PEMBELAJARAN BILANGAN KELAS IX

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar

Teknik Penentuan Rumus Suku Ke-n Barisan Bilangan Polinom Kelas IX SMP

BILANGAN BERPANGKAT DAN BENTUK AKAR

Bilangan Berpangkat. Pangkat Bulat Negatif. a bilangan real. bilangan bulat positif

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran Teknik. Tugas individu.

BAB 1. PENDAHULUAN KALKULUS

MATEMATIKA BISNIS DERET. Muhammad Kahfi, MSM. Modul ke: Fakultas Ekonomi Bisnis. Program Studi Manajemen

MODUL MATA PELAJARAN MATEMATIKA

PENGEMBANGAN KISI-KISI UJIAN SEMESTER GANJIL TAHUN 2016/2017

MA1201 KALKULUS 2A Do maths and you see the world

b) Tentukan nilai dari C. Tentukan nilai dari d. Tentukan nilai dari e. Tentukan nilai dari f. Tentukan nilai dari

GLOSSARIUM. A Akar kuadrat

KUMPULAN SOAL DAN PEMBAHASAN BILANGAN I SMP. Abdul Azis Abdillah. Januari 2017

BAB IV PERTIDAKSAMAAN. 1. Pertidaksamaan Kuadrat 2. Pertidaksamaan Bentuk Pecahan 3. Pertidaksamaan Bentuk Akar 4. Pertidaksamaan Nilai Mutlak

PEMBINAAN TAHAP I CALON SISWA INVITATIONAL WORLD YOUTH MATHEMATICS INTERCITY COMPETITION (IWYMIC) 2010 MODUL BILANGAN

Pada barisan bilangan 2, 7, 12, 17,., b = 7 2 = 12 7 = = 5. Pada barisan bilangan 3, 7, 11, 15,., b = 7 3 = 11 7 = = 4

Materi Olimpiade Tingkat Sekolah Dasar BIDANG ALJABAR

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1 Matematika STKIP Tuanku Tambusai Bangkinang

A. UNSUR - UNSUR ALJABAR

Beberapa Uji Keterbagian Bilangan Bulat

PEMBINAAN TAHAP I CALON SISWA INVITATIONAL WORLD YOUTH MATHEMATICS INTERCITY COMPETITION (IWYMIC) 2010 MODUL ALJABAR

Kegiatan Pembelajaran Indikator Teknik Bentuk Instrumen. Tugas individu. Memberikan contoh bilangan bulat.

SMPIT AT TAQWA Beraqidah, Berakhlaq, Berprestasi

Eksponen dan Logaritma

SOAL DAN JAWABAN TENTANG NILAI MUTLAK. Tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan nilai Mutlak di bawah ini.

a 2 e. 7 p 7 q 7 r 7 3. a. 8p 3 c. (2 14 m 3 n 2 ) e. a 10 b c a. Uji Kompetensi a. a c. x 3. a. 29 c. 2

KAPITA SELEKTA PEMBELAJARAN BILANGAN DI KELAS VII DAN IX SMP

1 SISTEM BILANGAN REAL

Penulis Penelaah Materi Penyunting Bahasa Layout

Antiremed Kelas 09 Matematika

BAB I BILANGAN. Skema Bilangan. I. Pengertian. Bilangan Kompleks. Bilangan Genap Bilangan Ganjil Bilangan Prima Bilangan Komposit

digunakan untuk menyelesaikan integral seperti 3

MODUL 1. Teori Bilangan MATERI PENYEGARAN KALKULUS

BARISAN DAN DERET. A. Pola Bilangan

matematika LIMIT ALJABAR K e l a s A. Pengertian Limit Fungsi di Suatu Titik Kurikulum 2006/2013 Tujuan Pembelajaran

ALJABAR : jika dan adalah akar-akar dari, maka hubungan antar akar : dan

Daftar Isi 5. DERET ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. Dosen FMIPA - ITB September 26, 2011

MODUL 11 FUNGSI EKSPONENSIAL & LOGARITMA

Mata Pelajaran : Matematika Satuan Pendidikan : SMP/MTs Kelas/Semester : VII s/d IX/ 1-2. Nama Guru :... NIP/NIK :... Sekolah :...

BARISAN DAN DERET MATERI PENDAMPING OLIMPIADE MATEMATIKA MA/SMA

BAHAN AJAR MATEMATIKA WAJIB KELAS X MATERI POKOK: PERTIDAKSAMAAN RASIONAL DAN IRASIONAL

matematika WAJIB Kelas X PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL K-13 A. PENDAHULUAN

PPPPTK MATEMATIKA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

SILABUS. 5. Memahami sifat-sifat bilangan berpangkat dan bentuk akar serta penggunaannya dalam pemecahan masalah sederhana

MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS. Nuryanto.ST.,MT

KARAKTERISTIK MATEMATIKA

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB VI BILANGAN REAL

Silabus. Nama Sekolah : SMA Mata Pelajaran : MATEMATIKA Kelas / Program : X / UMUM Semester : GANJIL

Mata Pelajaran Wajib. Disusun Oleh: Ngapiningsih

Kalkulus 2. Teknik Pengintegralan ke - 3. Tim Pengajar Kalkulus ITK. Institut Teknologi Kalimantan. Januari 2018

matematika PEMINATAN Kelas X PERSAMAAN KUADRAT K-13 A. BENTUK UMUM PERSAMAAN KUADRAT

Matematika Bahan Ajar & LKS

PERTIDAKSAMAAN RASIONAL. Tujuan Pembelajaran

BILANGAN BERPANGKAT. Jika a bilangan real dan n bilangan bulat positif, maka a n adalah

SOAL MATEMATIKA - SMP

Induksi Matematika. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com. Kompetensi Dasar Dan Pengalaman Belajar

matematika Wajib Kelas X PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL K-13 A. DEFINISI PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL

Bab. Faktorisasi Aljabar. A. Operasi Hitung Bentuk Aljabar B. Pemfaktoran Bentuk Aljabar C. Pecahan dalam Bentuk Aljabar

BAB I INDUKSI MATEMATIKA

Mata Pelajaran MATEMATIKA Kelas X

Ayundyah Kesumawati. April 29, Prodi Statistika FMIPA-UII. Deret Tak Terhingga. Ayundyah. Barisan Tak Hingga. Deret Tak Terhingga

SISTEM BILANGAN. Sistem bilangan,bilangan nyata dan khayal,hubungan perbandingan antar bilangan. Triwahyono SE.MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI

SOLUSI OSN MATEMATIKA SMP TINGKAT PROPINSI TAHUN 2004

MATEMATIKA EKONOMI 1 HIMPUNAN BILANGAN. Dosen : Fitri Yulianti, SP. MSi

B I L A N G A N 1.1 SKEMA DARI HIMPUNAN BILANGAN. Bilangan Kompleks. Bilangan Nyata (Riil) Bilangan Khayal (Imajiner)

BAB I BILANGAN BULAT dan BILANGAN PECAHAN

MA5032 ANALISIS REAL

Barisan dan Deret. Bab. Pola Bilangan Beda Rasio Suku Jumlah n suku pertama A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR

PEMANTAPAN MATERI UAN SMP/MTs. Oleh: Dr. Rizky Rosjanuardi, M.Si. Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung

BAB I TEORI KETERBAGIAN DALAM BILANGAN BULAT

1. Variabel, Konstanta, dan Faktor Variabel Konstanta Faktor

Perhatikan skema sistem bilangan berikut. Bilangan. Bilangan Rasional. Bilangan pecahan adalah bilangan yang berbentuk a b

SILABUS PEMBELAJARAN. Sekolah :... : VII (Tujuh) Mata Pelajaran : Matematika

EKSPLORASI BILANGAN. 1.1 BARISAN BILANGAN

BAB I PERTIDAKSAMAAN RASIONAL, IRASIONAL & MUTLAK

LOMBA MATEMATIKA NASIONAL KE-27

PERSAMAAN KUADRAT. Persamaan. Sistem Persamaan Linear

MODUL MATEMATIKA XI IPA SUKU BANYAK SMA SANTA ANGELA TAHUN PELAJARAN SEMSTER GENAP

Bilangan Real. Modul 1 PENDAHULUAN

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH

SILABUS PEMBELAJARAN. Sekolah :... : VII (Tujuh) Mata Pelajaran : Matematika

Barisan dan Deret. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com. Pola Bilangan Beda Rasio Suku Jumlah n suku pertama A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Standar Kompetensi: 1. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan bentuk pangkat, akar, dan logaritma.

MAKALAH BARISAN DAN DERET TAK HINGGA. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas. Mata Kuliah Kapita Selekta Matematika SMA DOSEN PENGAMPU :

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

PREDIKSI UN 2014 MATEMATIKA IPA

matematika PEMINATAN Kelas X PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN K13 A. PERSAMAAN EKSPONEN BERBASIS KONSTANTA

PREDIKSI UN 2015 MATEMATIKA IPA Soal D:

BILANGAN. Kita bisa menggunakan garis bilangan di bawah ini untuk memaknai penjumlahan 3 ditambah 4.

BAGIAN PERTAMA. Bilangan Real, Barisan, Deret

Silabus. - Membedakan berbagai jenis bilangan yang ada. Tugas individu, tugas kelompok, kuis.

PANGKAT TAK SEBENARNYA

Saat menemui penjumlahan langsung pikirkan hasilnya dengan cepat lalu lakukan penjumlahan untuk setiap jawaban yang diperoleh.

BARISAN ARITMETIKA DAN DERET ARITMETIKA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

MADRASAH ALIYAH AL-MU AWANAH BEKASI SELATAN 2012

1 SISTEM BILANGAN REAL

Tim Penulis BUKU SISWA

FUNGSI PEMBANGKIT. Ismail Sunni

Transkripsi:

MAKALAH PEMBELAJARAN BILANGAN KELAS IX Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Matematika SMP Dosen Pengampu : UMMU SHOLIHAH, M.Si. Oleh: KELOMPOK 4 TMT 1-E 1. MARIA ULFA 1724143152 2. M. ZAINUR ROFIQ 17241431 3. M. MISBAHDIN 17241431 4. UMI HANIK 1724143254 5. YUYUN RIDHOWATI 1724143 FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) TULUNGAGUNG TAHUN AKADEMIK 2014/2015 1

PEMBELAJARAN BILANGAN KELAS IX A. Kegiatan Belajar 1: Memahami Sifat-Sifat Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar serta Penggunaannya dalam Pemecahan Masalah Sederhana. Mengapa pangkat negatif berubah menjadi pangkat positif ketika dipindahkan di bawah tanda pembagian, dan sebaliknya (a -n = atau a n = dengan syarat a 0)? Bagaimana menjelaskannya? Kalau dilihat dari substansi pertanyaannya, masalah yang muncul dapat dikaitkan dengan bilangan berpangkat dan sifat-sifatnya. Agar siswa tidak hanya sekedar menghafal rumusnya saja, maka siswa perlu diajak untuk benar-benar memahami definisi bilangan berpangkat dan sifat-sifatnya. Salah satu penjelasan mengapa pangkat negatif berubah menjadi positif ketika dipindahkan di bawah tanda pembagian (a -n = ) dapat ditunjukkan dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan pola bilangan dan dengan menggunakan sifat-sifat bilangan berpangkat. 1. Menggunakan pola bilangan Alternatif penyelesaian permasalahan dengan menggunakan pola bilangan adalah sebagai berikut: a. Pertama kali siswa diminta untuk menentukan hasil dari beberapa bilangan berpangkat yang besar pangkatnya berurutan turun sampai dengan pangkat terkecil 1 seperti contoh berikut. 2

b. Selanjutnya siswa diminta mengamati pola dari hasil jawabannya yang sekaligus dikaitkan dengan pangkatnya. Dengan panduan guru, diharapkansiswa dapat menemukan pola seperti berikut: c. Dengan memperhatikan pola yang terjadi di atas, siswa diharapkan dapat meneruskan bentuk polanya sampai beberapa bilangan berikutnya dan akhirnya ke bentuk rumus umum. 3

Dari contoh kasus di atas diharapkan siswa dapat memahami rasionalitas mengapa pangkat negatif berubah menjadi positif ketika dipindahkan di bawah tanda pembagian (a -n = ) dengan syarat a 0. 2. Menggunakan sifat-sifat bilangan berpangkat Alternatif penyelesaian permasalahan dengan menggunakan sifat-sifat bilangan berpangkat dapat dilakukan sebagai berikut: a. Pertama kita ingatkan kembali bentuk 1) a m x a n = a m + n 2) a m : a n = a m - n, m > n 3) (a m ) n = a m x n 4) (a x b) m = a m x b m 5) (a : b) m = a m : b m b. Berdasarkan sifat di atas, bentuk a m a (-n) menjadi 4

a m a (-n) = a m+(-n) = a m-n c. Misalkan diambil m = 2 dan n = 1, maka bentuk a m a (-n) kita dapat a 2 a (-1) = a 2-1 = a 1 = a Jika kedua ruas dibagi dengan a 2 maka didapatkan: = = d. Misalkan diambil m = n =1, maka bentuk a m a (-n) kita dapatkan: a 1 a (-1) = a 1-1 = a 0 e. karena a 1 a (-1) = a = 1 maka a 0 = 1 f. Misalkan diambil m = n, maka bentuk a m a (-n) kita dapatkan: a n a (-n) = a (n-n) = a 0 = 1 g. Jika kedua ruas dibagi dengan a n maka didapatkan: = = Dari uraian langkah di atas diharapkan siswa dapat memahami rasionalitas mengapa pangkat negatif berubah menjadi positif ketika dipindahkan dibawah tanda pembagian (a -n = dengan syarat a 0. 3. Bentuk akar dan bilangan berpangkat pecahan. a. Bilangan rasional dan bilangan irrasional Bilangan rasional adalah bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk a/b dengan a, b bilangan bulat dan b 0. Bilangan rasional merupakan gabungan dari bilangan bulat, nol, dan pecahan. Contoh bilangan rasional adalah -5, -1/2, 0, 3, 3/4, dan 5/9. Sebaliknya, bilangan irasional adalah bilangan yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk a/b dengan a, b bilangan bulat dan b 0. Contoh bilangan irasional adalah. Bilangan-bilangan tersebut, jika dihitung dengan kalkulator merupakan desimal yang tak berhenti atau bukan desimal yang berulang. Misalnya 5

2 = 1,414213562... Selanjutnya, gabungan anrara bilangan rasional dan irasional disebut bilangan real. b. Bentuk akar Berdasarkan pembahasan sebelumnya, contoh bilangan irasional adalah 2 dan 5. Bentuk seperti itu disebut bentuk akar. Dapatkah kalian menyebutkan contoh yang lain? Bentuk akar adalah akar dari suatu bilangan yang hasilnya bukan bilangan Rasional. Bentuk akar dapat disederhanakan menjadi perkalian dua buah akar pangkat bilangan dengan salah satu akar memenuhi definisi a2 = a jika a 0, dan a jika a < 0 Contoh : Sederhanakan bentuk akar berikut 75 Jawab : 75 = 25x3 = 25 x 3 = 5 3 c. Mengubah Bentuk Akar Menjadi Bilangan Berpangkat Pecahan dan Sebaliknya Bentuk a dengan a bilangan bulat tidak negatif disebut bentuk akar kuadrat dengan syarat tidak ada bilangan yang hasil kuadratnya sama dengan a. oleh karena itu 2, 3, 5, 10, 15 dan 19 merupakan bentuk akar kuadrat. Untuk selanjutnya, bentuk akar n am dapat ditulis am/n (dibaca: a pangkat m per n). Bentuk am/n disebut bentuk pangkat pecahan. contoh : jawab : 4. Operasi Aljabar pada Bentuk Akar a. Penjumlahan dan Pengurangan 6

Penjumlahan dan pengurangan pada bentuk akar dapat dilakukan jika memiliki suku-suku yang sejenis. b. Perkalian dan Pembagian Contoh : Tentukan hasil operasi berikut : c. Perpangkatan 7

Kalian tentu masih ingat bahwa (a^)" = a^'. Rumus tersebut juga berlaku pada operasi perpangkatan dari akar suatu bilangan. Contoh: d. Operasi Campuran Dengan memanfaatkan sifat-sifat pada bilangan berpangkat, kalian akan lebih mudah menyelesaikan soal-soal operasi campuran pada bentuk akarnya. Sebelum melakukan operasi campuran, pahami urutan operasi hitung berikut. Prioritas yang didahulukan pada operasi bilangan adalah bilangan-bilangan yang ada dalam tanda kurung. Jika tidak ada tanda kurungnya maka pangkat dan akar sama kuat; kali dan bagi sama kuat; tambah dan kurang sama kuat, artinya mana yang lebih awal dikerjakan terlebih dahulu; kali dan bagi lebih kuat daripada tambah dan kurang, artinya kali dan bagi dikerjakan terlebih dahulu. Contoh : 8

e. Merasionalkan Penyebut Dalam perhitungan matematika, sering kita temukan pecahan dengan penyebut bentuk akar, misalnya Agar nilai pecahan tersebut lebih sederhana maka penyebutnya harus dirasionalkan terlebih dahulu. Artinya tidak ada bentuk akar pada penyebut suatu pecahan. Penyebut dari pecahan-pecahan yang akan dirasionalkan berturut-turut adalah Merasionalkan penyebut adalah mengubah pecahan dengan penyebut bilangan irasional menjadi pecahan dengan penyebut bilangan rasional. f. Penyebut Berbentuk b Jika a dan b adalah bilangan rasional, serta b adalah bentuk akar maka pecahan a/ b dapat dirasionalkan penyebutnya dengan cara mengalikan pecahan tersebut dengan b/ b. 9

Contoh : Sederhanakan pecahan berikut dengan merasionalkan penyebutnya! g. Penyebut Berbentuk (a+ b) atau (a+ b) Jika pecahan-pecahan mempunyai penyebut berbentuk (a+ b) atau (a+ b) maka pecahan tersebut dapat dirasionalkan dengan cara mengalikan pembilang dan penyebutnya dengan sekawannya. Sekawan dari (a+ b) adalah (a+ b) adalah dan sebaliknya. Bukti Contoh : Rasionalkan penyebut pecahan berikut. h. Penyebut Berbentuk ( b+ d) atau ( b+ d) 10

Pecahan tersebut dapat dirasionalkan dengan mengalikan pembilang dan penyebutnya dengan bentuk akar sekawannya, yaitu sebagai berikut. Contoh: Selesaikan soal berikut! B. Kegiatan Belajar 2: Memahami Barisan dan Deret Bilangan serta Penggunaannya dalam Pemecahan Masalah. Bagaimana Cara Menentukan Rumus Suku ke-n dari Suatu Barisan Bilangan. Menemukan Rumus Suku Umum Barisan Bilangan. Untuk menentukan rumus suku umum dari suatu barisan bilangan dapat dilakukan dengan dua cara, yakni dengan tuntunan pola dan tanpa tuntunan pola. Dengan tuntunan pola maksudnya adalah polanya ditunjukkan (yang sebenarnya/sesuai fakta) sehingga dengan melihat polanya siswa dapat menemukan rumus suku ke-n. Sedangkan cara yang kedua yakni tanpa tuntunan pola dilakukan dengan menyelidiki selisih tetapnya dicapai hingga tingkat penyelidikan ke berapa. 1. Menemukan Rumus Dengan Tuntunan Pola Misalkan kita diberikan pertanyaan Tentukan rumus suku ke-n dari barisan 11

bilangan 0, 1, 3, 6, 10, 15,... Tuntunan yang dimaksud adalah siswa diberikan sebuah LK (lembar kerja) berisi isian yang sengaja dibuat tidak lengkap dan dari isian yang tidak/belum lengkap itulah siswa diminta melengkapinya. Agar materi pelajaran dapat bersifat menantang (siswa merasa belum tahu pemecahannya tetapi mereka merasa mampu untuk memecahkannya jika diberi kesempatan dan waktu yang cukup), dan keterlibatan siswa dapat dibuat maksimal, berilah mereka kesempatan untuk bekerja secara kelompok. Dalam membentuk kelompok guru mengatur supaya anggota setiap kelompok heterogen, yaitu terdiri dari siswa pandai, sedang, dan kurang sehingga kemampuan antar kelompok relatif seimbang. Berikut adalah bentuk isian LK menemukan rumus umum suku ken dengan tuntunan pola. Petunjuk: Isilah kotak yang tersedia dengan suatu bilangan sehingga menjadi pernyataan yang benar! Dengan tuntunan pemecahan seperti di atas siswa diharapkan dapat 12

menemukan bentuk umum yakni rumus suku ke-n dari barisan 0, 1, 3, 6, 10, 15,... Rumus yang dimaksud adalah Un 2. Menemukan Rumus tanpa Tuntunan Pola Cara kedua yakni tanpa tuntunan pola, dilakukan dengan langkah sebagai berikut: a. Selidiki sampai berapa tingkat dicapai selisih tetapnya. b. Jika selisih tetapnya dicapai pada tingkat penyelidikan yang kedua, maka dipastikan barisan bilangannya berderajat dua. Jika selisih tetapnya dicapai pada tingkat penyelidikan yang ketiga, maka dipastikan barisan bilangannya berderajat tiga, demikianlah seterusnya. c. Setelah derajat barisan bilangannya diketahui, langkah berikutnya adalah menuliskan: un= an + b... jika barisan bilangannya berderajat 1 un= an 2 + bn+ c... jika barisan bilangannya berderajat 2 un= an 3 + bn 2 + cn + d... jika barisan bilangannya berderajat 3 un= an 4 + bn 3 + cn 2 + dn + e... jika barisan bilangannya berderajat 4... un = akn k + ak-1n k-1 + ak-2n k-2 +... + a1n + a0... jika barisan bilangannya berderajat k d. Selidiki nilai-nilai sukunya dari suku pertama minimal hingga suku keempat. Mengapa? Sebab suatu barisan bilangan akan tertentu secara tunggal jika suku-suku yang diketahui minimal hingga empat suku. e. Selanjutnya dengan menghubungkan komponen-komponen yang bersesuaian pada masing-masing tingkat penyelidikan akan diperoleh SPL (sistem persamaan linear) yang banyaknya sesuai dengan banyak variabel (peubah)-nya. Dari penyelesaian SPL tersebut maka rumus umum suku ken dari barisan bilangan yang dimaksud akan dapat ditentukan secara tunggal. Terakhir kita dapat menentukan suku sembarang yang ditanyakan berdasar rumus yang telah ditemukan tersebut. 13

Misalkan kita diberikan pertanyaan Tentukan rumus suku ke-n dari barisan bilangan 0, 1, 3, 6, 10, 15,... Penyelesaian Cara menentukan selisih tetap barisan bilangan tersebut adalah: Hasil penyelidikan di atas memperlihatkan bahwa barisan bilangan 0, 1, 3, 6, 10, 15,... adalah barisan bilangan berderajat 2, sebab selisih tetapnya diperoleh hingga penyelidikan tingkat 2. Selanjutnya karena barisan bilangannya berderajat 2, maka pemisalan suku ke-n dari barisan bilangan tersebut adalah un= an 2 + bn+ c Karena un= an2 + bn+ c, maka u1 = a(1)2 + b(1) + c = a + b + c u2 = a(2) 2 + b(2) + c = 4a + 2b + c u3 = a(3) 2 + b(3) + c = 9a + 3b + c u4 = a(4) 2 + b(4) + c = 16a + 4b + c u5 = a(5) 2 + b(5) + c = 25a + 5b + c u6 = a(6) 2 + b(6) + c = 36a + 6b + c. Bentuk terakhir di atas ini kemudian kita hubungkan dengan penyelidikan sebelumnya. Perhatikan korespondensinya. 14

Dari korespondensi antara kedua bentuk penyelidikan di atas akan diperoleh tiga persamaan linear dengan tiga variabel seperti berikut. a + b + c = 0 (*) 3a + b = 1 (**) 2a = 1 (***) Perhatikan bahwa suku-suku yang digunakan untuk mengadakan korespondensi adalah (a) Suku pertamanya yaitu u1 = a + b + c = 0 (b) Beda pertama suku pada tingkat penyelidikan yang pertama, yakni b1 = 3a + b = 1, dan (c) Beda pertama suku pada tingkat penyelidikan yang kedua, yakni b 1= 2a = 1 Penyelesaian tercepat akan diperoleh jika dimulai dari (***). (***) 2a = 1 15

Dengan memasukkan nilai a = b = dan c = 0 ke barisan bilangan berderajat dua yang kita misalkan maka akan kita peroleh rumus suku ke-n yang kita cari. Jadi rumus umum suku ke-n untuk barisan bilangan 0, 1, 3, 6, 10, 15,.. adalah un = n(n 1) 3. Menggunakan Rumus Untuk Menentukan Nilai Suku Urutan Besar Kini kita telah mengetahui bagaimana cara menurunkan rumus suku ke-n dari suatu barisan bilangan yakni dengan tuntunan pola (menggunakan LK) maupun tanpa tuntunan pola (tanpa LK). Tanpa LK sifatnya lebih menantang, tetapi tanpa tuntunan penemuan rumus suku ke-n secara jelas maka tujuan 16

penemuan rumus itu akan sulit untuk dilakukan. Syarat penting untuk menurunkan rumus suku ke-n dari suatu barisan dengan tuntunan pola adalah guru terlebih dahulu harus mengetahui kunci jawabannya. Kunci jawaban yang dimaksudkan adalah rumus suku ke-n dari barisan bilangan yang diketahui itu. Selanjutnya cara yang kedua yakni dapat menemukan rumus suku ke-n barisan bilangannya tanpa menggunakan LK sehingga masing-masing guru/siswa dapat mengekplorasi secara bebas. Untuk dapat mengeksplorasi secara bebas guru harus mengetahui bagaimana teknik mengeksplorasi. Setelah siswa mengetahui teknik tersebut diharapkan dapat menemukan rumus umum tersebut secara mandiri maupun berkelompok. Setelah rumus umum suku ke-n ditemukan, kegiatan selanjutnya adalah menentukan nilai-nilai dari suku dengan urutan tertentu. Misal berapakah suku yang ke-50 dan berapakah suku yang ke-2008, pemecahannya adalah seperti berikut. Maka suku ke-50 diperoleh dengan mengganti nilai n dengan bilangan 50, sehingga dari u n = (n - 1)? u 50 = (50) (50 1 ) = 25 (50 1 ) = 25 (50) 25 (1) = 1250 25 = 1225 Untuk n = 2008? u 2008 = (2008) (2008 1) = 1004 (2007) = 2015028 Jadi nilai suku ke-50 adalah 1225 dan nilai suku ke-2008 adalah 2015028. Contoh lain Tentukan suku yang ke-2008 dari barisan bilangan berikut: 17

Penyelesaian Cara 1 Menemukan rumus tanpa tuntunan pola Jika kita amati berdasarkan banyaknya petak persegi yang dimuat oleh masing-masing gambar maka Berarti yang ditanyakan adalah u2008 yaitu suku ke-2008 dari barisan bilangan 5, 12, 21, 32, 45,.... Sekarang kita selidiki selisih tetapnya. Perhatikan: setelah diselidiki ternyata selisih tetapnya diperoleh setelah dua tingkat penyelidikan, dengan demikian barisan bilangannya adalah barisan bilangan berderajat 2. Pemisalan rumus umum untuk suku ke-n barisan bilangan 18

tersebut adalah un = an2 + bn+ c Pada pembahasan sebelumnya penyelidikan selisih tetapnya untuk barisan berderajat dua adalah sebagai berikut Unsur-unsur yang diperhatikan untuk membentuk sistem persamaan linear pada barisan berderajat dua di atas adalah: Dengan demikian maka korespondensi untuk membentuk sistem persamaan linear yang diperlukan dalam mencari rumus suku ke-n barisan bilangan adalah u1 = a + b + c = 5, b1 = 3a + b = 7 dan b1 = 2a = 2. Dengan demikian sistem persamaan linear yang kita peroleh adalah a + b + c = 5 (*) 3a + b = 7 (**) 2a = 2 (***) Selesaikan mulai dari persamaan (***) hingga persamaan (*). 19

(***) 2a = 2 Dengan memasukkan nilai a = 1, b = 4, dan c = 0 ke rumus umum barisan bilangan berderajat dua yang kita misalkan maka akan kita peroleh rumus suku ke-n yang dicari. Jadi nilai suku ke-2008 adalah 4040096 artinya banyaknya satuan persegi yang digunakan untuk membentuk persegipanjang yang ke-2008 adalah sebanyak 4040096 buah. Perhatikan bahwa persegipanjang yang dimaksud itu berdasarkan pola gambarnya adalah persegipanjang yang alasnya = 2008 satuan, dan tingginya = 2008 + 4 = 2012 satuan. Cara 2 20

Menemukan rumus dengan mengamati pola bilangannya. Dari pola gambar yang diketahui Bila kita amati, pola yang ditunjukkan oleh ukuran sisi-sisinya adalah u1 = 5 petak? alas = 1, tinggi = 5? alas tinggi = 1 5 = 5? 1 (1 + 4) = 5 u2 = 12 petak? alas = 2, tinggi = 6? alas tinggi = 2 6 = 12? 2 (2 + 4) = 12 u3 = 21 petak? alas = 3, tinggi = 7? alas tinggi = 3 7 = 21? 3 (3 + 4) = 21 u4 = 32 petak? alas = 4, tinggi = 8? alas tinggi = 4 8 = 32? 4 (4 + 4) = 32 u5 = 45 petak? alas = 5, tinggi = 9? alas tinggi = 5 9 = 45? 5 (5 + 4) = 45... Ternyata alas dan tingginya selalu berselisih 4, maka... u2008 2008 (2008 + 4) un un = n (n + 4), atau Catatan 1. Pola bilangan yang gambarnya diketahui seperti di atas menjadikan permasalahannya lebih mudah untuk dibayangkan dan polanya lebih 21

mudah terlihat sehingga rumus umum untuk suku ke-n lebih cepat diperoleh. 2. Kesulitan utama dalam menemukan rumus suku ke-n secara cepat adalah karena kita tidak dapat segera menemukan polanya. 3. Namun meskipun kita kesulitan bahkan secara perasaan kita tidak dapat menemukan polanya dalam waktu lama, tujuan kita menemukan rumus umum suku ke-n masih dapat dilakukan yakni dengan menyelidiki selisih tetapnya dicapai pada berapa tingkat penyelidikan. Selanjutnya kita dapat menyelesaikannya yakni menemukan rumus umum suku ke-n yang merupakan tujuan utama kerja kita. 4. Penemuan rumus suku ke-n dengan tuntunan pola, semata-mata untuk memudahkan dan mempercepat dalam mencapai tujuan. Namun siswa dalam hati sebenarnya masih bertanya-tanya bagaimana cara menemukan rumus suku ke-n suatu barisan bilangan jika tuntunan menemukan polanya tidak ada/tidak diberikan. 5. Satu-satunya cara menemukan rumus suku ke-n tanpa tuntunan pola hanyalah menyelidiki selisih tetapnya dicapai pada berapa tingkat penyelidikan. Jika selisih tetapnya dicapai dalam satu tingkat penyelidikan, maka barisan bilangannya berderajat satu dan pemisalan rumus suku ke-n adalah un = an + b. Jika selisih tetapnya diperoleh dalam dua tingkat penyelidikan, maka barisan bilangannya berderajat dua dan pemisalan rumus untuk suku ke-n adalah un = an 2 + bn + c. Jika selisih tetapnya diperoleh dalam tiga tingkat penyelidikan, maka barisan bilangannya berderajat tiga dan pemisalan rumus untuk suku ke-n adalah un = an 3 + bn 2 + cn + d, demikianlah seterusnya. 22

Daftar Pustaka Wiworo, dan Adi Wijaya. 2009. Kapita Selekta Pembelajaran Bilangan Dikelas VII dan IX SMP. Yogyakarta : Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika. http://workshopmathematics.blogspot.com/2012/12/bab-5-bilangan-berpangkat-danbentuk.html diakses pada 17 nov 2014 jam 10.03. 23