HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab 3 PERUMUSAN MODEL KINEMATIK DDMR

PENGARUH UKURAN GRANULA BOBOT TEPUNG JAGUNG TERHADAP PROFIL GELATINISASI DAN MI JAGUNG

EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS SIRIP LONGITUDINAL DENGAN PROFIL SIKU EMPAT KEADAAN TAK TUNAK KASUS 2D

1). Definisi Relasi Relasi dari dua himpunan A dan B adalah pemasangan anggota-anggota A dengan anggota B.

HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Suhu dan Kelembaban Udara pada Kandang Sapi Perah

PENDEKATAN TEORI ... (2) k x ... (3) 3... (1)

PENINGKATAN PRODUKTIFITAS PROSES PRODUKSI PENGRAJIN KUSEN DAN PINTU BERBASIS MESIN BAND SAW

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan masalah penting yang perlu

BAB 5 DESAIN DAN ANALISIS SAMBUNGAN

4. Mononom dan Polinom

PERANCANGAN BALOK BETON PROFIL RINGAN UNTUK PEMASANGAN LANTAI BANGUNAN BERTINGKAT YANG EFEKTIF

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Jika p dan q akar-akar persamaan. x 2 bx c 0 dan k konstanta real, maka

BAB II. PROTEKSI TRAFO 60 MVA 150/20 kv. DAN PENYULANG 20 kv

PERSAMAAN FUNGSI KUADRAT-1

6. 2 Menerapkan konsep fungsi linier Menggambarkan fungsi kuadrat Menerapkan konsep fungsi kuadrat

STUDI BANDING ANALISIS STRUKTUR PELAT DENGAN METODE STRIP, PBI 71, DAN FEM

PENGARUH PERETAKAN BETON DALAM ANALISIS STRUKTUR BETON

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER-04/MEN/1993 TAHUN 1993 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA

BAB VI DEFLEKSI BALOK

TRIGONOMETRI. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com. Aturan sinus Aturan kosinus Luas segitiga A. KOMPETENSI DASAR DAN PENGALAMAN BELAJAR

ANALISA STABILITAS LERENG TANAH BERBUTIR HALUS UNTUK KASUS TEGANGAN TOTAL DENGAN MENGGUNAKAN MICROSOFT EXEL ABSTRACT

BAB V KESIMPULAN UMUM

PERSEPSI TERHADAP PELAYANAN RUMAH KOST DI KELURAHAN GEBANG REJO (PERCEPTION BOARDING HOUSE SERVICES IN VILLAGE GEBANGREJO) BY Tabita R.

b. Titik potong grafik dengan sumbu y, dengan mengambil x = 0

METODOLOGI PENELITIAN

MODUL FISIKA BUMI METODE GAYA BERAT

Model Regresi Berganda

III. METODOLOGI PENELITIAN

Pertemuan XI, XII, XIII VI. Konstruksi Rangka Batang

Perencanaan hidraulik bendung dan pelimpah bendungan tipe gergaji

Faktor yang mempengaruhi ketidaklengkapan DRM : 1. Aspek sumber daya manusia 2. Aspek pendukung

KAJI EKSPERIMENTAL UNTUK MENINGKATKAN PERFORMASI DESTILASI SURYA BASIN TIGA TINGKAT MENGGUNAKAN BEBERAPA BAHAN PENYIMPAN PANAS

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab III Model Difusi Oksigen di Jaringan dengan Laju Konsumsi Konstan

ANALISIS TEGANGAN BAUT PENGUNCI GIRTH-GEAR KILN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. usaha untuk memperbaiki kondisi pertumbuhan jagung dan menambah

ANALISA REFRAKSI GELOMBANG PADA PANTAI

PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seluruh perusahaan yang

MODIFIKASI JUMLAH KUTUB PADA MOTOR INDUKSI 3 FASA 36 ALUR

BAB II FUNGSI, PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Analisis dan Simulasi Distribusi Suhu Udara pada Kandang Sapi Perah Menggunakan Computational Fluid Dynamics (CFD)

Disusun Oleh : Dewi Ratna Nawangsari NRP Dosen Pembimbing : Tri Tiyasmihadi, ST. MT

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Sambungan Baut Pertemuan - 13

Konstruksi Rangka Batang

KARAKTERISTIK GELOMBANG PECAH DI PERAIRAN PERAK SURABAYA. Akhmad Farid Dosen Jurusan Ilmu Kelautan Fak. Pertanian Unijoyo

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS TEMPERATUR DAN ALIRAN UDARA PADA SISTEM TATA UDARA DI GERBONG KERETA API PENUMPANG KELAS EKONOMI DENGAN VARIASI BUKAAN JENDELA

I. Kombinasi momen lentur dengan gaya aksial tarik

STUDI KEANDALAN (RELIABILITY) PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) LABUHAN ANGIN SIBOLGA

HUBUNGAN KUALITAS BUAH JERUK VARIETAS SIAM BANJAR

(R.2) PERBANDINGAN METODE BOOTSTRAP DAN JACKKNIFE DALAM PENDUGAAN PARAMETER REGRESI DENGAN PARTIAL LEAST SQUARE REGRESSION

METODOLOGI PENELITIAN

E-LEARNING MATEMATIKA

D Avg

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL. Model Gravitasi

ANALISIS PENGGUNAAN ANGGARAN KAS SEBAGAI TOLOK UKUR PENGENDALIAN BIAYA PADA PDAM KOTA BLITAR. Desi Apriani Retno Murni Sari. STIE Kesuma Negara Blitar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Lingkungan Mikro Lokasi Penelitian

BAB XIV V E K T O R Pengertian Vektor adalah besaran yang mempunyai arah. Tafsiran geometri sebuah vektor dilukiskan sebagai panah.

BAB XII GAYA DAN TEKANAN

BAB II TEORI DASAR. II.1.2. Mekanisme Proses Terjadinya Sedimentasi

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

HUBUNGAN B VALUE DENGAN FREKUENSI KEJADIAN DAN MAGNITUDO GEMPA BUMI MENGGUNAKAN METODE GUTENBERG-RICHTER DI SULAWESI TENGAH PERIODE

PAKAN: PERTUMBUHAN PIYIK DENGAN PAKAN BERBEDA SERTA POLA MAKAN DAN KONSUMSI PAKAN PADA PEMELIHARAAN SECARA INTENSIF

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Iklim Mikro Rumah Tanaman Daerah Tropika Basah

BAB 2. RANDOMISASI DALAM PENELITIAN

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

Model Persamaan Faktor Koreksi pada Proses Sedimentasi dalam Keadaan Free Settling

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Menganalisa Pondasi Rumah Rakit dari Bambu ke Pipa PVC di Sekitar Sungai Musi Palembang

METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

EVALUASI NILAI TAHANAN PENTANAHAN TOWER SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150kV TRANSMISI MANINJAU SIMPANG EMPAT

TES AKHIR. Kartu-kartu diatas dapat disusun dengan aturan susunan kartu adalah jumlah bilangan kebawah sama dengan jumlah bilangan kesamping

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODOLOGI PENELITIAN

PENENTUAN JUMLAH BUS YANG OPTIMAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE GOAL PROGRAMMING (Studi Kasus Di Trayek B 35 Jurusan Terboyo - Cangkiran Semarang)

IV. PEMBAHASAN A. Distribusi Suhu dan Pola Aliran Udara Hasil Simulasi CFD

ANALISIS KONSENTRASI TEGANGAN PADA GELAGAR BERLUBANG MENGGUNAKAN PEMODELAN DAN EKSPERIMEN

BAB IV ANALISA PERANCANGAN BCSU BERDASARKAN HASIL PENGUKURAN DAN SIMULASI RANGKAIAN DENGAN MENGGUNAKAN MULTISIM

A. Kajian ulang tentang fungsi Pada gambar di bawah ini diberikan diagram panah suatu relasi dari himpunan

ANALISA TRAFIK PADA JARINGAN CDMA

PEMODELAN TRAFIK SELF-SIMILAR DENGAN DISTRIBUSI PARETO ZAKI MUBARROK

dlp2usaha - - USAHA DAN ENERGI - - Usaha dan Eenergi 8105 Fisika 1 mv

ANALISIS KEKUATAN BAUT PONDASI REL CARRIER PADA IRADIATOR GAMMA UNTUK STERILISASI HASIL PERTANIAN

KAPASITAS LENTUR LANTAI GRID DENGAN MENGGUNAKAN TULANGAN WIRE MESH. Naskah Publikasi

Biltek Vol. 4, No. 014 Tahun 2015 Sekolah Tinggi Teknik Harapan 1

7. FLUIDA FLUIDA STATIK FENOMENA FLUIDA DINAMIK

Moch Faoezy Magister Manajemen, Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Yogyakarta, Indonesia

INSTALASI DAN EVALUASI GROUNDING UNTUK MBE INDUSTRI LATEKS PTAPB MENGGUNAKAN MULTIPLE ROD

Message Authentication Code (MAC) Pembangkit Bilangan Acak Semu

HUBUNGAN ANTARA KUAT TEKAN DAN FAKTOR AIR SEMEN PADA BETON YANG DIBUAT DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND-POZZOLAN

DAKTILITAS KOLOM BERDASARKAN RAGAM KERUNTUHAN KOLOM BETON BERTULANG

Transkripsi:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Lingkungan mikro di dalam rumah tanaman khususnya di daerah tropika asah perlu mendapat perhatian khusus, mengingat iri iklim tropika asah dengan suhu udara yang relatif panas, intensitas radiasi matahari yang tinggi dan kelemaan udara yang tinggi. Pengendalian lingkungan mikro rumah tanaman yang paling mendasar adalah mengenai modifikasi struktur rumah tanaman dan material penyusun rumah tanaman. Salah satu hal penting mengenai struktur rumah tanaman adalah proses pindah panas yang terjadi di dalam rumah tanaman khususnya lantai rumah tanaman. Lantai dijadikan pemanding dalam hal penentuan luas ventilasi rumah tanaman. Selain itu, jenis material dan teal ahan yang digunakan juga sangat erpengaruh dalam proses perpindahan panas di dalam rumah tanaman. 4.1 Peruahan Suhu Udara dan Suhu Permukaan Lantai Rumah Tanaman Pengukuran dilakukan selama tiga hari dari tanggal 28 Maret 2012 sampai 30 Maret 2012, namun data yang digunakan adalah data iklim dan kondisi lingkungan di rumah tanaman pada tanggal 30 Maret 2012. Pengukuran dilakukan selama 12 jam, dimulai dari pukul 06:00 sampai dengan pukul 18:00. Pada Gamar 16 dan 17 disajikan hasil pengukuran suhu udara dan radiasi matahari di dalam dan di luar rumah tanaman (Lampiran 5 dan 6). 38 36 34 Suhu, o C 32 30 28 di dalam di luar 26 24 Waktu setempat, WIB Gamar 16. Peruahan suhu udara di dalam dan di luar rumah tanaman (30 Maret 2012)

Radiasi, W/m 2 1100 1000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0 di dalam di luar Waktu setempat, WIB Gamar 17. Peruahan radiasi matahari di dalam dan di luar rumah tanaman (30 Maret 2012) Gamar 18 dan 19 menyajikan gamar peruahan suhu pada permukaan lantai dan suhu udara di atas permukaan lantai rumah tanaman sesuai titik-titik pengukuran (Lampiran 2 dan 3). Suhu, o C 48 46 44 42 40 38 36 34 32 30 28 26 Titik 1 Titik 3 Titik 7 Titik 9 Titik 13 Titik 15 Titik 17 Titik 21 Titik 22 Waktu setempat, WIB Gamar 18. Peruahan suhu permukaan lantai rumah tanaman (30 Maret 2012) 24

Suhu, o C 40 38 36 34 32 30 28 26 24 22 Titik 2 Titik 4 Titik 5 Titik 6 Titik 8 Titik 10 Titik 12 Titik 14 Titik 16 Titik 18 Titik 20 Waktu setempat, WIB Gamar 19. Peruahan suhu udara pada posisi 45 m di atas permukaan lantai rumah tanaman (30 Maret 2012) Pengukuran iklim mikro dilakukan pada saat rumah tanaman dalam keadaan tanpa tanaman. Suhu lantai yang dihasilkan erkisar 26.3 47.7 o C dan suhu udara pada 45 m di atas permukaan lantai yang dihasilkan erkisar 23.5 39.2 o C (Lampiran 7 dan 8). Namun, pengukuran suhu udara pada 2 m di atas permukaan lantai (sesuai tinggi weather station) erkisar 24.7 31.9 o C, sedangkan suhu udara di luar rumah tanaman erkisar 25.6 36.8 o C. Berdasarkan hasil pengukuran terseut, suhu udara pada lokasi 45 m di atas permukaan lantai akan leih tinggi daripada suhu udara 2 m di atas permukaan lantai. Hal ini diseakan oleh pengaruh dari panas yang tersimpan dalam material dan tertutupnya lantai oleh eton (60 m), sehingga udara enderung stagnan. Jika tidak adanya pengaruh dari keepatan angin yang signifikan, maka akan terjadi efek Buoyany. Pementukan profil suhu terseut dipengaruhi oleh intensitas radiasi matahari yang masuk ke dalam rumah tanaman. Intensitas radiasi matahari tertinggi yang masuk ke dalam rumah tanaman terjadi pada pukul 12:00, namun suhu tertinggi tidak selalu terjadi pada saat intensitas radiasi matahari tertinggi. Menurut Lippsmeier (1997), panas tertinggi diapai kira-kira 1 2 jam setelah tengah hari, karena pada saat itu radiasi matahari langsung ergaung dengan suhu udara yang sudah tinggi, sedangkan suhu terendah sekitar 1 2 jam seelum matahari terit. Hasil pengukuran menunjukkan suhu udara di dalam rumah tanaman menapai suhu tertinggi setelah tengah hari (pukul 14:00). 4.2 Simulasi dengan Metode Computational Fluid Dynamis (CFD) Simulasi CFD dilakukan untuk mengetahui searan suhu udara dan permukaan lantai rumah tanaman. Simulasi dilakukan pada saat radiasi minimum dan radiasi maksimum. Hasil simulasi yang ditampilkan erupa kontur suhu (tampak depan dan tampak samping). Potongan kontur yang ditampilkan meliputi tampak depan (Utara-Selatan) dengan jarak 1.5 m, 6 m dan 10.5 m, sedangkan tampak samping (Barat-Timur) dengan jarak 0.8 m, 2.925 m dan 5.05 m. Pemilihan jarak ini disesuaikan dengan posisi titik-titik pengukuran suhu yang telah dilakukan dan untuk melihat pola detail searan suhu di atas permukaan lantai (maksimum 60 m). Kontur suhu udara dan permukaan akan menunjukkan searan suhu yang terjadi di atas permukaan lantai rumah 25

tanaman sehingga diketahui pengaruhnya agi perpindahan panas konveksi di atas permukaan lantai rumah tanaman. Radiasi minimum (0 W/m 2 ) dapat terjadi pada pagi hari dan sore hari, namun untuk simulasi ini diamil pada saat pagi hari karena elum ada pengaruh dari radiasi seelumnya. Pada saat yang ersamaan untuk pengukuran radiasi 0 W/m 2 keepatan angin di luar rumah tanaman terukur 0 m/detik. Gamar 20 dan 21 menunjukkan searan suhu pada rumah tanaman pada saat radiasi 0 W/m 2 tampak depan (Utara-Selatan) dan tampak samping (Barat-Timur). Terlihat ahwa ada peredaan suhu udara di dalam dan di luar rumah tanaman karena struktur rumah tanaman yang enderung leih tertutup, suhu di dalam leih esar dari suhu di luar rumah tanaman. Selisih suhu udara yang dihasilkan antara di dalam dan di luar rumah tanaman kurang leih seesar 3 o C. Seara keseluruhan suhu teresar yang dihasilkan pada rumah tanaman ada di agian atap dan kedua sisi permukaan lantai agian luar rumah tanaman. Hal ini diseakan erkumpulnya panas di agian atap akiat dari radiasi matahari langsung dan udara panas yang akan keluar dari rumah tanaman akiat efek Chimney. Selain itu, pada saat simulasi dilakukan agian atap dan kedua sisi permukaan lantai agian luar rumah tanaman tidak didefinisikan seagai real wall, sehingga mendapat pengaruh langsung dari kapasitas panas material atap dan lantai. a Gamar 20. Searan suhu rumah tanaman pada saat radiasi matahari 0 W/m 2 (Utara-Selatan) pada jarak (a) 1.5 m, () 6 m dan () 10.5 m tampak depan 26

a Gamar 21. Searan suhu rumah tanaman pada saat radiasi matahari 0 W/m 2 tampak samping (Barat-Timur) pada jarak (a) 0.8 m, () 2.925 m dan () 5.05 m 27

Fokus penelitian ini adalah simulasi searan suhu udara dan permukaan lantai rumah tanaman, dimana dapat mempengaruhi pindah panas konveksi dan aliran udara. Gamar 22 dan 23 menunjukkan searan suhu udara di atas permukaan lantai rumah tanaman pada saat radiasi matahari 0 W/m 2 tampak depan (Utara-Selatan) dan tampak samping (Barat-Timur). Suhu udara di atas permukaan lantai dalam rumah tanaman akan semakin rendah ketika mendekati agian tengah rumah tanaman. Hal ini diseakan oleh pada agian tengah rumah tanaman terjadi pertemuan aliran udara seagai akiat dari efek Buoyany, sedangkan agian samping leih panas karena pergerakan udara yang terhamat oleh dinding awah dan pengaruh material dinding. Hasil simulasi ini juga menunjukkan adanya pengaruh dari panas yang tersimpan di dalam lantai rumah tanaman yang dapat mempengaruhi searan suhu di atas permukaan lantai rumah tanaman. a Gamar 22. Searan suhu udara di atas permukaan lantai rumah tanaman pada saat radiasi matahari 0 W/m 2 tampak depan (Utara-Selatan) pada jarak (a) 1.5 m, () 6 m dan () 10.5 m 28

a Gamar 23. Searan suhu udara di atas permukaan lantai rumah tanaman pada saat radiasi matahari 0 W/m 2 tampak samping (Barat-Timur) pada jarak (a) 0.8 m, () 2.925 m dan () 5.05 m Simulasi yang dilakukan untuk kondisi kedua adalah pada saat radiasi maksimum, yaitu seesar 1,092 W/m 2. Keepatan udara yang terukur pada saat radiasi maksimum adalah 1.29 m/detik dengan arah Timur Laut (NE). Adanya keepatan udara ini mempengaruhi searan suhu di atas permukaan lantai rumah tanaman. Arah keepatan angin Timur Laut akan mempengaruhi suhu udara rumah tanaman dari sisi (-x) dan (z), sehingga rumah tanaman agian (-x) dan (z) akan memiliki suhu yang leih rendah. Namun, apaila melihat peredaan suhu udara di dalam dan di luar rumah tanaman, selisih yang diperoleh relatif keil yaitu kurang leih seesar 1 o C. Hal ini dipengaruhi oleh angin yang ertiup dari luar rumah tanaman. Gamar 24 dan 25 menunjukkan searan suhu rumah tanaman pada saat radiasi maksimum tampak depan (Utara-Selatan) dan tampak samping (Barat-Timur). 29

a Gamar 24. Searan suhu rumah tanaman pada saat radiasi matahari 1,092 W/m 2 tampak depan (Utara-Selatan) pada jarak (a) 1.5 m, () 6 m dan () 10.5 m 30

a Gamar 25. Searan suhu rumah tanaman pada saat radiasi matahari 1,092 W/m 2 samping (Barat-Timur) pada jarak (a) 0.8 m, () 2.925 m dan () 5.05 m tampak 31

Pada dasarnya penetapan atasan sistem yang diamati pada agian awah rumah tanaman ini adalah dengan tinggi 60 m, sesuai dengan tinggi dinding awah pada rumah tanaman. Hal ini ertujuan agar semua proses yang terjadi di rumah tanaman, terutama dalam hal pementukan iklim mikro hanya diseakan oleh efek termal, tanpa dipengaruhi oleh angin. Namun, hasil simulasi menunjukkan seara tidak langsung faktor angin mempengaruhi searan suhu di atas permukaan lantai rumah tanaman. Gamar 26 dan 27 menunjukkan searan suhu di atas permukaan lantai rumah tanaman pada saat radiasi maksimum tampak depan (Utara-Selatan) dan tampak samping (Barat-Timur). a Gamar 26. Searan suhu udara di atas permukaan lantai rumah tanaman pada saat radiasi matahari 1,092 W/m 2 tampak depan (Utara-Selatan) pada jarak (a) 1.5 m, () 6 m, dan () 10.5 m 32

a Gamar 27. Searan suhu udara di atas permukaan lantai rumah tanaman pada saat radiasi matahari 1,092 W/m 2 tampak samping (kanan) pada jarak (a) 0.8 m, () 2.925 m dan () 5.05 m 4.3 Validasi Hasil Simulasi Suhu Validasi erfungsi untuk menunjukkan nilai ketepatan antara hasil simulasi dan hasil pengukuran. Data yang digunakan untuk validasi adalah data suhu permukaan lantai dan suhu udara di atas permukaan lantai rumah tanaman. Tael 4 menunjukkan validasi suhu pengukuran dan hasil simulasi pada saat radiasi 0 W/m 2. Hasil validasi yang diperoleh erkisar antara 91.18-99.66% dan error yang dihasilkan untuk semua titik leih keil dari 10%, sehingga nilai validasi ini dapat dikatakan akurat. Begitu juga dengan hasil validasi pada saat radiasi 1,092 W/m 2, hasil validasi yang diperoleh erkisar 90.79-99.92%. Nilai validasi suhu pada saat radiasi maksimum ditampilkan pada Tael 5. Pada dasarnya, perhitungan validasi ini diperoleh dengan menghitung error dari setiap titik pengukuran. Huungan error dan validasi ini adalah eranding teralik. 33

Sehingga, semakin esar nilai error yang diperoleh maka memperkeil nilai validasi yang dihasilkan. Kemudian, peredaan suhu menunjukkan selisih suhu antara suhu pengukuran dan suhu simulasi. Semua nilai peredaan suhu pada tael menunjukkan nilai yang positif. Hal ini karena dalam perhitungan selisih suhu dijadikan mutlak dan ertujuan untuk memudahkan dalam perhitungan validasi. Pada kenyataannya, ada nilai peredaan suhu yang negatif, karena nilai suhu pengukuran yang leih keil dari nilai suhu simulasi. Nilai suhu pengukuran leih keil atau leih esar dari suhu simulasi menunjukkan error yang dihasilkan menyear seara sistematis. Titik Tael 4. Validasi suhu hasil pengukuran dan hasil simulasi pada saat radiasi 0 W/m 2 Koordinat x y z Suhu Pengukuran ( o C) Suhu Simulasi ( o C) Suhu Peredaan ( o C) Error (%) Validasi (%) 1-0.8 0-1.5 26.33 26.41 0.09 0.34 99.66 2-0.8 0.45-1.5 24.89 26.30 1.41 5.68 94.32 3-0.8 0-6 28.05 26.45 1.60 5.70 94.30 4-0.8 0.45-6 24.20 25.57 1.37 5.68 94.32 5-0.8 0.15-6 24.20 25.57 1.37 5.68 94.32 6-0.8 0.3-6 23.50 25.57 2.07 8.82 91.18 7-0.8 0-10.5 27.70 26.42 1.28 4.63 95.37 8-0.8 0.45-10.5 24.68 26.29 1.61 6.53 93.47 9-2.925 0-10.5 27.92 28.41 0.49 1.75 98.25 10-2.925 0.45-10.5 25.21 25.61 0.40 1.59 98.41 12-2.925 0.45-6 24.10 25.51 1.41 5.85 94.15 13-2.925 0-1.5 28.59 28.42 0.17 0.60 99.40 14-2.925 0.45-1.5 24.96 25.43 0.47 1.87 98.13 15-5.05 0-1.5 27.60 26.50 1.10 3.98 96.02 16-5.05 0.45-1.5 26.56 25.68 0.88 3.32 96.68 17-5.05 0-6 27.00 26.43 0.57 2.09 97.91 18-5.05 0.45-6 23.80 25.52 1.72 7.23 92.77 20-5.05 0.45-10.5 25.46 25.75 0.29 1.13 98.87 Maksimum (Titik 1) 99.66 Minimum (Titik 6) 91.18 34

Tael 5. Validasi suhu hasil pengukuran dan hasil simulasi pada saat radiasi 1,092 W/m 2 Titik Koordinat x y z Suhu Pengukuran ( o C) Suhu Simulasi ( o C) Suhu Peredaan ( o C) Error (%) Validasi (%) 1-0.8 0-1.5 38.52 39.89 1.37 3.56 96.44 2-0.8 0.45-1.5 35.84 36.40 0.56 1.56 98.44 3-0.8 0-6 39.92 39.89 0.03 0.08 99.92 4-0.8 0.45-6 37.30 36.40 0.90 2.42 97.58 5-0.8 0.15-6 36.00 36.34 0.34 0.94 99.06 6-0.8 0.3-6 36.80 36.36 0.44 1.21 98.79 7-0.8 0-10.5 42.10 39.89 2.21 5.24 94.76 8-0.8 0.45-10.5 39.21 36.22 2.99 7.62 92.38 9-2.925 0-10.5 39.58 39.47 0.11 0.27 99.73 10-2.925 0.45-10.5 37.08 36.12 0.97 2.61 97.39 12-2.925 0.45-6 33.10 36.15 3.05 9.21 90.79 13-2.925 0-1.5 43.41 39.47 3.95 9.09 90.91 14-2.925 0.45-1.5 34.04 36.28 2.23 6.56 93.44 15-5.05 0-1.5 34.67 36.76 2.10 6.06 93.94 16-5.05 0.45-1.5 35.71 36.18 0.47 1.32 98.68 17-5.05 0-6 37.30 36.67 0.63 1.69 98.31 18-5.05 0.45-6 34.30 36.10 1.80 5.24 94.76 20-5.05 0.45-10.5 34.36 36.23 1.87 5.45 94.55 Maksimun (titik 3) 99.92 Minimum (titik 12) 90.79 Metode lain yang digunakan untuk menunjukkan validasi hasil simulasi adalah dengan melakukan analisis regresi linear. Analisis ini dilakukan dengan menghuungkan suhu hasil pengukuran dan hasil simulasi menggunakan grafik. Ada dua grafik yang dianalisis, yaitu hasil simulasi suhu permukaan lantai dan hasil simulasi suhu udara di atas permukaan lantai. Gamar 28 menunjukkan grafik validasi simulasi suhu permukaan lantai rumah tanaman. Huungan grafik ini menghasilkan nilai a dan masing-masing seesar 1.224 dan 0.947. Model simulasi dinyatakan dapat memerikan prediksi searan suhu yang semakin aik ila persamaan regresinya memiliki nilai intersep (a) semakin mendekati nol dan gradiennya () semakin mendekati satu. Prediksi searan suhu permukaan lantai rumah tanaman dapat dikatakan aik mengingat nilai keseragaman grafik yang diperoleh seesar 0.946 (94.6%). Begitu pula untuk grafik validasi simulasi suhu udara di atas permukaan lantai rumah tanaman yang menghasilkan nilai a dan masing-masing seesar 3.787 dan 0.899 (Gamar 29). Prediksi searan suhu udara di atas permukaan lantai rumah tanaman ini juga dapat dikatakan aik mengingat nilai keseragaman grafik yang diperoleh seesar 0.947 (94.7%). 35

44 y = x 42 40 Suhu Simulasi ( o C) 38 36 34 32 30 y = 0.947x + 1.224 R² = 0.946 28 26 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 Suhu pengukuran ( o C) Gamar 28. Grafik validasi suhu permukaan lantai rumah tanaman 38 y = x 36 Suhu Simulasi ( o C) 34 32 30 28 y = 0.899x + 3.787 R² = 0.947 26 24 24 26 28 30 32 34 36 38 Suhu pengukuran ( o C) Gamar 29. Grafik validasi suhu udara di atas permukaan lantai rumah tanaman 36

4.4 Pindah Panas Konveksi dan Pola Aliran Udara di Atas Permukaan Lantai Rumah Tanaman Peristiwa pindah panas di rumah tanaman dapat terjadi di eerapa komponen rumah tanaman, salah satunya adalah lantai. Parameter utama yang diutuhkan untuk mengetahui pindah panas seara konveksi di atas permukaan lantai rumah tanaman adalah suhu permukaan lantai dan suhu udara di atas lantai (45 m di atas permukaan lantai), dimana data yang digunakan adalah data hasil simulasi. Proses pindah panas konveksi yang terjadi di atas permukaan lantai rumah tanaman dihitung dengan Persamaan 9, dan seara langsung dipengaruhi oleh suhu lantai dan suhu udara di atas permukaan lantai (45 m). Besarnya nilai pindah panas konveksi yang dihasilkan eranding lurus dengan selisih suhu antara suhu permukaan lantai dan suhu udara di atas permukaan lantai serta eranding lurus dengan nilai koefisien pindah panas konveksi. Semakin esar nilai selisih suhu dan nilai koefisien pindah panas konveksi, maka akan semakin esar pindah panas konveksi yang dihasilkan. Begitu pula sealiknya, semakin keil selisih suhu dan nilai koefisien pindah panas konveksi, maka akan semakin keil pindah panas yang terjadi. Pola pindah panas konveksi pada rumah tanaman disajikan pada Tael 6. Tael 6 menunjukkan esarnya nilai pindah panas konveksi di atas permukaan lantai rumah tanaman. Pola pindah panas konveksi di atas permukaan lantai rumah tanaman dapat dilihat dari tiga agian rumah tanaman (Barat-Timur), yaitu agian kiri, tengah dan kanan rumah tanaman sesuai dengan jarak pengukuran untuk tampak samping. Pada pagi hari (06:00), pindah panas konveksi yang terjadi relatif keil yaitu erkisar 0.30-18.49 W. Hal ini diseakan oleh elum adanya pengaruh seara langsung dari radiasi matahari, sehingga suhu di dalam rumah tanaman ukup konstan. Bagian kiri rumah tanaman yang memiliki nilai pindah panas konveksi paling rendah, karena pada pagi hari radiasi matahari yang masuk akan mengenai agian kiri rumah tanaman dan suhu lantai menjadi leih panas. Selisih yang keil antara suhu lantai dan udara di atas permukaan lantai menyeakan pindah panas pada agian ini menjadi keil. Pada saat radiasi maksimum, pindah panas konveksi yang dihasilkan erkisar 2.36-24.12 W. Adanya pengaruh dari keepatan angin dari luar rumah tanaman mempermudah terjadinya proses pindah panas di atas permukaan lantai rumah tanaman. Bagian kanan rumah tanaman mempunyai nilai pindah panas yang leih keil karena selisih suhu yang keil, walaupun keepatan angin keepatan angin yang relatif esar mengenai agian ini. Hal ini menunjukkan ahwa semakin esar keepatan angin tidak memperesar nilai pindah panasnya, tetapi mempermudah proses pindah panas konveksi dengan mendinginkan suhu permukaan lantai dan suhu udara di atas permukaan lantai rumah tanaman. Selain untuk mengetahui searan suhu dan analisis pindah panas konveksi, hasil simulasi dengan menggunakan CFD ini dapat juga diaplikasikan untuk mempelajari pola aliran udara di atas permukaan lantai rumah tanaman. Pola aliran udara di atas permukaan lantai rumah tanaman terjadi karena efek termal. Hasil simulasi yang ditampilkan erupa kontur dan vektor keepatan udara (tampak depan dan tampak samping). Potongan kontur yang ditampilkan sama halnya dengan potongan kontur hasil CFD suhu yang meliputi tampak depan (Utara-Selatan) dengan jarak 1.5 m, 6 m dan 10.5 m, sedangkan tampak samping (Barat-Timur) dengan jarak 0.8 m, 2.925 m dan 5.05 m. Gamar 30 dan 31 menunjukkan pola aliran udara yang terjadi di rumah tanaman pada saat radiasi matahari 0 W/m 2 dari tampak depan (Utara-Selatan) dan tampak samping (Barat-Timur). Prinsipnya pada saat keepatan angin dari luar rumah tanaman 0 m/detik, pergerakan udara di dalam rumah tanaman terjadi karena efek termal. 37

Tael 6. Pindah panas konveksi di atas permukaan lantai rumah tanaman Titik Koordinat Suhu Simulasi ( o C) Pindah Panas (W) x y Z Minimum Maksimum Minimum Maksimum 1-0.8 0-1.5 26.41 39.89 2-0.8 0.45-1.5 26.30 36.40 0.30 22.60 3-0.8 0-6 26.45 39.89 4-0.8 0.45-6 25.57 36.40 4.02 22.61 7-0.8 0-10.5 26.42 39.89 8-0.8 0.45-10.5 26.29 36.22 0.35 24.12 9-2.925 0-10.5 28.41 39.47 10-2.925 0.45-10.5 25.61 36.12 17.11 21.47 13-2.925 0-1.5 28.42 39.47 14-2.925 0.45-1.5 25.43 36.28 18.49 20.23 15-5.05 0-1.5 26.50 36.76 16-5.05 0.45-1.5 25.68 36.18 3.70 2.41 17-5.05 0-6 26.43 36.67 18-5.05 0.45-6 25.52 36.10 4.21 2.36 Maksimum 18.49 24.12 Minimum 0.30 2.36 a Gamar 30. Pola aliran udara di rumah tanaman pada saat radiasi matahari 0 W/m 2 tampak depan (Utara-Selatan) pada jarak (a) 1.5 m, () 6 m dan () 10.5 m 38

a Gamar 31. Pola aliran udara di rumah tanaman pada saat radiasi matahari 0 W/m 2 tampak samping (Barat-Timur) pada jarak (a) 0.8 m, () 2.925 m dan () 5.05 m Hasil simulasi menunjukkan adanya efek Buoyany yang terjadi di atas permukaan lantai rumah tanaman. Seagian esar dari gamar terlihat pola aliran udara yang masuk ke dalam rumah tanaman melewati eton awah, kemudian ergerak naik ke atas rumah tanaman karena adanya peredaan kerapatan udara dan terentur dinding awah. Walaupun selisih keepatan udara keil dan kulit manusia tidak dapat merasakannya, tetapi polanya dapat dilihat jelas 39

menggunakan CFD. Namun, untuk daerah yang dekat dengan pintu, terlihat ahwa keepatan udara yang dihasilkan leih esar karena tidak terhalang oleh dinding eton. Gamar 32 dan 33 menunjukkan pola aliran udara yang terjadi di atas permukaan lantai rumah tanaman pada saat radiasi matahari 0 W/m 2 dari tampak depan (Utara-Selatan) dan tampak samping (Barat-Timur). a Gamar 32. Pola aliran udara di atas permukaan lantai rumah tanaman pada saat radiasi matahari 0 W/m 2 tampak depan (Utara-Selatan) pada jarak (a) 1.5 m, () 6 m dan () 10.5 m 40

a Gamar 33. Pola aliran udara di atas permukaan lantai rumah tanaman pada saat radiasi matahari 0 W/m 2 tampak samping (Barat-Timur) pada jarak (a) 0.8 m, () 2.925 m dan () 5.05 m Berdasarkan hasil simulasi pada saat radiasi maksimum, efek termal tidak mempengaruhi aliran udara di dalam rumah tanaman. Faktor termal erperan dominan pada saat keepatan udara rendah, sehingga terjadi pergerakan udara akiat peredaan suhu dan kerapatan udara di dalam dan di luar rumah tanaman. Kamaruddin (1999) menyatakan ahwa atas keepatan udara dimana faktor termal masih dapat erperan dominan adalah seesar 1 m/detik, sedangkan menurut Papadakis et al. (1996) seesar 1.67 m/detik. Disamping itu, Papadakis et al. (1996) menyatakan ahwa pada saat keepatan udara leih dari 1.8 m/detik, efek termal terhadap laju ventilasi dapat diaaikan. Gamar 34 dan 35 menunjukkan pola aliran udara di rumah tanaman pada saat radiasi 1,092 W/m 2 dari tampak depan (Utara-Selatan) dan tampak samping (Barat-Timur). 41

a Gamar 34. Pola aliran udara di rumah tanaman pada saat radiasi matahari 1,092 W/m 2 tampak depan (Utara-Selatan) pada jarak (a) 1.5 m, () 6 m dan () 10.5 m 42

a Gamar 35. Pola aliran udara di rumah tanaman pada saat radiasi matahari 1,092 W/m 2 tampak samping (Barat-Timur) pada jarak (a) 0.8 m, () 2.925 m dan () 5.05 m Arah datang dan esarnya keepatan angin mempengaruhi proporsi udara di dalam rumah tanaman. Hal ini erarti aliran udara dengan arah (-x) dan (z) leih mendinginkan agian rumah tanaman elakang dan samping kanan. Namun, untuk agian dinding awah yang terhalang eton, keepatan angin yang dihasilkan akan leih rendah diandingkan agian ventilasi dinding. Besarnya keepatan udara mempengaruhi epat tidaknya pergantian udara di dalam rumah tanaman. Terlihat ahwa di setiap sisi kanan dan kiri dinding eton awah udara erputar seperti lingkaran karena terhalang eton. Aliran udara di atas permukaan lantai rumah tanaman memang 43

relatif keil, karena strukturnya yang tertutup dinding awah rumah tanaman. Keepatan udara dari luar pada kondisi ini mempengaruhi keepatan perpindahan udara, namun tidak untuk esarnya keepatan udara (khususnya di atas permukaan lantai rumah tanaman). Gamar 36 dan 37 menunjukkan pola aliran udara di atas permukaan lantai rumah tanaman pada saat radiasi 1,092 W/m 2 dari tampak depan (Utara-Selatan) dan tampak samping (Barat-Timur). a Gamar 36. Pola aliran udara di atas permukaan lantai rumah tanaman pada saat radiasi matahari 1,092 W/m 2 tampak depan (Utara-Selatan) pada jarak (a) 1.5 m, () 6 m dan () 10.5 m 44

a Gamar 37. Pola aliran udara di atas permukaan lantai rumah tanaman pada saat radiasi matahari 1,092 W/m 2 samping (Barat-Timur) pada jarak (a) 0.8 m, () 2.925 m dan () 5.05 m 45