102 BAB V ANALISA HASIL 5.1 Peramalan Metode peramalan yang digunakan dalam penelitian ini adalah proyeksi trend yang terdiri dari linier trend model, quadratic trend model, exponential growth curve trend model,dan s-curve trend model. Hal ini dikarenakan data permintaan parfum pada periode April 2015 Maret 2016 menghasilkan kurva trend positif (trend meningkat) dan peramalan dilakukan dalam jangka panjang (1 tahun). Setelah dilakukan proses peramalan, diperoleh hasil peramalan terbaik menggunakan quadratic trend model karena memiliki nilai MAPE, MAD, dan MSD terkecil yaitu 5,0; 233,8; dan 91.183,3. Hasil verifikasi peramalan dengan menggunakan peta kendali peramalan menunjukkan bahwa semua data peramalan dengan menggunakan quadratic trend model berada di dalam batas kendali sehingga data hasil peramalan tersebut dapat digunakan untuk proses pengujian selanjutnya. 102
103 5.2 Master Production Schedule (MPS) Untuk membuat suatu Master Production Schedule (MPS) perlu terlebih dahulu diketahui informasi dari Rough Cut Capacity Planning (RCCP) yang ditampilkan dalam suatu diagram yang dikenal sebagi Load Profile untuk menggambarkan kapasitas yang dibutuhkan versus kapasitas yang tersedia. Dalam penelitian ini, kapasitas produksi parfum di PT. XYZ yaitu sebesar 25.000 buah/bulan melebihi jumlah kapasitas yang dibutuhkan. Oleh karena itu, PT. XYZ menerima toll in manufacturing produk parfumuntuk memenuhi kapasitas produksi yang tersedia sehingga sistem dapat berjalan secara efisien. Master Production Schedulel (MPS) produk parfum selama satu tahun ke depan yaitu April 2016 sebanyak 6.470 buah, Mei 2016 sebanyak 6.763 buah, Juni 2016 sebanyak 7.070 buah, Juli 2016 sebanyak 7.392 buah, Agustus 2016 sebanyak 7.727 buah, September 2016 sebanyak 8.077 buah, Oktober 2016 sebanyak 8.442 buah, Nopember 2016 sebanyak 8.820 buah, Desember 2016 sebanyak 9.213 buah, Januari 2017 sebanyak 9.621 buah, Februari 2017 sebanyak 10.042 buah, dan Maret 2017 sebanyak 10.478 buah. 5.3 Material Requirement Planning (MRP) 5.3.1 Penghitungan Kebutuhan Bersih (Netting) Setelah didapat Master Production Schedule maka langkah selanjutnya adalah melakukan penghitungan kebutuhan bersih, dimana dibutuhkan data kebutuhan kotor dan data persediaan yang ada (on hand stock). Produk parfum adalah item dengan level 103
104 0, kebutuhan kotor didapat dari hasil Master Production Schedule. Penyesuain Master Production Schedule terhadap persentase kecacatan perlu dilakukan karena dalam proses produksi, produk jadi yang dihasilkan tidak seluruhnya dalam kondisi baik, terdapat beberapa produk dalam kondisi di bawah standar sehingga mengurangi hasil produksi, sebagai langkah antisipasi maka perusahaan memperhitungkan untuk memproduksi lebih banyak. Persentase kecacatan yang ditambahkan ke hasil peramalan permintaan sebesar 1%. Penghitungannya dapat dilihat pada lampiran 6. 5.3.2 Penentuan Waktu Pemesanan (Offsetting) Offsetting merupakan suatu proses penentuan saat pemesanan untuk memenuhi kebutuhan. Rencana pemesanan diperoleh dengan memperhatikan waktu ancang-ancang (lead time). Sebagai contoh untuk produk parfum memiliki lead time produksi selama 1 minggu, artinya proses produksi harus dilakukan pada waktu 1 minggu sebelum parfum tersebut siap untuk didistribusikan. Proses offsetting untuk produk parfum dapat dilihat pada tabel 4.13. Dari tabel 4.13 dapat terlihat bahwa ukuran lot yang akan digunakan pada masing-masing periode harus diproses 1 minggu sebelumnya. 5.3.3 Penghitungan untuk level dibawahnya (Explosion) Explosion adalah proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat item atau komponen lebih bawah. Perhitungan kebutuhan kotor ini didasarkan pada rencana pemesanan item-item produk pada level yang lebih atas. Kebutuhan kotor dapat 104
105 ditentukan dengan menghitung Daftar Kebutuhan Bahan (Bill of Material) berdasarkan Jadwal Produksi Induk (Master Production Schedule). Data kebutuhan bersih untuk level 1 dan level 2 dapat dilihat pada lampiran 6. 5.3.4 Penentuan ukuran pemesanan (Lotting) Analisis ukuran lot pesanan optimal untuk setiap bahan baku didasarkan pada biaya pemesanan dan biaya penyimpanan setiap bahan baku. Analisis ukuran lot pada penelitian ini menggunakan empat teknik yaitu Lot for Lot (LFL), Economic Order Quantity (EOQ), Period Order Quantity (), dan Part Period Balancing (PPB). Penentuan teknik untuk ukuran lot optimal didasarkan pada total biaya persediaan yang terkecil. Jadi, setiap bahan baku tidak harus memiliki teknik yang sama. Penghitungan ukuran lot menggunakan software Microsoft Excel. Untuk bahan baku air, proses lotting yang digunakan hanya menggunakan metode LFL karena berdasarkan peraturan perusahaan air tidak boleh disimpan di minggu yang berbeda, selain itu kebutuhan air harus dihitung secara keseluruhan untuk kebutuhan pabrik seperti kebutuhan departemen research and development, quality control, serta proses produksi produk lainnya (day cream, night cream, sabun, body lotion, dan lain-lain) 1. Metode Lot For Lot (LFL) Pada metode LFL, jumlah pesanan yang akan di pesan (ukuran lot) akan selalu sama jumlahnya dengan jumlah kebutuhan bersih yang diperlukan. Tabel 4.14 merupakan perhitungan lotting dengan menggunakan metode LFL pada semua jenis bahan baku. 105
106 2. Metode Economic Order Quantity (EOQ) Pada metode EOQ, jumlah pesanan yang akan dipesan dihitung berdasarkan teknik statistik yang menggunakan rata-rata (seperti permintaan rataan satu tahun) sehingga jumlah pesanan dihitung berdasarkan jumlah pesanan ekonomisnya. Tabel 4.15 merupakan perhitungan lotting dengan menggunakan metode EOQ pada semua jenis bahan baku. 3. Metode Period Order Quantity () Pada metode, jumlah pesanan yang akan dipesan dihitung berdasarkan siklus waktu pemesanan ekonomis. Tabel 4.16 merupakan perhitungan lotting dengan menggunakan metode pada semua jenis bahan baku. 4. Metode Part Period Balancing (PPB) Pada metode PPB, jumlah pesanan yang akan dipesan dihitung berdasarkan kebutuhan bersih pada suatu periode yang digabungkan. PPB secara sederhana menambah kebutuhan sampai nilai bagian periode mencapai Economic Part Period (EPP). Tabel 4.17 merupakan perhitungan lotting dengan menggunakan metode PBB pada semua jenis bahan baku. 5.3.5 Penentuan Lot Sizing Optimal Berdasarkan Tabel 4.18 dapat ditentukan teknik lot sizing untuk PPG-20 MGE adalah karena memiliki total biaya persediaan yang lebih kecil daripada EOQ, 106
107, dan PPB. Sedangkan parfum base, alkohol, botol, tutup botol, sprayer, label dan dus memiliki total biaya persediaan yang sama dengan teknik dan PPB. Dalam keadaan ini, dapat dipilih salah satu teknik lot sizing. Namun, pada penelitian ini teknik yang dipilih adalah karena bahan baku PPG-20 MGE menggunakan teknik lot sizing, selain itu penghitungan teknik lot sizing lebih sederhana dibandingkan dengan PPB. Tabel 5.1 menunjukkan teknik lot sizing optimal. Tabel 5. 1. Teknik Lot Sizing Optimal Komponen Teknik Lot Sizing Optimal Parfum Base Alkohol PPG-20 MGE Air - Botol Tutup Botol Sprayer Label Dus Teknik lot sizing yang dipilih tidak menjadi acuan baku untuk PT. XYZ. Hal ini dikarenakan dalam penentuan ukuran lot optimal untuk setiap bahan baku dipengaruhi oleh jumlah kebutuhan bahan baku, biaya pemesanan, dan biaya penyimpanan untuk setiap bahan baku yang dapat berubah. Jadi, perlu dilakukan penghitungan ulang ukuran lot optimal, terutama jika terjadi perubahan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan setiap bahan baku untuk mendapatkan penghitungan yang akurat. 107