BAB I PENDAHULUAN. 3) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan invers matriks. 4) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan determinan matriks

dokumen-dokumen yang mirip
MATRIKS. a A mxn = 21 a 22 a 2n a m1 a m2 a mn a ij disebut elemen dari A yang terletak pada baris i dan kolom j.

BAB II DETERMINAN DAN INVERS MATRIKS

ALJABAR LINIER DAN MATRIKS

Banyaknya baris dan kolom suatu matriks menentukan ukuran dari matriks tersebut, disebut ordo matriks

Tujuan. Mhs dapat mendemonstrasikan operasi matriks: penjumlahan, perkalian, dsb. serta menentukan matriks inverse

MATRIKS. 2. Matriks Kolom Matriks kolom adalah matriks yang hanya mempunyai satu kolom. 2 3 Contoh: A 4 x 1 =

METODE MATRIKS (MATRIKS) Mekanika Rekayasa IV. Norma Puspita, ST. MT. a 11 a 12 a 13 a 1n a 21 a 22 a 23 a 2n

MATRIKS Nuryanto, ST., MT.

MATRIKS. 3. Matriks Persegi Matriks persegi adalah matriks yang mempunyai baris dan kolom yang sama.

ALJABAR LINIER MAYDA WARUNI K, ST, MT ALJABAR LINIER (I)

a11 a12 x1 b1 Lanjutan Mencari Matriks Balikan dengan OBE

MAKALAH ALJABAR LINEAR TRANSFORMASI LINEAR ATAU PEMETAAN LINEAR

LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MATEMATIKA. Sesi MATRIKS CONTOH SOAL A. MATRIKS SATUAN (MATRIKS IDENTITAS)

MODUL ALJABAR LINEAR 1 Disusun oleh, ASTRI FITRIA NUR ANI

BAB I MATRIKS DEFINISI : NOTASI MATRIKS :

Vektor. Vektor. 1. Pengertian Vektor

5. PERSAMAAN LINIER. 1. Berikut adalah contoh SPL yang terdiri dari 4 persamaan linier dan 3 variabel.

Matriks Jawab:

MATRIKS. Slide : Tri Harsono PENS - ITS. 1 Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) - ITS

MATRIKS. Definisi: Matriks adalah susunan bilangan-bilangan yang berbentuk segiempat siku-siku yang terdiri dari baris dan kolom.

Part III DETERMINAN. Oleh: Yeni Susanti

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(Departemen Matematika FMIPA-IPB) Matriks Bogor, / 66

Modul Praktikum. Aljabar Linier. Disusun oleh: Machudor Yusman IR., M.Kom. Ucapan Terimakasih:

MATRIK dan RUANG VEKTOR

MATRIKS A = ; B = ; C = ; D = ( 5 )

BAB 2 LANDASAN TEORI

1.1 MATRIKS DAN JENISNYA Matriks merupakan kumpulan bilangan yang berbentuk segi empat yang tersusun dalam baris dan kolom.

LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS

MATEMATIKA INFORMATIKA 2 TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS GUNADARMA FENI ANDRIANI

Matematika Teknik I: Matriks, Inverse, dan Determinan. Oleh: Dadang Amir Hamzah STT DR. KHEZ MUTTAQIEN 2015

Pertemuan 8 Aljabar Linear & Matriks

Operasi Pada Matriks a. Penjumlahan pada Matriks ( berlaku untuk matriks matriks yang berukuran sama ). Jika A = a ij. maka matriks A = ( a ij)

BAB 2 LANDASAN TEORI

M AT E M AT I K A E K O N O M I MATRIKS DAN SPL I N S TITUT P ERTA N I A N BOGOR

Pelabelan matriks menggunakan huruf kapital. kolom ke-n. kolom ke-3

Matriks. Baris ke 2 Baris ke 3

Aljabar Linier Elementer. Kuliah 7

Matematika Teknik INVERS MATRIKS

DIKTAT MATEMATIKA II

BAB 2. DETERMINAN MATRIKS

Trihastuti Agustinah

6- Operasi Matriks. MEKANIKA REKAYASA III MK Unnar-Dody Brahmantyo 1

2. MATRIKS. 1. Pengertian Matriks. 2. Operasi-operasi pada Matriks

Analisa Numerik. Matriks dan Komputasi

PENERAPAN KONSEP MATRIKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS

MATRIKS. Notasi yang digunakan NOTASI MATRIKS

MATRIKS. Perhatikan tabel yang memuat data jumlah siswa di suatu sekolah Tabel Jumlah Siswa Kelas Laki-laki Wanita

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

Matriks - Definisi. Sebuah matriks yang memiliki m baris dan n kolom disebut matriks m n. Sebagai contoh: Adalah sebuah matriks 2 3.

Determinan. Untuk menghitung determinan ordo n terlebih dahulu diberikan cara menghitung determinan ordo 2

8 MATRIKS DAN DETERMINAN

DETERMINAN. Determinan matriks hanya didefinisikan pada matriks bujursangkar (matriks kuadrat). Notasi determinan matriks A: Jika diketahui matriks A:

a11 a12 x1 b1 Kumpulan Materi Kuliah #1 s/d #03 Tahun Ajaran 2016/2016: Oleh: Prof. Dr. Ir. Setijo Bismo, DEA.

Contoh. C. Determinan dan Invers Matriks. C. 1. Determinan

uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Part II SPL Homogen Matriks

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN

II. M A T R I K S ... A... Contoh II.1 : Macam-macam ukuran matriks 2 A. 1 3 Matrik A berukuran 3 x 1. Matriks B berukuran 1 x 3

TUGAS MANDIRI MATRIKS. Mata Kuliah : Matematika ekonomi

BAB MATRIKS. Tujuan Pembelajaran. Pengantar

Modul 2.2 Matriks dan Sistem Persamaan Linear (Topik 3) A. Pendahuluan Matriks dan Sistem Persamaan Linear

MATRIKS. kolom, sehingga dapat dikatakan matriks berordo 3 1 Penamaan suatu matriks biasa menggunakan huruf kapital

BAB II KAJIAN PUSTAKA. operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas

MATRIKS. LA - WB (Lembar Aktivitas Warga Belajar) MATEMATIKA PAKET C TINGKAT VI DERAJAT MAHIR 2 SETARA KELAS XII. Oleh: Hj. ITA YULIANA, S.Pd, M.

Persamaan linear dapat dinyatakan sebagai matriks. Misalnya persamaan:

SILABUS MATA KULIAH : ALJABAR MATRIKS (2 SKS) KODE: MT304. (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 Matriks dan Operasinya. 1. Pengertian Matriks

Penyelesaian SPL dalam Rangkaian Listrik

MATRIKS. Matematika. FTP UB Mas ud Effendi. Matematika

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : ALJABAR LINIER JURUSAN : TEKNIK KOMPUTER JUMLAH SKS : Definisi, Notasi, dan Operasi Vektor 2.

MATRIKS DAN OPERASINYA. Nurdinintya Athari (NDT)

Aljabar Linier Elementer. Kuliah 1 dan 2

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang dibicarakan yang akan digunakan pada bab selanjutnya. Bentuk umum dari matriks bujur sangkar adalah sebagai berikut:

LEMBAR AKTIVITAS SISWA MATRIKS (WAJIB)

MATRIKS Matematika Industri I

BAB II KAJIAN TEORI. yang diapit oleh dua kurung siku sehingga berbentuk empat persegi panjang atau

MATRIKS Matematika Industri I

Definisi : det(a) Permutasi himpunan integer {1, 2, 3,, n}:

Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari objek yang diatur berdasarkan baris (row) dan kolom (column). Objek-objek dalam susunan tersebut

BAB II LANDASAN TEORI. yang biasanya dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut: =

Konsep Dasar. Modul 1 PENDAHULUAN

3 Langkah Determinan Matriks 3x3 Metode OBE

Aljabar Linear. & Matriks. Evangs Mailoa. Pert. 5

1.1. Definisi, Notasi, dan Operasi Vektor 1.2. Susunan Koordinat Ruang R n 1.3. Vektor di dalam R n 1.4. Persamaan garis lurus dan bidang rata

SISTEM PERSAMAAN LINEAR

MATRIKS VEKTOR DETERMINAN SISTEM LINEAR ALJABAR LINEAR

BAB II LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI

Pertemuan 2 Matriks, part 2

Course of Calculus MATRIKS. Oleh : Hanung N. Prasetyo. Information system Departement Telkom Politechnic Bandung

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : ALJABAR LINIER KODE / SKS : IT / 2 SKS

MATERI 8 MATRIKS. Contoh vektor kolom : Pengoperasian matriks dan vektor. Penjumlahan dan pengurangan matriks

Matriks biasanya dituliskan menggunakan kurung dan terdiri dari baris dan kolom: A =

SISTEM PERSAMAAN LINEAR

03-Pemecahan Persamaan Linier (2)

Transkripsi:

1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Teori matriks merupakan salah satu cabang ilmu aljabar linier yang menjadi pembahasan penting dalam ilmu matematika. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, aplikasi matriks banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam bidang matematika maupun ilmu terapannya. Aplikasi tersebut banyak dimanfaatkan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, misalnya pada aplikasi perbankan yang senantiasa berhubungan dengan angka-angka, dalam dunia olahraga seperti penentuan klasemen suatu pertandingan, dalam bidang ekonomi biasa digunakan untuk menganalisa input dan output seluruh sektor ekonomi. (Supranto, 1987). 1.2 Rumusan Masalah 1) Apakah pengertian dari matriks 2) Menjelaskan macam-maca matriks 3) Apakah yang dimaksud dengan invers matriks 4) Apakah yang dimaksud dengan determinan matriks 5) Operasi penjumlahan (+) dan pengurangan (-) pada matriks 6) Sifat-sifat perkalian pada matriks 1.1 Tujuan 1) Untuk mengetahui pengertian matriks 2) Untuk mengetahui macam-macam matriks 3) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan invers matriks 4) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan determinan matriks 5) Untuk mengetahui operasi penjumlahan dan pengurangan pada matriks 6) Untuk mengetahui sifat-sifat perkalian pada matriks

2.1 Pengertian Matriks BAB II PENGERTIAN MATRIKS Pengertian matriks adalah kumpulan bilangan (atau unsur) yang disusun menurut baris dan kolom tertentu. Bilangan-bilangan yang disusun tersebut dinamakan eleme-elemen atau komponen-komponen matriks. Nama sebuah matriks biasanya dinyatakan dengan huruf kapital. Dalam sebuah matriks ada istilah ordo. Yang dimaksud dengan ordo atau ukuran matriks adalah banyaknya baris x banyak kolom dalam sebuah matriks. Contoh : Matriks A di atas terdiri dari 3 baris dan 4 kolom. Sobat bisa mengatakan matriks A berordo 3 x 4 atau di tulis A(3 4). Matriks banyak dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan matematika misalnya dalam menemukan solusi masalah persamaan linear, transformasi linear yakni bentuk umum dari fungsi linear contohnya rotasi dalam 3 dimensi. Matriks juga seperti variabel biasa, sehingga matrikspun dapat dimanipulasi misalnya dikalikan, dijumlah, dikurangkan, serta didekomposisikan. Menggunakan representasi matriks, perhitungan dapat dilakukan dengan lebih terstruktur.

BAB III MACAM-MACAM MATRIKS 3.1 Berdasarkan Ordo Matriks Bujur Sangkar Adalah matriks yang banyak barisnya sama dengan banyak kolomnya Contoh Matriks Baris adalah Matriks Baris adalah matriks yang terdiri dari satu baris Contoh : A = ( 2 1 3-7 ) Matriks Kolom adalah Matriks Kolom adalah matriks yang terdiri dari satu kolom. Contoh : A = 3 5 7 Matriks Tegak adalah suatu matriks yang banyaknya baris lebih dari banyaknya kolom. Contah : B= 2 5 7 6 4 6 Matriks datar adalah Matriks yang banyaknya baris kurang dari banyaknya kolom. Contoh : 3.2 Berdasarkan Elemen-Elemen Penyusunnya Matriks Nol Adalah matriks nol karena semua elemennya bernilai NOL Matriks Diagonal Adalah matriks bujur sangkar yang semua elemen di luar diagonal utama adalah nol Contoh : Matriks Segi Tiga Atas Adalah matriks bujur sangkar yang elemen-elemen di bawah diagonal utamanya (kiri atas ke kanan bawah) bernilai nol Matriks Sembarang matriks yang tidak punya aturan aturan khusus seperti di atas (seluruh elemennya adalah bebas). Contoh contoh :

Matriks Segitiga Bawah Kebalikan dari segitiga atas, matriks ini berbentuk bujur sangkar yang elemen-elemen di atas diagonal utamanya bernilai nol. Matriks Skalar Matriks skalar adalah matriks yang elemen-elemen pada lajur diagonalnya bernilai sama. Simak contoh di bawah ini Matriks Identitas Adalah matriks skalar yang elemen-elemen diagonal utamanya bernilai 1 Matriks Simetri adalah suatu matriks bujur sangkar yang unsur pada baris ke-i kolom ke-j sama dengan unsur pada baris ke-j kolom ke-i sehingga aij = aji. Contoh :

BAB IV TRASPOSE MATRIKS 4.1 Pengertian Transpose Matriks Transpose matriks A adalah matriks baru yang diperoleh dengan menjadi kolom matriks mula mula, atau sebaliknya. mengubah baris Transpose matriks A dinotasikan A T atau A t.

5.1 Pengertian Invers Matriks BAB V INVERS MATRIKS Suatu matriks dapat dibalik jika dan hanya jika matriks tersebut adalah matriks persegi (matriks yang berukuran n x n) dan matriks tersebut non-singular (determinan 0). Tidak semua matriks memiliki invers. Invers matriks dapat didefinisikan sebagai berikut. Definisi : Jika A adalah suatu matriks kuadrat, dan jika kita dapat mencari matriks B sehingga AB = BA = I, maka A dikatakan dapat dibalik (invertible) dan B dinamakan invers dari A 5.2 Contoh-Contoh Invers Matriks Contoh 1 : Hitung invers matriks A2 2 berikut A =. Penyelesaian : Jika kita punya matriks 2 2, misal A =, maka invers matriks dapat dihitung menggunakan rumus A -1 = B Cek, apakah AB = BA = I AB = = = I BA = = = I Karena AB = BA = I, maka berdasarkan Definisi, B adalah invers dari matriks A. Bagaimana cara menghitung invers jika matriksnya memiliki ordo lebih dari 2? Misal matriks 3 3, 4 4, dan seterusnya. Pada matriks yang berordo lebih dari dua ini kita akan memanfatkan Eliminasi Gauss Jordan. Contoh 2 : Carilah invers matriks 3 3 yaitu A = Penyelesaian : Susun matriks sedemikian sehingga seperti dibawah ini. Matriks disebelah kiri adalah matriks A dan sebelah kanan adalah matriks identitas. Kemudian lakukan Operasi Baris Elementer sedemikan sehingga matriks sebelah kiri menjadi matriks identitas dan matriks identitas (pada sebelah kanan) yang akan menjadi invers matriks tersebut. 1. baris kedua : B2 + (-2B1) [artinya baris kedua dijumlahkan dengan -2 kali baris pertama]baris ketiga : B3 + (-B1) [artinya baris kedua dijumlahkan dengan -1 kali baris pertama] 2. baris ketiga : B3 + 2B2 [artinya baris ketiga dijumlahkan dengan 2 kali baris kedua] 3. baris ketiga : B3 x (-1) [artinya baris ketiga dikali dengan -1] 4. baris kedua : B2 + 3B3 [artinya baris kedua dijumlahkan dengan 3 kali baris ketiga]baris pertama : B1 + (-3B3) [artinya baris pertama dijumlahkan dengan -3 kali baris ketiga] 5. baris pertama : B1 + (-2B2) [artinya baris pertama dijumlahkan dengan -2 kali baris kedua] Karena matriks kiri sudah terbentuk menjadi matriks identitas, maka invers dari matriks A adalah A -1 =

BAB VI DETERMINAN MATRIKS 6.1 Pengertian Determinan Matriks Determinan adalah suatu fungsi tertentu yang menghubungkan suatu bilangan real dengan suatu matriks bujursangkar. Sebagai contoh, kita ambil matriks A2 2 A = untuk mencari determinan matrik A maka, deta = ad bc 6.2 Determinan dengan Ekspansi Kofaktor Determinan dengan Minor dan kofaktor A = 2 + 3 = 1(-3) 2(-8) + 3(-7) = -8 Determinan dengan Ekspansi Kofaktor Pada Kolom Pertama Pada dasarnya ekspansi kolom hampir sama dengan ekspansi baris seperti di atas. Tetapi ada satu hal yang membedakan keduanya yaitu faktor pengali. Pada ekspansi baris, kita mengalikan minor dengan komponen baris pertama. Sedangkan dengan ekspansi pada kolom pertama, kita mengalikan minor dengan kompone kolom pertama. Misalkan ada sebuah matriks A3 3 A = 4 + 3 = 1(-3) 4(-8) + 3(-7) = 8 Adjoin Matriks 3 x 3 Bila ada sebuah matriks A3 3 A = Kofaktor dari matriks A adalah C11 = -12 C12 = 6 C13 = -16 C21 = 4 C22 = 2 C23 = 16 C31 = 12 C32 = -10 C33 = 16 maka matriks yang terbentuk dari kofaktor tersebut adalah untuk mencari adjoint sebuah matriks, kita cukup mengganti kolom menjadi baris dan baris menjadi kolom adj(a) = Determinan Matriks Segitiga Atas Jika A adalah matriks segitiga nxn (segitiga atas, segitiga bawah atau segitiga diagonal) maka det(a) adalah hasil kali diagonal matriks tersebut = (2)(-3)(6)(9)(4) = -1296 Metode Cramer jika Ax = b adalah sebuah sistem linear n yang tidak di ketahui dan det(a) 0 maka persamaan tersebut mempunyai penyelesaian yang unik dimana A j adalah matrik yang didapat dengan mengganti kolom j dengan matrik b Contoh soal: Gunakan metode cramer untuk menyelesaikan persoalan di bawah ini

x1 + 2x3 = 6-3x1 + 4x2 + 6x3 = 30 -x1 2x2 + 3x3 = 8 Jawab: bentuk matrik A dan b A = kemudian ganti kolom j dengan matrik b A1 = A2 = A3 = dengan metode sarrus kita dapat dengan mudah mencari determinan dari matrik-matrik di atas maka, Tes Determinan untuk Invertibilitas Pembuktian: Jika R di reduksi secara baris dari Ä. Sebagai langkah awal, kita akan menunjukkan bahwa det(a) dan det(r) keduanya adalah nol atau tidak nol: E1,E2,,Er menjadi matrix element yang berhubungan dengan operasi baris yang menghasilkan Rdari A. Maka, R=Er E2 E1 Adan, det(r)=det(er) det(e2)det(e1)det(ea)jika A dapat di-invers, maka sesuai dengan teorema equivalent statements, maka R = I, jadi det(r) = 1 0 dan det(a) 0. Sebaliknya, jika det(a) 0, maka det(r) 0, jadi R tidak memiliki baris yang nol. Sesuai dengan teorema R = I, maka A adalah dapat di-invers. Tapi jika matrix bujur sangkar dengan 2 baris/kolom yang proposional adalah tidak dapat diinvers. Contoh Soal : A= dengan metode Sarrus, kita dapat menghitung determinan dari matrix A det(a) = 64 1+3x2= λx1 4x1+2x2=λx2 dapat ditulis dalam bentuk = λ yang kemudian dapat diubah A = dan x = yang kemudian dapat ditulis ulang menjadi λ λ sehingga didapat bentuk λ I - A = namun untuk menemukan besar dari λ perlu dilakukan operasi det (λ I - A) = 0 ;λ adalah eigenvalue dari A dan dari contoh diperoleh det (λ I - A) = = 0 atau λ^2 3λ 10 = 0 dan dari hasil faktorisasi di dapat λ1 = -2 dan λ2 = 5 dengan memasukkan nilai λ pada persamaan (λ I A) x = 0, maka eigenvector bisa didapat bila λ

= -2 maka diperoleh dengan mengasumsikan x2 = t maka didapat x1 = t

7.1 Penjumlahan Matriks BAB VII PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN MATRIKS Penjumlahan matriks hanya dapat dilakukan terhadap matriks-matriks yang mempunyai ukuran (orde) yang sama. Jika A=(aij) dan B=(bij) adalah matriks-matriks berukuran sama, maka A+B adalah suatu matriks C=(cij) dimana (cij) = (aij)+(bij) atau [A]+[B] = [C] mempunyai ukuran yang sama dan elemennya (cij) = (aij) + (bij) Contoh: A+C tidak terdefinisi (tidak dapat dicari hasilnya) karena matriks A dan matriks B mempunyai ukuran yang berbeda 7.2 Pengurangan Matriks Sama seperti pada penjumlahan matriks, pengurangan matriks hanya dapat dilakukan pada matriks-matriks yang mempunyai ukuran yang sama. Jika ukurannya berbeda maka matriks hasil tidak terdefinisikan.

BAB VIII SIFAT-SIFAT PERKALIAN PADA MATRIKS 8.1 Perkalian Matriks dengan Skalar Jika k adalah suatu bilangan skalar dan A=(aij) maka matriks ka(kaij) yaitu suatu matriks ka yang diperoleh dengan mengalikan semua elemen matriks A dengan k. Mengalikan matriks dengan skalar dapat dituliskan di depan atau dibelakang matriks. Misalnya [C]=k[A]=[A]k dan (cij ) = (kaij ) Pada perkalian matriks dengan skalar berlaku hukum distributif dimana k(a+b)=ka+kb Contoh: 8.2 Perkalian Matriks dengan Matriks Beberapa hal yang perlu diperhatikan: 1. Perkalian matriks dengan matriks umumnya tidak komutatif 2. Syarat perkalian adalah jumlah banyaknya kolom pertama matriks sama dengan jumlah banyaknya baris matriks kedua 3. Jika matriks A berukuran mxp dan matriks pxn maka perkalian A*B adalah suatu matriks C=(cij) berukuran mxn dimana Contoh Beberapa Hukum Perkalian Matriks: 1. Hukum Distributif, A*(B+C) = AB + AC 2. Hukum Assosiatif, A*(B*C) = (A*B)*C 3. Tidak Komutatif A*B B*A 4. Jika A*B = 0, maka beberapa kemungkinan 1. A = 0 dan B = 0 2. A = 0 atau B = 0 3. A 0 dan B 0 5. Bila A*B = A*C, belum tentu B = C