BAB I PENDAHULUAN. Misalkan diberikan suatu ruang vektor atas lapangan R atau C. Jika

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III KEKONVERGENAN LEMAH

BAB I PENDAHULUAN. Integral Lebesgue merupakan suatu perluasan dari integral Riemann.

BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT. Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi

KEKONVERGENAN LEMAH PADA RUANG HILBERT

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini akan dibahas beberapa konsep mendasar meliputi ruang vektor,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

OPERATOR PADA RUANG BARISAN TERBATAS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. Ruang metrik merupakan ruang abstrak, yaitu ruang yang dibangun oleh

BAB I PENDAHULUAN. : k N} dan A(m) menyatakan banyaknya m suku pertama (x n ) yang menjadi suku (x nk ), maka A(m)

RENCANA KEGIATAN PERKULIAHAN Kode Mata Kuliah : MAA 526 Nama Mata Kuliah : Analisis Fungsional

Analisis Fungsional. Oleh: Dr. Rizky Rosjanuardi, M.Si Jurusan Pendidikan Matematika UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB III TRANSFORMASI MATRIKS DERET DIRICHLET HOLOMORFIK. A. Transformasi Matriks Mengawetkan Kekonvergenan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSATAKA

TRANSFORMASI LINIER PADA RUANG BANACH

BAB III FUNGSI UJI DAN DISTRIBUSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

II. LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

REFLEKSIVITAS PADA RUANG ORLICZ DENGAN KEKONVERGENAN RATA-RATA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT

9. Teori Aproksimasi

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

EKSISTENSI TITIK TETAP DARI SUATU TRANSFORMASI LINIER PADA RUANG BANACH

BAB I PENDAHULUAN. Analisis fungsional merupakan salah satu cabang dari kelompok analisis

Sifat-sifat Ruang Banach

BAB I PENDAHULUAN. umum ruang metrik dan memperluas pengertian klasik dari ruang Euclidean R n, sehingga

INF-104 Matematika Diskrit

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan Integral Bawah Darboux, Integral Darboux, Teorema Bolzano Weierstrass,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan

PENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB III INTEGRAL LEBESGUE. Pada bab sebelumnya telah disebutkan bahwa ruang dibangun oleh

DASAR-DASAR ANALISIS MATEMATIKA

Teorema Titik Tetap Pada Ruang Ultrametrik Diskrit

INF-104 Matematika Diskrit

TEOREMA TITIK TETAP PADA RUANG ULTRAMETRIK DISKRIT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

Karakteristik Operator Positif Pada Ruang Hilbert

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II RUANG LINEAR BERNORM

Kuliah 2: FUNGSI MULTIVARIABEL. Indah Yanti

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

0. Pendahuluan. 0.1 Notasi dan istilah, bilangan kompleks

BAB III PEMBAHASAN. Bab III terbagi menjadi tiga sub-bab, yaitu sub-bab A, sub-bab B, dan subbab

BAB I PENDAHULUAN ( )

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada Bab III dan Bab IV maka dapat disimpulkan sebagai

TEOREMA TITIK TETAP PADA RUANG BERNORMA CONE BERNILAI-

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

ANALISIS NUMERIK LANJUT. Hendra Gunawan, Ph.D. 2006/2007

dari ruang vektor berdimensi hingga V (dimana I adalah suatu himpunan indeks) disebut basis bagi V jika V = span(ψ) dan vektorvektor

Sifat Barisan Subhimpunan Tutup di Ruang Metrik yang Completion-nya adalah Ruang Atsuji

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Kelengkapan Ruang l pada Ruang Norm-n

MA3231 Analisis Real

II. LANDASAN TEORI ( ) =

ANALISIS REAL 1 SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS

Ekuivalensi Norm-n dalam Ruang R d

KONSTRUKSI INTEGRAL MENGGUNAKAN FUNGSI SEDERHANA δ PADA [, ] Jl. Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang, Semarang, 50275

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 ; untuk k = n 0 ; untuk k n. e [n]

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Ketunggalan titik Tetap Pemetaan Kondisi Tipe Kontraktif pada Ruang Banach

Keterbatasan Lokal Suatu Operator Superposisi Pada Ruang Barisan Real. Lina Nurhayati, Universitas Sanggabuana

5. Sifat Kelengkapan Bilangan Real

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

Teorema Titik Tetap di Ruang Norm-2 Standar

HUBUNGAN LIMIT FUNGSI DAN LIMIT BARISAN PADA TOPOLOGI REAL

EKUIVALENSI INTEGRAL BOCHNER DENGAN INTEGRAL MCSHANE KUAT UNTUK FUNGSI DENGAN NILAI DI DALAM RUANG BANACH. Y.D. Sumanto Jurusan Matematika FMIPA UNDIP

Ruang Linear Metrik: Sifat Sifat Dasar Dan Struktur Ruang Dalam Ruang Linear Metrik

SYARAT SYARAT FUNGSI DI RUANG METRIK AGAR RUANG METRIKNYA MEMILIKI ATSUJI COMPLETION

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB III PEMETAAN TAK MENGEMBANG PADA RUANG BANACH. Konsep dari Ruang Banach-2 pada ruang linear bemonn-2

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

BAB 2 RUANG HILBERT. 2.1 Definisi Ruang Hilbert

Misal, dan diberikan sebarang, terdapat sehingga untuk setiap

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Beberapa Sifat Operator Self Adjoint dalam Ruang Hilbert

ITERASI TIGA LANGKAH PADA PEMETAAN ASIMTOTIK NON- EKSPANSIF

SIFAT-SIFAT HIMPUNAN PROXIMINAL

untuk setiap x sehingga f g

BAB III FUNGSI TERUKUR LEBESGUE. Setelah dibahas mengenai ukuran Lebesgue dan beberapa sifatnya pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Memahami definisi barisan tak hingga dan deret tak hingga, dan juga dapat menentukan

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

Teorema Pemetaan Buka

SIFAT RUANG METRIK TOPOLOGIS SKRIPSI. Oleh : Deki Sukmaringga J2A

Volume 9 Nomor 2 Desember 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

URAIAN POKOK-POKOK PERKULIAHAN

Analisis Real. Johan Matheus Tuwankotta 1. December 3,

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

yang Dibangun oleh Ukuran Bernilai Proyeksi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH ANALISIS REAL II (MT410) / 3 SKS

UJI KONVERGENSI. Januari Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Misalkan diberikan suatu ruang vektor atas lapangan R atau C. Jika dilengkapi dengan suatu norma., maka dikenal bahwa suatu ruang vektor bernorma. Kemudian diperoleh hubungan bahwa norma pada tersebut dapat mendefinisikan suatu fungsi metrik pada yang didefinisikan oleh, = untuk setiap dan y anggota. Akibatnya, ruang vektor bernorma merupakan suatu ruang metrik. Selanjutnya, untuk sebarang dan sebarang >0, misalkan, menotasikan himpunan dari titik-titik di yang jaraknya terhadap kurang dari, yaitu, =, = < (1.1), ini mendefinisikan bola buka pada. Lebih jauh lagi, keluarga dari semua bola buka yang didefinisikan pada (1.1) membangun suatu topologi bagi. Akibatnya, yang semula diketahui suatu ruang vektor bernorma kemudian juga ruang metrik, ternyata membangun ruang topologi. Topologi yang himpunan bukanya didefinisikan seperti pada (1.1) adalah topologi kuat atau topologi norma dari. Selanjutnya, jika ada topologi lain dari sedemikian sehingga topologi ini merupakan subkoleksi dari topologi di atas, maka topologi baru ini dikatakan 1

2 lebih lemah dari topologi di atas. Pada ruang vektor bernorma, selain dikenal topologi kuat (topologi norma), dikenal pula topologi lemah. Topologi ini adalah topologi terlemah di antara semua topologi pada yang membuat semua fungsi pada kontinu. Topologi lemah dari ini didefinisikan menggunakan ruang dual dari. Ruang dual ini terdiri dari semua fungsional linear yang membawa ke lapangan R atau C dan kontinu terhadap topologi kuat. Topologi lemah ini dibangun oleh koleksi himpunan berbentuk dimana dan adalah subset buka pada lapangan R atau C. Sehingga bola buka pada topologi lemah ini didefinisikan oleh, = <,. Konsep topologi dari suatu ruang vektor bernorma ini erat kaitannya dengan konsep barisan dari ruang tersebut. Lebih jauh, pendefinisian kekonvergenan dari suatu barisan di bergantung pada topologi mana yang sedang digunakan. Kekonvergenan yang selama ini digunakan adalah kekonvergenan pada topologi kuat, yang populer dengan nama konvergen kuat (strongly convergence) atau konvergen norma, yang selanjutnya disebut konvergen saja. Misalkan barisan di konvergen secara kuat ke. Untuk setiap himpuan buka, yang memuat terdapat N sedemikian sehingga jika maka,. Dengan kata lain, barisan di konvergen secara kuat ke jika untuk setiap >0 terdapat N sedemikian sehingga jika maka <.

3 Kekonvergenan pada topologi kuat memiliki beberapa sifat, diantaranya sifat ketunggalan, keterbatasan dari barisannya, dsb. Berdasarkan uraian di muka, penulis tertarik untuk membahas kekonvergenan pada topologi lain, khususnya topologi lemah. Apakah sifat-sifat kekonvergenan yang berlaku pada topologi kuat diwariskan pada kekonvergenan pada topologi lemah. Bagaimana kaitan barisan yang konvergen pada topologi kuat dengan barisan yang konvergen pada topologi lemah. Syarat perlu dan cukup apa saja yang harus dipenuhi agar suatu barisan konvergen pada topologi lemah. Selanjutnya, konsep kekonvergenan pada topologi kuat mendefinisikan himpunan yang kompak secara barisan (sequentially compact set), yaitu himpunan yang setiap barisannya memuat subhimpunan yang konvergen secara kuat. Lebih dari itu, apakah ada pendefinisian kekompakan secara barisan pada topologi lemah, dalam arti konsep kekonvergenan yang digunakan adalah kekonvergen lemah. Kemudian, apakah Teorema Bolzano-Weirstrass yang berlaku pada ruang bilangan real dalam konteks konvergen kuat juga berlaku pada sebarang ruang vektor bernorma dalam konteks kekonvergenan lemah. Oleh karena itu, penulis menyusun tugas akhir dengan judul Kekonvergenan Lemah Pada Ruang Vektor Bernorma 1.2 Rumusan dan Batasan Masalah Inti kajian tugas akhir ini adalah mengkaji secara lebih dalam sifat-sifat dari kekonvergenan lemah, yang dimotifasi oleh sifat-sifat yang dibangun oleh kekonvergenan kuat.

4 Dalam karya tulis ini akan dibahas sifat-sifat apa saja yang yang berlaku pada kekonvergenan kuat yang juga berlaku pada kekonvergenan lemah, atau sifat apa saja yang dimiliki barisan yang konvergen lemah yang tidak dimilki oleh barisan yang konvergen kuat. Selain itu, pada tugas akhir ini juga diungkap hubungan antara barisan yang konvergen secara lemah dan konvergen secara kuat, apakah setiap barisan yang konvergen lemah juga konvergen kuat, atau sebaliknya. Tidak hanya sampai disitu, hal yang serupa diidentifikasikan pula pada kekompakan secara barisan dan secara lemah. Selain itu, akan diungkap pula keberlakuan Teorema Bolzano-Weirstrass dalam konteks kekonvergenan lemah. Dengan demikian, secara khusus rumusan masalah yang dibahas pada karya tulis ini adalah: a. Sifat-sifat apa saja dalam kekonvergenan kuat yang berlaku pada kekonvegenan lemah. b. Bagaimana kaitan antara barisan yang konvergen secara lemah dengan barisan yang konvergen secara kuat. c. Syarat cukup dan perlu apa saja yang harus dipenuhi agar suatu barisan konvergen secara lemah. d. Sifat-sifat apa saja dalam kekompakan secara barisan dan secara kuat yang berlaku pada kekompakan secara barisan dan secara lemah. e. Bagaimana kaitan antara himpunan yang kompak secara barisan dan secara lemah dan barisan yang kompak secara barisan dan secara kuat. f. Bagaimana keberlakuan Teorema Bolzano-weirstrass dalam konteks kekonvergenan lemah.

5 Dalam karya tulis ini, pembahasan dibatasi hanya pada ruang vektor real. 1.3 Tujuan Penulisan Mengacu pada permasalahan yang telah dirumuskan di Rumusan Masalah, tujuan penulisan karya tulis ini adalah: a. Mengetahui sifat-sifat dalam kekonvergenan kuat yang berlaku pada kekonvergenan lemah. b. Mengetahui kaitan antara barisan yang konvergen secara lemah dan barisan yang konvergen secara kuat. c. Mengetahui syarat cukup dan perlu suatu barisan agar konvergen secara lemah. d. Mengetahui sifat-sifat dalam kekompakan secara barisan dan secara kuat yang berlaku pada kekompakan secara barisan dan secara lemah. e. Mengetahui kaitan antara himpunan yang kekompakan secara barisan dan secara lemah dan barisan yang kompak secara barisan dan secara kuat. f. Mengetahui keberlakuan Teorema Bolzano-weirstrass dalam konteks kekonvergenan lemah. 1.4 Sistematika Penulisan Adapun sistematika pada penulisan karya tulis ini, yaitu: 1. BAB I (Pendahuluan), merupakan pengantar karya tulis ini. Pada bab ini dibahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan dan sistematika penulisan.

6 2. BAB II (Teori Pendukung), pada bab ini dimunculkan teori-teori yang mendukung dalam pembahasan kekonvergenan lemah dan kekompakan secara barisan dan secara lemah. Materi yang dibahas diantaranya, ruang vektor, ruang vektor bernorma, ruang metrik, topologi kuat (normaa), kekonvergenan kuat, ruang Banach, ruang Hilbert, ruang dual dan kekompakan secara barisan. 3. BAB III (Kekonvergenan Lemah dan Sifat-sifatnya), merupakan pokok bahasan awal karya tulis ini. Bab ini membahas mengenai definisi kekonvergenan lemah, sifat-sifat dasar dari konvergen lemah, kaitan antara kekonvergenan lemah dan kekonvergenan kuat, dan dibahas pula mengenai syarat perlu dan cukup agar suatu barisan pada suatu ruang vektor bernorma konvergen secara lemah. 4. BAB IV (Kekompakan Secara Barisan dan Secara Lemah), merupakan pokok bahasan kedua karya tulis ini. Dalam bab ini akan dibahas mengenai definisi dan keterbatasan himpunan yang kompak secara barisan dan secara lemah, keberlakuan Teorema Bolzano-Weirstrass, dan dibahas mengenai himpunan yang kompak secara barisan dan secara lemah. 5. BAB V (Kesimpulan dan Saran), menyajikan kesimpulan atas keseluruhan karya tulis ini, dan saran untuk penulisan berikutnya yang berkaitan dengan kekonvergenan lemah