TINJAUAN LITERATUR. berlangsung terus-menerus. Serangkaian peristiwa tersebut dinamakan siklus

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN LITERATUR. Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau,

TINJAUAN LITERATUR. tiada hentinya. Daur hidrologi dimulai sejak adanya panas matahari yang

TINJAUAN LITERATUR. menjadi uap air yang mengembun kembali menjadi air yang berlangsung terusmenerus

ANALISIS KURVA IDF (INTENSITY-DURATION-FREQUENCY) DAS GAJAHWONG YOGYAKARTA

Kuliah : Rekayasa Hidrologi II TA : Genap 2015/2016 Dosen : 1. Novrianti.,MT. Novrianti.,MT_Rekayasa Hidrologi II 1

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

ANALISIS INTENSITAS HUJAN DI STASIUN KALIBAWANG KABUPATEN KULONPROGO

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI DAN PERHITUNGANNYA

Sub Kompetensi REKAYASA HIDROLOGI I PERENCANAAN. Novitasari,ST.,MT. Pengenalan dan pemahaman analisis frekuensi

REKAYASA HIDROLOGI I PERENCANAAN BANJIR RANCANGAN

PERENCANAAN BENDUNGAN PAMUTIH KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

1 % n. m dt. Tahun ke - Tahun ke - Seri Data X 1, X 2, X 3, X 4, X 5,, X n Seri Data X 1, X 2, X 3,, X n. X 3 Ambang X 1 X 2

KAJIAN METODE EMPIRIS UNTUK MENGHITUNG DEBIT BANJIR SUNGAI NEGARA DI RUAS KECAMATAN SUNGAI PANDAN (ALABIO)

KURVA INTENSITAS DURASI FREKUENSI (IDF) PERSAMAAN MONONOBE DI KABUPATEN SLEMAN

Pedahulua Hipotesis: asumsi atau dugaa semetara megeai sesuatu hal. Ditutut utuk dilakuka pegeceka kebearaya. Jika asumsi atau dugaa dikhususka megeai

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Sta Kalibaku ng (mm/thn ) CH Wilayah (X) (mm/th n) 138, ,00 176, ,33 181,00 188, , , , ,00 135,66 133,00

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Dalam merencanakan bangunan air, analisis awal yang perlu ditinjau adalah

ANALISA KAPASITAS SALURAN PRIMER TERHADAP PENGENDALIAN BANJIR (Studi Kasus Sistem Drainase Kota Langsa)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di alam kita ini. Meliputi berbagai bentuk air, yang menyangkut

ANALISA FREKUENSI CURAH HUJAN TERHADAP KEMAMPUAN DRAINASE PEMUKIMAN DI KECAMATAN KANDIS

ANALISIS DEBIT BANJIR SUNGAI RANOYAPO MENGGUNAKAN METODE HSS GAMA-I DAN HSS LIMANTARA

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN. Perumusan - Sasaran - Tujuan. Pengidentifikasian dan orientasi - Masalah.

KONTRIBUSI WADUK PEUDADA TERHADAP KEBUTUHAN AIR KABUPATEN BIREUEN

REGRESI LINIER DAN KORELASI. Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yang mudah didapat atau tersedia. Dapat dinyatakan

Pendugaan Selang: Metode Pivotal Langkah-langkahnya 1. Andaikan X1, X

2 BAB 2. Adapun langkah-langkah dalam analisis hidrologi adalah sebagai berikut : Menentukan luas Daerah Aliran Sungai (DAS) dan hujan kawasan.

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA

IV. METODE PENELITIAN

BAB 3 ENTROPI DARI BEBERAPA DISTRIBUSI

Bab III Metoda Taguchi

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

BAB II STUDI PUSTAKA II-1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGUJIAN HIPOTESIS. Atau. Pengujian hipotesis uji dua pihak:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

BAB III METODE PENELITIAN

Mata Kuliah: Statistik Inferensial

ANALISIS CURAH HUJAN WILAYAH

MODUL 8 PERENCANAAN BANJIR

Pertemuan Ke-11. Teknik Analisis Komparasi (t-test)_m. Jainuri, M.Pd

BAB VIII MASALAH ESTIMASI SATU DAN DUA SAMPEL

ANALISIS DEBIT DAN TINGGI MUKA AIR SUNGAI PANIKI DI KAWASAN HOLLAND VILLAGE

STATISTICS. Hanung N. Prasetyo Week 11 TELKOM POLTECH/HANUNG NP

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

PERENCANAAN SALURAN DRAINASE (Studi Kasus Desa Rambah)

STUDI PERBANDINGAN HIDROGRAF SATUAN SINTETIK PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI RANOYAPO

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bukit yang mengalirkan air dari hulu sampai ke hilir (Effendi, 2012).

BAB II DASAR TEORI. Sumber: Stream Coridor Restoration. Universitas Indonesia. Kaji ulang sistem..., Sylvia Yuniar, FT UI, 2008

REGRESI DAN KORELASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

Bab 3 Metode Interpolasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian

BAB II LANDASAN TEORI. matematika secara numerik dan menggunakan alat bantu komputer, yaitu:

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

MANAJEMEN RISIKO INVESTASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 7 MOMEN, KEMIRINGAN DAN KERUNCINGAN

BAB III METODE PENELITIAN

REGRESI DAN KORELASI SEDERHANA

3 BAB III TINJAUAN PUSTAKA

kesimpulan yang didapat.

III. METODOLOGI PENELITIAN. diinginkan. Menurut Arikunto (1991 : 3) penelitian eksperimen adalah suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam tugas akhir ini akan dibahas mengenai penaksiran besarnya

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Muhammadiyah 1 Natar Lampung Selatan.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yaitu PT. Sinar Gorontalo Berlian Motor, Jl. H. B Yassin no 28

PERENCANAAN NORMALISASI KALI DELUWANG BAGIAN HILIR SITUBONDO

BAB 2 LANDASAN TEORI

METODE PENELITIAN. dalam tujuh kelas dimana tingkat kemampuan belajar matematika siswa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. deskriptif kuantitatif bertujuan untuk menjelaskan hasil penelitian yang disajikan

III. METODELOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Hipotesis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. Debit rencana adalah besarnya debit pada periode ulang tertentu yang

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB VII RANDOM VARIATE DISTRIBUSI DISKRET

TEORI PENAKSIRAN. Bab 8. A. Pendahuluan. Kompetensi Mampu menjelaskan dan menganalisis teori penaksiran

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis regresi menjadi salah satu bagian statistika yang paling banyak aplikasinya.

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kawasan Pantai Anyer, Kabupaten Serang

Distribusi Pendekatan (Limiting Distributions)

Mata Kuliah : Matematika Diskrit Program Studi : Teknik Informatika Minggu ke : 4

BAB 2 LANDASAN TEORI. Statistika merupakan salah satu cabang penegtahuan yang paling banyak mendapatkan

ANALISIS DEBIT BANJIR DAN TINGGI MUKA AIR BANJIR SUNGAI SARIO DI TITIK KAWASAN CITRALAND

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Pengumpulan Data Pembuatan plot contoh

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri I

SEBARAN t dan SEBARAN F

Transkripsi:

TINJAUAN LITERATUR Siklus Hidrologi Secara keseluruha jumlah air di plaet bumi relatif tetap dari masa ke masa. Air di bumi megalami suatu siklus melalui seragkaia peristiwa yag berlagsug terus-meerus. Seragkaia peristiwa tersebut diamaka siklus hidrologi seperti diperlihatka pada Gambar 1. Pada siklus hidrologi DAS mejelaska bahwa air huja lagsug sampai ke permukaa taah utuk kemudia terbagi mejadi air laria, evaporasi, da air ifiltrasi, yag kemudia aka megalir ke sugai sebagai debit alira. Gambar 1. Siklus Hidrologi Karea siklus hidrologi merupaka suatu sistem tertutup, maka air yag masuk selalu sama dega yag keluar. Hal ii dikeal dega istilah eraca air (Soemarto,1987)

Daerah Alira Sugai (DAS) Daerah Alira Sugai (DAS) adalah daerah yag dibatasi puggugpuggug guug dimaa air huja yag jatuh pada daerah tersebut aka ditampug oleh puggug guug tersebut da dialirka melalui sugai-sugai kecil kesugai utama. Daerah Alira sugai biasaya dibagi mejadi daerah hulu, tegah da Hilir. Daerah hulu DAS dicirika oleh hal-hal sebagai berikut: merupaka daerah koservasi, mempuyai kerapata draiase lebih tiggi, merupaka daerah dega kemiriga lereg besar, buka merupaka daerah bajir. Semetara daerah hilir DAS dicirika oleh hal-hal sebagai berikut: merupaka daerah pemafaata, kerapata draiase lebih kecil da merupaka dega kemiriga lereg kecil. Daerah Alira Sugai bagia tegah merupaka daerah trasisi dari kedua keadaa DAS yag berbeda tersebut (Asdak, 1995) DAS disebut juga sebagai watershed atau catchmet area. DAS ada yag kecil da ada juga yag sagat luas. DAS yag sagat luas bisa terdiri dari beberapa sub DAS da sub DAS dapat terdiri dari beberapa sub-sub DAS, tergatug bayakya aak sugai dari cabag sugai yag ada, yag merupaka bagia dari suatu sistem sugai utama. Kodisi suatu DAS diaggap mulai tergaggu apabila koefisie air laria cederug terus aik dari tahu ke tahu, isbah debit air maksimum da miimum cederug terus aik dari tahu ke tahu,da tiggi permukaa air taah berfluktuasi secara ekstrim (Asdak, 1995) Suatu kegiata pegelolaa DAS dipatau da dievaluasi, utuk megetahui sejauh maa dampak positif dari kegiata tersebut. Secara hidrologis, suatu pegelolaa DAS dapat dikataka telah memberika dampak positif apabila

parameter-parameter hidrologi yag diamati pada keluara dari suatu DAS meujukka kecederuga sebagai berikut: 1. Perbadiga atara debit maksimum bula da debit miimum bula dalam satu tahu, meujukka kecederuga meuru. 2. Usur utama hidrograf alira sugai meujukka : Waktu mecapai pucak semaki lama, Waktu dasar semaki pajag, Debit pucak meuru. 3. Volume alira dasar da koefisie resesi semaki meigkat. 4. Koefisie limpasa sesaat da tahua meuru. 5. Muata sedime yag merupaka jumlah seluruh muata yag terdiri dari muata dasar, muata suspesi, da padata terlarut meujukka kecederuga meuru. 6. Kaduga usur kimia da hara di dalam peraira sugai yag merupaka hasil proses biogeokimia di dalam DAS meujukka keceduruga meuru. ( Yayat, dkk., 2003) Meurut Sosrodarsoo da Takeda (2003), berdasarka perbedaa debit bajir yag terjadi, betuk DAS dapat dibedaka mejadi tiga betuk, yaitu : 1. Bulu burug Suatu daerah pegalira yag mempuyai jalar daerah di kiri kaa sugai utama dima aak-aak sugai megalir ke sugai utama. Daerah pegalira

demikia mempuyai debit bajir yag Cecil, oleh karea waktu tiba bajir dari aak-aak sugai itu berbeda-beda.sebalikya bajirya berlagsug agak lama. 2. Radial Daerah pegalira yag berbetuk kipas atau ligkara da dimaa aakaak sugaiya megkosetrasi ke suatu titik secara radial. Daerah pegalira semacam ii mempuyai bajir yag besar di dekat titik pertemua aak-aak sugai. 3. Pararel Daerah pegalira seperti mempuyai corak dima dua jalur daerah pegalira yag bersatu dibagia hilir. Bajir itu terjadi di sebelah hilir titik pertemua sugai. Pegelolaa Daerah Alira Sugai (DAS) dimaksudka utuk mewujudka keseimbaga atara sumber daya alam dega mausia da segala aktivitas da segala aktivitasya sehigga dapat diharapka adaya kodisi tata air yag optimal, baik kualitas, kuatitas maupu distribusiya serta terkedaliya erosi pada tigkat yag diaggap ama atau diperkeaka (Asdak C., 2002) Dalam kaitaya dega pegelolaa DAS, terutama huta, di daerah hulu serta pegaruh yag ditimbulkaya di daerah hilir adalah bajir. Bajir adalah alira/geaga air yag meimbulka kerugia ekoomi atau bahka meyebabka kehilaga jiwa (Asdak, C., 1995) Alira/geaga air ii dapat terjadi karea adaya luapa-luapa pada daerah di kaa atau kiri sugai/salura akibat alur sugai tidak memiliki kapasitas yag cukup bagi debit alira yag lewat (Sudjarwadi, 1987).

Fugsi utama dari DAS adalah sebagai pemasok air dega kuatitas da kualitas yag baik terutama di daerah hilir. Alih gua laha huta mejadi laha pertaia aka mempegaruhi kuatitas da kualitas tata air pada daerah alira sugai (DAS) yag aka lebih dirasaka oleh masyarakat di daerah hilir. Persepsi umum yag berkembag pada saat ii, koversi huta mejadi laha pertaia megakibatka peurua fugsi huta dalam megatur tata air, mecegah bajir, logsor da erosi pada DAS tersebut. (Va Noordwijk et al., 2003) Peetua Huja Maksimum Cara yag harus seharusya ditempuh utuk medapatka huja maksimum haria rata-rata DAS adalah sebagai berikut : Cari huja maksimum haria tiap tahu (dalam hal ii mulai tahu 1985) di salah satu pos huja. Cari besarya curah huja pada taggal-bula-tahu yag sama utuk pos huja yag lai. Hitug huja DAS dega salah satu cara yag dipilih (dalam hal ii dipakai Poligo Thiesse). Kegiata ii diulag utuk stasiu yag lai. Dari hasil ratarata yag diperoleh (sesuai dega jumlah pos huja) dipilih yag tertiggi setiap tahu. Data huja yag terpilih setiap tahu merupaka huja maksimum haria DAS utuk tahu yag baersagkuta. (Suripi, 2004) Aalisis Frekuesi Pada umumya, becaa bajir disebabka karea alam itu sediri seperti curah huja yag tiggi dalam durasi yag lama. Dalam proses pegalihragama huja mejadi alira ada beberapa sifat huja yag petig utuk diperhatika,

atara lai adalah itesitas huja (I), lama waktu huja (t), kedalama huja (d), frekuesi (f) da luas daerah pegaruh huja (A). Kompoe huja dega sifatsifatya ii dapat diaalisis berupa huja titik maupu huja rata-rata yag meliputi luas daerah tagkapa (catchmet area) yag kecil sampai yag besar Aalisis hubuga dua parameter huja yag petig berupa itesitas da durasi dapat dihubugka secara statistik dega frekuesi kejadia (Soemarto, 1987). Sistem hidrologi kadag-kadag dipegaruhi oleh peristiwa-peristiwa luar biasa (ekstrim), seperti huja lebat, bajir, da kekeriga. Aalisis frekuesi adalah suatu aalisa data hidrologi dega megguaka statistika yag bertujua utuk memprediksi suatu besara huja atau debit dega masa ulag tertetu. Frekuesi huja adalah besarya kemugkia suatu besara huja disamai atau dilampaui. Sebalikya, kala ulag (retur period) diartika sebagai waktu dimaa huja atau debit dega suatu besara tertetu aka disamai atau dilampaui sekali dalam jagka waktu tersebut. Dalam hal ii tidak berarti bahwa selama jagka waktu ulag tersebut (misalya T tahu) haya sekali kejadia yag meyamai atau melampaui, tetapi merupaka perkiraa bahwa huja ataupu debit tersebut aka disamai atau dilampaui K kali dalam jagka pajag L tahu, dimaa K/L kira-kira sama dega 1/T (Sri Harto, 1993). Dalam aalisis frekuesi, hasil yag diperoleh tergatug pada kualitas da pajag data. Maki pedek data yag tersedia, maki besar peyimpaga yag terjadi. Meurut Soemarto (1987), dalam ilmu statistik dikeal beberapa macam distribusi da empat jeis distribusi yag umum diguaka dalam bidag hidrologi adalah :

1. Distribusi Normal 2. Distribusi Log Normal 3. Distribusi Log-Pearso Type III da 4. Distribusi Gumbel Dalam statistik dikeal beberapa parameter yag berkaita dega aalisis data yag meliputi : Tabel 1. Parameter Statistik Aalisis Frekuesi Parameter Rata-rata Simpaga baku Koefisie variasi X = 1 i=1 X i Sampel 1 s = ( X X ) Cv = x s 1 i 1 i 2 1/ 2 Koefisie skewess Koefisie kurtosis Sumber: Sigh, 1992. Cs = Ck = i= 1 ( X X ) ( 1)( 2) s 3 2 i i= 1 3 ( X X) ( 1)( 2)( 3) s 4 i 4 Distribusi Normal Distribusi ormal atau kurva ormal disebut pola distribusi Gauss. Distribusi ii mempuyai probability desity fuctio sebagai berikut: 2 1 ( x µ ) P '( X ) = exp 2..... (1) σ 2π 2σ

dimaa: P (X) = fugsi desitas peluag ormal (ordiat kurva ormal) X = Variabel acak kotiu µ = Rata-rata ilai X σ = Simpaga baku dari X (Suripi, 2004). Aalisis kurva ormal cukup megguaka parameter statistik µ da σ. Betuk kurvaya simetris terhadap X = µ, da grafikya selalu di atas sumbu datar X serta medekati sumbu datar X da di mulai dari X = µ + 3σ da X = µ - 3σ, ilai mea = media = modus. Luas 68,27% Luas 96, 45 % Luas 99,73 % 3σ 2σ σ x σ 2σ 3σ Gambar 2. Kurva distribusi frekuesi ormal Dari gambar diatas dapat ditarik kesimpula bahwa : 1) Kira-kira 68,27 % terletak di daerah satu deviasi stadart sekitar ilai rata-rataya yaitu atara ( µ - σ ) da ( µ +σ ). 2) Kira-kira 95,45 % terletak di daerah dua deviasi stadart sekitar ilai rata-rataya yaitu atara ( µ - 2σ ) da ( µ + 2σ ). 3) Kira-kira 99,73 % terletak di daerah tiga deviasi stadart sekitar ilai rata-rataya yaitu atara ( µ - 3σ ) da ( µ + 3σ ). (Surupi, 2004). Rumus yag umum diguaka utuk distribusi ormal adalah:

X T = X + K T.s.. (2) di maa: X T = Perkiraa ilai yag diharapka terjadi dega periode ulag T-tahua X = Nilai rata-rata hitug sampel s = Deviasi stadard ilai sampel K T = Faktor frekuesi, merupaka fugsi dari peluag atau yag diguaka periode ulag da tipe model matematik distribusi peluag yag diguaka utuk aalisis peluag. (Suripi, 2004). Meurut Jayadi (2000), sifat khas lai yaitu ilai asimetris (koefisie skewess) hampir sama dega ol da dega kurtosis 3 selai itu kemugkia: P ( x σ ) = 15,87% P ( x ) = 50% P ( ) = 84,14% x + σ Distribusi Gumbel Meurut Chow (1964), rumus umum yag diguaka dalam metode Gumbel adalah sebagai berikut: X = X + s. K... (3) Dega : X = ilai rata-rata atau mea; s = stadard deviasi berikut ii: Faktor frekuesi K utuk ilai-ilai ekstrim Gumbel ditulis dega rumus

K Y Y Tr =... (4) S dimaa : Y S = reduced mea yag tergatug jumlah sampel/data = reduced stadard deviatio yag juga tergatug pada jumlah sampel/data T r Y Tr = Fugsi waktu balik (tahu) = reduced variate yag dapat dihitug dega persamaa berikut: Y Tr = -I Tr 1 I... (5) Tr Ciri khas statistik distribusi Gumbel adalah ilai asimetris (koefisie skewess) sama dega 1,396 da dega kurtosis (Ck) = 5,4002. (Wilso, 1972). Distribusi Log Normal Jika variabel acak Y = Log x terdistribusi secara ormal, maka x dikataka megikuti distribusi Log Normal. Ii dapat diyataka dega model matematik dega persamaa : dimaa: Y T = Y + K T S. (6) Y T = Perkiraa ilai yag diharapka terjadi dega periode ulag T- tahua Y S = Nilai rata-rata hitug sampel = Stadard deviasi ilai sampel K T = Faktor frekuesi, merupaka fugsi dari peluag atau yag diguaka

(Sigh, 1992) periode ulag da tipe model metematik distribusi peluag yag diguaka utuk aalisis peluag. Meurut Jayadi (2000), ciri khas statistik distribusi Log Normal adalah ilai asimetris (koefisie skewess) sama dega tiga kali ilai koefisie variasi (Cv) atau bertada positif. Distribusi Log Pearso Type III Parameter petig dalam Log Pearso Type III yaitu harga rata-rata, simpaga baku da koefisie kemecega. Jika koefisie kemecega sama dega ol maka distribusi kembali ke distribusi Log Normal (Suripi, 2004). Lagkah-lagkah pegguaa distribusi Log Pearso Type III adalah sebagai berikut. 1. Ubah data ke dalam betuk logaritmis, X = log X. 2. Hitug harga rata-rata: Log X = 1 i= 1 log X i... (7) 3. Hitug harga simpaga baku: 1 s = ( log X log X ) 1 = i 1 i 4. Hitug koefisie kemecega: 2 1/ 2... (8) Cs = i= 1 ( log X log X ) ( 1)( 2) s 3 i 3... (9)

5. Hitug logaritma huja dega periode ulag T: Log X T = log X + K.s... (10) (Lisley, et al, 1975). Meurut Jayadi (2000), ciri khas statistik distribusi Log Pearso Type III adalah: 1. Jika tidak meujukka sifat-sifat seperti ketiga distribusi diatas 2. Garis teoritis probabilitasya berupa garis legkug. Ada dua cara utuk megetahui ketepata distribusi probabilitas data hidrologi yaitu data yag ada diplot pada kertas probabilitas yag sudah desai khusus atau megguaka skala plot yag meliierka fugsi distribusi. Suatu garis lurus yag mempresetasika sebara data-data yag diplot kemudia ditarik sedemikia rupa berupa garis liier. Metode pegeplota data dapat dilakuka secara empiris, persamaa yag umum diguaka adalah persamaa Weibull: Tr = + 1. (11) m dimaa : m = Nomor urut (perigkat) data setelah diurutka dari besar ke kecil. = Bayakya data atau jumlah kejadia. (Soedibyo, 2003). Meurut Sri Harto (2000), meyebutka bahwa masig-masig distribusi mempuyai sifat yag khas, sehigga data curah huja harus diuji kecocokaya dega sifat statistik masig-masig distribusi tersebut. Pemiliha distribusi yag

tidak bear dapat meimbulka kesalaha perkiraa yag cukup besar, baik over estimate maupu uder estimate. Uji kecocoka Diperluka peguji parameter utuk meguji kecocoka (the goodess of fittest test) distribusi frekuesi sampel data terhadap fugsi distribusi peluag yag diperkiraka dapat meggambarka atau mewakili distribusi frekuesi tersebut. Pegujia parameter yag serig dipakai adalah Chi-Square da Smirov-Kolmogorov (Suripi, 2004). 1. Uji Chi-Square Meurut Daapriata da Setiawa (2005), pada dasarya uji ii merupaka pegeceka terhadap peyimpaga rerata data yag diaalisis berdasarka distribusi terpilih. Peyimpaga tersebut diukur dari perbedaa atara ilai probabilitas setiap varia X meurut hituga distribusi frekuesi teoritik (diharapka) da meurut hituga dega pedekata empiris. Tekik pegujiaya yaitu meguji apakah ada perbedaa yag yata atara data yag diamati dega data berdasarka hipotesis ol (H 0 ). Uji Chi-Square dimaksudka utuk meetuka apakah persamaa distribusi yag telah dipilih dapat mewakili distribusi statistik sampel data yag 2 diaalisis. Parameter X h merupaka variabel acak. Parameter X 2 yag diguaka dapat dihitug dega rumus: X h 2 = i= 1 ( Oi Ei) Ei 2... (12)

Dimaa : X h 2 G Oi Ei = parameter Chi-Square terhitug = jumlah sub kelompok = jumlah ilai pegamata pada sub kelompok i = jumlah ilai teoritis pada sub kelompok i (Suripi, 2004). Cara memberika iterpretasi terhadap Chi-Square adalah dega meetuka df atau db (derajat kebebasa). Uji ii diguaka utuk data yag variabelya tidak dipegaruhi oleh varibel lai da diasumsika bahwa sampel dipilih secara acak (Hartoo, 2004). 2. Uji Smirov-Kolmogorov Dalam statistika, uji smirov-kolmogorov dipakai utuk membedaka dua buah sebara data yaitu membedaka sebara berdasarka data hasil pegamata sebearya da populasi atau sampel yag diadaika atau diharapka. Dega kata lai, uji smirov-kolmogorov meguji apakah dua sampel idepede berasal dari populasi yag sama atau dari populasi-populasi yag memiliki distribusi yag sama. Nilai-ilai parameter populasi yag dipakai utuk meghitug frekuesi yag diharapka atau frekuesi teoritik ditaksir berdasarka ilai-ilai statistik sampel. Uji statistik ii dapat dirumuska: D = max { F 0 (x)-sn(x)}. (13) Dimaa F 0 (x) meyataka sebara frekuesi kumulatif yaitu sebara frekuesi teoritik berdasarka H 0. Utuk setiap harga x, F 0 (x) merupaka proporsi harapa yag ilaiya sama atau lebih kecil dari x. SN(x) adalah sebara frekuesi

kumulatif dari suatu sampel sebesar N pegamata. Uji ii meitikberatka pada perbedaa atara ilai selisih yag terbesar (Wikipedia, 2006). Chakravart, et al(1967), meyataka bahwa uji smirov-kolmogorov diperguaka utuk megambil keputusa jika sampel tidak diperoleh dari distribusi spesifik. Tujuaya utuk meguji perbedaa distribusi kumulatif dari variabel kotiu, sehigga merupaka test of goodess of fit. Uji smirovkolmogorov (KS-tes) mecoba utuk memutuska jika dua data berbeda secara sigifika. Meurut Daapriata da Setiawa (2005), Uji smirov-kolmogorov diguaka utuk pegujia sampai dimaa sebara data tersebut berdasarka hipotesis. Uji ii ditegaska berdasarka H 0 : data megikuti distribusi yag ditetapka, Ha: data tidak megikuti distribusi yag ditetapka. Itesitas Curah Huja Itesitas curah huja adalah jumlah huja per satua waktu. Utuk medapatka ilai itesitas huja disuatu tempat maka alat peakar huja yag diguaka harus mampu mecatat besarya volume huja da waktu mulai berlagsugya huja sampai huja tersebut berheti. Dalam hal ii alat peakar huja yag dapat dimafaatka adalah alat peakar huja otomatis. Alat peakar huja stadar juga diguaka asal waktu selama huja tersebut berlagsug diketahui (Asdak,1995). Durasi adalah lamaya suatu kejadiaa huja. Itesitas huja yag tiggi pada umumya berlagsug dega durasi pedek da meliputi daerah yag tidak sagat luas. Huja yag meliputi daerah yag luas, jarag sekali dega itesitas

yag tiggi, tetapi dapat berlagsug dega durasi cukup pajag. Kombiasi dari itesitas huja yag tiggi dega durasi yag pajag jarag terjadi, tetapi apabila terjadi berarti sejumlah besar volume air bagaika ditumpahka dari lagit (Sudjarwadi, 1987). Sri Harto (1993), meyebutka bahwa aalisis IDF memerluka aalisis frekuesi dega megguaka seri data yag diperoleh dari rekama huja. Jika tidak tersedia waktu utuk megamati besarya itesitas curah huja atau disebabka oleh karea alatya tidak ada, dapat ditempuh cara-cara empiris dega memperguaka rumus-rumus eksperimetal seperti rumus Talbot, Mooobe, Sherma da Ishgura. Besar itesitas curah huja tidak sama di segala tempat, hal ii dipegaruhi oleh topografi, durasi da frekuesi di tempat atau lokasi yag bersagkuta. Ketiga hal ii dijadika pertimbaga dalam membuat legkug IDF (IDF curve = Itesity-Duratio Frequecy Curve). Legkug IDF ii diguaka dalam meghitug debit pucak dega metode rasioal utuk meetuka itesitas curah huja rata-rata dari waktu kosetrasi yag dipilih (Sosrodarsoo da Takeda, 2003). Meurut Loebis (1992), itesitas huja (mm/jam) dapat dituruka dari data curah huja haria (mm) empiris megguaka metode mooobe, itesitas curah huja (I) dalam rumus rasioal dapat dihitug berdasarka rumus : 2 / 3 R24 24 I = (14) 24 t dimaa:

R = Curah huja racaga setempat (mm) t I = Lamaya curah huja (jam) = Itesitas curah huja (mm/jam) Waktu Kosetrasi Meurut Suripi (2004), waktu kosetrasi adalah waktu yag diperluka oleh air huja yag jatuh utuk megalir dari titik terjauh sampai ke tempat keluara DAS (titik kotrol) setelah taah mejadi jeuh. Dalam hal ii diasumsika bahwa jika durasi huja sama dega waktu kosetrasi, maka setiap bagia DAS secara seretak telah meyumbagka alira terhadap titik kotrol. Durasi huja serig dikaitka dega waktu kosetrasi sehigga sagat berpegaruh pada besarya debit yag masuk ke salura atau sugai. Jika tidak diperoleh waktu kosetrasi sama dega itesitas huja maka perlu diguaka metode rasioal yag dimodifikasi. (Suroso, 2006). Durasi huja serig dikaitka dega waktu kosetrasi sehigga sagat berpegaruh pada besarya debit yag masuk ke salura atau sugai. Jika tidak diperoleh waktu kosetrasi sama dega itesitas huja maka perlu diguaka metode rasioal yag dimodifikasi (Suroso, 2006). Salah satu metode utuk memperkiraka waktu kosetrasi adalah rumus yag dikembagka oleh Kirpich (1940) yag dapat ditulis sebagai berikut : t c = 2 0,87xL 1000 xs 0,385... (15) dimaa:

t c = Waktu kosetrasi dalam jam, L = Pajag sugai dalam Km, S = Kemiriga sugai dalam m/m. Koefisie Limpasa Koefisie limpasa adalah persetase jumlah air yag dapat melimpas melalui permukaa taah dari keseluruha air huja yag jatuh pada suatu daerah. Semaki kedap suatu permukaa taah, maka semaki tiggi ilai koefisie pegaliraya. Faktor-faktor yag mempegaruhi ilai koefisie limpasa adalah kodisi taah, laju ifiltrasi, kemiriga laha, taama peutup taah da itesitas huja. (Eripi, 2005). Pegaruh tata gua laha pada alira permukaa diyataka dalam koefisie alira permukaa (C), yaitu bilaga yag meampilka perbadiga atara besarya alira permukaa da besarya curah huja. Agka koefisie alira permukaa itu merupaka salah satu idikator utuk meetuka kodisi fisik suatu DAS. (Kodoatie da Syarief, 2005). Di Idoesia peelitia utuk meetuka ilai C masih memberika peluag yag cukup besar sesuai jeis pegguaa laha da curah huja. Tabel 2 merupaka cotoh ilai koefisie limpasa yag sesuai dega kodisi Idoesia. Pemiliha ilai C dari suatu tabel sagat subjektif. Kurag tepat memilih ilai C maka tidak bear pula debit pucak bajir yag dihitug dega metode rasioal. Setiap daerah memiliki ilai koefisie limpasa yag berbeda (Soewaro, 2000).

Nilai koefisie limpasa disajika pada Tabel 2 berikut ii. Tabel 2. Nilai Koefisie Alira utuk Berbagai Pegguaa Laha Pegguaa Laha atau Betuk Struktur Nilai C (%) Huta Tropis < 3 Huta Produksi 5 Semak Belukar 7 Sawah-sawah 15 Daerah Pertaia, Perkebua 40 Jala aspal 95 Daerah Permukima 50-70 Bagua Padat 70-90 Bagua Terpecar 30-70 Atap rumah 70-90 Jala taah 13-50 Lapis keras kerikil batu pecah 35-70 Lapis keras beto 70-90 Tama,halama 5-25 Taah lapag, tegala 10-30 Kebu, ladag 0-20 Sumber : Majalah Geografi Idoesia No.14-15 ( Soewaro, 2000). Jika DAS terdiri dari berbagai macam pegguaa laha dega koefisie alira permukaa yag berbeda, maka C yag dipakai adalah koefisie DAS yag dapat dihitug dega persamaa berikut : C DAS = i= 1 C A i= 1 i A i i... (16) dimaa : A i = luas laha dega jeis peutup taah i C i = koefisie alira permukaa jeis peutup taah i = jumlah jeis peutup laha. (Suripi, 2004).

Metode Rasioal Metode rasioal adalah metode lama yag masih diguaka higga sekarag utuk memperkiraka debit pucak (peak discharge). Ide yag melatarbelakagi metode rasioal adalah jika curah huja dega itesitas I terjadi secara terus-meerus, maka laju limpasa lagsug aka bertambah sampai mecapai waktu kosetrasi t c. Waktu kosetrasi t c tercapai ketika seluruh bagia DAS telah memberika kostribusi alira di outlet. Laju masuka pada sistem adalah hasil curah huja dega itesitas I pada DAS dega luas A. Nilai perbadiga atara laju masuka dega laju debit pucak (Qp) yag terjadi pada saat t c diyataka sebagai ru off coefficiet (C) dega ilai 0 C 1 (Chow, 1988). Meurut Waielista (1990), beberapa asumsi dasar utuk megguaka metode rasioal adalah : 1. Curah huja terjadi dega itesitas yag tetap dalam jagka waktu tertetu, setidakya sama dega waktu kosetrasi. 2. Limpasa lagsug mecapai maksimum ketika durasi huja dega itesitas tetap, sama dega waktu kosetrasi. 3. Koefisie ru off diaggap tetap selama durasi huja 4. Luas DAS tidak berubah selama durasi huja. Metode rasioal dapat dipadag sebagai salah satu cara praktis da mudah. Selai itu, peerapaya di Idoesia masih memberika peluag utuk dikembagka. Metode ii cocok dega kodisi Idoesia yag beriklim tropis (Soewaro, 2000). Betuk umum rumus rasioal ii adalah sebagai berikut :

dimaa: Q = 0,278.C.I.A... (17) Q C I = Debit bajir maksimum (m 3 /dtk) = Koefisie pegalira/limpasa = Itesitas curah huja rata-rata (mm/jam) A = Luas daerah pegalira (km 2 ) (Suripi, 2004)