengan pertumbuhan laki-laki 1,56% dan perempuan 1,50%. Pertumbuhan penduduk tersebut lebih rendah dibandingkan 10 tahun sebelumnya yakni kurun waktu yakni dengan tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata 1,80% per tahun dengan pertumbuhan laki-laki mencapai 2% per tahun dan perempuan 1,60%. Jika dilihat rata-rata pertumbuhan penduduk dari kurun waktu terjadi trend penurunan rata-rata pertumbuhan penduduk hampir separuhnya (dari 2,95% per tahun menjadi 1,53% per tahun). Data ini menggambarkan keberhasilan program pengendalian pertumbuhan penduduk di Kabupaten Sumbawa dalam 10 tahun terakhir Jumlah Kepala Keluarga Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, juga terjadi peningkatan jumlah Kepala Keluarga (KK). Jika pada tahun 2013 jumlah KK mencapai KK maka pada tahun 2014 berjumlah KK bertambah KK atau mengalami peningkatan 2,70%. Distribusi masing-masing kecamatan sebagaimana ditunjukkan pada tabel 1.7. berikut ini. 15

16 Tabel 1.7. Jumlah Kepala Keluarga Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumbawa Tahun NO KECAMATAN JUMLAH KEPALA KELUARGA % Pertumbuhan (%)* 1 Lunyuk Orong Telu Alas Alas Barat Buer Utan Rhee Batulanteh Sumbawa Labuhan Badas Unter Iwes Moyo Hilir Moyo Utara Moyo Hulu Ropang Lenangguar Lantung Lape Lopok Plampang Labangka Maronge Empang Tarano Jumlah Sumber : BPS Kab. Sumbawa dan Dinas Kependudukan dan Pencatanan Sipil Kab. Sumbawa (diolah) Keterangan: *) pertumbuhan dari tahun 2012ke tahun

17 Struktur Penduduk Struktur penduduk menggambarkan jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur. Struktur penduduk tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 1.7. Tabel 1.8. Struktur Penduduk Kabupaten Sumbawa Tahun 2014 KELOMPOK USIA PENDUDUK TAHUN 2014 LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH % JUMLAH Sumber : Dinas Dukcapil Kab. Sumbawa (data diolah) Dari Tabel Struktur Penduduk Kabupaten Sumbawa Tahun 2014, menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Sumbawa sampai dengan Bulan Desember 2014 berjumlah jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki berjumlah jiwa dan penduduk perempuan berjumlah jiwa. Apabila dilihat per kelompok umur Proporsi penduduk tertinggi berada pada kelompok umur Tahun yaitu jiwa (9.90%) dan proporsi penduduk terkecil berada pada kelompok umur tahun yaitu (1.61%). Jumlah dan proporsi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin menggambarkan jumlah penduduk untuk kelompok umur tertentu dan jenis kelamin 17

18 yang dikaitkan dengan perencanaan pembangunan yang diarahkan sesuai dengan kebutuhan penduduk sebagai pelaku pembangunan (subyek dan obyek pembangunan) terutama pada kelompok Tahun (umur produktif) berjumlah jiwa. Tabel 1.9. Komposisi Penduduk Kabupaten Sumbawa Tahun Tahun tahun (%) 33,11 31,56 33,44 33,43 30,13 30,45 30,44 30,44 24,86 24,00 23, tahun (%) 63,03 64,59 62,69 62,70 66,26 66,45 64,68 64,68 69, ,84 Sumber : diolah dari Disdukcapil Kab. Sumbawa > 65 tahun (%) 3,86 3,85 3,87 3,87 3,61 3,10 4,88 4,88 6,11 5,14 5,58 Berdasarkan rincian komposisi penduduk Kabupaten Sumbawa menurut golongan umur dan jenis kelamin menunjukkan ciri antara lain. Pertama, Komposisi Penduduk Kabupaten Sumbawa masih tergolong muda penduduk di bawah 15 tahun masih cukup tinggi, yaitu 23,59% pada tahun Kedua, proporsi penduduk usia >65 tahun (65 tahun ke atas) menunjukkan 5.58% pada tahun Sehubungan dengan Komposisi penduduk ini, rasio ketergantungan (Dependensi Ratio) penduduk Kabupaten Sumbawa cukup fluktuatif dari tahun ke tahun. Rasio ketergantungan ini menggambarkan beban tanggungan ekonomi kelompok usia produktif (penduduk usia antara tahun) terhadap kelompok usia tidak produktif (penduduk usia muda 0-15 tahun dan usia tua 65 tahun ke atas). penduduk usia tahun ke atas (Usia Produktif) di atas 70,84% dengan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Kabupaten Sumbawa tahun 2014 sebesar 76,47%, dengan lapangan usaha terbesar pada sektor pertanian dalam arti luas, sektor perdagangan dan jasa, industri rumah tangga. 18

19 Tabel Angka Ketergantungan Penduduk Kabupaten Sumbawa Uraian Rasio Ketergantungan Muda 30,31 37,02 36,03 33,30 Rasio Ketergantungan Tua 11,78 11,90 12,11 Rasio Ketergantungan Total 50,08 48,92 48,14 Sumber : data diolah dari duk capil 7,88 41,18 Berdasarkan tabel Rasio Ketergantungan Kependudukan pada tahun 2014, Rasio Ketergantungan Muda 33,30% dan Rasio Ketergantungan Tua 7,88% mengalami penurunan dari tahun 2013, dimana pada tahun 2013 rasio ketergantungan muda 36.03% dan Rasio ketergantungan Tua 12.11% yang artinya Rasio ketergantungan menunjukkan beban yang harus ditanggung oleh penduduk (15 64 tahun) terhadap penduduk yang tidak produktif (<15 tahun dan 65 tahun keatas). Semakin tinggi persentase Dependency Ratio menunjukkan semakin tinggi beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Besarnya rasio ketergantungan tahun 2014 sebesar 41,18 persen artinya, setiap 100 orang penduduk usia produktif (usia kerja) mempunyai beban tanggungan sebanyak 41 orang yang belum produktif dan tidak dianggap produktif lagi Ketenagakerjaan Kondisi ketenagakerjaan Kabupaten Sumbawa pada tahun 2014 secara umum memperlihat gejala positif, dengan jumlah angkatan kerja sebanyak jiwa, penduduk yang bekerja jiwa adanya peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Dari struktur umur penduduk Kabupaten Sumbawa dari tahun 2012 sampai tahun 2014, proporsi penduduk usia 15 tahun ke atas (usia produktif) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Kabupaten Sumbawa tahun 2012 sebesar 72,31%, sebesar 71,62% pada tahun 2013, dan pada tahun 2014 sebesar 76,47%. Meningkatnya TPAK 19

20 dari tahun sebelumnya dan menurunnya Tingkat Angka Pengangguran Terbuka (TPT) berdampak pada upaya peningkatan daya saing untuk mendapatkan peluang kerja. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 4,27%, lebih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata capaian provinsi NTB sebesar 5,75%. Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Sumbawa bersama dengan dunia usaha serta masyarakat ikut berperan aktif dalam menurunkan tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Sumbawa Perkembangan kondisi ketenagakerjaan disimpulkan bahwa permasalahan ketenagakerjaan terjadi pada rendahnya daya saing angkatan kerja dalam mengisi kesempatan kerja/peluang kerja di dalam daerah. Menurut data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Sumbawa jumlah yang mendaftar pencari kerja ke luar negeri sebanyak orang dan pencari kerja yang ditempatkan sebanyak orang. Gambaran umum penempatan tenaga kerja kabupaten Sumbawa ke luar negeri dilihat dalam tabel berikut. Tabel Jumlah Tenaga Kerja Indonesia asal Sumbawa di Luar Negeri Tahun Tahun Laki-Laki Perempuan Jumlah TKI Sumber: BPS Kabupaten Sumbawa beberapa tahun terbitan dan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Sumbawa Berdasarkan Tabel 1.11 di atas, penyerapan tenaga kerja dari Kabupaten Sumbawa ke luar negeri menunjukkan kecenderungan fluktuatif dan di 20

21 tahun 2014 meningkat sebesar 23.31% dari tahun Proporsi terbesar dari tenaga kerja yang ditempatkan di luar negeri pada tahun 2014 adalah berjenis kelamin perempuan yang mencapai 97,90% dengan negara tujuan Saudi Arabia 42 orang (0,83%), Malaysia 126 orang (2,50%), Uni Emirat Arab 137 orang (2,72%), Oman 2511 orang (49,80%), Singapura 80 orang (1,59%), Brunei 357 orang (7,08%), Hongkong 438 orang (8,69%), Qatar 208 orang (4,13%), Bahrain 828 orang (16,42%), Taiwan 189 orang (3,75%), dan Kalbar 20 orang (0,40%) Pendidikan Indikator kinerja kunci penyelengaraan urusan wajib pendidikan adalah capaian Angka Melek Huruf (AMH), rata-rata lama sekolah, Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). Angka Melek Huruf (AMH) merupakan salah satu komponen pembentuk Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Secara umum derajat pendidikan penduduk baik formal maupun non-formal kecenderungannnya semakin tinggi, maka hal tersebut sudah mengarah pada indikasi adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Angka partisipasi masing-masing tingkat pendidikan dapat ditinjau dari dua hal yaitu angka partisipasi kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase siswa dengan usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama. APM menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia sekolah di tingkat pendidikan tertentu. APM juga merupakan indikator daya serap penduduk usia sekolah di setiap jenjang pendidikan, yang melihat partisipasi penduduk kelompok usia standar di jenjang pendidikan yang sesuai dengan standar tersebut. Angka Partisipasi Murni (APM) pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidikan dasar dan pendidikan menengah berdasarkan jenjang pendidikan SD, SMP dan SMA/SMK, APM terus mengalami kenaikan yang cukup signifikan, seperti tersaji pada tabel 1.22 sebagai berikut. Tabel 1.22 Angka Partisipasi Murni (APM) Pada Jenjang Pendidikan PAUD, SD/MI/Paket A, SMP/MTs/Paket B dan SMA/SMK/MA/Paket C No Uraian APM PAUD (TK/RA/PA) 77,62 94,24 95,32 21

22 2 APM SD/MI/Paket A APM SMP/MTs/Paket B 89,4 98,25 98,35 4 APM SMA/SMK/MA/Paket C 63,82 85,88 85,92 Sumber: Dinas Diknas Kabupaten Sumbawa Angka Partisipasi Murni (APM) TK/RA/PA Kabupaten Sumbawa tahun 2014 adalah sebesar 95.32%, meningkat dari angka tahun 2013 sebesar 94.24% dan tahun 2012 sebesar APM jenjang SD/MI/Sederajat tahun 2014 sebesar 99.15% meningkat dari APM tahun 2013 yang mencapai 99.13% dan tahun 2012 sebesar 99.02%. APM tingkat pendidikan SMP/MTs/Paket B tahun 2014 sebesar 98,35% meningkat dari angka tahun 2013 sebesar 98.25% dan tahun 2012 sebesar 89.4%. APM Untuk jenjang SMA/sederajat tahun 2014 sebesar 85.92% meningkat dari tahun 2013 sebesar dan tahun 2012 sebesar 63.82%. Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. APK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan. seperti tersaji pada tabel 1.13 berikut ini : Tabel 1.13 Angka Partisipasi Kasar (APK) Pada Jenjang Pendidikan SD/MI/Paket A, SMP/MTs/Paket B dan SMA/SMK/MA/Paket C No Uraian APK SD/MI/Paket A APK SMP/MTs/Paket B 104,49 117,76 110,39 110,29 3 APK SMA/SMK/MA/Paket C 75,5 86,35 104,35 104,24 Pada tabel 1.13 diatas menunjukkan APK tahun 2014 pada jenjang pendidikan 22

23 SD/MI/Paket A sebesar %, SMP/MTs/Paket B tahun sebesar % dan SMA/SMK/MA/Paket C sebesar % Angka Melek Huruf (AMH) menunjukkan proporsi penduduk berusia 15 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya. Angka melek huruf di Kabupaten Sumbawa pada tahun 2014 sudah mencapai 99,57%. Rata-rata lama sekolah SD, SMP, SMA (penduduk usia 15 tahun ke atas) terus mengalami peningkatan dari tahun Seperti tersaji di gambar 1.4, berikut ini: Gambar Angka Melek Huruf dan Rata- Rata Lama Sekolah SD, SMP Rata -Rata Lama Sekolah SD 6,23 6,05 6,01 6,01 Rata -Rata Lama Sekolah SMP 3,01 3,05 3,09 3,09 Angka melek huruf 90,55 99,52 99,79 99, Sumber: Dinas Diknas, Kab. Sumbawa (data diolah) Rata-rata lama sekolah mencerminkan jumlah tahun yang dihabiskan penduduk untuk menempuh pendidikan formal. Rata-rata lama sekolah penduduk di Kabupaten Sumbawa berada pada angka 7,3 tahun. Secara parsial, bahwa angka rata-rata lama sekolah di tahun 2014 sama dengan angka rata-rata lama sekolah pada tahun 2013 yaitu pada jenjang pendidikan SD/MI sebesar 6.01% dan SMP/MTs sebesar 3.09%, dan angka rata-rata lama sekolah pada tahun 2012 pada pada jenjang pendidikan SD/MI sebesar 6.05% dan SMP/MTs sebesar 3.05%. Sementara angka rata-rata lama sekolah pada tahun 2011 pada pada jenjang pendidikan SD/MI sebesar 6.23% dan SMP/MTs sebesar 3.01%. Indikasi dari cakupan anak usia sekolah yang bersekolah berdasarkan rata-rata putus sekolah (drop out) SMA/SMK/MA tahun 2014 sebesar 0,66 dan tidak ada siswa 23

24 tingkat SD/MI,SMP/MTs yang putus sekolah pada tahun untuk lebih jelanya indikator, target kinerja dan realisasi sasaran pendidikan ini adalah sebagai berikut: Tabel Target Kinerja Dan Realisasi Sasaran Pendidikan NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % 1 Angka melek huruf (%) 99 99,57 100,56 2 Angka rata-rata lama sekolah SD/MI 5,9 6,01 101,86 3 Angka rata-rata lama sekolah SMP/MTs 3,01 3,09 100,66 4 Angka rata-rata lama sekolah 3,01 3,01 100,00 SMA/MA/SMK 5 Angka partisipasi kasar (APK) PAUD (%) 62,82 66,87 106,45 6 Angka partisipasi kasar (APK) SD/MI 166,02 100,89 60,77 7 Angka partisipasi kasar (APK) SMP/MTs 156,63 110,29 70,41 8 Angka partisipasi kasar (APK) SMA/SMK/MA 113,17 104,24 92,11 9 Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A 10 Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/Paket B 11 Angka Partisipasi Murni (APM)) SMA/SMK/MA/Paket C 145,10 99,15 68,33 120,83 98,35 81,40 73,24 85,92 117,31 12 Angka partisipasi sekolah (APS) SD/MI 118,87 100,89 84,87 13 Angka partisipasi sekolah (APS) 99,06 110,39 111,44 SMP/MTs 14 Rasio ketersediaan sekolah terhadap 97,13 136,41 140,44 penduduk usia sekolah SD/MI 15 Rasio ketersediaan sekolah terhadap 62,75 183,95 293,15 penduduk usia sekolah SMP/MTs 16 Guru SMP/MTs kualifikasi non S keguruan 17 Angka Putus Sekolah (Drop Out) SD/MI 0,1 - - (%) 18 Angka Putus Sekolah (Drop Out) 0, SMP/MTs (%) 19 Sekolah pendidikan SD/MI kondisi 91,47 75,73 82,80 bangunan baik (%) 20 Sekolah pendidikan SMP/MTs kondisi bangunan baik (%) 97,55 91,75 94,05 24

25 NO INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % 21 Angka partisipasi sekolah (APS) SMA/MA/SMK 22 Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah SMA/MA/SMK 23 Rasio guru terhadap murid SMA/MA/SMK 24 Guru SMA/MA/SMK yang memenuhi kualifikasi S1 keguruan 25 Guru SMA/MA/SMK kualifikasi non S1 keguruan 26 Angka Putus Sekolah (Drop Out) SMA/SMK/MA (%) 27 Sekolah pendidikan SMA/MA/SMK kondisi bangunan baik (%) 28 Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah SD/MI 29 Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah SMP/MTs 30 Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah SMA/MA/SMK 31 Sekolah pendidikan SD/MI kondisi bangunan baik (%) 32 Sekolah pendidikan SMP/MTs kondisi bangunan baik (%) 33 Sekolah pendidikan SMA/MA/SMK kondisi bangunan baik (%) 89,1 83,44 93,65 27, , , ,45 103, ,33 0,66 107, ,00 97,13 137, ,75 23,148 36, ,554 71,29 91,47 75,67 82,72 97,55 91,75 94, ,94 88,94 Berdasarkan pengukuran kinerja di atas, secara simultan rata-rata pencapaian indikator sasaran ini bahwa secara rata-rata pencapaian indikator sasaran ini melebihi target yang ditetapkan. Namun jika ditinjau secara parsial terdapat indikator yang belum mencapai target yang ditetapkan Terdapat 9 indikator yang tingkat capaiannya berada di bawah dari target keseluruhan indikator pada sasaran ini. Program/kegiatan yang dilaksanakan sehubungan dengan proses pencapaian indikator-indikator ini merupakan lingkup urusan wajib pendidikan adalah sebagai berikut: 1. Program Pendidikan Anak Usia Dini a. Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini; 25

26 b. Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini. 2. Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun a. Pembangunan/Rehabilitasi Ruang Kelas, Rumah Dinas, Perpustakaan, Musholla, Paving Block dan Pagar; b. Pembangunan jaringan instalasi listrik sekolah dan perlengkapannya; c. Pembangunan sarana air bersih dan sanitary; d. Pengadaan meubeler sekolah; e. Rehabilitasi Sedang / Berat Bangunan Sekolah; f. Penyelenggaraan Paket A Setara SD; g. Penyelenggraan Paket B Setara SMP; h. Pembinaan kelembagaan dan Manajemen Sekolah dengan penerapan MBS di satuan pendidikan dasar; i. Biaya Pengelolaan Dana BOS APBN SD, SLBN dan SMP; j. Monitoring Pelaksanaan PSB SD dan SMP; k. Olimpiade SAINS Nasional Pendidikan Dasar; l. Pelaksanaan Ujian Sekolah dan Nasional SD/SMP; m. Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) Pendidikan Dasar; n. Pengelolaan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) TK, SD dan SMP; o. Penyelenggaraan Layanan UPT SD dan PAUD; p. Penyususnan Kurikulum Pendidikan Dasar. 3. Program Pendidikan Menengah a. Pembangunan Gedung Sekolah SMA/SMK ; b. Pembangunan Rumah Dinas Guru dan Pagar Sekolah; c. Pembangunan jaringan instalasi listrik sekolah dan perlengkapannya; d. Pengadaan Meubeler Sekolah; e. Rehabilitasi Sedang/Berat Ruang Kelas Sekolah dan Laboratorium Bahasa; f. Pelatihan Penyusunan Kurikulum SMA/SMK; g. Pengelolaan Bantuan Operasional Manajemen Mutu (BOMM) SMA, SMK dan SLB; h. Penyelenggraan Paket C Setara SMA; i. Penyelenggaraan Akreditasi Sekolah Menengah; j. Pelaksanaan Ujian Nasional dan Ujian Sekolah SMA/MA dan SMK; 26

27 k. Penyelenggaraan kegiatan PSB SMA/SMK Negeri dan Swasta; l. Lomba Keterampilan dan Sains Siswa Nasional; m. Olimpiade olahraga siswa nasional (O2SN) SMA dan SLB; n. Penyusunan Profil Pendidikan Menengah dan PK-PLK (SMA/SMK dan SLB/Inklusi); o. verifikasi Pendirian/ Penutupan Sekolah; p. Pembinaan Minat Bakat dan Kreatifitas Siswa. 2. Program Pendidikan Non Formal a. Publikasi dan Sosialisasi Pendidikan Non Formal; b. Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Non Formal (PTK-PNF); c. Pengembangan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB); d. Pembinaan LKP dan PKBM. 3. Program Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan a. Pelatihan Bagi Pendidik Untuk Memenuhi Standar Kompetensi; b. Pembinaan Kelompok Kerja Guru (KKG); c. Pendidikan Lanjutan Bagi Pendidik Untuk Memenuhi Standar Kualifikasi; d. Pelaksanaan Sertifikasi Pendidik; e. Lomba gugus jenjang TK; f. Lomba gugus jenjang SD; g. Pelaksanaan Program BERMUTU. 4. Program Manajemen Pelayanan Pendidikan a. Pelaksanaan evaluasi hasil kinerja bidang pendidikan; b. Pembinaan Dewan Pendidikan. Untuk menjamin akses pendidikan masyarakat disediakan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai. Keadaan lembaga pendidikan, siswa dan guru pada setiap tingkatan pendidikan di Kabupaten Sumbawa menjadi indikator tentang kondisi umum infrastruktur pendidikan untuk aksesibilitas pendidikan di Kabupaten Sumbawa. Hal ini setidaknya dapat dilihat dengan memperhatikan indikator-indikator seperti rasio jumlah siswa per sekolah, sebaran sekolah, rasio ruang kelas terhahadap jumlah siswa. Indikator ini menjadi ukuran daya tampung dan efektivitas proses belajar-mengajar. 27

28 Tampak bahwa jumlah siswa yang menempati ruangan kelas belum sepenuhnya memadai terutama pada tingkat pendidikan SMP dan SMA. Rasio Siswa perruanga n Siswa persekolah Siswa per Guru Guru per10 siswa Tabel 1.15 Rasio Indikator Sarana Pendidikan di Kabupaten Sumbawa Tahun Pelajaran 2007/ / /0 8 TK SD Sederajat SMP Sederajat SMA Sederajat 2012/1 3 07/ /1 3 07/ /1 3 07/ /1 3 43,24 53,11 26,85 26,17 40,33 40,68 46,82 43,51 46,16 55,57 127, ,43 237, ,8 345, ,19 0,07 0,04 0,09 0,1 0,05 0,04 0,09 0,13 0,66 0,3 0,92 1,07 0,53 0,48 0,86 1,27 Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Sumbawa, diolah Pembangunan prasarana pendidikan formal di Kabupaten Sumbawa dilaksanakan oleh pemerintah, swasta maupun komite sekolah. TK/sederajat umumnya disediakan dan dilaksanakan oleh swasta. Sedangkan SD, SMP, SMA pada umumnya disediakan oleh pemerintah. Aksesibilitas sarana pendidikan juga dipengaruhi oleh jumlah penduduk (siswa) sasaran dan luas wilayah kerja (layanan). Dalam hal kondisi sekolah perkembangannya menunjukkan progress meningkat dearah dengan proporsi anggaran bidang pendidikan yang besar. Adapun deskripsi proporsi sekolah dalam keadaan baik sebagaimana tampak pada gambar berikut ini. Tabel 1.16 Jumlah Ruang Kelas Menurut Kondisi Dan Fasilitas Sekolah No Satuan Baik Rusak Ringan Rusak Berat Total Pendidikan Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 SD , , , MI , , , SMP , ,77 0 0, MTs ,26 2 1,64 5 4, SMA ,94 6 3,06 0 0, MA 67 76, ,73 1 1, SMK 97 85, ,91 0 0,

29 No Satuan Baik Rusak Ringan Rusak Berat Total Pendidikan Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah , , ,71 Sumber: Profil Pendidikan, Dinas Diknas Kabupaten Sumbawa Berdasarkan tabel 1.16 Kondisi sarana dan fasilitas sekolah kabupaten Sumbawa dalam keadaan baik sebesar 80%, keadaaan rusak 10,69%, dan rusak berat 8,71%. Kondisi sarana pendidikan dalam keadaan rusak adalah sarana pendidikan dasar (Sekolah Dasar sebanyak 267 ruang kelas (12,68), MI 26 ruang kelas (12,15), MTs 5 ruang kelas (4,10), MA 1 ruangan kelas (1,14) (sebanyak dan SMP atau sederajat). Ketersediaan sarana pendidikan ini merupakan prasyarat aksesibilitas masyarakat terhadap sarana pendidikan. Di samping itu, dalam rangka meningkatkan mutu pendidik telah dilakukan sertifikasi guru, pembinaan profesionalisme guru dengan menghidupkan dan memberdayakan peran Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), dan Kelompok Kerja Guru (KKG). Tabel 1.17 Jumlah Guru dan Kepala Sekolah Menurut Sertifikasi Sudah Belum No Satuan Pendidikan Guru Kepsek Guru Kepsek 1 SD MI SMP MTs SMA MA SMK Jumlah % 23,22 93,06 76,78 6,94 Sumber: Profil Pendidikan, Dinas Diknas Kabupaten Sumbawa Untuk meningkatkan mutu pendidik, Tenaga Pendidikan dan Manajemen Sekolah dengan inidkator sasaran sebagai berikut : 29

30 NO Tabel 1.18 Tenaga Pendidikan dan Manajemen Sekolah INDIKATOR KINERJA 2013 Target Realisasi % 1 Guru SD/MI yang memenuhi kualifikasi S1 55,69 59,99 107,72 keguruan 2 Guru SMP/MTs yang memenuhi kualifikasi S1 89,85 95,88 106,71 keguruan 3 Guru SMA/MA/SMK yang memenuhi kualifikasi 94,86 98,45 103,78 S1 keguruan 4 Rasio guru terhadap murid SD/MI 11,567 10,06 86,97 5 Rasio guru terhadap murid SMP/MTs 11,314 10,95 96,78 6 Rasio guru terhadap murid SMA/MA/SMK 11, ,50 7 Guru SMP/MTs kualifikasi non S1 keguruan ,63 Berdasarkan pengukuran kinerja sasaran ini, secara simultan bahwa pencapaian target sasaran ini sudah baik yaitu rata-rata 90,44%. Selanjutnya ditinjau secara parsial, terdapat indikator kinerja yang pencapaiannya kurang baik yaitu indikator Guru SMP/MTs kualifikasi non S1 keguruan, dimana pencapaiannya 37,63 persen dari target yang ditatapkan. Sehingga diperlukan upaya percepatan penuntasan target indikator ini melalui penambahan alokasi tugas belajar bagi guru, pembukaan program perkuliahan Universitas Terbuka, mendorong para guru untuk melanjutkan studi secara mandiri dan dukungan dari pemerintah berupa pemberian dana bantuan belajar (beasiswa). Dalam rangka pencapaian hasil kelulusan siswa didik sesuai standar nasional pendidikan dilaksankan Ujian Nasional (UN) bagi siswa SMP/MTs, SMA/MA/SMK. Adapun distribusi nilai rata-rata Ujian Nasional pada masing-masing jenjang satuan pendidikan sebagaimana tampak pada grafikberikut. Grafik 1.8 Rata-Rata Ujian Nasional 30

31 Kesehatan Kesehatan merupakan kebutuhan dasar masyarakat yang harus dipenuhi oleh pemerintah. Indikator kesehatan dapat dilihat dari Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Harapan Hidup (AHH) dan penderita gizi buruk. AKB di Kabupaten Sumbawa pada tahun 2013 tercatat sebanyak 19 kasus bayi lahir mati dari jumlah kelahiran, tahun 2008 tercatat sebanyak 23 bayi lahir meninggal dari jumlah kelahiran. AKI juga menunjukkan trend penurunan di tahun Adapun AHH menunjukkan peningkatan pada tahun 2010 menjadi sekitar 68 tahun dari kondisi 66 tahun pada tahun Sedangkan porsentase balita gizi buruk di kabupaten sumbawa sebesar 9% sehingga termasuk dalam kategori rendah. Perbaikan indikator kesehatan masyarakat ini didorong oleh berhasilnya program revitalisasi puskesmas dan kampanye PHBS yang semakin dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Tabel 1.19 Pencapaian SPM Bidang Kesehatan Kabupaten Sumbawa No I Jenis Pelayanan Kesehatan Pelayanan Kesehatan Dasar 1. Cakupan kunjungan ibu hamil K4 2. Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 3. Cakupan pertolongan persalinan 4. Cakupan pelayanan nifas 5. Cakupan neonates dengan komplikasi yang ditangani 6. Cakupan kunjungan bayi 7. Cakupan desa/ kelurahan Capaian Tahun 2012 Capaian Tahun 2013 Capaian Tahun 2014 Absolut % Absolut % Absolut % bumil 1961 bumil 9881 bulin bufas 1098 neonatus 9076 bayi 153 desa 31 95,08 87,90 92,81 94,83 74,39 92,21 92, ,19 85,02 90,03 91,42 89,43 93,47 80, ,70 90,10 91,00 91,00 98,00 74,00

32 No Jenis Pelayanan Kesehatan universal child immunization (UCI) 8. Cakupan pelayanan anak balita 9. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak unis 6-24 bulan keluarga miskin 10. Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan 11. Cakupan penjaringan siswa SD dan setingkat 12. Cakupan peserta KB aktif 13. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit: c. Acute flaccid paralysis (AFP) rate per penduduk<15 th d. Penemuan penderita pneumonia balita e. Penemuan pasien baru TB BTA positif f. Penderitaan DBD yang ditangani Capaian Tahun 2012 Capaian Tahun 2013 Capaian Tahun 2014 Absolut % Absolut % Absolut % balita 6980 bayi Gakin 91 kasus 3450 siswa SD PUS 3 kasus (1,85/ pddk) 1301 kasus 285 kasus 35 kasus 7593 kasus 91, ,27 1,85 25,66 42, , ,21 8, ,21 75,50 2,3 41,47 34, , , ,50 3, ,00 82,00 3,1 30,00 45,00 100,00 80,00 32

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (LPPD) KABUPATEN SUMBAWA TAHUN 2016 TAHUN ANGGARAN 2017 BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (LPPD) KABUPATEN SUMBAWA TAHUN 2016 TAHUN ANGGARAN 2017 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Jiwa dan semangat Undang-Undang Dasar 1945 yang terjabarkan ke dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA m PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desentralisasi menurut Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004, dimaknai sebagai penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS BADAN PADA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN SUMBAWA

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS BADAN PADA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN SUMBAWA PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS BADAN PADA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PENUTUP. Sekapur Sirih

PENUTUP. Sekapur Sirih HASIL SENSUS PENDUDUK 2010 (ANGKA SEMENTARA) KABUPATEN SUMBAWA PENUTUP Sekapur Sirih Penyelenggaraan Sensus Penduduk 2010 merupakan hajatan besar bangsa yang dilaksanakan setiap sepuluh tahun sekali dengan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak, Batas, dan Luas Wilayah Kabupaten Sumbawa merupakan salah satu dari sembilan kabupaten/kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis Kabupaten

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA Tabel II.16 Pencapaian Indikator Kinerja Utama Urusan Wajib Pendidikan No. Indikator Kinerja Tahun 2015 Tahun 2016 1 2 3 4 1 APK PAUD 49,38 168,96 2 APK SD/MI/Paket A 108,77 108,74 3 APK SMP/MTs/Paket

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam pasal 2, pasal

Lebih terperinci

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan NO 2018 A ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 1 PDRB per Kapita (juta rupiah) - PDRB

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1. Aspek Geografi dan Demografi Aspek geografi dan demografi merupakan salah satu aspek kondisi kewilayahan yang mutlak diperhatikan sebagai ruang dan subyek pembangunan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA NO INDIKATOR SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET SATUAN BESARAN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------------ i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 No Publikasi : 2171.15.27 Katalog BPS : 1102001.2171.060 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 14 hal. Naskah

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja atau ukuran kinerja akan digunakan untuk mengukur kinerja atau keberhasilan organisasi. Pengukuran kinerja organisasi akan dapat dilakukan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA, Menimbang

Lebih terperinci

TABEL 9-1 Indikator Kinerja Kabupaten Nagan Raya Tahun

TABEL 9-1 Indikator Kinerja Kabupaten Nagan Raya Tahun TABEL 9-1 Indikator Kinerja Kabupaten Nagan Raya Tahun 2012-2017 NO ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH SATUAN 2013 2014 2015 2016 2017 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2016

Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2016 NO INDIKATOR KINERJA Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada hak-hak dasar masyarakat Sasaran 1 : Meningkatnya Aksesibilitas dan

Lebih terperinci

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2014 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2014 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA 1 Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2014 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA NO INDIKATOR SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET SATUAN BESARAN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis

Lebih terperinci

RPJMD Kabupaten Agam tahun IX - 1

RPJMD Kabupaten Agam tahun IX - 1 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 1 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,

Lebih terperinci

NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET TAHUN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada hak-hak dasar masyarakat

NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET TAHUN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada hak-hak dasar masyarakat Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2015 NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET TAHUN 2015 Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada hak-hak dasar masyarakat Sasaran 1 : Meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIANN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahann yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS APBD PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1

HASIL ANALISIS APBD PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 HASIL ANALISIS APBD PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 A. POTRET AKI/AKB DI PROVINSI NTB 1. Trend Kematian Bayi 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 276 300 248 265 274 240 Tren Angka Kematian Bayi Provinsi

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

2.25. Jumlah Anak Balita Hidup dan Jumlah Kasus Kematian Balita di 32 KecamatanTahun II-42 Tabel Jumlah kasus kematian ibu hamil,

2.25. Jumlah Anak Balita Hidup dan Jumlah Kasus Kematian Balita di 32 KecamatanTahun II-42 Tabel Jumlah kasus kematian ibu hamil, LAMPRIAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN TAHUN 2014-2019 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB 3 AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA. A. Pengukuran Kinerja

BAB 3 AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA. A. Pengukuran Kinerja BAB 3 AKUNTABILITAS KINERJA A. Pengukuran Kinerja Pengukuran kinerja Pemerintah Kabupaten Sumbawa dilakukan dengan mengkomparasikan antara target dengan realisasi masing-masing Indikator Kinerja pada setiap

Lebih terperinci

Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Aceh Tamiang

Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Aceh Tamiang 2.1. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 2.1.1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 2.2.1.1. Pertumbuhan PDRB Perekonomian Kabupaten Aceh Tamiang beberapa tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan yang cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi

Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 I ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT A Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 1 Pertumbuhan Ekonomi % 6,02 6,23 6,07 6,45 6,33 6,63 5,89** 2 PDRB Per Kapita (Harga Berlaku) Rp. Juta

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT,

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT, GUBERNUR KALIMANTAN BARAT KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR : 678/ OR / 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 396/OR/2014 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA

Lebih terperinci

Lampiran Meningkatnya cakupan

Lampiran Meningkatnya cakupan Lampiran : Peraturan Walikota Pagar Alam Nomor : Tahun 2017 Tanggal : 2017 I II Pemerintah Visi Kota Pagar Alam Terwujudnya Keseimbangan Masyarakat Pagar Alam Yang Sehat, Cerdas, Berakhlaq Mulia, Dan Didukung

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BUPATI ACEH SINGKIlL NOMOR 256 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGANPEMERINTAH KABUPATEN ACEH SINGKIL

KEPUTUSAN BUPATI ACEH SINGKIlL NOMOR 256 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGANPEMERINTAH KABUPATEN ACEH SINGKIL KEPUTUSAN BUPATI ACEH SINGKIlL NOMOR 256 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGANPEMERINTAH KABUPATEN ACEH SINGKIL BUPATI ACEH SINGKIL, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Jumlah Siswa pada jenjang TK/RA/Penitipan Anak = x 100 % Jumlah anak usia 4-6 tahun =

Jumlah Siswa pada jenjang TK/RA/Penitipan Anak = x 100 % Jumlah anak usia 4-6 tahun = TATARAN PELAKSANA KEBIJAKAN ASPEK TINGKAT PENYELENGGARAAN URUSAN WAJIB DAN URUSAN PILIHAN DALAM RANGKA EKPPD TERHADAP LPPD TAHUN 2013 KABUPATEN : BANGGAI KEPULAUAN IKK RUMUS/PERSAMAAN KETERANGAN URUSAN

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja Kabupaten Parigi Moutong bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Bupati dan Wakil

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 23 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Pemalang Tahun 2013 IKHTISAR EKSEKUTIF

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Pemalang Tahun 2013 IKHTISAR EKSEKUTIF IKHTISAR EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ( LAKIP ) Kabupaten Pemalang Tahun 2013 merupakan laporan pertanggungjawaban kinerja Pemerintah Kabupaten Pemalang dalam mencapai sasaran

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja atau ukuran kinerja akan digunakan untuk mengukur kinerja atau keberhasilan organisasi. Pengukuran kinerja organisasi akan dapat dilakukan

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET (Usia 0-6 Tahun)

PENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET (Usia 0-6 Tahun) URUSAN WAJIB: PENDIDIKAN PENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1 Meningkatnya Budi Pekerti, 1 Persentase pendidik yang disiplin Tata Krama

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN Untuk mengukur kinerja Kabupaten Barru, disusun indikator kinerja sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang meliputi: (1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN... I-1

BAB I PENDAHULUAN... I-1 DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar... Daftar Gambar... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4. Kaidah Pelaksanaan...

Lebih terperinci

! "## Pelayanan Administrasi Perkantoran Dinas Pendidikan

! ## Pelayanan Administrasi Perkantoran Dinas Pendidikan ! "## KODE 1 01 01 DINAS PENDIDIKAN 30.468.000.000 01 1 01 01 01 Pelayanan Administrasi Perkantoran 1.437.500.900 01 1 01 01 01 Penyediaan Jasa Surat Menyurat Terlaksananya layanan jasa Administrasi Persuratan

Lebih terperinci

1. Karakteristik wilayah kepulauan & pulau-pulau kecil; 2. Pemanfaatan potensi SDA belum maksimal (dibawah 40 %); 3. Kurangnya dukungan sarana &

1. Karakteristik wilayah kepulauan & pulau-pulau kecil; 2. Pemanfaatan potensi SDA belum maksimal (dibawah 40 %); 3. Kurangnya dukungan sarana & 1. Karakteristik wilayah kepulauan & pulau-pulau kecil; 2. Pemanfaatan potensi SDA belum maksimal (dibawah 40 %); 3. Kurangnya dukungan sarana & prasarana pendukung investasi; 4. Produktifitas masih rendah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Halaman

Daftar Tabel. Halaman Daftar Tabel Halaman Tabel 3.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kab. Sumedang Tahun 2008... 34 Tabel 3.2 Kelompok Ketinggian Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumedang Tahun 2008... 36 Tabel 3.3 Curah Hujan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

3. TINGKAT CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN WAJIB DAN URUSAN PILIHAN (IKK II.3)

3. TINGKAT CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN WAJIB DAN URUSAN PILIHAN (IKK II.3) 3. TINGKAT CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN WAJIB DAN URUSAN PILIHAN (IKK II.3) URUSAN WAJIB 1. Urusan Pendidikan Capaian kinerja penyelenggaraan Urusan Pendidikan diukur dari 14 (empat belas) Indikator

Lebih terperinci

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA 1. Gambaran Umum Demografi DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA Kondisi demografi mempunyai peranan penting terhadap perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah karena faktor demografi ikut mempengaruhi pemerintah

Lebih terperinci

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 memperlihatkan angka transisi atau angka melanjutkan ke SMP/sederajat dan ke SMA/sederajat dalam kurun waktu 7 tahun terakhir. Sebagaimana angka

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN ACEH TENGAH PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 LAMPIRAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN NASIONAL

DINAS PENDIDIKAN NASIONAL DINAS PENDIDIKAN NASIONAL No. Nama Paket Pengadaan Kegiatan Jenis Belanja Jenis Pengadaan Lelang atau Seleksi Perkiraan Biaya (Rp) Penunjukan Langsung atau Pengadaan Langsung Pemebelian Secara Elektronik

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI. Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI. Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada 4.1. Profil Wilayah BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 49 29 Lintang Selatan dan 6 0 50 44

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017 AKUNTABILITAS KINERJA A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI Pengukuran

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 28 TAHUN 2005

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 28 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR INFORMASI KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN PERTANIAN KABUPATEN SUMBAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal.

Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal. Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal. Pada misi IV yaitu Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal terdapat 11

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan

Lebih terperinci

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun

Series Data Umum Kota Semarang Data Umum Kota Semarang Tahun Data Umum Kota Semarang Tahun 2007-2010 I. Data Geografis a. Letak Geografis Kota Semarang Kota Semarang merupakan kota strategis yang beradadi tengah-tengah Pulau Jawa yang terletak antara garis 6 0 50

Lebih terperinci

FORMULIR PENETAPAN KINERJA TINGKAT KABUPATEN

FORMULIR PENETAPAN KINERJA TINGKAT KABUPATEN FORMULIR PENETAPAN KINERJA TINGKAT KABUPATEN KABUPATEN : BINTAN TAHUN ANGGARAN : 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KNERJA TARGET 1 Meningkatnya toleransi antar umat beragama yang ditandai dengan tidak

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 DAFTAR TABEL Taks Halaman Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 Tabel 2.2 Posisi dan Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa... 26 Tabel

Lebih terperinci

FORMULIR PENGUKURAN KINERJA TAHUN No Sasaran Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi % ton/ha pertanian,perkebunan dan

FORMULIR PENGUKURAN KINERJA TAHUN No Sasaran Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi % ton/ha pertanian,perkebunan dan Lampiran PK Kabupaten : Musi Banyuasin FORMULIR PENGUKURAN KINERJA TAHUN 2014 No Sasaran Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi % 1.1.1 Meningkatnya hasil produksi 1 Produktivitas tanaman pangan (padi)

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS PENDIDIKAN KOTA PONTIANAK

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS PENDIDIKAN KOTA PONTIANAK BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS PENDIDIKAN KOTA PONTIANAK 2.1. Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD Dinas Pendidikan Kota Pontianak merupakan unsur pelaksana bidang pendidikan dipimpin oleh

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi baik untuk jajaran manajemen kesehatan maupun untuk masyarakat umum perlu disediakan suatu paket data/informasi kesehatan yang ringkas

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel Judul Halaman: 1.1 Nama Kecamatan, Luas Wilayah dan Jumlah Desa/Kelurahan Luas Tanah Menurut Penggunaannya 4

DAFTAR TABEL. Tabel Judul Halaman: 1.1 Nama Kecamatan, Luas Wilayah dan Jumlah Desa/Kelurahan Luas Tanah Menurut Penggunaannya 4 DAFTAR ISI Halaman: KATA PENGANTAR DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... ii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR GRAFIK... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Pemerintahan... 1 1.2 Kepegawaian... 2 1.3

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI BATULANTEH KABUPATEN SUMBAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

Lebih terperinci

BLORA SELAYANG PANDANG TAHUN 2015

BLORA SELAYANG PANDANG TAHUN 2015 BLORA SELAYANG PANDANG TAHUN 2015 1. Letak Geografis : antara 1110 16 s/d 1110 338 Bujur Timur dan 60 528 s/d 70 248 Lintang Selatan 1. Letak Geografis : antara 1110 16 s/d 1110 338 Bujur Timur dan 60

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR : 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMPANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, wilayah Kabupaten Karawang terletak antara 107

Lebih terperinci

Jumlah Penduduk usia 15 thn ke atas dapat baca tulis x100% Jumlah penduduk usia 15th ke atas

Jumlah Penduduk usia 15 thn ke atas dapat baca tulis x100% Jumlah penduduk usia 15th ke atas PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA LAMPIRAN III. INDIKATOR KUNCI DALAM RANGKA EKPPD TERHADAP LPPD TAHUN 008 ASPEK TINGKAT PENYELENGGARAAN URUSAN WAJIB DAN URUSAN PILIHAN No URUSAN No IKK Rumus PERHITUNGAN Pendidikan

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN TABEL PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH TERHADAP CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN

PROVINSI BANTEN TABEL PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH TERHADAP CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN PROVINSI BANTEN TABEL PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH TERHADAP CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN PERIODE : 2017-2022 NO 1 1 1106 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Fokus Kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. Rencana Kerja Sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistim Perencanaan Pembangunan Nasional, diamanatkan

Lebih terperinci

PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Indikator kinerja dimaksudkan untuk mengukur keberhasilan pencapaian visi dan misi yang telah dicanangkan oleh Bupati dan Wakil Bupati Sijunjung masa jabatan. Indikator

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 9

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 9 i DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum...... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen... 5 1.4. Sistematika Dokumen RKPD... 5 1.5. Maksud dan Tujuan... 7 Hal BAB II EVALUASI

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Geografis Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118 50 km 2 atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa barat. Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT-106

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0-106 0 Bujur Timur dengan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA PROVINSI GORONTALO. Tujuan 1 : Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Daerah

INDIKATOR KINERJA UTAMA PROVINSI GORONTALO. Tujuan 1 : Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Daerah LAMPIRAN I KEPUTUSAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR : 431 / 02 / XI / 2015 TANGGAL : 3 NOVEMBER 2015 TENTANG : PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) PROVINSI GORONTALO 1. Nama Organisasi : Pemerintah Provinsi

Lebih terperinci

SASARAN Uraian Sasaran Indikator Satuan 1 2. Formulasi perhitungan: (Jumlah siswa usia tahun dijenjang SD/MI/Paket A,

SASARAN Uraian Sasaran Indikator Satuan 1 2. Formulasi perhitungan: (Jumlah siswa usia tahun dijenjang SD/MI/Paket A, Lampiran Keputusan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Banjar Nomor : 420/Kpts.203-Disdikbud Tanggal : 27 Oktober 2014 Tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama (IKU) Dilingkungan Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber I. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan

Lebih terperinci

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 KELOMPOK DATA : SOSIAL BUDAYA JENIS DATA : Pendidikan, Kebudayaan Nasional Pemuda dan Olahraga DATA SATUAN

Lebih terperinci

BAB VII P E N U T U P

BAB VII P E N U T U P BAB VII P E N U T U P Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Bupati Akhir Tahun 2012 diharapkan dapat memberikan gambaran tentang berbagai capaian kinerja, baik makro maupun mikro dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA Indikator-indikator yang ditetapkan dalam rangka melakukan evaluasi pelaksanaan pembangunan di Desa Jatilor dalam kurun tahun 2014-2019 adalah sebagai berikut : 9.1 Aspek

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PERJANJIAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2016

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PERJANJIAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2016 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN PERJANJIAN KINERJA PERUBAHAN TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi

Lebih terperinci

BAB V RELEVANSI DAN EFEKTIVITAS APBD

BAB V RELEVANSI DAN EFEKTIVITAS APBD BAB V RELEVANSI DAN EFEKTIVITAS APBD 5.1. Evaluasi APBD Pendapatan Daerah yang tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di Kota Solok diperoleh dari berbagai sumber, diantaranya berasal

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BOJONEGORO. Jl. Pattimura No. 09 Bojonegoro

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BOJONEGORO. Jl. Pattimura No. 09 Bojonegoro DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BOJONEGORO Jl. Pattimura No. 09 Bojonegoro VISI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BOJONEGORO TERWUJUDNYA INSAN CERDAS, KOMPERHENSIP DAN BERBUDAYA BERLANDASKAN IMAN DAN TAQWA UNTUK MENOPANG

Lebih terperinci

PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH PROVINSI LAMPUNG 2015 2019 PROVINSI LAMPUNG 2015 2019 BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai ukuran keberhasilan pencapaian visi

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO TAHUN No. Sasaran Strategis Indikator kinerja Target SD/MI/ Paket A.

RENCANA KINERJA TAHUNAN PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO TAHUN No. Sasaran Strategis Indikator kinerja Target SD/MI/ Paket A. RENCANA KINERJA TAHUNAN PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2016 No. Sasaran Strategis Indikator kinerja Target 1 2 3 4 1 Meningkatnya pemerataan dan 1 Pendidikan Anak Usia Dini 84,90 % perluasan kesempatan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Bujur Timur sampai 105º50 (BT) Bujur Timur dan 3º45 (LS) Lintang Selatan

BAB IV GAMBARAN UMUM. Bujur Timur sampai 105º50 (BT) Bujur Timur dan 3º45 (LS) Lintang Selatan 55 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Lampung terletak pada kedudukan 103º40 (BT) Bujur Timur sampai 105º50 (BT) Bujur Timur dan 3º45 (LS) Lintang Selatan sampai 6º45 (LS)

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS INTERVENSI KEBIJAKAN

BAB IV PRIORITAS INTERVENSI KEBIJAKAN BAB IV PRIORITAS INTERVENSI KEBIJAKAN Prioritas intervensi kebijakan ditentukan dengan menganalisis determinan kemiskinan atau masalah pokok kemiskinan dalam bidang-bidang yang berhubungan dengan kondisi

Lebih terperinci