BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tindakan penelitian adalah sebagai berikut. a. Observasi awal dan wawancara dengan guru kelas II SD Negeri

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa Jumlah Persentase 1 Tuntas 8 36 % 2 Belum Tuntas % Jumlah %

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Hasil observasi dan Kondisi Real Pembelajaran Matematika di SD Negeri 2 Metro Pusat.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA PAPAN BERPAKU UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI KELILING PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PERMAINAN CONGKLAK TERHADAP KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA KELAS III SDLB

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Prasiklus Jumlah siswa Presentase (%) , ,33 JUMLAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar, salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan di sekolah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. untuk memperoleh gambaran proses pembelajaran IPA. Menurut guru kelas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Oktober 2016 dan Selasa, 18 Oktober Tahap pra siklus ini bertujuan untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. Berdasarkan observasi awal oleh peneliti di kelas IVb SD Negeri 04 Metro

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA PERSIKLUS DAN ANALISIS DATA AKHIR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional, dalam kurikulum 2006, bertujuan antara lain agar siswa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. maka pada bab ini peneliti akan mendeskripsikan hasil penelitian yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus. Masing-masing siklus

BAB I PENDAHULUAN Bandar Setia dengan memberikan 10 soal tentang materi operasi hitung

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA MELALUI METODE ROLLING QUESTION MATERI SEGITIGA DAN SEGI EMPAT DI SMPN 3 CIAWIGEBANG KABUPATEN KUNINGAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini akan diuraikan dalam tahapan tahapan pada setiap

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikn : SD N Percobaan 2. Kelas/ Semester : V/ I

Oleh Moh Fauziddin Dosen Prodi PG-PAUD, STKIP Pahlawan Tuanku Tambusai. Abstrak

siswa kurang memahami materi yang disampaikan guru,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. dipelajari siswa sehingga pembelajaran matematika mempunyai. dituntut mempunyai konsentrasi, ketelitian, dan keterampilan.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Uraian mengenai hasil penelitian sebagai jawaban dari rumusan masalah

Sebelum pelaksanaan penelitian dengan Pendekatan Kooperatif Learning. NO Indikator Keterangan

H S A I S L I PE P N E E N L E I L T I I T A I N A DA D N A PE P M E B M A B H A A H S A A S N

PENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK PADA PEMBELAJARAN BAHASA JAWA KELAS VI SD NEGERI 03 POJOK KARANGANYAR

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Pelaksanaan Tindakan Sesuai dengan perencanaan penelitian yang telah dirancang, maka pelaksanaan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembelajaran berlangsung 2 x 35 menit, selama 2 x pertemuan yang diikuti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pemahaman siswa sebelum maupun sesudah diterapkannya strategi Everyone

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SLBN 1 Palu pada Materi Mengenal Pecahan dengan Menggunakan Kertas Lipat

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Proses penelitian ini dilakukan dalam 4 desain pembelajaran antara lain: Baseline 1; Intervensi 1; Baseline 2; dan Intervensi 2. Setiap desain pembelajaran dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan dan 3 tahapan yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, dan (3) evaluasi. 1. Baseline 1 (A1) Desain Baseline 1 dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan yaitu pada hari Kamis tanggal 18 April 2013. Adapun tahapan yang dilakukan sebagai berikut: a. Perencanaan Kegiatan perencanaan Baseline 1 dilakukan pada bulan Maret 2013 yaitu peneliti dan guru mendiskusikan rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) tes baseline 1. Kemudian disepakati bahwa pelaksanaan desain Baseline 1 pada hari Kamis tanggal 18 April 2013. b. Pelaksanaan Dalam pelaksanaan desain ini, peneliti memberikan tes baseline 1 sebagai tes kemampuan awal berhitung pembagian yang pertama kepada siswa. Kegiatan pada tahap Baseline 1 hanya mengerjakan tes berhitung pembagian tanpa ada pembelajaran sebelumnya. Soal tes terdiri dari 15 soal yang terbagi menjadi 10 butir soal obyektif dan 5 butir soal uraian. Waktu mengerjakan soal 60 menit. Soal tes baseline 1 meliputi indikator pembagian sebagai pengurangan berulang, pembagian bilangan satu dengan bilangan lain tanpa sisa dan sifat pembagian bilangan satu. Adapun langkah-langkah pembelajarannya mencakup pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Kegiatan pendahuluan dimulai dengan memimpin siswa untuk berdoa, mengucapkan salam, mengkondisikan kelas agar siswa dapat mengikuti 61

62 pembelajaran dengan baik dan memberitahukan tujuan pembelajaran pada pertemuan ini yaitu mengerjakan tes baseline 1. Kegiatan inti dimulai dengan membagikan lembar soal, memberitahukan cara mengerjakan soal dan waktu mengerjakan soal. Siswa diminta untuk mengerjakan tes secara madiri artinya tidak boleh bekerja sama dengan teman lainnya, menghitungnya dengan teliti dan tidak perlu terburuburu. Setelah 60 menit siswa diminta untuk mengumpulkan hasil pekerjaannya. Kegiatan penutup, peneliti menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pelajaran ditutup dengan mengucapkan salam, lalu berpesan kepada siswa agar selalu rajin belajar. c. Evaluasi Evaluasi yang peneliti lakukan pada tes baseline 1 yaitu dengan mengoreksinya hasil pekerjaan siswa. Tes baseline 1 yang meliputi indikator pembagian sebagai pengurangan berulang, pembagian bilangan satu dengan bilangan lain tanpa sisa dan sifat pembagian bilangan satu, setelah mengoreksi hasil pekerjaan siswa sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal pembagian sebagai pengurangan berulang. Siswa kurang teliti dalam mengerjakan soal. Materi pembelajaran pada soal baseline 1 disampaikan pada pertemuan intervensi 1. Nilai hasil tes baseline 1 secara rinci sebagai berikut : Tabel 10 Nilai Tes Baseline 1 No Nama Siswa Nilai Baseline 1 1 AJS 75 2 FN 65 3 LNK 60 4 SLS 55 5 MFT 50 6 JS 40 7 ZLF 30 Rata rata 53,57

63 Berdasarkan tabel 10 dapat diketahui bahwa dari 7 siswa kelas II B masih ada 4 siswa yang belum menguasai materi pembagian dengan memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 60 dan rata-rata kelas yang masih rendah yaitu 53,57. Nilai yang diperoleh siswa pada tes baseline 1 merupakan cerminan dari kemampuan berhitung pembagian siswa, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam berhitung pembagian masih rendah. 2. Intervensi 1 a. Perencanaan Kegiatan perencanaan Intervensi 1 dilakukan pada bulan Maret 2013 yaitu peneliti dan guru mendiskusikan rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP). Kemudian disepakati bahwa pelaksanaan desain Intervensi 1 pada hari Selasa tanggal 30 April 2013. b. Pelaksanaan Dalam pelaksanaan Intervensi 1, peneliti memberikan pembelajaran berhitung pembagian menggunakan media dakon pada siswa. Pada pertemuan ini akan dijelaskan pembagian sebagai pengurangan berulang, pembagian satu bilangan dengan bilangan lain tanpa sisa, dan sifat pembagian bilangan satu. Adapun langkah-langkah pembelajarannya mencakup pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Pada pendahuluan, pertama-tama peneliti memimpin siswa untuk berdoa, mengucapkan salam, mengkondisikan kelas agar siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan memberitahukan tujuan pembelajaran pada pertemuan ini yaitu berhitung pembagian dengan menggunakan media dakon. Peneliti bertanya tentang tes baseline 1 kepada siswa Anak-anak masih ingat tes yang kemarin? kemudian bertanya lagi Sulit atau tidak tesnya? kemudian peneliti menjelaskan bahwa pertemuan kali ini akan

mengulangi materi tes baseline 1 dengan menggunakan dakon. Media dakon yang digunakan dapat dilihat pada gambar 1. 64 Gambar 1 Dakon dan Biji Dakon Kegiatan inti dimulai dengan menunjukkan dakon kepada siswa, siswa sangat senang karena belum pernah melihat dakon dan antusias sekali untuk segera dapat menyentuh dakon. Peneliti kemudian membagikan dakon satu per satu kepada setiap siswa. Peneliti bertanya anak-anak tahu ini namanya apa?, seluruh siswa menjawab tidak tahu. Selanjutnya peneliti bertanya anak-anak pernah melihat benda ini?, siswa menjawab belum pernah melihat dakon. Kemudian peneliti menjelaskan bahwa media yang ditunjukkan bernama dakon dan biji dakon, lalu menggambar dakon dan biji dakon di papan tulis serta menuliskan kata dakon dan biji dakon disamping gambar tersebut agar siswa mudah dalam mengingatnya. Menjelaskan pula bahwa dakon adalah permainan yang dimainkan oleh dua anak. Cara bermain dakon dijelaskan peneliti pada jam istirahat setelah tes intervensi 1. Peneliti menjelaskan bahwa papan dakon terdiri dari 16 lubang yaitu 14 lubang kecil dan 2 lubang besar. Biji dakon yang disediakan untuk setiap siswa sebanyak 50 biji sesuai dengan batasan materi pembagian yaitu pembagian bilangan antara 1 sampai 50. Selanjutnya, peneliti menjelaskan materi yang pertama yaitu pembagian sebagai pengurangan berulang. Peneliti memberikan contoh pembagian 15 : 5, langkah-langkahnya dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Siswa diminta untuk mengambil biji dakon sebanyak 15 biji, lalu dimasukkan ke lubang besar.

65 2. Biji kemudian disebarkan satu per satu ke 5 lubang kecil yang berada di sebelah lubang besar sampai habis. Menyebarkan biji dakon boleh searah dengan jarum jam atau berlawanan dengan jarum jam. 3. Untuk mengetahui hasil dari pembagian, siswa diminta untuk menghitung biji dari salah satu lubang kecil, diketahui bahwa disetiap lubang kecil terdapat 3 biji dakon. Maka hasil dari 15 : 5 = 3. Cara mengerjakan contoh pembagian 15 : 5 menggunakan dakon dapat dilihat seperti pada gambar 2. Gambar 2 Langkah-langkah Menghitung Pembagian sebagai Pengurangan Berulang dengan Menggunakan Media Dakon Berdasarkan gambar 2 maka dapat dijelaskan bahwa 15 : 5 = 15 5 5 = 0 merupakan pengurangan berulang yaitu 15 biji dakon yang berada di lubang besar diambil 3 biji lalu disebarkan ke lubang kecil yang berikutnya, cara itu diulang hingga biji dakon di lubang besar habis, maka diketahui biji dakon habis pada lubang dakon ke 5 atau setelah 5 kali pengurangan. Hasil pembagian dapat diketahui dengan menghitung isi dari salah satu lubang kecil. Jadi, hasil dari 15 : 5 = 3. Siswa memperhatikan penjelasan peneliti,

66 kemudian peneliti memberikan contoh lagi 20 : 10, cara menghitungnya sama dengan cara menghitung 15 : 5 dengan menggunakan dakon. Peneliti melanjutkan menjelaskan materi berikutnya yaitu pembagian satu bilangan lain tanpa sisa. Misalnya 32 : 4, caranya hampir sama dengan melakukan pembagian 15 : 5 yaitu dengan meminta siswa untuk mengambil biji dakon sebanyak 32 butir kemudian biji dakon tersebut dimasukkan ke dalam lubang besar, lalu menyebarkannya ke 4 lubang kecil satu persatu hingga habis seperti pada gambar 3. Gambar 3 Langkah-langkah Perhitungan Pembagian Satu Bilangan tanpa Sisa dengan Menggunakan Media Dakon Berdasarkan gambar 3 maka dapat diketahui bahwa setelah biji dakon disebarkan ke 4 lubang kecil, kemudian siswa diminta untuk menghitung isi dari salah satu lubang kecil. Bentuk penjumlahan berkurang dari 32 : 4 yaitu 32 : 4 = 32 4 4 4-4 4 4 4 = 8. Pada setiap lubang kecil diketahui terisi 8 biji, maka 32 : 4 = 8.

67 Selanjutnya materi tentang sifat pembagian bilangan 1, peneliti menyontohkan 5 : 1, caranya mengambil 5 butir biji dakon kemudian dimasukkan ke dalam lubang besar lalu disebarkan hanya ke satu lubang kecil sampai habis. Diketahui bahwa isi dari lubang kecil itu 5 butir biji. Contoh lain yaitu 13 : 1, caranya yaitu mengambil 13 butir biji dakon kemudian dimasukkan ke dalam satu lubang kecil sampai habis, diketahui isi dari lubang kecil tersebt 13 biji. Untuk lebih jelasnya tentang sifat pembagian bilangan satu menggunakan media dakon dapat dilihat pada gambar 4. Gambar 4 Perhitungan Pembagian Bilangan Satu dengan Menggunakan Media Dakon Berdasarkan gambar 4 dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil dari semua bilangan jika dibagi bilangan 1 maka hasilnya adalah bilangan itu sendiri. Contohnya 7 : 1 = 7, 23 : 1 = 23, dan lain sebagainya. Untuk kegiatan psikomotor, siswa diminta untuk mengerjakan soal di papan tulis dan menghitungnya dengan menggunakan dakon. Siswa sangat senang berhitung dengan dakon karena mereka belajar sambil bermain. Hal ini terlihat saat siswa dengan commit antusias to berhitung user dengan dakon. Dengan dakon

68 konsep pembagian lebih mudah untuk dipahami. Setelah seluruh siswa maju ke depan kelas untuk mengerjakan soal pembagian dengan media dakon, kemudian diadakan tes intervensi 1 untuk mengetahui pengaruh penggunaan media dakon terhadap kemampuan berhitung pembagian siswa. Soal tes pada intervensi 1 setipe dengan soal tes pada baseline 1. Soal terdiri dari 15 butir soal yang terbagi menjadi 10 soal isian dan 5 soal uraian. Pada kegiatan penutup, peneliti menyimpulkan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pelajaran ditutup, peneliti menyampaikan bahwa besok akan diadakan pembelajaran matematika lagi dan berpesan kepada siswa agar mempelajari kembali materi pembagian yang telah diajarkan. c. Evaluasi Setelah diadakan pembelajaran matematika dengan menggunakan media dakon dan dilanjutkan dengan tes intervensi 1, terdapat peningkatan nilai hasil tes intervensi 1 dibandingkan dengan nilai hasil tes pada tahap baseline 1. Nilai hasil tes intervensi 1 secara rinci sebagai berikut : Tabel 11 Nilai Tes Intervensi 1 No Nama Siswa Nilai Intervensi 1 1 AJS 80 2 FN 70 3 LNK 70 4 SLS 65 5 MFT 60 6 JS 50 7 ZLF 40 Rata rata 62,14 Berdasarkan tabel 11 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan nilai pada tes intervensi 1 yang terbukti dari peningkatan nilai rata-rata kelas dari 53,57 menjadi 62,14 dengan prosentase kenaikan sebesar 16 %. Hal ini

69 menunjukkan bahwa siswa lebih mudah memahami materi pembagian dengan menggunakan media dakon. Siswa juga lebih teliti dalam mengerjakan soal tes intervensi 1. Media dakon dapat membuat siswa lebih mudah dalam menghitung pembagian bilangan lebih dari 10. Hal ini disebabkan oleh penggunaan biji dakon yang cukup banyak sehingga mempermudah siswa dalam mengerjakan soal-soal latihan. 3. Baseline 2 ( A2) a. Perencanaan Kegiatan perencanaan Baseline 2 dilakukan pada bulan Maret 2013 yaitu peneliti dan guru mendiskusikan rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP). Kemudian disepakati bahwa pelaksanaan desain Baseline 2 pada hari Rabu tanggal 1 2013. b. Pelaksanaan Baseline 2 adalah pengulangan dari Baseline 1 tetapi dengan indikator pembelajaran yang berbeda, peneliti memberikan tes awal kemampuan berhitung pembagian pada siswa yang sebelumnya diberikan pembelajaran dengan metode ceramah tanpa menggunakan media. Pada pertemuan ini akan dijelaskan materi pasangan bilangan yang hasil baginya diketahui, pembagian bilangan dengan bilangan itu sendiri, dan pembagian bilangan berturut-turut. Adapun langkah-langkah pembelajarannya mencakup pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Pada kegiatan pendahuluan, pertama-tama peneliti memimpin siswa untuk berdoa, mengucapkan salam, mengkondisikan kelas agar siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan memberitahukan tujuan pembelajaran pada pertemuan ini yaitu melanjutkan materi pembagian yang telah dipelajari tetapi tanpa penggunaan media dakon. Kegiatan inti dimulai dengan bertanya kepada siswa Anak-anak masih ingat materi pembagian yang dahulu?, lalu mulai menjelaskan materi yang pertama yaitu pasangan commit bilangan to user yang hasil baginya diketahui.

70 Pembagian adalah kebalikan dari perkalian. Peneliti pemberikan contoh 8 : 2 = 4 artinya 4 x 2 = 8, contoh kedua 20 : 5 = 4 artinya 4 x 5 = 20. Hal ini menunjukkan bahwa pasangan pembagian dari 8 : 2= 4 adalah 4 x 2 = 8 dan pasangan pembagian 20 : 5 = 4 adalah 4 x 5 = 20. Peneliti bertanya lagi Anak-anak sudah mengerti?, beberapa siswa sudah paham namun ada beberapa yang belum paham. Peneliti menjelaskannya sekali lagi dengan contoh soal yang berbeda. Kemudian peneliti dapat melanjutkan menjelaskan materi selanjutnya yaitu membagi bilangan dengan bilangan itu sendiri. Dicontohkan 5 : 5, caranya dengan menggunakan pembagian sebagai pengurangan berulang 5 : 5 = 5 5 = 0. Hanya terdapat satu kali pengurangan, jadi 5 : 5 = 1. Contoh lain adalah 12 : 12 = 12 12 = 0. Hanya terdapat satu kali pengurangan, jadi 12 : 12 = 1. Peneliti menjelaskan bahwa jika bilangan dibagi dengan bilangan itu sendiri, maka hasil baginya adalah 1. Materi selanjutnya yaitu membagi bilangan berturut-turut. Peneliti memberikan contoh sebagai berikut: 1. 18 : 2 : 3 =. 2. 24 : 3 : 4 =. Cara mengerjakan pembagian bilangan berturut-turut yaitu : 1. Membagi bilangan pertama dengan bilangan kedua. 2. Kemudian hasil bagi tersebut dibagi dengan bilangan ketiga. Dengan menggunakan langkah-langkah di atas, peneliti menjelaskan cara mengerjakan contoh soal yang diberikan. 1. 18 : 2 : 3 = (18 : 2 ) : 3 = 9 : 3 = 3 2. 24 : 3 : 4 = ( 24 : 3 ) : 4 = 8 : 4 = 2

71 Setelah semua materi disampaikan, peneliti meminta siswa untuk mengerjakan soal-soal latihan di papan tulis untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi sebelum dilaksanakan tes. Peneliti membimbing siswa yang masih belum dapat menyelesaikan soal dengan mandiri. Setelah semua siswa mengerjakan soal di papan tulis, kemudian peneliti memberikan tes baseline 2. Soal tes terdiri dari 15 soal yang dibagi menjadi 10 soal isian dan 5 soal uraian. Waktu mengerjakan soal 60 menit. Kegiatan pembelajaran ditutup dengan menyimpulkan pembelajaran lalu mengucapkan salam. c. Evaluasi Setelah mengoreksi hasil pekerjaan siswa pada tes baseline 2, siswa mengalami kesulitan mengerjakan soal pembagian berturut-turut. Materi pada baseline 2 diperjelas dengan menggunakan media dakon pada tahap intervensi 2. Secara rinci nilai tes baseline 2 dapat dilihat pada tabel 12. Tabel 12 Nilai Tes Baseline 2 No Nama Siswa Nilai Baseline 2 1 AJS 85 2 FN 75 3 LNK 80 4 SLS 70 5 MFT 65 6 JS 55 7 ZLF 45 Rata rata 67,86 Berdasarkan tabel 12 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata pada baseline 2 dibandingkan dengan intervensi 1 yaitu dari 62,14 menjadi 67,86 dengan prosentase kenaikan sebesar 9,21 %. Hal ini menunjukkan bahwa siswa semakin paham dengan materi pembagian meskipun pembelajaran pada commit baseline to 2 user tidak menggunakan media. Konsep

72 perhitungan pembagian menggunakan media dakon masih diingat siswa yang kemudian diterapkan dalam mengerjakan tes baseline 2. Walau demikian masih ada 2 siswa yang belum mencapai nilai KKM. 4. Intervensi 2 (B2) a. Perencanaan Kegiatan perencanaan Intervensi 2 dilakukan pada bulan Maret 2013 yaitu peneliti dan guru mendiskusikan rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP). Kemudian disepakati bahwa pelaksanaan desain Baseline 2 pada hari Kamis tanggal 2 Mei 2013. b. Pelaksanaan Desain ini adalah pengulangan dari Intervensi 1 tetapi dengan indikator yang sama dengan indikator pada pembelajaran baseline 2, peneliti memberikan pembelajaran berhitung pembagian menggunakan media dakon pada siswa. Intervensi 2 adalah pembelajaran yang terakhir. Setelah pembelajaran diadakan tes Intervensi 2 untuk mengetahui pengaruh penggunaan media dakon terhadap kemampuan berhitung pembagian siswa. Materi yang disampaikan pada pertemuan ini sama dengan materi pada pertemuan Baseline 2 yaitu pasangan bilangan yang hasil baginya diketahui, pembagian bilangan dengan bilangan itu sendiri, dan pembagian bilangan berturut-turut. Adapun langkah-langkah pembelajarannya mencakup pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Kegiatan pendahuluan dimulai dengan memimpin siswa untuk berdoa, mengucapkan salam, mengkondisikan kelas agar siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan memberitahukan tujuan pembelajaran pada pertemuan ini yaitu mengulangi materi pada pertemuan kemarin dengan menggunakan media dakon. Peneliti membagikan dakon satu per satu kepada siswa. Kegiatan inti dimulai dengan menjelaskan pasangan bilangan yang hasil baginya diketahui. Peneliti commit memberikan to user contoh 6 : 3. Siswa diminta

73 untuk mengambil biji dakon sebanyak 6 butir kemudian memasukkannya pada lubang besar, lalu menyebarkannya pada 3 lubang kecil sampai habis. Diketahui setiap lubang kecil terisi 2 butir biji, artinya 6 : 3 = 2. Untuk mengetahui pasangan pembagiannya, peneliti menjelaskan bahwa ada 3 lubang kecil yang masing-masing lubang terisi 2 butir. Pembagian adalah kebalikan dari perkalian, dari contoh tersebut siswa diminta untuk menjumlahkan semua biji yang ada pada lubang kecil, kemudian dapat dituliskan bahwa 3 x 2 = 6, artinya 2 + 2 + 2 = 6. Siswa memperhatikan penjelasan peneliti. Contoh tersebut dapat dilihat pada gambar 5.

74 Gambar 5 Langkah - Langkah Perhitungan Pasangan Pembagian yang Hasil Baginya Diketahui dengan Menggunakan Media Dakon Materi selanjutnya membagi bilangan dengan bilangan itu sendiri. Peneliti mencontohkan 5 : 5, caranya dengan meminta siswa untuk mengambil 5 butir biji lalu dimasukkan ke lubang besar kemudian disebarkan ke 5 lubang kecil hingga habis. Diketahui setiap lubang terisi 1 butir biji, jadi 5 : 5 = 1. Contoh berikutnya adalah 12 : 12, siswa diminta untuk mengambil 12 butir biji kemudian memasukkannya ke lubang besar, lalu menyebarkannya ke dalam 12 lubang kecil. Pembagian bilangan dengan bilangan itu sendiri dapat dilakukan dengan menggunakan media dakon seperti pada gambar 6.

75 Gambar 6 Lankah-langkah Pembagian dengan Bilangan Itu Sendiri Menggunakan Media Dakon Berdasarkan gambar 6 diketahui setiap lubang hanya terisi 1 butir biji, jadi 12 : 12 = 1. Peneliti menjelaskan bahwa jika bilangan dibagi dengan bilangan itu sendiri, maka hasil baginya adalah 1. Materi yang terakhir yaitu membagi bilangan berturut-turut. Peneliti memberikan contoh 20 : 5 : 2 =. Cara mengerjakannya, membagi bilangan pertama dengan bilangan kedua yaitu 20 : 5 = 4, kamudian hasil dari pembagian tersebut dibagi bilangan ketiga yaitu 4 : 2 = 2. Dapat dituliskan sebagai berikut: 20 : 5 : 2 = (20 : 5) : 2 = 4 : 2 = 2 Cara mengerjakan pembagian berturut-turut menggunakan media dakon dapat dilihat pada gambar 7.

76 Gambar 7 Langkah-langkah Membagi Bilangan Berturut-turut dengan Menggunakan Media Dakon Peneliti memberikan lebih banyak contoh soal pembagian bilangan berturut-turut karena sebagian besar siswa mengalami kesulitan pada materi ini. Setelah semua materi disampaikan, peneliti mengulagi sedikit materi dari awal dan menanyakan kepada siswa bagian mana yang belum jelas. Kemudian dilakukan tes intervensi 2, soal tes terdiri dari 15 soal yang dibagi menjadi 10 soal isian dan 5 soal uraian. Waktu mengerjakan tes 60 menit. Pelajaran ditutup dengan menyimpulkan pembelajaran, mengucapkan terimakasih kepada siswa yang commit sudah to turut user berpartisipasi dalam penelitian ini,

dan berpesan kepada siswa untuk tetap rajin belajar. Pelajaran diakhiri dengan mengucapkan salam. 77 c. Evaluasi Setelah diadakan pembelajaran dengan media dakon pada tahap intervensi 2, siswa lebih memahami tentang materi pembagian berturut-turut sehingga terdapat peningkatan nilai siswa pada tes intervensi 2. Enam siswa sudah dapat mengerjakan tes intervensi 2 dengan baik, tetapi ada seorang siswa yang belum dapat menyelesaikan soal pembagian berturut-turut dengan baik karena siswa tersebut lamban dalam memahami materi perlu pembelajaran secara individual agar siswa tersebut dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Peningkatan nilai siswa dari tes baseline 1 sampai dengan intervensi 2 secara rinci dapat dilihat pada tabel 13. Tabel 13 Perbandingan Nilai Hasil Tes Baseline 1, Intervensi 1, Baseline 2, dan Intervensi 2 Nilai No Nama Siswa Baseline 1 Intervensi 1 Baseline 2 Intervensi 2 1 AJS 75 80 85 95 2 FN 65 70 75 85 3 LNK 60 70 80 85 4 SLS 55 65 70 80 5 MFT 50 60 65 75 6 JS 40 50 55 65 7 ZLF 30 40 45 60 Rata - rata 53,57 62,14 67,86 77,86 Berdasarkan tabel 13 terjadi peningkatan nilai tes pada intervensi 2 dibandingkan dengan nilai tes pada baseline 1, intervensi 1, dan baseline 2. Rata-rata kelas pada intervensi 2 meningkat mencapai 77,86 dengan prosentase kenaikan nilai rata-rata dari baseline 1 mencapai 43,48 %. Hal ini dikarenakan siswa telah mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan media dakon sebanyak dua kali commit sehingga to user siswa sudah dapat lebih memahami

78 materi pembagian. Pemahaman pada kemampuan berhitung pembagian yang lebih meningkat, tentunya berpengaruh pula terhadap hasil tes pada intervensi 2. Pada pembelajaran intervensi 2 siswa sudah lebih mahir dalam menggunakan media dakon untuk berhitung pembagian. Peneliti tidak terlalu banyak memberikan pengarahan seperti pada pembelajaran intervensi 1 tentang penggunaan media dakon. Hal ini membuat partisipasi siswa dalam pembelajaran semakin meningkat sehingga menjadikan suasana kelas menjadi lebih menyenangkan. Selain itu siswa juga ikut aktif dalam pembelajaran dengan menghitung secara langsung apa yang sedang dipelajari dengan menggunakan media dakon. Peningkatan nilai siswa dikarenakan peneliti dalam melaksanakan pembelajaran pada materi pembagian sudah menggunakan media dakon dengan baik serta menggunakan metode pembelajaran yang tepat, hal tersebut membuat siswa lebih antusias dan lebih memahami materi karena siswa belajar dengan cara yang menarik dan menyenangkan. B. Hasil Penelitian Hasil penelitian Single Subject Riserch yang dilakukan pada siswa kelas II B SLB B YRTRW yang meliputi tahap Baseline 1, Intervensi 1, Baseline 2, dan Intervensi 2 dapat diuraikan sebagai berikut : 1. AJS Pada baseline 1 dengan indikator pembelajaran yaitu pembagian sebagai pengurangan berulang, membagi satu bilangan dengan bilangan lain tanpa sisa, dan mengidentifikasi sifat pembagian bilangan satu, AJS mendapatkan nilai 70 sebagai nilai kemampuan awal berhitung pembagian. Kemudian dilakukan treatment pada intervensi 1 yaitu pembelajaran matematika dengan menggunakan media dakon dengan indikator yang sama pada baseline 1 menunjukkan adanya peningkatan kemampuan berhitung

No pembagian yang ditandai dengan perolehan nilai tes 80 dengan prosentase kenaikan 14,29 %. Baseline 2 mengukur kemampuan awal siswa dengan indikator mengidentifikasi pasangan bilangan yang hasil baginya diketahui, membagi bilangan dengan bilangan itu sendiri dan membagi bilangan berturut-turut yang sebelumnya dilakukan pembelajaran tanpa menggunakan media dakon AJS mendapatkan nilai 85. Terjadi kenaikan nilai sebanyak 6,25 % dari nilai tes pada intervensi 1. Setelah dilakukan treatment pada intervensi 2 dengan indikator pembelajaran yang sama pada baseline 2 AJS memperoleh nilai 95. Hasil intervensi 2 menunjukkan adanya peningkatan nilai sebanyak 11,76 % dari nilai tes baseline 2. Secara rinci perkembangan kemampuan berhitung pembagian AJS dalam penelitian dapat diliahat pada tabel 14. Terjadi peningkatan nilai pada pembelajaran tanpa media namun nilai ini masih lebih rendah dibandingkan kenaikan nilai yang didapat setelah pembelajaran matematika dengan menggunakan media dakon. Tabel 14 Perkembangan Nilai Kemampuan Berhitung Pembagian AJS pada Baseline 1, Intervensi 1, Baseline 2 dan Intervensi 2 Nama Siswa 100 80 60 40 20 0 Nilai Baseline 1 Intervensi 1 Baseline 2 Intervensi 2 1 AJS 70 80 85 95 Berdasarkan tabel 14 dapat dibuat grafik nilai kemampuan berhitung pembagian AJS pada baseline 1, intervensi 1, baseline 2 dan intervensi 2 dapat dilihat pada grafik 1. Baseline 1 Intervensi 1 Baseline 2 Intervensi 2 Grafik 1 Perkembangan Nilai Kemampuan Berhitung Pembagian AJS 79

80 Berdasarkan tabel 14 dan grafik 1 dapat diketahui bahwa pembelajaran menggunakan media dakon yang dilaksanakan pada intervensi 1 dan intervensi 2 sudah memperlihatkan peningkatan kemampuan berhitung pembagian pada AJS. Hal ini juga dikarenakan AJS mudah dalam memahami pembelajaran materi pembagian dengan atau tanpa media dakon. 2. FN Pada baseline 1 dengan indikator pembagian sebagai pengurangan berulang, membagi satu bilangan dengan bilangan lain tanpa sisa, dan mengidentifikasi sifat pembagian bilangan satu FN mendapatkan nilai 65 sebagai nilai kemampuan awal berhitung pembagian. Setelah dilakukan treatment pada intervensi 1 yaitu pembelajaran matematika dengan menggunakan media dakon dengan indikator yang sama pada baseline 1 menunjukkan adanya peningkatan kemampuan berhitung pembagian yang ditandai dengan perolehan nilai tes 70 dengan prosentase kenaikan 7,69 %. Baseline 2 mengukur kemampuan awal siswa dengan indikator mengidentifikasi pasangan bilangan yang hasil baginya diketahui, membagi bilangan dengan bilangan itu sendiri dan membagi bilangan berturut-turut FN mendapatkan nilai 75. Terjadi kenaikan nilai sebanyak 7,14 % dari nilai tes pada intervensi 1. Pada intervensi 2 dengan indikator pembelajaran yang sama pada baseline 2 AJS memperoleh nilai 85 menunjukkan adanya peningkatan nilai sebanyak 13,33 % dari nilai tes baseline 2. Secara rinci perkembangan kemampuan berhitung pembagian FN dalam penelitian dapat diliahat pada tabel 15. Tabel 15 Perkembangan Nilai Kemampuan Berhitung Pembagian FN pada Baseline 1, Intervensi 1, Baseline 2 dan Intervensi 2 No Nama Siswa Nilai Baseline 1 Intervensi 1 Baseline 2 Intervensi 2 1 FN 65 70 75 85

81 Berdasarkan tabel 15 dapat dibuat grafik nilai kemampuan berhitung pembagian FN pada baseline 1, intervensi 1, baseline 2 dan intervensi 2 dapat dilihat pada grafik 2. 100 80 60 40 20 0 Baseline 1 Intervensi 1 Baseline 1 Intervensi 2 Grafik 2 Perkembangan Nilai Kemampuan Berhitung Pembagian FN Berdasarkan tabel 15 dan grafik 2 dapat diketahui bahwa pembelajaran menggunakan media dakon yang dilaksanakan pada intervensi 1 dan intervensi 2 sudah memperlihatkan peningkatan kemampuan berhitung pembagian pada FN. Pada pembelajaran intervensi 1, FN mengalami kesulitan saat menggunakan media dakon untuk berhitung pembagian tetapi setelah dibimbing FN dapat menggunakan media dakon dengan baik. 3. LNK Pada baseline 1 dengan indikator pembagian sebagai pengurangan berulang, membagi satu bilangan dengan bilangan lain tanpa sisa, dan mengidentifikasi sifat pembagian bilangan satu LNK mendapatkan nilai 60 sebagai nilai kemampuan awal berhitung pembagian. Kemudian dilakukan treatment pada intervensi 1 yaitu pembelajaran matematika dengan menggunakan media dakon dengan indikator yang sama pada baseline 1 menunjukkan adanya peningkatan kemampuan berhitung pembagian yang ditandai dengan perolehan nilai tes 70 dengan prosentase kenaikan 16,67 %. Baseline 2 mengukur kemampuan awal siswa dengan indikator mengidentifikasi pasangan bilangan yang hasil baginya diketahui, membagi bilangan dengan bilangan itu commit sendiri to dan user membagi bilangan berturut-turut

82 LNK mendapatkan nilai 75. Terjadi kenaikan nilai sebanyak 7,14% dari nilai tes pada intervensi 1. Setelah dilakukan treatment pada intervensi 2 dengan indikator pembelajaran yang sama pada baseline 2 LNK memperoleh nilai 85 menunjukkan adanya peningkatan nilai sebanyak 13,33 % dari nilai tes baseline 2. Secara rinci perkembangan nilai kemampuan berhitung pembagian LNK dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 16. No Tabel 16 Perkembangan Nilai Kemampuan Berhitung Pembagian LNK pada Baseline 1, Intervensi 1, Baseline 2 dan Intervensi 2 Nama Siswa Nilai Baseline 1 Intervensi 1 Baseline 2 Intervensi 2 1 LNK 60 70 80 85 Data dari tabel 16 dapat dibuat grafik nilai kemampuan berhitung pembagian LNK pada baseline 1, intervensi 1, baseline 2 dan intervensi 2 dapat dilihat pada grafik 3. 100 80 60 40 20 0 Baseline 1 Intervensi 1 Baseline 1 Intervensi 2 Grafik 3 Perkembangan Nilai Kemampuan Berhitung Pembagian LNK Berdasarkan tabel 16 dan grafik 3 dapat diketahui bahwa pembelajaran menggunakan media dakon yang dilaksanakan pada intervensi 1 dan intervensi 2 sudah memperlihatkan peningkatan kemampuan berhitung pembagian pada LNK. LNK adalah siswa yang kreatif terlihat saat mengerjakan soal intervensi 1, ia mampu mengaplikasikan media dakon ke

dalam gambar dan menggunakannya dalam mengerjakan soal. Walaupun demikian LNK masih kurang teliti dan tergesa-gesa saat mengerjakan tes. 83 4. SLS Pada baseline 1 dengan indikator pembagian sebagai pengurangan berulang, membagi satu bilangan dengan bilangan lain tanpa sisa, dan mengidentifikasi sifat pembagian bilangan satu, SLS mendapatkan nilai 55 sebagai nilai kemampuan awal berhitung pembagian yang belum mencapai nilai KKM. Kemudian dilakukan treatment pada intervensi 1 yaitu pembelajaran matematika dengan menggunakan media dakon dengan indikator yang sama pada baseline 1 menunjukkan adanya peningkatan kemampuan berhitung pembagian yang ditandai dengan perolehan nilai tes 65 dengan prosentase kenaikan 18,18 %. Baseline 2 mengukur kemampuan awal siswa dengan indikator mengidentifikasi pasangan bilangan yang hasil baginya diketahui, membagi bilangan dengan bilangan itu sendiri dan membagi bilangan berturut-turut SLS mendapatkan nilai 70. Terjadi kenaikan nilai sebanyak 7,69% dari nilai tes pada intervensi 1. Setelah dilakukan treatment pada intervensi 2 dengan indikator pembelajaran yang sama pada baseline 2 SLS memperoleh nilai 80 menunjukkan adanya peningkatan nilai sebanyak 14,29 % dari nilai tes baseline 2. Secara rinci perkembangan nilai kemampuan berhitung pembagian SLS dalam penelitian dapat diliahat pada tabel 17. No Tabel 17 Perkembangan Nilai Kemampuan Berhitung Pembagian SLS pada Baseline 1, Intervensi 1, Baseline 2 dan Intervensi 2 Nama Siswa Nilai Baseline 1 Intervensi 1 Baseline 2 Intervensi 2 1 SLS 55 65 70 80

84 Berdasarkan tabel 17 dapat dibuat grafik nilai kemampuan berhitung pembagian SLS pada baseline 1, intervensi 1, baseline 2 dan intervensi 2 dapat dilihat pada grafik 4. 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Baseline 1 Intervensi 1 Baseline 2 Intervensi 2 Grafik 4 Perkembangan Nilai Kemampuan Berhitung Pembagian SLS Berdasarkan tabel 17 dan grafik 4 dapat diketahui bahwa pembelajaran menggunakan media dakon yang dilaksanakan pada intervensi 1 dan intervensi 2 sudah memperlihatkan peningkatan kemampuan berhitung pembagian pada SLS. SLS mengalami kesulitan saat mengerjakan soal pembagian secara berturut-turut. Hal ini juga dialami oleh sebagian besar siswa, siswa salah dalam menempatkan angka hasil pembagian. 5. MFT Pada baseline 1 dengan indikator pembagian sebagai pengurangan berulang, membagi satu bilangan dengan bilangan lain tanpa sisa, dan mengidentifikasi sifat pembagian bilangan satu MFT mendapatkan nilai 50 sebagai nilai kemampuan awal berhitung pembagian. Kemudian dilakukan treatment pada intervensi 1 yaitu pembelajaran matematika dengan menggunakan media dakon dengan indikator yang sama pada baseline 1 menunjukkan adanya peningkatan kemampuan berhitung pembagian yang ditandai dengan perolehan nilai tes 60 dengan prosentase kenaikan 20 %. Baseline 2 mengukur kemampuan awal siswa dengan indikator mengidentifikasi pasangan bilangan yang hasil baginya diketahui, membagi

85 bilangan dengan bilangan itu sendiri dan membagi bilangan berturut-turut MFT mendapatkan nilai 65. Terjadi kenaikan nilai sebanyak 8,33 % dari nilai tes pada intervensi 1. Setelah dilakukan treatment pada intervensi 2 dengan indikator pembelajaran yang sama pada baseline 2 MFT memperoleh nilai 75 menunjukkan adanya peningkatan nilai sebanyak 15,38 % dari nilai tes baseline 2. MFT lebih mudah memahami pembagian dengan menggunakan media dakon, hal ini terlihat pada saat pembelajaran intervensi 1. Kemudian pada pembelajaran baseline 2, MFT tidak terlalu mengalami kesulitan dalam memahami materi. Namun pemahamannya tentang soal-soal cerita masih kurang. Secara rinci perkembangan kemampuan berhitung pembagian MFT dapat dilihat pada tabel 18. No Tabel 18 Perkembangan Nilai Kemampuan Berhitung Pembagian MFT pada Baseline 1, Intervensi 1, Baseline 2 dan Intervensi 2 Nama Siswa Nilai Baseline 1 Intervensi 1 Baseline 2 Intervensi 2 1 MFT 50 60 65 75 Berdasarkan tabel 18 dapat dibuat grafik nilai kemampuan berhitung pembagian MFT pada baseline 1, intervensi 1, baseline 2 dan intervensi 2 dapat dilihat pada grafik 5. 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Baseline 1 Intervensi 1 Baseline 2 Intervensi 2 Grafik 5 Perkembangan Nilai commit Kemampuan to user Berhitung Pembagian MFT

86 Berdasarkan tabel 18 dan grafik 5 dapat diketahui bahwa pembelajaran menggunakan media dakon yang dilaksanakan pada intervensi 1 dan intervensi 2 sudah memperlihatkan peningkatan kemampuan berhitung pembagian pada MFT. 6. JS Pada baseline 1 dengan indikator pembagian sebagai pengurangan berulang, membagi satu bilangan dengan bilangan lain tanpa sisa, dan mengidentifikasi sifat pembagian bilangan satu JS mendapatkan nilai 40 sebagai nilai kemampuan awal berhitung pembagian. Kemudian dilakukan treatment pada intervensi 1 yaitu pembelajaran matematika dengan menggunakan media dakon dengan indikator yang sama pada baseline 1 menunjukkan adanya peningkatan kemampuan berhitung pembagian yang ditandai dengan perolehan nilai tes 50 dengan prosentase kenaikan 25%. Baseline 2 mengukur kemampuan awal siswa dengan indikator mengidentifikasi pasangan bilangan yang hasil baginya diketahui, membagi bilangan dengan bilangan itu sendiri dan membagi bilangan berturut-turut JS mendapatkan nilai 55. Terjadi kenaikan nilai sebanyak 10% dari nilai tes pada intervensi 1. Setelah dilakukan treatment pada intervensi 2 dengan indikator pembelajaran yang sama pada baseline 2 JS memperoleh nilai 65 menunjukkan adanya peningkatan nilai sebanyak 18,18 % dari nilai tes baseline 2. JS termasuk siswa yang nilai berhitung pembagiannya masih rendah meskipun nilai tes pada setiap tahap sudah meningkat. Hal ini disebabkan JS kurang teliti saat mengerjakan tes. Secara rinci perkembangan kemampuan berhitung pembagian JS dapat diliahat pada tabel 19. Tabel 19 Perkembangan Nilai Kemampuan Berhitung Pembagian JS pada Baseline 1, Intervensi 1, Baseline 2 dan Intervensi 2 Nilai No Nama Siswa Baseline 1 Intervensi 1 Baseline 2 Intervensi 2 1 JS 40 50 55 65

87 Berdasarkan tabel 19 dapat dibuat grafik nilai kemampuan berhitung pembagian JS pada baseline 1, intervensi 1, baseline 2 dan intervensi 2 dapat dilihat pada grafik 6. 70 60 50 40 30 20 10 0 Baseline 1 Intervensi 1 Baseline 2 Intervensi 2 Grafik 6 Perkembangan Nilai Kemampuan Berhitung Pembagian JS Berdasarkan tabel 19 dan grafik 6 dapat diketahui bahwa pembelajaran menggunakan media dakon yang dilaksanakan pada intervensi 1 dan intervensi 2 sudah memperlihatkan peningkatan kemampuan berhitung pembagian pada JS. 7. ZLF Pada baseline 1 dengan indikator pembagian sebagai pengurangan berulang, membagi satu bilangan dengan bilangan lain tanpa sisa, dan mengidentifikasi sifat pembagian bilangan satu ZLF mendapatkan nilai 30 sebagai nilai kemampuan awal berhitung pembagian. Kemudian dilakukan treatment pada intervensi 1 yaitu pembelajaran matematika dengan menggunakan media dakon dengan indikator yang sama pada baseline 1 menunjukkan adanya peningkatan kemampuan berhitung pembagian yang ditandai dengan perolehan nilai tes 40 dengan prosentase kenaikan 33%. Baseline 2 mengukur kemampuan awal siswa dengan indikator mengidentifikasi pasangan bilangan yang hasil baginya diketahui, membagi bilangan dengan bilangan itu commit sendiri to dan user membagi bilangan berturut-turut

88 ZLF mendapatkan nilai 45. Terjadi kenaikan nilai sebanyak 12,5% dari nilai tes pada intervensi 1. Setelah dilakukan treatment pada intervensi 2 dengan indikator pembelajaran yang sama pada baseline 2 ZLF memperoleh nilai 60 menunjukkan adanya peningkatan nilai sebanyak 33,33 % dari nilai tes baseline 2. ZLF mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal uraian karena ZLF mempunyai pemahaman yang masih kurang dalam membaca soal-soal cerita. Soal-soal uraian sebagian besar dijawab dengan tidak benar. Secara rinci perkembangan kemampuan berhitung pembagian LNK dalam penelitian dapat diliahat pada tabel 20. Tabel 20 Perkembangan Nilai Kemampuan Berhitung Pembagian ZLF pada Baseline 1, Intervensi 1, Baseline 2 dan Intervensi 2 Nilai No Nama Siswa Baseline 1 Intervensi 1 Baseline 2 Intervensi 2 1 ZLF 30 40 45 60 Berdasarkan tabel 20 dapat dibuat grafik nilai kemampuan berhitung pembagian ZLF pada baseline 1, intervensi 1, baseline 2 dan intervensi 2 dapat dilihat pada grafik 7. 70 60 50 40 30 20 10 0 Baseline 1 Intervensi 1 Baseline 2 Intervensi 2 Grafik 7 Perkembangan Nilai Kemampuan Berhitung Pembagian ZLF

89 Berdasarkan tabel 20 dan grafik 7 dapat diketahui bahwa pembelajaran menggunakan media dakon yang dilaksanakan pada intervensi 1 dan intervensi 2 sudah memperlihatkan peningkatan kemampuan berhitung pembagian pada ZLF. Pada awalnya ZLF mengalami kesulitan saat mengerjakan soal pembagian,setelah mendapatkan pembelajaran matematika dengan menggunakan media dakon sebanyak 2 kali ZLF menjadi lebih paham dengan materi pembagian. Secara keseluruhan hasil tes kemampuan berhitung pembagian dalam penelitian Single Subject Researh yang dilakukan pada siswa kelas II B SLB B YRTRW Surakarta pada baseline 1, intervensi 1, baseline 2 dan intervensi 2 dapat disajikan pada tabel 21. Tabel 21 Rekapitulasi Perkembangan Nilai Kemampuan Berhitung Pembagian Siswa Kelas II B SLB B YRTRW Surakarta pada Baseline 1, Intervensi 1, Baseline 2 dan Intervensi 2 No Nama Siswa Nilai Baseline 1 Intervensi 1 Baseline 2 Intervensi 2 1 AJS 75 80 85 95 2 FN 65 70 75 85 3 LNK 60 70 80 85 4 SLS 55 65 70 80 5 MFT 50 60 65 75 6 JS 40 50 55 65 7 ZLF 30 40 45 60 Rata - rata 53,57 62,14 67,86 77,86 Data dari tabel 21 dapat disajikan ke dalam bentuk grafik seperti pada grafik 8 yaitu grafik rekapitulasi perkembangan nilai kemampuan berhitung pembagian siswa kelas II B SLB B YRTRW Surakarta pada Baseline 1, Intervensi 1, Baseline 2 dan Intervensi 2.

90 100 80 60 40 20 0 Baseline 1 Intervensi 1 Baseline 2 Intervensi 2 ANJ FN LNK SLS MFT JS ZLF Grafik 8 Rekapitulasi Perkembangan Nilai Kemampuan Berhitung Pembagian Siswa Kelas II B SLB B YRTRW Surakarta Berdasarkan tabel 21 dan grafik 8 dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan nilai kemampuan berhitung pembagian pada siswa kelas II B SLB B YRTRW Surakarta melalui penggunaan media dakon yang dilaksanakan pada tahap intervensi 1 dan intervensi 2. C. PEMBAHASAN Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan media pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam hal ini kemampuan siswa dalam berhitung pembagian meningkat setelah diberikan pembelajaran matematika menggunakan media dakon. Anak usia SD menurut Peaget dalam Tukidjan (1998: 80) menyatakan bahwa : Anak usia SD berada pada tahap operasional konkret (umur 7-11 tahun). Mereka belum dapat berpikir abstrak, perlu benda-benda konkrit untuk memahami sesuatu dan perlu latihan berulang-ulang untuk pengembangan berpikir operasional yang meliputi menambah, mengurangi, mengalikan, membagi, mengurutkan, menggolonggolongkan, mensubtitusikan dan sebagainya. Pendapat Gagne sejalan dengan Ghazah dalam Mahmudah (2001: 20) yang mengatakan bahwa :

Salah satu prinsip pengajaran yang penting adalah prinsip peragaan, yaitu suatu prinsip yang menekankan pada penggunaan alat peraga agar siswa mudah mengingat dan memahami bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru. Agar peserta didik mudah mengingat, menceritakan dan melaksanakan suatu pelajaran yang pernah diamati di dalam kelas perlu didukung media pengajaran yang kongkrit. Apalagi bagi individu yang masih butuh perangsang suatu hal yang serba kongkrit dan jelas. Materi pelajaran matematika yang bersifat abstrak, membuat siswa sulit dalam memahami materi pelajaran, maka guru perlu menggunakan alat peraga atau media yang tepat yang dapat membantu guru dalam menyampaikan materi. Peneliti menggunakan media dakon sebagai alat peraga yang tepat agar siswa dapat lebih mudah dalam memahami dan menghitung pembagian. Terbukti nilai tes pada tahap intervensi 1 dan intervensi 2 lebih baik dibandingkan nilai tes pada tahap baseline 1 dan baseline 2 yang pembelajarannya tanpa menggunakan media dakon. Nilai rata-rata kelas pada baseline 1 yaitu 53,57 meningkat menjadi 62,14 pada intervensi 1 setelah dilaksanakan pembelajaran menggunakan media dakon. Terjadi kenaikan sebesar 8,57 setelah dilaksanakan treatment pada intervensi 1. Kemudian dilaksanakan pembelajaran baseline 2 yaitu dengan metode ceramah nilai rata-rata meningkat menjadi 67,86. Hanya terjadi peningkatan sebesar 5,72 dari nilai rata-rata tes intervensi 1. Peningkatan ini lebih kecil dibandingankan peningkatan nilai rata-rata setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan media dakon pada intervensi 2. Terjadi kenaikan nilai rata-rata juga sebesar 10,00 menjadi 77,86 dibandingkan nilai rata-rata baseline 2. Untuk menciptakan kegiatan belajar mengajar yang baik, guru dan siswa harus bersama-sama aktif sehingga proses pembelajaran tidak menjemukan. Keaktifan siswa meliputi siswa tertarik pada pelajaran yang diajarkan dan mau bertanya. Dalam keaktifan guru, maka guru harus dapat membangkitkan minat dan mendorong semangat siswa untuk bertanya dan mencoba melakukan sesuatu yang ada hubungannya dengan pelajaran yang dihadapi serta suasana kelas terasa lebih hidup karena terjadi komunikasi multi arah antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. 91

Manfaat media pengajaran adalah menarik perhatian siswa dan menimbulkan motivasi belajar. Dengan media siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan guru, tetapi juga melakukan aktivitas lainnya. Kemudian Surisman (1998: 88-89) mengatakan bahwa : Guru yang baik adalah mampu mengajar secara baik, dapat mengenal, memilih dan menggunakan alat bantu mengajar meskipun sederhana. Di samping dapat memilih metode yang sesuai dengan materi pelajaran, guru juga harus tahu apakah alat peraga yang digunakan benar mendukung dan membantu memperjelas materi pelajaran yang diajarakan. Manfaat alat peraga dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu usaha memperbaiki cara mengajar untuk memperoleh dan meningkatkan hasil belajar siswa serta dapat menghindarkan pengajaran verbalisme bagi siswa. Lebih lanjut Wibawa dan Mukti (2001: 2)menjelaskan bahwa : Verbalisme terjadi apabila guru terlalu banyak atau hanya menggunakan kata-kata dalam menjelaskan isi pelajaran, memberikan contoh-contoh, dan ilustrasi yang diperlukan. Situasi seperti tersebut dengan mudah dapat mengganggu konsentrasi belajar siswa, apalagi kata yang digunakan banyak yang terasa asing atau di luar pengetahuan siswa. Sifat pengalaman, tingkat kemahiran bahasa, dan kosakata yang ada mungkin tidak sama bagi semua siswa. Oleh karena itu, guru perlu memahami alasan pemanfaatan media dalam proses pembelajaran. Dengan pengetahuan tentang kegunaan media pembelajaran guru kemudian akan mampu memilih dan menggunakan media untuk membantu proses belajar siswa di kelas. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu diucapkan dengan kata-kata atau kalimat tertentu, bahkan keabsrakan materi yang akan disampaiakan dapat dikonkritkan dengan penggunaan alat peraga atau media pembelajaran. Dengan menggunakan media dalam pembelajaran matematika dapat memberikan hasil yang lebih baik, karena siswa terlibat aktif dalam pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatakan pemahaman dan hasil belajar. Media dakon terbukti dapat menciptakan pembelajaran matematika menjadi lebih konkrit dan memotivasi siswa dalam belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dakon adalah permainan yang biasa dimainkan anak-anak usia sekolah dasar. 92

Peneliti menggunakan dakon dengan warna yang cerah agar siswa lebih tertarik untuk belajar. Penggunaan media dakon selain sebagai alat peraga dalam pembelajaran juga bertujuan sebagai upaya melestarikan budaya permainan tradisional warisan bangsa yang hampir punah tergantikan oleh permainan modern dan canggih. Permainan tradisional sangat baik untuk melatih fisik dan mental anak karena secara tidak langsung anak-anak dirangsang kreativitas, ketangkasan, jiwa kepemimpinan, kecerdasan dan keluasan wawasan melalui permainan tradisional. Sejalan dengan hal ini, Sadiman, dkk (2006: 78) menyatakan bahwa : Sebagai media pendidikan, permainan mempunyai beberapa kelebihan yaitu permainan adalah sesuatu yang menyenangkan untuk dilakukan dan sesuatu yang menghibur, permainan memungkinkan adanya partisipasi aktif dari siswa untuk belajar, bermain dapat memberikan umpan balik langsung, permainan bersifat luwes, permainkan memungkinkan penerapan konsep-konsep ataupun peran-peran ke dalam situasi dan peran yang sebenarnya dalam masyarakat, permainan dapat dengan mudah dibuat dan diperbanyak. Berdasarkan keseluruhan tahap yang dilaksanakan pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa peningkatkan kemampuan berhitung pembagian siswa kelas II B SLB B YRTRW Surakarta dapat dilakukan melalui penggunaan media dakon. Hal ini terlihat jelas dengan adanya peningkatan nilai rata-rata kelas pada pembelajaran matematika seperti yang disajikan pada tabel 13. Dengan demikian dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran dengan menggunakan media dakon dapat berpengaruh terhadap kemampuan berhitung pembagian pada siswa kelas II B SLB B YRTRW Surakarta. 93