Analisis dan Tinjauan Makro Perekonomian Kabupaten Bima

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis dan Tinjauan Makro Perekonomian Kabupaten Bima"

Transkripsi

1 Analisis dan Tinjauan Makro Perekonomian Kabupaten Bima 2.1. Gambaran Umum Kabupaten Bima merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), terletak pada Bujur Timur dan Lintang Selatan. Kabupaten Bima berada pada bagian paling timur Pulau Sumbawa, diapit oleh Kabupaten Dompu disebelah Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur di sebelah Timur, dan Laut Flores di Sebelah Utara serta Samudera Indonesia di sebelah Selatan. Luas Wilayah Kabupaten Bima adalah km² yang terdiri dari 7,22 persen lahan sawah dan 92,78 persen bukan lahan sawah. Wilayah Kabupaten Bima sebagian besar merupakan lahan Hutan Negara yang mencapai 2.274,79 km² (52% dari total luas Kabupaten). Berlakunya otonomi daerah memberikan dampaksignifikan bagi Kabupaten Bima. Sejak tahun 2003, wilayah Kabupaten Bima terbagi menjadi 2, yaitu Kabupaten Bima dan Kota Bima. Jumlah kecamatan dan desa semakin berkembang. Pada tahun 2005 Kabupaten Bima terdiri dari 14 kecamatan dan 153 desa. Jumlah ini meningkat pada tahun 2009 menjadi 18 kecamatan dan 177 desa termasuk 9 Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT). Dari 177 desa yang ada di Kabupaten Bima sebanyak 35 desa merupakan desa pesisir, yaitu desa yang berada di pinggir laut. Sementara 142 desa lainnya berada di wilayah lembah ataupun pegunungan. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2011, penduduk Kabupaten Bima sebanyak jiwa yang terdiri dari jiwa (49,81 persen) laki-laki dan jiwa (50,19 persen) perempuan dengan kata lain sex ratio mencapai 99,23%, dengan kepadatan penduduk sebanyak 101 jiwa/km². Kondisi ideal yang diharapkan dari persebaran penduduk antar wilayah adalah penyebaran penduduk yang merata. Hal ini lebih menjamin kelancaran pelaksanaan pembangunan dengan mendorong partisipasi aktif masyarakat untuk memajukan perekonomian suatu wilayah. Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima,

2 2.2. Pertumbuhan Ekonomi Selama kurun , Kabupaten Bima mengalami pertumbuhan ekonomi yang positif sebagaimana dapat dilihat pada grafik 2.1. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bima pada tahun 2011 sebesar 5,63%, mengalami kenaikan dibandingkan pada tahun 2010 sebesar 4,55%. Laju pertumbuhan tersebut akibat naiknya pertumbuhan sektor pertanian dari 1,37% tahun 2010 menjadi 4,91% tahun 2011, sektor industri pengolahan 2,36% tahun 2010 menjadi 2,97% tahun 2011, sektor yang mengalami penurunan pertumbuhan adalah sektor listrik dan gas 7,59 tahun 2010 turun menjadi 4,92%, sektor perdagangan dari 8,45% tahun 2010 menjadi 7,31% tahun 2011 dan jasa dari 9,23% tahun 2010 menjadi 4,45% tahun Sektor perdagangan, hotel dan restoran menurun sedikit pertumbuhannya disebabkan masih belum optimalnya aktivitas perdagangan besar dan eceran baik di Pasar tente, sila maupun sape. * Proyeksi 2012 Grafik 2.1 Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bima Laju perekonomian Kabupaten Bima selama periode mengalami peningkatan secara terus menerus dari 4,56% tahun 2007 menjadi 6,48% tahun 2009 dan mengalami penurunan tahun 2010 yaitu 4,55% dan mengalami peningkatan kembali pada tahun 2011 menjadi 5,63%. Laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2009 yang mencapai 6,48%. Tinggi rendahnya laju pertumbuhan tersebut lebih Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima,

3 disebabkan adanya fluktuasi laju pertumbuhan beberapa sektor ekonomi, yang dipengaruhi oleh dinamika pembangunan sebagai dampak positif efektifnya beberapa program ekonomi produktif dan program percepatan pembangunan infrastruktur dalam APBD Selain sektor pertanian dan sektor industri pengolahan, laju pertumbuhan masing-masing sektor berada di atas laju pertumbuhan PDRB. Apabila dibandingkan dengan perkembangan pertumbuhan ekonomi di tingkat yang lebih tinggi yaitu Provinsi NTB, sebagaimana terlihat pada grafik 2.2 bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bima melampaui pertumbuhan ekonomi NTB terjadi pada tahun 2011, di mana Kabupaten Bima sebesar 5,63 % dan NTB sebesar 5,42 %. Hal ini menunjukkan bahwa secara rata- rata di tingkat regional ekonomi Kabupaten Bima masih dapat tumbuh dengan baik di tengah gangguan cuaca ekstrim sepanjang tahun Hal itu ditopang oleh dinamika kegiatan ekonomi di luar sektor pertanian, seperti jasa dan industri yang masih cukup baik pertumbuhannya. Perbandingan antara pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bima dengan Propinsi NTB dapat dilihat pada Grafik 2.2 Sumber : BPS Kab. Bima dan Bank Indonesia berbagai edisi Grafik 2.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bima, Provinsi NTB dan Indonesia, Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima,

4 Berdasarkan tampilan grafik 2.2 di atas, secara umum dapat digambarkan bahwa perbedaan pertumbuhan ekonomi antara NTB dan Kabupaten Bima terjadi pada tahun 2009, di mana NTB mencapai 5,26 % dan Kabupaten Bima sebesar 6,48%. Sedangkan selisih pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2010, di mana NTB sebesar 4,22 % dan Kabupaten Bima sebesar 4,55%. Perbedaan tertinggi terjadi pada tahun 2008 dimana NTB mencapai 1,37% dan Kabupaten Bima sebesar 5,95%. Apabila kita menggunakan rata-rata, maka pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bima selama adalah sebesar 5,43%. Sementara rata-rata pertumbuhan ekonomi NTB mencapai 4,23%, yang berarti bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bima masih berada di atas rata-rata provinsi. Secara nasional tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada kisaran 5-6%, terkecuali tahun 2009 yang terendah yaitu sebesar 4,3%. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bima pada tahun 2011 lebih rendah dari laju pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk mengetahui laju pertumbuhan PDRB baik atas harga berlaku maupun harga konstan dapat dilihat pada grafik 2.3. Pertumbuhan PDRB harga berlaku selama berada pada kisaran 11% - 15%. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 15,08%, sementara yang terendah mencapai 11,19% tahun Apabila dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB harga konstan justru pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar 6,48% pada saat pertumbuhan PDRB harga berlaku mencapai 14,9%. Oleh karenanya, tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi (PDRB harga konstan) ditentukan oleh laju pertumbuhan PDRB harga berlaku dan laju inflasi. Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima,

5 Grafik 2.3 Tingkat Pertumbuhan PDRB ADHK/ ADHB Kab. Bima, Untuk mengetahui laju pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi yang merupakan dampak berbagai aktifitas masyarakat di Kabupaten Bima dapat dilihat pada grafik 2.4. berikut : Sumber : Data BPS berbagai edisi (diolah) Grafik 2.4. Pertumbuhan Rata-Rata PDRB Riil Menurut Sektor ( ) Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima,

6 Bila dilihat pertumbuhan rata-rata per sektor selama , maka sektor tersier mencapai 7,07%, sektor sekunder sebesar 5,96% dan sektor primer sebesar 4,31%. Pertumbuhan sektor primer didorong oleh meningkatnya pertumbuhan sektor pertanian dan pertambangan/penggalian. Masih cukup baiknya pertumbuhan sektor pertanian disebabkan meningkatnya nilai pasar dari komodoti tanaman pangan dan hasil perikanan. Sementara pertumbuhan sektor sekunder disebabkan berkembangnya usaha listrik, gas dan air minuman dan usaha bangunan. Di samping itu berkembang pula kegiatan industri pengolahan akibat meningkatnya program pembinaan yang dilakukan oleh dinas terkait yang disertai dukungan dana perbankan dan lembaga keuangan lainnya dalam upaya pengembangan usaha industri. Sedangkan sektor tersier didukung oleh peningkatan permintaan terhadap sektor pengangkutan dan komunikasi dan usaha perdagangan baik skala besar maupun eceran. Di samping itu, berkembang pula jasa pemerintahan, karena selama otonomi daerah terjadi peningkatan dana dan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi suatu wilayah tidak hanya dipengaruhi oleh besarnya peranan masing-masing sektor dalam pembentukan PDRB, tetapi juga dipengaruhi oleh laju pertumbuhan masing-masing sektor yang mempunyai peranan yang cukup besar. Selama lima tahun terakhir rata-rata pertumbuhan tertinggi berada pada sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan laju pertumbuhan sebesar 7,09 persen per-tahun, sedangkan terendah ditempati oleh sektor industri pengolahan yang hanya tumbuh sebesar 3,08 persen. Selain sektor pertanian dan sektor jasa-jasa, rata-rata laju pertumbuhan semua sektor berada diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bima. Dengan demikian dapat diketahui bahwa pendorong utama peningkatan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bima selama lima tahun terakhir adalah sektor perdagangan dan jasa. Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima,

7 Sumber : Data BPS berbagai edisi (diolah) Grafik 2. 5 Trend Pertumbuhan PDRB Riil Menurut Sektor Primer, Sekunder dan Tersier, Memperhatikan laju pertumbuhan masing-masing sektor, pada tahun sektor sekunder mengalami pertumbuhan tertinggi, diikuti sektor tersier dan sektor primer. Selama periode sektor yang mengalami pertumbuhan yang relatif berfluktuasi agak tinggi dibandingkan sektor lainnya adalah sektor sekunder. Bila dibandingkan ketiga sektor tersebut dari aspek stabilitas pertumbuhan, maka yang paling stabil adalah sektor sekunder diikuti sektor tersier dan sektor primer. Hanya sektor sekunder yang relatif stabil di mana deviasi pertumbuhan hanya mencapai 1,5%. Stabilnya pertumbuhan sekunder dipengaruhi oleh relatif terjaganya ketersediaan input produksi dan permintaan yang terus meningkat terutama hasil industri pengolahan, listrik, gas dan air serta semakin banyak investasi masyarakat maupun pemerintah dalam bangunan. Sementara sektor tersier dipengaruhi perdagangan hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi serta keuangan dan jasa. Di sektor primer pertumbuhannya masih sangat dipengaruhi oleh kondisi alam, musim dan harga input produksi (pupuk, obat dan lainnya) yang dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan. Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima,

8 Sumber : Data BPS Kabupaten Bima (berbagai edisi) Grafik 2. 6 Trend Perkembangan Pendapatan Per Kapita Kabupaten Bima, Pembangunan ekonomi yang digalakkan pemerintah telah menghasilkan Pendapatan per-kapita Kabupaten Bima terus mengalami perkembangan dimana pada tahun 2007 mencapai Rp. 4,82 juta menjadi Rp 7,80 juta pada tahun 2011 atau mengalami pertumbuhan rata-rata 7,75% per tahun. Jadi pada tahun 2011 pendapatan rata-rata masyarakat Kab. Bima per bulan adalah sebesar Rp atau Rp per-hari. Namun dilihat dari Paritas Daya Beli (purchasing power parity) menunjukkan angka yang relatif lebih tinggi dari angka pendapatan per kapita di atas. Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima,

9 Sumber : Data BPS Kabupaten Bima (berbagai edisi) Grafik 2.7 Trend Perkembangan Laju PDRB ADHB dan Indeks Harga Implisit Kabupaten Bima, Dari grafik 2.7 di atas tampak bahwa selama terjadi peningkatan pendapatan riil masyarakat, yang ditunjukkan dengan tingginya laju PDRB ADHB dibandingkan Indeks Harga Implisit. Dibandingkan tahun 2010, terjadi peningkatan pendapatan riil pada tahun 2011 yang ditunjukkan makin lebarnya jarak vertikal (amplitudo) antara Indeks Harga Implisit dengan Laju PDRB atas harga berlaku. Oleh karena itu, upaya pengendalian harga dengan meningkatkan produksi dan penataan sarana transportasi sangat dibutuhkan untuk meningkatkan pendapatan riil masyarakat di masa-masa mendatang. Peranan APBD dalam bentuk pemberian bantuan modal bergulir, bantuan ternak maupun peralatan akan mendukung peningkatan pendapatan masyarakat Struktur Perekonomian Kabupaten Bima Secara umum struktur perekonomian Kabupaten Bima masih didominasi sektor primer, sedangkan peranan sektor sekunder dan tersier masih rendah dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Hal ini dapat dipahami mengingat sebagian besar masyarakat Kabupaten Bima masih menggantungkan mata pencahariannya di sektor pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan). Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima,

10 Tabel 2.1 Share dan Pertumbuhan Share PDRB Menurut Sektor di Kabupaten Bima Atas Dasar Harga Konstan ( ) Lapangan No. Usaha Rerata Primer , , , , ,74 Growth 3,07 6,80 5,02 1,65 5,00 4,13 share 54,53 54,53 54,14 52,64 52,32 growth share -1,43 0,00-0,72-2,77-0,60 (1,10) Sekunder , , , , ,80 Growth 5,94 2,16 7,83 6,84 7,03 5,96 share 9,23 9,23 9,00 9,20 9,32 growth share 1,32 0,00-2,48 2,19 1,32 0,47 Tersier , , , , ,97 Growth 6,53 6,03 8,37 8,25 6,17 7,07 share 36,24 36,24 36,86 38,17 38,36 growth share 1,89 0,00 1,71 3,54 0,51 1,53 Jumalh , , , , ,51 Growth 4,56 6,09 6,49 4,55 5,63 5, Share 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Sumber : Data BPS Kabupaten Bima berbagai edisi (diolah); lihat Lampiran 4 Untuk mengetahui perubahan struktur perekonomian, maka tabel 2.1 di atas dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh perubahan struktur itu terjadi di Kabupaten Bima selama Dengan menggunakan PDRB ADHK telah terjadi perubahan struktural dari sektor primer ke sektor tersier selama kurun waktu tersebut, terlihat dari total pertumbuhan share sebesar 1,53% pada sektor tersier dan Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima,

11 minus 1,10% pada sektor primer dan 0,48% pada sektor sekunder. Peningkatan kontribusi sektor tersier memang disumbang oleh sektor primer dan sektor sekunder. Tabel 2.2 Share dan Pertumbuhan Share PDRB Menurut Sektor di Kabupaten Bima, Atas Dasar Harga Berlaku ( ) No. Lapangan Usaha Rerata Primer , , , , ,92 Growth 11,03 14,31 12,26 9,85 12,96 12,08 share 54,16 53,65 52,35 51,15 51,29 growth share -0,58-0,95-2,43-2,28 0,26 (1,20) 2 Sekunder , , , , ,75 Growth 8,93 9,38 16,27 15,03 14,24 12,77 share 8,77 8,32 8,40 8,60 8,72 growth share -2,47-5,22 1,06 2,33 1,40 (0,58) 3 Tersier , , , , ,68 Growth 13,33 18,43 18,73 15,28 11,95 15,54 share 37,06 38,03 39,25 40,25 39,99 growth share 1,47 2,62 3,19 2,55-0,63 1,84 Jumlah , , , , , 35 Growth 11,68 15,40 15,05 12,41 12,66 13,44 Share 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Data BPS Kabupaten Bima berbagai edisi (diolah); lihat Lampiran 5 Untuk menjelaskan perubahan struktur perekonomian dengan menggunakan harga berlaku, maka tabel 2.3 di atas dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh perubahan struktur itu terjadi di Kabupaten Bima dari Dengan menggunakan PDRB ADHB telah terjadi perubahan struktural dari sektor primer ke sektor tersier selama kurun waktu tersebut, terlihat dari total pertumbuhan share sebesar 1,84% pada sektor tersier dan minus 1,2% pada sektor primer dan minus 0,58% pada sektor sekunder. Peningkatan kontribusi sektor tersier disumbang secara Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima,

12 bersama oleh sektor primer dan sekunder. Namun apabila diperhatikan secara seksama, tampaknya perubahan share tersebut masih sangat kecil dan dapat diduga tidak bermakna secara statistik. Perubahan struktur ekonomi suatu daerah biasanya terjadi secara perlahan, terkecuali terjadi suatu kejadian ekonomi yang luar biasa, seperti mendorong atau mematikan suatu sektor secara besar-besaran. Hingga tahun 2011, perubahan struktur ekonomi Kabupaten Bima yang terjadi kurang berarti (insignificant). Grafik 2.8. Struktur Ekonomi Kabupaten Bima, 2011 Dari diagram di atas sektor primer masih dominan yaitu 51,28% diikuti sektor tersier (jasa) 40,01% dan paling rendah kontribusinya adaalah sektor sekunder sebesar 8,71% Tinjauan dan Analisis Pertumbuhan Ekonomi Secara Sektoral Selama dan Proyeksi Sektor Primer Yang dikelompokkan dalam sektor primer adalah sektor pertanian dan penggalian/pertambangan. Sektor pertanian mengalami pertumbuhan yang menurun dari 1,37% tahun 2010 menjadi 4,91% tahun Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima,

13 Pertumbuhan sektor primer tahun 2011 mencapai 5,00% dan diperkirakan akan mengalami penurunan pada tahun 2012 disebabkan stabilitas keamanan yang terganggu terutama di Kecamatan Lambu dan banjir bandang yang melanda Kecamatan Belo, Woha, Palibelo dan langgudu. Sub sektor tanaman pangan akan mengalami kontraksi sehingga agregat pertumbuhan sektor primer berada pada kisaran 4,3-4,8%. Di samping itu, cuaca ekstrim sangat mempengaruhi produksi di sektor primer Sektor Sekunder ( Industri, LGA dan Bangunan) Pertumbuhan sektor industri pengolahan selama secara berturutturut sebesar 2,36% dan 2,97% yang berarti lebih tinggi dari sektor pertanian. Sektor ini menyumbang 4,91% terhadap total PDRB pada tahun 2011, mengalami kenaikan dibandingkan dari kontribusi tahun sebelumnya 1,37%. Oleh karenanya, masih diperlukan kerja keras untuk membangun industri di Kabupaten Bima guna menggerakkan ekonomi ke depan. Sektor Listrik, Gas dan Air Minum mengalami pertumbuhan meningkat dari 7,59% tahun 2010 turun menjadi 4,92% tahun Adanya penurunan pertumbuhan ini disebabkan masih terbatasnya penambahan kapasitas terpasang baru untuk listrikl, gas dan air minum selama tahun Seandainya PLTU Bonto sudah beroperasi maka pertumbuhan sektor ini dan sektor lainnya akan jauh lebih tinggi lagi. Pertumbuhan positif juga disebabkan adanya terobosan program dari Dinas Pertambangan dan Bappeda untuk Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Kecamatan Tambora dan Generator di beberapa desa terpencil serta Pembangkit listrik tenaga surya. Permintaan listrik selalu mengalami peningkatan kendati ada persolan pada sisi supply yang menyebabkan sektor ini sulit tumbuh mengikuti permintaan masyarakat. Demikian pula dengan air bersih juga meningkat, namun selalu dihadapkan keterbatasan supply karena membutuhkan investasi yang cukup besar. Sektor ini pada tahun 2011 mengalami pertumbuhan yang sama dengan tahun 2010 yakni sebesar 8,72%. Tinggi rendahnya pertumbuhan sektor ini sangat dipengaruhi oleh proyek-proyek fisik pemerintah dan pembangunan sarana/prasarana yang dilakukan oleh swasta/ masyarakat. Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima,

14 Pertumbuhan sektor sekunder tahun 2012 diperkirakan berada pada kisaran 6,5% - 7,3% atau lebih tinggi dari tahun 2011 sebesar 7,02% terutama pada sub sektor Air minum dan bangunan mengingat adanya program pemerintah yang terkait infrastruktur maupun tingginya kemauan masyarakat membangunan rumah maupun bangunan untuk usaha/bisnis Sektor Tersier Sektor jasa yang sangat dominan adalah : sektor perdagangan, sektor perhubungan, keuangan dan jasa- jasa. Sub sektor perdagangan selama mengalami penurunan pertumbuhan dari 8,45% % tahun 2010 menjadi 7,31% tahun Sementara sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami penurunan pertumbuhan dari 5,97% tahun 2010 menjadi 5,37 % tahun Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dari 8,96% tahun 2010 menjadi 8,83% tahun Pada tahun 2011 dan 2012 cukup berkembang sektor keuangan dan perbankan karena beberapa bank semakin memperluas cabangnya di Kabupaten Bima, meskipun sudah memiliki kantor pusat di Kota Bima. Di sektor jasa pemerintahan dan swasta terjadi pertumbuhan menurun dari 9,23% tahun 2010 menjadi 4,45%, yang disebabkan menurunnya belanja dan aktivitas pemerintahan daerah (termasuk instansi vertikal) serta bertambahnya volume kegiatan sosial kemasyarakatan. Meskipun belanja secara absolut meningkat setiap tahunnya, namun pada tahun 2011 peningkatannya tidak setinggi tahun Pertumbuhan sektor ini diperkirakan pada tahun 2012 berada pada kisaran 5,7% - 6,2%. Pertumbuhan sektor tersier tahun 2011 mencapai 6,17% atau lebih tinggi dari tahun 2010 sebesar 8,25.% terutama pada sub sektor perdagangan, bank, transportasi udara dan darat, dan jasa pemerintahan dan sosial kemasyarakatan mengingat tidak adanya kondisi atau situasi yang menyebabkan adanya indikasi perlambatan sektor tersebut Perkembangan Inflasi Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima,

15 Dengan menggunakan Indeks Harga Implisit maka Inflasi dapat dihitung dengan pendekatan produksi untuk Kabupaten Bima. Adapun perkembangan inflasi seperti pada grafik berikut. Sumber : Data BPS Kab. Bima dan Provinsi, berbagai edisi Grafik 2.9 Trend Inflasi di Kabupaten Bima Selama Berdasarkan grafik 2.9 inflasi terendah di Kabupaten Bima terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 6,34% dan tertinggi pada tahun 2008 sebesar 8,60%. Laju inflasi selama periode berkisar antara 6% - 8%. Rata- rata inflasi selama adalah sebesar 7,41%. Dengan demikian, kisaran inflasi di Kabupaten Bima relatif moderat karena masih berada dibawah 10% per tahun. Berdasarkan hasil survei dan laporan Kajian Ekonomi Regional Bank Indonesia Mataram Triwulan IV (2011) laju inflasi di Kabupaten Bima tidak terlepas dari inflasi di Kota Bima, karena sebagian besar kebutuhan masyarakat Kabupaten Bima didatangkan dari Kota Bima untuk barang-barang perdagangan. Inflasi terjadi karena kenaikan pada awal triwulan masih belum tiba musim panen, sehingga harga beras dan komponen bahan makanan jadi relatif besar. Inflasi Kota Bima (KER, 2011; 2012) berturut- turut sebesar 7,19% tahun 2011 dan 7,22% tahun Adanya perbedaan inflasi kota bima dan kabupaten bima disebabkan karena kenaikan harga di kota bima lebih tinggi dari kabupaten bima mengingat sebagian besar hasil produksi/komoditi bersumber dari kabupaten bima. Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima,

16 Kenaikan inflasi dipengaruhi juga dipengaruhi oleh kebijakan nasional seperti kenaikan tarif dasar listrik, telepon, harga minyak, gaji PNS dan lainnya. Inflasi yang disebabkan oleh kebijakan nasional baik berkaitan dengan sektor riil maupun kebijakan moneter yang dilakukan Bank Sentral pada prinsipnya tidak dapat ditanggulangi oleh Pemerintah Daerah baik Kabupaten/Kota maupun provinsi. Pada tahun 2011 dan 2012 Pemerintah Kabupaten Bima melakukan upaya stabilisasi harga melalui Operasi pasar murah (Gula Pasir), minyak goreng, minyak tanah, bazaar harga murah di beberapa Kecamatan Tantangan dan Prospek Perekonomian 2012 Masalah ekonomi sesungguhnya tidak pernah berubah dari waktu ke waktu. Hanya yang mengalami perubahan dan dinamika adalah tantangan yang selalu berbeda dari waktu ke waktu Tantangan Beberapa tantangan perekonomian Kabupaten Bima Tahun 2012 ke depan : 1. Situasi keamanan yang kurang kondusif selama tahun 2012 pasca penolakan ijin tambang emas di Kecamatan Lambu. Demonstrasi yang semakin meluas di beberapa wilayah di Kabupaten Bima. 2. Kondisi cuaca dan iklim yang tidak bersahabat dan berbagai bencana alam yang terjadi di Bima maupun daerah lain. 3. Belum berkembangnya calon pengusaha baru yang profesional dan inovatif. 4. Belum optimalnya peran dan fungsi lembaga ekonomi seperti Koperasi dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam menggerakkan kegiatan ekonomi produktif. 5. Masih terbatasnya investor yang bergerak dalam industri/usaha padat tenaga kerja. 6. Belum tertanganinya secara optimal usaha mikro, kecil dan menengah oleh pemerintah melalui fasilitasi dan pembinaan. 7. Tingkat efektivitas program APBD yang masih harus ditingkatkan guna menurunkan angka kemiskinan. Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima,

17 Prospek Perekonomian 2012 Ada beberapa kebijakan, peluang investasi serta kondisi lingkungan eksternal yang akan mempengaruhi prospek perekonomian Kabupaten Bima selama 2012 antara lain sebagai berikut : 1. Kebijakan dan program percepatan pembangunan infrastruktur baik jalan, jembatan, bendungan, dan jaringan telekomunikasi yang memudahkan perdagangan barang /jasa terutama pada beberapa wilayah potensial dan terisolir, seperti wilayah Langgudu,Tambora dan Sanggar. 2. Mulai beroperasinya Bandara Internasional Lombok (BIL) tahun 2011 yang diharapkan dapat dimanfaatkan untuk peningkatan volume perdagangan dan aktivitas ekonomi antar pulau. 3. Semakin tumbuh dan berkembangnya lembaga keuangan baik bank maupun non bank yang membuka peluang akses kredit bagi masyarakat ekonomi lemah dan telah menjangkau desa dan kecamatan. 4. Semakin berkembangnya Kota Bima sebagai pusat pertumbuhan yang akan mendorong berkembangnya sektor pertanian pada Kabupaten Bima sebagai penyedia kebutuhan masyarakat kota (hinterland). Analisis dan Tinjauan Perekonomian Kabupaten Bima,

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari pulau-pulau yang memiliki penduduk yang beraneka ragam, dengan latar

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Subang

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 08/07/1205/Th. VI, 06 Oktober 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara yang diukur

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No.38/08/12/Th.VII, 6 Agustus 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN II-2012 Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II-2012 secara triwulanan (q-to-q) mencapai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur 57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara

Lebih terperinci

8.1. Keuangan Daerah APBD

8.1. Keuangan Daerah APBD S alah satu aspek pembangunan yang mendasar dan strategis adalah pembangunan aspek ekonomi, baik pembangunan ekonomi pada tatanan mikro maupun makro. Secara mikro, pembangunan ekonomi lebih menekankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Lokasi 1. Kondisi Fisik Nusa Tenggara Barat a. Peta wilayah Sumber : Pemda NTB Gambar 4. 1 Peta Provinsi Nusa Tenggara Barat b. Konsisi geografis wilayah Letak dan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD 2.1. Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD Dalam penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBD ini, perhatian atas perkembangan kondisi perekonomian Kabupaten Lombok

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN No.10/02/75/Th.VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 7,71 PERSEN Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo tahun yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Majalengka GAMBAR 4.1. Peta Kabupaten Majalengka Kota angin dikenal sebagai julukan dari Kabupaten Majalengka, secara geografis terletak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,08 PERSEN No. 11/02/61/Th. XVII, 5 Februari 2014 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 No. 06/08/62/Th. V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah triwulan I-II 2011 (cum to cum) sebesar 6,22%. Pertumbuhan tertinggi pada

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

3. Kondisi Ekonomi Makro Daerah

3. Kondisi Ekonomi Makro Daerah Data capaian IPM Kabupaten Temanggung tahun 2013 belum dapat dihitung karena akan dihitung secara nasional dan akan diketahui pada Semester II tahun 2014. Sedangkan data lain pembentuk IPM diperoleh dari

Lebih terperinci

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN SEBESAR 5,40 PERSEN Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama tahun

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

Analisis Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Analisis Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Analisis Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 4.1. Pendapatan Daerah 4.1.1. Pendapatan Asli Daerah Sejak tahun 2011 terdapat beberapa anggaran yang masuk dalam komponen Pendapatan Asli Daerah yaitu Dana

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No.51/11/12/Th.VII, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III-2012 Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan III-2012 secara triwulanan (q-to-q)

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 BPS PROVINSI DKI JAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 No. 08/02/31/Th. XI, 16 Februari 2009 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan IV tahun 2008 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011 No. 06/05/62/Th.V, 5 Mei 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I-2011 PDRB Kalimantan Tengah Triwulan I-2011 dibanding Triwulan yang sama tahun 2010 (year on year) mengalami pertumbuhan sebesar

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No.21/05/12/Th.VII, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN I-2012 Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan I-2012 secara triwulanan (q-to-q) mencapai

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 No.11/02/63/Th XVII, 5 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2012 tumbuh sebesar 5,73 persen, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor konstruksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat diperlukan pertumbuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 13/02/52/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 TUMBUH 5,06 PERSEN Perekonomian Provinsi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 01/08/1205/Th. VIII, 16 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH No.12/02/33/Th.VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN PDRB JAWA TENGAH TAHUN 2012 MENCAPAI 6,3 PERSEN Besaran PDRB Jawa Tengah pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku mencapai

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/05/72/Thn XIV, 25 Mei 2011 PEREKONOMIAN SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2011 MENGALAMI KONTRAKSI/TUMBUH MINUS 3,71 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 BPS KABUPATEN SIMALUNGUN No. 01/08/1209/Th. XII, 1 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Simalungun tahun 2012 sebesar 6,06 persen mengalami percepatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah memiliki kaitan erat dengan demokratisasi pemerintahan di tingkat daerah. Agar demokrasi dapat terwujud, maka daerah harus memiliki kewenangan yang lebih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tersebut. Tahun 2010, laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten. Regional Bruto Angka Dasar Harga Konstan (PDRB ADHK) Kabupaten

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tersebut. Tahun 2010, laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten. Regional Bruto Angka Dasar Harga Konstan (PDRB ADHK) Kabupaten BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi sering digunakan sebagai salah satu indikator penting dalam mengkaji ekonomi suatu daerah, apabila semakin tinggi angka pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 08/08/Th.IV, 3 Agustus 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN Ekonomi Kabupaten Ngada pada tahun 2011 tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan kekayaan hayati yang melimpah, hal ini memberikan keuntungan bagi Indonesia terhadap pembangunan perekonomian melalui

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 31/05/52/Th XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2017 EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I-2017 MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 08/02/Th.XVII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN IV TAHUN Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan IV- secara triwulanan (q-to-q) mencapaai

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013 BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH No. 1/8/124/Th. XIII, 25 Agustus 214 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 213 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 213 sebesar 6,85 persen mengalami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 23/05/61/Th. XIII, 10 Mei 2010 PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I TAHUN 2010 Kinerja perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan I-2010 dibandingkan triwulan IV-2009,

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Analisis struktur perekonomian kota Depok sebelum dan sesudah otonomi daerah UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: HARRY KISWANTO NIM F0104064 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur tahun 2013 tidak terlepas dari arah kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 No. 06/02/62/Th. VI, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah tahun 2011 (kumulatif tw I s/d IV) sebesar 6,74 persen.

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 08/02/34/Th. XI, 16 Februari 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 38/08/61/Th. XIII, 5 Agustus 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN II TAHUN 2010 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kalimantan Barat triwulan II-2010 menurun

Lebih terperinci

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011 BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011 7.1. Kondisi Wilayah Maluku Saat Ini Perkembangan terakhir pertumbuhan ekonomi di wilayah Maluku menunjukkan tren meningkat dan berada di atas pertumbuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 47/11/34/Th. XIII, 7 November 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan permasalahan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek

BAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi ekonomi merupakan dunia kegiatan dan keterkaitan perekonomian. Kegiatan-kegiatan perekonomian tidak lagi sekedar nasional tapi bahkan internasional, bukan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013 i ANALISIS PENDAPATAN REGIONAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 ii KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas terbitnya publikasi Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012 BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH No. 01/07/1204/Th. XII, 5 Juli 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2012 sebesar 6,35 persen mengalami

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN II TAHUN No. 37/08/Th.XVII, 5 Agustus Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II- secara triwulanan (q-to-q) mencapai 0,97

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 12/02/52/Th.X, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2016 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TUMBUH 5,82 PERSEN Sampai dengan triwulan IV-2016 perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Kerangka ekonomi makro dan pembiayaan pembangunan Kabupaten Sleman memuat tentang hasil-hasil analisis dan prediksi melalui metode analisis ekonomi

Lebih terperinci

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto Kabupaten Penajam Paser Utara Dalam Angka 2011 258 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam bab ini disajikan data dalam bentuk tabel dan grafik dengan tujuan untuk mempermudah evaluasi terhadap data

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN BPS PROVINSI MALUKU No. 01/05/81/Th.XV, 05 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN PDRB Maluku pada triwulan IV tahun 2013 bertumbuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Analisis regresi menjadi salah satu bagian statistika yang paling banyak aplikasinya. Analisis regresi memberikan keleluasaan untuk menyusun model hubungan atau pengaruh

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 09/02/61/Th. XIII, 10 Februari 2010 PEREKONOMIAN KALIMANTAN BARAT TAHUN 2009 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2009 meningkat 4,76 persen dibandingkan

Lebih terperinci