FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

Skripsi. Oleh : PURWANTO K

STUDI PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBANTUAN KOMPUTER PROGRAM MACROMEDIA FLASH UNTUK PEMBELAJARAN MATERI LARUTAN PENYANGGA SMA KELAS XI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SUGESTIF DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI SISWA KELAS V SDN ARJASA 02 JEMBER TAHUN PELAJARAN

NOVEL LALITA KARYA AYU UTAMI: KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING

PENERAPAN READING WORKSHOP

SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

PEMAHAMAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 01 GANTIWARNO KECAMATAN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2012/2013

DENGAN MEDIA GAMBAR DI SDN TAMANAN 03 BONDOWOSO TAHUN PELAJARAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

MUHAMAD WAHID FAUZI A

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN MELALUI

SKRIPSI. Oleh. Qaadli Al A la NIM

SKRIPSI. Disusun Oleh : EVA MAITA PUSPITASARI K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PENINGKATAN PEMAHAMAN KOSAKATA BAHASA JAWA MELALUI MEDIA WORD WALL PADA SISWA KELAS VB SD NEGERI MADEGONDO 01 GROGOL SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2015/2016

PENERAPAN STRATEGI PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI I BALEHARJO TAHUN AJARAN 2012/ 2013

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN EVERYONE IS A TEACHER HERE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 2

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN OUTING CLASS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR PEMANDANGAN ALAM UNTUK SISWA KELAS V SDN KARANGREJO 05 JEMBER SKRIPSI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA LANCAR AKSARA JAWA MELALUI STRATEGI SCRAMBLE KELAS V SD N DUKUH 03 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kajian Teori. 1. Sejarah. Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, sejarah dapat diartikan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh: DIAH WURI ARIYANI A PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENINGKATAN KREATIFITAS BELAJAR IPA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN CTL PADA SISWA KELAS IV SDN GROWONG LOR 03 TAHUN 2013/2014 SKRIPSI

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Prasyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Progam studi PGSD. Diajukan oleh: MILA ASTUTIK NIM.

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Kata kunci: metode Storytelling, keterampilan menyimak, dongeng. 1) Mahasiswa Program Studi PGSD FKIP UNS 2,3) Dosen Program Studi PGSD FKIP UNS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juni 2015

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN UNIT PRODUKSI DI JURUSAN BANGUNAN SMK NEGERI 2 KLATEN

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. DiajukanOleh: MUHAMAD HASAN A.

PENGGUNAAN BAHAN AJAR DIGITAL PADA MATA PELAJARAN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR SISWA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA KELAS X-4 SMAN 1 TANGGUL JEMBER DALAM MENGAPRESIASI CERITA PENDEK DENGAN TEKNIK TEATER PIKIRAN

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI. Oleh Veny Rosita Febriratna NIM

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA DALAM PERMAINAN

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DENGAN MEDIA GAMBAR BERKATA KUNCI SISWA KELAS IV SD NEGERI I MLOPOHARJO WURYANTORO WONOGIRI

SKRIPSI. Oleh: UMI ZAIROH A Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)

AGIPTA ADHI WIRASTRATMAJA K

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Diajuka

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Disusun Oleh :

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI STRATEGI SURVEY QUESTION READING RECALL REVIEW (SQ3R)

SKRIPSI. Oleh: Wardah Rahmawati

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH PERBANDINGAN DAN SKALA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION

IMPLEMENTASI MEDIA WORDWALL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN VOCABULARY DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS KELAS IV SD N NGADIREJO II KARTASURA SKRIPSI

SKRIPSI HILMAN ADHI FADHLULLAH

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS NEGOSIASI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DI KELAS X IIS 2 SMA NEGERI 7 SURAKARTA

PENERAPAN MEDIA POP UP BOOK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA SISWA KELAS II SDN 1 WONOHARJO KEMUSU BOYOLALI TAHUN AJARAN 2013/2014

SKRIPSI. Oleh : FERIKA SARI NIM

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI METODE EXAMPLES NON EXAMPLES PADA SISWA KELAS V SDN TAWANG 02 TAHUN 2013 SKRIPSI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA ANAK MELALUI MEDIA FILM ANIMASI PADA SISWA KELAS V SDN PANTI 01 JEMBER TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MATERI PROKLAMASI KEMERDEKAAN MELALUI METODE ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 SAMBI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI METODE STRUKTURAL ANALISIS SINTESIS (SAS) PADA SISWA KELAS 1A SDN BAKUNGAN BANYUWANGI SKRIPSI.

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 TAMANSARI

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai Derajat S-1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Untuk memenuhi

AKHMAD MUSTOLIH NIM : X

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA FLASHCARD PADA ANAK AUTIS KELAS I DI SLB AUTIS ALAMANDA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN MEDIA STORY BOARD PADA MATERI MENANGGAPI SUATU CERITA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS 5

: MAKMUR HIDAYANTO A.

SKRIPSI. Oleh FADHILAH SARTIKA NIM

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

SKRIPSI. Oleh: WIDHI ASTUTI K

PENINGKATAN HASIL BELAJAR GERAK DASAR FOREHAND

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA MENULIS PERMULAAN MELALUI MEDIA REALIA SISWA KELAS II SD NEGERI KARANGWARU 1, PLUPUH, SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 PGSD. Disusun Oleh NUR FITRIA A

RETNO INDAR WATI A

PENINGKATAN RASA PERCAYA DIRI DALAM PEMBELAJARAN SUB TEMA AKU DAN TEMAN BARU MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS 1 SEMESTER 1

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK

IMPLEMENTASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN METODE

PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN PADA SISWA KELAS XI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS III SD NEGERI BALEHARJO 3, SUKODONO, SRAGEN TAHUN AJARAN 2012/2013

PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR IPA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN STUDENT FASILITATOR AND EXPLAINING SISWA KELAS V SD NEGERI SAREN 1 KEC.

PENERAPAN METODE MIND MAPPING

PEMBELAJARAN KOOPERATIF SQ3R

ERI SETYANINGSIH K

SKRIPSI. Oleh : UMARYANI NIM: X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user

PENERAPAN STRATEGI COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF PADA MATA PELAJARAN BAHASA

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN STRATEGI ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KEBONHARJO KLATEN TAHUN AJARAN 2012/2013

PENGGUNAAN MEDIA WAYANG KARTUN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA MENDONGENG PADA SISWA KELAS III SDN TIRTOYOSO NO. 111 SURAKARTA TAHUN AJARAN

PENINGKATAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN MEDIA TIGA DIMENSI PADA SISWA BOYOLALI TAHUN 2013/2014 SKRIPSI

PENERAPAN METODE DISCOVERY

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Prasyarat Guna Mencapai Derajat S1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK MELALUI METODE BERCERITA DENGAN GAMBAR SERI PADA ANAK KELOMPOK A TK JOHO 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI

SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI. Oleh : Chandy Febyanto NIM

IIS IDA UTAMI A54F121021

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Biologi. Disusun oleh : EKA WININGSIH

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan. Guna Mencapai Drajat Sarjana S-1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar

PENERAPAN METODE TWO STAY TWO STRAY

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN LEARNING STARTS WITH A QUESTION

Oleh: RIFKA ROSYDIANA A

Transkripsi:

PENINGKATAN MINAT MEMBACA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE MENDONGENG (STORY TELLING) PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI PABELAN 02 KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010/ 2011 SKRIPSI Oleh: ANISA RATNA PERTIWI K7107016 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

PENINGKATAN MINAT MEMBACA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE MENDONGENG (STORY TELLING) PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI PABELAN 02 KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010/ 2011 Oleh : ANISA RATNA PERTIWI K7107016 Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 ii

PERSETUJUAN Skripsi dengan judul : Peningkatan Minat Membaca dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia melalui Metode Mendongeng (Story Telling) pada Siswa Kelas IV SD Negeri Pabelan 02 Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/ 2011. Oleh : Nama : Anisa Ratna Pertiwi NIM : K7107016 Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pada hari : Tanggal : Pembimbing I Persetujuan Pembimbing Pembimbing II Drs. Hadi Mulyono, M. Pd NIP. 19561009 198012 1 001 Drs. Sadiman, M. Pd. NIP. 19540808 198103 1 004 iii

PENGESAHAN Skripsi dengan judul : Peningkatan Minat Membaca dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia melalui Metode Mendongeng (Story Telling) pada Siswa Kelas IV SD Negeri Pabelan 02 Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/ 2011. Oleh : Nama : Anisa Ratna Pertiwi NIM : K7107016 Telah dipertahankan dihadapan Tim Dosen Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Pada hari : Jumat Tanggal : 29 April 2011 Tim Penguji Skripsi : Nama Terang Tanda Tangan Ketua : Drs. Kartono, M. Pd.. Sekretaris : Drs. Hasan Mahfud, M. Pd.. Anggota I : Drs. Hadi Mulyono, M. Pd.. Anggota II : Drs. Sadiman, M. Pd.. Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan, Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. NIP. 19600727 198702 1 001 iv

ABSTRAK Anisa Ratna Pertiwi. NIM K7107016. PENINGKATAN MINAT MEMBACA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE MENDONGENG (STORY TELLING) PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI PABELAN 02 KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2011. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan minat membaca dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.pada siswa kelas IV SD Negeri Pabelan 02 Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/ 2011. Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas terdiri dari dua siklus, tiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri Pabelan 02 Kartasura. Adapun teknik pengumpulan data menggunakan angket (kuesioner), wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis model interaktif yang terdiri dari tiga komponen analisis, yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan. Hasil penelitian ini adalah (1) Adanya peningkatan persentase tingginya minat membaca siswa dari sebelumnya 30% kemudian pada siklus pertama 63,33%; kemudian pada siklus kedua menjadi 76,67%, (2) Adanya peningkatan nilai rata-rata minat membaca siswa secara klasikal dari 2,50; kemudian pada siklus pertama menjadi 3,03; menjadi 3,38 pada siklus kedua. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui metode mendongeng (story telling) dapat meningkatkan minat membaca dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas IV SD Negeri Pabelan 02 Kartasura Kabupaten Sukoharjo tahun ajaran 2010/ 2011. Bagi guru metode mendongeng (story telling) ini direkomendasikan untuk diterapkan guna meningkatkan minat membaca siswa. v

MOTTO Pelajarilah ilmu dan mengajarlah kamu,rendahkanlah dirimu terhadap guru-gurumu dan berlakulah lemah lembut terhadap murid-muridmu. (Terjemah: HR. Tabrani) Sungguh sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai dari pekerjaan/ tugas, kerjakanlah yang lain dengan sungguh. (Terjemah: Q.S. Al Nasyirah 6-7) Hal kecil membentuk kesempurnaan, namun kesempurnaan bukanlah hal yang kecil. (Democritos) Pengetahuan akan menyenangkan jiwamu, kebijaksanaan akan memelihara engkau, kepandaian akan menjaga engkau. (Penulis) vii

PERSEMBAHAN Karya ini dipersembahkan kepada : Ayah dan Ibu tercinta yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang yang tak pernah lekang oleh waktu dan selalu mendoakan, memberikan motivasi, bimbingan, dan kasih sayang dengan tulus ikhlas serta mendukung dan menuntunku di setiap langkahku. Kakekku tersayang (Alm) Sir Adi Sasmito yang mendoakanku dari tempat terindah. Semoga beliau mendapatkan tempat terindah di sisi-nya. Nenekku tersayang Suyati yang selalu mendoakan dan mendukungku. Saudara-saudaraku tersayang Kak Khafid, Dik Ana, Dik Rosyid, Dik Yazid dan Dik Rosyi yang selalu membuatku tersenyum. viii

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahnya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul Peningkatan Minat Membaca dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia melalui Metode Mendongeng (Story Telling) pada Siswa Kelas IV SD Negeri Pabelan 02 Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/ 2011. Skripsi, Surakarta, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2011 ini diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Sebelas Maret Surakarta. Banyak hambatan dijumpai dalam penyusunan skripsi ini, tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis sampaikan terimakasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada semua pihak, khususnya kepada : 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. KRT. Rusdiana Indianto. M. Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Drs. Kartono, M. Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Drs. Hasan Mahfud, M. Pd. selaku Sekretaris Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 5. Drs. Hadi Mulyono, M. Pd. selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini. 6. Drs. Sadiman, M. Pd. selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini. 7. Keluarga besar SD Negeri Pabelan 02 Kartasura Sukoharjo membantu dalam penelitian ini. 8. Ayahanda Zainal Abidin, S. Pd dan ibundaku Dwi Lestari Margahayu terima kasih atas doa, pengalaman hidup dan pengorbanan yang tulus selama ini. ix

9. Saudara kandungku, mulai dari kakakku tercinta hingga adikku tersayang terimakasih atas semangat dan doanya selama ini. 10. Keluarga Drs. H. Mulato Budi Santoso, M.Pd dan Bapak Sutarwan terimakasih atas doa, pengalaman hidup dan pengorbanan selama ini. 11. Sahabat-sahabatku: Luluk, Nurul, Dewi, Ari dan Haidy yang menemani saat susah maupun senang. 12. Teman seperjuangan kelas A angkatan 2007 terima kasih atas kebersamaannya selama ini. 13. Almamaterku UNS Surakarta. Disadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami. Surakarta, April 2011 Penulis x

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. i HALAMAN PERSETUJUAN.. iii HALAMAN PENGESAHAN iv HALAMAN ABSTRAK.. v HALAMAN MOTTO... vii HALAMAN PERSEMBAHAN viii KATA PENGANTAR... ix DAFTAR ISI.. xi DAFTAR TABEL.. xiii DAFTAR GAMBAR. xiv DAFTAR LAMPIRAN.. xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah. 3 C. Perumusan Masalah. 4 D. Tujuan Penelitian. 4 E. Manfaat Penelitian 4 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 6 1. Minat Membaca. 6 a. Hakikat Minat 6 b. Hakikat Membaca. 9 c. Pentingnya Minat Membaca.. 11 d. Aspek-aspek Minat Membaca 13 e. Faktor Pendorong Minat Membaca... 17 f. Minat Membaca di SD.. 19 g. Cara Mengukur Minat Membaca 21 2. Metode Mendongeng (Story Telling).. 22 a. Metode Mendongeng (Story Telling) 22 b. Bentuk-bentuk Mendongeng (Story Telling). 23 c. Manfaat Mendongeng (Story Telling) 25 d. Faktor Metode Mendongeng (Story Telling).. 28 xi

B. Penelitian yang Relevan. 29 C. Kerangka Berfikir... 30 D. Hipotesis Tindakan. 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian. 33 B. Subjek dan Objek Penelitian 33 C. Sumber Data. 34 D. Teknik Pengumpulan Data 34 E. Validitas Data... 36 F. Teknik Analisis Data... 37 G. Indikator Kinerja.. 38 H. Prosedur Penelitian... 39 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian. 45 B. Deskripsi Hasil Penelitian.. 46 C. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian 71 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan 77 B. Implikasi 77 C. Saran... 78 DAFTAR PUSTAKA 80 LAMPIRAN... 84 xii

DAFTAR TABEL Tabel 1. Standar Kompetensi Keterampilan Membaca. 20 Tabel 2. Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian 33 Tabel 3. Hasil Minat Membaca Siswa Prasiklus Melalui Angket. 47 Tabel 4. Hasil Minat Membaca Siswa Siklus I Melalui Angket 53 Tabel 5. Hasil Minat Membaca Siswa Siklus I Melalui Wawancara 55 Tabel 6. Minat Membaca Siswa Siklus I.. 57 Tabel 7. Hasil Minat Membaca Siswa Siklus II Melalui Angket.. 65 Tabel 8. Hasil Minat Membaca Siswa Siklus II Melalui Wawancara... 66 Tabel 9. Minat Membaca Siswa Siklus II.. 68 Tabel 10. Persentase Minat Membaca Tiap Siklus.. 74 Tabel 11. Nilai Rata-rata Minat Membaca Siswa Tiap Siklus 76 xiii

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kerangka Berpikir... 32 Gambar 2. Komponen-komponen Analisis Data... 38 Gambar 3. Alur Penelitian Tindakan Kelas... 39 Gambar 4. SD Negeri Pabelan 02 Kartasura... 45 Gambar 5. Grafik Minat Membaca Siswa Prasiklus Melalui Angket... 47 Gambar 6. Grafik Minat Membaca Siswa Siklus I Melalui Angket... 54 Gambar 7. Grafik Minat Membaca Siswa Siklus I Melalui Wawancara... 56 Gambar 8. Grafik Minat Membaca Siswa Siklus I... 57 Gambar 9. Grafik Minat Membaca Siswa Siklus II Melalui Angket... 65 Gambar 10. Grafik Minat Membaca Siswa Siklus II Melalui Wawancara... 67 Gambar 11. Grafik Persentase Minat Membaca Siklus II... 69 Gambar 12. Grafik Persentase Minat Membaca Siswa Tiap Siklus... 75 Gambar 13. Grafik Rata-rata Angket Minat Membaca SiswaTiap Siklus... 76 Gambar 14. Siswa mendongeng pada siklus I pertemuan kedua... 139 Gambar 15. Siswa mendongeng pada siklus I pertemuan ketiga... 139 Gambar 16. Siswa mendongeng pada siklus II pertemuan pertama... 140 Gambar 17. Siswa mendongeng pada siklus II pertemuan kedua... 140 xiv

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Angket Minat Membaca Siswa (Sebelum Uji Validitas)... 84 Lampiran 2. Uji Coba dan Analisis Angket Minat Membaca Siswa. 87 Lampiran 3. Angket Minat Membaca Siswa (Setelah Uji Validitas). 93 Lampiran 4. Pedoman Penilaian Angket Minat Membaca Siswa.. 96 Lampiran 5. Pedoman Wawancara Minat Membaca untuk Siswa. 97 Lampiran 6. Pedoman Penilaian Wawancara Minat Membaca Siswa 99 Lampiran 7. Pedoman Wawancara Minat Membaca untuk Guru... 100 Lampiran 8. Lembar Observasi Minat Membaca Siswa..... 101 Lampiran 9. Pedoman Observasi Minat Membaca Siswa 102 Lampiran 10. Lembar Observasi Pembelajaran Guru... 104 Lampiran 11. Hasil Angket Minat Membaca Siswa Prasiklus... 106 Lampiran 12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I (2)...... 107 Lampiran 13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I (3)... 112 Lampiran 14. Analisis Angket Minat Membaca Siklus I... 117 Lampiran 15. Angket Minat Membaca Siklus I... 118 Lampiran 16. Wawancara Minat Membaca dengan Siswa Siklus I. 121 Lampiran 17. Wawancara Minat Membaca dengan Guru Siklus I.. 122 Lampiran 18. Lembar Observasi Minat Membaca Siswa Siklus I... 123 Lampiran 19. Lembar Observasi Pembelajaran Guru Siklus I.. 124 Lampiran 20. Minat Membaca Siswa Siklus I. 126 Lampiran 21. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II (1 dan 2) 127 Lampiran 22. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II (3).. 131 Lampiran 23. Hasil Angket Minat Membaca Siklus II 135 Lampiran 24. Angket Minat Membaca Siswa Siklus II 137 Lampiran 25. Wawancara Minat Membaca dengan Siswa Siklus II 139 Lampiran 26. Wawancara Minat Membaca dengan Guru Siklus II. 140 Lampiran 27. Lembar Observasi Minat Membaca Siswa Siklus II. 141 Lampiran 28. Lembar Observasi Pembelajaran Guru.. 142 Lampiran 29. Minat Membaca Siswa Siklus II 144 Lampiran 30. Foto KBM.. 145 Lampiran 31. Surat Ijin Penyusunan Skripsi 147 Lampiran 32. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian. 151 xv

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi sekarang ini, banyak menimbulkan pengaruh bagi dunia pendidikan, baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Pengaruh positif bagi dunia pendidikan adalah kemajuan IPTEK yang mendukung cepatnya arus informasi ke berbagai daerah dan pemerolehan sumber belajar yang lebih luas. Akan tetapi pengaruh negatif bagi dunia pendidikan juga besar. Pemanfaatan IPTEK yang kurang sesuai dapat menyebabkan kerusakan moral, sikap dan karakteristik seseorang. Sebagai contoh pengaruh kecil televisi. Hampir semua rumah memiliki televisi dan tidak bisa dipungkiri televisi dapat mempengaruhi sikap seseorang, seperti malas belajar, meniru adegan yang kurang sopan dan sebagainya. Hal tersebut menjadikan PR ekstra bagi para pendidik. Namun, sikap malas tersebutlah yang perlu diwaspadai. Semakin maju/ berkembangnya suatu negara, semakin besar pula harapan yang diinginkan oleh negara tersebut. Akan tetapi, kemajuan/ berkembangnya suatu negara tanpa diikuti oleh sumber daya manusia yang berkualitas maka harapan tersebut akan sulit tercapai. Generasi penerus yang bermalas-malasan dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Sikap malas tersebut terbawa ketika berada di dalam kelas, tidak hanya malas belajar/ mengerjakan tugas, tetapi juga malas untuk membaca. Terutama dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran Bahasa Indonesia mempunyai empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu : (1) membaca, (2) menyimak, (3) menulis, (4) berbicara. Keempat aspek tersebut harus dimiliki oleh siswa, karena apabila salah satu aspek tersebut tidak dimiliki oleh siswa maka akan sulit untuk mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia dan bidang studi yang lainnya. Namun, masih banyak siswa yang kurang berminat atau malas membaca. Ditandai dengan tidak sedikitnya siswa yang menanyakan jawaban, baik pada guru maupun teman sebangku ketika diberi soal/ tugas dari guru tanpa adanya kemauan

2 membaca materi pelajaran sebelumnya dan siswa yang lebih memilih bermain sediri daripada membaca teks bacaan. Selain itu kurang variatifnya penggunaan metode dan kurangnya pemberian tanggung jawab dari guru kepada siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, terutama dalam keterampilan membaca juga melatarbelakangi rendahnya minat membaca siswa. Sarana pendukung seperti pemanfaatan perpustakaan juga berpengaruh terhadap tingginya minat membaca siswa. Berdasarkan hasil sebaran angket yang dilakukan pada sebuah sekolah dasar di desa Pabelan Kartasura, didapatkan suatu data yang terpolakan menjadi lima kriteria minat membaca siswa, yaitu sangat tinggi 10%, tinggi 20%, sedang 43,33%, rendah 26,67% dan sangat rendah 0% (lampiran 10). Memang tidak dapat dipungkiri, kemajuan IPTEK dan dunia hiburan banyak sedikitnya menimbulkan efek negatif, salah satunya malas. Dari data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa minat membaca siswa tergolong rendah. Menurut H.G Tarigan (1983: 7) dalam St. Y. Slamet (2008: 66) membaca merupakan suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis. Dengan membaca dapat diperoleh berbagai manfaat yaitu memperoleh banyak pengalaman hidup, memperkaya khasanah keilmuan, dapat memahami isi bacaan dan masih banyak manfaat lainnya. Bagi siswa SD membaca adalah kegiatan belajar terpenting untuk dapat memperkaya ilmu. Namun, sekarang ini banyak dijumpai siswa SD yang kurang berminat untuk membaca. Penggunaan metode mendongeng (story telling) ini diharapkan dapat meningkatkan minat membaca siswa SD sedikit demi sedikit. Dalam www.google.com definisi mendongeng adalah penyampaian peristiwa dalam katakata, gambar dan suara, sering dengan improvisasi. Sedangkan menurut Andi Yudha (2009 : 19) bercerita adalah suatu proses kreatif anak-anak yang dapat mengaktifkan aspek intelektual, kepekaan, kehalusan budi, emosi, seni, fantasi dan imajinasi; tidak hanya mengutamakan otak kiri, tetapi juga otak kanan. Mendongeng dapat digunakan sebagai metode untuk meningkatkan minat membaca siswa dengan cara

3 membiasakan siswa untuk mendongeng di depan kelas dan memperhatikan dongeng yang sedang disampikan di akhir pelajaran Bahasa Indonesia. Waktu yang diberikan sekitar 10-15 menit dan dongeng/ cerita disampaikan secara bergantian tanpa membawa teks bacaan. Bisa dikatakan bahwa dongeng/ cerita yang mengubah cara berpikir atau merasa tentang sesuatu, mungkin juga mengubah sesuatu dalam proses pikirantubuh kita. Apabila kita perhatikan pendengar yang hanyut dalam sebuah cerita, kita melihat beberapa tanda penyesuaian pikiran-tubuh yang bisa diteliti seperti perbahan dalam respirasi, irama, otot, dan detak jantung. (George W. Burns: 2001: 30 dalam http://episentrum.com/search/www%20pengertian%20mendongeng) Seperti yang disampaikan George W. Burns tersebut diharapkan dengan penggunaan metode mendongeng (story telling) dapat meningkatkan minat membaca siswa SD Negeri Pabelan 02 Kartasura Kabupaten Sukoharjo kelas IV khususnya karena dongeng/ cerita mempunyai 6 kekuatan, yaitu menumbuhkan sikap disiplin, membangkitkan emosi, memberi inspirasi, memunculkan perubahan, menumbuhkan kekuatan pikiran-tubuh dan menyembuhkan. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul Peningkatan Minat Membaca dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia melalui Metode Mendongeng (Story Telling) pada Siswa Kelas IV SD Negeri Pabelan 02 Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/ 2011. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut di depan, maka identifikasi masalahnya adalah: 1. Kurangnya minat membaca siswa kelas IV SD Negeri Pabelan 02 Kartasura dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. 2. Kurangnya perhatian siswa kelas IV SD Negeri Pabelan 02 Kartasura dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

4 3. Kurangnya tuntutan tanggung jawab yang diberikan guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia terhadap minat membaca siswa kelas IV SD Negeri Pabelan 02 Kartasura. 4. Metode yang digunakan guru untuk meningkatkan minat membaca dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas IV SD Negeri Pabelan 02 Kartasura masih kurang maksimal. 5. Kurang aktifnya pemanfaatan perpustakaan sekolah untuk meningkatkan minat membaca dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas IV SD Negeri Pabelan 02 Kartasura. C. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan, maka rumusan permasalahannya adalah apakah metode mendongeng (story telling) dapat meningkatkan minat membaca dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas IV SD Negeri Pabelan 02 Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/ 2011? D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan minat membaca dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.pada siswa kelas IV SD Negeri Pabelan 02 Kartasura Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2010/ 2011. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan atau referensi dalam peningkatan minat membaca siswa dan menjadi inovasi dalam kegiatan pembelajaran, serta dapat digunakan sebagai referensi atau acuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai peningkatan minat membaca siswa.

5 2. Manfaat Praktis Adapun manfaat praktisnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : a. Bagi Siswa Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk meningkatkan minat membaca siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. b. Bagi Guru Bagi guru, penerapan metode mendongeng (story telling) dalam pembelajaran sangat jarang dilakukan, sehingga hasil penelitian ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan merencanakan dan menggunakan metode pembelajaran yang berbeda untuk dapat meningkatkan minat membaca. c. Bagi Sekolah Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman pada guru-guru lain sehingga dapat memperoleh pengalaman baru untuk menerapkan pendekatan yang inovatif dalam pembelajaran guna meningkatkan minat membaca, bahkan minat belajar. d. Bagi Peneliti Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi batu loncatan guna mengadakan penelitian lanjutan dan dapat menerapkan pendekatan inovatif ini secara berkesinambungan dan lebih konsisten sebagai salah satu cara meningkatkan minat membaca bahkan minat belajar peserta didik. e. Bagi Orang Tua/ Wali Murid Bagi orang tua/ wali murid siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana pengembangan pendidikan orang tua di dalam keluarga, mengingat banyak sekali manfaat yang diperoleh dari metode mendongeng (story telling) ini.

6 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Minat Membaca a. Hakikat Minat Minat membaca terdiri dari dua kata yakni minat dan membaca, dua kata ini beda arti, untuk itu penulis akan mendefinisikan satu persatu, sebagai berikut: Minat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap suatu gairah keinginan. Sedangkan minat menurut Crow dan Crow (1989: 303) dalam Sumanto (2004: 56) minat atau interest bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita cenderung atau merasa tertarik pada orang, benda dan kegiatan. Menurut Slameto (2003: 180) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Dalam Ensiklopedi Indonesia IV (1998: 2252) dalam Sumanto (2004: 56), minat diartikan sebagai kecenderungan untuk bertingkah laku yang terarah kepada objek kegiatan atau pengalaman tertentu. Whitterington (1985: 135) berpendapat bahwa Minat adalah kesadaran seseorang bahwa suatu objek, seseorang, suatu soal atau situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya. Menurut Guilford dalam http://matheduunila.blogspot.com/2009/10/pengertian-minat.html minat sebagai tendensi seseorang untuk berperilaku berdasarkan ketertarikannya pada jenis-jenis kegiatan tertentu. Kegiatan yang diminati seseorang akan diperhatikan terusmenerus yang disertai dengan rasa senang. Senada dengan yang diungkapkan Ginting (2005) dalam http://mathedu-unila.blogspot.com/2009/10/pengertianminat.html minat berfungsi sebagai daya penggerak yang mengarahkan seseorang melakukan kegiatan tertentu yang spesifik, lebih jauh lagi minat mempunyai karakteristik pokok yaitu melakukan kegiatan yang dipilih sendiri

7 dan menyenangkan sehingga dapat membentuk suatu kebiasaan dalam diri seseorang. Hal senada diungkapkan oleh Winkel, W. S. (1985: 31) yang mendefinisikan minat sebagai suatu perasaan pernyataan psikis yang menunjukkan adanya pemusatan perhatian terhadap suatu objek, karena objek tersebut menarik dirinya. Meichati dalam http://matheduunila.blogspot.com/2009/10/pengertian-minat.html mengartikan minat sebagai perhatian yang kuat, intensif dan menguasai individu secara mendalam untuk tekun melakukan suatu aktivitas. Aspek minat terdiri dari aspek kognitif dan aspek negatif. Aspek kognitif berupa konsep terhadap suatu objek dan berpusat pada manfaat dari objek tersebut. Aspek afektif nampak dalam rasa suka atau tidak senang dan kepuasan pribadi terhadap objek tersebut. Lebih lanjut Super & Crites dalam Sukar (2007: 53) menggolongkan minat menjadi empat jenis atas dasar perbedaan dalam mendapatkan data. Keempat golongan tersebut adalah : (1) Expressed interest yaitu pernyataan senang atau tidak senang dari subjek terhadap objek, baik berupa tingkah laku atau aktifitas maupun pekerjaan. (2) Manifested interest yaitu yang diwujudkan dengan adanya partisipasi terhadap suatu tindakan atau pekerjaan. (3) Tested interest yaitu minat yang diwujudkan atau diketahui dari hasil tes objektif. (4) Inventoried interest yaitu perwujudan minat yang diketahui melalui daftar isian dengan butir-butir yang tersusun. Minat merupakan hasil proses belajar dan pengalaman, kemudian dalam diri seseorang dapat mengalami perubahan. Berkaitan dengan hal tersebut, Dimyati Mahmud dalam http://www.bimbaaiueo.com/index.php?option=com_content&view=article&id=221:pengertia n-minat&catid=54:artikel&itemid=76 mengungkapkan bahwa minat sebagai akibat dari pengalaman efektif yang distimulir oleh hadirnya seseorang atau suatu objek atau karena berpartisipasi dalam suatu aktivitas. Oleh karena itu, minat seseorang tidak dibawa sejak lahir melainkan diperoleh kemudian.

8 Pendapat tersebut lebih diperkuat lagi oleh Elizabeth B. Hurlock (1978: 422) bahwa minat tidak dibawa sejak lahir melainkan merupakan hasil dari pengalaman belajar. Minat akan muncul secara otomatis, akan tetapi dalam perkembangannya perlu ditimbulkan. Minat dapat dibina dengan proses pengalaman dan sebagian besar kehidupan seseorang akan diisi dengan minat yang dimiliki. Ia akan lebih peka terhadap hal-hal yang diminatinya. Jadi, apabila anak berminat terhadap sesuatu anak tersebut dapat tenggelam dalam kegiatan yang dilakukan walaupun hanya dengan rangsangan yang sangat lemah dan atau pengalaman-pengalaman dari suatu aktivitas dapat menimbulkan minat, meski pada awalnya minat terhadap aktivitas tersebut belum ada. Sebagai contoh ketika seorang anak yang mendapatkan tugas untuk mencari suatu bacaan, baik fiksi maupun non fiksi dan disuruh untuk meresensi atau menanggapi bacaan tersebut, akhirnya lama kelamaan berhasil. Hingga kegiatan membaca tersebut menjadi suatu kebiasaan. Menurut Kurt Franz/ Berhard Miere (1983: 9) minat timbul atau muncul tidak secara tiba-tiba, melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja, dengan kata lain, minat dapat menjadi penyebab kegiatan dan penyebab partisipasi dalam kegiatan. Menurut Lauw (1992) dalam http://bintangbangsaku.com/artikel/2008/06/minat-2.html minat mengandung unsur-unsur kognisi (mengenal), emosi (perasaan), dan konasi (kehendak). Oleh sebab itu, minat dapat dianggap sebagai respon yang sadar, sebab kalau tidak demikian, minat tidak akan mempunyai arti apa-apa. Unsur kognisi maksudnya adalah minat itu didahului oleh pengetahuan dan informasi mengenai obyek yang dituju oleh minat tersebut unsur emosi, karena dalam partisipasi atau pengalaman itu disertai oleh perasaan tertentu, seperti rasa senang, sedangkan unsur konasi merupakan kelanjutan dari unsur kognisi. Dari kedua unsur tersebut yaitu yang

9 diwujudkan dalam bentuk kemauan dan hasrat untuk melakukan suatu kegiatan, termasuk kegiatan pembelajaran seperti membaca. Hans E. Geihrl (1972) dalam Kurt Franz/ Bernhard Meier (1983: 8) merincikan tiga rangsangan dasar minat membaca, yaitu (1) membaca merupakan keinginan untuk menangkap dan menghayati sesuatu yang terjadi di dunia, (2) membaca berasal dari hasrat untuk mengatasi atau setidaknya melonggarkan keterikatan manusia, (3) membaca untuk mencari ketaraturan dan bentuk, mencari apa arti dan makna kehidupan manusia. Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan jiwa yang relative menetap kepada diri seseorang dan biasanya disertai dengan perasaan senang dan tentunya minat bukan berasal dari genetika tetapi berasal dari pengalaman belajar. b. Hakikat Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis (H.G. Tarigan, 1983: 7 dalam St. Y. Slamet, 2008: 66). Eddie C. Kennedy (1981: 5) mengungkapkan reading is the ability of an individual to recognize a visual form, associate the form with a sound and/ or meaning acquired in the past, and, on the basis of past experience, understand and interpret its meaning. Membaca merupakan suatu keterampilan individu untuk mengenali suatu bentuk visual, menghubungkan bentuk dengan suara dan atau makna untuk memahami dan mentafsirkan maknanya. Burhan (1998: 90) dalam Sukar (2007: 51) menyatakan bahwa membaca dalam arti yang sesungguhnya adalah perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerjasama beberapa keterampilan, yaitu mengamati, memahami, dan memikirkan. Senada dengan pendapat Burhan, Smith dalam http://mathedu-unila.blogspot.com/2009/10/pengertian-membaca.html menyatakan bahwa membaca merupakan suatu proses pengenalan,

10 penafsiran, dan penilaian terhadap gagasan-gagasan yang berkenaan dan berbobot mental ataupun kesadaran total dari pembaca. Tampubolon (1993) dalam http://matheduunila.blogspot.com/2009/10/pengertian-membaca.html menjelaskan pada hakekatnya membaca adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dari tulisan. Walaupun dalam kegiatan itu terjadi proses pengenalan huruf-huruf. 1) Dikatakan kegiatan fisik, karena bagian-bagian tubuh khususnya mata, yang melakukannya. 2) Dikatakan kegiatan mental karena bagian-bagian pikiran, khususnya persepsi dan ingatan, terlibat didalamnya. Dari defenisi ini, kiranya dapat dilihat bahwa nenemukan makna dari bacaan (tulisan) adalah tujuan utama membaca dan bukan mengenali hurufhuruf. Senada dengan pendapat Tampubolon, Juel C. dalam http://matheduunila.blogspot.com/2009/10/pengertian-membaca.html mengartikan membaca sebagai proses untuk mengenal kata dan memadukan arti kata dalam kalimat dan struktur bacaan. Hasil akhir dari proses membaca adalah seseorang mampu membuat intisari dari bacaan. Diperjelas oleh pendapat Smith dalam http://matheduunila.blogspot.com/2009/10/pengertian-membaca.html bahwa membaca merupakan suatu proses membangun pemahaman dari teks yang tertulis. Menurut Burn, Roe dan Ross (1984) dalam http://matheduunila.blogspot.com/2009/10/pengertian-membaca.html membaca adalah proses berfikir, maksudnya adalah ketika seseorang sedang membaca, maka seseorang tersebut akan mengenali kata yang memerlukan interpretasi dari simbol-simbol grafis. Dengan demikian, dari berbagai definisi membaca dapat disimpulkan bahwa membaca adalah kegiatan fisik dan mental, yang menuntut seseorang untuk menginterpretasikan simbol-simbol tulisan dengan

11 aktif sebagai pola komunikasi dengan diri sendiri sehingga dapat menemukan makna tulisan dan memperoleh informasi sebagai proses transmisi pemikiran untuk mengembangkan intelektualitas dan pembelajaran sepanjang hayat (life-long learning). Dapat disimpulkan bahwa pengertian minat membaca adalah aspek psikologi seseorang yang menampakkan diri dalam beberapa gejala, seperti : kesadaran, keinginan/ kemauan, perhatian dan perasaan suka untuk melakukan proses perubahan tingkah laku melalui kegiatan fisik dan mental, yang menuntut seseorang untuk menginterpretasikan simbol-simbol tulisan dengan aktif sebagai pola komunikasi dengan diri sendiri sehingga dapat menemukan makna tulisan dan memperoleh informasi sebagai proses transmisi pemikiran untuk mengembangkan intelektualitas dan pembelajaran sepanjang hayat (life-long learning). c. Pentingnya Minat Membaca Minat membaca berpengaruh besar terhadap kesuksesan anak sehingga perlu ditumbuhkan sejak dini. Menurunnya minat membaca siswa sekarang ini perlu adanya perhatian yang lebih. Kebanyakan siswa menganggap membaca itu membosankan dan kurangnya kesadaran bahwa membaca mempunyai banyak manfaat. Dalam sebuah jurnal pendidikan dari www.macrothink.org / ije dikemukakan oleh Evan T. Ortlieb bahwa If this lack of interest remains for even a short period of time, many students will no longer want to read. Reading will not be a fun activity, instead, it will be considered work (2010). Apabila kurangnya minat ini bertahan untuk periode yang singkat saja, banyak siswa yang tidak menginginkan lagi untuk membaca. Membaca tidak akan menjadi kegiatan yang menyenangkan, sebaliknya akan dianggap sebagai sebuah pekerjaan. Apalagi keadaan seperti itu bertahan untuk periode yang lama, bisa jadi tidak akan ditemui lagi bahan bacaan karena tidak ada lagi yang membutuhkannya.

12 Mary Leonhart (1997) mengemukaan sepuluh alasan pentingnya menumbuhkan minat baca pada anak, yaitu: 1) anak-anak harus gemar membaca agar dapat membaca dengan baik; 2) anak yang gemar membaca akan mempunyai rasa kebahasaan yang lebih tinggi; 3) membaca akan memberikan wawasan yang lebih beragam sehingga belajar apa pun terasa lebih mudah; 4) hanya anak-anak yang gemar membaca yang unggul dalam berbagai pelajaran dan ujian; 5) kemampuan membaca dapat mengatasi rasa tidak percaya diri anak terhadap kemampuan akademiknya karena akan mampu menyelesaikan tugas hanya dengan sedikit waktu; 6) minat membaca akan memberikan beragam perspektif pada anak melalui beragam pandangan dari para penulis sehingga anak terbiasa memandang suatu masalah dari berbagai sisi; 7) membaca membantu anak memiliki rasa kasih sayang, karena anak akan menemukan beragam pola kehidupan dan cara menyelesaikan masalah tersebut secara wajar; 8) anak yang gemar membaca dihadapkan pada dunia yang penuh dengan kemungkinan dan kesempatan; 9) anak yang gemar membaca akan mampu mengembangkan pola berpikir kreatif dalam diri mereka; dan 10) kecintaan membaca adalah salah satu kebahagiaan utama dalam hidup, karena membaca merupakan rekreasi jiwa. Sedangkan menurut Suprapto, S. St dalam blog nya http://prapt04.blogspot.com/2008/03/menumbuhkan-minat-baca-melaluimetode.html salah satu indikasi kemajuan suatu bangsa dan negara itu terlihat dari minat membaca masyarakatnya. Suatu bangsa yang memiliki minat membaca tinggi akan berimplikasi pada aspek-aspek pendukung kemajuan dan kebesaran bangsa itu sendiri seperti aspek teknologi, ekonomi, budaya,

13 sosial, politik dan lainnya. Bisa digambarkan bahwa bangsa-bangsa maju dan modern yang berhasil menemukan teknologi yang canggih, semua itu berawal dari strongly habit membaca yang pada gilirannya akan melahirkan para ilmuwan dalam berbagai bidang. Sumber daya manusia yang berkualitas dan unggul tersebut, pada umumnya dekat dengan bahan bacaan baik cetak maupun elektronik sehingga membaca sudah menjadi bagian dari hidup dan menjadi suatu kebiasaan. Dengan demikian sangatlah penting menumbuhkan minat membaca pada anak. Daisy Marvel Jones (1971: 54) mengemukakan pentingnya membaca adalah the following generalizations may give the observant teacher food for thought when she is tempted to plunge ahead for purposes of getting all children reading, keeping up with the other classes, satisfying parent expectations, or attaining scores on competitive examinations. Intinya, membaca itu penting untuk memberi pengetahuan kepada anak, mewujudkan harapan orang tua ataupun mencapai nilai dalam ujian kompetensi. Menurut Dwi Sunar P. (2008: 57) membaca telah merangsang otak untuk melakukan olah pikir memahami makna yang terkandung dalam rangkaian simbol-simbol (tulisan), mendapat informasi baru (pengetahuan), dan hiburan. Bertolak pada manfaat membaca itulah, muncul suatu gagasan bahwa menumbuhkan minat membaca itu penting. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan betapa pentingnya menumbuhkan minat membaca pada anak, karena dengan membaca akan diperoleh bebarapa manfaat, diantaranya : (1) memperoleh pengetahuan, (2) memberikan perspektif atau pandangan, (3) menumbuhkan kasih sayang, (4) mengembangkan pola berpikir kreatif, dan (5) hiburan. d. Aspek-aspek Minat Membaca 1) Kesadaran Perbuatan atau kegiatan membaca akan berhasil apabila seseorang menyadari akan kebutuhannya. Kesadaran untuk membaca itu

14 akan mengantarkan anak untuk mencari dan bertindak untuk memperoleh hasil yang maksimal, sehingga anak akan memperoleh kepuasan dalam pemenuhan kebutuhannya. Kepuasan ini akan selalu diulang-ulangnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutjipto (2001) dalam http://matheduunila.blogspot.com/2009/10/pengertian-minat.html menjelaskan bahwa minat adalah kesadaran seseorang terhadap suatu objek, orang, masalah, atau situasi yang mempunyai kaitan dengan dirinya. Artinya, minat harus dipandang sebagai sesuatu yang sadar. Karenanya minat merupakan aspek psikologis seseorang untuk menaruh perhatian yang tinggi terhadap kegiatan tertentu dan mendorong yang bersangkutan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Jadi, karena merasa ada sesuatu yang kurang dalam dirinya, ada kebutuhan yang harus dipenuhi dalam dirinya, maka dengan kesadaran yang tinggi anak akan berusaha untuk membaca. Kondisi seperti ini lama-kelamaan akan menjadi kebiasaan yang mantap pada diri anak. Tanpa disadarinya dalam diri anak akan terbentuk minat membaca pula, yang akan memacu anak untuk meningkatkan kemampuan membacanya. 2) Kemauan Kartini Kartono (1996: 104) berpendapat bahwa kemauan adalah dorongan kehendak yang terarah pada tujuan-tujuan hidup tertentu, yang dikendalikan oleh pertimbangan-pertimbangan akal budi. Tampubolon (1993) dalam http://matheduunila.blogspot.com/2009/10/pengertian-minat.html mengemukakan bahwa minat adalah perpaduan antara keinginan dan kemauan yang dapat berkembang jika ada motivasi. Aktivitas yang disadari ini akan berpengaruh pada sikap dan tingkah laku pada seseorang. Kemauan merupakan aktivitas sadar yang akan menumbuhkan rangsangan yang kuat untuk berusaha melakukan perintah internalnya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang masuk akal agar terpenuhi kebutuhan dalam dirinya. Sebagai seorang

15 anak yang masih dalam proses belajar, kemauan-kemauan ini harus selalu ditimbulkan karena aktivitas yang dilaksanakan berdasarkan perintah internalnya akan membuahkan hasil yang lebih baik dan lebih mendalam. Kemauan-kemauan yang selalu dipupuk secara terus-menerus akan membentuk suatu sikap yang positif pada diri anak. Kemauan anak mempunyai hubungan yang erat dengan minat yang dimiliki anak. Minat yang telah dimiliki anak menjadi penyebab anak mempunyai aktivitas. Dengan kemauan, anak dapat mengembangkan dirinya sendiri dan mempunyai sikap untuk berinisiatif sendiri untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan hasil yang memuaskan. 3) Perhatian Menurut Crow & Crow (1984) dalam http://matheduunila.blogspot.com/2009/10/pengertian-minat.html menjabarkan bahwa minat dapat menunjukkan kemampuan untuk memperhatikan seseorang, sesuatu barang atau kegiatan atau sesuatu yang dapat memberi pengaruh terhadap pengalaman yang telah distimuli oleh kegiatan itu sendiri. Minat dapat menjadi sebab sesuatu kegiatan dan hasil dari turut sertanya dalam kegiatan tersebut. Witherington (1985) berpendapat bahwa perhatian adalah aktivitas yang vital dalam pendidikan. Sebab pada saat anak terkonsentrasi, aktivitas jiwa secara maksimal bekerja. Anak akan berusaha mengenal dan memahami obyek yang diperhatikan dengan sebaik-baiknya. Perhatian yang timbul dalam diri anak akan menghasilkan proses membaca yang lebih baik dari pada perhatian yang ditimbulkan akibat rangsangan dari luar. Apabila dalam diri anak sudah ada minat, perhatian yang dilakukan oleh anak merupakan perhatian yang spontan keluar dari dalam diri anak sendiri. Hal ini akan lebih menguntungkan proses membaca anak, sesuai dengan pendapat Walgito (1996: 69) dalam Sumanto (2004: 59) bahwa perhatian erat hubungannya dengan minat individu, bila individu telah mempunyai

16 minat terhadap sesuatu, terhadap obyek itu biasanya timbul perhatian yang spontan secara otomatis. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa minat dan perhatian ada kaitannya yang saling mendukung dan saling mengisi sebagai modal penting dalam aktivitas membaca anak. 4) Perasaan Senang Winkel (1985: 90) berpendapat bahwa minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan rasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Ginting (2005) dalam http://matheduunila.blogspot.com/2009/10/pengertian-minat.html menjelaskan, minat berfungsi sebagai daya penggerak yang mengarahkan seseorang melakukan kegiatan tertentu yang spesifik, lebih jauh lagi minat mempunyai karakteristik pokok yaitu melakukan kegiatan yang dipilih sendiri dan menyenangkan sehingga dapat membentuk suatu kebiasaan dalam diri seseorang. Menurut pendapat tersebut di atas, dapat ditarik simpulan bahwa minat merupakan motor penggerak psikis di mana minat menimbulkan rasa senang. Dalam hal ini rasa senang merupakan sikap positif bagi aktivitas membaca. Perasaan merupakan aktivitas psikis yang tidak boleh diabaikan karena perasaan dalam diri akan berpengaruh pada aktivitas membacanya. Perasaan itu akan menentukan sikap anak dalam menanggapi obyek yang dihadapinya. Perasaan senang, puas, atau gembira akan membentuk sikap yang positif, sedangkan perasaan takut, sedih, dan sebagainya akan menimbulkan sikap yang negatif. Sikap positif ni dapat diperkuat dengan alasan yang rational, sehingga anak mempunyai dorongan yang lebih kuat untuk selalu berada pada jalur yang mengarah pada pencapaian tujuan. Dengan merasa senang, minat intrinsik dapat berkembang. Anak mempunyai gairah dan semangat

17 untuk membaca, sehingga aktivitas membaca yang dilakukan anak akan berjalan dengan lancar dan berhasil dengan memuaskan. Dengan demikian minat yang dimiliki anak merupakan modal yang tidak dapat diabaikan dalam kegiatan membaca. Minat merupakan aktivitas yang penuh dengan kesadaran, kemauan, perhatian, dan rasa senang yang merupakan perpaduan antara satu dengan yang lain, di mana ada keterkaitan yang tidak terpisahkan. e. Faktor Pendorong Minat Membaca Dalam menumbuhkan/ meningkatkan minat membaca siswa perlu juga diperhatikan faktor-faktor yang dapat mendorong/ memicu tumbuhnya minat membaca. Banyak faktor yang dapat mendorong tumbuh/ meningkatnya minat membaca. Dalam sebuah jurnal pendidikan dari www.macrothink.org / ije dikemukakan oleh Vasques (2010) dalam Evan T. Ortlieb bahwa children read everything is interesting to them.. Furthermore, researchers have found that varied media and method assist in literacy development. Anak-anak membaca apapun yang menarik bagi mereka. Selain itu, para peneliti telah menemukan bahwa media dan metode yang bervariasi membantu dalam pengembangan literature. Pendapat tersebut didukung oleh BAPUSIPDA Jawa Barat dalam web nya (http://bapusipda.jabarprov.go.id/?action=news&page=4&id=91) yaitu : 1) Rasa ingin tahu yang tinggi atas fakta, teori, prinsip, pengetahuan, dan informasi. 2) Keadaan lingkungan fisik yang memadai, dalam arti tersedianya ahan bacaan yang menarik, berkualitas dan beragama, 3) Keadaan lingkungan sosial yang lebih kondusif, maksudnya adalah iklim yang selalu dimanpaatkan dalam waktu tertentu dalam waktu membaca, 4) Rasa haus informasi, rasa ingin tahu, terutama yang aktual,

18 5) Berprinsip hidup bahwa membaca merupakan kebutuhan rokhani. faktor-faktor tersebut dapat terpelihara melalui sikap-sikap, bahwa dalam diri tertanam komitmen membaca memperoleh keuntungan ilmu pengetahuan, wawasan/ pengalaman dan kearifan. Purves dan Beach dalam Sukar (2007: 55) mengemukakan adanya dua kelompok besar yang mempengaruhi minat membaca anak, yaitu faktor personal dan institusional. 1) Faktor personal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri anak, yaitu meliputi usia, jenis kelamin, inteligensi, kemampuan membaca, sikap dan kebutuhan psikologis. 2) Faktor institusional Faktor institusional adalah faktor-faktor di luar diri anak, yaitu meliputi ketersediaan jumlah buku-buku bacaan dan jenis-jenis bukunya, status sosial ekonomi orang tua dan latar belakang etnis, pengaruh orang tua, guru dan teman sebaya anak. Faktor yang mempengaruhi minat membaca lebih diperinci oleh Dawson dan Bamman (1990: 165) dalam Sumanto (2004: 63) yaitu : 1) Faktor Psikologis Minat membaca akan meningkat jika kebutuhan dasar anak (rasa aman, status dan kedudukan tertentu, keputusan efektif dan kebebasan) lewat bahan-bahan bacaan (topik, isi, pokok persoalan, tingkat kesulitan dan cara penyajian) terpenuhi sesuai dengan kenyataan individunya dan tingkat perkembangannya. 2) Faktor Sosiologis Faktor sosiologis meliputi : a) Minat membaca dipengaruhi oleh kondisi atau status sosial, ekonomi keluargamasing-masing anak. Hal ini akan mempengaruhi tersedianyasarana buku bacaan di dalam lingkungan keluarga. b) Minat membaca dipengaruhi kebiasaan dan kesenangan membaca di kalangan anggota keluarga.

19 3) Faktor Kurikuler Faktor kurikuler meliputi : a) Tersedianya sarana perpustakaan sekolah yang relatif lengkap dan sempurna. b) Pelaksanaan pelajaran membaca secara intensif dan ekstensif. c) Kegiatan belajar mengajar yang memberi kesempatan pada anak untuk bertukar pengalaman, diskusi, dan sumbang saran serta saling mempengaruhi dalam hal pemilihan bahan bacaan. 4) Faktor Pendidik Faktor pendidik yang berupa kemampuan mengelola kegiatan dan interaksi belajar, khususnya dalam program pengajaran membaca, kejelian guru dalam memperhatikan selera dan minat membaca anak akan mendorong pembinaan, pengembangan dan peningkatan minat membaca. 5) Faktor Jenis Kelamin Faktor jenis kelamin secara psikkologis juga dapat mendorong minat membaca anak. Mengacu pada uraian di atas, secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi minat membaca dapat dibagi menjadi dua : (a) faktor internal yaitu : faktor psikologis dan faktor jenis kelamin; (b) faktor eksternal yaitu faktor sosiologis, faktor kurikuler dan faktor pendidik. f. Minat Membaca di SD Keterampilan berbahasa Indonesia menurut St.Y. Slamet (2008) mencakup empat aspek, yaitu (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, dan. (4) keterampilan menulis. Keempat aspek tersebut saling berkaitan dan mendukung satu sama lainnya. Penguasaan keempat aspek keterampilan tersebut sangatlah penting untuk pembelajaran bahasa Indonesia, baik di tingkat dasar maupun di tingkat lanjutan. Keempat aspek tersebut sangatlah penting dan wajib dimiliki oleh setiap peserta didik.

20 Dalam pembahasan ini akan lebih ditekankan pada keterampilan membaca. Membaca merupakan suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis (H.G Tarigan, 1983: 7) dalam St. Y. Slamet (2008: 66). Dengan demikian diketahui bahwa keterampilan membaca sangatlah penting untuk mendukung keterampilan yang lain dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Di sekolah dasar, baik mulai dari kelas satu hingga kelas enam akan dijumpai keterampilan membaca pada setiap standar kompetensi yang hendak dicapai. Dengan demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa membaca sangat penting dan sangat bermanfaat bagi peserta didik. Mari kita simak bersama standar kompetensi keterampilan membaca pada kelas IV SD. Tabel 1. Standar Kompetensi Pembelajaran Bahasa Indonesia (Model Silabus Kelas IV: 2008) Smt Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1 3. Memahami teks agak panjang (150-200 kata), petunjuk pemakaian, makna kata dalam kamus/ ensiklopedi. 3.1. Menemukan pikiran pokok teks agak panjang (150-200 kata) dengan cara membaca sekilas. 3.2. Melakukan sesuatu berdasarkan petunjuk pemakaian yang dibaca. 3.3. Menentukan makna dan informasi secara tepat dalam kamus/ ensiklopedi melalui membaca memindai. 2 7. Memahami teks melalui membaca intensif, membaca nyaring, dan membaca pantun 7.1. Menemukan kalimat utama pada tiap paragraf melalui membaca intensif. 7.2. Membaca nyaring suatu pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat. 7.3. Membaca pantun anak secara berbalasan dengan lafal dan intonasi yang tepat.

21 Keterampilan membaca akan tercapai dengan maksimal tentunya apabila peserta didik mempunyai ketertarikan atau kesenangan dalam kegiatan membaca. Akan tetapi, seperti yang banyak kita jumpai pada siswa sekarang ini rata-rata rasa ketertarikan dan kesenangan siswa untuk membaca sangat jarang kita temui, terutama dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Dengan kata lain, minat membaca siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sekarang ini rendah. g. Cara Pengukuran Minat Membaca Menurut Syaifuddin Azwar (2010: 5) macam-macam alat pengukuran dalam psikologi yang dapat digunakan untuk mengukur minat adalah skala, angket (kuesioner), pengamatan (observasi) dan wawancara (interview). Dipertegas oleh Neong Muhadjir (1992: 75) pengukuran minat dapat dilakukan dengan angket (kuesioner), observasi dan wawancara. Nurkancana dan Sumartana dalam http://qym7882.blogspot.com/2009/03/metode-pengukuran-minat.html mengemukakan pengukuran minat membaca dapat dilakukan dengan empat metode berikut: 1) Observasi Pengukuran minat dengan metode observasi mempunyai satu keuntungan karena dapat mengamati dalam kondisi yang wajar, jadi tidak dibuat-buat. Observasi dapat dilakukan dalam setiap situasi dan pencatatan hasil-hasil observasi dapat dilakukan selama observasi berlangsung. 2) Interview Pelaksanaan interview biasanya lebih baik dilakukan dalam situasi yang tidak formal, sehingga percakapan akan dapat berlangsung lebih bebas.

22 3) Angket atau kuesioner Angket atau kuesioner jauh lebih efisien dalam penggunaan waktu, isi pertanyaan dalam kuesioner pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan pertanyaan dengan interview. 4) Inventori Inventori adalah suatu metode untuk mengadakan pengukuran sejenis kuesioner, perbedaannya dalam kuesioner responden menulis jawaban yang relativf panjang, sedangkan inventori responden memberi jawaban dengan memberi tanda cek, lingkaran atau tanda yang lain yang berupa jawaban-jawaban singkat. Dengan demikian metode pengukuran yang dapat digunakan dalam pengukuran minat membaca adalah (1) angket/ kuesioner, (2) wawancara/ interview, (3) pengamatan/ obervasi, dan (4) inventori. 2. Metode Mendongeng (Story telling) a. Metode Mendongeng (Story telling) Metode mendongeng atau dalam Bahasa Inggris story telling merupakan cara interaktif antar dua orang atau lebih dengan menyampaikan pesan-pesan, yaitu pesan pendidikan, keteladanan, dan kepahlawanan Nuraini (2010) dalam www.fedus.org. Menurut Kusumo Priyono (2006: 1) mendongeng merupakan berkomunikasi dan merekam peristiwa-peristiwa kehidupan mereka secara bertutur turun-temurun jauh sebelum munculnya peninggalan tertulis ataupun buku. Hirmaningsih dalam (http://bintangbangsaku.com) mendefinisikan mendongeng/ bercerita sebagai penggambaran tentang sesuatu secara verbal yang merupakan stimulus yang dapat membangkitkan anak terlibat secara mental. Bercerita/ mendongeng merupakan suatu proses kreatif anak-anak. Ceritaatau dongeng menawarkan kesempatan menginterpretasi dengan mengenali kehidupan di luar pengalaman langsung mereka (Andi Yudha, 2009: 19).

23 Menurut Handayu (2001) dalam Denok Wijayanti (2007: 26), mendongeng adalah salah satu bentuk atau cara yang dilakukan dalam upaya menjalin komunikasi dalam pendidikan anak. Mendongeng merupakan salah satu cara untuk mengungkap kemampuan berbicara siswa yang bersifat pragmatis. Agar dapat bercerita, paling tidak ada dua hal yang dituntut untuk dikuasai siswa, yaitu unsur linguistik (bagaimana cara bercerita, bagaimana memilih bahasa) dan unsur "apa" yang diceritakan. Ketepatan, kelancaran, dan kejelasan cerita akan menunjukkan kemampuan berbicara siswa. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode mendongeng (story telling) adalah suatu cara interaktif antara dua orang atau lebih dengan tujuan membagikan pengalaman, pengetahuan dan pesan-pesan lainnya kepada orang lain serta menuntut adanya keterlibatan mental. b. Bentuk-bentuk Mendongeng (Story telling) Dalam mendongeng, banyak cara yang dapat kita lakukan untuk mendukung pelaksanaannyadan banyak pula macamnya. Menurut Raja Dongeng Indonesia, Kusuma Priyono (2006: 16) mendongeng (story telling) dibagi menjadi dua, yaitu : 1) Mendongeng tanpa alat peraga Mendongeng tanpa alat peraga deperti yang dilakukan oleh seorang nenek kepada cucunya, ataupun seorang ibu kepada anaknya ketika menjelang tidur sebagai wujud kasih sayang. 2) Mendongeng dengan alat peraga Pendongeng bisa mengunakan buku cerita bergambar, sambil memainkan boneka, atau dibantu oleh fragmen, tergantung pada kreativitas pendongeng. Senada dengan yang disampaikan Kusumo Priyono, Andi Yudha juga menggolongkan bentuk mendongeng (story telling) menjadi dua, yaitu mendongeng tanpa alat peraga atau mendongeng langsung, dan mendongeng dengan alat peraga. Contoh media yang digunakan ketika mendongeng menurut Andi Yudha (2009: 130) adalah :

24 1) Mendongeng menggunakan buku, 2) Mendongeng menggunakan boneka tangan, 3) Mendongeng menggunakan boneka utuh, 4) Mendongeng menggunakan flipchart lepas, 5) Mendongeng menggunakan flipchart ring, 6) Mendongeng menggunakan power point, 7) Mendongeng menggunakan kain, 8) Mendongeng menggunakan kantong kresek, 9) Mendongeng menggunakan benda-benda, 10) Mendongeng menggunakan gambar langsung, 11) Mendongeng menggunakan binatang hidup, 12) Mendongeng menggunakan barang bekas, 13) Mendongeng menggunakan komik, 14) Mendongeng menggunakan gerak jari-jari tangan, 15) Mendongeng menggunakan gitar, 16) Mendongeng menggunakan perkusi, 17) Mendongeng menggunakan seruling, 18) Mendongeng menggunakan wayang, dan lain-lain. Lebih terperinci lagi penggolongan yang dilakukan oleh seorang Dosen UIN Pekanbaru, Hermaningsih dalam web-nya (http://bintangbangsaku.com) menggolongkan bentuk metode mendongeng (stor ytelling) menjadi lima besar, yaitu : 1) mendongeng tanpa alat peraga, hanya mengandalkan kemampuan verbal orang yang memberikan cerita, 2) mendongeng dengan menggunakan alat peraga seperti boneka, gambar, atau benda peraga dll, 3) mendongeng dengan menggunakan buku cerita, 4) mendongeng dengan menggunakan bahasa isyarat atau gerakan, 5) mendongeng melalui alat pandang dengar yaitu berupa kaset, TV, dsb.

25 Dengan demikian dapat disimpulkan bentuk-bentuk story telling dapat digolongkan menjadi dua, yaitu mendongeng tanpa alat bantu dan mendongeng dengan alat bantu, baik alat peraga, alat music maupun alat bantu lainnya yang bersifat audio, visual, dan audio-visual. c. Manfaat Mendongeng (Story telling) Banyak orang meremehkan metode yang sederhana ini. Pada umumnya mereka menganggap mendongeng itu tidak ada gunanya, membosankan dan membuang-buang waktu. Namun sebenarnya banyak manfaat yang terkandung dalam metode mendongeng (story telling) ini. Manfaat mendongeng (story telling) menurut Hirmaningsih dalam web-nya http://bintangbangsaku.com adalah (1) mengembangkan fantasi dan kreativitas, (2) mengasah kecerdasan, (3) menumbuhkan minat, (4) membangun kedekatan dan keharmonisan, dan (5) media pembelajaran imajinatif. Sedangkan manfaat dari dongeng itu sendiri adalah untuk (1) mengasah daya pikir dan imajinasi, (2) menanamkan berbagai nilai dan etika, dan (3) menumbuhkan minat membaca. Hal senada juga disampaikan oleh Kusumo Priyono (2006:15) yaitu : 1) Dapat merangsang dan menumbuhkan imajinasi dan daya fantasi anak secara wajar, 2) Mengembangkan daya penalaran sikap kritis serta kreatif, 3) Mempunyai sikap kepedulian terhadap nilai-nilai luhur budaya bangsa, 4) Dapat membedakan perbuatan yang baik dan perlu ditiru dengan yang buruk dan tidak perlu dicontoh, 5) Punya rasa hormat dan mendorong terciptanya kepercayaan diri dan sikap terpuji pada anak-anak. Sedangkan menurut Sudarmadji (2010: 5) mendongeng dapat bermanfaat sebagai : 1) Kontak batin antara pendongeng dengan penyimak, 2) Media penyampai pesan moral dan nilai agama, 3) Pendidikan imajinasi/ fantasi,

26 4) Pendidikan emosi, 5) Membantu proses identifikasi diri dan perbuatan, 6) Memperkaya pengalaman batin, 7) Hiburan dan penarik perhatian. Metode mendongeng (story telling) menurut Nuraini dalam www.fedus.org mempunyai beberapa manfaat, diantaranya adalah : 1. Penceritaan mengembangkan kemampuan menyimak dan mendengar aktif pada diri anak. 2. Melalui dongeng dapat meningkatkan daya imajinasi anak, kemampuan sosial dan kognitif. 3. Penceritaan mengembangkan sikap positif anak terhadap buku dan membaca. Pencerita pun menjelaskan buku apa yang dibacanya sebagai sumber cerita yang disampaikannya. 4. Penceritaan membantu anak untuk mengembangkan sebuah sistem nilai etika, moral, hormat pada orang tua dan cinta tanah air. 5. Melalui penceritaan, anak-anak dapat belajar empati, dalam arti menempatkan diri pada posisi orang lain, mengembangkan kepedulian, serta memahami keterkaitannya dengan orang lain dalam dunia bersama. Bisa dikatakan bahwa cerita, yang mengubah cara kita berpikir atau merasa tentang sesuatu, mungkin juga mengubah sesuatu dalam proses pikiran-tubuh kita. Apabila kita perhatikan pendengar yang hanyut dalam sebuah cerita, kita melihat beberapa tanda penyesuaian pikiran-tubuh yang bisa diteliti seperti perubahan dalam respirasi, irama otot, dan detak jantung (George W.Burns, 2001:30) dalam http://episentrum.com/search/www%20pengertian%20mendongeng. George W. Burns dalam http://episentrum.com/search/www%20pengertian%20mendongeng. mengemukakan ada beberapa kekuatan cerita : 1) Kekuatan cerita untuk menumbuhkan sikap disiplin. 2) Kekuatan cerita untuk membangkitkan emosi. 3) Kekuatan cerita untuk memberi inspirasi.

27 4) Kekuatan cerita untuk memunculkan perubahan. 5) Kekuatan cerita untuk menumbuhkan kekuatan pikiran-tubuh. 6) Kekuatan cerita untuk menyembuhkan. Lebih detailnya, manfaat mendongeng bagi anak-anak dijabarkan oleh Andi Yudha (2009: 28-73) yaitu sebagai berikut : 1) Media komunikasi yang menarik perhatian anak, 2) Mampu melatih daya konsentrasi anak, 3) Cara belajar yang menyenangkan, 4) Mengajak anak-anak ke alam fantasi, 5) Melatih anak berasosiasi, 6) Mengasah kreativitas anak, 7) Media bersosialisasi, 8) Memupuk rasa keindahan, kehalusan budi, ketulusan, dan kasih sayang, 9) Membangkitkan keharuan dan kepekaan, 10) Media komunikasi, baik dengan dirinya maupun orang lain, 11) Merangsang jiwa petualang anak, 12) Pemicu daya kritis dan curiosity anak, 13) Melatih berpikir sistematis, 14) Pengantar tidur anak, 15) Jendela pengalaman bermakna bagi anak, 16) Media rekreasi atau hiburan, 17) Alternatif pengobatan tanpaobat, 18) Melatih kemampuan bahasa anak, 19) Menggiring anak menyukai buku, 20) Memancing anak berekspresi lewat tulisan dan gambar, 21) Dapat memacu dan memicu kreativitas (multiple intelegences) anak, dan sebagainya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa manfaat dari mendongeng sangatlah banyak. Baik dari segi kebahasaan maupun segi kecerdasan dan hiburan. Setelah mengetahui manfaat dari metode

28 mendongeng (story telling), tidak dapat dipungkiri bahwa penerapan dalam kegiatan pembelajaran akan sangat dinantikan. Akan tetapi perlu diingat bahwa mendongeng dengan ceramah adalah berbeda. d. Faktor Metode Mendongeng (Story telling) Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum mendongeng menurut Sudarmadji (2010) antara lain : 1) Pemilihan tema dan judul yang tepat Seorang pakar psikologi pendidikan bernama Charles Buhler mengatakan bahwa anak hidup dalam alam khayal. Anak-anak menyukai hal-hal yang fantastis, aneh, yang membuat imajinasinya menari-nari. Bagi anak-anak, hal-hal yang menarik, berbeda pada setiap tingkat usia, misalnya: a) Di bawah usia 4 tahun, anak menyukai dongeng fabel dan horor, seperti: Si Kancil, Anak ayam yang Manja, Nenek Sihir, Raksasa yang menyeramkan dan sebagainya. b) Usia 4-8 tahun, anak-anak menyukai dongeng jenaka, tokoh pahlawan/hero dan kisah tentang kecerdikan, seperti; Perjalanan ke planet Biru, Robot Pintar dan sebagainya. c) Usia 8-12 tahun, anak-anak menyukai dongeng petualangan fantastis rasional (sage), seperti: Persahabatan si Pintar dan si Pikun, Karni Juara Menyanyi dan sebagainya. 2) Waktu Penyajian Dengan mempertimbangkan daya pikir, kemampuan bahasa, rentang konsentrasi dan daya tangkap anak, maka para ahli dongeng menyimpulkan sebagai berikut: a) Di bawah usia 4 tahun, waktu cerita hingga 7 menit. b) Usia 4-8 tahun, waktu cerita hingga 10-15 menit. c) Usia 8-12 tahun, waktu cerita hingga 25 menit. Namun tidak menutup kemungkinan waktu bercerita menjadi lebih panjang, apabila tingkat konsentrasi dan daya tangkap anak

29 dirangsang oleh penampilan pencerita yang sangat baik, atraktif, komunikatif dan humoris. 3) Suasana (situasi dan kondisi) Suasana disesuaikan dengan acara/ peristiwa yang sedang atau akan ber langsung, seperti acara kegiatan keagamaan, hari besar nasional, ulang tahun, pisah sambut anak didik, peluncuran produk, pengenalan profesi, program sosial dan lain-lain, akan berbeda jenis dan materi ceritanya. Pendidik dituntut untuk memperkaya diri dengan materi cerita yang disesuaikan dengan suasana. Jadi selaras materi cerita dengan acara yang diselenggarakan, bukan satu atau beberapa cerita untuk segala suasana. Sedangkan menurut Andi Yudha (2010: 88) tekniknya adalah (1) mengenali audiens, (2) memilih cerita atau dongeng, baik dari tema, alur maupun jenis dongeng, (3) menyesuaikan dongeng dengan usia, (4) waktu mendongeng, (5) penciptaan suasana, (6) tempat mendongeng, (7) memberi perhatian kepada audiens, dan (8) penggunaan media. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa ada banyak hal yang harus diperhatikan sebelum mendongeng, yaitu (1) tema atau judul, (2) waktu, (3) suasana, (4) audiens, (5) tempat, dan (6) penggunaan media atau alat peraga. B. Penelitian yang Relevan Hasil penelitian yang relevan merupakan uraian sistematis tentang hasilhasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan sesuai dengan substansi yang diteliti. Fungsinya untuk memposisikan peneliti yang sudah ada dengan penelitian yang akan dilakukan. Menurut peneliti ada beberapa penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian ini, diantaranya adalah : 1. Edy Sukamsi (2009) dalam Tesis, Program Studi Bahasa Indonesia, Program Pascasarjana Universitas Sebelas commit Maret to user Surakarta dengan judul Hubungan

30 Penguasaan Struktur Bahasa dan Minat Membaca dengan Kemammpuan Membaca Pemahaman Siswa SD Kelas V di Kebumen. Berdasarkan penelitian tersebut, diperoleh hasil bahwa (a) terdapat hubungan positif antara penguasaan struktur bahasa dan kemampuan membaca pemahaman; (b) ada hubungan positif antara minat membaca dan kemampuan membaca pemahaman; (c) ada hubungan positif antara penguasaan struktur bahasa dan minat membaca secara bersama-sama dengan kemampuan membaca pemahaman. Perbedaaan dengan penelitian ini adalah jenis penelitiannya antara penelitian korelasional dengan penelitian tindakan kelas. 2. Abdullah Mufridun (2010) dalam Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret dengan judul Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Bercerita Cerita Rakyat Kelas V SD Negeri Sragen 2 Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2008/ 2009. Berdasarkan penelitian tersebut, diperoleh hasil bahwa keterampilan berbicara siswa dapat ditigkatkan melalui bercerita cerita rakyat pada siswa kelas V SD Negeri Sragen 2 Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen. Perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel yang akan ditingkatkan. C. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir merupakan alur penalaran yang sesuai dengan tema dan masalah penelitian, serta didasarkan pada kajian teoritis. Pada kondisi awal, minat membaca dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas IV SD Negeri Pabelan 02 Kartasura Sukoharjo masih tergolong rendah, terbukti dari 70% siswa mempunyai minat membaca sedang, rendah, dan sangat rendah dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Hal tersebut dikarenakan oleh beberapa faktor, diantaranya: guru masih mengajar secara konvensional, yaitu ceramah, kurangnya penggunaan media, dan guru kurang memberikan tuntutan tanggung jawab kepada siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, terutama pada keterampilan membaca, serta kurang maksimalnya pemanfaatan perpustakaan sekolah untuk mendukung perkembangan

31 minat membaca siswa. Selain itu, pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) menyebabkan siswa menjadi pasif dan mengalami kejenuhan dalam kegiatan pembelajaran. Bermula dari kejenuhan itulah, siswa mulai melakukan penyimpangan-penyimpangan perilaku ketika proses pembelajaran berlangsung, misalnya ramai, mengantuk bahkan tidur yang sedikit banyaknya konsentrasi dan minat siswa dalam kegiatan pembelajaran berkurang. Dengan demikian, minat membaca siswa pun ikut berkurang atau menurun. Oleh karena itu, perlu perbaikan pembelajaran dan peningkatan minat membaca dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa tersebut. Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu adanya suatu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan minat membaca siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Dengan menggunakan metode mendongeng (story telling) diharapkan dapat membantu meningkatkan minat membaca siswadalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Metode mendongeng (story telling) mempunyai beberapa manfaat baik dari segi kebahasaan, segi kecerdasan maupun segi hiburan. Melalui kolaborasi antara peneliti dan guru kelas, metode mendongeng (story telling) akan diterapkan dengan menggunakan Siklus I dan apabila masih perlu dilakukan tindakan kembali dilanjutkan dengan Siklus II. Kedua siklus tersebut melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/ observasi, dan refleksi, dengan indikator kinerja 75% siswa mempunyai minat membaca di atas 3,01. Pada kondisi akhir, hasil yang dapat diperoleh adalah dengan metode mendongeng (story telling) dapat meningkatkan minat membaca dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas IV SD Negeri Pabelan 02 Kartasura Sukoharjo. Alur kerangka pemikiran ditujukan untuk mengarahkan jalannya penelitian agar tidak menyimpang dari pokok-pokok permasalahan, maka kerangka pemikiran di atas dilukiskan dalam sebuah gambar skema agar peneliti mempunyai gambaran yang jelas dalam melakukan penelitian. Adapun skema seperti pada gambar 1 berikut ini :

32 Kondisi Awal Kurang bervariasinya pendekatan (metode) pembelajaran yang dilakukan guru Minat membaca siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia rendah Tindakan Guru menggunakan metode mendongeng (story telling) untuk meningkatkan minat membaca siswa Siklus I Siklus II Kondisi Akhir Minat membaca siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia meningkat dengan menggunakan metode mendongeng (story telling) Gambar 1. Kerangka Pemikiran D. Hipotesis Tindakan Berdasarkan landasan teori, kerangka pemikiran maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut: Ada Peningkatan Minat Membaca dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia melalui Metode Mendongeng (Story telling) pada Siswa Kelas IV SD Negeri Pabelan 02 Tahun Ajaran 2010/ 2011.

33 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Pabelan 02 Kartasura yang terletak di desa Pabelan, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan, yaitu mulai bulan Januari sampai dengan Mei 2011. Untuk lebih jelasnya rincian waktu dan jenis kegiatan dapat dilihat pada table 2 berikut ini : No Tabel 2. Rincian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian Kegiatan 1 penyusunan proposal 2 penyiapan instrument 3 Pelaksanaan Siklus I dan II Bulan Januari Februari Maret April Mei x x x x x x x x x 4 Analisis data x x 5 Penyusunan laporan 6 Pengujian Penelitian x x x x 7 Revisi Akhir x x x x B. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa kelas IV A SD Negeri Pabelan 02 Kartasura Sukoharjo, dengan jumlah siswa 30 orang, yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.

34 C. Sumber Data Data penelitian dikumpulkan dari berbagai sumber. Sumber data atau informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini sebagian besar berupa data kualitatif. Sumber data atau informasi tersebut meliputi: 1. Informan dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SD Negeri Pabelan 02 Kartasura Sukoharjo. 2. Dokumen yang berupa foto dan rekaman kegiatan pembelajaran mendongeng, hasil ringkasan siswa, hasil angket minat siswa, hasil wawancara dengan siswa dan guru, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. 3. Tempat dan peristiwa yang menjadi sumber data dalam penelitian yakni berbagai kegiatan mendongeng dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang berlangsung di kelas yang dialami oleh siswa. D. Teknik Pengumpulan Data Untuk memecahkan masalah dalam penelitian diperlukan data yang relevan dengan permasalahannya, sedangkan untuk mendapatkan data tersebut perlu digunakan teknik pengumpulan data sehingga dapat diperoleh data yang benar-benar valid dan dapat dipercaya. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain dengan menggunakan : 1. Angket Angket merupakan daftar angka berisi pertanyaan pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh responden yang ingin diselidiki (Syaifuddin Azwar, 2010: 5). Jadi angket adalah teknik untuk mengumpulkan data dengan jalan mengadakan komunikasi secara tertulis dengan sumber data atau responden penelitian. Angket dilakukan guna mengumpulkan data tentang minat membaca siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Angket yang digunakan dalam penelitian ini berisi 50 butir pertanyaan. Penskoran angket menggunakan skala Likert yang terdiri dari item commit yang to bersifat user positif (favorable) dan negatif

35 (unfavorable). Masing-masing butir pertanyaan dalam angket terdiri dari 5 alternatif jawaban. 2. Wawancara Wawancara merupakan interaksi bahasa yang berlangsung antara dua orang dalam situasi saling berhadapan salah seorang, yakni yang melakukan wawancara meminta informasi atau ungkapan kepada orang yang diteliti yang berputar di sekitar pendapat dan keyakinannya (Hasan, 1963 dalam Emzir, 2009: 50). Wawancara ini dilakukan oleh peneliti kepada guru dan siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dimaksudkan untuk mengungkap permasalahan yang dihadapi dan untuk memperoleh informasi tentang minat membaca siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia. 3. Observasi Menurut Sarwiji Suwandi (2009: 38), observasi adalah segala upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung dengan atau tanpa alat bantu. Observasi atau pengamatan dilakukan guna pengumpulan data tentang minat membaca siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai guru, sehingga peneliti mengajar secara langsung. Observasi dilakukan oleh guru kelas. Observasi yang dilakukan berpedoman pada lembar observasi siswa dan dilakukan secara langsung (direct observation). Observasi terhadap aktivitas belajar siswa dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui minat membaca siswa kelas IV SD Negeri Pabelan 02 Kartasura Sukoharjo setelah penerapan metode mendongeng (story telling) dalam kegiatan pembelajaran di kelas. 4. Dokumentasi Teknik mencatat dokumen ini oleh Yin dalam H.B. Sutopo (2006:81) disebut sebagai content analysis, sebagai cara untuk menemukan beragam hal sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitiannya. Data dokumentasi digunakan untuk memperoleh berbagai arsip atau data berupa Silabus, Rencana

36 Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia kelas IV dan sebaran Angket Minat Membaca Siswa. Selain dokumen tertulis ada juga dokumen berupa foto dan video pembelajaran. E. Validitas Data Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa validitasnya sehingga data tersebut bisa dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat untuk menarik kesimpulan. Data diuji validitasnya dengan menggunakan beberapa teknik triangulasi, yaitu triangulasi data dan triangulasi metode. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembandingan data itu (Lexy J. Moleong, 1995: 178) dalam Sarwiji Suwandi (2009: 60) Adapun yang dimaksud keduanya adalah: 1. Triangulasi Data Triangulasi data adalah data atau informasi yang diperoleh selalu dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain, baik dari segi koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda. Dari teknik ini diharapkan dapat memberi informasi yang tepat sesuai keadaan peserta didik. Dalam penelitian ini, data yang digunakan untuk validitas adalah data hasil angket minat membaca siswa, data hasil wawancara minat membaca siswa dan data observasi guru. 2. Triangulasi Metode Triangulasi metode, yaitu peneliti mengumpulkan data sejenis dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda. Dari beberapa data yang diperoleh lewat teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan dapat ditarik kesimpulan agar diperoleh data yang lebih kuat validitasnya. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah angket, wawancara dan observasi. Melalui ketiga metode tersebut dapat diketahui data yang tingkat validitasnya lebih kuat.

37 F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah teknik analisis interaktif. Cara analisisnya mengikuti pola pemikiran yang kongkret kualitatif artinya suatu analisis yang kajiannya didasarkan pada kenyataan-kenyataan empirik dan unsur-unsur terkecil dari pendekatan secara mikro ke makro untuk unit kasus tertentu. Model analisis interaktif mempunyai tiga komponen yaitu: 1. Reduksi Data (Data Reduction), 2. Penyajian Data (Data Display), 3. Penarikan Kesimpulan (Verification). Miles dan Huberman dalam Emzir (2010: 129-135) menjelaskan tiga komponen tersebut sebagai berikut: 1. Reduksi Data (Data Reduction) Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemokusan, penyederhanaan, abstraksi, dan pentransformasian data mentah yang muncul dari catatancatatan tertulis di lapangan. Data-data penelitian yang telah dikumpulkan selajutnya direduksi. Reduksi dalam penelitian ini akan dilakukan dengan pemilihan dan penyederhanaan data kasar yang didapat oleh peneliti. 2. Penyajian Data (Data Display) Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Hasil dari data-data penelitian selanjutnya digabungkan dan disimpulkan. Dalam penelitian ini, penyajian data akan dilakukan pada saat mengolah dan mengambil tindakan terhadap data yang masuk, kemudian disusun dan didisplay dalam bentuk tabel, grafik, dan dinarasikan dalam pembahasan penelitian. 3. Penarikan Kesimpulan (Verification) Kesimpulan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal (interaktif), hipotesis atau teori. Penyajian data yang dikemukakan bila telah didukung oleh data-data yang mantap, maka

38 dapat dijadikan kesimpulan. Berikut hubungan interaksi antara unsur-unsur kerja analisis tersebut, yang digambarkan dengan diagram pada gambar 2 berikut ini : Pengumpulan Data Data Collection Penyajian Data Data Display Reduksi Data Data Reduction Penarikan kesimpulan Verification Gambar 2. Komponen-komponen Analisis Data (Sumber : Emzir, 2010: 134) Kriteria dalam teknik ini berdasarkan kajian teoritis yang telah dipaparkan sebelumnya. Hasil analisis tersebut kemudian dijadikan sebagai dasar untuk menyusun rencana tindakan kelas berikutnya sesuai dengan siklus yang ada. Analisis data dilakukan secara bersama-sama antara guru dan peneliti, sebab penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk kerja sama antara peneliti dengan guru. G. Indikator Kinerja Untuk mengukur keberhasilan tindakan, peneliti merumuskan ketercapaian peningkatan minat membaca. Berdasarkan prosedur yang dilakukan selama pembelajaran Bahasa Indonesia pada kelas IV SD Negeri Pabelan 02 Kartasura, indikator keberhasilan tindakan penelitian ini adalah lebih dari 75% dari jumlah siswa (30 siswa) mempunyai nilai rata-rata minat membaca lebih dari 3,00. Penilaian minat membaca siswa didasarkan pada skala likert 1-5.

39 H. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian adalah sebuah rangkaian tahap penelitian dari awal hingga akhir. Penelitian ini merupakan proses pengkajian sistem siklus/ berdaur sebagaimana kerangka berpikir yang dikembangkan oleh Supardi dalam Suharsimi Arikunto (2008: 104). Prosedur penelitian mencakup tahapan-tahapan sebagai berikut: (1) perencanaan (planning); (2) penerapan tindakan (action); (3) mengobservasi (observation); dan (4) melakukan refleksi (reflecting). Setiap pelaksanaan siklus pada penelitian tindakan kelas, harus mencakup 4 tahapan di atas. Untuk lebih jelasnya rangkaian dapat dilihat pada gambar 3 berikut ini: Gambar 3. Alur Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, 2006:16)

40 Prosedur penelitian untuk mendapatkan hasil yang diharapkan meliputi tahap-tahap sebagai berikut: 1. Siklus I a. Perencanaan (Planing) Pada tahap perencanaan peneliti mempersiapkan instrument yang diperlukan dalam penelitian (instrument sudah disusun bersamaan dengan proposal penelitian), menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan dilaksanakan, mempersiapkan materi yang akan disampaikan, mempersiapkan media yang akan dipakai dalam pembelajaran, dan sumber belajar yang diperlukan. b. Penerapan Tindakan (Action) Penerapan tindakan merupakan pelaksanaan dari rencana pembelajaran (RPP) yang telah dipersiapkan. Secara garis besar, tindakan yang akan dilaksanakan yaitu penggunaan metode mendongeng (story telling) untuk meningkatkan minat membaca dalam pembelajaran Bahasa Indonesia (hanya mengambil 15 menit dari jam pelajaran Bahasa Indonesia) dan selebihnya pembelajaran Bahasa Indonesia seperti biasanya. Dalam penerapan metode tersebut siswalah yang dituntut untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Sedikit-banyaknya siswa diberi tanggung jawab/ tuntutan untuk senantiasa membaca dan mempersiapkan cerita/ dongeng dari rumah untuk dipresentasikan di depan kelas disertai dengan hasil resume selama membaca. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan RPP, dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu: kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir/ penutup. 1) Kegiatan Awal Dalam kegiatan awal, guru mempersiapkan siswa secara mental dan psikis agar sehingga siswa sudah siap untuk menerima pelajaran, menyampaikan materi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 2) Kegiatan Inti

41 Dalam kegiatan inti, secara garis besar juga dibagi menjadi tiga kegiatan, yaitu: a) Eksplorasi Dalam kegiatan ini, terdapat interaksi antara guru dengan siswa. Guru menggali informasi sebanyak-banyaknya tentang kemampuan yang dimilki oleh siswa, berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan siswa terdorong untuk mengembangkan kemampuannya. b) Elaborasi Dalam elaborasi, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan metode dan media yang menarik. Guru berusaha menciptakan pembelajaran yang menyenangkan sehingga dapat menarik perhatian dan motivasi siswa untuk belajar serta dapat meningkatkan minat membaca siswa. Dalam kegiatan ini, terdapat hubungan/ interaksi yang hangat antara guru dan siswa, maupun siswa dengan siswa. c) Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi ini, guru membenarkan jawaban/ pendapat siswa yang sekiranya kurang tepat sehingga tidak terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi) dan pemantapan materi yang telah dipelajari/ disampaikan. 3) Kegiatan Akhir/ Penutup Pada kegiatan akhir/ penutup, guru mengambil kesimpulan secara keseluruhan tentang materi yang telah disampaikan dan mengadakan evaluasi, untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran tercapai. Guru juga memberikan penguatan/ motivasi kepada siswa, pemberian PR dan menyampaikan materi untuk pertemuan selanjutnya. Dalam kegiatan akhir ini, ada penambahan kegiatan pembelajaran, yaitu mendongeng kurang lebih 15 menit melalui metode story telling dengan tujuan meningkatkan minat membaca siswa dalam pembelajaran bahasa

42 Indonesia. Pada pembelajaran sebelumnya siswa telah mendapatkan tugas untuk menyiapkan sebuah cerita rakyat yang telah dibaca dan dibuat ringkasan cerita. Ringkasan cerita masing-masing anak dikumpulkan dan salah satu anak dipilih untuk menceritakan cerita rakyat yang telah dibaca sebelumnya. Siswa lain menyimak cerita tersebut dan diberi kesempatan untuk bertanya kepada pendongeng. c. Observasi Observasi adalah mengamati tingkah laku siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung untuk penelitian. Dalam melakukan observasi/ pengamatan, peneliti dibantu oleh seorang teman. Sasaran yang diamati adalah aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran menggunakan metode mendongeng (story telling). d. Refleksi Refleksi dilakukan setiap akhir pembelajaran. Refleksi dilaksanakan untuk mengetahui bagian yang sudah sesuai dengan tujuan penelitian, masalah-masalah yang muncul saat kegiatan pembelajaran, dan bagian yang masih perlu diperbaiki, berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat/ observer. Hasil pengamatan tersebut kemudian dianalisis dan didiskusikan dengan guru kelas. Selain itu, hasil tugas meringkas siswa juga dianalisis untuk mengetahui sejauh mana siswa mempunyai ketertarikan untuk membaca sebuah bahan bacaan. Analisis terhadap hasil pengamatan dan hasil tugas meringkas siswa,serta hasil angket minat membaca siswa, dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui hasil atau dampak pelaksanaan tindakan. Dari hasil refleksi tersebut dapat disusun rencana perbaikan untuk siklus II. Masalahmasalah yang muncul pada siklus I, dicari pemecahannya dan menentukan tindakan untuk memperbaikinya sedangkan kelebihan-kelebihannya dipertahankan dan ditingkatkan.

43 2) Siklus II a. Perencanaan Pada tahap perencanaan dalam siklus II ini dipersiapkan rencana pembelajaran yang telah diperbaiki dan disempurnakan dari rencana pembelajaran siklus I. Materi yang diajarkan sesuai dengan RPP yang telah dibuat.. Namun, perencanaan pada siklus II ini merupakan perbaikan dari siklus I. Segala sesuatu yang dipersiapkan pada siklus II, masih sama seperti siklus I. Hanya saja, perencanaan siklus II lebih dipersiapkan lagi untuk memperbaiki kekurangan/ kelemahan pada siklus I, berdasarkan hasil analisis dan pembahasan siklus I. b. Tindakan Tindakan pada siklus II sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Tindakan pada siklus II merupakan penyempurnaan tindakan pada siklus I. Pada tahap ini guru mengoptimalkan penggunaaan metode mendongeng (story telling) dalam pembelajaran untuk memperbaiki kekurangan dan masalah yang muncul pada siklus I. Penggunaan metode mendongeng (story telling) dapat melibatkan dan mengaktifkan siswa serta media dengan bimbingan guru, sehingga aktivitas/ sikap siswa dalam pembelajaran dapat diperbaiki dan dapat meningkatkan minat membaca siswa. c. Observasi Pada siklus II ini selama proses pembelajaran berlangsung, siswa tetap diamati. Pengamatan dilakukan untuk melihat peningkatan hasil rangkuman siswa dan perubahan perilaku/ aktivitas siswa, serta peningkatan hasil angket minat membaca siswa. d. Refleksi Refleksi dilakukan untuk mengetahui peningkatan minat membaca siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia dan memperbaiki sikap/ perilaku siswa saat mengikuti pembelajaran. Untuk melihat peningkatan

44 minat membaca tersebut, dapat dilihat dari hasil observasi langsung, hasil rangkuman siswa dan angket minat membaca siswa. Pelaksanaan siklus dalam penelitian tindakan kelas dapat terus berlanjut, sampai tujuan/ target yang diinginkan tercapai. Setiap siklus harus melaksanakan 4 tahapan yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Demikian selanjutnya apabila kondisi hasilnya belum sesuai harapan/ target yang dinginkan, maka dilanjutkan pada siklus berikutnya sampai target yang diharapkan tercapai.

45 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Sekolah Dasar Negeri Pabelan 02 Kartasura Kabupaten Sukoharjo Propinsi Jawa Tengah berdiri sejak 1977 dengan status kepemilikan milik desa. SD Negeri Pabelan 02 Kartasura beralamat di Dusun Delegan RT. 2 RW. VII Pabelan telah memiliki Nomor Statistik Sekolah (NSS) yaitu 101031112032 dan Nomor Induk Sekolah (NIS) yaitu 10471. SD Negeri Pabelan 02 merupakan SD Inti dengan akreditasi B (2,5 tahun). Sarana dan prasarana yang dimiliki SD Negeri Pabelan 02 sudah dapat dikatakan lengkap untuk mendukung metode mendongeng (story telling) dalam upaya meningkatkan minat membaca siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Perpustakaan yang dilengkapi dengan berbagai jenis buku, mulai dari buku non fiksi seperti buku pelajaran dan buku-buku ilmu pengetahuan hingga buku-buku fiksi, seperti cerita rakyat, fable, majalah anak dst. Buku yang tersedia di SD Negeri Pabelan 02 Kartasura berjumlah kurang lebih 450 buku. Buku tersebut berasal dari pengadaan melalui dana BOS dan sumbangan dari luar, seperti wali murid atau pun guru-guru sendiri. Iklim kondusif yang tercipta di dalam kelas dan di perpustakaan juga mendukung untuk kegiatan membaca siswa. Hal tersebut dikarenakan letak SD yang jauh dari jalan raya dan area industry (pabrik). Gambar 4. SD Negeri Pabelan 02 Kartasura