LAMPIRAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAMPIRAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA"

Transkripsi

1 LAMPIRAN

2 LAMPIRAN 1 Tabel Rating Factor Westinghouse Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Superskill A1 + 0,15 A + 0,13 Excellent B1 + 0,11 B + 0,08 C1 + 0,06 Good Keterampilan C + 0,03 Average D 0,00 Fair E1-0,05 E - 0,10 Poor F1-0,16 F - 0, Excessive A1 + 0,13 A + 0,1 Excellent B1 + 0,10 B + 0,08 C1 + 0,05 Good Usaha C + 0,0 Average D 0,00 Fair E1-0,04 E - 0,08 Poor F1-0,1 F - 0,17 Ided A + 0,06 Excellent B + 0,04 Kondisi Kerja Good C + 0,0 Average D 0,00 Fair E - 0,03 Poor F - 0,07 Perfect A + 0,04 Excellent B + 0,03 Konsistensi Good C + 0,01 Average D 0,00 Fair E - 0,0 Poor F - 0,04

3 LAMPIRAN Tabel Allowance Faktor Contoh pekerjaan Kelonggaran ( % ) A. Tenaga yang dikeluarkan 1. Dapat diabaikan. Sangat ringan 3. Ringan 4. Sedang 5. Berat 6. Sangat berat 7. Luar biasa berat B. Sikap kerja 1. Duduk. Berdiri diatas dua kaki 3. Berdiri diatas satu kaki 4. Berbaring 5. Membungkuk C. Gerakan kerja 1. Normal. Agak terbatas 3. Sulit 4. Pada anggotaanggota badan terbatas 5. Seluruh anggota badan terbatas D. Kelelahan mata *) 1. Pandangan yang terputus-putus. Pandangan yang hampir terus menerus 3. Pandangan terus menerus dengan fokus berubahubah 4. Pandangan terus menerus dengan fokus tetap Bekerja dimeja, duduk Bekerja dimeja, berdiri Menyekop, ringan Mencangkul Mengayun palu yang berat Memanggul beban Memanggul karung berat Bekerja duduk, ringan Badan tegak, ditumpu dua kaki Satu kaki mengerjakan alat kontrol Pada bagian sisi, belakang atau depan badan Badan dibungkukkan bertumpu pada kedua kaki Ayunan bebas dari palu Ayunan terbatas dari palu Membawa beban berat dengan satu tangan Bekerja dengan tangan diatas kepala Bekerja dilorong pertambangan yang sempit Membawa alat ukur Pekerjaan-pekerjaan yang teliti Memeriksa cacat-cacat pada kain Pemeriksaan sangat teliti Ekivalen beban Tanpa beban 0,00-,5 Kg,5-9,00 9,00-18,00 19,00-7,00 7,00-50,00 diatas 50 Kg Pria 0,0-6,0 6,0-7,5 7,5-1,0 1,0-19,0 19,0-30,0 30,0-50,0 0,00-1,0 1,0-,5,5-4,0,5-4,0 4, Pencahayaan baik 0,0-6,0 6,0-7,5 7,5-1,0 1,0-19,0 19,0-30,0 30,0-50,0 Wanita 0,0-6,0 6,0-7,5 7,5-16,0 16,0-30,0

4 Faktor Contoh pekerjaan Kelonggaran ( % ) E. Keadaan temperatur tempat kerja**) 1. Beku. Rendah 3. Sedang 4. Normal 5. Tinggi 6. Sangat tinggi F. Keadaan atmosfer***) 1. Baik. Cukup 3. Kurang Baik 4. Buruk Temperatur ( OC ) Dibawah diatas 38 Kelembaban normal Diatas diatas 40 Ruang yang berventilasi baik,udara segar Ventilasi kurang baik, ada bau-bauan (tidak berbahaya) Adanya debu-debu beracun, atau tidak beracun tetapi banyak Adanya bau-bauan berbahaya yang mengharuskan menggunakan alat-alat pernafasan G. Keadaan lingkungan yang baik 1. Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah. Siklus kerja berulang-ulang antara 5-10 detik 3. Siklus kerja berulang-ulang antara 0-5 detik 4. Sangat bising 5. Jika factor-faktor yang berpengaruh dapat menurunkan kwalitas 6. Terasa adanya getaran lantai 7. Keadaan yang luar biasa (bunyi, kebersihan, dll) *) Kontras antara warna hendaknya diperhatikan **) Tergantung juga pada keadaan ventilasi ***) Dipengaruhi juga oleh ketinggian tempat kerja dari permukaan laut dan keadaan iklim Catatan pelengkap: Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi bagi : Pria = 0 -,5% Wanita = - 5,0%

5 LAMPIRAN 3 Uji Keseragaman Data Pipa AW AXX 1. Uji Keseragaman Data Pipa AW AXX 3/4 Inchi 1.1. Proses Ekstruksi, pencetakan, pendinginan, dan pemotongan a. Menghitung nilai rata-rata xi X n 365,76 37, , , ,99 b. Menghitung nilai standar deviasi Xi n 1 X 365,76 370, ,4 370, ,179 c. Menghitung batas kontrol (BKA dan BKB) Dengan tingkat keyakinan 95% dan ketelitian 5% maka nilai Z =. BKA = X + Zσ BKB = X - Zσ = 370,99 + (3,179) = 370,99 - (3,179) = 376,657 = 363,941 Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa data seragam.

6 1.. Proses Pembentukan kepala pipa a. Menghitung nilai rata-rata X xi n 90,7 93, , , ,186 b. Menghitung nilai standar deviasi Xi n 1 90,7 X 9, ,98 9, ,79 c. Menghitung batas kontrol (BKA dan BKB) Dengan tingkat keyakinan 95% dan ketelitian 5% maka nilai Z =. BKA = X + Zσ BKB = X - Zσ = 9,186 + (3,79) = 9,186 - (3,79) = 99,770 = 84,60 Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa data seragam.

7 . Uji Keseragaman Data Pipa AW AXX 3 Inchi.1. Proses Pencampuran a. Menghitung nilai rata-rata xi X n 5,5 53, , ,388 4,76 b. Menghitung nilai standar deviasi Xi n 1 X 5,5-5, ,76-5, ,570 c. Menghitung batas kontrol (BKA dan BKB) Dengan tingkat keyakinan 95% dan ketelitian 5% maka nilai Z =. BKA = X + Zσ BKB = X - Zσ = 5,388 + (0,570) = 5,388 - (0,570) = 6,58 = 4,48 Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa data seragam.

8 .. Proses Ekstruksi, pencetakan, pendinginan, dan pemotongan a. Menghitung nilai rata-rata X xi n 00,16 04, , , ,895 b. Menghitung nilai standar deviasi Xi n 1 X 01,36-00,895 00,16-00, ,65 c. Menghitung batas kontrol (BKA dan BKB) Dengan tingkat keyakinan 95% dan ketelitian 5% maka nilai Z =. BKA = X + Zσ BKB = X - Zσ = 00,895 + (,65) = 00,895 - (,65) = 05,45 = 196,365 Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa data seragam.

9 .3. Proses Pembentukan kepala pipa a. Menghitung nilai rata-rata X xi n 56,16 60, , , ,857 b. Menghitung nilai standar deviasi Xi n 1 X 56,16-55, ,8-55, ,436 c. Menghitung batas kontrol (BKA dan BKB) Dengan tingkat keyakinan 95% dan ketelitian 5% maka nilai Z =. BKA = X + Zσ BKB = X - Zσ = 55,857 + (3,436) = 55,857 - (3,436) = 6,79 = 48,985 Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa data seragam.

10 3. Uji Keseragaman Data Pipa AW AXX 4 Inchi 3.1. Proses Pencampuran a. Menghitung nilai rata-rata xi X n 5,5 5, , , ,986 b. Menghitung nilai standar deviasi Xi n 1 X 5,5-4, ,04-4, ,685 c. Menghitung batas kontrol (BKA dan BKB) Dengan tingkat keyakinan 95% dan ketelitian 5% maka nilai Z =. BKA = X + Zσ BKB = X - Zσ = 4,986 + (0,685) = 4,986 - (0,685) = 6,356 = 3,616 Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa data seragam.

11 3.. Proses Ekstruksi, pencetakan, pendinginan, dan pemotongan a. Menghitung nilai rata-rata X xi n 146,1 138, , , ,65 b. Menghitung nilai standar deviasi Xi n 1 (146,1 X 143,65) ,55 143, ,566 c. Menghitung batas kontrol (BKA dan BKB) Dengan tingkat keyakinan 95% dan ketelitian 5% maka nilai Z =. BKA = X + Zσ BKB = X - Zσ = 143,65 + (3,566) = 143,65 - (3,566) = 150,397 = 136,133 Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa data seragam.

12 3.3. Proses pembentukan kepala pipa a. Menghitung nilai rata-rata X xi n 46,93 46, , , ,678 b. Menghitung nilai standar deviasi Xi n 1 X (46,93 46,678)... 46,14 46, ,513 c. Menghitung batas kontrol (BKA dan BKB) Dengan tingkat keyakinan 95% dan ketelitian 5% maka nilai Z =. BKA = X + Zσ BKB = X - Zσ = 46,678 + (0,513) = 46,678 - (0,513) = 47,704 = 45,65 Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa data seragam.

13 LAMPIRAN 4 Uji Kecukupan Data Pipa AW AXX 1. Uji Kecukupan Data Pipa AW AXX 3/4 Inchi a. Proses ekstruksi, pencetakan, pendinginan, dan pemotongan N Waktu Siklus (X) X 1 365, , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,6176 Total 370, ,47 N ' 0, ,47 30,99 370,99 0,11 1 Karena N < N (0,11<10) maka data waktu proses ekstruksi, pencetakan, pendinginan, dan pemotongan dikatakan cukup. b. Proses pembentukan kepala pipa N Waktu Siklus (X) X 1 90,7 830, ,61 876, ,3 8896, ,81 846, , , ,1 7589, , , , 9451, , , , ,4804 Total 91, ,01

14 N ' 0, ,01 91,86 91,86,44 3 Karena N < N (,44<10) maka data waktu proses pembentukan kepala pipa dikatakan cukup.. Uji Kecukupan Data Pipa AW AXX 3 Inchi a. Proses pencampuran N Waktu Siklus (X) X 1 5,5 650,500 4,87 618, ,43 646, ,71 610, ,01 676, ,58 654, ,9 60, ,73 66, ,39 696, ,76 613,0576 Total 53, ,43 N ' 0,05 0, ,43 (53,88) 53,88 Karena N < N (0,73<10) maka data waktu proses pencampuran dikatakan cukup. b. Proses ekstruksi, pencetakan, pendinginan, dan pemotongan N Waktu Siklus (X) X 1 00, ,056 04, , , , , , , , ,4 3999, ,04 415, , , ,5 4140, , ,8496 Total 008, ,0

15 N ' 0, , (008,95) 008,95 0,18 1 Karena N < N (0,18<10) maka data waktu proses ekstruksi, pencetakan, pendinginan, dan pemotongan dikatakan cukup. c. Proses pembentukan kepala pipa N Waktu Siklus (X) X 1 56, , , , ,88 588, , , , , , , , , ,84 687, ,3 737, ,8 3457,4400 Total 558, ,33 N ' 0,05 5, ,33 (558,57) 558,57 Karena N < N (5,45<10) maka data waktu proses pembentukan kepala pipa dikatakan cukup. 3. Uji Kecukupan Data Pipa AW AXX 4 Inchi a. Proses pencampuran N Waktu Siklus (X) X 1 5,5 637,565 5,91 671, ,78 664, ,6 588, ,47 598, ,08 69, ,71 610, ,54 60, ,8 666, ,04 577,916 Total 49, ,3

16 N ' 0, ,3 (49,86) 49,86 1,08 Karena N < N (1,08<10) maka data waktu proses pencampuran dikatakan cukup. b. Proses ekstruksi, pencetakan, pendinginan, dan pemotongan N Waktu Siklus (X) X 1 146,1 1345, , , , , , , ,65 096, ,65 113, , , ,85 069, ,9 1993, , ,605 Total 143, ,06 N ' 0,05 0, ,06 (143,65) 143,65 Karena N < N (0,89<10) maka data waktu proses ekstruksi, pencetakan, pendinginan, dan pemotongan dikatakan cukup. c. Proses pembentukan kepala pipa N Waktu Siklus (X) X 1 46,93 0,449 46,41 153, ,05 10, ,8 35, ,34 147, ,16 4, ,11 16, ,7 34, ,09 17, ,14 18,8996 Total 466, ,73

17 N ' 0, ,73 (466,78) 466,78 0,17 1 Karena N < N (0,17<10) maka data waktu proses pembentukan kepala pipa dikatakan cukup.

18 LAMPIRAN 5 Perhitungan Waktu Normal dan Waktu Baku Pipa AW AXX 1. Pipa AW AXX 3/4 Inchi a. Proses ekstruksi, pencetakan, pendinginan, dan pemotongan WN = Waktu siklus (1 + rating factor) = 370,99 (1 + 0,06) = 39,517 menit 100% WB = WN 100% - Allowance 100% = 39, % - 16% = 467,8 menit b. Proses pembentukan kepala pipa WN = Waktu siklus (1 + rating factor) = 9,186 (1 + 0,06) = 97,717 menit 100% WB = WN 100% - Allowance 100% = 97, % - 1% = 111,04 menit. Pipa AW AXX 3 Inchi a. Proses pencampuran WN = Waktu siklus (1 + rating factor) = 5,338 (1 + 0,03) = 6,098 menit 100% WB = WN 100% - Allowance 100% = 6, % - 19% = 3,0 menit b. Proses ekstruksi, pencetakan, pendinginan, dan pemotongan WN = Waktu siklus (1 + rating factor) = 00,895 (1 + 0,06) = 06,9 menit 100% WB = WN 100% - Allowance

19 = 06,9 100% 100% - 16% = 46,336 menit c. Proses pembentukan kepala pipa WN = Waktu siklus (1 + rating factor) = 55,857 (1 + 0,06) = 57,534 menit 100% WB = WN 100% - Allowance 100% = 57, % - 1% = 65,378 menit 3. Pipa AW AXX 4 Inchi a. Proses pencampuran WN = Waktu siklus (1 + rating factor) = 4,986 (1 + 0,03) = 5,736 menit 100% WB = WN 100% - Allowance 100% = 5, % - 19% = 31,77 menit b. Proses ekstruksi, pencetakan, pendinginan, dan pemotongan WN = Waktu siklus (1 + rating factor) = 143,65 (1 + 0,06) = 151,861 menit 100% WB = WN 100% - Allowance = 151, % 100% - 16% = 180,787 menit c. Proses pembentukan kepala pipa WN = Waktu siklus (1 + rating factor) = 46,678 (1 + 0,06) = 49,479 menit 100% WB = WN 100% - Allowance 100% = 49, % - 1% = 56,6 menit

20 LAMPIRAN 6 Penyelesaian dengan Metode Dua Fase Metode ini menyelesaikan kasus (Linear Programming) LP dalam dua fase : Fase I berusaha untuk mencari solusi layak awal, dan jika ditemukan, maka fase II dijalankan untuk menyelesaikan masalah aslinya. Langkah-langkah metode dua fase : Fase I : Mencari solusi layak dasar awal bagi program asli, dengan cara mengusahakan agar variabel artifisial terbuang. Pada tahap ini lebih dahulu dibuat fungsi objektif khusus untuk variabel artifisial. Fase II : Pada fase ini, solusi layak dasar awal yang diperoleh pada fase pertama dilanjutkan untuk dioptimalkan. Sebagai contoh penyelesaian akan dilakukan perhitungan model lower linear programming Januari 011 Fungsi tujuan : max z = 900X X X 3 Fungsi kendala : 0,1X 1 + 1,343X +,118X 3 + S 1 = ,68X 1 + S = ,64X + 1,05X 3 + S 3 = ,54X 1 + S 4 = 55080,74X + 3,748X 3 + S 5 = ,699X 1 + 4,167X + 6,667X 3 + S 6 = ,350X 1 +,083X + 3,333X 3 + S 7 = X 1 - S 8 + S 11 = 7779 X - S 9 + S 1 = 466 X 3 - S 10 + S 13 = 1954 X 1,X,X 3, S 1, S,..., S Fase I Pembentukan fungsi tujuan khusus untuk variabel artifisial yaitu S 11, S 1, S 13 Fungsi tujuan : max z = -S 11 - S 1 - S 13 Fungsi kendala : 0,1X 1 + 1,343X +,118X 3 + S 1 = ,68X 1 + S = ,64X + 1,05X 3 + S 3 = ,54X 1 + S 4 = 55080,74X + 3,748X 3 + S 5 = ,699X 1 + 4,167X + 6,667X 3 + S 6 = ,350X 1 +,083X + 3,333X 3 + S 7 = X 1 - S 8 + S 11 = 7779

21 X - S 9 + S 1 = 466 X 3 - S 10 + S 13 = 1954 X 1,X,X 3, S 1, S,..., S 13 0 Karena S 11, S 1, dan S 13 berfungsi sebagai variabel basis pada solusi awal, maka koefisiennya pada fungsi tujuan harus sama dengan 0. Untuk mencapai itu, gantikan nilai S 11 dari fungsi kendala 8 (kendala yang memuat S 11 ), nilai S 1 dari fungsi kendala 9 (kendala yang memuat S 1 ), dan S 13 dari fungsi kendala 10 (kendala yang memuat S 13 ). Dari kendala 8 diperoleh : S 11 = X 1 + S 8 Dari kendala 9 diperoleh : S 1 = X + S 9 Dari kendala 10 diperoleh : S 13 = X 3 + S 10 Sehingga fungsi tujuan menjadi : max z = -S 11 - S 1 - S 13 max z = -( X 1 + S 8 ) (466 - X + S 9 ) ( X 3 + S 10 ) max z = X 1 - S X - S X 3 - S 10 max z = X 1 + X + X 3 - S 8 - S 9 - S z - X 1 - X - X 3 + S 8 + S 9 + S 10 = Pemeriksaan optimalitas Solusi dikatakan layak jika z bernilai positif atau nol. Variabel non basis yang dipilih untuk menjadi variabel basis disebut entering variabel. Entering variabel yang dipilih adalah variabel z yang memiliki Crow paling negatif. Dan variabel basis yang akan keluar menjadi variabel non basis disebut leaving variabel. Leaving variabel dipilih dengan menggunakan rasio minimum yaitu perbandingan konstanta sisi kanan dengan elemen variabel. Pada tabel simpleks awal, X 3 memiliki z paling negatif yaitu -1 sehingga X 3 disebut entering variabel. Rasio minimum yaitu: Baris 1 = /,118 = 36713,88 Baris = 5830 / 0 = Baris 3 = / 1,05 = 406,40 Baris 4 = / 0 = Baris 5 = / 3,748 = 13831,38 Baris 6 = 3000 / 6,667 = 4799,76 Baris 7 = / 3,333 = 4800,48 Baris 8 = 7779 / 0 = Baris 9 = 466 / 0 = Baris 10 = 1954 / 1 = 1954 Nilai paling minimum yaitu 1954 terdapat pada baris kesepuluh dengan variabel basis S 13 yang disebut leaving variabel. Kemudian mencari sistem dimana nilai elemen pivot bernilai 1 dan semua elemen lain di kolom pivot

22 bernilai 0. Hasil pengolahan tabel simpleks awal untuk fase I adalah sebagai berikut:

23 Fase I Tabel Simpleks Awal Basis X1 X X3 S1 S S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S1 S13 Konstanta Rasio z S1 0,1 1,343, ,88 S 3, S3 0 10,64 1, ,396 S4 1, S5 0,74 3, ,38 S6 0,699 4,167 6, ,76 S7 0,35,083 3, ,48 S S S

24 Tabel Iterasi I Basis X1 X X3 S1 S S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S1 S13 Konstanta Rasio z S1 0,1 1, , , , ,64 S 3, S3 0 10, , , ,39 475,681 S4 1, S5 0, , , , ,9 S6 0,699 4, , , , ,079 S7 0,35, , , , ,641 S S X

25 Tabel Iterasi II Basis X1 X X3 S1 S S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S1 S13 Konstanta Rasio z S1 0, ,343, ,343 -, , ,9 S 3, ,78 S ,64 1, ,64-1,05 99,368 S4 1, ,84 S ,74 3, ,74-3, ,04 S6 0, ,167 6, ,167-6, , ,86 S7 0, ,083 3, ,083-3, , ,4 S X X

26 Tabel Iterasi III Basis X1 X X3 S1 S S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S1 S13 Konstanta z S ,1 1,343,118-0,1-1,343 -, ,43 S , , ,3 S ,64 1, ,64-1,05 99,368 S , , ,78 S ,74 3, ,74-3, ,04 S ,699 4,167 6,667-0,699-4,167-6, ,339 S ,35,083 3,333-0,35 -,083-3, ,99 X X X Pada Fase I terlihat bahwa semua variabel artifisial yaitu S 11, S 1, dan S 13 sudah keluar dari basis. Maka fase I selesai dan melanjutkan ke fase II. Pada Fase II, fungsi tujuan yang mengandung variabel artifisial sudah tidak diikutsertakan lagi. Fungsi tujuan kembali ke bentuk awal Max z = 900X X X 3 Dari tabel optimal tahap 1 diperoleh : X1 = S8 X = S9 X3 = S10 Sehingga Max z = 900X X X 3 Max z = 900( S8) (466 + S9) ( S10) Max z = S S S10 Max z = 900S S S z - 900S S9-1600S10 =

27 Fase II Tabel Simpleks Awal Basis X1 X X3 S1 S S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 Konstanta Rasio z S ,1 1,343, , ,53 S , ,8 S ,64 1,05 99,368 8,44939 S , ,78 S ,74 3, , ,1 S ,699 4,167 6, , ,8764 S ,35,083 3, ,99 488,4458 X X X

28 Tabel Iterasi I Basis X1 X X3 S1 S S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 Konstanta Rasio z , , S , ,1-0, , ,9 S , , ,777 S , ,85 1 8,45 S , , ,844 S , , ,1174 S , ,699-1, , ,197 S , ,35-0, , ,884 X X X , , ,45

29 Tabel Iterasi II Basis X1 X X3 S1 S S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 Konstanta Rasio z , , , S , , , , S , , , , ,116 S , ,85 1 8,45 9,6773 S , , , , ,49 S , , , ,3 S , , , , ,76 S , , , , ,1 X , , , , ,17 X X , , ,45 303,104

30 Tabel Iterasi III Basis X1 X X3 S1 S S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 Konstanta Rasio z , , , S , , , , S , , , , ,507 S , ,174 9,677 99,76887 S , , , , ,676 S , , , ,8 S , , ,004 7, ,66 S , , , , ,451 X , , , , ,91 X , , ,677 55,443 X , , , ,6

31 Tabel Iterasi IV Basis X1 X X3 S1 S S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 Konstanta z , , ,44 609, S , ,0866 0, ,481 S , ,55-31, ,483 S ,309 1,103 99,763 S , ,45-14, ,866 S , , ,156 S , , , ,043 S , ,981 9, ,697 X , ,9831 9, ,698 X E ,999 X ,0037-1, ,965 Tabel iterasi IV menunjukkan solusi sudah optimal dengan nilai : X1 = 1430, X = 465, X3=1953,

32 LAMPIRAN 7 Penyelesaian Model Lower Linear Programming 1. Februari 01

33 . Maret 01

34 3. April 01

35 4. Mei 01

36 5. Juni 01

37 6. Juli 01

38 7. Agustus 01

39 8. September 01

40 9. Oktober 01

41 10. November 01

42 11. Desember 01

43 LAMPIRAN 8 Penyelesaian Model Upper Linear Programming 1. Februari 01

44 . Maret 01

45 3. April 01

46 4. Mei 01

47 5. Juni 01

48 6. Juli 01

49 7. Agustus 01

50 8. September 01

51 9. Oktober 01

52 10. November 01

53 11. Desember 01

54 LAMPIRAN 9 Penyelesaian Model Fuzzy Linear Programming 1. Februari 01

55 . Maret 01

56 3. April 01

57 4. Mei 01

58 5. Juni 01

59 6. Juli 01

60 7. Agustus 01

61 8. September 01

62 9. Oktober 01

63 10. November 01

64 11. Desember 01

65

66

67

68

69

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 Pemilihan Operator Normal pada Work Centre Pemotongan Plat, Gerinda, dan Polish 1. Pemilihan Operator Normal pada Work Centre Pemotongan Plat Work centre

Lebih terperinci

Lampiran A. Tabel Westinghouse, Kelonggaran dan MTM

Lampiran A. Tabel Westinghouse, Kelonggaran dan MTM 121 Lampiran A Tabel Westinghouse, Kelonggaran dan MTM 122 Tabel Penyesuaian Metode Westinghouse Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Ketrampilan Superskil A1 +0,15 A2 +0,13 Excelent B1 +0,11 B2 +0,08 Good

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Rating Factor Kriteria rating factor, keterampilan dibagi menjadi enam kelas dengan ciri-ciri setiap kelas seperti yang dikemukakan berikut ini : Super Skill: 1. Bekerja dengan sempurna 2. Tampak

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik.

BAB III LANDASAN TEORI. pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. 20 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengukuran Waktu Kerja Menurut Sutalaksana dkk. (2006), Pengukuran waktu kerja ditujukan untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian suatu pekerjaan, yaitu waktu yang dibutuhkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Tabel Rating Factor Westinghouse Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Superskill A1 + 0,15 A2 + 0,13 Excellent B1 + 0,11 B2 + 0,08 C1 + 0,06 Good Keterampilan C2 + 0,03 Average D 0,00 Fair

Lebih terperinci

Tabel Uji Keseragaman Data Pada Work Center Pengukuran dan Pemotongan

Tabel Uji Keseragaman Data Pada Work Center Pengukuran dan Pemotongan Uji Keseragaman Data Tabel Uji Keseragaman Data Pada Work Center Pengukuran dan Pemotongan Pengamatan (Menit) No Kegiatan Rata rata sigma (Xirata)^2 S BKA BKB Keterangan 1 Plat MS di ukur, digambar dan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA SAMPLING PEKERJAAN (WORK SAMPLING)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA SAMPLING PEKERJAAN (WORK SAMPLING) Times New Roman, 16, Bold, Centre LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA SAMPLING PEKERJAAN (WORK SAMPLING) Times New Roman, 12, Centre Disusun Oleh : Nama / NPM : 1.. / NPM 2.. / NPM Kelompok

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Waktu Kerja Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati pekerja dan mencatat waktu kerjanya baik setiap elemen maupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang diperlukan.

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab Adapun uraian tugas dan tanggung jawab setiap bagian pada PT. Tjipta Rimba Djaja dapat dilihat sebagai berikut: 1. Direktur a. Memberikan garis besar kebijaksanaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN LAMPIRAN-. URAIAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB Uraian tugas dari masing-masing jabatan pada PD Aneka Industri dan Jasa Sumatera Utara adalah sebagai berikut :. Direktur Direktur PD. Aneka Industri

Lebih terperinci

Kelonggaran (%) Faktor Contoh pekerjaan. A. Tenaga yang dikeluarkan Ekivalen beban Pria Wanita

Kelonggaran (%) Faktor Contoh pekerjaan. A. Tenaga yang dikeluarkan Ekivalen beban Pria Wanita Faktor Contoh pekerjaan Kelonggaran (%) A. Tenaga yang dikeluarkan Ekivalen beban Pria Wanita 1Dapat diabaikan Bekerja di meja, duduk tanpa beban 0,0-6,0 0,0-6,0 2 Sangat ringan Bekerja di meja, berdiri

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 STRUKTUR ORGANISASI PT. KARYA DELI STEELINDO

LAMPIRAN 1 STRUKTUR ORGANISASI PT. KARYA DELI STEELINDO LAMPIRAN 1 STRUKTUR ORGANISASI PT. KARYA DELI STEELINDO LAMPIRAN 2 URAIAN TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB UNTUK MASING-MASING JABATAN DI PT. KARYA DELI STEELINDO MEDAN. 1. Direktur Direktur merupakan

Lebih terperinci

Lampiran Perhitungan Uji Keseragaman dan Kecukupan Data

Lampiran Perhitungan Uji Keseragaman dan Kecukupan Data 96 Lampiran Perhitungan Uji Keseragaman dan Kecukupan Data Uji keseragaman data 1. waktu setup bagian pencetakan Subgroup No (i) Waktu (detik) (detik) (detik) BKA BKB 1 712 2 564 1 3 534 603,4 4 602 5

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Universitas Sumatera Utara

L A M P I R A N. Universitas Sumatera Utara L A M P I R A N Tabel Besarnya Kelonggaran berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh Faktor Contoh pekerjaan Kelonggaran ( % ) A. Tenaga yang dikeluarkan 1. Dapat diabaikan 2. Sangat ringan 3. Ringan

Lebih terperinci

ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA

ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENGUKURAN WAKTU KERJA Pengukuran kerja atau pengukuran waktu kerja (time study) adalah suatu aktivitas untuk menentukan

Lebih terperinci

practicum apk industrial engineering 2012

practicum apk industrial engineering 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurang diperhatikannya produktivitas pekerja pada suatu proyek konstruksi dapat menghambat pekerjaan konstruksi tersebut. Ada berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

practicum apk industrial engineering 2012

practicum apk industrial engineering 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman modern seperti saat ini, sebagai pekerja yang baik harus mampu menciptakan suatu sistem kerja yang baik dalam melakukan pekerjaan agar pekerjaan tersebut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Jurnal dan referensi diperlukan untuk menunjang penelitian dalam pemahaman konsep penelitian. Jurnal dan referensi yang diacu tidak hanya dalam negeri namun juga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu Manusia merupakan salah satu elemen utama pada sistem industri dalam menjalankan aktivitas. Tanpa adanya campur

Lebih terperinci

III. TINJAUAN PUSTAKA

III. TINJAUAN PUSTAKA III. TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas tenaga kerja merupakan salah satu hal yang sangat menentukan keberhasilan suatu proyek dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan. Hal

Lebih terperinci

Lampiran 1: Pembagian Tugas dan Tanggungjawab. Direktur merupakan jabatan tertinggi dari struktur organisasi PT. Bintang

Lampiran 1: Pembagian Tugas dan Tanggungjawab. Direktur merupakan jabatan tertinggi dari struktur organisasi PT. Bintang LAMPIRAN Lampiran 1: Pembagian Tugas dan Tanggungjawab Berikut adalah pembagian tugas dan tanggungjawab dari setiap bagian dan jabatan pada PT.Bintang Persada Satelit: 1. Direktur Direktur merupakan jabatan

Lebih terperinci

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA. tutorial 7. work sampling

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA. tutorial 7. work sampling FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA tutorial 7 work sampling Prodi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Tahun Ajaran 2016/2017 www.labdske-uii.com Pengukuran Kerja: Metode

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam penulisan ini, diperlukan teori teori yang mendukung, yang didapat dari mata kuliah yang pernah diajarkan dan dari referensi referensi sebagai bahan pendukung. Untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan. 2.1.1. Studi Waktu Menurut Wignjosoebroto (2008), pengukuran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengukuran Kerja Menurut Sritomo, pengukuran kerja adalah : metoda penetapan keseimbangan antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan. Salah

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari tugas akhir ini antara lain : 1. Pada penjadwalan awal departemen machining mengalami keterlambatan sebanyak 11 item pada periode

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Pabrik roti seperti PT Nippon Indosari Corpindo merupakan salah satu contoh industri pangan yang memproduksi produk berdasarkan nilai permintaan, dengan ciri produk

Lebih terperinci

WORK SAMPLING. Modul Work Sampling Praktikum Genap 2011/2012 I. TUJUAN PRAKTIKUM

WORK SAMPLING. Modul Work Sampling Praktikum Genap 2011/2012 I. TUJUAN PRAKTIKUM Praktikum Genap 2011/2012 1 WORK SAMPLING I. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Memperkenalkan kepada praktikan tentang metode sampling kerja sebagai alat yang efektif menentukan kelonggaran (allowance time) diperlukan

Lebih terperinci

practicum apk industrial engineering 2012

practicum apk industrial engineering 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran kerja atau work measurement adalah proses menentukan waktu yang diperlukan seorang operator dengan kualifikasi tertentu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Ekstraksi Hasil Pengumpulan Data 5.1.1 Data Umum Produk Perusahaan menggunakan batch sebagai satuan dalam produksi, dimana 1 batch adalah sebesar : 1. Spon untuk ukuran 9

Lebih terperinci

Lampiran-1. Perhitungan Kapasitas Normal

Lampiran-1. Perhitungan Kapasitas Normal Lampiran-1. Perhitungan Kapasitas Normal Untuk menghitung kapasitas normal dari proses yang menggunakan manusia, maka terlebih dahulu harus diketahui lama waktu baku proses yang dikerjakan dan kemudian

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Ergonomi Ergonomi atau ergonomics sebenarnya berasal dari kata Yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi dimaksudkan sebagai

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE WORK SAMPLING UNTUK MENGHITUNG WAKTU BAKU DAN KAPASITAS PRODUKSI KARUNGAN SOAP CHIP DI PT. SA

PENGGUNAAN METODE WORK SAMPLING UNTUK MENGHITUNG WAKTU BAKU DAN KAPASITAS PRODUKSI KARUNGAN SOAP CHIP DI PT. SA PENGGUNAAN METODE WORK SAMPLING UNTUK MENGHITUNG WAKTU BAKU DAN KAPASITAS PRODUKSI KARUNGAN SOAP CHIP DI PT. SA Taufiqur Rachman Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Esa Unggul, Jakarta

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Pembahasan Pekerjaan yang diamati pada praktikum kali ini adalah produktifitas kasir hypermart oleh dua operator. Proses kinerja kasir tersebut adalah kasir tersebut

Lebih terperinci

By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN KERJA: FAKTOR PENYESUAIAN DAN ALLOWANCE

By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN KERJA: FAKTOR PENYESUAIAN DAN ALLOWANCE By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN KERJA: FAKTOR PENYESUAIAN DAN ALLOWANCE PENYESUAIAN Maksud melakukan penyesuaian : menormalkan waktu siklus karena kecepatan tidak wajar oleh operator Konsep wajar : seorang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 65 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data 4.1.1 Data Kebutuhan Komponen Dalam pembuatan cat, diperlukan beberapa komponen yang menyusun terbentuknya cat tersebut menjadi produk jadi. Data

Lebih terperinci

Rating Factor Masing-masing Stasiun Kerja

Rating Factor Masing-masing Stasiun Kerja Lampiran 1 Rating Factor Masing-masing Stasiun Kerja WC 1 (Laminating) Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Sub Total Keterampilan Good C2 +0.03 Usaha Good C2 +0.02 Kondisi Fair E -0.03 Konsistensi Average

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peringkat Kinerja Operator (Performance Rating) Perancangan sistem kerja menghasilkan beberapa alternatif sehingga harus dipilih alternatif terbaik. Pemilihan alternatif rancangan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perancangan Sistem Kerja Perancangan sistem kerja adalah suatu ilmu yang terdiri dari teknik - teknik dan prinsip - prinsip untuk mendapatkan rancangan terbaik dari sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Waktu Jam Henti Mendapatkan hasil yang baik, yaitu yang dapat dipertanggung jawabkan maka tidak cukup sekedar melakukan beberapa kali pengukuran dengan menggunakan

Lebih terperinci

PENGUKURAN WAKTU KERJA

PENGUKURAN WAKTU KERJA PENGUKURAN WAKTU KERJA Usaha untuk menentukan lama kerja yg dibutuhkan seorang Operator (terlatih dan qualified ) dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yg spesifik pada tingkat kecepatan kerja yg NORMAL

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. ANALISA PROSES KERJA UNTUK MENENTUKAN KAPASITAS MESIN PAINTING FILTER PADA PT. SELAMAT SEMPURNA, Tbk.

TUGAS AKHIR. ANALISA PROSES KERJA UNTUK MENENTUKAN KAPASITAS MESIN PAINTING FILTER PADA PT. SELAMAT SEMPURNA, Tbk. ANALISA PROSES KERJA UNTUK MENENTUKAN KAPASITAS MESIN PAINTING FILTER PADA PT. SELAMAT SEMPURNA, Tbk. Dipergunakan sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Ujian Akhir Program S1 ( Strata 1 ) Teknik Industri

Lebih terperinci

Lampiran 2. Flow Process Chart Pembuatan Matras Spring Bed

Lampiran 2. Flow Process Chart Pembuatan Matras Spring Bed Lampiran. Flow Process Chart Pembuatan Matras Spring Bed Kain blacu Kain polos bag. atas & bawah Busa SII bag. atas & bawah Busa AII bag. atas & bawah Hardpadd bag. atas & bawah Per pinggir Kawat lis Kawat

Lebih terperinci

PENGUKURAN WAKTU. Nurjannah

PENGUKURAN WAKTU. Nurjannah PENGUKURAN WAKTU Nurjannah Pengukuran waktu (time study) ialah suatu usaha untuk menentukan lama kerja yang dibutuhkan seorang operator (terlatih dan qualified) dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang

Lebih terperinci

PENYESUAIAN DAN KELONGGARAN TEKNIK TATA CARA KERJA II

PENYESUAIAN DAN KELONGGARAN TEKNIK TATA CARA KERJA II PENYESUAIAN DAN KELONGGARAN TEKNIK TATA CARA KERJA II PENYESUAIAN Maksud melakukan penyesuaian : menormalkan waktu siklus karena kecepatan tidak wajar oleh operator Konsep wajar : seorang operator yang

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data gerakan kerja dilakukan dengan cara merekam proses perakitan resleting polyester dengan handycam / kamera video. Setelah itu data

Lebih terperinci

Pemrograman Linier (3)

Pemrograman Linier (3) Pemrograman Linier () Metode Big-M Ahmad Sabri Universitas Gunadarma, Indonesia Pada model PL di mana semua kendala memiliki relasi, variabel basis pada solusi awal (tabel simpleks awal) adalah Z dan semua

Lebih terperinci

ANALISA PROSES KERJA UNTUK MENENTUKAN KAPASITAS LINE PACKAGING FILTER PADA PT. SELAMAT SEMPURNA, Tbk.

ANALISA PROSES KERJA UNTUK MENENTUKAN KAPASITAS LINE PACKAGING FILTER PADA PT. SELAMAT SEMPURNA, Tbk. ANALISA PROSES KERJA UNTUK MENENTUKAN KAPASITAS LINE PACKAGING FILTER PADA PT. SELAMAT SEMPURNA, Tbk. Diajukan untuk memenuhi syarat Mendapatkan gelar Sarjana Teknik DISUSUN OLEH : YADI SUPRIYADI 4160411

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Operasi 2.1.1.1 Pengertian Manajemen operasi telah mengalami perubahan yang cukup drastis sejalan dengan perkembangan inovasi

Lebih terperinci

Analisis Efisiensi Operator Pemanis CTP dengan Westing House System s Rating

Analisis Efisiensi Operator Pemanis CTP dengan Westing House System s Rating Petunjuk Sitasi: Cahyawati, A. N., & Pratiwi, D. A. (2017). Analisis Efisiensi Operator Pemanis CTP dengan Westing House System s Rating. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. B211-216). Malang: Jurusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Lean Lean adalah suatu upaya terus-menerus untuk menghilangkan pemborosan (Waste) dan meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang/jasa) agar memberikan

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI. pengukuran kerja ( work measurement ) yang meliputi teknik-teknik pengukuran waktu

BAB 3 LANDASAN TEORI. pengukuran kerja ( work measurement ) yang meliputi teknik-teknik pengukuran waktu BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Pengukuran Waktu Untuk mengukur kebaikan suatu sistem kerja diperlukan prinsip-prinsip pengukuran kerja ( work measurement ) yang meliputi teknik-teknik pengukuran waktu psikologis

Lebih terperinci

Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement)

Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement) Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement) Pengukuran Kerja (Studi Waktu / Time Study) Perbaikan postur Perbaikan proses Perbaikan tata letak Perbaikan metode /cara kerja Data harus baik, representasi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN KERJA

ANALISIS PENGUKURAN KERJA ANALISIS PENGUKURAN KERJA Disusun oleh: Subodro (135060700111043) Siti Astrid Meidiani (135060700111044) Armelynda Beverly S (135060701111056) Andini Sulviana (135060701111065) Dzaky Falakhi (135060701111082)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Penelitian Terdahulu Apriana (2009) melakukan penelitian mengenai penjadwalan produksi pada sistem flow shop dengan mesin parallel (flexible flow shop) sehingga

Lebih terperinci

Lamp n (menit) x/n

Lamp n (menit) x/n BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Data Hasil Pengukuran Waktu Dibawah ini merupakan hasil pengukuran langsung (menggunakan stopwatch) waktu rakit panel. Box n (menit) x/n 1 2 3 4 5 1 11.9 12.5

Lebih terperinci

kita menggunakan variabel semu untuk memulai pemecahan, dan meninggalkannya setelah misi terpenuhi

kita menggunakan variabel semu untuk memulai pemecahan, dan meninggalkannya setelah misi terpenuhi Lecture 4: (B) Supaya terdapat penyelesaian basis awal yang fisibel, pada kendala berbentuk = dan perlu ditambahkan variabel semu (artificial variable) pada ruas kiri bentuk standarnya, untuk siap ke tabel

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Ekstrasi Hasil Pengumpulan Data Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly adalah digunakan untuk pengukuran waktu dimana pengukuran waktu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Penelitian cara kerja atau yang dikenal juga dengan nama methods analysis merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan metode kerja yang akan dipilih untuk melakukan suatu pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari tugas akhir ini adalah : a. Diperoleh waktu baku untuk masing-masing operasi dengan nilai sesuai tabel 5.3. b. Pada penjadwalan

Lebih terperinci

Lampiran 1: Tugas dan Tanggung Jawab Karyawan

Lampiran 1: Tugas dan Tanggung Jawab Karyawan Lampiran : Tugas dan Tanggung Jawab Karyawan Pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan dalam PT. Bintang Persada Satelit secara garis besar adalah sebagai berikut:. Direktur Direktur

Lebih terperinci

BAB 4. PENGUMPULAN, PENGOLAHAN dan ANALISA DATA

BAB 4. PENGUMPULAN, PENGOLAHAN dan ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN dan ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Waktu siklus Stasiun Kerja Stik (Jahit) Tabel 4.1 Data Waktu Siklus Stasiun Kerja Stik (Jahit) Per 1 pasang Pengamatan Waktu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada tugas akhir ini, akan dibahas beberapa permasalahan mengenai penelitian operasional dan perencanaan produksi. Landasan teori yang sesuai untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi

Lebih terperinci

Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study

Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study ABIKUSNO DHARSUKY Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Untuk memperoleh prestasi kerja dan hasil kerja yang optimum diperlukan

Lebih terperinci

Pemrograman Linier (4)

Pemrograman Linier (4) Pemrograman Linier (4) Metode dua fase Ahmad Sabri Universitas Gunadarma, Indonesia Sesuai dengan namanya, metode dua fase menyelesaikan problem PL dalam dua tahap (fase): 1 Ubah model PL ke dalam bentuk

Lebih terperinci

Metode Simpleks M U H L I S T A H I R

Metode Simpleks M U H L I S T A H I R Metode Simpleks M U H L I S T A H I R PENDAHULUAN Metode Simpleks adalah metode penentuan solusi optimal menggunakan simpleks didasarkan pada teknik eliminasi Gauss Jordan. Penentuan solusi optimal dilakukan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Permasalahan Umum PT. Multi Makmur Indah Industri adalah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur, khususnya pembuatan kaleng kemasan produk. Dalam perkembangan teknologi

Lebih terperinci

Fungsi kendala tidak hanya dibentuk oleh pertidaksamaan tetapi juga oleh pertidaksamaan dan/atau persamaan =. Fungsi kendala dengan pertidaksamaan

Fungsi kendala tidak hanya dibentuk oleh pertidaksamaan tetapi juga oleh pertidaksamaan dan/atau persamaan =. Fungsi kendala dengan pertidaksamaan Fungsi kendala tidak hanya dibentuk oleh pertidaksamaan tetapi juga oleh pertidaksamaan dan/atau persamaan =. Fungsi kendala dengan pertidaksamaan mempunyai variabel surplus, tidak ada variabel slack.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Interaksi Manusia dan Mesin Dalam bukunya, Wignjosoebroto (2003: 58) menjelaskan bahwa kata Mesin dapat diartikan lebih luas yaitu menyangkut semua obyek fisik berupa peralatan,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Proses pengumpulan dilakukan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam perancangan Stasiun penyemiran sepatu. Meliputi data antro pometri

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Ekstraksi Hasil Pengumpulan Data 5.1.1 Data Pesanan Obat Tablet PT.Metiska Farma Data pesanan obat tablet merupakan faktor yang utama dalam menyusun suatu penjadwalan produksi

Lebih terperinci

TUGAS PENDAHULUAN PRAKTIKUM KOMPUTER INDUSTRI 1 MODUL TRANSPORTASI TIPE SOAL D

TUGAS PENDAHULUAN PRAKTIKUM KOMPUTER INDUSTRI 1 MODUL TRANSPORTASI TIPE SOAL D TUGAS PENDAHULUAN PRAKTIKUM KOMPUTER INDUSTRI 1 MODUL TRANSPORTASI TIPE SOAL D Pabrik Sukajaya memiliki 3 buah gudang yang terletak di tiga tempat berlainan. Pabrik ini ingin melakukan pendistribusian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI Jika dalam suatu organisasi atau perusahan telah diterapkan sistem kerja yang baik dengan diperhatikannya faktor-faktor kerja serta segi-segi ergonomis, tentunya perusahaan tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. waktu dan perbandingan kerja mengenai unsur pekerjaan tertentu yang. tersebut pada tingkat prestasi tertentu (Barnes, 2001).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. waktu dan perbandingan kerja mengenai unsur pekerjaan tertentu yang. tersebut pada tingkat prestasi tertentu (Barnes, 2001). 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengukuran Waktu Pengukuran waktu adalah teknik pengukuran kerja untuk mencatat jangka waktu dan perbandingan kerja mengenai unsur pekerjaan tertentu yang dilaksanakan dalam

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Sejarah singkat berdirinya CV. Catur tunggal Jaya Gorontalo, seiring

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Sejarah singkat berdirinya CV. Catur tunggal Jaya Gorontalo, seiring 38 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Deskripsi Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah Perkembangan Perusahaan Sejarah singkat berdirinya CV. Catur tunggal Jaya Gorontalo, seiring dengan adanya tuntunan jaman yang

Lebih terperinci

Ada beberapa kasus khusus dalam simpleks. Kadangkala kita akan menemukan bahwa iterasi tidak berhenti, karena syarat optimalitas atau syarat

Ada beberapa kasus khusus dalam simpleks. Kadangkala kita akan menemukan bahwa iterasi tidak berhenti, karena syarat optimalitas atau syarat Muhlis Tahir Ada beberapa kasus khusus dalam simpleks. Kadangkala kita akan menemukan bahwa iterasi tidak berhenti, karena syarat optimalitas atau syarat kelayakan tidak pernah dapat terpenuhi. Adakalanya

Lebih terperinci

Metode Simpleks dengan Big M dan 2 Phase

Metode Simpleks dengan Big M dan 2 Phase Metode Simpleks dengan Big M dan 2 Phase Metode Simpleks Vs. Simpleks Big-M Perbedaan metode simpleks dengan metode simpleks Big-M adalah munculnya variabel artificial (variabel buatan), sedangkan metode

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengukuran waktu ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Pengukuran waktu ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk Laporan Tugas Akhir BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Waktu Kerja Pengukuran waktu ini akan berhubungan dengan usaha-usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suati pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 6 BAB PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA.1 Pengumpulan Data Data-data untuk penelitian ini didapatkan dengan melakukan observasi dan pengamatan di PT. Metiska Farma, data-data ini akan dibutuhkan

Lebih terperinci

Lampiran-1: Tabel Westinghouse System's Rating A1 Superskill 0.13 A A B1 Excellent 0.08 B B C1 Good 0.03 C2 0.

Lampiran-1: Tabel Westinghouse System's Rating A1 Superskill 0.13 A A B1 Excellent 0.08 B B C1 Good 0.03 C2 0. Lampiran-1: Tabel Westinghouse System's Rating. SKILL EFFORT 0.15 A1 0.13 A1 Superskill 0.13 A2 0.12 A2 Superskill 0.11 B1 0.1 B1 Excellent 0.08 B2 0.08 B2 Excellent 0.06 C1 0.05 C1 Good 0.03 C2 0.02 C2

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1. Pembahasan Proses pembuatan magnet kimono ini, praktikan mencari Waktu Aktual, Performance Rating, Performance Estimasi, dan %Error. Pembahasan yang dijelaskan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengukuran Waktu Pengukuran waktu kerja (work measurement atau Time Study) merupakan suatu usaha-usaha untuk menetapkan waktu baku yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu

Lebih terperinci

LAMPIRAN Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN Universitas Sumatera Utara V-122 LAMPIRAN V-123 FAKTOR PENGALI PEGANGAN V-124 RATING FACTOR SUPER SKILL : EXCELLENT SKILL: 1. Secara bawaan cocok sekali dengan pekerjaannya 2. Bekerja dengan sempurna 3. Tampak seperti telah terlatih

Lebih terperinci

EVALUASI JUMLAH TENAGA KERJA YANG OPTIMAL DENGAN METODE WORK LOAD ANALYSIS (WLA) DAN WORK FORCE ANALYSIS (WFA) DI PT.

EVALUASI JUMLAH TENAGA KERJA YANG OPTIMAL DENGAN METODE WORK LOAD ANALYSIS (WLA) DAN WORK FORCE ANALYSIS (WFA) DI PT. EVALUASI JUMLAH TENAGA KERJA YANG OPTIMAL DENGAN METODE WORK LOAD ANALYSIS (WLA) DAN WORK FORCE ANALYSIS (WFA) DI PT. TRIKARTIKA MEGAH NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Memenuhi dan Melengkapi Syarat Gelar

Lebih terperinci

PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR PRODUKSI DENGAN METODE STUDI WAKTU (STUDI KASUS PADA INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK LAUT)

PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR PRODUKSI DENGAN METODE STUDI WAKTU (STUDI KASUS PADA INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK LAUT) PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR PRODUKSI DENGAN METODE STUDI WAKTU (STUDI KASUS PADA INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK LAUT) Kelvin Teknik Industri, Sekolah Tinggi Teknik Surabaya kelvin@stts.edu ABSTRAK Aliran produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI Keseimbangan lini produksi bermula dari lini produksi masal, dimana tugas-tugas yang dikerjakan dalam proses harus dibagi kepada seluruh operator agar beban kerja dari para operator

Lebih terperinci

BAB IV. METODE SIMPLEKS

BAB IV. METODE SIMPLEKS BAB IV. METODE SIMPLEKS Penentuan solusi optimal menggunakan simpleks didasarkan pada teknik eliminasi Gauss Jordan. Penentuan solusi optimal dilakukan dengan memeriksa titik ekstrim (ingat kembali solusi

Lebih terperinci

Pemrograman Linier (2)

Pemrograman Linier (2) Solusi model PL dengan metode simpleks Ahmad Sabri Universitas Gunadarma, Indonesia 2 Bentuk umum model PL Ingat kembali bentuk umum model PL maksimum Maks Z = c x + c 2 x 2 +... + c n x n Dengan kendala:

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Rencana target produksi yang baru sebanyak 532 lembar per lintasan produksi utama membutuhkan tambahan 1 buah mesincross cut, 2 operator cross cut, 1 operator

Lebih terperinci

pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem

pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem 24 pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Pengertian dari waktu baku yang normal,wajar, dan terbaik dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa waktu baku

Lebih terperinci

Riduwan Arif Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur

Riduwan Arif Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur ANALISA BEBAN KERJA DAN JUMLAH TENAGA KERJA YANG OPTIMAL PADA BAGIAN PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN METODE WORK LOAD ANALYSIS (WLA) DI PT.SURABAYA PERDANA ROTOPACK Riduwan Arif Jurusan Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

Z = 5X1 + 6X2 + 0S1 + 0S2 + MA1 + MA2. Persoalan Primal (asli) Persoalan Dual (kebalikan dari primal)

Z = 5X1 + 6X2 + 0S1 + 0S2 + MA1 + MA2. Persoalan Primal (asli) Persoalan Dual (kebalikan dari primal) Perbedaan metode simpleks dengan metode simpleks Big-M adalah munculnya variabel artificial (variabel buatan), sedangkan metode atau langkah-langkahnya sama. Saat membuat bentuk standar : Jika kendala

Lebih terperinci

Riset Operasional LINEAR PROGRAMMING

Riset Operasional LINEAR PROGRAMMING Bahan Kuliah Riset Operasional LINEAR PROGRAMMING Oleh: Darmansyah Tjitradi, MT. PROGRAM MAGISTER TEKNIK SIPIL UNLAM 25 1 ANALISA SISTEM Agar lebih mendekati langkah-langkah operasional, Hall & Dracup

Lebih terperinci

WORK SAMPLING STUDI KASUS PEKERJAAN BERTENDER PADA SEBUAH CAFE TUTI SARMA SINAGA ST MEILITA TRYANA SEMBIRING, ST

WORK SAMPLING STUDI KASUS PEKERJAAN BERTENDER PADA SEBUAH CAFE TUTI SARMA SINAGA ST MEILITA TRYANA SEMBIRING, ST WORK SAMPLING STUDI KASUS PEKERJAAN BERTENDER PADA SEBUAH CAFE TUTI SARMA SINAGA ST MEILITA TRYANA SEMBIRING, ST Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara BAB I LANDASAN TEORI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jika dalam suatu organisasi atau perusahan telah diterapkan sistem kerja yang baik dengan diperhatikannya faktor-faktor kerja serta segi-segi ergonomis,tentunya perusahaan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada umumnya suatu perusahaan memiliki targetnya masingmasing dalam mencapai tujuan perusahaan itu sendiri. Salah satu faktor untuk mencapai tujuan tersebut

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Gambaran Umum Perusahaan PT Beta Pharmacon merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang farmasi yang didirikan untuk mengantisipasi dan mendukung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produksi dan Proses Produksi 2.1.1 Pengertian Produksi Dari beberapa ahli mendifinisikan tentang produksi, antara lain 1. Pengertian produksi adalah suatu proses pengubahan

Lebih terperinci

Dalam menjalankan proses ini permasalahan yang dihadapi adalah tidak adanya informasi tentang prediksi kebutuhan material yang diperlukan oleh produks

Dalam menjalankan proses ini permasalahan yang dihadapi adalah tidak adanya informasi tentang prediksi kebutuhan material yang diperlukan oleh produks BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Permasalahan Umum PT. Sinar Inti Electrindo Raya adalah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur, pemasaran panel Tegangan Menengah (TM) dan panel Tegangan Rendah (TR).Dalam

Lebih terperinci

BAB III. METODE SIMPLEKS

BAB III. METODE SIMPLEKS BAB III. METODE SIMPLEKS 3.1. PENGANTAR Metode grafik tidak dapat menyelesaikan persoalan linear program yang memilki variabel keputusan yang cukup besar atau lebih dari dua, maka untuk menyelesaikannya

Lebih terperinci