METODOLOGI KAJIAN. deskriptif dengan survey. Menurut Whitney (1960) dalam Natsir (1999), metode

dokumen-dokumen yang mirip
III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI KAJIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Prosedur Penelitian Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

METODOLOGI PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian dilaksanakan di Kabupaten Langkat selama 3 (tiga)

IV. METODE PENELITIAN. (PKPBDD) yang terletak di Jalan Raya Sawangan No. 16B, Pancoran Mas,

penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan alternatif strategi yang lebih objektif.

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode analisis

3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi di km

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

IV. METODE PENELITIAN

III..METODOLOGI. A. Lokasi dan Waktu Kajian

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian

IV. METODE PENELITIAN

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut

BAB III METODE PENELITIAN. design) kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pada produk teh siap minum Walini Peko yang diproduksi oleh

III. METODE PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

Analisis SWOT Deskriptif Kualitatif untuk Pariwisata

IV. METODE PENELITIAN

N = Ukuran populasi. IFE, EFE, SWOT dan QSP. Beberapa metode analisis yang digunakan dapat. a. Analisis Deskriptif. Keterangan : n = Jumlah sampel

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE KAJIAN. Data kajian ini dikumpulkan dengan mengambil sampel. Kabupaten Bogor yang mewakili kota besar, dari bulan Mei sampai November

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Metode Kerja Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Penentuan Sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian

3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

METODE Lokasi dan Waktu Teknik Sampling

BAB III. Metodologi Penelitian

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data Metode pengumpulan data Pengolahan data

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu

BAB III METODE KAJIAN

METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok.

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lokasi perusahaan Bintang Gorontalo dan waktu

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah strategi bersaing PT. Bintang

MATERI 3 ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

IV. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

III. METODOLOGI KAJIAN 3.1. Jenis Kajian Ditinjau dari aspek tujuan penelitian, kajian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan survey. Menurut Whitney (1960) dalam Natsir (1999), metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Sedangkan Hasmanto (2008), mengemukakan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang mendalam tentang satu atau beberapa fenomena sosial. Setiap gejala atau kondisi sosial tersebut diteliti secara luas dan mendalam dan kemudian dibuatkan gambaran, sehingga diperoleh suatu penjelasan yang luas tentang apa yang diteliti. Pada jenis penelitian ini dapat mengembangkan konsep, menghimpun data, tetapi tidak menguji hipotesa. Sedangkan survey adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah. Dalam metode survey ini juga dikerjakan evaluasi serta perbandingan-perbandingan terhadap hal-hal yang telah dikerjakan dalam menangani situasi atau masalah yang serupa dan hasilnya dapat digunakan dalam pembuatan rencana dan pengambilan keputusan dimasa mendatang (Natsir, 1999)

3.2. Waktu dan Lokasi Pengkajian dilaksanakan selama 2 (bulan) bulan mulai Maret sampai April 2008, yang mengambil lokasi di 3 (tiga) kabupaten/kota yaitu : Kota Pekanbaru, Kabupaten Kampar dan Kabupaten Pelelawan. Penetapan lokasi dilakukan secara purposive dengan pertimbangan daerah yang mempunyai sistem kelembagaan penyuluhan dimana penyuluh pertanian ber-satmikal (Satuan Administrasi Pangkal) di lembaga penyuluhan (Kabupaten Kampar) tersebut atau bersatminkal dibawah Dinas Pertanian (Kabupaten Pelalawan dan penyuluh pertanian yang bersatminkal di lembaga penyuluhan terpadu (Kota Pekanbaru). 3.3. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi penelitian adalah adalah semua pihak yang terlibat dalam kelembagaan penyuluhan pertanian di kabupaten/kota, di tingkat kecamatan dan desa di Kabupaten Kampar, Pelalawan dan Kota Pekanbaru. Sampel penelitian adalah kepala satuan kerja, koordinator penyuluh, penyuluh, kelompok tani dan petani. Unit analisis SWOT, digunakan tiga orang stakeholders sebagai responden yang dianggap punya kompetensi yaitu Koordinator Penyuluh Pertanian Spesial (PPS), Kepala Balai Latihan Penyuluh Pertanian (BLPP) Provinsi Riau dan salah satu anggota Komisi Penyuluh Pertanian (KKP) Provinsi Riau. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Masing-masing kabupaten/kota dipilih 2 (dua) responden sebagai key informan yaitu kepala Satker dan Koordinator Penyuluh/Kasubdin. Masingmasing kabupaten/kota diambil satu kecamatan (BPP), dengan pertimbangan kecamatan sentra produksi pangan. Kecamatan terpilih adalah Kecamatan

Kampar di Kabupaten Kampar, Kecamatan Teluk Meranti di Kabupaten Pelalawan dan Kecamatan Rumbai Pesisir. Ditingkat kecamatan dipilih 1 orang Koordinator Penyuluh (Kepala BPP), 5 orang Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), dan 10 petani dari 2 kelompok tani pada daerah sentra produksi pangan (padi atau jagung), yang dipilih secara acak. Sehingga jumlah sampel setiap kabupaten/kota adalah 36 orang. Sehingga total sampel adalah 78 orang (Tabel 3) Tujuan diambilnya sampel kelembagaan di tingkat petani (kelompok tani) adalah untuk melihat perubahan perilaku dan dampak kebijakan publik yang berkaitan dengan pembentukan kelembagaan ini pada masing-masing kabupaten/kota. Tabel 3. Penyebaran Jenis dan Jumlah Responden No. Kabupaten/ Kota/ Kecamatan Koordinator Penyuluh Penyuluh Petani Jumlah 1. Kampar 1 5 20 26 2. Pelalawan 1 5 20 26 3. Pekanbaru 1 5 20 26 Jumlah 3 15 60 78 Sumber : Data Primer, 2008. 3.4. Pengumpulan dan Analisis Data. 3.4.1. Jenis Data Data yang dikumpulkan pada kajian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan meliputi adalah : sistem kerja penyuluhan, karakteristik penyuluh (umur, masa kerja, tingkat pendidikan formal, bidang keahlian, jumlah keluarga, kerja sampingan), kinerja penyuluh, karakteristik petani (meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman berusaha tani, jumlah anggota keluarga, dll), tingkat penerapan teknologi. Data primer yang peroleh melalui metoda wawancara terstruktur menggunakan kuesioner bersifat

tertutup dan terbuka. Untuk mengetahui persepsi responden terhadap kelembagaan dan kinerja penyuluhan digunakan, digunakan kuesioner tertutup dengan skala likert (Arikunto, 1998). Untuk lebih memperoleh masukan yang lebih mendalam terhadap masalah yang ada dilakukan Focus Group Discusion baik tingkat responden dan dilanjutkan ditingkat kecamatan. Pengumpulan data sistem penyuluhan meliputi kesesuaian fungsi penyuluhan yang terlaksana, persepsi penyuluh terhadap keberadaan kelembagaan penyuluhan. Sedangkan sistem kerja penyuluhan pertanian, data yang dikumpulkan tentang intensitas laku, materi pertemuan, ketepatan metode, frekuensi latihan, pemecahan masalah yang ada. Sedangkan kinerja penyuluh diukur dari disiplin mematuhi jam kerja, ketepatan dalam menyelesaikan pekerjaan. Pengumpulan data tingkat penerapan teknologi, diperoleh dari wawancara dengan petani sampel, yang meliputi persepsi petani tentang sistem LAKU, dan jumlah komponen teknologi yang diadopsi. Sedangkan data sekunder yang diperoleh dengan telahan dokumen dari laporan-laporan dari instansi terkait, yang meliputi : 1) aspek kelembagaan (visi, misi, tugas pokok); 2) aspek ketenagaan (data jumlah tenaga penyuluh, status penyuluh, penyebaran), 3)aspek penyelenggaraan (program/kegiatan/materi penyuluhan, 4) aspek pendanaan (alokasi anggaran, dana operasional penyuluh, tunjangan operasional). Serta data-data terkait dengan potensi daerah. 3.4.2. Analisis Data Data yang diperoleh selanjutnya diolah dan dianalisis. Data kuantitatif (primer dan sekunder) disajikan dalam bentuk tabel frekuensi, tabel silang

sederhana, grafik atau bagan sesuai jenisnya. Data tersebut selanjutnya diinterpretasikan untuk dapat menunjang dan saling melengkapi dengan data kualitatif guna menjawab permasalahan-permasalahan dalam kajian. Data kualitatif diolah dan dianalisis dengan tahapan melakukan peringkasan (reduksi) data, penggolongan, penyederhanaan, penelusuran tema dan pangaitan antar tema. Untuk menentukan alternatif strategi pengembangan kelembagaan penyuluhan di Provinsi Riau digunakan analisis faktor internal dan eksternal yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode analisis SWOT (strengths, weakness, opportunities, threat) dan untuk menentukan prioritas strategi digunakan analisis quantitative strategic planning matrix (QSPM). 1. Analisis Faktor Internal Analisis internal dilakukan untuk memperoleh faktor kekuatan yang dapat dimanfaatkan dan faktor kelemahan yang harus diatasi. Faktor tersebut dievaluasi dengan menggunakan matriks IFE (Internal Faktor Evaluation) dengan langkah sebagai berikut (David, 2002)) : a. Menentukan faktor kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness) dengan responden terbatas. b. Menentukan derajat kepentingan relatif setiap faktor internal (bobot). Penentuan bobot faktor internal dilakukan dengan memberikan penilaian atau pembobotan angka pada masing-masing faktor. Penilaian angka pembobotan adalah sebagai berikut : 2 jika faktor vertikal lebih penting dari faktor horizontal, 1 jika faktor vertikal sama pentingnya dengan faktor vertikal dan 0 jika vertikal kurang penting daripada faktor horizontal.

c. Memberikan skala rating 1 sampai 4 untuk setiap faktor untuk menunjukkan apakah faktor tersebut mewakili kelemahan utama (peringkat = 1), kelemahan kecil (peringkat = 2), kekuatan kecil (peringkat = 3), dan kekuatan utama (peringkat = 4). Pemberian peringkat didasarkan atas kondisi atau keadaan pengembangan kelembagaan penyuluhan pertanian di Provinsi Riau. d. Mengalikan bobot dengan rating untuk mendapatkan skor tertimbang. e. Menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total. Nilai 1 menunjukkan bahwa kondisi internal sangat buruk dan nilai 4 menunjukkan kondisi internal yang sangat baik rata-rata nilai yang dibobotkan adalah 2,5. Nilai lebih kecil daripada 2,5 menunjukkan bahwa kondisi internal selama ini masih lemah. Nilai lebih besar daripada 2,5 menunjukkan kondisi internal kuat. Analisis faktor diatas dapat menggunakan matriks pada Tabel 4. Tabel 4. Matriks Analisis Faktor Internal Pengembangan Kelembagaan Penyuluhan Pertanian. No Faktor Internal Bobot Rating Bobot x Rating Kekuatan (Strengths) 1.... 2.... 3.... Kelemahan (Weakness) 1.... 2.... 3.... T o t a l 1,00 2. Analisis Faktor Eksternal Analisis eksternal digunakan untuk mengetahui pengaruh faktor yang menyangkut persoalan politik, ekonomi, sosial budaya dan teknologi. Hasil analisis eksternal digunakan untuk mengetahui peluang dan ancaman yang ada

serta seberapa baik strategi yang telah dilakukan selama ini. Analisis eksternal ini mengunakan matriks EFE (Eksternal Faktor Evaluation) dengan langkah-langkah sebagai berikut (David, 2002): a. Membuat faktor utama yang berpengaruh penting pada kesuksesan dan kegagalan usaha yang mencakup peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan melibatkan beberapa responden. b. Menentukan derajat kepentingan relatif setiap faktor eksternal (bobot). Penentuan bobot dilakukan dengan memberikan penilaian atau pembobotan angka pada masing-masing faktor. Penilaian angka pembobotan adalah sebagai berikut : 2 jika faktor vertikal lebih penting dari faktor horizontal, 1 jika faktor vertikal sama dengan faktor horizontal dan 0 jika faktor vertikal kurang penting daripada faktor horizontal. c. Memberikan peringkat (rating) 1 sampai 4 pada peluang dan ancaman untuk menunjukkan seberapa efektif strategi mampu merespon faktor-faktor eksternal yang berpengaruh tersebut. Nilai peringkat berkisar antara 1 sampai 4. Nilai 4 jika jawaban rata-rata dari responden sangat baik dan 1 jika jawaban menyatakan buruk. d. Menentukan skor tertimbang dengan cara mengalikan bobot dengan rating. e. Menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total. Nilai 1 menunjukkan bahwa respon terhadap faktor eksternal sangat buruk dan nilai 4 menunjukkan sangat baik. Rata-rata nilai yang dibobot adalah 2,5. Nilai lebih kecil daripada 2,5 menunjukkan respon Provinsi Riau terhadap eksternal masih lemah. Nilai lebih besar daripada 2,5 menunjukkan respon yang baik. Analisis faktor eksternal diatas dapat menggunakan matriks Tabel 5.

Tabel 5. Analisis Faktor Eksternal Pengembangan Kelembagaan Penyuluhan Pertanian. No Faktor Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating Peluang (Opportunities) 1.... 2.... 3.... Ancaman (Threats) 1.... 2.... 3.... T o t a l 1,00 3. Analisis SWOT Analisis SWOT merupakan alat untuk memaksimalkan peranan faktor yang bersifat positif, meminimalisasi kelemahan yang terdapat dalam tubuh organisasi dan menekan dampak ancaman yang timbul. Hasil analisis SWOT adalah berupa sebuah matriks yang terdiri atas empat kuadran. Masing-masing kuadran merupakan perpaduan strategi antara faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). Menurut David (2002) langkah-langkah dalam menyusun matriks SWOT adalah sebagai berikut : 1. Mendaftar peluang eksternal 2. Mendaftar ancaman eksternal 3. Mendaftar kekuatan internal 4. Mendaftar kelemahan internal 5. Memadukan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan mencatat hasilnya dalam sel S-O 6. Memadukan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan mencatat hasilnya ke dalam sel W-O

7. Memadukan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat hasilnya dalam sel S-T 8. Memadukan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan mencatat hasilnya pada sel W-T. Secara lengkap matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Matriks SWOT (Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats) Faktor Internal STRENGTHS (S) WEAKNESSES (W) Faktor Eksternal OPPORTUNITIES (O) THREATS (T) STRATEGI S-O Mengunakan kekuatan untuk memanfaatkan Peluang STRATEGI S-T Menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman STRATEGI W-O Meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI W-T Meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman 4. Analisis QSPM Untuk menentukan prioritas strategi pengembangan kelembagaan penyuluhan pertanian digunakan analisis Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Setelah didapat beberapa strategi alternatif yang dihasilkan melalui analisis SWOT, selanjutnya menetapkan prioritas strategi dari beberapa pilihan tersebut dengan menggunakan analisis QSPM (David, 2002). Langkah-langkah dalam analisis QSPM adalah : a. Mendaftar peluang/ancaman eksternal dan kekuatan/kelemahan internal dalam kolom kiri dari QSPM, informasi ini diambil dari matriks EFE dan IFE

b. Memberikan bobot untuk setiap faktor sukses kritis eksternal dan internal. Bobot ini identik dengan yang dipakai dalam matriks EFE dan matriks IFE. Bobot dituliskan dalam kolom disebelah kanan faktor sukses kritik eksternal dan internal. c. Memeriksa matriks SWOT dan mengidentifikasi alternatif strategi yang harus dipertimbangkan untuk diimplementasikan. Mencatat semua strategi ini di baris teratas dari QSPM. d. Menetapkan nilai daya tarik (Attractiveness Score = AS), tentukan nilai yang menunjukkan daya tarik relatif dari setiap strategi alternatif. Nilai daya tarik ditetapkan dengan memeriksa setiap faktor sukses kritis eksternal dan internal, satu per satu, dan mengajukan pertanyaan, apakah faktor ini mempengaruhi strategi pilihan yang akan dibuat? Bila jawaban atas pertanyaan ini ya, maka stategi ini harus dibandingkan relatif pada faktor kunci. Secara spesifik, nilai daya tarik harus diberikan pada setiap strategi untuk menunjukkan daya tarik relatif dari satu strategi atas strategi lain, mempertimbangkan faktor penentu. Nilai daya tarik itu adalah 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = menarik, dan 4 = amat menarik. Bila jawaban atas pertanyaan di atas tidak, menunjukkan bahwa faktor sukses kritis yang bersangkutan tidak mempunyai pengaruh pada pilihan paling spesifik yang akan dibuat, kita tidak perlu memberikan nilai daya tarik pada strategi tersebut. e. Menghitung total nilai daya tarik (Total Attractiveness Score= TAS). Total nilai daya tarik ditetapkan sebagai hasil perkalian bobot (langkah 2) dengan nilai daya tarik (langkah 4) dalam setiap baris. Total nilai daya tarik menunjukkan daya tarik relatif dari setiap strategi altenatif, hanya

mempertimbangkan dampak dari faktor sukses kritis eksternal dan internal di baris tertentu. Semakin tinggi total nilai daya tarik, semakin menarik strategi alternatif itu ( hanya mempertimbangkan faktor sukses kritis dibaris itu). f. Menghitung jumlah total nilai daya tarik. Menjumlahkan total nilai daya tarik dalam setiap kolom strategi QSPM. Jumlah total nilai daya tarik mengungkapkan strategi mana yang paling menarik dalam setiap set strategi. Semakin tinggi nilai menunjukkan strategi itu semakin menarik, mempertimbangkan semua faktor sukses kritis eksternal dan internal relevan yang dapat mempengaruhi keputusan strategis. Besarnya perbedaan antara jumlah total nilai daya tarik dalam satu set strategi alternatif tertentu menunjukkan seberapa besar strategi lebih diinginkan relatif terhadap yang lain. Untuk lebih jelasnya analisis metode QSPM dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Matriks Analisis QSPM Faktor Kunci Faktor-faktor kunci Eksternal...... Faktor-faktor kunci Insternal...... Bobot Strategi Alternatif I II III AS TAS AS TAS AS TAS 3.5. Metode Perancangan Program Kajian ini bertujuan menganalisis masalah dan menetukan masalah prioritas. Tahapan yang digunakan meliputi tahapan analisis masalah dan analisis

pilihan tindakan stategis. Analisis masalah dimulai dari identifikasi masalah dan dilanjutkan analisis masalah strategis. Setelah itu, dilakukan penyusunan strategi yang terkait dengan masalah yang dihadapi. Strategi yang dihasilkan digunakan sebagai landasan dalam perancangan program. Program dirancang untuk menjawab tantangan, kendala, dan isu strategis yang dihadapi oleh kelembagaan penyuluhan pertanian dalam rangka mewujudkan kesejahteraan petani. Pelaksana program meliputi kelembagaan pemerintah, swasta, dan swadaya. Perancangan program tersebut disesuaikan pada lokalitas masing-masing kabupaten. Data yang telah diolah disajikan secara deskriptif sesuai dengan tema-tema pembahasan untuk dapat mendukung penarikan kesimpulan atau tindakan lebih lanjut. Adapun rincian analisis data yang digunakan untuk menjawab setiap tujuan kajian dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rincian Metode Pengumpulan dan Analisa Data Tujuan Data yang diperlukan Sumber Data 5. Mengidentifikasi dan menganalisis keragaan/profil kelembagaan penyuluhan pertanian era otonomi daerah. 6. Menganalisis pelaksanaan sistem kerja penyuluhan pertanian pada kelembagaan yang berbeda. a. Visi dan Misi b. Kebijakan c. Tupoksi d. Program e. Satminkal Penyuluh f. Jumlah BIP/BPP g. Jumlah RT Petani h. Jumlah / Klas Kelompok Tani - Jumlah Kontak Tani a. Sistem Penyuluhan b. Persepsi Penyuluh c. Sistem Kerja Penyuluhan - Kasatker - Kasubdin - Ka BPP - Ka Satker - Ka BPP - Penyuluh - Kelompok Tani Metode Pengumpulan Data - Telahan Dokumen - Wawancara - Wawancara - FGD Metode Analisis dan Penyajian Data Deskriptif dan Tabulasi Analisis Deskriptif Komparatif, Tabulasi 3. Menganalisis dampak penyelenggaraan penyuluhan yang berbeda terhadap kinerja penyuluh dan tingkat penerapan teknologi petani. d. Karakteristik Penyuluh e. Kinerja Penyuluh f. Karakteristik Petani - Tingkat Adopsi Teknologi - Penyuluh - Petani - Wawancara - Pengamatan Deskriptif, Komparatif Tabulasi 4. Merumuskan strategi pengembangan kelembagaan penyuluhan pertanian berdasarkan tipe kelembagaan penyuluhan. - Potensi Masalah dan kebutuhan - Strategi Pengembangan kelembagaaan - Ka Satker - Ka BPP - Penyuluh - Petani - Wawancara - FGD Deskriptif SWOT