ISNN WAHANA Volume 68, Nomer 1, 1 Juni 2017 HUBUNGAN ANTARA DAERAH IDEAL UTAMA, DAERAH FAKTORISASI TUNGGAL, DAN DAERAH DEDEKIND

dokumen-dokumen yang mirip
KARAKTERISTIK GELANGGANG BILANGAN BULAT DAN PENGAITANNYA DENGAN TIGA STRUKTUR KHUSUS DAERAH INTEGRAL

ISNN WAHANA Volume 68, Nomer 1, 1 Juni 2017 HUBUNGAN ANTARA DAERAH IDEAL UTAMA, DAERAH FAKTORISASI TUNGGAL, DAN DAERAH DEDEKIND

Volume 9 Nomor 1 Maret 2015

PEMBENTUKAN IDEAL MAKSIMAL GELANGGANG POLINOM MIRING MENGGUNAKAN IDEAL GELANGGANG TUMPUANNYA

Himpunan Ω-Stabil Sebagai Daerah Faktorisasi Tunggal

BAB III PERLUASAN INTEGRAL

IDEAL PRIMA DAN IDEAL MAKSIMAL PADA GELANGGANG POLINOMIAL

SYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH. Bambang Irawanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP. Abstact. Keywords : extension fields, elemen algebra

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 2, 65-70, Agustus 2001, ISSN : SYARAT PERLU LAPANGAN PEMISAH

PERAN TEOREMA COHEN DALAM TEOREMA BASIS HILBERT PADA RING DERET PANGKAT

Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengenal dan mengaplikasikan sifat-sifat Ring Polinom

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab ini dibahas landasan teori yang akan digunakan untuk menentukan ciri-ciri dari polinomial permutasi atas finite field.

AKAR-AKAR POLINOMIAL SEPARABLE SEBAGAI PEMBENTUK PERLUASAN NORMAL PADA RING MODULO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan teori grup dan teori ring yang akan digunakan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. R S = { r s. untuk S subset multiplikatif dari R yang tidak memuat pembagi nol dan didefinisikan

Pembentukan Ideal Prim Gelanggang Polinom Miring Atas Daerah ( )

Kajian Sifat Sifat Graf Pembagi-Nol dari Ring Komutatif dengan Elemen Satuan

GELANGGANG ARTIN. Kata Kunci: Artin ring, prim ideal, maximal ideal, nilradikal.

IDEAL PRIMA DAN IDEAL MAKSIMAL PADA GELANGGANG POLINOMIAL PRIME IDEAL AND MAXIMAL IDEAL IN A POLYNOMIAL RING

STRUKTUR ALJABAR: RING

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,

BAB 1 PENDAHULUAN. Contoh sederhana dari ring adalah himpunan bilangan bulat Z.

ELLIPTIC CURVE CRYPTOGRAPHY. Disarikan oleh: Dinisfu Sya ban ( )

ORDER UNSUR DARI GRUP S 4

SIFAT GELANGGANG NOETHERIAN DAN GELANGGANG PERLUASANNYA. ABSTRAK Suatu gelanggang R disebut gelanggang Noetherian jika memenuhi sifat :

KARAKTERISASI ALJABAR PADA GRAF BIPARTIT. Soleha, Dian W. Setyawati Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan media telephone, handphone,

0,1,2,3,4. (e) Perhatikan jawabmu pada (a) (d). Tuliskan kembali sifat-sifat yang kamu temukan dalam. 5. a b c d

KAJIAN SIFAT SIFAT GRAF PEMBAGI-NOL DARI RING KOMUTATIF DENGAN ELEMEN SATUAN

Kriteria Struktur Aljabar Modul Noetherian dan Gelanggang Noetherian

RING ABELIAN DAN MODUL ABELIAN. Oleh: Andri Novianto (1) Elah Nurlaelah (2) Ririn Sispiyati (2) ABSTRAK

SIFAT ARMENDARIZ P A D A BEBERAPA RING GRUP

BAB I Ring dan Ring Bagian

HUBUNGAN DAERAH DEDEKIND DENGAN GELANGGANG HNP

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

AKAR-AKAR POLINOMIAL SEPARABEL SEBAGAI PEMBENTUK PERLUASAN NORMAL

MODUL HASIL BAGI DARI SUATU MODUL DEDEKIND

Gelanggang Evalusi dan Sifat-sifatnya

Daerah Ideal Utama Adalah Almost Euclidean

BAB II TEORI KODING DAN TEORI INVARIAN

Pembagi Bersama Terbesar Matriks Polinomial

IDEAL DAN SIFAT-SIFATNYA

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:

Bab 2 Daerah Euclid. 2.1 Struktur Daerah Euclid

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Skew- Semifield dan Beberapa Sifatnya

I. PENDAHULUAN. Aljabar dapat didefinisikan sebagai manipulasi dari simbol-simbol. Secara historis

Keberlakuan Teorema pada Beberapa Struktur Aljabar

Beberapa Sifat Ideal Bersih-N

Yurnalis 1. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru (28293), Indonesia.

PROSIDING ISBN : Dzikrullah Akbar 1), Sri Wahyuni 2)

Modul Perkalian. Oleh Samsul Arifin Jurusan Matematika FMIPA UGM Sekip Utara Yogyakarta 55281

BAB 6 RING (GELANGGANG) BAHAN AJAR STRUKTUR ALJABAR, BY FADLI

Analisis Real. Johan Matheus Tuwankotta 1. December 3,

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

PERSAMAAN DIOPHANTINE KUADRATIK QUADRATIC DIOPHANTINE EQUATION. Orgenes Tonga

Isomorfisma dari Gelanggang Polinom Miring Kompleks ke Gelanggang Quaternion Riil

Beberapa Sifat Operator Self Adjoint dalam Ruang Hilbert

Buku 1: RPKPS (Rencana Program dan Kegiatan Pembelajaran Semester)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta

PENGERTIAN RING. A. Pendahuluan

II. KONSEP DASAR GRUP. abstrak (abstract algebra). Sistem aljabar (algebraic system) terdiri dari suatu

TEORI RING LANJUT (MODUL PRIMA)

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

ALJABAR WEYL, CONTOH GELANGGANG NOETHER DAN PRIM

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi teori pendukung dalam proses

SEKILAS TENTANG KONSEP. dengan grup faktor, dan masih banyak lagi. Oleh karenanya sebelum

SUATU BUKTI DARI WEDDERBURN S LITTLE THEOREM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

ALJABAR ABSTRAK ( TEORI GRUP DAN TEORI RING ) Dr. Adi Setiawan, M. Sc

STRUKTUR ALJABAR II. Materi : 1. Ring 2. Sub Ring, Ideal, Ring Faktor 3. Daerah Integral, dan Field.

MATRIKS BENTUK KANONIK RASIONAL DENGAN MENGGUNAKAN PEMBAGI ELEMENTER INTISARI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Diberikan himpunan dan operasi biner disebut grup yang dinotasikan. (i), untuk setiap ( bersifat assosiatif);

RANK MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi

A 10 Diagonalisasi Matriks Atas Ring Komutatif

1. GRUP. Definisi 1.1 (Operasi Biner) Diketahui G himpunan dan ab, G. Operasi biner pada G merupakan pengaitan

Teorema Cayley-Hamilton pada Matriks atas Ring Komutatif

GEOMETRI ALJABARIK I: RUANG AFFINE DENIK AGUSTITO

RINGKASAN SKRIPSI MODUL PERKALIAN

PENGENALAN KONSEP-KONSEP DALAM RING MELALUI PENGAMATAN Disampaikan dalam Lecture Series on Algebra Universitas Andalas Padang, 29 September 2017

Pembagi Bersama Terbesar Matriks Polinomial Indramayanti Syam 1,*, Nur Erawaty 2, Muhammad Zakir 3

HUBUNGAN MODUL TERBANGKIT MODUL-R DAN TERBANGKIT MODUL-R [ S

KONSTRUKSI HOMOMORFISMA PADA GRUP BERHINGGA

Bilangan Stirling Jenis Kedua ( Stirling Number of the Second Kind ) Definisi 1. Bilangan Stirling jenis kedua, dinotasikan dengan

SIFAT-SIFAT GRAF DALAM ALJABAR LINIER DAN PENGGUNAANNYA DALAM SAGE

IDENTIFIKASI STRUKTUR DASAR SMARANDACHE NEAR-RING Identification of Basic Structure on Smarandache Near-Ring

BEBERAPA SIFAT DIMENSI KRULL DARI MODUL. Amir Kamal Amir 1)

BAB II KAJIAN TEORI. definisi mengenai grup, ring, dan lapangan serta teori-teori pengkodean yang

Beberapa Sifat Ideal Bersih-N

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENGANTAR PADA TEORI GRUP DAN RING

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA DAERAH IDEAL UTAMA, DAERAH FATORISASI TUNGGAL, DAN DAERAH DEDEIND Eka Susilowati Fakultas eguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Adibuana Surabaya eka50@gmail.com Abstrak Setiap daerah ideal utama merupakan daerah faktorisasi tunggal, namun tidak berlaku sebaliknya. Setiap daerah ideal utama merupakan daerah Dedekind, namun sebaliknya tidak berlaku. Sedangkan setiap daerah Dedekind bukan merupakan daerah faktorisasi tunggal, begitu pula tidak berlaku sebaliknya. Hubungan ekuivalensi antara daerah ideal utama dan daerah faktorisasi tunggal dapat berlaku jika diberikan syarat cukup pada daerah faktorisasi tunggal. Syarat cukup yang diberikan pada daerah faktorisasi tunggal adalah daerah faktorisasi tunggal tersebut merupakan daerah Dedekind. Selanjutnya, hubungan ekuivalensi daerah ideal utama dan daerah Dedekind dapat berlaku jika diberikan pula syarat cukup pada daerah Dedekind. Jika D merupakan daerah Dedekind maka D juga merupakan daerah faktorisasi tunggal jika diberikan pula syarat cukup pada daerah Dedekind D. ata kunci: daerah Dedekind, daerah faktorisasi tunggal, daerah ideal utama, gelanggang bilangan bulat. 1. PENDAHULUAN Para matematikawan di abad ke 19 mengarah ke pertanyaan jika sifat ketunggalan faktorisasi yang berlaku untuk himpunan bilangan bulat apakah juga dapat berlaku untuk struktur himpunan yang lebih umum, yaitu gelanggang bilangan bulat O dalam lapangan bilangan aljabar. Pada tahun 1844, ummer menunjukkan bahwa hal itu tidak berlaku secara umum. Selama tiga tahun, ummer meneliti bahwa faktorisasi dalam gelanggang bilangan bulat mungkin berlaku, jika merupakan elemen dari ideal pada gelanggang bilangan bulat, yang disebut bilangan ideal (ideal number). Penelitian ummer disederhanakan dan dilanjutkan oleh Dedekind. Dedekind menemukan konsep ideal dalam gelanggang. Pada tahun 1871, Richard Dedekind (1831-1936) membuktikan bahwa dalam gelanggang bilangan bulat, setiap ideal sejati taknol dapat difaktorkan secara tunggal sebagai hasil kali ideal prima. Apabila diabstraksi, gelanggang bilangan bulat merupakan daerah integral. Daerah integral dengan sifat ini dikenal dengan daerah Dedekind. Dalam penelitian selanjutnya yang dilakukan Emmy Noether, menemukan beberapa aksioma untuk gelanggang yang dipenuhi oleh gelanggang bilangan bulat dari lapangan bilangan aljabar. Hal tersebut selanjutnya mengarah pada karateristik daerah Dedekind. Emmy Noether (188-1935) menunjukkan bahwa karakteristik daerah Dedekind yaitu memenuhi Aksioma Noether, yaitu : 1. Setiap ideal dibangun secara berhingga.. Setiap ideal prima tak nol merupakan ideal maksimal. 3. Daerah integral bersifat tertutup secara integral. arakteristik daerah Dedekind yang dikemukan Emmy Noether yang nantinya digunakan sebagai definisi daerah Dedekind. arakteristik yang dimaksud di sini bahwa daerah Dedekind memiliki sifat daerah integral yang merupakan gelanggang Noetherian, tertutup secara integral dalam lapangan hasil baginya, dan ideal prima tak nol di dalamnya merupakan ideal maksimal. 13

Dalam perkembangan selanjutnya, para peneliti menemukan bahwa karakteristik daerah Dedekind juga dimiliki daerah ideal utama. Penelitian sebelumnya telah dibuktikan bahwa ada hubungan searah bahwa daerah ideal utama merupakan daerah Dedekind, namun bagaimana sebaliknya. Hal ini membangkitkan keingintahuan para peneliti mengenai hubungan ekuivalensi daerah ideal utama dan daerah Dedekind. Pada penelitian sebelumnya, telah diuraikan hubungan daerah ideal utama dan daerah faktorisasi tunggal. Dari hal tersebut, perlu diperhatikan kembali salah satu peta jalan penelitian yang diusulkan adalah mengenai hubungan ekuivalensi daerah ideal utama dan daerah Dedekind. Dengan adanya keterkaitan daerah ideal utama dan daerah faktorisasi tunggal serta daerah ideal utama dan daerah Dedekind, mengarahkan para peneliti bagaimana hubungan ekuivalensi daerah faktorisasi tunggal dan daerah Dedekind. Dalam penelitian mengenai hubungan ekuivalensi antara daerah ideal utama dan daerah Dedekind, daerah faktorisasi tunggal dan daerah Dedekind memiliki kemungkinan tidak berlaku. Apabila dugaan tersebut terjadi, hal yang harus ditunjukkan ketika suatu hubungan ekuivalensi antara dua struktur aljabar tidak berlaku adalah dengan mencari contoh penyangkalnya. Secara garis besar, penelitian yang diusulkan ini adalah menghubungkan antara daerah Dedekind dan daerah ideal utama. arena adanya hubungan antara daerah ideal ideal utama dan daerah faktorisasi tunggal, maka dilanjutkan bagaimana hubungan antara daerah Dedekind dan daerah faktorisasi tunggal.. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, definisi daerah ideal utama yang digunakan adalah daerah integral yang setiap ideal di dalamnya merupakan ideal utama. Selain itu, yang dimaksud, daerah faktorisasi tunggal adalah daerah integral yang memenuhi dua aksioma, yaitu setiap p D {0} bukan unit dapat dinyatakan sebagai hasil kali sejumlah berhingga elemen iredusibel dan jika p1, p,, p r dan q1, q,, q s dua macam faktorisasi dari suatu elemen p D dengan pi, q i elemen iredusibel maka r s, dan apabila perlu dengan mengubah urutan, diperoleh p i berasosiasi dengan q i. Pembahasan mengenai daerah ideal utama dan daerah faktorisasi tunggal dapat diperoleh diantaranya dalam buku Hungerford [5]. Hungerford [5] dalam bukunya menyatakan bahwa setiap daerah ideal utama merupakan daerah faktorisasi tunggal. Sifat ini tidak berlaku sebaliknya dengan memberikan contoh penyangkal. Berikut teorema yang menjelaskan hubungan daerah ideal utama dan daerah faktorisasi tunggal dalam buku Hungerford [5]. Teorema 1 Setiap daerah ideal utama merupakan daerah faktorisasi tunggal. Hungerford juga memberikan contoh penyangkal bahwa tidak setiap daerah faktorisasi tunggal merupakan daerah ideal utama. Dalam hal ini, peneliti telah membahas dalam penelitiannya yang merupakan topik ketika menempuh program sarjana. Dalam perkembangannya, Stein [11] memberikan definisi daerah Dedekind bahwa daerah integral yang mempunyai karakteristik gelanggang Noetherian, tertutup secara integral dalam lapangan hasil baginya, dan setiap ideal prima tak nol di dalamnya merupakan ideal maksimal. Dengan menggunakan definisi yang diusulkan Stein [11], terlihat hubungan antara daerah ideal utama dan daerah Dedekind. Teorema Setiap daerah ideal utama merupakan daerah Dedekind. Hubungan sebaliknya Teorema yang dikemukakan dalam buku Ghorpade [4] memberikan contoh penyangkal yang membuktikan bahwa dugaan hubungan ekuivalensi antara daerah ideal utama dan daerah Dedekind tidak berlaku. 14

Begitu pula hubungan antara daerah Dedekind dan daerah faktorisasi tunggal apakah terjadi hubungan ekuivalensi di antara keduanya. Dalam buku Bosman [1] telah memberikan contoh penyangkal dugaan hubungan ekuivalensi tidak berlaku. Dari hasil penelitian sebelumnya, telah dibuktikan bahwa hubungan ekuivalensi antara daerah ideal utama dan daerah faktorisasi tunggal tidak berlaku. Dalam Osserman [8], Chow [3], Milne [6] dan Bosman [] memberikan syarat cukup agar hubungan ekuivalensi darah ideal utama dan daerah faktorisasi tunggal dapat berlaku. Proposisi 3 [5] Diberikan D daerah Dedekind. D daerah ideal utama jika dan hanya jika daerah faktorisasi tunggal. Di dalam buku Milne [6] juga memberikan syarat cukup agar hubungan ekuivalensi antara daerah Dedekind dan daerah ideal utama berlaku. Lemma 4 [6] Diberikan D daerah Dedekind dengan beberapa ideal maksimal berhingga. D merupakan daerah Dedekind jika dan hanya jika D merupakan daerah ideal utama. Berdasarkan Proposisi 3 dan Lemma 4, karena belum dibahas syarat cukup dugaan hubungan ekuivalensi daerah Dedekind dan daerah faktorisasi tunggal, maka diteliti syarat cukup yang diberikan agar hubungan ekuivalensi antara daerah Dedekind dan daerah faktorisasi tunggal dapat berlaku. 3. DASAR TEORI Proposisi 3.1 [5] Jika D adalah daerah ideal utama, maka setiap ideal prima tak nol I adalah ideal maks]mal. Proposisi 3. [5] Setiap daerah ideal utama D merupakan gelanggang Noetherian. Definisi 3.3 [6] Daerah integral R dikatakan tertutup secara integral di dalam lapangan hasil bagi S, jika untuk setiap di dalam lapangan hasil bagi S dan merupakan akar dari polinomial monik f [] x maka, sehingga tertutup secara integral dalam lapangan hasil bagi. Proposisi 3.4[5] Diberikan D daerah integral dan D adalah lapangan hasil bagi dari D. Jika D daerah faktorisasi tunggal maka D tertutup secara integral. Jika D daerah ideal utama maka D tertutup secara integral. Definisi 3.5 [11] Daerah integral D disebut daerah Dedekind (Dedekind domain) jika gelanggang Noetherian, tertutup secara integral dalam lapangan hasil baginya, dan ideal prima tak nol dari D merupakan ideal maksimal. Proposisi 3.6 [11] Setiap daerah ideal utama D merupakan daerah Dedekind. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hubungan Antara Daerah Ideal Utama Dan Daerah Dedekind Definisi 4.1 [5] Diberikan merupakan lapangan perluasan dari. Elemen disebut bilangan bulat aljabar (algebraic integer) jika integral atas, yaitu jika merupakan akar dari suatu polinomial monik dengan koefisien dalam. Proposisi 4. [5] Himpunan yang memuat semua bilangan bulat aljabar merupakan gelanggang, yaitu penjumlahan dan pergandaan dua bilangan bulat aljabar juga merupakan bilangan bulat aljabar. Definisi 4.3 [5] Diberikan lapangan perluasan dari. Lapangan dikatakan number field jika merupakan lapangan perluasan dari dengan derajat berhingga. 15

Definisi 4.4 [6] Gelanggang bilangan bulat (ring of integer) dari number field adalah gelanggang yang terdiri dari elemen - elemen yang merupakan irisan dari dan, dinotasikan sebagai berikut : O { x x adalah bilangan aljabar} Sebagai contoh, lapangan merupakan number field dengan derajat 1. Gelanggang bilangan bulat dari adalah. Definisi 4.5[5] Bilangan bulat d dinamakan square - free integer, jika untuk setiap bilangan prima p sedemikian sehingga habis d. p tidak membagi Apabila diberikan d square - free integer, maka d merupakan bilangan bulat aljabar karena d merupakan akar dari polinomial monik x d dengan koefisien dalam. Lebih lanjut, minimal polinomial dari d adalah x d, yang mempunyai akar d. Biasanya, bilangan bulat aljabar dalam d dinamakan bilangan bulat kuadratik. Berikut akan diberikan definisi bilangan bulat kuadratik beserta contohnya. Definisi 4.6 [5] Diberikan lapangan d dengan d square - free integer. Elemen d dinamakan bilangan bulat kuadratik (quadratic integer), jika r s d dengan rs, merupakan bilangan bulat aljabar dalam lapangan d. Contoh 4.7 [5] Dalam 5, 1 5 adalah bilangan bulat kuadratik karena 1 5 merupakan akar dari suatu polinomial monik x x 6 0 dengan koefisien dalam. Teorema 4.8 [5] Diberikan d lapangan perluasan berhingga dari dengan d square - free integer. Dalam hal ini, d 0mod 4. Jika d mod4 atau d 3mod4 maka O ( d). ( d ) Lemma 4.9 [1] Jika merupakan number field maka gelanggang O tertutup secara integral. Proposisi 4.10 [1] Diberikan gelanggang bilangan bulat O. Ideal prima tak nol dari O merupakan ideal maksimal. Proposisi 4.11 [1] Jika O merupakan gelanggang number (number ring) dan I ideal tak nol dalam O, maka gelanggang hasil bagi O / I berhingga. Akibat 4,1 [1] Gelanggang bilangan bulat gelanggang Noetherian. O merupakan Proposisi 4.13[1,5] Gelanggang ( 5) bukan merupakan daerah ideal utama. Berdasarkan Proposisi 3.6, setiap daerah ideal utama merupakan daerah Dedekind. Namun sebaliknya tidak berlaku. Contoh penyangkalnya adalah ( 5). Berdasarkan Teorema 4.8, ( 5) merupakan O, Padahal O merupakan daerah Dedekind. Namun, Proposisi 4.13 menunjukkan bahwa ( 5) bukan daerah ideal utama. 4.. Hubungan Antara Daerah Faktorisasi Tunggal dan Daerah Dedekind Hubungan selanjutnya yang akan dipaparkan adalah antara daerah faktorisasi tunggal dengan gelanggang Dedekind. ( 5) bukan merupakan daerah faktorisasi tunggal, 16

karena faktorisasi suatu elemen dalam ( 5) tidaklah tunggal.hal ini berarti elemen dalam ( 5) dapat dinyatakan lebih dari satu faktorisasi elemen - elemen tak tereduksi, namun elemen tak tereduksi tersebut tidaklah saling berasosiasi. Salah satu contoh gelanggang bilangan bulat adalah ( 5). Demikian demikian, himpunan ( 5) merupakan salah satu contoh daerah Dedekind. Jadi contoh penyangkal bahwa ada daerah Dedekind yang bukan merupakan daerah faktorisasi tunggal adalah ( 5). Himpunan [ xy. ] merupakan daerah faktorisasi tunggal, tetapi bukan merupakan daerah ideal utama. Pada proposisi sebelumnya, telah dijelaskan bahwa setiap daerah ideal utama merupakan daerah Dedekind. arena [ xy. ] bukan merupakan daerah ideal utama, maka [ xy. ] bukan daerah Dedekind. Dengan demikian, jika D merupakan daerah faktorisasi tunggal, maka belum tentu D merupakan daerah Dedekind. 4.3. Syarat Cukup Hubungan Ekuivalensi Antara Daerah Ideal Utama, Daerah Faktorisasi Tunggal, dan Daerah Dedekind Proposisi 6.1 [,3,6,8] Diberikan D merupakan daerah Dedekind. D merupakan daerah ideal utama jika dan hanya jika D daerah faktorisasi tunggal. Proposisi 6. [6] Diberikan D daerah integral dengan hanya memiliki beberapa ideal prima yang berhingga, maka D merupakan daerah Dedekind jika dan hanya jika D daerah ideal utama. Berdasarkan Proposisi 6.1 dan Proposisi 6., dapat ditunjukkan bahwa daerah Dedekind merupakan daerah faktorisasi tunggal jika memenuhi suatu syarat cukup, sebagaimana dijelaskan dalam akibat berikut : 17 Akibat 6.3 Jika D daerah Dedekind dengan hanya memiliki beberapa ideal prima yang berhingga, maka D merupakan daerah faktorisasi tunggal. 5. ESIMPULAN DAN SARAN 5.1. esimpulan Secara garis besar, di dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa 1. Tidak berlaku hubungan ekuivalensi daerah ideal utama dan daerah Dedekind.. Tidak berlaku hubungan ekuivalensi antara daerah faktorisasi tunggal dan daerah Dedekind. 3. Adanya syarat cukup bahwa daerah faktorisasi tunggal merupakan daerah Dedekind mengakibatkan hubungan ekuivalensi daerah faktorisasi tunggal dan daerah ideal utama. 4. Adanya syarat cukup daerah Dedekind memiliki beberapa ideal prima yang berhingga mengakibatkan hubungan ekuivalensi daerah Dedekind dan daerah ideal utama. 5. Penulis mengaitkan kesimpulan nomor 3 dan 4 sehingga diperoleh akibat bahwa adanya syarat cukup ketika daerah Dedekind D memiliki beberapa ideal prima yang berhingga maka D merupakan daerah faktorisasi tunggal. 5.. Saran Dalam penelitian selanjutnya, diteliti syarat cukup agar jika D merupakan daerah faktorisasi tunggal maka D merupakan daerah Dedekind. 6. REFERENSI Baker, M., 006, Algebraic Number Theory Course Notes (Fall 006), Georgia Institute of Thechnology, Atlanta, USA Bosman, Johan, 011, Algebraic Number Theory, Bounyer Chow, Sam, 011, Thesis : An Introduction ri Algebraic Number Theory, and the Class Number Formula, University of Melbourne, Australia Ghorpade, S. R., 00, Lecture on Topics in Algebraic Number Theory, Indian Institute of Technology Bombay, India

Hungerford, T.W., 1996, Abstract Algebra : An Introduction, Saunders College Publishing Milne, J.S., 009, Algebraic Number Theory, New Zealand Murty, R., 004, Problem in Algebraic Number Theory : Second Edition, Springer Osserman, B., 011, Algebraic Number Theory, Bouyer Salustri, F.,011, Generalized Dedekind Domain, Universita Degli Studi Stein, W., 005, Introduction to Algebraic Number Theory, William Stein Stein W., 01, Algebraic Number Theory, A Computational Approach, William Stein 18