BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
II LANDASAN TEORI. Contoh. Ditinjau dari sistem yang didefinisikan oleh:

III. PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK

Transformasi Laplace Peninjauan kembali variabel kompleks dan fungsi kompleks Variabel kompleks Fungsi Kompleks

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MASALAH GALAT PENJEJAKAN MINIMUM PADA SISTEM PENDULUM TERBALIK

Teori kendali. Oleh: Ari suparwanto

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO

BAB 4 MODEL RUANG KEADAAN (STATE SPACE)

BAB I PENDAHULUAN. keadaan dari suatu sistem. Dalam aplikasinya, suatu sistem kontrol memiliki tujuan

PEMODELAN STATE SPACE

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO

PENGENDALIAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN UMPAN-BALIK STATE DAN OUTPUT PUTRANTO HADI UTOMO

II. LANDASAN TEORI. Definisi 1 (Sistem Persamaan Diferensial Biasa Linear) Definisi 2 (Sistem Persamaan Diferensial Biasa Taklinear)

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK GANDA DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH REGULASI OPTIMAL HASBY ASSIDIQI

Dosen Pembimbing : Hendro Nurhadi, Dipl. Ing. Ph.D. Oleh : Bagus AR

ANALISA STEADY STATE ERROR SISTEM KONTROL LINIER INVARIANT WAKTU

1. Mahasiswa dapat mengetahui blok diagram sistem. 2. Mahasiswa dapat memodelkan sistem kendali analog

TRANSFORMASI LAPLACE

Model Matematika dari Sistem Dinamis

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. eigen dan vektor eigen, persamaan diferensial, sistem persamaan diferensial, titik

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. himpunan vektor riil dengan n komponen. Didefinisikan R + := {x R x 0}

Sifat-Sifat Sistem Pendulum Terbalik dengan Lintasan Berbentuk Lingkaran

II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan Diferensial Definisi 1 [Sistem Persamaan Diferensial Linear (SPDL)]

BAB I DASAR-DASAR PEMODELAN MATEMATIKA DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL

BAB III TRANSFORMASI MATRIKS DERET DIRICHLET HOLOMORFIK. A. Transformasi Matriks Mengawetkan Kekonvergenan

BAB II KONSEP PERANCANGAN SISTEM KONTROL. menyusun sebuah sistem untuk menghasilkan respon yang diinginkan terhadap

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi

State Space(ruang keadaan)

BAB 2 PDB Linier Order Satu 2

Bab 2 TEORI DASAR. 2.1 Model Aliran Panas

Kalkulus Variasi. Pendahuluan, Model Matematika, Keterkontrolan. Toni Bakhtiar. Departemen Matematika IPB. Februari 2014

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Persamaan Kontinuitas dan Persamaan Gerak

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. perangkat pendukung yang berupa piranti lunak dan perangkat keras. Adapun

BAB II KAJIAN TEORI. pada penulisan bab III. Materi yang diuraikan berisi tentang definisi, teorema, dan

III PEMBAHASAN. 3.1 Analisis Metode. dan (2.52) masing-masing merupakan penyelesaian dari persamaan

ANALISIS KESTABILAN SISTEM GERAK PESAWAT TERBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE NILAI EIGEN DAN ROUTH - HURWITZ (*) ABSTRAK

STABILISASI SISTEM KONTROL LINIER INVARIANT WAKTU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACKERMANN

LANDASAN TEORI. Model ini memiliki nilai kesetimbangan positif pada saat koordinat berada di titik

II. LANDASAN TEORI ( ) =

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Math Educator Nusantara (JMEN) Sifat-Sifat Sistem Pendulum Terbalik Dengan Lintasan Berbentuk Lingkaran

BAB I PENDAHULUAN. dengan ditemukannya sistem kontrol proporsional, sistem kontrol integral

II LANDASAN TEORI. dengan, 1,2,3,, menyatakan koefisien deret pangkat dan menyatakan titik pusatnya.

BAB II LANDASAN TEORI

DESAIN KONTROLER FUZZY UNTUK SISTEM GANTRY CRANE

TRANSFORMASI LAPLACE. Matematika Lanjut 2. Achmad Fahrurozi-Universitas Gunadarma

1 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

PERILAKU TEGANGAN SISTEM EKSITASI GENERATOR DENGAN METODA PENEMPATAN KUTUB DALAM DOMAIN WAKTU

BAB II LANDASAN TEORI

IDENTIFIKASI KONDISI KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SISTEM KENDALI

Transformasi Laplace

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN

Desain PI Controller menggunakan Ziegler Nichols Tuning pada Proses Nonlinier Multivariabel

Diferensial Vektor. (Pertemuan III) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Bab 3 MODEL DAN ANALISIS MATEMATIKA

I. PENDAHULUAN. dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk. ke dalam sungai dan langsung tercampur dengan air sungai.

Analisis Reduksi Model pada Sistem Linier Waktu Diskrit

SISTEM DINAMIK KONTINU LINEAR. Oleh: 1. Meirdania Fitri T 2. Siti Khairun Nisa 3. Grahani Ayu Deca F. 4. Fira Fitriah 5.

BAB II LANDASAN TEORI

Pengantar Metode Perturbasi Bab 1. Pendahuluan

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK

BAB II LANDASAN TEORI. dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta

Variabel Banyak Bernilai Real 1 / 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Model Matematis, Sistem Dinamis dan Sistem Kendali

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bil Riil. Bil Irasional. Bil Bulat - Bil Bulat 0 Bil Bulat + maka bentuk umum bilangan kompleks adalah

Invers Transformasi Laplace

MODUL PEMBELAJARAN ANALISIS VARIABEL KOMPLEKS 2/22/2012 IKIP BUDI UTOMO MALANG ALFIANI ATHMA PUTRI ROSYADI

BAB II KAJIAN TEORI. dinamik, sistem linear, sistem nonlinear, titik ekuilibrium, analisis kestabilan

Pengantar Gelombang Nonlinier 1. Ekspansi Asimtotik. Mahdhivan Syafwan Jurusan Matematika FMIPA Universitas Andalas

MODUL MATEMATIKA II. Oleh: Dr. Eng. LILYA SUSANTI

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN

Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang memuat satu atau lebih turunan fungsi yang tidak diketahui.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kestabilan model predator-prey tipe Holling II dengan faktor pemanenan.

Proceeding Tugas Akhir-Januari

Pemodelan Sistem Dinamik. Desmas A Patriawan.

SISTEM KENDALI OTOMATIS Analisa Respon Sistem

BAB 3 SISTEM DINAMIK ORDE SATU

, ω, L dan C adalah riil, tunjukkanlah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. representasi pemodelan matematika disebut sebagai model matematika. Interpretasi Solusi. Bandingkan Data

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. ekuilibrium bebas penyakit beserta analisis kestabilannya. Selanjutnya dilakukan

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem dinamik adalah sistem yang berubah dari waktu ke waktu (Farlow,et al.,

BAB II LANDASAN TEORI

PDP linear orde 2 Agus Yodi Gunawan

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab Landasan Teori ini akan dibahas mengenai definisi-definisi, dan

2.1 Pelinieran Model Matematik dengan Ekspansi Deret Taylor

III PEMBAHASAN. (3.3) disubstitusikan ke dalam sistem koordinat silinder yang ditinjau pada persamaan (2.4), maka diperoleh

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

SISTEM KENDALI POSISI MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam

Persamaan Diferensial Biasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (b) Variabel independen yang biasanya dinyatakan dengan simbol

Integral yang berhubungan dengan kepentingan fisika

BABAK PENYISIHAN SELEKSI TINGKAT PROVINSI BIDANG KOMPETISI

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem Pendulum Terbalik Dalam penelitian ini diperhatikan sistem pendulum terbalik seperti pada Gambar di mana sebuah pendulum terbalik dimuat dalam motor yang bisa digerakkan. Diasumsikan motor bergerak dalam satu dimensi, yaitu maju atau mundur dalam satu garis lurus, sedangkan pendulum diasumsikan hanya bergerak dalam bidang vertikal yang datar. Gambar : Sistem Pendulum Terbalik dengan Lintasan Datar Berat motor dinotasikan dengan M dan berat pendulum dengan m, satuannya dalam kilogram. Panjang pendulum dilambangkan dengan l dan satuannya dalam meter. Pendulum diasumsikan seragam (uniform) sehingga inersianya diberikan oleh I = 3 ml. Diasumsikan friksi antara pendulum dengan motor sebesar dan friksi antara motor dengan lintasan sebesar. Diasumsikan bahwa sudut yang dibentuk oleh pendulum adalah cukup kecil. Persamaan gerak antara input kendali u, yang merupakan gaya yang bekerja pada motor, dengan posisi motor terhadap titik awal dan sudut pendulum diberikan oleh persamaan-persamaan berikut : ( M m) ml u (.) 4 ml ml mgl 0 (.) 3

4. Tranformasi Laplace Transformasi Laplace adalah suatu metode operasional yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persamaan diferensial linear. Dengan menggunakan transformasi Laplace, persamaan diferensial linear dapat diubah ke dalam persamaan aljabar dalam peubah kompleks. Definisi. Transformasi Laplace dari fungsi f(t) adalah f(t) f(t) s 0 st e f t dt F s fungsi waktu t peubah kompleks simbol operasi yang mengidikasikan bahwa persamaan st diubah dengan menggunakan integral Laplace e f ( t) dt 0 F(s) transformasi Laplace dari f(t), dengan syarat f t kontinu bagian demi bagian pada t 0 dan berorde eksponensial saat t menuju takhingga, yaitu ada konstanta real t positif sedemikian sehingga lim e f t 0 (Ogata 990). Sifat sifat transformasi Laplace : Misalkan f t F s dan g t G s, maka:. Sifat penjumlahan f ( t) g( t) F( s) G( s). Sifat perkalian Jika a R, maka: af(t) a F(s) 3. Sifat turunan pertama df t sf s f 0 dt 4. Sifat turunan kedua d f t ( ) dt s F s f sf ( ) (0) (0) t

5 5. Sifat eksponensial at e s a Bukti dari sifat-sifat di atas dapat dilihat di Lampiran..3 Deret Taylor Suatu sistem taklinear dapat dilinear mengasumsikan variabel kesetimbangannya. menggunakan deret Taylor dengan mengalami deviasi yang kecil terhadap titik Definisi. Deret Taylor Satu Peubah Andaikan f dan semua turunannya, f ', f '', f ''',, kontinu di dalam selang [a,b]. Misalkan 0 [ a, b ], maka untuk nilai-nilai di sekitar 0 dan 0 [ a, b ], f() dapat diekspansi ke dalam deret Taylor sebagai berikut (Ogata 990): m ( 0 ) ( 0) ( 0) ( m) f ( ) f ( 0 ) f '( 0) f ''( 0)... f ( 0)...!! m!. Definisi 3. Deret Taylor Dua Peubah Deret Taylor dua peubah merupakan fungsi dari dua buah masukan dan. Sehingga nilai dan di sekitar dan merupakan deret Taylor dua peubah sebagai berikut (Ogata 990): f f f (, ) f (, ) ( ) ( )! f f f ( ) ( )( ) ( )... di mana turunan-turunan parsialnya dihitung pada,. Di sekitar titik kerja normal, bentuk-bentuk orde tinggi dapat diabaikan. Model matematika linear dari sistem taklinear ini di sekitar kondisi kerja normal selanjutnya diberikan oleh f (, ) f (, ) K( ) K ( ) di mana

6 K f,, K f,..4 Persamaan Ruang Keadaan Bentuk standar persamaan ruang keadaan merupakan bentuk persamaan diferensial biasa berorde satu berdimensi n, dan persamaan keluaran (out put) dengan dimensi m, didefenesikan sebagai berikut (Ogata 990): Defnisi 4. Diberikan sistem persamaan ruang keadaan dan persamaan keluaran berturut-turut sebagai berikut: t f, u, t, (.3) y t g, u, t. (.4) Jika vektor fungsi f, g bergantung terhadap peubah t, maka persamaan (.3) dan (.4) disebut sistem parameter-berubah (time-varying). Jika sistem tersebut dilinierkan, maka persamaan linear ruang keadaan dan persamaan keluarannya dapat ditulis sebagai berikut: t A t t B t u t, (.5) y t C t t D t u t, (.6) dengan A t, B t, C t, D t merupakan matriks-matriks yang bergantung pada peubah t, sedangkan adalah vektor peubah keadaan (variable state) dan y adalah keluaran (output)sistem serta u merupakan input kendali. Jika vektor fungsi f, g tidak bergantung terhadap peubah t, maka persamaan (.3) dan (.4) disebut sistem parameter-konstan (time-invariant). Di dalam kasus ini persamaan (.3) dan (.4) dituliskan sebagai berikut: t f, u, y t g, u. Jika sistem tersebut dilinearkan,maka persamaan linear ruang keadaan dan persamaan keluarannya adalah: ( t) A( t) Bu( t ), (.7) y( t) C( t) Du( t ), (.8)

7 dengan A,B,C,D adalah matriks-matriks bernilai real, adalah vektor peubah keadaan (state variable), y adalah keluaran (output) sistem, dan u adalah input kendali. Sistem pada persamaan (.7) dan (.8) dapat ditulis dalam bentuk n n n m r n A, B, C, D, untuk A R, B R, C R, dan D R r m.5 Fungsi Transfer Fungsi transfer adalah suatu fungsi yang menghubungkan antara output sistem dengan input sistem. Hasil transformasi Laplace dari (.7) dan (.8) adalah: sx(s) = AX(s) + BU(s), Y (s) = CX(s) + DU(s). Dengan demikian diperoleh fungsi transfer: Y ( s) ( ) ( ) U ( s) P s C si A B D (.9) Selanjutnya, interaksi antara u dan y dapat diungkapkan melalui diagram blok seperti pada Gambar. Gambar : Diagram blok hubungan antara input dan output..6 Pole dan Zero Dari fungsi transfer seperti pada persamaan (.9) dapat dituliskan dalam bentuk fungsi rasional sebagai berikut: P( s) m N ( s) bm s b s... b s b n D( s) s a s... a s a m m 0 n n 0, (.0) dengan pembilang N(s) dan penyebut D(s) adalah koprima. Pole dari sistem P didefinisikan sebagai akar dari persamaan D(s) = 0. Zero dari sistem P

8 didefinisikan sebagai akar dari persamaan N(s) = 0. Jika n > m maka sistem P memiliki sejumlah zero di takhingga. Misalkan p dan z berturut-turut adalah pole dan zero dari P s, pole p disebut sebagai pole takstabil jika Re p 0, selain itu disebut pole stabil. Zero z disebut sebagai non minimum phase zero Re z 0, selain itu disebut zero stabil. Dapat dilihat bahwa dari persamaan (.) dan (.) dapat diperoleh dengan P ( s) : P ( s) : ( ) 4 3 3 X s s ml s gml 3 U ( s) s( a3s as as a 0), (.) ( s) 3mls 3 U ( s) a s a s a s a, (.) a3 ml (4 M m), a M m ml, 3 ( ) 4 a 3 3 mgl( M m), a0 3 mgl. 3 0 Di sini P ( s) merupakan fungsi transfer antara input kendali u dengan posisi motor dan P ( s) merupakan fungsi transfer antara input kendali u dengan posisi sudut pendulum. Jika diasumsikan tidak ada friksi antara motor dan pendulum serta tidak ada friksi antara motor dan lintasan, yaitu 0, maka P ( s) dan P ( s) pole takstabil di memiliki p 3 g( M m) l(4 M m) (.3) dan P ( s) memiliki zero takstabil di z 3 g, z 4l. (.4) Penurunan pole dan zero sistem pendulum terbalik dengan lintasan datar secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran.

9.7 Kestabilan Definisi 3 Sistem = (A,B,C,D) seperti pada (.7) dan (.8) dikatakan. stabil jika lim sup ( t) untuk setiap solusi (t) dari persamaan ( t) A t ;. stabil asimtotik jika lim sup ( t) 0 untuk setiap solusi (t) dari persamaan ( t) A( t); 3. takstabil jika ia tidak stabil. sistem Dapat dilihat bahwa kestabilan tidak terkait dengan bagian manapun dari selain dengan matriks A. Oleh karena itu, kestabilan dapat ditentukan dari spektrum matriks A (Lewis 004). Teorema Diberikan sistem = (A,B,C,D) dengan A matriks berukuran n n yang memiliki akarciri,,..., n. Pernyatataan-pernyataan berikut berlaku:. Sistem stabil jika dan hanya jika Re 0 i untuk semua i =,...,n. Sistem stabil asimtotik jika dan hanya jika Re 0 i untuk semua i =,,, n. 3. Sistem takstabil jika dan hanya jika Re 0 i untuk suatu i =,,...,n (Lewis 004). Bukti: lihat Lampiran 3. Teorema Diberikan sistem P(s) yang memiliki pole p, p,..., pn Pernyataan-pernyataan berikut berlaku:. Sistem P(s) stabil jika dan hanya jika Re pi 0 untuk semua i =,...,n.. Sistem P(s) stabil asimtotik jika dan hanya jika Re pi < 0 untuk semua i =,...,n 3. Sistem P(s) takstabil jika dan hanya jika Re pi > 0 untuk suatu i =,..., n (Lewis 004)

0 Bukti: lihat Lampiran 4..8 Sistem Umpanbalik Istilah umpanbalik digunakan untuk menjelaskan sebuah situasi di mana dua atau lebih sistem dinamik saling terhubung sedemikian sehingga setiap sistem mempengaruhi sistem lainnya. Umpanbalik memiliki banyak sifat menarik. Salah satunya adalah mampu membuat sistem taksensitif terhadap usikan dari luar. Gambar 3: Sistem pengendalian dengan umpanbalik. Sistem umpanbalik paling sederhana melibatkan tiga komponen, yaitu plant atau sistem P yang akan dikendalikan, controller atau pengendali K yang harus didesain sehingga menghasilkan input kendali tertentu, dan sensor F yang mencatat output sistem sebagai umpanbalik. Pada Gambar 3, r merupakan fungsi referensi bagi peubah yang akan dikendalikan, e merupakan galat (error) antara input referensi dan output sistem, yaitu e r Fy, dan d merupakan usikan yang bersifat eksogen. Masalah utama dalam sistem umpanbalik adalah mendesain pengendali K sedemikian sehingga sistem menjadi stabil. Bentuk paling sederhana bagi umpanbalik u adalah u K, (.5) yaitu u merupakan kombinasi linear dari peubah keadaan. Dengan menyubstitusikan (.5) ke (.3) diperoleh ( A BK). Dengan demikian K dipilih sehingga A BK memiliki akarciri seperti yang diinginkan. Masalah ini dikenal sebagai pole placement. Jika state tidak tersedia maka dipilih umpanbalik u sebagai kombinasi linear dari output y, yaitu u Ky, (.6) sehingga diperoleh ( A BK( I DK) C) (.7)

.9 Masalah Tracking Error Perhatikan sistem umpanbalik seperti pada Gambar 4 di mana ditetapkan d(t) = 0, F(s) =, dan r merupakan fungsi tangga satuan (step function), yaitu :, t 0 r( t) (.8) 0, t 0. Gambar 4: Sistem pengendalian dengan umpanbalik pada masalah tracking error. Masalah tracking error bertujuan untuk mendesain pengendali K yang menstabilkan sistem dan sekaligus meminimumkan tracking error, yaitu: J : e( t) dt [ r( t) y( t)] dt (.9) 0 0 Dalam karya ilmiah ini, yang menjadi pokok perhatian bukanlah pada pendesainan pengendali optimal yaitu * K melainkan pada ekspresi analitik pada J, J inf J. Ekspresi analitik dari J diberikan di (Chen et al. 003). K