PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN : Analisis Lintasan Foton Dalam Ruang-Waktu Schwarzschild

dokumen-dokumen yang mirip
PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal. 1-7 ISSN : Visualisasi Efek Relativistik Pada Gerak Planet

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 3 (2013), Hal ISSN :

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENENTUAN MEDAN GRAVITASI EINSTEIN DALAM RUANG MINKOWSKI MENGGUNAKAN SIMBOL CHRISTOFFEL JENIS I DAN II

Kemudian, diterapkan pengortonormalan terhadap x 2 dan x 3 pada persamaan (1), sehingga diperoleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bahan Minggu XV Tema : Pengantar teori relativitas umum Materi :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

KAJIAN TEORITIS TRANSFORMASI METRIK SCHWARZCHILD DALAM DUA KOORDINAT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN MEDAN GRAVITASI EINSTEIN DALAM RUANG MINKOWSKI MENGGUNAKAN SIMBOL CHRISTOFFEL JENIS I DAN II SKRIPSI MELLY FRIZHA

Kajian Konstanta Kosmologi Einstein pada Solar System Effect di ruang waktu Schwarzschild de Sitter

Metrik Reissner-Nordström dalam Teori Gravitasi Einstein

Bab 2. Persamaan Einstein dan Ricci Flow. 2.1 Geometri Riemann

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Perluasan Model Statik Black Hole Schwartzchild

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2

Teori Relativitas. Mirza Satriawan. December 23, Pengantar Kelengkungan. M. Satriawan Teori Relativitas

Stephen Hawking. Muhammad Farchani Rosyid

Teori Dasar Gelombang Gravitasi

3. ORBIT KEPLERIAN. AS 2201 Mekanika Benda Langit. Monday, February 17,

SOLUSI PERSAMAAN MEDAN GRAVITASI EINSTEIN-KLEIN-GORDON SIMETRI BOLA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KINEMATIKA. Fisika. Tim Dosen Fisika 1, ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan

Fisika Dasar 9/1/2016

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013

Pembahasan a. Kecepatan partikel saat t = 2 sekon (kecepatan sesaat) b. Kecepatan rata-rata partikel saat t = 0 sekon hingga t = 2 sekon

GAYA GESEK. Gaya Gesek Gaya Gesek Statis Gaya Gesek Kinetik

r 21 F 2 F 1 m 2 Secara matematis hukum gravitasi umum Newton adalah: F 12 = G

Kinematika Gerak KINEMATIKA GERAK. Sumber:

BAB I BESARAN DAN SISTEM SATUAN

BENDA TEGAR FISIKA DASAR (TEKNIK SISPIL) Mirza Satriawan. menu. Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

FISIKA XI SMA 3

MOMENTUM - TUMBUKAN FISIKA DASAR (TEKNIK SISPIL) (+GRAVITASI) Mirza Satriawan. menu

Gambar 7.1 Sebuah benda bergerak dalam lingkaran yang pusatnya terletak pada garis lurus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Momen Inersia. distribusinya. momen inersia. (karena. pengaruh. pengaruh torsi)

SOAL PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 Pekan V Dosen Penguji : Dr. Rinto Anugraha

Diferensial Vektor. (Pertemuan III) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika

Teori Relativitas. Mirza Satriawan. December 7, Fluida Ideal dalam Relativitas Khusus. M. Satriawan Teori Relativitas

FISIKA UNTUK UNIVERSITAS JILID I ROSYID ADRIANTO

Fisika Umum (MA101) Kinematika Rotasi. Dinamika Rotasi

Intensitas spesifik Fluks energi Luminositas Bintang sebagai benda hitam (black body) Kompetensi Dasar: Memahami konsep pancaran benda hitam

KINEMATIKA GERAK 1 PERSAMAAN GERAK

KATA PENGANTAR. Kupang, September Tim Penyusun

1/32 FISIKA DASAR (TEKNIK SIPIL) KINEMATIKA. menu. Mirza Satriawan. Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta

VEKTOR. Besaran skalar (scalar quantities) : besaran yang hanya mempunyai nilai saja. Contoh: jarak, luas, isi dan waktu.

ANALISIS VEKTOR. Aljabar Vektor. Operasi vektor

UM UGM 2017 Fisika. Soal

ANTIREMED KELAS 11 FISIKA

Hukum Newton Tentang Gravitasi

Pengaruh Konstanta Kosmologi Terhadap Model Standar Alam Semesta

SOLUSI SOAL - SOAL FISIKA UNTUK UNIVERSITAS JILID I ROSYID ADRIANTO

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SMA

Bintang Ganda DND-2006

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1

FIsika DINAMIKA ROTASI

Kinematika. Gerak Lurus Beraturan. Gerak Lurus Beraturan

Kegiatan Belajar 3 MATERI POKOK : JARAK, KECEPATAN DAN PERCEPATAN

SOLUSI STATIK PERSAMAAN MEDAN EINSTEIN UNTUK RUANG VAKUM BERSIMETRI SILINDER DAN PERSAMAAN GERAK PARTIKEL JATUH BEBAS DARI SOLUSI TERSEBUT

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Solusi Schwarzchild. Masukkan Nilai input. Menganalisis Terbentuknya Lubang Hitam Schwarzchild.

Listrik Statik. Agus Suroso

Albert Einstein and the Theory of Relativity

DEPARTMEN IKA ITB Jurusan Fisika-Unej BENDA TEGAR. MS Bab 6-1

MOMENTUM DAN IMPULS FISIKA 2 SKS PERTEMUAN KE-3

SP FISDAS I. acuan ) , skalar, arah ( ) searah dengan

Bab 1 Vektor. A. Pendahuluan

Berdasarkan lintasannya, benda bergerak dibedakan menjadi tiga yaitu GERAK MELINGKAR BERATURAN

BAB V Hukum Newton. Artinya, jika resultan gaya yang bekerja pada benda nol maka benda dapat mempertahankan diri.

DAFTAR ISI. BAB 2 GRAVITASI A. Medan Gravitasi B. Gerak Planet dan Satelit Rangkuman Bab Evaluasi Bab 2...

BAB iv HUKUM NEWTON TENTANG GERAK & PENERAPANNYA

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 Fisika

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

Kumpulan soal-soal level Olimpiade Sains Nasional: solusi:

SOLUSI VAKUM PERSAMAAN MEDAN EINSTEIN UNTUK BENDA SIMETRI AKSIAL STASIONER MENGGUNAKAN PERSAMAAN ERNST

Antiremed Kelas 10 FISIKA

BAB 2 GRAVITASI PLANET DALAM SISTEM TATA SURYA

MATERI PELATIHAN GURU FISIKA SMA/MA

Integral yang berhubungan dengan kepentingan fisika

Jawaban Soal OSK FISIKA 2014

Karena hanya mempelajari gerak saja dan pergerakannya hanya dalam satu koordinat (sumbu x saja atau sumbu y saja), maka disebut sebagai gerak

Xpedia Fisika DP SNMPTN 05

BAB iv HUKUM NEWTON TENTANG GERAK & PENERAPANNYA

Gerak rotasi: besaran-besaran sudut

Jika resultan dari gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda sama dengan nol

Kalkulus Multivariabel I

Bab 6 Momentum Sudut dan Rotasi Benda Tegar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Antiremed Kelas 10 FISIKA

MENERAPKAN HUKUM GERAK DAN GAYA

Interferensi Cahaya. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung

TOPIK 8. Medan Magnetik. Fisika Dasar II TIP, TP, UGM 2009 Ikhsan Setiawan, M.Si.

B. Analisis Besaran Fisika Pada Gerak Melingkar dengan Laju Konstan

BAB V HUKUM NEWTON TENTANG GERAK

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN

Transkripsi:

Analisis Lintasan Foton Dalam Ruang-Waktu Schwarzschild Urai astri lidya ningsih 1, Hasanuddin 1, Joko Sampurno 1, Azrul Azwar 1 1 Program Studi Fisika, FMIPA, Universitas Tanjungpura; e-mail: nlidya14@yahoo.com Abstrak Penelitian ini mencoba menelaah kembali teori relativitas Einsten tentang pembelokan cahaya di sekitar matahari dengan analisis persamaan medan Einsten vakum dari bentuk metrik Schwarzschild. Solusi persamaan lintasan foton sebagai solusi Einsten diperoleh dengan menyelesaikan persamaan medan Einsten vakum. Berdasarkan solusi persamaan lintasan foton tersebut ditunjukkan bahwa cahaya bintang yang lewat dekat matahari mengalami pembelokan dengan sudut sebesar 1,75". Pembelokan ini bergantung pada massa bintang dan jarak, semakin besar massa bintang maka semakin besar pula sudut deviasi yang terbentuk sebaliknya semakin besar nilai jarak maka semakin kecil sudut deviasi yang terbentuk. Kata kunci : sudut deviasi cahaya, ruang-waktu Schwarzschild, teori relativitas umum. 1. Pendahuluan Sekitar tahun 1915, Albert Einstein mempublikasikan teori relativitas umum yang tidak lain merupakan teori tentang medan gravitasi yang dikaitkan dengan geometri ruangwaktu. Teori relativitas umum yang dibangun oleh persamaan medan Einstein mengambil sudut pandang yang berbeda dengan gravitasi Newton. Menurut teori relativitas umum, gravitasi bukanlah efek dari tarikan benda bermassa seperti anggapan Newton melainkan efek dari kelengkungan ruang waktu empat dimensi. Kelengkungan ini ditentukan oleh distribusi massa dan energi. Dengan konsep yang baru, teori relativitas umum memberikan pandangan yang baru mengenai ruang-waktu. Konsep bahwa ruangwaktu dapat melengkung jika di dalamnya terdapat materi massif memberikan beberapa implikasi baru. Diantaranya, jika cahaya bintang melewati sebuah benda langit massif seperti matahari, maka ramalan teori relativitas umum adalah cahaya bintang tersebut akan mengalami pembelokan. Membeloknya cahaya bintang tersebut bukan disebabkan oleh tertariknya cahaya bintang karena pengaruh gaya gravitasi bumi melainkan karena ruang-waktu di sekitar matahari tersebut melengkung. Jika yang digunakan adalah konsep teori relativitas khusus dan teori gravitasi Newton, yang dalam hal ini cahaya bintang dianggap memiliki massa yang sebanding dengan energinya, memang dari penghitungan menunjukkan adanya pembelokan, namun nilai ramalannya hanya setengah dari ramalan teori relativitas umum. Pengamatan astronomi menunjukkan bahwa ternyata ramalan teori relativitas umumlah yang lebih sesuai (Anugraha, 2011). Studi ini bertujuan untuk memvisualisasikan lintasan cahaya dalam teori relativitas umum. Studi ini dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran tentang teori relativitas. 2. Pembelokan Cahaya Bintang di Sekitar Massa Massif Cahaya melintasi ruang-waktu melalui lintasan geodesik. Untuk cahaya, elemen garis yang ditempuh olehnya sama dengan nol. Pembelokan cahaya bintang dapat dilihat pada saat terjadi gerhana matahari, hal ini disebabkan karena pada saat gerhana matahari pembelokan cahaya bintang dapat dengan jelas terlihat dibandingkan jika diamati pada siang hari. Dengan membandingkan antara posisi bintang saat dekat matahari dengan posisi bintang saat tidak dekat matahari, maka dapat dilihat pergeseran posisi bintang. 3. Solusi Schwarzschild Karl Schwarzschild merupakan orang pertama yang memberikan solusi medan gravitasi Einstein bagi medan statik dan simetri bola. Solusi yang diberikan oleh Karl Schwarzschild ini merupakan pendekatan yang cukup bagus untuk medan yang dihasilkan matahari. Solusi Schwarzchild diperoleh dengan memilih metrik ansatz (tebakan) yang bersifat statis (tidak bergantung waktu) dan bersimetri bola. Secara matematis metrik ansatz ini dinyatakan oleh persamaan (1) (Anugraha, 2011) : 8

ds = e μ dt e dr r (dθ + sin θ dφ ) (1) Dan persamaan (1) dapat diperoleh metrik Schwarzschild, sebagaimana dinyatakan oleh persamaan (2) (Dirac, 2005) ds = 1 dt ds r (dθ + sin θdφ ) (2) = elemen jarak (jarak ruang-waktu antar metrik dalam medan gravitasi Einsten yang bersifat statik dan bersimetri bola) (r, θ, φ) = pusat koordinat bola (dalam medan gravitasi Einsten yang bersifat statik dan bersimetri bola) 4. Persamaan Geodesik Geodesik merupakan lintasan terpendek antara dua buah titik pada suatu permukaan. Pada ruang datar, geodesik akan berupa garis lurus. Sedangkan dalam ruang lengkung, geodesik akan berupa garis lengkung. Karena geodesik adalah lintasan terpendek, maka geodesik dalam ruang lengkung harus merupakan suatu kurva yang memiliki kelengkungan seminimal mungkin. Secara kalkulus, ini berarti bahwa kurva tersebut memiliki gradien yang sejajar terhadap kurva itu sendiri. Dengan kata lain kurva tersebut merupakan kurva stasioner (Purwanto, 2009). μ + Γ μ αβ α β = 0 (3) 5. Persamaan Lintasan Foton Dalam Ruang- Waktu Schwarzschild Salah satu aplikasi dari Teori Relativitas Umum adalah terbeloknya cahaya pada saat melintasi benda yang bersifat massif seperti matahari. Berkas cahaya merupakan berkas yang tersusun dari sejumlah foton, dimana foton merupakan partikel bermassa nol dan bergerak dengan laju cahaya. Untuk menganalisis lintasan foton pertama harus dicari terlebih dahulu persamaan geodesiknya dengan menggunakan metrik Schwarzchild (Matthias, 2012) : e = 0 (4) + (1 2mr )(mr ) (1 2mr ) (mr ) (1 2mr )r sin θ = 0 (5) = 0 (6) r = 0 (7) Dengan mengintegralkan persamaan (4) dan persamaan (7), didapat persamaan (8) : = ke = = γ Sehingga diperoleh persamaan (9) : r = R m(cos φ + 2sin φ) + R cosφ r = lintasan foton (km) m = parameter jarak (km) R = jari-jari matahari (km) φ = sudut antara R dengan r (rad) (8) (9) Persamaan (9) inilah yang merupakan persamaan lintasan foton. 6. Analisis Lintasan Foton Dalam Ruang- Waktu Schwarzschild Solusi yang diberikan oleh Einsten sesuai dengan pengamatan para ahli sebagaimana dapat dilihat pada persamaan (9). Dengan nilai x dan y : x = rsinφ (10) y = rcosφ (11) maka akan diperoleh gambar lintasan fotonnya, seperti pada Gambar 1 : Gambar 1. Pembelokan cahaya Dari gambar dapat dilihat bahwa terjadi pembelokan dengan niali sudut pembelokan δ. Dengan memisalkan u = 1 r maka akan diperoleh nilai sudut deviasinya dengan menggunakan persamaan berikut : R r δ + u = cos ϕ (12) 9

Penyelesaian dalam penghampiran kedua dalam bentuk persamaan polar sinar cahaya adalah u = cosϕ + (2 cos ϕ) (13) r = + pada akhir sinar u = 0 sehingga didapat sudut deviasinya δ = (14) (15) pada keadaan awal dan akhir lintasan cahaya. Maka nilai sudut pembelokan cahaya bintang yang melintasi massa massif yang diletakkan dipusat koordinat yang menimbulkan medan Schwarzchild (2m) adalah (Spiegell, 1998) : δ = 2(2m) R (16) δ = (17) Sinar yang datang dari bintang jauh mengalami pembelokan maksimum jika ia melewati daerah luar permukaan matahari, yakni ketika jarak R adalah jejari matahari, R 7 10 km dan m = GM c 1,48 km. Hal ini akan menghasilkan sudut deviasi δ = 4m R = 4 1,48 7 10 = 8,5 10 radian 1 radian = 57,3 60 menit = 57,3 3600 detik Maka δ = 8,5 10 57,3 3600 = 1,75" Prediksi ini bersesuaian dengan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Arthur Stanley Eddington (Purwanto, 2009). Arthur Stanley Eddington memimpin ekspedisi Inggris dengan misi khusus pembuktian prediksi teori Einsten, pengamatan yang mereka lakukan ini merupakan pengamatan pertama. Pengamatan pertama kali ini dilakukan pada tahun 1919. Pada pengamatan di tahun 1919 tersebut diperoleh kesimpulan bahwa cahaya bintang yang lewat dekat matahari telah membelok dengan sudut sebesar 1,98 ± 0,16"dan 1,61 ± 0,40", tidak jauh berbeda dari angka yang diramalkan Einsten. Nilai pengamatan selanjutnya memperlihatkan besar sudut pembelokan terletak antara 1,57"dan 2,37", nilai rata-rata semua pengamatan adalah 1,89" mendekati nilai 1,75" seperti yang diramalkan Einsten. y x 10 5 7.004 7.003 7.002 7.001 m=1xm m=2xm m=3xm m=4xm m=5xm 7 6.999 matahari 6.998 0 2 4 6 8 10 x x 10 6 Gambar 2. Lintasan Foton dengan nilai R tetap (R = 700000km) 10

km 40 35 y 30 25 20 15 R=700000 R=1000000 R=1300000 R=1700000 R=2500000 10 5 0-5 matahari -10-5 0 5 10 15 20 25 30 35 x km Gambar 3. Lintasan Foton dengan nilai m tetap (m=1,48km) Pada Gambar 2 dan Gambar 3 terlihat lintasan lengkung yang berarti terjadi pembelokan. Perbedaan nilai m mempengaruhi bentuk lintasan yang diperoleh. Semakin besar m maka lintasannya semakin melengkung. Jika nilai m = 1,48 dan nilai jarak R adalah jejari matahari R = 700.000 diperoleh δ = 1,75". Jika nilai m = 2,96 dan nilai R = 1000000 diperoleh δ = 2,44". Jika nilai m = 4,44 dan nilai R = 1300000 diperoleh δ = 2,8". Jika nilai m = 5,92 dan nilai jarak R = 1700000 diperoleh δ = 2,87" Dengan nilai m = 7,4 dan nilai jarak R = 2500000 diperoleh δ = 2,44". Nilai yang diperoleh tidak jauh berbeda dengan nilai sudut pembelokan yang diramalkan oleh Einsten. Nilai m dan R mempengaruhi besar sudut deviasi (δ). Untuk R tetap maka δ~m, Semakin besar nilai m maka semakin besar pula sudut deviasinya. Sebaliknya untuk m tetap maka δ~ 1 R, semakin besar nilai R maka sudut deviasinya semakin kecil. 7. Penutup Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk cahaya yang melintas dekat benda massif akan mengalami pembelokan. Pembelokan ini dipengaruhi oleh nilai m dan R. Semakin besar nilai m maka semakin besar pula sudut deviasinya, sebaliknya semakin besar nilai R maka sudut deviasinya semakin kecil. Nilai yang diperoleh tidak jauh berbeda dengan nilai sudut pembelokan yang diramalkan oleh Einsten. Untuk pengembangan lebih lanjut perlu dilakukan kajian untuk sistem yang tidak statis seperti sistem yang berotasi. 11

Daftar Pustaka Anugraha, R., 2011, Pengantar Teori Relativitas dan Kosmologi, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Dirac, P. A. M., 2005, General Theory of Relativisty, John Wiley end Sons, New York. Matthias Blau, 2012, LectureNotes on General Relativity, Albert Eistein Center for Fundamental Physics Institut F ur Theoretische Physik, Universit at Bern, Bern, Switzerland Purwanto, Agus, 2009, PengantarKosmologi, ITS Press, Surabaya. Spiegell, M.R., 1998, Analisis Vektor dan Pengantar Analisis Tensor, Wospakrirk, Hans J. (alihbahasa), Erlangga, Jakarta. 12

13