BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

dokumen-dokumen yang mirip
KATA PENGANTAR QUALITY CONTROL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Mata Kuliah : Rancangan Produk Industri (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B.,S.Farm., M.Farm., Apt.

Nama : Johanes Susanto NIM : Tugas online #4 TKT313 Metodologi Penelitian. Work Sampling

B. Tujuan Tujuan Qualiy Assurance adalah untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang

Lampiran Perhitungan Uji Keseragaman dan Kecukupan Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. (BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Belanda, pada tahun 1958 pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

ANALISIS PENGUKURAN KERJA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga

Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement)

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad)

BAB II TINJAUAN UMUM. Universitas Sumatera Utara

Lampiran-1. Perhitungan Kapasitas Normal

Produksi di Industri Farmasi

BAB III METODE PENELITIAN. mulai dari bulan Maret 2016 sampai dengan bulan April pihak-pihak yang terlibat dalam penelitian ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

CPOB. (Cara Pembuatan Obat yang Baik)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Jadi dan Industri Bahan Baku Obat. Definisi dari obat jadi yaitu

BAB 2 LANDASAN TEORI

Tugas Individu Farmasi Industri. Uraian Tugas Kepala Bagian Produksi, Pengawasan Mutu dan Pemastian Mutu

BAB 2 LANDASAN TEORI

Penggunaan terbesar herbal. Fitofarmaka. supplement. kosmetik

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri

Analisis Efisiensi Operator Pemanis CTP dengan Westing House System s Rating

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN UMUM INDUSTRI. 1799/Menkes/Per/XII/2010 adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri

ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN

Tugas dan tanggungjawab Quality Assurance (QA) / Jaminan Mutu

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... ABSTRACT...

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi industri farmasi

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II LANDASAN TEORI

practicum apk industrial engineering 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990

LAMPIRAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PERSONALIA

ABSTRAK. Keywords: pemastian mutu, CPOB produksi, in-process control

Pengukuran Waktu Work Sampling TEKNIK TATA CARA KERJA

PENYESUAIAN DAN KELONGGARAN TEKNIK TATA CARA KERJA II

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI

Oleh : Bambang Priyambodo

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN KERJA: FAKTOR PENYESUAIAN DAN ALLOWANCE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri

Aspek-aspek CPOB. Manajemen Mutu Personalia Bangunan dan Fasilitas Peralatan Sanitasi dan Higiene Produksi

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA SAMPLING PEKERJAAN (WORK SAMPLING)

Rating Factor Masing-masing Stasiun Kerja

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

Seminar Nasional IENACO ISSN: APLIKASI METODE WORK SAMPLING UNTUK MENGHITUNG WAKTU BAKU DAN KAPASITAS PRODUKSI PADA INDUSTRI KERAMIK

BAB II LANDASAN TEORI

Tugas dari Presiden Direktur, antara lain : Adapun tanggung jawab dari Presiden Direktur adalah:

Riduwan Arif Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur

BAB III LANDASAN TEORI. pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik.

BAB II LANDASAN TEORI. Pengukuran waktu ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk

PENGUKURAN WAKTU. Nurjannah

BAB II TINJAUAN UMUM. Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR PRODUKSI DENGAN METODE STUDI WAKTU (STUDI KASUS PADA INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK LAUT)

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas, dan obat jadi yang

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

WORK SAMPLING. Modul Work Sampling Praktikum Genap 2011/2012 I. TUJUAN PRAKTIKUM

(BUMN) dibentuk sebagai Perusahaan Perseroan pada tanggal 16 Agustus Sejak berdirinya hingga sekarang ini PT. Kimia Farma (Persero) Tbk.

BAB III METODE PENELITIAN. selama 3 bulan, mulai dari bulan Juli 2016 sampai dengan September 2016.

DOKUMENTASI

Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 245/Menkes/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat.

WORK SAMPLING STUDI KASUS PEKERJAAN BERTENDER PADA SEBUAH CAFE TUTI SARMA SINAGA ST MEILITA TRYANA SEMBIRING, ST

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PENGUKURAN WAKTU KERJA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA. tutorial 7. work sampling

BAB 2 LANDASAN TEORI

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI PT. KIMIA FARMA PLANT MEDAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Medan

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI FARMASI INDUSTRI DI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PLANT MEDAN

BAB 4. PENGUMPULAN, PENGOLAHAN dan ANALISA DATA

Transkripsi:

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Gambaran Umum Perusahaan PT Beta Pharmacon merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang farmasi yang didirikan untuk mengantisipasi dan mendukung pemerintah dalam mensukseskan penerapan sistem perlindungan kesehatan masyarakat melalui program jaminan kesehatan nasional (JKN). Peran PT Beta Pharmacon memproduksi dan menyediakan obat-obatan yang murah dan berkualitas, aman, dan berkhasiat. Perusahaan ini diresmikan dan mulai beroperasi pada tanggal 5 Maret 2014. Perusahaan ini memiliki visi Become a Leading Pharmaceutical Company that delivers high quality products for the health and the welfare of the society yang berarti perusahaan selalu berusaha untuk melakukan perbaikan secara terus menerus guna mencapai efisiensi tertinggi melalui penyempurnaan proses, baik proses produksi maupun proses penjaminan kualitas dengan aplikasi metode baru dan perbaikan metode yang ada. Perusahaan ini juga memiliki misi diantaranya: 1. To deliver better quality, safe, and high efficacious products. 46

47 2. To contribute for the health of the society and environment in a sustainable manner 3. To continuously improve our people, process, technology and stakeholder s value 4. To be trustworthy partner by giving significant added value for the customers. 4.1.1. Sekilas tentang Departemen Quality Control PT Beta Pharmacon Departemen Quality merupakan departemen yang bertugas untuk memastikan dan menjamin kualitas produk yang diproduksi oleh Departemen produksi. Proses penjaminan dan pemastian kualitas di Departemen Quality dibagi menjadi 2 yaitu divisi Quality Assurance (QA) dan divisi Quality Control (QC). QA adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Sistem pemastian mutu yang benar dan tepat bagi industry farmasi hendaklah memastikan bahwa: a. Desain dan pengembangan obat dilakukan dengan cara memperhatikan persyaratan CPOB dan cara berlaboratorium yang baik; b. Semua langkah produksi dan pengendalian diuraikan secara jelas dan CPOB diterapkan; c. Tanggungjawab manajerial diuraikan dengan jelas dalam uraian jabatan; d. Pengaturan disiapkan untuk pembuatan pasokan dan penggunaan bahan awal dan pengemas yang benar;

48 e. Semua pengawasan terhadap produk antara dan pengawasan selama proses (in process conrols) lain serta validasi yang perlu dilakukan; f. Pengkajian terhadap semua dokumen yang terkait dengan proses, pengemasan dan pengujian bets, dilakukan sebelum memberikan pengesahan pelulusan untuk distribusi. Penilaian hendaklah meliputi semua faktor yang relevan termasuk kondisi pembuatan, hasil pengujian dan/atau pengawasan selama proses, pengkajian dokumen produksi termasuk pengemasan, pengkajian penyimpangan dari prosedur yang telah ditetapkan, pemenuhan persyaratan dari spesifikasi produk jadi dan pemeriksaan produk dalam kemasan akhir.; g. Obat tidak dijual atau dipasok kepala bagian manajemen mutu (pemastian mutu) menyatakan bahwa tiap bets produksi dibuat dan dikendalikan sesuai persyaratan yang tercantum dalam izin edar dan peraturan lain yang berkaitan dengan aspek produksi, pengawasan mutu dan pelulusan produk; h. Tersedia pengaturan yang memadai untuk memastikan bahwa sedapat mungkin produk disimpan, didistribusikan dan selanjutnya ditangani sedemikian rupa agar mutu tetap dijaga selama masa edar/simpan obat; i. Tersedia prosedur inspeksi diri dan/atau audit mutu yang secara berkala mengevaluasi efektivitas dan penerapan sistem pemastian mutu; j. Pemasok bahan awal dan pengemas dievaluasi dan disetujui untuk memenuhi spesifikasi mutu yang telah ditentukan oleh perusahaan; k. Penyimpangan dilaporkan, diselidiki dan dicatat;

49 l. Tersedia sistem persetujuan terhadap perubahan yang berdampak pada mutu produk; m. Prosedur pengolahan ulang dievaluasi dan disetujui; dan n. Evaluasi mutu produk berkala dilakukan untuk verifikasi konsistensi proses dan memastikan perbaikan proses yang berkesinambungan. QC atau pengawasan mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan telah dilakukan dan bahwa bahan yang belum diluluskan tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat. Setiap industry farmasi hendaklah mempunyai pengawasan mutu. Fungsi ini hendaklah independen dari bagian lain. Sumber daya yang memadai hendaklah tersedia untuk memastikan bahwa semua fungsi pengawasan mutu dapat dilaksanakan secara efektif dan dapat diandalkan. Persyaratan dasar dari pengawasan mutu adalah bahwa: a. Sarana dan prasarana yang memadai, personil yang telah terlatih dan prosedur yang disetujui tersedia untuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi, dan bila perlu untuk pemantauan lingkungan sesuai dengan tujuan CPOB;

50 b. Pengambilan sampel bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi dilakukan oleh personil dengan metode yang disetujui oleh pengawasan mutu; c. Metode pengujian disiapkan dan divalidasi (bila perlu); d. Produk jadi berisi zat aktif dengan komposisi secara kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan yang disetujui pada saat pendaftaran, dengan derajat kemurnian yang dipersyaratkan serta dikemas dalam wadah yang sesuai dan diberi label yang benar; e. Dibuat catatan hasil pemeriksaan dan analisis bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan, dan produk jadi secara formal dinilai dan dibandingkan dengan spesifikasi; dan f. Sampel pertinggal dari bahan awal dan produk jadi disimpan dalam jumlah yang cukup untuk dilakukan pengujian ulang bila perlu. Sampel produk jadi disimpan dalam kemasan akhir kecuali untuk kemasan yang besar. Pengawasan mutu secara menyeluruh juga mempunyai tugas lain antara lain, menetapkan, memvalidasi, dan menerapkan semua prosedur pengawasan mutu, mengevaluasi, mengawasi, dan menyimpan baku pembanding, memastikan kebenaran label wadah bahan dan produk, memastikan bahwa stabilitas dari zat aktif dan obat jadi dipantau, mengambil bagian dalam investigasi keluhan yang terkait dengan mutu prodk, dan ikut mengambil bagian dalam pemantauan lingkungan. Semua kegiatan tersebut hendaklah dilaksanakan sesuai dengan prosedur tertulis dan jika perlu dicatat.

51 Salah satu bagian dari QC yang penting adalah laboratorium pengujian baik laboratorium kimia-fisika maupun mikrobiologi. Oleh karena itu, laboratorium sangat berperan dalam menjaga kualitas dari produk. Saat ini analis laboratorium QC berjumlah 9 orang, dimana 8 orang bertugas sebagai analis laboratorium kimia fisika dan 1 orang sebagai analis laboratorium mikrobiologi. 4.1.2. Gambaran Hari dan Waktu kerja Karyawan Waktu kerja yang ada di PT Beta Pharmacon sebanyak 2 shift dengan hari kerja senin sampai dengan jum at. Waktu kerja yang tersedia di PT Beta Pharmacon dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.1 Tabel Waktu Kerja di PT Beta Pharmacon Shift Kerja Waktu Kerja Perhari Jam Kerja Waktu istirahat Waktu Kerja Efektif Shift 1 06.30 s/d 15.15 45 menit 8 jam Shift 2 14.45 s/d 23.30 45 menit 8 jam 4.2. Pengumpulan Data Pengmpulan data dalam hal ini terbagi atas data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengamatan langsung serta wawancara dan diskusi dengan pihak perusahaan khususnya bagian Quality Control pada jam kerja mulai pukul 06.30 WIB sampai dengan 13.15 WIB, melakukan pengamatan sampling kerja, output yang dikeluarkan setiap analis dan rating factor serta

52 allowance setiap analis. Pengumpulan data sekunder diperoleh dari dokumendokumen perusahaan yang meliputi jumlah tenaga kerja aktual, serta jam kerja. 4.2.1. Penentuan Jadwal Pengamatan Penentuan jadwal pengamatan bertujuan untuk mendapatkan waktu pengamatan secara random yang akan digunakan untuk mengetahui kegiatan yang akan dilakukan oleh analis. Pengamatan dilakukan mulai pukul 06.30 WIB sampai dengan pukul 11.45 WIB (istirahat pukul 11.45 WIB sampai dengan 12.30 WIB) kemudian dilanjutkan lagi pada pukul 12.30 WIB sampai dengan pukul 13.15 WIB dengan interval waktu pengamatan 5 menit. 4.2.2. Pengamatan Sampling Kerja Pengamatan sampling kerja dilakukan terhadap 3 analis dengan jenis kelamin pria 1 oanalis dan jenis kelamin wanita 2 analis, dimana analis bekerja secara normal dan wajar yaitu bahwa analis dapat melaksanakan pekerjaan dengan pengalaman yang cukup pada saat mengerjakan sampel, melaksanakan tugasnya tanpa usaha-usaha yang berlebihan sepanjang hari kerja, menguasai cara kerja yang ditetapkan dan menunjukkan kesungguhan dalam menjalankan pekerjaannya. Terdapat dua kategori aktivitas yang diamati pada masing-masing analis yaitu aktivitas produktif dan aktivitas non produktif. Aktivitas produktif adalah aktivitas yang berkaitan dengan beban kerja dan tanggungjawab kerja sedangkan aktivitas non produktif adalah aktivitas di luar aktivitas produktif. Berikut ini adalah daftar aktivitas produktif dan non produktif analis.

53 Tabel 4.2. Tabel Daftar Kegiatan Produktif dan Non-Produktif Produktif Membaca prosedur kerja Mengambil peralatan kerja Conditioning dan pengoperasian instrument Menimbang sampel/ standar/zat Melarutkan dan mengencerkan sampel/standar/zat Memipet sampel/standar/larutan Menyusun laporan Membuat media disolusi Melakukan pengujian disolusi Menyaring larutan Running disolusi Membuat Fase gerak Membuat Larutan Perekasi Mencuci Vessel Disolusi Adjust dan mengukur ph Processing data Mengukur sampel dan standar Running dan melakukan pengujian fisik dan waktu hancur Sonicate sampel Non Produktif Menerima telfon Berdiam tanpa melakukan apapun Mengobrol Memegang dan menggunakan telepon genggam Mencuci alat Berjalan untuk hal yang tidak produktif Briefing Pemusnahan Sampel Perbaikan Laporan Menulis kartu stok Membaca selain metode kerja Memakai APD Menulis logbook Training Hasil pengamatan sampling kerja dapat dilihat pada lampiran dan data hasil pengamatan sampling kerja untuk masing-masing analis dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.3. Tabel Hasil Pengamatan Sampling Kerja Analis Analis 1 Hari Ke- 1 2 3 4 Produktif (Kegiatan) 86 78 83 76

54 Hari Ke- 1 2 3 4 Non produktif (Kegiatan) 12 20 15 22 jumlah pengamatan (Kegiatan) 98 98 98 98 Analis 2 Hari Ke- 1 2 3 4 Produktif (Kegiatan) 86 90 88 85 Non produktif (Kegiatan) 12 8 10 13 jumlah pengamatan (Kegiatan) 98 98 98 98 Analis 3 Hari Ke- 1 2 3 4 Produktif (Kegiatan) 85 84 83 83 Non produktif (Kegiatan) 13 14 15 15 jumlah pengamatan (Kegiatan) 98 98 98 98 4.2.3. Penentuan Rating Factor Penentuan rating factor pada penelitian ini menggunakan metode Westinghouse yang mengarahkan penilaian pada empat faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja yaitu, keterampilan, usaha, kondisi kerja dan konsistensi. Setiap faktor terbagi dalam kelas-kelas dengan nilai masing-masing. Maka penentuan rating factor dengan metode wetinghouse untuk masing-masing analis didasarkan atas pertimbangan berikut.

55 1. Analis 1 a. Keterampilan Analis 1 memiliki keterampilan Average (D), hal ini dikarenakan analis di dalam melakukan pekerjaannya tampak cukup terlatih mengetahui pekerjaannya. Gerkana-gerakan kerjanya juga cukup baik dan menunjukkan tidak adanya keragu-raguan. b. Usaha Usaha yang dilakukan analis 1 digolongkan ke dalam kelas Good Effort (C2), hal ini dikarenakan analis tampak bekerja dengan senang hati, stabil dan hasil kerjanya cukup memuaskan. c. Kondisi Kerja Kondisi kerja selama bekerja digolongkan dalam kelas Average (D) karena kondisi stasiun kerja tersebut cukup baik, penerangan sudah terpenuhi meskipun dalam ruangan terkadang timbul bau-bauan dan suara namun tidak mengganggu pekerja dalam melakukan pekerjaannya. d. Konsistensi Konsistensi dari analis yang diamati termasuk dalam kelas Good (C) karena pekerja dapat mempertahankan kecepatan kerjanya dan menghasilkan pekerjaan yang tidak jauh berbeda. Rating factor analis 1 dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 4.4. Tabel Rating Factor Analis 1 No Rating Factor Nilai 1 Keterampilan : Average (D) +0,00

56 No Rating Factor Nilai 2 Usaha : Good (C2) +0,02 3 Kondisi Kerja : Average (D) +0,00 4 Konsistensi : Good (C) +0,01 Total +0,03 2. Analis 2 a. Keterampilan Analis 2 memiliki keterampilan Average (D), hal ini dikarenakan analis di dalam melakukan pekerjaannya tampak cukup terlatih mengetahui pekerjaannya. Gerkana-gerakan kerjanya juga cukup baik dan menunjukkan tidak adanya keragu-raguan. b. Usaha Usaha yang dilakukan analis 1 digolongkan ke dalam kelas Good Effort (C2), hal ini dikarenakan analis tampak bekerja dengan senang hati, stabil dan hasil kerjanya cukup memuaskan. c. Kondisi Kerja Kondisi kerja selama bekerja digolongkan dalam kelas Average (D) karena kondisi stasiun kerja tersebut cukup baik, penerangan sudah terpenuhi meskipun dalam ruangan terkadang timbul bau-bauan dan suara namun tidak mengganggu pekerja dalam melakukan pekerjaannya. d. Konsistensi

57 Konsistensi dari analis yang diamati termasuk dalam kelas Good (C) karena pekerja dapat mempertahankan kecepatan kerjanya dan menghasilkan pekerjaan yang tidak jauh berbeda. Rating factor analis 2 dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 4.5. Tabel Rating Factor Analis 2 No Rating Factor Nilai 1 Keterampilan : Average (D) +0,00 2 Usaha : Good (C2) +0,02 3 Kondisi Kerja : Average (D) +0,00 4 Konsistensi : Good (C) +0,01 Total +0,03 3. Analis 3 a. Keterampilan Analis 2 memiliki keterampilan Average (D), hal ini dikarenakan analis di dalam melakukan pekerjaannya tampak cukup terlatih mengetahui pekerjaannya. Gerkana-gerakan kerjanya juga cukup baik dan menunjukkan tidak adanya keragu-raguan. b. Usaha Usaha yang dilakukan analis 1 digolongkan ke dalam kelas Good Effort (C2), hal ini dikarenakan analis tampak bekerja dengan senang hati, stabil dan hasil kerjanya cukup memuaskan. c. Kondisi Kerja

58 Kondisi kerja selama bekerja digolongkan dalam kelas Average (D) karena kondisi stasiun kerja tersebut cukup baik, penerangan sudah terpenuhi meskipun dalam ruangan terkadang timbul bau-bauan dan suara namun tidak mengganggu pekerja dalam melakukan pekerjaannya. d. Konsistensi Konsistensi dari analis yang diamati termasuk dalam kelas Good (C) karena pekerja dapat mempertahankan kecepatan kerjanya dan menghasilkan pekerjaan yang tidak jauh berbeda. Rating factor analis 3 dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 4.6. Tabel Rating Factor Analis 3 No Rating Factor Nilai 1 Keterampilan : Average (D) +0,00 2 Usaha : Good (C2) +0,02 3 Kondisi Kerja : Average (D) +0,00 4 Konsistensi : Good (C) +0,01 Total +0,03 4.2.5. Penentuan Faktor Kelonggaran (Allowance) Terdapat beberapa kelonggaran yang diberikan kepada tenaga kerja diantaranya kelonggaran pribadi, menghilangkan rasa fatique serta hambatanhambatan yang tidak dapat dihindarkan. Faktor-faktor yang diberikan kepada analis dalam menyelesaikan pekerjaannya adalah sebagai berikut

59 1. Analis 1 (jenis kelamin wanita) a. Tenaga yang Dikeluarkan Hasil pengamatan: tenaga yang dikeluarkan ringan, bekerja di meja, duduk dan terkadang berdiri. b. Sikap Kerja Hasil pengamatan: bekerja secara duduk, tetapi sesekali berdiri. c. Gerakan Kerja Hasil pengamatan: Gerakan kerja normal dan tidak terbatas. d. Kelelahan Mata Hasil pengamatan: pandangan yang terputus-putus. e. Keadaan temperature tempat kerja Hasil Pengamatan: temperature ruangan dalam keadaan normal berkisar antara 22-24 o C dengan kelembaban normal. f. Keadaan atmosfer Hasil Pengamatan: Keadaan atmosfer baik karena adanya system pengaturan udara yang baik. g. Keadaan lingkungan Hasil pengamatan: bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah. h. Kebutuhan pribadi Hasil pengamatan: kelonggaran untuk kebutuhan pribadi pekerja wanita yaitu untuk melepas dahaga, melepas ketegangan fisik, ke kamar mandi dan beribadah (sholat). Kelonggaran untuk analis 1 dapat dilihat pada tabel berikut:

60 Tabel 4.6. Tabel Faktor Kelonggaran Analis 1 No Faktor Nilai 1 Tenaga yang dikeluarkan 8,0 2 Sikap kerja 1,0 3 Gerakan kerja 0,0 4 Kelelahan mata 5,0 5 Keadaan temperature tempat kerja 2,0 6 Keadaan atmosphere 0,0 7 Keadaan lingkungan 0,0 8 Kebutuhan pribadi 2,0 Total 18,0 2. Analis 2 (jenis kelamin wanita) a. Tenaga yang Dikeluarkan Hasil pengamatan: tenaga yang dikeluarkan ringan, bekerja di meja, duduk dan terkadang berdiri. b. Sikap Kerja Hasil pengamatan: bekerja secara duduk, tetapi sesekali berdiri. c. Gerakan Kerja Hasil pengamatan: Gerakan kerja normal dan tidak terbatas. d. Kelelahan Mata Hasil pengamatan: pandangan yang terputus-putus. e. Keadaan temperature tempat kerja

61 Hasil Pengamatan: temperature ruangan dalam keadaan normal berkisar antara 22-24 o C dengan kelembaban normal. f. Keadaan atmosfer Hasil Pengamatan: Keadaan atmosfer baik karena adanya system pengaturan udara yang baik. g. Keadaan lingkungan Hasil pengamatan: bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah. h. Kebutuhan pribadi Hasil pengamatan: kelonggaran untuk kebutuhan pribadi pekerja wanita yaitu untuk melepas dahaga, melepas ketegangan fisik, ke kamar mandi. Kelonggaran untuk analis 2 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.7. Tabel Faktor Kelonggaran Analis 2 No Faktor Nilai 1 Tenaga yang dikeluarkan 8,0 2 Sikap kerja 1,0 3 Gerakan kerja 0,0 4 Kelelahan mata 5,0 5 Keadaan temperature tempat kerja 2,0 6 Keadaan atmosphere 0,0 7 Keadaan lingkungan 0,0 8 Kebutuhan pribadi 1,5 Total 17,5

62 3. Analis 3 (jenis kelamin pria) a. Tenaga yang Dikeluarkan Hasil pengamatan: tenaga yang dikeluarkan ringan, bekerja di meja, duduk dan terkadang berdiri. b. Sikap Kerja Hasil pengamatan: bekerja secara duduk, tetapi sesekali berdiri. c. Gerakan Kerja Hasil pengamatan: Gerakan kerja normal dan tidak terbatas. d. Kelelahan Mata Hasil pengamatan: pandangan yang terputus-putus. e. Keadaan temperature tempat kerja Hasil Pengamatan: temperature ruangan dalam keadaan normal berkisar antara 22-24 o C dengan kelembaban normal. f. Keadaan atmosfer Hasil Pengamatan: Keadaan atmosfer baik karena adanya system pengaturan udara yang baik. g. Keadaan lingkungan Hasil pengamatan: bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah. h. Kebutuhan pribadi Hasil pengamatan: kelonggaran untuk kebutuhan pribadi pekerja lakilaki yaitu untuk melepas dahaga, melepas ketegangan fisik, ke kamar mandi dan beribadah (sholat). Kelonggaran untuk analis 3 dapat dilihat pada tabel berikut:

63 Tabel 4.8. Tabel Faktor Kelonggaran Analis 3 No Faktor Nilai 1 Tenaga yang dikeluarkan 7,5 2 Sikap kerja 1,0 3 Gerakan kerja 0,0 4 Kelelahan mata 5,0 5 Keadaan temperature tempat kerja 2,0 6 Keadaan atmosphere 0,0 7 Keadaan lingkungan 0,0 8 Kebutuhan pribadi 2,0 Total 17,5 4.3. Pengolahan Data 4.3.1. Perhitungan Produktivitas Analis Sebelum menguji keseragaman dan kecukupan data, maka terlebih dahulu dilakukan perhitungan terhadap persentase produktivitas masing-masing analis. Perhitungan produktivitas analis dilakukan untuk mengetahui persentase produktivitas analis sehingga dapat diketahui rata-rata persentase produktivitas seluruh analis. Dari perhitungan produktivitas ini juga dapat diketahui seberapa besar persentase aktivitas tidak bekerja (idle). Persentase produktivitas analis dapat ditentuak dengan menggunakan persamaan di bawah ini.

64 Produktivitas = Jumlah aktivitas produktif Jumlah pengamatan x 100% Dari tabel hasil pengamatan sampling kerja maka diperoleh persentase produktivitas masing-masing analis sebagai berikut, Tabel 4.9. Tabel Prosentase Produktif Analis Analis 1 Hari Ke- 1 2 3 4 Produktif (Kegiatan) 86 78 83 76 Non produktif (Kegiatan) 12 20 15 22 Jumlah pengamatan (Kegiatan) 98 98 98 98 %produktif 87.76% 79.59% 84.69% 77.55% Analis 2 Hari Ke- 1 2 3 4 Produktif (Kegiatan) 86 90 88 85 Non produktif (Kegiatan) 12 8 10 13 jumlah pengamatan (Kegiatan) 98 98 98 98 %produktif 87.76% 91.84% 89.80% 86.73% Analis 3 Hari Ke- 1 2 3 4 Produktif (Kegiatan) 85 84 83 83 Non produktif (Kegiatan) 13 14 15 15 jumlah pengamatan (Kegiatan) 98 98 98 98 %produktif 86.73% 85.71% 84.69% 84.69%

65 4.3.2. Uji Keseragaman Data Uji keseragaman data dilakukan untuk mengetahui tingkat keseragaman data yang diperoleh. Keseragaman data ditandai dengan tidak adanya data yang berada di luar batas control. Uji keseragaman data dilakukan pada tingkat keyakinan 95% dan tingkat ketelitian 5%. Hal ini berarti bahwa tingkat ketelitian yang menunjukkan penyimpangan maksimal dari hasil pengukuran sebesar 5% dan tingkat kepercayaan peneliti terhadap hasil pengukuran sebesar 95%. Uji keseragaman data diperoleh dengan menggunakan rumus berikut. Batas Kontrol = p ± k p (1 p ) n Dimana: p adalah produktivitas rata-rata analis (dalam decimal) n adalah jumlah pengamatan yang dilaksanakan per siklus waktu kerja Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus di atas maka diperoleh uji keseragaman data sebagai berikut. 1. Analis 1 BKA = 0.8240 + 2 0,8240(1 0,8240) 98 = 0.9009 BKB = 0.8240 2 0,8240(1 0,8240) 98 2. Analis 2 = 0.7471 BKA = 0.8903 + 2 0,8903(1 0,8903) 98 = 0.9534 BKB = 0,8903 2 0,8903(1 0,8903) 98 = 0.8278

66 3. Analis 3 BKA = 0,8546 + 2 0,8546(1 0,8546) 98 = 0.9258 BKB = 0,8546 2 0,8546(1 0,8546) 98 = 0.7834 Dengan menggunakan data di atas maka dapat dibuat peta control uji keseragaman data untuk masing-masing analis seperti ditunjukkan pada gambar Peta Kontrol Analis 1 100 95 90 85 80 75 70 1 2 3 4 BKA BKB %P 100 95 90 85 80 75 Grafik Peta Kontrol Analis 2 1 2 3 4 BKA BKB %P 95 90 85 80 75 70 Grafik Peta Kontrol Analis 3 1 2 3 4 BKA BKB %P Gambar 4.1. Grafik Peta Kontrol Hasil Pengamatan

67 Dari perhitungan batas control yang diperoleh serta dari grafik di atas diketahui bahwa data berada dalam batas control sehingga dapat disimpulkan bahwa data seragam. 4.3.3. Uji Kecukupan Data Banyaknya pengamatan yang dilakukan dalam sampling kerja dipengaruhi oleh dua faktor yaitu tingkat ketelitian dan tingkat kepercayaan dari hasil pengamatan. Uji kecukupan data dilakukan dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat ketelitian 5%. Uji kecukupan data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang telah dikumpulkan telah cukup atau belum. Dimana jika nilai N N maka data telah mencukupi dan pengamatan dihentikan. Akan tetapi, jika N N maka data belum mencukupi sehingga perlu dilakukan pengamatan kembali hingga data tercukupi. Pengujian kecukupan data dilakukan dengan menggunakan rumus berikut, N = ( z s )2 ( 1 p ) p Dimana, N = jumlah pengamatan yang harus dilakukan Z = harga indeks yang nilainya tergantung dari tingkat kepercayaan yang diambil S = tingkat ketelitian yang dikehendaki dinyatakan dalam desimal

68 p = persentase terjadinya kejadian yang diamatai dinyatakan dalam desimal. Uji kecukupan data untuk setiap analis dengan menggunakan tingkat ketelitian 5% dan tingkat kepercayaan 95% adalah sebagai berikut, 1. Analis 1 N = ( 2 0,05 )2 ( 1 0.8240 0.8240 ) = 341.75 ~ 342 Karena N N (342 398) maka data sudah mencukupi. 2. Analis 2 N = ( 2 0,05 )2 ( 1 0.8903 0.8903 ) = 197.15 ~ 198 Karena N N (198 398) maka data sudah mencukupi. 3. Analis 3 N = ( 2 0,05 )2 ( 1 0.8546 0.8546 ) = 272.22 ~ 273 Karena N N (273 398) maka data sudah mencukupi. Berdasarkan perhitungan di atas data yang diperoleh sudah mencukupi. 4.4. Penentuan Waktu Siklus Waktu siklus adalah waktu penyelesaian rata-rata selama pengukuran, dimana waktu siklus (Ws) dapat dihitung menggunakan rumus berikut, Ws = Waktu produktif/ output Waktu siklus tiap analis adalah sebagai berikut: 1. Analis 1

69 Ws = 395,52 menit/55 Ws = 7,19 menit 2. Analis 2 Ws = 427,34 menit/60 Ws = 7,12 menit 3. Analis 3 Ws = 410,21 menit/53 Ws = 7,74 menit 4.5. Penentuan Waktu Normal Waktu normal digunakan untuk menghitung waktu pengerjaan secara normal oleh operator/analis. Oleh karena itu, waktu siklus yang telah diperoleh perlu dinormalkan dengan menggunakan faktor penyesuaian. Dalam hal ini faktor penyesuaian yang digunakan adalah metode Westinghouse. Wn = Ws x p Dimana, Ws adalah waktu siklus p adalah faktor penyesuaian Waktu normal pengerjaan sampel untuk masing-masing analis adalah sebagai berikut, 1. Analis 1 Wn = 7,19 x 1,03 Wn = 7,41 2. Analis 2 Wn = 7,12 x 1,03

70 Wn = 7,33 3. Analis 3 Wn = 7,74 x 1,03 Wn = 7,97 4.6. Perhitungan Waktu Baku Waktu normal belum mencakup kelonggaran yang harus diberikan kepada pekerja bila ia dianggap bekerja secara wajar. Dengan mensintesa waktu normal dengan faktor kelonggaran, maka didapatkan waktu baku. Wb = Wn + (Wn x f) Dimana, Wb adalah waktu baku Wn adalah waktu normal f adalah faktor kelonggaran Waktu baku pengerjaan sampel masing-masing analis adalah sebagai berikut, 1. Analis 1 Wb = 7,41 + (7,41 x 0,18) Wb = 8,74 2. Analis 2 Wb = 7,33 + (7,33 x 0,175) Wb = 8,61 3. Analis 3 Wb = 7,97 + (7,97 x 0,175)

71 Wb = 9,36 Sebelum melakukan perhitungan jumlah tenaga kerja optimal maka akan ditentukan waktu baku rata-rata dari ketiga analis tersebut. WB = 8,74 +8,61+9,36 3 = 8,9033 menit 4.7. Menentukan Beban Kerja Karyawan Perhitungan beban kerja karyawan dilakukan dengan menghitung prosentase produktif dari masing-masing karyawan. Prosentase produktif dari masing-masing analis dapat dilihat pada tabel 4.9. 4.8. Menetapkan Waktu Kerja Waktu kerja yang dimaksud adalah waktu kerja efektif, artinya waktu kerja yang secara efektif digunakan untuk bekerja. Waktu kerja efektif terdiri atas hari kerja dan jam kerja efektif. Hari kerja efektif adalah jumlah hari dalam kalender dikurangi jumlah hari libur dan cuti. Perhitungannya adalah sebagai berikut: Hari kerja efektif = (A-(B + C + D)) Keterangan : A = Jumlah hari menurut kalender B = Jumlah hari sabtu dan minggu dalam setahun C = Jumlah hari libur dalam setahun D = Jumlah Cuti tahunan

72 Hari libur disini adalah hari libur wajib yang dinasionalkan negara atau menurut daerah masing-masing. Dengan mengunakan rumus di atas maka, Hari kerja efektif = (365-(105-11-12)) = 237 hari. Jam kerja efektif adalah jumlah jam kerja formal dikurangi dengan waktu kelonggaran karyawan seperti buang air, melepas lelah, istirahat makan dan sebagainya. Menurut ILO kelonggaran yang diberikan sekitar 30% dari jumlah jam kerja formal. 4.9. Penentuan Jumlah Karyawan Optimal Apabila jumlah keluaran utama dan waktu kerja tersedia serta waktu baku pekerjaan sudah ditentukan maka untuk menentukan jumlah karyawan yang diperlukan pada suatu aktivitas operasi dapat menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut: Dimana, JK = P x Wb HK x D x 60 (konversi menit) P : Target jumlah produk yang harus dihasilkan oleh suatu unit kerja tertentu dalam periode waktu tertentu. HK : Hari kerja dalam setahun Wb : Waktu baku dari hasil pengukuran kerja D : Jumlah jam kerja efektif JK : Jumlah karyawan optimal Sehingga, JK = 267160 x 8,9033 237 x 16 x 60 = 10,4545 orang Berdasarkan perhitungan di atas maka jumlah karyawan optimal di Laboratorium QC adalah 11 orang.