BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

I.3. Pertanyaan Penelitian Dalam penelitian ini terdapat tiga pertanyaan penelitian :

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

STUDI EVALUASI METODE PENGUKURAN STABILITAS CANDI BOROBUDUR DAN BUKIT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Prinsip Kuadrat Terkecil

BAB 2 LANDASAN TEORI

L A P O R A N K A J I A N

Bab 2 LANDASAN TEORI

HITUNGAN PERATAAN POSISI 3D TITIK PREMARK SECARA SIMULTAN PADA SURVEI FOTO UDARA FORMAT KECIL

Hitung Perataan Kuadrat Terkecil (Least Squares Adjustment)

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tujuan dan manfaat penelitian. Berikut ini uraian dari masing-masing sub bab. I.1. Latar Belakang

Tanah Homogen Isotropis

Aplikasi Survei GPS dengan Metode Statik Singkat dalam Penentuan Koordinat Titik-Titik Kerangka Dasar Pemetaan Skala Besar

PEMBUATAN PROGRAM APLIKASI PERHITUNGAN JARING TRIANGULATERASI UNTUK PENENTUAN KOORDINAT TITIK PANTAU BENDUNGAN MENGGUNAKAN MATLAB R2009A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hal ini sangat membantu dalam proses pembuktian sifat-sifat dan perhitungan

BAB IV ANALISIS. Lama Pengamatan GPS. Gambar 4.1 Perbandingan lama pengamatan GPS Pangandaran kala 1-2. Episodik 1 Episodik 2. Jam Pengamatan KRTW

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

ANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL

TINJAUAN PUSTAKA. Model Regresi Linier Ganda

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan tuntutan pembangunan infrastruktur pada masa ini sangat

MATRIKS Nuryanto, ST., MT.

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa

Bab 2 LANDASAN TEORI

Transformasi Datum dan Koordinat

BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA. Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang

Aplikasi Survei GPS dengan Metode Statik Singkat dalam Penentuan Koordinat Titik-titik Kerangka Dasar Pemetaan Skala Besar

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengolahan Ukuran Gayaberat Relatif dengan Metode Perataan Kuadrat Terkecil dengan Solusi Bertahap

Bab III Pelaksanaan Penelitian

BAB IV ANALISIS. Ditorsi radial jarak radial (r)

= parameter regresi = variabel gangguan Model persamaan regresi linier pada persamaan (2.2) dapat dinyatakan dalam bentuk matriks berikut:

BAB ΙΙ LANDASAN TEORI

Matematika EBTANAS Tahun 1991

BAB IV ANALISIS 4.1 Vektor Pergeseran Titik Pengamatan Gunungapi Papandayan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. (statistik) dinamakan galat baku statistik, yang dinotasikan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI

Bendungan Urugan I. Dr. Eng Indradi W. Tuesday, May 14, 13

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

Bab 2 LANDASAN TEORI. : Ukuran sampel telah memenuhi syarat. : Ukuran sampel belum memenuhi syarat

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan

BAB II LANDASAN TEORI. yang biasanya dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut: =

BAB II LANDASAN TEORI. : Ukuran sampel telah memenuhi syarat. : Ukuran sampel belum memenuhi syarat

BAB 2 LANDASAN TEORI

3.3 Pengumpulan Data Primer

(Departemen Matematika FMIPA-IPB) Matriks Bogor, / 66

Trench. Indo- Australia. 5 cm/thn. 2 cm/thn

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis Komponen Utama (AKU, Principal Componen Analysis) bermula dari

Bahan ajar On The Job Training. Penggunaan Alat Total Station

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

MODEL-MODEL LEBIH RUMIT

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Diagram kotak garis

5. PERSAMAAN LINIER. 1. Berikut adalah contoh SPL yang terdiri dari 4 persamaan linier dan 3 variabel.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah regresi pertama kali digunakan oleh Francis Galton. Dalam papernya yang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I TEGANGAN DAN REGANGAN

(A) 3 (B) 5 (B) 1 (C) 8

METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

dengan vektor tersebut, namun nilai skalarnya satu. Artinya

DESKRIPSI PEMELAJARAN - MATEMATIKA

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel

MATRIKS INVERS MOORE-PENROSE DALAM PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINIER

Kata Pengantar. Puji syukur kehadirat Yang Maha Kuasa yang telah memberikan pertolongan hingga modul ajar ini dapat terselesaikan.

BAB VII MATRIKS DAN SISTEM LINEAR TINGKAT SATU

BAB I PENDAHULUAN I.1.

ESTIMASI. Arna Fariza PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tegak, perlu diketahui tentang materi-materi sebagai berikut.

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi merupakan suatu teknik statistika untuk menyelidiki dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN TINGGI TITIK DENGAN TEKNIK PERATAAN PARAMETER DAN TEKNIK PERATAAN BERSYARAT

FUNGSI DAN PERSAMAAN LINEAR. EvanRamdan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini dibahas tentang matriks, metode pengganda Lagrange, regresi

DESKRIPSI PEMELAJARAN

ANALISA KESTABILAN LERENG METODE SLICE (METODE JANBU) (Studi Kasus: Jalan Manado By Pass I)

KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DKI JAKARTA MATA PELAJARAN : MATEMATIKA

Regresi linier berganda Pada regresi linier sederhana variabel bebas (X) dan variabel tak bebas (Y) Regresi linier berganda : atau lebih variabel beba

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN

BAB II LANDASAN TEORI. landasan pembahasan pada bab selanjutnya. Pengertian-pengertian dasar yang di

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pengukuran dalam geodesi dapat diaplikasikan untuk pemantauan terhadap kemungkinan pergeseran pada suatu obyek. Pemantauan pergeseran dilakukan terusmenerus dalam interval waktu tertentu.dalam mengamati pergeserantersebut perlu ditentukan titik-titik pantau yang disebar pada lokasi yang mewakili obyek. Titik-titik tersebut diamati perubahan posisinya dalam sistem koordinat tertentu. Salah satu alat yang digunakan untuk mengamati pergeseran tersebut adalah Total Station. Stasiun berdiri alat ukur itu diposisikan pada suatu titik ikat pengamatan kemudian dilakukan pengukuran jarak dan sudut ke titik-ttik pantau.kerangka yang digunakan dalam pengamatan adalah kerangka dasar absolut yaitu titik ikat berada pada lokasi yang tidak mengalami pergeseran dan koordinat (X,Y) titik ikat tersebut dianggap fixed. Pada penelitian ini, yang dijadikan obyek pemantauan pergeseran adalah tailing dam atau wadah penampungan limbah sisa proses penambangan untuk memperoleh bijih (ore) emas. Satu ton ore emas hanya mengandung Au 9 gr/ton dan Ag 96 gr/ton (ANTAM, 2014), dan sisanya merupakan limbah. Karena pembuangan limbah ini terus berlangsung seiring proses produksi perusahaan, maka volume limbah yang dihasilkan juga akan berjumlah besar sehingga perlu pengelolaan limbah secara kontinyu dan akurat.tailing dam yang dijadikan obyek pada penelitian ini berkategori rockfill dam, atau dapat dikatakan bahwa tubuh dam tersebut menggunakan struktur yang terdiri dari lapisan batuan luar, lapisan transisi, lapisan penyaring dan inti dam. Gambaran tailing dam dapat dilihat di Lampiran A. Titik pantau berjumlah sembilan yang berposisi pada lapisan batuan luar sepanjang tubuh dam dari utara ke selatan. Titik kontrol berlokasi pada gedung pantau tailing dam dan pada ujung utara tailing dam. 1

2 Dalam mengantisipasi pergeseran pada tailing dam, maka dilakukan pemantauan secara berkala untuk mengetahui ada tidaknya pergeseran yang terjadi. Dengan mengetahui nilai pergeseran tubuh tailing dam, perusahaan dapat mengurangi resiko kecelakaan kerja akibat longsoran maupun pergeseran,dengan demikian kerugian materiil dan nyawa dapat diminimalisir. Manfaat dalam pemantauan pergeseran tersebut bagi warga sekitar adalah apabila terjadi kemungkinan overtopping dan keboocoran tubuh tailing dam, hal tersebut dapat dideteksi lebih dini. Pemantauantailing damoleh perusahaandilakukan menggunakan Total Station untuk menentukan koordinat tiap kala.selama ini hitungan pergeseran dilakukan dengan mengurangi nilai koordinat antar kala.pada interval Juni s/d Juli 2013 rerata perbedaan koordinat absis adalah 0,0162 m, dan Juli s/d Agustus 2013 adalah 0,0659 m. Seharusnya dalam analisis pergeseran diperlukan suatu strategi pengolahan agar diperoleh suatu nilai apabila terjadi perbedaan, nilai tersebut bukan dikarenakan kesalahan pengukuran. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis pergeseran secara komprehensif. I.2. Identifikasi Masalah PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk telah melakukan pemantauan titik pantau dilakukan secara berkala tiap bulan.hasil pengukuran jarak dan sudut terhadap titik pantau diperoleh nilai koordinat (X,Y) tiap bulannya. Dalam menentukan pergeseran yang sudah dilakukan dengan menyelisihkan nilai koordinat (X,Y) titik pantau pada satu kala ke kala lainnya. Dari metode tersebut, nilai koordinat yang dihasilkanbukan merupakan nilai terbaik karena langsung menggunakan data ukuran yang masih mungkin mengandung kesalahan tak acak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengolahan data agar dapat diperoleh nilai koordinat dengan ketelitian tinggi untuk analisis pergeseran.

3 I.3. PertanyaanPenelitian Mengacu pada latar belakang dan identifikasi masalah, maka pertanyaan penelitiannya adalah seberapa besar pergeserandan kecepatan pergeseran yang terjadi pada titik-titik pantau, lalu bagaimana pula dengan pola pergeserannya? I.4. Cakupan Penelitian Cakupan penelitian ini meliputi : 1. Lokasi yang dikaji pada tailing damutama PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk.yang berlokasi di Kecamatan Nanggung, Desa Cikaret, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. 2. Data pengamatan diperoleh dari pengukuran secara terestris 2D di lapangan menggunakan Total Station dalam kalapengamatan Juni, Juli dan Agustus 2013. 3. Posisi (koordinat) titik ikat dianggap fixed atau tidak berubah. 4. Analisis yang dilakukan hanya berdasarkan pendekatan aspek geodesi tanpa melibatkan pendekatan aspek geoteknik atau aspek fisik lain. 5. Estimasi koordinat titik pemantauan pergeseran menggunakan hitung kuadrat terkecilminimum constraint dan analisis pergeseranmenggunakan uji kesebangunan jaring dan uji pergeseran titik pantau. I.5. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan arah dan besar pergeseran serta kecepatan pergeseran pada titik-titik pantau jaring pemantauan pergeseran tailing damutama.

4 I.6. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat diketahui besar, arah serta kecepatan pergeseran pada titik-titik pantau tailing dam utama. Setelah diketahui pergeserannya, perusahaandapat menentukan langkah prefentif terhadap kemungkinan longsoran (failure)dan pergeseran yang akan berdampak kerugian nyawa maupun materil. I.7. Tinjauan Pustaka Dalam penelitian yang dilakukan di PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk., terdapat beberapa tulisan di perpustakaan perusahaan perihal tailing dam, namun belum terdapat tulisan dengan topik deformasi titik pantau. Febriani A. (2009) melakukan penelitian terkait analisis gerakan massa tanah di saluran induk Kalibawang, dengan membandingkan pengukuran titik pantau periode tahun 2006 sampai periode selanjutnya tahun 2007. Analisis data menggunakan hitung kuadrat terkecil metode parameter minimum constraint. Analisis pergeseran menggunakan metode geometrik statik. Pergeseran yang terjadi untuk arah vertikal negatif terjadi penurunan sebesar 3,314 mm s/d 30,982 mm, sedangkan pergeseran arah vertikal positif atau kenaikan berkisar antara 1,784 mm s/d 128,261 mm. Diyono (1993) menentukan pergeseran tiga dimensi dengan pendekatan Calgary dengan studi kasus Bendungan Panglima Besar Soedirman. Hasil analisis pergeseran tiga dimensi menunjukkan pergeseran 0,022 cm pada pengukuran bulan April 1989 dan 5,838 cm untuk pengukuran bulan Januari 1993. Pengukuran tersebut menggunakan titik referensi sama dan tidak mengandung kesalahan kasar. Sesuai dengan uji lokal pergeseran, kondisi titik pengamatan tersebut masih stabil. Penelitian Bintoro C. (2006) di perusahaan tambang PT. Adaro Indonesia terhadap jaring kontrol GPS dengan empat kombinasi titik sekutu. Analisis data pengamatan menggunakan hitung kuadrat terkecil metode parameter. Parameter transformasi rotasi terhadap sumbu X 0 0 31 22,83, sumbu Y -1 0 6 2,57, dan terhadap sumbu Z 0 0 3 35,62. Translasi terhadap sumbu X 2805,30 m, sumbu Y -5419,40 m, dan sumbu Z

5 276,77 m, dengan faktor skala 0,9999942. Hasil ini diupload ke controller GPS agar dalam survei GPS diperoleh sistem koordinat lokal. Penelitian Putra G.W. (2013) terhadap pergerakan lereng tambang PT. Adaro Indonesia pada 13 titik pantau. Perhitungan koordinat untuk epok yang berbeda menggunakan perataan kuadrat terkecil metode parameter.hasil hitung kuadrat terkecil menunjukkan antar epok mempunyai pergeseran horisontal pada komponen X (X 3, X 4, X 10 ) dan vertikal untuk semua komponen Z dalam fraksi sentimeter. Pergeseran horisontaal tersebut secara statistik dengan tingkat kepercayaan 95% tidak berbeda signifikan. I.8.1. Tailing Dam I.8. Landasan Teori Tailing dam atau wadah penampungan limbah dibagi menjadi dua kategori utama berdasarkan jenis tanah yang digunakan sebagai meterial konstruksinya, yaitu earthfill dam dan rockfill dam. Untuk earthfill dam, tubuh dari dam itu sendiri yang digunakan sebagai struktur konstruksi dan penahan terhadap longsoran dengan memanfaatkan fasilitas drainase. Berbeda dengan earthfill dam, rockfill dam pada bagian tubuh sebagai penahan longsoran menggunakan struktur yang mengandung batuan luar, zona transisi dan zona inti. Zona transisi digunakan untuk mengantisipasi lapisan tanah yang dapat tergerus akibat erosi dari limbah yang ditampung (Narita, K., 2000). Pada penelitian ini, tailing dam sebagai obyek berkategori rockfill dam. Gambar (I.1) berikut menjelaskan penampang melintang tailing dam jenis rockfill dam. Gambar I.1. Rockfill tailing dam (Narita, K., 2000)

6 Keterangan Gambar (I.1). Outer shell : lapisan terluar dam Inner shell : lapisan transisi Core : inti dam Filter : lapisan penyaring Core trench : parit inti Curtain grouting : batas galian I.8.2. Survei Deformasi Definisi deformasi merupakan suatu perubahan kedudukan atau pergerakan suatu titik pada suatu benda secara absolut maupun relatif, dan lebih dipandang dari segi tektonik akibat adanya pergerakan lempeng. Titik bergerak absolut bila dievaluasi dari titik lain dan perubahan kedudukannya berdasar pada suatu sistem koordinat referensi yang digunakan (Widjajanti, N., 2001). Parameter-parameter deformasi yang merupakan fungsi dari pengamatan geodetik,salah satunya adalah pergeseran. Terdapat dua jenis kerangka dasar yang dapat diaplikasikan untuk pemantauan pergeseran (Chrzanowski, dkk., 1986) yaitu : 1. Kerangka dasar absolut Kerangka dasar absolut merupakan kerangka dimana titik-titik ikat yang digunakan sebagai titik referensi berada di luar obyek pengamatan pergeseran dan posisinya dianggap stabil. Contoh sketsa kerangka dasar absolut dapat dilihat pada Gambar (I.2) berikut. Gambar I.2. Sketsa kerangka dasar absolut(modifikasi Widjajanti,N., 2001)

7 2. Kerangka dasar relatif Kerangka dasar relatif adalah suatu kerangka yang titik-titik obyeknya berada di dalam area pengamatan pergeseran. Pada kerangka dasar relatif, posisi titiktitik obyek deformasi berada dalam area pengamatan yang tidak stabil, sehingga titik-titik obyek tersebut menglami perubahan. Contoh sketsa kerangka dasar relatif dapat dilihat pada Gambar (I.3) berikut. Gambar I.3. Sketsa kerangka dasar relatif(modifikasi Widjajanti, N., 2001) Tujuan analisis pergeseran dua kala adalah (Caspary, W.F., 1987) : 1. Memastikan kestabilan titik referensi dan mendeteksi pergerakan titik tunggal. 2. Memberikan gambaran mengenai vektor pergeseran untuk membentuk model pergeseran 3. Memberikan informasi mengenai pergeseran yang terjadi. Analisis deformasi merupakan kuantifikasi pergeseran dan parameter-parameter deformasi yang mempunyai karakteristik dalam ruang dan waktu (Chrzanowsky, dkk, 1986). Analisis deformasi harus dilaksanakan berulang pada kala yang berbeda. Pengukuran maupun pengolahannya dilakukan dari dua kala. Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh nilai perbedaan koordinat titik pantau sehingga parameterparameter deformasi dapat ditentukan (Widjajanti, N.,2001).

8 I.8.3. Hitung Perataan Kuadrat Terkecil Metode yang umum digunakan dalam perhitungan estimasi parameter adalah hitung perataan kuadrat terkecil. Pada metode ini nilai parameter yang akan ditentukan harus memiliki hubungan linier dengan besaran pengukuran (Hadiman, 1991). Persamaan yang menghubungkan keduanya disebut persamaan pengamatan. Dalam hitung perataan, jumlah pengamatan melebihi jumlah parameter yang akan ditentukan nilainya (Ghilani, C. dan Wolf, P.R., 2008). Rumus untuk menghitung derajat kebebasan (f) seperti pada persamaan (I.1) : f = n u... (I.1) n : jumlah pengamatan u : jumlah parameter Dalam hitung perataan metode parameter, jumlah persamaan yang ditentukan sama dengan jumlah pengukuran. Model fungsional pada metode parameter (Mikhail dan Ackerman 1981) seperti pada persamaan (I.2) La = F(Xa)... (I.2) La : besaran estimasi terbaik pengamatan Dengan La = L + V, maka persamaan (I.2) menjadi persamaan (I.3) : L + V = F(Xa)... (I.3) Hubungan fungsional antara besaran pengukuran dan parameter dilakukan dengan membuat sejumlah n persamaan pengamatan, sehingga diperoleh persamaan (I.4) : + = + +... + +... (I.4) Selanjutnya, dapat diperoleh persamaan (I.5) dalam fungsi residu (v) seperti persamaan (I.5) berikut. = + +... + + -... (I.5) Persamaan (I.5) dapat ditulis dalam bentuk matriks seperti persamaan (I.6) berikut(hadiman, 1991).

9 V = AX + F... (I.6) = ; = ; = ; = V A X F : vektor koreksi yang elemen matriksnya terdiri dari besaran-besaran koreksi pengamatan (v 1, v 2,..., v n ) dengan dimensi n x 1 : matriks koefisien parameter yang elemen matriksnya terdiri dari koefisienkoefisien parameter (a 1,1, a 1,2,..., a n,u ) dengan dimensi n x u : vektor parameter yang elemen matriksnya terdiri dari parameter-parameter yang akan ditentukan nilainya (x 1, y 2,..., y n ) dengan dimensi u x 1 : vektor sisa yang elemen matriksnya terdiri atas selisih dari tiap konstanta persamaan linier (a 1,1, a 1,2,..., a n,u ) dengan besaran pengamatan (,,..., ) yang bersesuaian dengan dimensi u x 1 Proses hitungan jika menggunakan matriks bobot (P) maka jumlah kuadrat residualnya (V T PV) dapat dicari dengan persamaan (I.7) : V T PV = (AX+F) T P (AX+F) = (X T A T +F T )P(A X +F) = X T A T PAX + X T A T PF + F T PAX + F T PF... (I.7) Oleh karena matriks V T PV berdimensi 1 x 1, maka X T A T PF = F T PAX. Oleh karena itu persamaan (I.7) menjadi persamaan (I.8) : V T PV = X T A T PAX + 2F T PAX + F T PF... (I.8) Supaya nilai V T PV minimum maka turunan pertama V T PV terhadap vektor parameter (X) harus sama dengan nol. = 0 2X T A T PA + 2F T PA = 0 X T A T PA + F T PA = 0... (I.9)

10 Oleh karena P merupakan matriks diagonal maka P T = P, sehingga persamaan (I.9) bila ditranspos menjadi persamaan (I.10) : A T PAX + A T PF = 0... (I.10) Selanjutnya, diperoleh persamaan (I.11) untuk mencari nilai parameter, yaitu : X= - (A T PA) -1 A T PF...(I.11) Persamaan (I.12) untuk mencari matriks varian kovarian parameter ( ), yaitu : = (A T PA) -1...(I.12) =...(I.13) : varian aposteori Akar unsur-unsur diagonal matriks parameter yang bersesuaian. merupakan simpangan baku dari tiap-tiap I.8.4. Hitung Perataan Minimum Constraint Rank suatu matriks didefinisikan sebagai dimensi tertinggi dari suatu matriks sehingga determinannya tidak nol. Suatu matriks bujur sangkar berorde n dikatakan mempunyai kekurangan rank bila matriks tersebut memiliki rank lebih kecil dari n. Kekurangan rank ini merupakan selisih dari dimensi matriks tersebut dengan rank matriks itu sendiri. Hitung perataan minimum constraint adalah hitung perataan dengan jumlah unsur yang diketahui (referensi) sebanyak kekurangan rank nya. Rank suatu matriks didefinisikan sebagai dimensi tertinggi dari suatu matriks sehingga determinannya tidak nol. Kekurangan rank ini merupakan selisih dari dimensi matriks tersebut dengan rank matriks itu sendiri. Dalam kaitannya dengan aplikasi di bidang Geodesi, kekurangan rank disebabkan karena belum terdefinisikannya sistem koordinat (Soeta at, 1996). Matriks yang mempunyai kekurangan rank merupakan matriks singular yang tidak bisa diinverskan.

11 Persamaan (I.11) dalam hitung perataan metode parameter digunakan untuk menghitung nilai parameter (X). Jika matriks A T PA dalam persamaan itu merupakan matriks singular, maka A T PA tidak dapat diinverskan. Hal ini menyebabkan persamaan (I.11) tidak akan mungkin diselesaikan, akibatnya nilai parameter (X) tidak bisa dihitung. Salah satu dari solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut adalah dengan mendefinisikan unsur yang diketahui sebanyak kekurangan rank nya. Pada penelitian ini digunakan metode minimum constraint dengan titik ikat fixed yaitu P28 yang mengikat kesembilan titik pantau, selain itu digunakan pula titik ikat fixed BS1 yang diikatkan pada titik pantau PG1 dan PG9. I.8.5. Bobot pengamatan Ketelitian suatu pengamatan nilainya bervariasi tergantung yang dilakukan dari suatu proses pengamatan. Berdasarkan hal tersebut, dalam pengolahannya harus diperhitungkan nilai ketelitiannya dengan suatu besaran bobot pengamatan (Hadiman, 2006). Pemberian bobot pengukuran biasanya berdasarkan kaidah umum bahwa bobot suatu pengukuran berbanding terbalik dengan variannya : =...(I.14) k adalah nilai apriori sebagai pembanding varian pengamat. Bila suatu pengukuran mempunyai bobot sama dengan satu maka varian pengukuran sama dengan nilai varian apriori, maka : 1 =...(I.15) Dari persamaan (I.14) dan (I.15) diatas diperoleh persamaan (I.16) sebagai berikut. P =... (I.16) : varian apriori : varian hasil pengamatan

12 I.8.5.1. Bobot pengukuran sudut horisontal. Varian sudut seperti pada persamaan (I.17) berikut (Mikhail dan Ackerman, 1981)....(I.17) : varian sudut ukuran : kesalahan pada pemusatan alat ukur dan target : kesalahan pemusatan target satu dan target dua : kesalahan pemusatan alat ukur D 1,D 2 : jarak ke target satu dan dua : sudut ukuran : 206265 : kesalahan pembacaan skala piringan horisontal : : 3 x d d : pembacaan terkecil piringan horisontal : kesalahan akibat pembidikan : : 60 /M M : perbesaran teropong : kesalahan akibat penempatan target : n : ketelitian target : jumlah pengamatan

13 I.8.5.2. Bobot pengukuran jarak horisontal. Nilai varian bobot pengukuran jarak digunakan untuk menyusun matriks bobot (P). Nilai varian pengukuran jarak dihitung dengan persamaan (I.18) berikut (Mikhail dan Ackerman, 1981)....(I.18) : varian jarak pengukuran : ketelitian yang tidak tergantung jarak pengukuran : ketelitian relatif alat (ppm) D :jarak ukuran (km) I.8.6. Linierisasi Persamaan Pengamatan Pengamatan yang digunakan berupa data sudut horisontal dan jarak horisontal, yang selanjutnya dilinierisasi seperti penjelasan berikut. I.8.6.1. Linierisasi pengamatan sudut. Persamaan pengamatan sudut dibentuk dari selisih dua azimut seperti pada Gambar (I.4) berikut. Y U j(x j,y j ) α ik d ij α ij b jik d ik k(x k,y k ) i(x i,y i ) Gambar I.4. Sketsa pengukuran sudut dan jarak horisontal X Keterangan Gambar (I.4) : i, j, k : titik yang membentuk segitiga dalam sistem koordinat kartesi 2D (X,Y)

14 : asimut dari titiki ke k : asimut dari titik i ke j : sudut horisontal yang terbentuk dari titik i, j dan k, : jarak horisontal dari titik i ke j dan dari titik i ke k Model matematis pengukuran sudut seperti persamaan (I.19) berikut (Basuki, S., 2006). + = -...(I.19) = -...(I.20) = F ( Linierisasi model matematis pengukuran sudut dengan deret Taylor adalah seperti persamaan (I.21) berikut. + = + + + + + + F(,,,,,...(I.21) = -...(I.22) = -... (I.23) = - (I.24) = - +... (I.25) =... (I.26) = -... (I.27) F(,,,,, : harga pendekatan koordinat i, j, k

15 : nilai koreksi sudut I.8.6.2. Linierisasi pengamatan jarak.model matematis pengamatan jarak seperti pada persamaan (I.28) berikut (Basuki, S., 2006). =...(I.28) Linierisasi persamaan (I.28) dengan deret Taylor sehingga diperoleh persamaan (I.29) berikut. D ik + = + + + +...(I.29) =... (I.30) =... (I.31) =... (I.32) =...(I.33) : nilai pendekatan jarak : koreksi pengamatan : nilai pendekatan jarak hitungan I.8.7. Kriteria Berhentinya Iterasi Dalam hitung kuadrat terkecil apabila diperoleh persamaan pengamatan yang tidak linier, maka penyelesaiannya harus dilakukan menggunakan deret Taylor. Setelah persamaan tersebut dilinierkan, agar diperoleh nilai parameter terbaik maka dalam penyelesaiannya perlu digunakan diiterasi. Apabila melakukan hitung perataan dengan suatu iterasi perlu dipertimbangkan untuk menghentikan iterasi, dengan kriteria sebagai berikut. 1. Usaha untuk mencapai sedekat mungkin suatu jawaban terhadap penyelesaian teoritis untuk menghentikan iterasi

16 2. Tidak ekonomis bila iterasi dilanjutkan akan tetapi hanya merubah ketelitian yang sangat kecil. Ada beberapa kriteria penghentian iterasi, antara lain (Mikhail dan Ackerman, 1981). 1. Berdasarkan faktor akar varian aposteori < - < <,, : nilai toleransi yang ditentukan i : indeks iterasi (ke-i) 2. Berdasarkan pada nilai koreksi parameter (X i ) a. Nilai koreksi tiap parameter (X i ) harus mendekati nol. Dalam hal ini mempunyai nilai kecil yang digunakan untuk menguji. < b. Menguji maksimum nilai koreksi parameter < c. Menguji perubahan nilai koreksi parameter yang sesudahnya dengan parameter sebelumnya. < Dalam beberapa kasus digunakan bentuk berbeda seperti pada persamaan (I.34) berikut. <...(I.34) Pada kenyataannya sulit menentukan nilai dan yang didaptkan secara empiris. I.8.8. Perataan Terpisah Masing-masing Kala Perataan menggunakan beberapa kala untuk pergeseran dapat dituliskan sebagai model linierisasi seperti persamaan (I.35) dan (I.36) berikut. X m = (A m T P m A m ) -1 A m T P m F m X n = (A n T P n A n ) -1 A n T P n F n... (I.35)... (I.36)

17 = + X m... (I.37) = + X n...(i.38) sehingga : = (A T m P m A m ) -1...(I.39) = (A T n P n A n ) -1...(I.40) I.8.9. Uji Statistik Data Pengamatan Tiap Kala Dalam uji statistik, dilakukan evaluasi kesesuaian antara varian aposteori ( ) dengan nilai varian apriori ( ). Uji ini dilakukan terhadap data pengamatan hasil hitung perataan parameter setiap kala pengukuran dengan uji global dan data snooping. I.8.9.1. Uji global. Uji global digunakan untuk memastikan ada atau tidaknya kesalahan tidak acak yang berpengaruh pada data pengamatan setelah dilakukan hitung perataan. Uji global dilakukan dengan membandingkan nilai varian aposteori ( ) dengan nilai varian apriori ( ), menggunakan sebaran fungsi Fisher (Mikhail dan Ackermann, 1981). Hipotesis pada uji global seperti pada persamaan (I.41) dan (I.42) berikut. : =...(I.41) :...(I.42) Penerimaan bila memenuhi syarat persamaan (I.43) berikut : <...(I.43) : nilai statistik dari tabel Fisher dengan derajat signifikan ( ) dan derajat kebebasan (r) Penerimaan menyatakan bahwa hasil pengukuran tidak dipengaruhi oleh kesalahan tidak acak, sehingga memenuhi sebaran normal. Penolakan merupakan indikasi adanya kemungkinan pengukuran dipengaruhi kesalahan tak acak sehingga

18 terjadi perubahan nilai rata-rata dan pengukuran tersebut tidak mengikuti sebaran normal. Jika dari hasil uji data pengamatan ternyata dipengaruhi kesalahan tak acak, maka kesalahan tersebut dicari dengan data snooping. I.8.9.2. Data snooping. Data snooping dilakukan jika uji global ditolak. Apabila dalam uji global hipotesis nol ditolak, hal tersebut berarti ada data pengamatan yang mungkin dipengaruhi oleh kesalahan kasar/blunder.dalam mendeteksi ada tidaknyakesalahan tidak acak, dilakukan uji statistik berdasarkan simpangan baku koreksi ukuran yang merupakan akar positif dari elemen ke-i,i matriks varian kovarian koreksi ukuran (Soeta at 1996). Datasnooping dilakukan untuk tiap data pengamatan. : data pengamatan tidak dipengaruhi kesalahan tidak acak...(i.44) : data pengamatan dipengaruhi kesalahan tidak acak...(i.45) Penerimaan bila memenuhi syarat persamaan (I.46) berikut :...(I.46) =...(I.47) : koreksi pengamatan ke-i : simpangan baku koreksi pengamatan ke-i I.8.10. Perhitungan Vektor Pergeseran Horisontal dan Ketelitiannya Vektor pergeseran horisontal merupakan selisih nilai koordinat titik-titik pantau antar dua kala pengamatan. Jika X m dan X n adalah nilai koordinat titik-titik pantau pada kala ke-m dan ke-n, maka vektor pergeseran horisontal (d) seperti persamaan (I.48) berikut. d = X m X n...(i.48) Varian aposteori pergeseran horisontal ( ) diperoleh dari persamaan (I.49) :

19 =... (I.49), : derajat kebebasan pada kala ke-m dan kala ke-n, : varian aposteori pada kala ke-m dan kala ke-n Matriks kofaktor pergeseran horisontal ( ) dihitung dari persamaan (I.50): = (A T P d A) -1...(I.50) P d = ((A T PA) -1(m) + (A T PA) -1(n) ) -1 Matriks varian kovarian pergeseran horisontal ( dd ) diperoleh dari persamaan (I.51) : dd = xxm + xxn =...(I.51) I.8.11. Uji Statistik Pergeseran I.8.11.1.Uji kesebangunan jaring. Uji kesebangunan jaring berfungsi untuk memeriksa ada atau tidaknya perubahan bentuk yang terjadi pada suatu jaring yang digunakan untuk pengamatan pergeseran. Pengujian dilakukan terhadap jaring pemantauan pergeseran secara global. Tahap pengujiannya (Widjajanti, N., 2001) : 1). Membentuk model hitungan seperti persamaan (I.52) U d V d + d = 0...(I.52) U d : matriks koefisien koreksi pengamatan d : vektor pergeseran titik pantau V d : vektor koreksi pergeseran 2). Menghitung nilai korelat pergeseran Kseperti persamaan (I.53) : K = ( U d Q d U T d ) -1 d...(i.53) kombinasi matriks (A T PA) -1(m) dan ((A T PA) -1(n)...(I.54) 3). Menghitung nilai koreksi pergeseran titik obyek V d dan d, seperti persamaan (I.55) dan (I.56) :

20 V d = - Q d U T d K...(I.55) = Q -1 d V d (I.56) 4). Menghitung varian nilai pergeseran seperti persamaan (I.57) dan (I.58) : Varian apriori pergeseran : =...(I.57) Varian aposteori pergeseran : =...(I.58) 5). Menyusun hipotesis : Ho: bentuk jaringan tidak mengalami perubahan( 2 σˆ 0d = 2 σ od ) Ha: bentuk jaringan mengalami perubahan ( 2 σˆ od 2 σ od 6). Menetapkan taraf uji ( ). 7). Menentukan nilai batas dari tabel fungsi Fisher dengan argumen dan f(derajat kebebasan). 8). Menguji hipotesis nol ( ) seperti persamaan (I.59) : Hipotesis nol ditolak jika : >...(I.59) Penerimaan H 0 mengindikasikan bahwa jaring tidak mengalami perubahan bentuk. Begitu pula sebaliknya, penolakan menunjukkan adanya perubahan bentuk pada jaring pemantauan. Jika penolakan ini terjadi maka perlu dilakukan uji pergeseran titik pantau untuk mengidentifikasi titik-titik pantau yang telah mengalami perubahan bentuk. I.8.11.2. Uji pergeseran titik pantau. Uji pergeseran titik pantau bertujuan untuk mengetahui titik-titik pantau yang mengalami pergeseran. Tahap ini dilakukan jika hasil uji kesebangunan jaringan ditolak. Pada intinya, dalam mendeteksi pergeseran pada tiap titik pantau, uji ini mirip seperti proses data snooping yaitu dilakukan terhadap masingmasing titik pantau. Tahap pengujiannya adalah sebagai berikut (Widjajanti, N., 2001). 1). Menyusun hipotesis : Ho : titik ke-i tidak mengalami pergeseran Ha : titik ke-i mengalami pergeseran 2). Menetapkan taraf uji ( ). )

21 3). Menentukan nilai batas dari tabel fungsi Fisher dengan argumen 4). Menghitung nilai W di untuk setiap titik pantau dengan persamaan (I.60). =...(I.60) N d = U d T ( U d Q d U d T ) -1 U d 5). Menguji hipotesis nol ( ).... (I.61) Hipotesis nol diterima jika :... (I.62) jika Bila diterima maka artinya titik ke-i tidak mengalami pergeseran, sebaliknya ditolak maka titik ke-i itu mengalami pergeseran. I.8.12. Perhitungan Arah dan Besar Pergeseran Koordinat Hitung perataan terpisah pada dua kala menghasilkan vektor pergeseran ke arah sumbu X (dx) dan sumbu Y (dy) yang dijadikan dasar perhitungan arah dan besar pergeseran koordinat tiap interval pengamatan. Selanjutnya, persamaan (I.63) dan (I.64) untuk menentukan arah dan besar pergeseran adalah sebagai berikut. Arah = Besar =... (I.63)... (I.64) 1.8.13. Perhitungan Kecepatan Pergeseran Horisontal Kecepatan pergeseran horisontal untuk masing-masing titik ditentukan dengan membagi pergeseran yang terjadi dengan selang waktu antara dua kala pengamatan yang berurutan.secara matematis dapat dituliskan sebagai persamaan (I.65). =...(I.65) : kecepatan pergeseran titik pantau ke-i, : koordinat titik ke-i pada kala ke-m dan kala ke-n : selisih waktu antar kala pengamatan

22 Varian kecepatan pergeseran horisontal pada titik yang bersesuaian dihitung melalui hukum perambatan varian kovarian sebagai persamaan (I.66). =. +. =. +. =... (I.66) : varian kecepatan pergeseran horisontal titik ke-i, : varian dari koordinat titik ke-i pada kala ke-m dan kala ke-n I.9. Hipotesis Tubuh tailing dam terbuat dari campuran tanah, pasir dan rockfill pada bagian dasarnya sehingga ada kemungkinan getaran yang dapat terjadi. Disamping itu pada bagian atas tubuh tailing dam dijadikan jalur akses alat-alat berat, hal itu memungkinkan getaran yang dapat terjadi pada tubuh tailing dam.