Bab 2. Geometri Riemann dan Persamaan Ricci Flow. 2.1 Geometri Riemann Manifold Riemannian

dokumen-dokumen yang mirip
Bab 2. Persamaan Einstein dan Ricci Flow. 2.1 Geometri Riemann

LAMPIRAN A. Ringkasan Relativitas Umum

BAB III TENSOR. Berdasarkan uraian bab sebelumnya yang telah menjelaskan beberapa

Solusi Khusus Persamaan Ricci Flow untuk Metrik Axisimetrik Empat Dimensi

Teori Relativitas. Mirza Satriawan. December 23, Pengantar Kelengkungan. M. Satriawan Teori Relativitas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab IV Gravitasi Braneworld IV.1 Pendahuluan

Supergravitasi dan Kompaktifikasi Orbifold

Metrik Reissner-Nordström dalam Teori Gravitasi Einstein

LAMPIRAN A. (Beberapa Besaran Fisika, Faktor konversi dan Alfabet Yunani)

sebagai, dan dua buah variabel dan dapat digunakan untuk memparameterisasi sebuah permukaan sebagai

SOLUSI PERSAMAAN RICCI FLOW UNTUK RUANG EMPAT DIMENSI BERSIMETRI SILINDER

Kemudian, diterapkan pengortonormalan terhadap x 2 dan x 3 pada persamaan (1), sehingga diperoleh

Teori Dasar Gelombang Gravitasi

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 3 (2013), Hal ISSN :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KONSTRUKSI METRIK EINSTEIN SELFDUAL PADA

Skenario Randal-Sundrum dan Brane Bulk

UNIVERSITAS INDONESIA SOLUSI SCHWARZSCHILD UNTUK PERHITUNGAN PRESISI ORBIT PLANET-PLANET DI DALAM TATA SURYA DAN PERGESERAN MERAH GRAVITASI SKRIPSI

LAMPIRAN I. Alfabet Yunani

Teori Relativitas. Mirza Satriawan. December 7, Fluida Ideal dalam Relativitas Khusus. M. Satriawan Teori Relativitas

SOLUSI PERSAMAAN MEDAN GRAVITASI EINSTEIN-KLEIN-GORDON SIMETRI BOLA

Perluasan Model Statik Black Hole Schwartzchild

Solusi Persamaan Ricci Flow dalam Ruang Empat Dimensi Bersimetri Bola

Pengaruh Konstanta Kosmologi Terhadap Model Standar Alam Semesta

MEDAN SKALAR DENGAN SUKU KINETIK POWER LAW

DAFTAR SIMBOL. : permeabilitas magnetik. : suseptibilitas magnetik. : kecepatan cahaya dalam ruang hampa (m/s) : kecepatan cahaya dalam medium (m/s)

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN : Analisis Lintasan Foton Dalam Ruang-Waktu Schwarzschild

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan medan hidrodinamik. Pertama, dengan menentukan potensial listrik V dan

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENENTUAN MEDAN GRAVITASI EINSTEIN DALAM RUANG MINKOWSKI MENGGUNAKAN SIMBOL CHRISTOFFEL JENIS I DAN II SKRIPSI MELLY FRIZHA

KONSEP DASAR STATISTIK

Teori Bifurkasi (3 SKS)

UNIVERSITAS INDONESIA KOMPAKTIFIKASI DIMENSI EKSTRA MENGGUNAKAN TEORI EINSTEIN-HIGGS NON-LINIER SKRIPSI BRIAN AGUNG CAHYO

PERTEMUAN 2 STATISTIKA DASAR MAT 130

Bab 2 TEORI DASAR. 2.1 Linearisasi Persamaan Air Dangkal

MODEL KOSMOLOGI STANDAR DENGAN MENGGUNAKAN MATHEMATICA 7.0

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Reformulasi Asas Kesetaraan dan Asas Kovariansi Umum Dalam Teori Relativitas Umum

Pendekatan Geometri Differensial dalam Teori Relativitas Umum dan Solusi 2 Soliton Persamaan Medan Einstein Axisimetrik

KONSEP DASAR STATISTIK

Teori Efektif Energi Rendah dan Kosmologi Braneworld

SOLUSI VAKUM PERSAMAAN MEDAN EINSTEIN UNTUK BENDA SIMETRI AKSIAL STASIONER MENGGUNAKAN PERSAMAAN ERNST

SOLUSI STATIK PERSAMAAN MEDAN EINSTEIN UNTUK RUANG VAKUM BERSIMETRI SILINDER DAN PERSAMAAN GERAK PARTIKEL JATUH BEBAS DARI SOLUSI TERSEBUT

Teori Medan Klasik. USSR Academy of Sciences. Miftachul Hadi. Applied Mathematics for Biophysics Group. Physics Research Centre LIPI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

1 Mengapa Perlu Belajar Geometri Daftar Pustaka... 1

R = matriks pembobot pada fungsi kriteria. dalam perancangan kontrol LQR

II LANDASAN TEORI. dengan, 1,2,3,, menyatakan koefisien deret pangkat dan menyatakan titik pusatnya.

Bab III Model Proses Deformasi Benang Viscoelastis Linear di Lingkungan Fluida Newton

DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT

BAB II LANDASAN TEORI. dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta

Perspektif Baru Fisika Partikel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Grup USp(2n,C) 1. Definisi dan Parameterisasi Grup USp ( 2, C )

PERHITUNGAN NUMERIK DALAM MENENTUKAN KESTABILAN SOLITON CERAH ONSITE PADA PERSAMAAN SCHRÖDINGER NONLINIER DISKRIT DENGAN PENAMBAHAN POTENSIAL LINIER

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Dinamika Lubang Hitam Reissner-Nordtsrӧm Dalam Kosmologi Frieedman-Robertson-Walker (FRW)

METODE POST-NEWTONIAN

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal. 1-7 ISSN : Visualisasi Efek Relativistik Pada Gerak Planet

Metode Elemen Batas (MEB) untuk Model Konduksi-Konveksi dalam Media Anisotropik

BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA. Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

METODE ELEMEN BATAS (MEB) UNTUK SOLUSI NUMERIK MASALAH STATIK DARI MATERIAL ELASTIS ISOTROPIK TAK-HOMOGEN

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Persamaan Kontinuitas dan Persamaan Gerak

perpindahan, kita peroleh persamaan differensial berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III PEMBAHASAN. 3.1 Analisis Metode. dan (2.52) masing-masing merupakan penyelesaian dari persamaan

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

TE Teknik Numerik Sistem Linear

TEOREMA TITIK TETAP BANACH

Solusi Persamaan Ricci Flow dalam Ruang Empat Dimensi Bersimetri Bola

EKSISTENSI TITIK TETAP DARI SUATU TRANSFORMASI LINIER PADA RUANG BANACH

Bagian 2 Matriks dan Determinan

GERAKAN KURVA PARAMETERISASI PADA RUANG EUCLIDEAN 1. PENDAHULUAN

BAB II TEORI KODING DAN TEORI INVARIAN

Transformasi Datum dan Koordinat

Pertama, daftarkan kedua himpunan vektor: himpunan yang merentang diikuti dengan himpunan yang bergantung linear, perhatikan:

POSITRON, Vol. II, No. 1 (2012), Hal ISSN : Efek Reaksi Balik Gelombang Gravitasi pada Lensa Gravitasi

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Teori Relativitas Umum Einstein

BAB II LANDASAN TEORI. pada bab pembahasan. Materi-materi yang akan dibahas yaitu pemodelan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODA. Gambar 3.1 Intensitas total yang diterima sensor radar (dimodifikasi dari GlobeSAR, 2002)

BAB III MARKOV SWITCHING AUTOREGRESSIVE (MSAR)

Fisika Matematika II 2011/2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tegak, perlu diketahui tentang materi-materi sebagai berikut.

3.7 Further Results and Technical Notes. Yenni Angraini-G

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab II Model Lapisan Fluida Viskos Tipis Akibat Gaya Gravitasi

Analisis Komponen Utama (Principal component analysis)

BIFURKASI PADA MODEL SUSCEPTIBLE INFECTED RECOVERED (SIR) DENGAN WAKTU TUNDA DAN LAJU PENULARAN BILINEAR SKRIPSI

TINJAUAN PUSTAKA Spesifikasi Model Berbagai model dalam pemodelan persamaan struktural telah dikembangkan oleh banyak peneliti diantaranya Bollen

Teori Relativitas Umum. P.A.M. Dirac

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. return, mean, standard deviation, skewness, kurtosis, ACF, korelasi, GPD, copula,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III MODEL STATE-SPACE. dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan dari

Transkripsi:

Bab 2 Geometri Riemann dan Persamaan Ricci Flow 2.1 Geometri Riemann Geometri Riemann pertama kali dikemukakan secara general oleh Bernhard Riemann pada abad ke 19. Pada bagian ini akan diberikan penjelasan singkat mengenai hal-hal penting dari geometri Riemann. Untuk mendapatkan penjelasan lebih lengkap dapat lihat referensi [1, 5, 6, 13]. 2.1.1 Manifold Riemannian Manifold adalah suatu ruang topologi yang secara lokal menyerupai R n. Kalkulus dalam manifold ini terdefinisikan dengan adanya keberadaan suatu sistem koordinat yang halus. Suatu manifold dapat memiliki suatu struktur yang lebih lanjut dengan adanya suatu tensor metrik, yang merupakan generalisasi dari perkalian dalam antara dua vektor pada R n. Dengan struktur yang baru ini, didefinisikan perkalian dalam antara dua vektor dalam ruang tangen T p M. Kita dapat juga membandingkan vektor pada titik p M dengan vektor lain pada titik yang berbeda p M dengan menggunakan koneksi. Definisi 1.1. Misalkan M adalah sebuah manifold yang differensiabel. Metrik Riemannian g yang bekerja pada M adalah medan tensor tipe 0,2) pada M yang 4

2.1 Geometri Riemann 5 memenuhi aksioma-aksioma berikut pada tiap titik p M 1. g P U, V ) = g P V, U) 2. g P U, U) 0, dimana g P U, U) = 0 berlaku jika dan hanya jika U = 0 Disini U, V T P M dan g P = g P. Singkatnya, g P berbentuk simetrik, definit positif dan bilinear. Misalkan U, ϕ) adalah peta dari M dan {x µ } merupakan koordinat dan µ, ν = 0, 1, 2, 3, maka dengan g P = g µν p) µ ν 2.1) ) g µν p) = g P x, = g µ x µ νµ p) p M) Jika M adalah suatu manifold yang differensiabel yang terdapat metrik Riemannian g, maka pasangan M, g) disebut sebagai manifold Riemannian. Definisi 1.2 Suatu koneksi affine adalah pemetaan : χ M) χ M) χ M) atau X, Y ) X Y dimana memenuhi kondisi X Y + Z) = X Y + X Z 2.2) X+Y ) Z = X Z + Y Z 2.3) fx Y = f X Y 2.4) X fy ) = X [f] Y + f X Y 2.5) dimana f F M) dan X, Y, Z χ M). Misalkan U, ϕ) adalah peta dari M dengan koordinat x = ϕ p) dan definisikan fungsi Γ λ νµ yang disebut sebagai koefisien koneksi ν e µ = eν e µ = e λ Γ λ νµ dengan {e µ } = { / x µ } adalah basis dalam T p M. Koefisien koneksi menjelaskan bagaimana vektor basis berubah dari titik ke titik. Jika basisnya telah ditentukan maka kita dapat menghitung aksi terhadap suatu vektor.

2.1 Geometri Riemann 6 Dalam manifold Riemann, biasanya digunakan koneksi Levi-Civita koneksi yang bebas torsion, Γ λ µν = Γ λ νµ) dan X disebut sebagai turunan kovarian dari X. Dalam koordinat lokal x 1,..., x n ), simbol Christoffel Γ λ µν diberikan oleh Γ λ µν = 1 2 gλσ µ g σν + ν g µσ σ g µν ) 2.6) 2.1.2 Kurvatur dari Manifold Riemannian Misalkan M, g) merupakan manifold Riemannian Definisi 1.3 Tensor kurvatur Riemann dari M merupakan tensor tipe 1,3) yang menghubungkan tiap pasangan X, Y χ M) ke sebuah pemetaan R X, Y ) : χ M) χ M) dengan R X, Y ) Z X Y Z Y X Z [X,Y ] Z 2.7) dimana merupakan koneksi Levi-Civita pada M. Karena R merupakan operator differensial yang memiliki sifat tensorial, maka dapat dibuktikan bahwa R memenuhi R X, Y ) Z = X λ Y µ Z ν R e λ, e µ ) e ν Karena R merupakan tensor, maka operasinya terhadap basis vektor dapat diketahui. Dengan komponen basis vektor e 1,..., e n ) dan basis dual 1,..., n ), maka komponen tensor kurvatur Riemann R κ λµν = κ, R e µ, e ν ) e λ = κ, µ ν e λ ν µ e λ = κ, µ Γ η νλ e η) ν Γ ηµλ e ) η = κ, µ Γ η νλ ) e η + Γ η νλ Γξ µηe ξ ν Γ η µλ ) eη Γ η µλ Γξ νηe ξ = µ Γ κ νλ ν Γ κ µλ + Γ η νλ Γκ µη Γ η µλ Γκ νη 2.8) Komponen tensor kurvatur Riemann ini memiliki sifat-sifat Simetri : R λµνκ = R νκλµ 2.9)

2.1 Geometri Riemann 7 Antisimetri : Siklik : R λµνκ = R µλνκ = R λµκν = +R µλκν 2.10) R λµνκ + R λκµν + R λνκµ = 0 2.11) Dari tensor kurvatur Riemann ini dapat dibentuk tensor baru dengan menkontraksi indeksnya. Tensor Ricci R adalah tensor orde 0,2) yang didefinisikan R X, Y ) µ, R e µ, Y ) X 2.12) dengan komponen R µν = R e µ, e ν ) = R λ µλν 2.13) Dan skalar Ricci R didefinisikan sebagai R g µν R e µ, e ν ) = g µν R µν 2.14) Tensor-tensor kurvatur memenuhi suatu identitas differensial yang penting, sebagai tambahan kepada sifat-sifat yang diberikan pada bagian sebelumnya. Identitas ini disebut identitas Bianchi η R λµνκ + κ R λµην + ν R λµκη = 0 2.15) Persamaan diatas dapat dikontraksikan, sehingga didapat η R µκ κ R µη + ν R ν µκη = 0 Jika dikontraksikan sekali lagi, η R µ R µ η ν R ν η = 0 atau µ R µ η 1 ) 2 δµ ηr = 0 Persamaan diatas dapat ditulis dalam bentuk yang lebih familiar µ R µν 1 ) 2 gµν R = 0 2.16)

2.2 Metrik Axisimetrik 8 Definisikan komponen tensor Einstein G µν = R µν 1 2 gµν R 2.17) sehingga persamaan diatas dapat ditulis sebagai µ G µν = 0 2.18) Persamaan ini disebut sebagai identitas Bianchi yang terkontraksi. 2.2 Metrik Axisimetrik Untuk mendeskripsikan suatu metrik yang stasioner dan axisimetrik maka diambil koordinat waktu x 0 = t) dan koordinat sudut azimut x 2 = φ) sebagai sumbu simetri. Dari karakter ruangwaktu stasioner dan axisimetrik diperlukan bahwa koefisien dari metriknya tidak bergantung pada koordinat t dan φ, sehingga g αβ = g αβ x 1, x 3) 2.19) dimana x 1 dan x 3 merupakan koordinat ruang yang lainnya. Di samping stasioner dan axisimetrik, diperlukan juga sifat invarian dari ruangwaktu terhadap transformasi simultan inversi waktu dan sudut azimut. Maka metriknya harus invarian terhadap transformasi t t dan φ φ Arti fisis dari sifat invarian ini berhubungan dengan sumber medan gravitasinya, yaitu sumber yang hanya berotasi murni terhadap sumbu simetrinya. Dengan kata lain, ruangwaktunya berhubungan dengan rotating body. Pada tiap event, sifat invarian diatas menghasilkan g 01 = g 03 = g 12 = g 32 = 0 sehingga metriknya mempunyai bentuk ds 2 = g 00 0 ) 2 + 2g02 0 2 + g 22 2 ) 2 + [ g 11 1 ) 2 + 2g13 1 3 + g 33 3 ) 2 ]

2.3 Ricci Flow 9 dimana semua koefisien metriknya hanya fungsi dari x 1 dan x 3. [7] Untuk mensederhanakan metriknya, maka digunakan teorema sebagai berikut Teorema 1.1 Suatu metrik ds 2 = g 11 1 ) 2 + 2g12 1 2 + g 22 2 ) 2 2.20) dari suatu ruang dua dimensi x 1, x 2 ) dengan signature definit postif atau definit negatif dapat selalu diubah ke dalam bentuk diagonal [ ds 2 = ±e ) 2γ 1 2 ) ] + 2 2 dengan suatu transformasi koordinat, dimana γ merupakan fungsi dari x 1 dan x 2. Dengan menggunakan teorema diatas, maka metrik axisimetrik dapat ditulis dalam bentuk umum, yaitu ds 2 = f 0) ω 2)) [ 2 f 1 e ) 2γ 1 2 ) ) + 3 2 + ρ 2 2) ] 2 2.21) dengan semua fungsi f, ω dan γ hanya bergantung kepada x 1 dan x 3. 2.3 Ricci Flow Ricci Flow pertama kali diperkenalkan oleh Richard Hamilton [Hamilton, 1982] pada tahun 1981 untuk memahami konjektur geometrisasinya William Thurston [Thurston,1982], yang berkenaan dengan klasifikasi topologi dari manifold halus tiga dimensi. Ide Hamilton adalah untuk mendefinisikan sejenis persamaan difusi nonlinear. Dengan menempatkan suatu metrik g τ) pada suatu manifold smooth M dan menyusunnya dengan Ricci flow, maka seharusnya metriknya memiliki bentuk yang bagus, dimana memungkinkan untuk menjadikan metrik tersebut sebagai bentuk kanonik untuk manifold M. Bentuk-bentuk kanonik telah diidentifikasi oleh William Thurston sebagai Thurston model geometries, termasuk di dalamnya S 3 Sphere-3 ), E 3 Euclidean-3 ), H 3 Hyperbolic-3 ) yang homogen dan isotropik.

2.3 Ricci Flow 10 Definisi 1.4 Persamaan Ricci Flow merupakan persamaan evolusi dari metrik Riemannian: g µν τ = αr µν 2.22) dengan α adalah konstanta real. Solusi dari persamaan ini persamaan Ricci Flow) adalah keluarga satu parameter dari metrik g τ), yang diparameterisasi oleh τ dalam interval yang tak terdegenerasi I, dalam manifold manifold smooth M yang memenuhi persamaan diatas. Jika I berada pada titik awal τ 0, maka M, g τ 0 )) disebut sebagai kondisi awal atau metrik awal bagi solusi persamaan Ricci Flow. Salah satu contoh solusi eksak dari Ricci flow adalah manifold Einstein. Misalkan g 0 merupakan metrik Einstein dimana R g 0 ) = λg 0 dengan λ merupakan konstanta dan untuk suatu konstanta positif c, tentukan g = cg 0, sehingga kita mempunyai R g 0 ) = λg 0 = λ g. Dengan menggunakan hubungan ini kita dapat membentuk c solusi persamaan Ricci flow. Misalkan g τ) = u τ) g 0. Jika keluarga metrik satuparameter ini merupakan solusi persamaan Ricci flow, maka g τ = u τ) g 0 = αr u τ) g 0 ) = αr g 0 ) = αλg 0 Maka u τ) = αλ sehingga u τ) = 1 + αλτ. Dan g τ) = 1 + αλτ) g 0 merupakan solusi dari persamaan Ricci flow.