BAB IV PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis bifurkasi pada model predator-prey dengan dua

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Besar Penelitian Tanaman Padi, tikus sawah merupakan hama utama penyebab

BAB I PENDAHULUAN. hidup lainnya. Interaksi yang terjadi antara individu dalam satu spesies atau

ANALISIS BIFURKASI PADA MODEL MATEMATIS PREDATOR PREY DENGAN DUA PREDATOR Lia Listyana 1, Dr. Hartono 2, dan Kus Prihantoso Krisnawan,M.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. dinamik, sistem linear, sistem nonlinear, titik ekuilibrium, analisis kestabilan

ANALISIS BIFURKASI PADA MODEL MATEMATIS PREDATOR PREY DENGAN DUA PREDATOR SKRIPSI

BIFURKASI HOPF PADA SISTEM PREDATOR PREY DENGAN FUNGSI RESPON TIPE II

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini, akan dibahas system predator-prey dengan respon fungsi tak

BAB II KAJIAN TEORI. Persamaan diferensial sangat penting dalam pemodelan matematika khususnya

Model Mangsa-Pemangsa dengan Dua Pemangsa dan Satu Mangsa di Lingkungan Beracun

MODIFIKASI SISTEM PREDATOR-PREY: DINAMIKA MODEL LESLIE-GOWER DENGAN DAYA DUKUNG YANG TUMBUH LOGISTIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Mursyidah Pratiwi, Yuni Yulida*, Faisal Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat *

ANALISIS DINAMIK SISTEM PREDATOR-PREY MODEL LESLIE-GOWER DENGAN PEMANENAN SECARA KONSTAN TERHADAP PREDATOR

Local Stability of Predator Prey Models With Harvesting On The Prey. Abstract

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ekologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang interaksi antara

Bab 16. Model Pemangsa-Mangsa

Karena v merupakan vektor bukan nol, maka A Iλ = 0. Dengan kata lain, Persamaan (2.2) dapat dipenuhi jika dan hanya jika,

Harjanto, E. 1 dan Tuwankotta, J. M. 2

Penentuan Bifurkasi Hopf Pada Predator Prey

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Asumsi yang digunakan dalam sistem mangsa-pemangsa. Dimisalkan suatu habitat dimana spesies mangsa dan pemangsa hidup

PENGARUH MAKANAN TAMBAHAN DALAM MODEL MANGSA PEMANGSA BEDDINGTON DEANGELIS

Interaksi Antara Predator-Prey dengan Faktor Pemanen Prey

BAB III PEMBAHASAN. Ebola. Setelah model terbentuk, akan dilanjutkan dengan analisa bifurkasi pada

BIFURKASI HOPF PADA MODIFIKASI MODEL PREDATOR-PREY LESLIE GOWER DENGAN FUNGSI RESPON HOLLING TIPE II

Simulasi Kestabilan Model Predator Prey Tipe Holling II dengan Faktor Pemanenan

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan sistem dinamik kontinu dan sistem dinamik yang. menggunakan waktu diskrit disebut dengan sistem dinamik diskrit.

Simulasi Model Mangsa Pemangsa Di Wilayah yang Dilindungi untuk Kasus Pemangsa Tergantung Sebagian pada Mangsa

BAB II LANDASAN TEORI. pada bab pembahasan. Materi-materi yang akan dibahas yaitu pemodelan

Model Matematika Jumlah Perokok dengan Nonlinear Incidence Rate dan Penerapan Denda

DINAMIKA ORDE PERTAMA SISTEM NONLINIER TERKOPEL DENGAN RELASI PREDASI, MUTUAL, DAN SIKLIK (Tinjauan Kasus Mangsa-Pemangsa pada Sistem Ekologi)

ANALISIS MODEL MANGSA PEMANGSA PADA PENANGKAPAN IKAN YANG DIPENGARUHI OLEH KONSERVASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kestabilan model predator-prey tipe Holling II dengan faktor pemanenan.

MODEL MATEMATIKA MANGSA-PEMANGSA DENGAN SEBAGIAN MANGSA SAKIT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS STABILITAS SISTEM DINAMIK UNTUK MODEL MATEMATIKA EPIDEMIOLOGI TIPE-SIR (SUSCEPTIBLES, INFECTION, RECOVER)

BAB II LANDASAN TEORI. eigen dan vektor eigen, persamaan diferensial, sistem persamaan diferensial, titik

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit virus Ebola merupakan salah satu penyakit menular dan mematikan

ANALISIS KESTABILAN MODEL DUA PEMANGSA DAN SATU MANGSA DENGAN PENERAPAN RACUN

SKEMA NUMERIK PERSAMAAN LESLIE GOWER DENGAN PEMANENAN

PEMANENAN OPTIMAL PADA MODEL REAKSI DINAMIK SISTEM MANGSA-PEMANGSA DENGAN TAHAPAN STRUKTUR. Yuliani, Marwan Sam

PEMODELAN MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT VIRUS EBOLA DAN ANALISIS PENGARUH PARAMETER LAJU TRANSMISI TERHADAP PERILAKU DINAMISNYA TUGAS AKHIR SKRIPSI

ANALISIS MODEL MATEMATIKA TENTANG PENGARUH TERAPI GEN TERHADAP DINAMIKA PERTUMBUHAN SEL EFEKTOR DAN SEL TUMOR DALAM PENGOBATAN KANKER SKRIPSI

PENGARUH SCAVENGER (Pemakan Bangkai) TERHADAP KESTABILAN POPULASI MANGSA PEMANGSA PADA MODEL LOTKA VOLTERRA ELI WAHYUNI

Created By Aristastory.Wordpress.com BAB I PENDAHULUAN. Teori sistem dinamik adalah bidang matematika terapan yang digunakan untuk

BAB IV ANALISIS DINAMIK MODEL SUBTHALAMIK NUKLEUS. Pada model matematika yang dibangun di Bab III, diperoleh 5 persamaan diferensial,

BIFURKASI HOPF MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN WAKTU TUNDA NI NYOMAN SURYANI

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA HUTCHINSON DENGAN WAKTU TUNDA DAN PEMANENAN KONSTAN LILIS SAODAH

BIFURKASI PITCHFORK PADA SISTEM DINAMIK DIMENSI-n SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA HOLLING-TANNER TIPE II INTAN SELVYA

ANALISIS KESTABILAN MODEL INTERAKSI PEMANGSA DAN MANGSA PADA DUA HABITAT YANG BERBEDA ADE NELVIA

ANALISIS DINAMIK MODEL PREDATOR-PREY PADA POPULASI ECENG GONDOK DENGAN ADANYA IKAN GRASS CARP DAN PEMANENAN

Aplikasi Prinsip Maksimum Pontryagin Pada Model Bioekonomi Mangsa-Pemangsa Dengan Waktu Tunda

ANALISA KESEIMBANGAN INTERAKSI POPULASI TERUMBU KARANG, SIPUT DRUPELLA DAN PREDATORNYA MELALUI PHASE PORTRAIT

HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR...

PENGARUH PEMANENAN TERHADAP MODEL VERHULST DENGAN EFEK ALLEE

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN MANGSA YANG TERINFEKSI DI LINGKUNGAN TERCEMAR

BAB 2 PDB Linier Order Satu 2

ANALISIS KESTABILAN MODEL MATEMATIKA IMMUNOTERAPI BCG PADA KANKER KANDUNG KEMIH

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

KESTABILAN MODEL MANGSA PEMANGSA DENGAN FUNGSI RESPON HOLLING TIPE III DAN PENYAKIT PADA PEMANGSA SUPER

BAB IV HASIL YANG DIPEROLEH

II. TINJAUAN PUSTAKA I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ANALISIS KESTABILAN PADA MODEL DUA MANGSA- SATU PEMANGSA DENGAN FUNGSI RESPON HOLLING DAN PEMANENAN

BIFURKASI SADDLE-NODE PADA SISTEM INTERAKSI NONLINEAR SEPASANG OSILATOR TANPA PERTURBASI

ANALISIS MODEL MATEMATIKA PREDATOR-PREY DENGAN PREY YANG TERINFEKSI SKRIPSI

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN MANGSA YANG TERINFEKSI DI LINGKUNGAN TERCEMAR

ANALISIS MODEL S-I-P INTERAKSI DUA SPESIES PREDATOR-PREY DENGAN FUNGSI RESPON HOLLING TIPE II

Dinamik Model Epidemi SIRS dengan Laju Kematian Beragam

LANDASAN TEORI. Model ini memiliki nilai kesetimbangan positif pada saat koordinat berada di titik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

IV PEMBAHASAN. ,, dan, dengan menggunakan bantuan software Mathematica ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )

Penerapan Teknik Serangga Steril Dengan Model Logistik. Dalam Pemberantasan Nyamuk Aedes Aegypti. Nida Sri Utami

STABILITAS GLOBAL MODEL HOLLING-TANNER TIPE II LAZUARDI RAMADHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan Latar BelakangMasalah

MODEL PERSAMAAN DIFERENSIAL PADA INTERAKSI DUA POPULASI

ANALISIS KESTABILAN MODEL MUTUALISME DUA SPESIES SKRIPSI

KESTABILAN MODEL BIOEKONOMI SISTEM MANGSA PEMANGSA SUMBER DAYA PERIKANAN DENGAN PEMANENAN PADA POPULASI PEMANGSA

DINAMIKA ORDE PERTAMA SISTEM NONLINIER TERKOPEL DENGAN RELASI PREDASI, MUTUAL, DAN SIKLIK (Tinjauan Kasus Mangsa-Pemangsa pada Sistem Ekologi)

KESTABILAN MODEL SATU MANGSA DUA PEMANGSA DENGAN FUNGSI RESPON TIPE HOLLING III DAN PEMANENAN

ANALISIS MODEL MANGSA-PEMANGSA HOLLING-TANNER TIPE II DENGAN MANGSA YANG TERLINDUNG DAN ADANYA PEMANENAN POPULASI EKA PUJIYANTI

BAB 2 PDB Linier Order Satu 2

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. ekuilibrium bebas penyakit beserta analisis kestabilannya. Selanjutnya dilakukan

ANALISIS TITIK EKUILIBRIUM DAN SOLUSI MODEL INTERAKSI PEMANGSA-MANGSA MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN

BIFURKASI TRANSKRITIKAL PADA SISTEM DINAMIK SKRIPSI

ANALISIS MODEL MANGSA-PEMANGSA MICHAELIS- MENTEN DENGAN PEMANENAN PADA POPULASI MANGSA HANDANU DWARADI

KESTABILAN MODEL MANGSA PEMANGSA DENGAN FUNGSI RESPON TIPE HOLLING II DAN WAKTU TUNDA

ANALISIS DINAMIK SKEMA EULER UNTUK MODEL PREDATOR-PREY DENGAN EFEK ALLEE KUADRATIK

MODEL PREDATOR-PREY MENGGUNAKAN RESPON FUNGSIONAL TIPE II DENGAN PREY BERSIMBIOSIS MUTUALISME

Kuliah MA Dinamika Populasi Dosen: E. Soewono

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis model epidemik beserta simulasinya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

T 23 Center Manifold Dari Sistem Persamaan Diferensial Biasa Nonlinear Yang Titik Ekuilibriumnya Mengalami Bifurkasi Contoh Kasus Untuk Bifurkasi Hopf

BAB 4 MODEL DINAMIKA NEURON FITZHUGH-NAGUMO

T 3 Model Dinamika Sel Tumor Dengan Terapi Pengobatan Menggunakan Virus Oncolytic

MODEL MANGSA PEMANGSA DENGAN RESPON FUNGSIONAL TAK MONOTON RIDWAN IDHAM

Transkripsi:

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis bifurkasi pada model predator-prey dengan dua predator diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Diperoleh model predator-prey dengan dua predator sebagai berikut dengan adalah populasi prey, adalah populasi predator jenis I, dan adalah populasi predator jenis II. 2. Sistem (4.1) apabila dipilih nilai,,,,,,, dan sebagai parameter yang digerakkan, memiliki lima titik ekuilibrium, yaitu 84

Sistem predator prey dengan dua predator mengalami bifurkasi pada saat dan. Ketika dan terdapat dua titik ekuilibrium yaitu dan dimana tidak stabil dan merupakan titik ekuilibrium nonhiperbolik. Dalam kasus nyata perubahan kestabilan sistem predator-prey dengan dua predator sangat bergantung terhadap (laju kematian predator jenis II). Ketika laju kematian predator jenis I sama dengan dan laju kematian predator jenis II sama dengan maka ketika jumlah awal prey dan jumlah awal predator jenis I serta predator jenis II tertentu lambat laun jumlah predator jenis I dan jenis II akan menuju kepunahan. Sedangkan jumlah prey lambat laun akan menuju ke, dimana adalah tingkat pertumbuhan maksimum. Untuk dan terdapat dua titik ekuilibrium. Ketika dan terdapat dua titik ekuilibrium yaitu dan, dimana tidak stabil dan merupakan titik ekuilibrium nonhiperbolik. Ketika dan terdapat dua titik ekuilibrium yaitu, dan, dimana tidak stabil dan stabil. Ketika dan terdapat dua titik ekuilibrium yaitu dan, dimana tidak stabil dan merupakan titik ekuilibrium nonhiperbolik. Dalam kasus nyata, perubahan 85

kestabilan sistem predator-prey dengan dua predator sangat bergantung terhadap (laju kematian predator jenis II). Ketika laju kematian predator jenis I lebih dari atau sama dengan dan laju kematian predator jenis II lebih dari atau sama dengan maka ketika jumlah awal prey dan jumlah awal predator jenis I serta predator jenis II tertentu lambat laun jumlah predator jenis I dan jenis II akan menuju kepunahan. Sedangkan jumlah mangsa lambat laun akan menuju ke, dimana adalah tingkat pertumbuhan maksimum. Kemudian ketika dan terdapat tiga titik ekuilibrium yaitu dan, dimana tidak stabil, tidak stabil, dan stabil. Dalam kasus nyata, perubahan kestabilan sistem predator-prey dengan dua predator sangat bergantung terhadap (laju kematian predator jenis II). Ketika laju kematian predator jenis I kurang dari dan laju kematian predator jenis II lebih dari maka ketika jumlah awal prey dan jumlah awal predator jenis I serta predator jenis II tertentu lambat laun jumlah predator jenis II akan menuju kepunahan. Sedangkan jumlah prey lambat laun akan menuju ke, kemudian jumlah predator jenis I akan menuju ke (untuk laju kematian predator jenis I sama dengan dan laju kematian predator jenis II sama dengan ). Ketika dan terdapat tiga titik ekuilibrium yaitu,, dan dimana tidak stabil, merupakan titik ekuilibrium nonhiperbolik, dan stabil asimtotik. Dalam kasus nyata, perubahan kestabilan 86

sistem predator-prey dengan dua predator sangat bergantung terhadap (laju kematian predator jenis I) dan (laju kematian predator jenis II). Ketika laju kematian predator jenis I kurang dari dan laju kematian predator jenis II sama dengan maka ketika jumlah awal prey dan jumlah awal predator jenis I serta predator jenis II tertentu lambat laun jumlah predator jenis II akan menuju kepunahan. Sedangkan jumlah prey lambat laun akan menuju ke, kemudian jumlah predator jenis I akan menuju ke (untuk laju kematian predator jenis I sama dengan ). Ketika dan terdapat empat titik ekuilibrium yaitu,, dan, dimana, tidak stabil sedangkan, stabil asimtotik. Dalam kasus nyata, perubahan kestabilan sistem predator-prey denagan dua predator sangat bergantung terhadap (laju kematian predator jenis II). Ketika laju kematian predator jenis I kurang dari dan laju kematian predator jenis II kurang dari maka ketika jumlah awal prey dan jumlah awal predator jenis I serta predator jenis II tertentu lambat laun jumlah predator jenis II akan menuju kepunahan atau akan menuju ke jumlah. Sedangkan jumlah prey lambat laun akan menuju ke atau akan menuju ke jumlah, kemudian jumlah predator jenis I akan menuju ke jumlah atau akan menuju ke kepunahan (untuk laju kematian predator jenis I sama dengan dan laju kematian predator jenis II sama dengan ). 87

Ketika dan terdapat tiga titik ekuilibrium yaitu,, dan dimana tidak stabil, merupakan titik ekuilibrium nonhiperbolik, dan stabil asimtotik. Dalam kasus nyata, perubahan kestabilan sistem predator-prey dengan dua predator sangat bergantung terhadap (laju kematian predator jenis I) dan (laju kematian predator jenis II). Ketika laju kematian predator jenis I sama dengan dan laju kematian predator jenis II kurang dari maka ketika jumlah awal prey dan jumlah awal predator jenis I serta predator jenis II tertentu lambat laun jumlah predator jenis I akan menuju kepunahan. Sedangkan jumlah prey lambat laun akan menuju ke, kemudian jumlah predator jenis II akan menuju ke (untuk laju kematian predator jenis II sama dengan ). Ketika dan terdapat tiga titik ekuilibrium yaitu,, dan dimana tidak stabil, merupakan titik ekuilibrium nonhiperbolik, dan stabil asimtotik. Dalam kasus nyata, perubahan kestabilan sistem predator-prey dengan dua predator sangat bergantung terhadap (laju kematian predator jenis I) dan (laju kematian predator jenis II). Ketika laju kematian predator jenis I lebih dari dan laju kematian predator jenis II kurang dari maka ketika jumlah awal prey dan jumlah awal predator jenis I serta predator jenis II tertentu lambat laun jumlah predator jenis I akan menuju kepunahan. Sedangkan jumlah prey lambat laun akan menuju ke, kemudian jumlah predator jenis II akan menuju ke (untuk laju kematian predator jenis I sama dengan dan laju kematian predator jenis II sama dengan ). 88

Bifurkasi yang terjadi pada sistem (4.1) dapat dilihat dari adanya perubahan banyaknya titik ekuilibrium dan perubahan titik ekuilibriumnya saja, namun tidak dapat ditentukan nama bifurkasinya karena perilaku sistem (4.1) yang berbeda dengan perilaku sistem yang mengalami bifurkasi secara umum. B. Saran Dalam penulisan skripsi ini, penulis hanya menunjukkan adanya bifurkasi dengan menggunakan analisis numerik yaitu dengan melihat potret fase dari sistem dan menunjukkan adanya perubahan banyaknya titik ekuilibrium dan perubahan kestabilan titik ekuilibriumnya saja karena. Penulisan selanjutnya dapat dikembangkan dengan menggunakan banyaknya predator yang lebih dari dua predator atau dengan menggunakan banyaknya prey yang lebih dari satu, sehingga dapat ditentukan nama bifurkasinya. 89