BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV. Nilai Rata-rata < Belum Tuntas 52, Tuntas Jumlah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBELAJARAN Pelaksanaan Tindakan Kondisi Awal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Belajar IPA Kelas I Pra Siklus BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan Tindakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Dukuh 03 Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

siswa kurang memahami materi yang disampaikan guru,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 4.1 Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SD Negeri Tunggulsari Semester I/ Pra Siklus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Administrasi Perkantoran SMK Kristen Salatiga, peneliti berhasil

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembelajaran berlangsung 2 x 35 menit, selama 2 x pertemuan yang diikuti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Skor Ketuntasan Jumlah Siswa Presentase (%) < 90 Tidak Tuntas 22 88% 90 Tuntas 3 12% Jumlah %

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Penelitian 4.1.1. Pelaksanaan Pra Siklus Pada pra siklus, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi awal dengan tujuan untuk mengetahui hasil pembelajaran sebelum dilakukan tindakan dengan menggunakan model pembelajaran generatif. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan bisa terlihat dari nilai ulangan hasil evaluasi peserta didik pada mata pelajaran matematika. Siswa yang memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM 65) sebanyak 14 siswa dengan persentase 58%, sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 10 siswa dengan persentase 42%. Hal itu membuktikan bahwa dimana sebagian besar peserta didik memperoleh nilai di bawah KKM. Ada beberapa hal yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar matematika. Pertama, guru dalam mengajarkan konsep matematika masih menggunakan model yang konvensional (ceramah) dan sumber belajar guru hanya buku paket. Kedua, siswa kurang tertarik pada saat pembelajaran matematika berlangsung. Ketiga, suasana kelas cenderung ramai menyebabkan siswa tidak fokus dalam kegiatan pembelajaran terutama penjelasan materi yang diberikan oleh guru. Dengan kondisi seperti itu maka peneliti merasa perlu mengadakan tindakan pembelajaran untuk membantu meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 SD Negeri Candirejo 02 pada mata pelajaran matematika pokok bahasan menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah. 4.1.2. Pelaksanaan Siklus I 1) Tahap perencanaan tindakan Siklus I terdiri dari 3 kali pertemuan, setiap pertemuan masing-masing berlangsung selama 2 x 35 menit atau 2 jam pelajaran. Sebelum melaksanakan penelitian siklus I peneliti perlu membuat perencanaan sebelum melakukan tindakan. Pada Siklus I persiapan yang dilakukan oleh peneliti adalah: a) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) siklus I. 37

38 b) Menyiapkan soal tes. c) Menyiapkan alat peraga pembelajaran yang diperlukan. d) Menyiapkan lembar penilaian. e) Menyusun lembar observasi sebagai panduan bagi observer dalam mengobservasi dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran 2) Tahap pelaksanaan tindakan Pelaksanaan dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah disusun yaitu: Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 05 April 2014 pada jam pertama dengan kompetensi dasar menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan. Indikatornya menghitung penjumlahan berbagai bentuk pecahan. Pada kegiatan awal, guru membuka pelajaran dengan salam, berdoa, mengabsen siswa, dan menata kesiapan belajar siswa. Guru melakukan apersepsi dengan menyanyikan lagu sepotong kertas berputar-putar, ini milikku dan ini milikmu. Pada kegiatan inti, guru menuliskan topik tentang penjumlahan pecahan. Setelah itu guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai pecahan selanjutnya guru melakukan demonstrasi penjumlahan pecahan menggunakan kertas lipat. Kemudian siswa mengamati gejala yang muncul dari demostrasi yang dilakukan guru. Selanjutnya guru menjelaskan gejala dari demonstrasi mengenai penjumlahan pecahan. Setelah itu guru memberikan persoalan sejenis untuk diselesaikan siswa. Selanjutnya siswa maju ke depan untuk menjawab persoalan yang diberikan. Setelah siswa sudah bisa mengerjakan persoalan sejenis kemudian guru memberikan persoalan dengan konteks yang berbeda untuk diselesaikan oleh siswa. Setelah itu siswa mengerjakan persoalan yang diberikan. Pada kegiatan akhir, guru bersama siswa berdiskusi mengenai konsep yang telah dipelajari. Setelah itu guru menutup pelajaran. Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 06 April 2014 pada jam pertama dengan kompetensi dasar menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan. Indikatornya menghitung pengurangan berbagai bentuk pecahan dan menghitung operasi hitung campuran berbagai bentuk pecahan.

39 Pada kegiatan inti, guru menuliskan topik tentang pengurangan pecahan. Setelah itu guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai pecahan selanjutnya guru melakukan demonstrasi pengurangan pecahan menggunakan kertas lipat. Kemudian siswa mengamati gejala yang muncul dari demostrasi yang dilakukan guru. Selanjutnya guru menjelaskan gejala dari demonstrasi mengenai penjumlahan pecahan. Setelah itu guru memberikan persoalan sejenis untuk diselesaikan siswa. Selanjutnya siswa maju ke depan untuk menjawab persoalan yang diberikan. Setelah siswa sudah bisa mengerjakan persoalan sejenis kemudian guru memberikan persoalan dengan konteks yang berbeda untuk diselesaikan oleh siswa. Setelah itu siswa mengerjakan persoalan yang diberikan. Pada kegiatan akhir, guru bersama siswa berdiskusi mengenai konsep yang telah dipelajari. Setelah itu guru menutup pelajaran. Pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 7 April 2014 pada jam pertama. Pada pertemuan ketiga, pembelajaran dimulai dengan doa. Sebelum membagikan soal evaluasi guru melakukan review dan tanya jawab dengan siswa. Setelah itu guru membagikan soal evaluasi kepada siswa. Kemudian siswa mengerjakan soal evaluasi. Saat kegiatan evaluasi masih terdapat beberapa siswa yang kurang percaya diri dengan jawabannya sendiri namun guru menegaskan kembali untuk tidak mencontek atau membuka catatan. 3) Observasi siklus I Observasi siklus I diambil saat proses kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti selaku observer mengawasi jalanya pembelajaran melalui lembar observasi yang telah disediakan. Lembar observasi ada 2 yaitu lembar observasi guru dan lembar observasi siswa. Observasi digunakan untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan sintaks model pembelajaran generatif dalam kegiatan pebelajaran. Data hasil observasi guru dan observasi siswa dapat dilihat pada tabel 6 berikut. Tabel 6 Hasil Observasi Guru dan Siswa Siklus 1 Pertemuan Hasil Observasi

40 Guru Siswa Jumlah Skor Kriteria Jumlah Skor Kriteria (skor maks 88) (skor maks 84) 1 59 C (Cukup) 55 C (Cukup) 2 67 B (Baik) 63 B (Baik) Dilihat dari data tabel 6, untuk siklus I observasi yang dilakukan oleh observer dapat disimpulkan bahwa pada pertemuan 1 pembelajaran menggunakan pembelajaran generatif yang diterapkan oleh guru memperoleh jumlah point 59 dengan kategori C (Cukup) hal ini dikarenakan guru belum terbiasa menggunakan pembelajaran generatif walaupun guru sudah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan pembelajaran generatif, tetapi masih ada beberapa langkah yang terlewati lupa diajarkan oleh guru. Observasi terhadap siswa dalam penggunaan model pembelajaran generatif yang dilakukan oleh observer dapat disimpulkan bahwa pada pertemuan 1 pembelajaran menggunakan pembelajaran generatif yang diterapkan pada siswa memperoleh jumlah 55 dengan kategori C (cukup), hal ini dikarenakan siswa masih canggung dan masih malu-malu mengeluarkan pendapatnya. Observasi yang diperoleh pada pertemuan 2 yang dilakukan oleh observer dapat disimpulkan bahwa pertemuan 2 pembelajaran menggunakan model pembelajaran generatif yang diterapkan oleh guru, memperoleh jumlah 67 dengan kategori B (Baik). Ada sedikit peningkatan dibandingkan dengan pertemuan pertama, hal ini dikarenakan guru mulai terbiasa menggunakan pembelajaran generatif jadi langkah-langkah pembelajaran generatif hanya beberapa saja yang terlewati oleh guru. Sedangkan observasi siswa yang dilakukan oleh observer dapat disimpulkan bahwa pada pertemuan 2 pembelajaran menggunakan model pembelajaran generatif yang diterapkan oleh siswa memperoleh jumlah 63 dengan kategori B (Baik), hal ini sudah cukup meningkat dari pertemuan sebelumnya, siswa mulai memahami pembelajaran menggunakan model pembelajaran generatif sehingga siswa mulai berani memberikan pendapatnya walaupun hanya beberapa.

41 4) Refleksi siklus I Berdasarkan observasi pada pertemuan pertama, pertemuan kedua, dan pertemuan ketiga pada siklus I secara keseluruhan hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut: 1. Hambatan 1) Guru saat mengajar menggunakan pembelajaran generatif masih saja ada langkah-langkah yang terlupakan oleh guru. 2) Siswa masih tidak percaya diri dalam memberikan pendapatnya. 3) Masih banyak siswa yang belum bisa mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. 2. Solusi 1) Guru perlu diberi pengarahan agar tidak ada lagi langkah-langkah pembelajaran generatif yang terlewati. 2) Guru harus lebih memotivasi siswa agar percaya diri dalam memberikan pendapatnya. 3) Siswa perlu di drill soal latihan supaya siswa yang masih belum bisa mengerjakan soal yang diberikan guru menjadi berkurang. 4.1.3. Pelaksanaan Siklus II 1) Tahap perencanaan tindakan Pada perencanaan siklus II dipersiapkan sesuai dengan hasil refleksi siklus I. Siklus II terdiri dari 3 kali pertemuan, setiap pertemuan masing-masing berlangsung selama 2 x 35 menit atau 2 jam pelajaran. Sebelum melaksanakan penelitian siklus II peneliti perlu membuat perencanaan sebelum melakukan tindakan. Pada Siklus I persiapan yang dilakukan oleh peneliti adalah: a) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) siklus II. b) Menyiapkan soal tes. c) Menyiapkan alat peraga pembelajaran yang diperlukan. d) Menyiapkan lembar penilaian. e) Menyusun lembar observasi sebagai panduan bagi observer dalam mengobservasi dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran.

42 2) Tahap pelaksanaan tindakan Pelaksanaan dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah disusun yaitu: Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 09 April 2014 pada jam pertama dengan kompetensi dasar mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan. Indikatornya menghitung perkalian berbagai bentuk pecahan. Pada kegiatan awal, guru membuka pelajaran dengan salam, berdoa, mengabsen siswa, dan menata kesiapan belajar siswa. Guru melakukan apersepsi dengan menyanyikan lagu sepotong kertas berputar-putar, ini milikku dan ini milikmu. Pada kegiatan inti, guru menuliskan topik tentang pecahan dan melibatkan siswa dalam diskusi untuk menggali pemahaman siswa tentang topik pecahan. Setelah itu guru diajak untuk mengungkapkan pemahaman dan pengalaman mereka dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan topik pecahan. Kemudian siswa diminta mengomentari pendapat teman sekelas dan membandingkannya dengan pendapat sendiri. Selanjutnya guru mengajak siswa untuk mengemukakan fenomena atau gejala-gejala yang diperkirakan muncul dari suatu peristiwa yang akan didemonstrasikan. Setelah itu siswa diberi kesempatan mengemukakan alasan untuk mendukung dugaan mereka dan diajak untuk menanggapi pendapat teman satu kelas mereka yang berbeda dari pendapat sendiri. Selanjutya guru mencatat dan mengelompokkan dugaan-dugaan siswa. Kemudian guru mempertentangkan pendapat-pendapat yang berbeda itu. Setelah itu guru melaksanakan demonstrasi perkalian pecahan menggunakan kertas lipat dan meminta siswa untuk mengamati dengan seksama. Siswa diberi kesempatan untuk mencerna apa yang mereka amati sehingga siswa akan mengalami konflik kognitif dalam pikirannya. Kemudian barulah guru menayakan apakah gejala yang mereka amati itu sesuai atau tidak dengan pikiran mereka. kemudian guru membantu siswa dengan mengusulkan alternatif tafsiran menurut ilmuwan dan menunjukkan bahwa pandangan yang guru usulkan dapat menjelaskan secara koheren gejala yang mereka amati. Setelah itu siswa diberikan beberapa persoalan sejenis dan menyarankan siswa menjawabnya dengan pandangan alternatif yang diusulkan guru. Dengan begitu, diharapkan siswa mulai

43 mereorganisasi kerangka berpikir mereka dengan melakukan perubahan struktur dan hubungan antar konsep-konsep. Kemudian guru memberikan berbagai persoalan dengan konteks yang berbeda untuk diselesaikan oleh siswa dengan kerangka konsep yang telah mengalami rekonstruksi. Selanjutnya guru memberikan latihan secara terus menerus sampai siswa itu dapat menyelesaikan persoalan. Setelah itu guru bersama siswa berdiskusi untuk menilai kembali kerangka kerja konsep yang telah siswa dapatkan. Pada kegiatan akhir guru bersama siswa berdiskusi mengenai konsep yang telah dipelajari. Setelah itu guru menutup pelajaran. Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 10 April 2014 pada jam pertama dengan kompetensi dasar mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan. Indikatornya menghitung pembagian berbagai bentuk pecahan dan menghitung operasi hitung campuran berbagai bentuk pecahan. Pada kegiatan awal, guru membuka pelajaran dengan salam, berdoa, mengabsen siswa, dan menata kesiapan belajar siswa. Pada kegiatan inti, guru menuliskan topik tentang pecahan dan melibatkan siswa dalam diskusi untuk menggali pemahaman siswa tentang topik pecahan. Setelah itu guru diajak untuk mengungkapkan pemahaman dan pengalaman mereka dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan topik pecahan. Kemudian siswa diminta mengomentari pendapat teman sekelas dan membandingkannya dengan pendapat sendiri. Selanjutnya guru mengajak siswa untuk mengemukakan fenomena atau gejala-gejala yang diperkirakan muncul dari suatu peristiwa yang akan didemonstrasikan. Setelah itu siswa diberi kesempatan mengemukakan alasan untuk mendukung dugaan mereka dan diajak untuk menanggapi pendapat teman satu kelas mereka yang berbeda dari pendapat sendiri. Selanjutya guru mencatat dan mengelompokkan dugaan-dugaan siswa. Kemudian guru mempertentangkan pendapat-pendapat yang berbeda itu. Setelah itu guru melaksanakan demonstrasi perkalian pecahan menggunakan kertas lipat dan meminta siswa untuk mengamati dengan seksama. Siswa diberi kesempatan untuk mencerna apa yang mereka amati sehingga siswa akan mengalami konflik kognitif dalam pikirannya. Kemudian barulah guru menayakan

44 apakah gejala yang mereka amati itu sesuai atau tidak dengan pikiran mereka. kemudian guru membantu siswa dengan mengusulkan alternatif tafsiran menurut ilmuwan dan menunjukkan bahwa pandangan yang guru usulkan dapat menjelaskan secara koheren gejala yang mereka amati. Setelah itu siswa diberikan beberapa persoalan sejenis dan menyarankan siswa menjawabnya dengan pandangan alternatif yang diusulkan guru. Dengan begitu, diharapkan siswa mulai mereorganisasi kerangka berpikir mereka dengan melakukan perubahan struktur dan hubungan antar konsep-konsep. Kemudian guru memberikan berbagai persoalan dengan konteks yang berbeda untuk diselesaikan oleh siswa dengan kerangka konsep yang telah mengalami rekonstruksi. Selanjutnya guru memberikan latihan secara terus menerus sampai siswa itu dapat menyelesaikan persoalan. Setelah itu guru bersama siswa berdiskusi untuk menilai kembali kerangka kerja konsep yang telah siswa dapatkan. Pada kegiatan akhir guru bersama siswa berdiskusi mengenai konsep yang telah dipelajari. Setelah itu guru menutup pelajaran. Pertemuan ketiga dilaksanakan pada tanggal 11 April 2014 pada jam pertama. Pada pertemuan ketiga, pembelajaran dimulai dengan doa. Sebelum membagikan soal evaluasi guru melakukan review dan tanya jawab dengan siswa. Setelah itu guru membagikan soal evaluasi kepada siswa. Kemudian siswa mengerjakan soal evaluasi. Saat kegiatan evaluasi masih terdapat beberapa siswa yang kurang percaya diri dengan jawabannya sendiri namun guru menegaskan kembali untuk tidak mencontek atau membuka catatan. 3) Observasi siklus II Observasi siklus II diambil saat proses kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti selaku observer mengawasi jalanya pembelajaran melalui lembar observasi yang telah disediakan. Lembar observasi ada 2 yaitu lembar observasi guru dan lembar observasi siswa. Observasi digunakan untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan sintaks model pembelajaran generatif dalam kegiatan pebelajaran. Data hasil observasi guru dan observasi siswa dapat dilihat pada tabel 7 berikut.

45 Tabel 7 Hasil Observasi Guru dan Siswa Siklus II Pertemuan Hasil Observasi Guru Siswa Jumlah Skor Kriteria Jumlah Skor Kriteria (skor maks 88) (skor maks 84) 1 74 B (Baik) 69 B (Baik) 2 80 A (Sangat A (Sangat 76 baik) baik) Dilihat dari data tabel 7, untuk siklus II observasi yang dilakukan oleh observer dapat disimpulkan bahwa pada pertemuan 1 pembelajaran menggunakan pembelajaran generatif yang diterapkan oleh guru memperoleh jumlah point 74 dengan kategori B (Baik) hal ini dikarenakan guru sudah bisa menggunakan pembelajaran generatif. Observasi terhadap siswa dalam penggunaan model pembelajaran generatif yang dilakukan oleh observer dapat disimpulkan bahwa pada pertemuan 1 pembelajaran menggunakan pembelajaran generatif yang diterapkan pada siswa memperoleh jumlah 69 dengan kategori B (Baik), hal ini dikarenakan siswa mulai terbiasa belajar sesuai pembelajaran generatif. Observasi yang diperoleh pada pertemuan 2 yang dilakukan oleh observer dapat disimpulkan bahwa pertemuan 2 pembelajaran menggunakan model pembelajaran generatif yang diterapkan oleh guru, memperoleh jumlah 80 dengan kategori A (Sangat baik). Ada peningkatan dibandingkan dengan pertemuan pertama, hal ini dikarenakan guru sudah bisa menggunakan pembelajaran generatif. Sedangkan observasi siswa yang dilakukan oleh observer dapat disimpulkan bahwa pada pertemuan 2 pembelajaran menggunakan model pembelajaran generatif yang diterapkan oleh siswa memperoleh jumlah 76 dengan kategori A (Sangat baik), ini berarti meningkat dari pertemuan sebelumnya, hal ini dikarenakan siswa sudah terbiasa belajar sesuai pembelajaran generatif sehingga siswa sudah berani memberikan pendapatnya.

46 4) Refleksi siklus II Berdasarkan observasi pada pertemuan pertama, pertemuan kedua, dan pertemuan ketiga pada siklus II secara keseluruhan hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus II adalah sebagai berikut: a) Hambatan 1) Guru saat memberikan drill soal latihan kepada siswa membutuhkan waktu yang lama sehingga menghabiskan alokasi waktu. 2) Siswa membutuhkan waktu yang lama untuk mengerjakan drill soal b) Solusi latihan yang diberikan guru. 1) Guru perlu menambahkan alokasi waktu untuk melakukan drill soal latihan. 2) Siswa harus lebih cepat dalam mengerjakan drill soal latihan. 4.2. Hasil Penelitian analisis data. Pada hasil penelitian yang akan dibahas mencakup deskripsi data dan 4.2.1. Deskripsi Data 4.2.1.1. Deskripsi Data Siklus I Setelah pembelajaran menggunakan model pembelajaran generatif yang terdiri dari 3 x pertemuan pada siklus I diperoleh hasil belajar pada akhir siklus I pada pertemuan ketiga seperti pada tabel 8 berikut ini. Tabel 8 Distribusi Frekwensi Hasil Belajar Matematika Siklus I Siswa Kelas 5 SD Negeri Candirejo 02 Semester 2/2013-2014 No. Rentang Nilai Frekuensi Persentase 1 25 38 1 4 % 2 39 52 2 8 % 3 53 66 10 42 % 4 67 80 10 42 %

47 5 81 95 1 4 % Jumlah 24 100% Dari keterangan pada tabel 8 dapat dilihat dalam gambar 3 grafik distribusi frekwensi hasil belajar matematika siklus I. 12 Siklus I 10 8 6 4 2 0 10 10 1 2 1 25 38 39 52 53 66 67 80 81 95 Gambar 3 Grafik Distribusi Frekwensi Hasil Belajar Matematika Siklus I 4.2.1.3. Deskripsi Data Siklus II Setelah pembelajaran menggunakan model pembelajaran generatif yang terdiri dari 3 x pertemuan pada siklus II diperoleh hasil belajar pada akhir siklus 1 pada pertemuan ketiga seperti pada tabel 9 berikut ini. Tabel 9 Distribusi Frekwensi Hasil Belajar Matematika Siklus II Siswa Kelas 5 SD Negeri Candirejo 02 Semester 2/2013-2014 No. Rentang Nilai Frekuensi Persentase 1 45 54 2 8,4 % 2 55 64 0 0 % 3 65 74 8 33,3 % 4 75 84 8 33,3 %

48 5 85 95 6 25 % Jumlah 24 100% Dari keterangan pada tabel 9 dapat dilihat dalam gambar 4 grafik distribusi frekwensi hasil belajar matematika siklus II. 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Siklus II 8 8 6 2 0 45 54 55 64 65 74 75 84 85 95 Gambar 4 Grafik Distribusi Frekwensi Hasil Belajar Matematika Siklus II 4.2.2. Analisis Data 4.2.2.1. Analisis Ketuntasan 1) Analisis Ketuntasan Siklus I Berdasarkan data hasil belajar siklus I pada mata pelajaran matematika yang dibandingkan dengan skor KKM apabila dianalisa berdasarkan ketuntasan belajar dapat disajikan dalam bentuk tabel 10 berikut ini. Tabel 10 Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siklus I Siswa Kelas 5 SD Negeri Candirejo 02 Semester 2/2013-2014 No. Ketuntasan Belajar Jumlah Persentase 1 Tuntas 13 54 % 2 Belum Tuntas 11 46 %

49 Rata-rata 63,33 Maksimum 95 Minimum 25 Berdasarkan tabel 10 terlihat bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari (KKM 65) sebanyak 11 siswa dengan persentase 46%. Sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 13 siswa dengan persentase 54%. Ketuntasan belajar siswa pada tabel 10 dapat dilihat pada gambar 5. Siklus I Belum Tuntas 46% Tuntas 54% Gambar 5 Persentase Ketuntasan Belajar Siklus I 2) Analisis Ketuntasan Siklus II Berdasarkan data hasil belajar siklus II pada mata pelajaran matematika yang dibandingkan dengan skor KKM apabila dianalisa berdasarkan ketuntasan belajar dapat disajikan dalam bentuk tabel 11 berikut ini. Tabel 11 Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siklus II Siswa Kelas 5 SD Negeri Candirejo 02 Semester 2/2013-2014 No. Ketuntasan Belajar Jumlah Persentase 1 Tuntas 22 92 %

50 2 Belum Tuntas 2 8 % Rata-rata 74,79 Maksimum 74 Minimum 45 Berdasarkan tabel 11 terlihat bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari (KKM 65) sebanyak 2 siswa dengan persentase 8%. Sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 22 siswa dengan persentase 92%. Ketuntasan belajar siswa pada tabel 11 dapat dilihat pada gambar 6. Belum Tuntas 8% Siklus II Tuntas 92% Gambar 6 Persentase Ketuntasan Belajar Siklus II 4.2.2.2. Analisis Komparatif Berdasarkan hasil analisis ketuntasan akan dianalisis menggunakan analisis komparatif yaitu membandingkan analisis ketuntasan pra siklus, analisis ketuntasan siklus I, dan analisis ketuntasan siklus II. Analisis komparatif dapat disajikan dalam bentuk tabel 12 berikut ini. Tabel 12 Analisis Komparatif Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SD Negeri Candirejo 02 Semester 2/2013-2014

51 No. Ketuntasan Belajar Pra Siklus Siklus I Siklus II F % f % F % 1 Tuntas 10 42 % 13 54 % 22 92 % 2 Belum Tuntas 14 58 % 11 46 % 2 8 % Rata-rata 62,88 63,33 74,79 Maksimum 92 95 95 Minimum 32 25 45 Berdasarkan tabel 12 terlihat bahwa ketuntasan belajar yang paling rendah yaitu pra siklus (42%), naik lebih tinggi yaitu siklus I (54%), dan yang paling tinggi yaitu siklus II (92%). Dari pra siklus, siklus I, dan siklus II yang berhasil melebihi indikator kinerja yang ditetapkan sebesar 90% siswa tuntas belajar hanya siklus II dengan persentase (92%). Analisis komparatif ketuntasan hasil belajar matematika pada tabel 12 dapat dilihat pada gambar 7. 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 42% 58% 54% 46% 92% 8% Tuntas Belum Tuntas Pra Siklus Siklus I Siklus II Gambar 7 Perbandingan Ketuntasan Belajar Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II 4.3. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis komparatif data dapat diketahui peningkatan hasil belajar siswa. Sebelum diadakan tindakan (Pra Siklus) di kelas 5 SDN

52 Candirejo 02 menunjukkan ketuntasan belajar siswa masih banyak yang belum tuntas. Hal ini ditunjukkan dengan ketuntasan belajar siswa dari 24 siswa hanya 10 siswa yang tuntas dengan persentase 42% dan 14 siswa belum tuntas dengan persentase 58%. Selain itu, rata-rata nilai siswa yang diperoleh hanya 62,88. Hal ini disebabkan, sesuai dengan yang diungkapkan dalam latar belakang masalah yaitu guru masih mengalami kesulitan untuk menjelaskan konsep-konsep matematika. Setelah dilakukan tindakan menggunakan model pembelajaran generatif diperoleh hasil peningkatan hasil belajar matematika siswa. Adapun peningkatan hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus I dan siklus II diuraikan sebagai berikut: 1. Siklus I Pada siklus I terjadi peningkatan hasil belajar sebesar 54% tuntas dengan jumlah siswa 13 dan 46% belum tuntas dengan jumlah siswa 11. Rata-rata nilai siswa yang diperoleh adalah sebesar 63,33 dengan nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 25. 2. Siklus II Pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar sebesar 92% tuntas dengan jumlah siswa 22 dan 8% belum tuntas dengan jumlah siswa 2. Rata-rata nilai siswa yang diperoleh adalah sebesar 74,79 dengan nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 45. Berdasarkan hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa model pembelajaran generatif dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh I Wyn. Romi Sudhita, dkk (2013), Pt. Eka Yulia C, dkk (2013) dan Kd. A. Permana Dewi, dkk (2013) yang menunjukkan bahwa melalui model pembelajaran generatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan demikian penelitian ini sejalan dan sesuai dengan pendapat Miftahul Huda (2013:309) yang telah dikemukakan pada kajian teori dan pendapat Sutarman (dalam Wena, 2009) yang mengemukakan keunggulan model pembelajaran generatif salah satunya mempengaruhi hasil belajar siswa. Peningkatan ini disebabkan oleh adanya kelebihan-kelebihan penerapan model pembelajaran generatif sesuai dengan pendapat yang telah

53 dikemukakan sebelumnya. Melalui model pembelajaran generatif ini siswa menjadi lebih mandiri dan mampu bekerja sendiri dalam belajar khususnya belajar matematika. Pembelajaran generatif merupakan salah satu strategi pembelajaran yang berusaha menyatukan gagasan-gagasan baru dengan skema pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa. Gagasan baru itu akan diuji dengan cara menggunakannya dalam menjawab persoalan atau gejala yang terkait. Jika gagasan baru itu berhasil menjawab permasalahan yang dihadapi, maka gagasan baru itu akan disimpan dalam memori jangka panjang, karena siswa dapat memamahami materi pembelajaran dengan baik, maka hasil belajar siswa pun menjadi baik dan meningkat. Sehingga siswa yang semula belum tuntas dapat menjadi tuntas setelah mengikuti pembelajaran ini. Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat dinyatakan bahwa pembelajaran matematika melalui model pembelajaran generatif di kelas 5 SDN Candirejo 02 mengalami peningkatan hasil belajar. Dengan adanya penelitian ini memberikan implikasi baik secara teoretis maupun praktis. 1. Setelah membandingkan teori pembelajaran generatif dengan penelitian ini hasilnya adalah sejalan dan saling melengkapi. Penerapan model pembelajaran generatif yang berusaha menyatukan gagasan-gagasan baru dengan skema pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika. 2. Pembelajaran dengan model pembelajaran generatif dapat digunakan sebagai salah satu alternatif guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran matematika. Siswa yang semula belum tuntas setelah diadakan tindakan perbaikan menggunakan model pembelajaran generatif dapat menjadi tuntas melalui siklus I atau siklus II. Selain itu, temuan baru setelah menerapkan model pembelajaran generatif adalah siswa merasa lebih mudah dalam mempelajari masalah-masalah baru karena siswa tidak perlu belajar masalah baru mulai dari awal, akan tetapi siswa menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya untuk menyelesaikan masalah yang baru tersebut.