BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Definisi Perencanaan dan Pengendalian Produksi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

3 BAB III LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 Landasan Teori

BAB II LANDASAN TEORI

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV JADWAL INDUK PRODUKSI

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Praktikum Sistem Produksi ATA 2014/2015

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB 2 LANDASAN TEORI

Manajemen Persediaan (Inventory Management)

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah:

Perencanaan Kebutuhan Komponen Tutup Ruang Transmisi Panser Anoa 6x6 PT PINDAD Persero

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

RENCANA INDUK PRODUKSI (MASTER PRODUCTION SCHEDULE)

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi

MRP. Master Production. Bill of. Lead. Inventory. planning programs. Purchasing MODUL 11 JIT DAN MRP

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

PERAMALAN (FORECASTING)

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di perusahaan global penghasil peralatan listrik

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

CAPACITY PLANNING. Zulfa Fitri Ikatrinasari, MT., Dr. / Euis Nina S. Y., ST, MT

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

BAB III METODE PENELITIAN. Indonesia yaitu PT. Indosat, Tbk yang beralamat di jalan Daan Mogot KM 11

BAB 2 LANDASAN TEORI. future. Forecasting require historical data retrieval and project into the

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERENCANAAN & PENGENDALIAN OPERASI

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan akhir-akhir ini tidak lagi terbatas secara lokal,

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB V ANALISA HASIL. Berdasarkan data permintaan produk Dolly aktual yang didapat (permintaan

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB II LANDASAN TEORI

Journal Knowledge Industrial Engineering (JKIE)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku.

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

Transkripsi:

32 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perencanaan dan Pengendalian Produksi Menurut Vincent Gaspersz (1998, p3) produksi merupakan fungsi pokok dalam setiap organisasi, yang mencakup aktifitas yang bertanggung jawab untuk menciptakan nilai tambah produk yang merupakan output dari setiap organisasi industri itu. Kebutuhan produksi untuk beroperasi dengan biaya yang lebih rendah, meningkatkan kualitas dan produktifitas, dan menciptakan produk baru telah menjadi kekuatan yang mendorong teknologi untuk melakukan berbagai terobosan dan penemuan baru. Produksi dalam sebuah organisasi pabrik merupakan inti yang paling dalam, spesifik serta berbeda dengan bidang fungsional lain seperti: keuangan, personalia, dan lain-lain. Sistem produksi merupakan sistem integral yang mempunyai komponen struktural dan fungsional. Dalam sistem produksi modern terjadi suatu proses transformasi nilai tambah yang mengubah input menjadi output yang dapat dijual dengan harga kompetitif di pasar. Sistem produksi memiliki beberapa karakteristik berikut: a. Mempunyai komponen-komponen atau elemen-elemen yang saling berkaitan satu sama lain dan membentuk satu kesatuan yang utuh. Hal ini berkaitan dengan komponen struktural yang membangun sistem produksi itu. b. Mempunyai tujuan yang mendasari keberadaannya, yaitu menghasilkan produk (barang dan/atau jasa) berkualitas yang dapat dijual dengan harga kompetitif di pasar.

33 c. Mempunyai aktifitas berupa proses transformasi nilai tambah input menjadi output secara efektif dan efisien. d. Mempunyai mekanisme yang mengendalikan pengoperasiannya, berupa optimalisasi pengalokasian sumber-sumber daya. Proses transformasi nilai tambah dari input menjadi output dalam sistem produksi modern selalu melibatkan komponen struktural dan fungsional yang berperan penting dalam menunjang kontinuitas operasional sistem produksi itu. Komponen struktural yang membentuk sistem produksi terdiri dari: bahan (material), mesin dan peralatan, tenaga kerja, modal, energi, informasi, tanah, dan lain-lain. Sedangkan komponen fungsional terdiri dari: supervisi, perencanaan, pengendalian, koordinasi, dan kepemimpinan, yang kesemuanya berkaitan dengan manajemen dan organisasi. Komponen-komponen yang disebutkan di atas merupakan elemen-elemen utama dalam sistem produksi yaitu berupa input. Selain input, elemen utama lainnya yaitu: proses, output, serta adanya suatu mekanisme umpan balik untuk pengendalian sistem produksi itu agar mampu meningkatkan perbaikan terus-menerus (continous improvement). Suatu proses dalam sistem produksi dapat didefinisikan sebagai integrasi sekuensial dari tenaga kerja, material, informasi, metode kerja, dan mesin atau peralatan dalam suatu lingkungan guna menghasilkan nilai tambah bagi produk, agar dapat dijual dengan harga kompetitif di pasar. Proses itu mengkonversi input terukur ke dalam output terukur melalui sejumlah langkah sekuensial yang terorganisasi. Definisi lain dari proses adalah suatu kumpulan tugas yang dikaitkan melalui suatu aliran material dan informasi yang mentransformasikan berbagai input ke dalam output yang bermanfaat atau bernilai tambah tinggi. Suatu proses memiliki kapabilitas atau kemampuan untuk menyimpan

34 material (yang diubah menjadi barang setengah jadi) dan informasi selama transformasi berlangsung. Perencanaan dan pengendalian proses produksi merupakan metode yang digunakan dalam menghasilkan produk yang melewati proses dimana produk dibuat berdasarkan informasi tentang keinginan konsumen (pasar) yang diperoleh dari riset pasar yang komprehensif, selanjutnya didesain produk sesuai dengan keinginan pasar itu. Desain produk telah menetapkan model dan spesifikasi yang harus diikuti oleh bagian produksi. Bagian produksi harus meningkatkan efisiensi dari proses dan kualitas produk, agar diperoleh produk-produk berkualitas sesuai dengan desain yang telah ditetapkan berdasarkan keinginan pasar itu, dengan biaya yang serendah mungkin. Dengan perencanaan dan pengendalian proses produksi semua hal tersebut dapat dicapai dengan menghilangkan pemborosan (waste) yang terjadi dalam proses produksi itu. 2.1.1 Strategi Respons terhadap Permintaan Konsumen Strategi respons terhadap permintaan konsumen mendefinisikan bagaimana suatu perusahaan industri manufaktur akan memberikan tanggapan atau respons terhadap permintaan konsumen. Pada dasarnya strategi respons terhadap permintaan konsumen dapat diklasifikasikan dalam lima kategori sebagai berikut: 1. Design to Order (Engineer to Order) Dalam strategi ini, perusahaan tidak membuat produk itu sebelumnya atau dengan kata lain cocok untuk produk-produk baru dan/atau unik secara total. Perusahaan yang memilih strategi ini tidak mempunyai sistem inventori karena produk baru akan didesain dan diproduksi setelah ada permintaan pelanggan. Untuk itu, perusahaan tidak mempunyai resiko berkaitan dengan

35 investasi inventori. Apabila ada pesanan dari pelanggan, pihak perusahaan akan mengembangkan desain untuk produk yang diminta (termasuk pertimbangan waktu dan biaya), kemudian menerima persetujuan tentang desain itu dari pihak pelanggan, selanjutnya akan memesan material-material yang dibutuhkan untuk pembuatan produk, dan mengirimkan produk itu ke pelanggan. Produk-produk yang cocok menggunakan strategi design to order adalah kapal, komputer khusus untuk keperluan militer, gedung bertingkat, jembatan, dan sebagainya. 2. Make to Order Perusahaan industri yang memilih strategi make to order hanya mempunyai desain produk dan beberapa material standar dalam sistem inventori dari produk-produk yang telah dibuat sebelumnya. Aktifitas proses pembuatan produk bersifat khusus yang disesuaikan dengan setiap pesanan dari pelanggan. Siklus pesanan (order cycle) dimulai ketika pelanggan menspesifikasikan produk yang dipesan, dalam hal ini produsen dapat membantu pelanggan untuk menyiapkan spesifikasi sesuai kebutuhan pelanggan itu. Produsen menawarkan harga dan waktu penyerahan berdasarkan atas permintaan pelanggan itu. Sama halnya dengan strategi design to order, strategi make to order juga mempunyai resiko yang sangat kecil berkaitan dengan investasi inventori. Yang dapat dikategorikan dalam strategi make to order seperti penggantian parts mesin, produk-produk kerajinan tangan berdasarkan pesanan khusus, riset pasar bagi perusahaan tertentu, dan pelatihan dalam perusahaan (inhouse training) berdasarkan kebutuhan spesifik dari pelanggan.

36 3. Assemble to Order Perusahaan industri yang memilih strategi assemble to order akan memiliki inventori yang terdiri dari semua subassemblies atau modul-modul (modules). Apabila pelanggan memesan produk, produsen secara cepat merakit modul-modul yang ada dan mengirimkan dalam bentuk produk akhir ke pelanggan. Strategi assemble to order digunakan oleh perusahaanperusahaan industri yang memiliki produk modular, dimana beberapa produk akhir membentuk modul-modul umum (common modules). Perusahaan industri yang menggunakan strategi ini antara lain industri otomotif, komputer komersial, restoran seperti Mc Donald s. 4. Make to Stock Perusahaan yang memilih strategi make to stock akan memiliki inventori yang terdiri dari produk akhir (finished product) untuk dapat dikirim dengan segera apabila ada permintaan dari pelanggan. Dalam strategi ini, siklus waktu (cycle time) dimulai ketika produsen menspesifikasikan produk, memperoleh bahan baku (raw material), dan memproduksi produk akhir untuk disimpan dalam stok. Apabila pelanggan memesan produk, dengan asumsi bahwa produk itu telah disimpan dalam stok, produsen akan mengambil produk itu dari stok dan mengirimkannya kepada pemesan. Pesanan pelanggan secara aktual tidak dapat diidentifikasi secara tepat dalam proses produksi. Permintaan aktual dari pelanggan hanya dapat diramalkan, dimana sering kali tingkat aktual dari produksi hanya berkorelasi rendah dengan pesanan pelanggan aktual yang diterima. Perusahaan industri yang memilih strategi make to stock terarah pada pengisian kembali inventori

37 (replenishment of inventory). Produk-produk yang dapat dikategorikan ke dalam strategi make to stock adalah industri untuk barang-barang konsumsi (consumer s goods) seperti pakaian, peralatan rumah tangga, telepon, produk makanan, mainan anak-anak, karpet, dan lain-lain. 5. Make to Demand Strategi make to demand dapat dianggap sebagai suatu strategi baru yang dikembangkan dalam peusahaan industri, dimana respons terhadap permintaan pelanggan secara total adalah fleksibel. Dalam strategi make to demand, penyerahan produk dari perusahaan berkaitan dengan kualitas dan waktu penyerahan (delivery time) secara tepat berdasarkan keinginan pelanggan. Strategi ini responsif secara lengkap (completely responsive) terhadap pesanan pelanggan (sesuai spesifikasi yang diinginkan oleh pelanggan), tetapi dapat menyerahkan produk dengan kecepatan mendekati strategi make to stock. Strategi make to demand dapat diterapkan pada produk-produk industri yang telah berada pada tahap menurun (declining stage) dari siklus hidup produk (product life cycle), karena produk-produk itu membutuhkan fitur dan pilihan yang lebih banyak disertai dengan harga yang lebih rendah serta waktu penyerahan lebih cepat agar dapat bertahan di pasar yang sangat kompetitif itu.

38 2.1.2 Strategi Desain Proses Manufaktur Strategi desain proses manufakturing mendefinisikan bagaimana suatu produk industri dibuat atau diproses. Pada dasarnya strategi desain proses manufakturing dapat diklasifikasikan ke dalam lima kategori, sebagai berikut: 1. Project (No Product Flow) Dalam suatu proyek, biasanya material, peralatan, dan personel dibawa ke lokasi proyek. Dalam hal ini tidak ada aliran produk untuk suatu proyek, tetapi bagaimanapun juga suatu proyek tetap memiliki urutan-urutan atau sekuens operasi. Bentuk proyek digunakan apabila terdapat suatu kebutuhan khusus untuk kreatifitas dan keunikan, serta memiliki batas waktu penyelesaiannya. 2. Job Shop (Jumbled Flow) Dalam suatu job shop atau aliran tercampur, produk dibuat dalam batch pada interval intermittent (intermittent interval). Job shop mengorganisasikan peralatan dan tenaga kerja ke dalam pusat-pusat kerja (work centers) berdasarkan jenis pekerjaan, misalnya: semua pencampuran produk berada dalam pusat kerja pertama, electrical subassembly berada dalam pusat kerja kedua, mechanical subassembly berada dalam pusat kerja ketiga, product assembly berada dalam pusat kerja keempat, dan seterusnya. 3. Line Flow Line flow menyusun stasiun-stasiun kerja dalam sekuens operasi yang membuat produk, sehingga kadang-kadang disebut sebagai product flow, karena produk mengalir mengikuti langkah-langkah sekuensial yang sama

39 dalam proses produksi. Semua produk membutuhkan tugas-tugas yang sama, dan mengikuti pola aliran standar (standard flow patterns). Pada dasarnya terdapat tiga jenis line flow, yaitu: - Small Batch atau Interrupted Line Flow Tipe line flow ini memiliki semua karakteristik dari line flow, tetapi tidak memproses produk yang sama secara terus-menerus. Small batch line flow memproses beberapa produk dalam batch yang kecil (small batches), dengan biasanya membutuhkan setup peralatan atau mesin di antara batch yang diproses. Produk-produk yang sering diproduksi dengan menggunakan small batch line flow ini adalah parts yang tingkat permintaannya relatif rendah, assemblies, dan item-item non diskrit (misalnya: obat-obatan). - Large Batch atau Repetitive Line Flow Large batch atau repetitive line flow biasanya mengacu pada produkproduk diskrit dalam volume besar. Large batch line flow memproduksi hanya beberapa jenis produk pada line, dengan batch berukuran besar untuk masing-masing jenis produk itu, serta membutuhkan setup mesin atau peralatan di antara batch itu. Sedangkan repetitive line flow memproduksi hanya satu jenis produk dalam volume besar, tetapi line tidak beroperasi secara terus-menerus atau kontinyu. - Continous Line Flow Line flow ini mengacu pada produksi terus-menerus seperti: proses penyulingan minyak, baja, semen, cat,gula, dan lain-lain. Continous line

40 flow biasanya memproduksi produk serupa secara terus-menerus dalam volume besar. 4. Flexible Manufacturing System (FMS) FMS merupakan suatu sel terautomatisasi (penanganan material dan peralatan pemrosesan yang terintegrasi) yang digunakan untuk menghasilkan sekelompok parts atau assemblies. Meskipun semua item membutuhkan proses manufaktur serupa, namun sekuens dari operasi tidak perlu sama dalam setiap kasus. Suatu line produksi nonautomatisasi yang dapat mengubah dari satu produk ke produk lain tanpa setup time, juga merupakan FM S. 5. Agile Manufacturing System (AMS) Secara umum dapat dikatakan bahwa AMS adalah suatu sistem manufaktur yang memiliki kemampuan secara lengkap untuk memberikan respons yang cepat dan tepat terhadap permintaan pelanggan. Agility adalah kemampuan untuk berhasil di pasar global yang telah menjadi lebih internasional, dinamis, dan dikendalikan oleh pelanggan, melalui menawarkan range produk yang luas dengan biaya rendah, berkualitas tinggi,serta pelayanan dengan waktu tunggu pendek (short lead times), dalam volume produk yang bervariasi sehingga meningkatkan nilai tambah kepada pelanggan melalui customization. 2.2 Persediaan Persediaan selalu dibutuhkan dalam sebuah perusahaan. Persediaan yang besar tidak efisien karena dapat menimbulkan biaya besar, sedangkan persediaan yang kecil

41 beresiko tinggi terhentinya produksi, maka persediaan merupakan sesuatu yang kritis dalam suatu perusahaan. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan dalam poin-poin di bawah ini. 2.2.1 Definisi Persediaan Menurut Eddy Herjanto (2007, p237) persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, atau untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin. Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, barang dalam proses, barang jadi, ataupun suku cadang. Jumlah persediaan terlalu besar mengakibatkan timbulnya dana menganggur yang besar (yang tertanam dalam persediaan), meningkatnya biaya penyimpanan, dan resiko kerusakan barang yang lebih besar. Namun, jika persediaan terlalu sedikit mengakibatkan resiko terjadinya kekurangan persediaan (stockout) karena sering kali bahan/barang tidak dapat didatangkan secara mendadak dan sebesar yang dibutuhkan, yang menyebabkan terhentinya proses produksi, tertundanya penjualan, bahkan hilangnya pelanggan. 2.2.2 Fungsi Persediaan Beberapa fungsi penting yang dikandung oleh persediaan dalam memenuhi kebutuhan perusahaan menurut Eddy Herjanto (2007, p238) adalah sebagai berikut: - Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku atau barang yang dibutuhkan perusahaan.

42 - Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan. - Menghilangkan resiko terhadap kenaikan harga barang atau inflasi. - Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga perusahaan tidak akan kesulitan jika bahan itu tidak tersedia di pasaran. - Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan diskon kuantitas. - Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan tersediaanya barang yang diperlukan. 2.2.3 Jenis-jenis Persediaan Selain dari persediaan yang dilakukan dalam bentuk bahan mentah, bahan pembantu, barang setengah jadi, dan barang jadi. Menurut Eddy Herjanto (2007, p238) persediaan juga dapat dikelompokkan ke dalam empat jenis, yaitu: 1. Fluktuasi stok (fluctuation stock), merupakan persediaan yang dimaksudkan untuk menjaga terjadinya fluktuasi permintaan yang tidak diperkirakan sebelumnya, dan untuk mengatasi bila terjadi kesalahan/penyimpangan dalam prakiraan penjualan, waktu produksi, atau pengiriman barang. 2. Antisipasi stok (anticipation stock), merupakan persediaan untuk menghadapi permintaan yang dapat diramalkan, misalnya pada musim permintaan tinggi, tetapi kapasitas produksi pada saat itu tidak mampu memenuhi permintaan. Persediaan ini juga dimaksudkan untuk menjaga

43 kemungkinan sukarnya diperoleh bahan baku sehingga tidak mengakibatkan terhentinya produksi. 3. Persediaan untuk ukuran lot (lot size inventory), merupakan persediaan yang diadakan dalam jumlah yang lebih besar dari pada kebutuhan pada saat itu. Persediaan dilakukan untuk mendapatkan keuntungan dari harga barang (berupa diskon) karena membeli dalam jumlah yang besar, atau untuk mendapatkan penghematan dari biaya pengangkutan per unit yang lebih rendah. 4. Persediaan saluran pipa (pipeline inventory), merupakan persediaan yang dalam proses pengiriman dari tempat asal ke tempat dimana barang itu akan digunakan. Misalnya, barang yang dikirim dari pabrik menuju tempat penjualan, yang dapat memakan waktu beberapa hari atau minggu. 2.2.4 Jenis-jenis Biaya Persediaan Biaya persediaan merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan persediaan yang dilakukan oleh perusahaan. Adapun jenis-jenis biaya yang termasuk ke dalam biaya untuk persediaan antara lain meliputi: - Biaya penyimpanan (holding cost/carrying cost) adalah biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan diadakannya persediaan barang. Yang termasuk biaya ini antara lain biaya sewa gudang, biaya administrasi pergudangan, gaji pelaksana pergudangan, biaya listrik, biaya modal yang tertanam dalam persediaan, biaya asuransi, ataupun biaya kerusakan, kehilangan atau penyusutan barang selama dalam penyimpanan.

44 - Biaya kekurangan persediaan (shortage cost/stockout cost) adalah biaya yang timbul sebagai akibat tidak tersedianya barang pada waktu diperlukan. Biaya kekurangan persediaan ini pada dasarnya bukan biaya nyata (riil), melainkan berupa biaya kehilangan kesempatan. Dalam perusahaan manfaktur, biaya ini merupakan biaya kesempatan yang timbul misalnya karena terhentinya proses produksi sebagai akibat tidak adanya bahan yang diproses, antara lain meliputi biaya kehilangan waktu produksi bagi mesin dan karyawan. - Biaya persiapan (setup cost), biaya ini akan timbul apabila perusahaan memproduksi persediaan sendiri, tidak membeli dari pemasok. Biaya persiapan merupakan biaya yang diperlukan untuk menyiapkan peralatan, mesin, atau proses manufaktur lain dari suatu rencana produksi. - Biaya pemesanan (ordering cost) adalah biaya yang dikeluarkan setiap kali perusahaan melakukan pemesanan kepada pemasok. Biaya pemesanan umumnya bersifat variabel terhadap frekuensi pesanan. Yang termasuk ke dalam biaya pemesanan antara lain biaya selama proses pemesanan, biaya pengiriman permintaan, biaya penerimaan barang, biaya penempatan barang ke dalam gudang, biaya pemrosesan pembayaran kepada pemasok. 2.3 Safety Stock Menurut Eddy Herjanto persediaan pengaman (safety stock) adalah persediaan yang dicadangkan untuk kebutuhan selama menunggu barang datang. Persediaan pengaman juga biasa disebut sebagai persediaan penyangga (buffer stock) atau persediaan besi (iron stock). Persediaan pengaman berfungsi untuk melindungi atau

45 menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan barang, misalnya karena penggunaan barang yang lebih besar dari perkiraan semula atau keterlambatan dalam penerimaan barang yang dipesan. Selain itu, berfungsi juga untuk menjamin pelayanan kepada pelanggan terhadap ketidakpastian dalam pengadaan barang. Persediaan pengaman dapat ditentukan langsung dalam jumlah unit tertentu, misalnya 20 unit, atau berdasarkan persentase dari kebutuhan selama menunggu barang datang (waktu tenggang). Hal ini tergantung dari pengalaman perusahaan dalam menghadapi keterlambatan barang yang dipesan atau sering berubah tidaknya perencanaan produksi. Cara lain dalam menentukan besarnya persediaan pengaman ialah dengan pendekatan tingkat pelayanan (service level). Tingkat pelayanan dapat didefinisikan sebagai probabilitas permintaan tidak akan melebihi persediaan (pasokan) selama waktu tenggang. Tingkat pelayanan 95% menunjukkan bahwa besarnya kemungkinan permintaan tidak akan melebihi persediaan selama waktu tenggang ialah 95%. Dengan kata lain, resiko terjadinya kekurangan persediaan (stockout risk) hanya 5%. Melalui rumus distribusi normal, besarnya persediaan pengaman dapat dihitung sebagai berikut: X μ Z = σ karena X μ = SS Z = σ SS = Zσ SS, maka Dimana:

46 Z = standar normal X = tingkat persediaan µ = rata-rata permintaan σ = standar deviasi permintaan selama waktu tenggang SS = persediaan pengaman 2.4 Perencanaan Proses Perencanaan proses membahas tentang perencanaan bagaimana sekumpulan aktifitas produksi akan berlangsung mulai dari input, pemrosesan, sampai menghasilkan produk (output). Untuk lebih jelasnya akan dijabarkan dalam poin-poin di bawah ini. 2.4.1 Definisi Perencanaan Proses Menurut Bedworth perencanaan proses adalah persiapan untuk sekumpulan instruksi-instruksi yang menjelaskan bagaimana memproduksi suatu bagian atau membuat perakitan yang mana akan memuaskan spesifikasi desain teknik. Sekumpulan instruksi tersebut membahas mengenai urutan pengerjaan, mesin dan tool yang digunakan, material yang dipakai, toleransi, parameter pemesinan dan lain lain. 2.4.2 Alat Bantu yang Digunakan dalam Perencanaan Proses Untuk perencanaan proses produk diperlukan alat bantu baik itu berupa peta-peta kerja maupun hasil yang dituangkan ke dalam bentuk tabel. Berikut ini adalah alat bantu yang digunakan:

47 a. Peta proses operasi (operation process chart) Peta proses operasi (OPC) termasuk ke dalam kategori peta kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja keseluruhan. OPC termasuk ke dalam peta untuk kegiatan kerja keseluruhan karena kegiatan tersebut melibatkan sebagian besar atau semua fasilitas yang diperlukan untuk membuat produk yang bersangkutan. Sedangkan peta kerja untuk kegiatan kerja setempat terjadi apabila kegiatan tersebut berlangsung dalam suatu stasiun kerja yang biasanya hanya melibatkan orang dan fasilitas dalam jumlah terbatas. Peta proses operasi merupakan suatu diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses yang akan dialami bahan-bahan baku mengenai urutan-urutan operasi dan pemeriksaan. Sejak dari awal sampai menjadi produk jadi utuh maupun sebagai komponen, dan juga memuat informasiinformasi yang diperlukan untuk analisa lebih lanjut, seperti: waktu yang dihabiskan, material yang digunakan, dan tempat atau alat atau mesin yang dipakai. Kegunaan dari OPC antara lain: - Dapat mengetahui kebutuhan akan mesin dan penganggarannya - Dapat memperkirakan kebutuhan akan bahan baku (dengan memperhitungkan efisiensi di tiap operasi/pemeriksaan) - Sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik - Sebagai alat untuk latihan kerja Lambang-lambang yang dipergunakan dalam pembuatan OPC adalah Operasi

48 Suatu kegiatan operasi terjadi apabila benda kerja mengalami perubahan sifat, baik fisik maupun kimiawi, mengambil informasi maupun memberikan informasi pada suatu keadaan juga termasuk operasi. Operasi merupakan kegiatan yang paling banyak terjadi dalam suatu proses. Dan biasanya terjadi pada suatu mesin atau stasiun kerja. Pemeriksaan Suatu kegiatan pemeriksaaan terjadi apabila benda kerja atau peralatan mengalami pemeriksaan baik untuk segi kualitas maupun kuantitas. Lambang ini digunakan jika kita melakukan pemeriksaan terhadap suatu obyek atau membandingkan obyek tertentu dengan suatu standar. Aktifitas gabungan Kegiatan ini terjadi apabila antara aktifitas operasi dan pemeriksaan dilakukan bersamaan atau dilakukan pada suatu tempat kerja. Penyimpanan Proses penyimpanan terjadi apabila benda kerja disimpan untuk jangka waktu yang cukup lama. Jika benda kerja tersebut akan diambil kembali, biasanya memerlukan suatu prosedur perizinan tertentu. b. Peta perakitan (assembly chart) Peta perakitan adalah gambaran grafis dari urutan-urutan aliran komponen dan rakitan-bagian (sub assembly) ke rakitan suatu produk. Peta perakitan menunjukkan cara yang mudah untuk memahami: - Komponen-komponen yang membentuk produk - Bagaimana komponen-komponen ini bergabung bersama

49 - Komponen yang menjadi bagian suatu rakitan-bagian - Aliran komponen ke dalam sebuah rakitan - Keterkaitan antara komponen dengan rakitan-bagian - Gambaran menyeluruh dari proses rakitan - Urutan waktu komponen bergabung bersama - Suatu gambaran awal dari pola aliran bahan Tujuan utama dari peta perakitan adalah untuk menunjukkan keterkaitan antara komponen, yang dapat juga digambarkan oleh sebuah gambar terurai. Untuk membuat peta perakitan yang dibutuhkan adalah lambang operasi ( ). Untuk ukuran dari lingkaran ini bervariasi sesuai dengan kode komponen perakitan. Untuk kode komponen itu sendiri berdiameter 6 mm, untuk sub-sub assembly (SSA-n) berdiameter 8 mm, untuk sub assembly (SA-n) berdiameter 9 mm, dan terakhir untuk assembly (A-n) berdiameter 12 mm. c. Struktur produk Struktur produk merupakan gambaran hubungan antara suatu barang dan komponennya. Produk akhir atau parent item disebut sebagai item level 0, sedangkan komponen pembentuk produk akhir disebut sebagai item level 1, sub komponen berikutnya disebut item level 2, dan seterusnya.

50 Untuk menggambarkan struktur produk dapat menggunakan cara-cara berikut ini: - Explosion Gambaran tentang produk akhir beserta komponen-komponennya yang dimulai dari produk akhir yang berada di posisi teratas dan dilanjutkan dengan komponen-komponen penyusunnya. - Implosion Merupakan kebalikan dari explosion, dimana implosion menggambarkan produk akhir beserta komponen-komponennya yang dimulai dari komponen-komponen penyusun dasar, komponen penyusun selanjutnya sampai menjadi produk akhir yang terletak di bagian paling bawah dari struktur produk. M anfaat dari struktur produk ialah untuk mengetahui komponenkomponen apa saja yang menjadi penyusun suatu produk dan untuk mengetahui jumlah yang dibutuhkan untuk tiap-tiap komponen sehingga akan memudahkan dalam mengatur jumlah yang harus diproduksi. d. Bill of material (BOM) BOM merupakan definisi yang lengkap tentang suatu produk akhir meliputi daftar barang atau material yang diperlukan bagi perakitan, pencampuran, atau pembuatan produk akhir itu. BOM dibuat sebagai bagian dari proses desain dan kemudian digunakan untuk menentukan barang apa yang harus dibeli dan barang apa yang harus dibuat. Manfaat lain dari BOM adalah - Sebagai alat pengendali produksi yang menspesifikasikan bahan-bahan kandungan yang penting dari suatu produk (bahan-bahan mentah dan

51 komponen), pesanan yang harus digabungkan dan seberapa banyak yang dibutuhkan untuk membuat satu batch. - Menghitung berapa yang dapat diproduksi berdasarkan segala keterbatasan sumber daya yang ada pada kita saat ini. - BOM juga menjamin bahwa jumlah bahan yang tepat telah dikirim ke tempat yang tepat pada waktu yang tepat. 2.5 Peramalan Peramalan juga merupakan salah satu metode penting dalam perencanaan produksi. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan lebih detil ke dalam sub bab dari peramalan di bawah ini. 2.5.1 Definisi Peramalan Menurut Drs. Hery Prasetya (2009, p43) peramalan merupakan usaha untuk meramalkan keadaan di masa mendatang melalui pengujian keadaan di masa lalu. Esensi peramalan adalah perkiraan peristiwa-peristiwa di waktu yang akan datang atas dasar pola-pola di waktu yang lalu, dan penggunaan kebijakan terhadap proyeksi-proyeksi dengan pola-pola di waktu yang lalu. Peramalan adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan. Disebut seni karena selalu disertai dengan pertimbangan pribadi dan disebut ilmu karena cara-caranya dengan menggunakan statistik atau matematis yang terus dikembangkan. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan pengambilan data masa lalu dan menempatkannya ke masa yang akan datang dengan suatu bentuk model matematis. Definisi lain dari peramalan menurut Nachrowi (2004, p226) adalah alat/teknik untuk memprediksi atau memperkirakan suatu nilai pada masa yang akan datang dengan

52 memperhatikan data atau informasi yang relevan, baik data/informasi masa lalu maupun saat ini. Ramalan permintaan adalah proyeksi permintaan untuk produk atau jasa perusahaan. Ramalan ini, disebut juga ramalan penjualan, mengarahkan produksi, kapasitas, dan sistem penjadwalan perusahaan dan bertindak sebagai masukan untuk perencanaan keuangan, pemasaran, dan personalia. 2.5.2 Horizon Waktu Peramalan biasanya diklasifikasikan berdasarkan horizon waktu masa depan yang terbagi atas beberapa kategori: - Peramalan jangka pendek. Rentang waktunya mencapai satu tahun tetapi umumnya kurang dari tiga bulan. Peramalan jangka pendek digunakan untuk merencanakan pembelian, penjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja, penugasan, dan tingkat produksi. - Peramalan jangka menengah. Peramalan jangka menengah biasanya berjangka tiga bulan hingga tiga tahun. Peramalan ini sangat bermanfaat dalam perencanaan penjualan, perencanaan dan penganggaran produksi, penganggaran kas, dan menganalisis berbagai rencana operasi. - Peramalan jangka panjang. Rentang waktunya biasanya tiga tahun atau lebih; digunakan dalam merencanakan produk baru, pengeluaran modal, lokasi fasilitas, atau ekspansi, dan penelitian serta pengembangan. Peramalan jangka menengah dan jangka panjang mempunyai tiga ciri yang membedakan keduanya dari peramalan jangka pendek, antara lain: a. Peramalan jangka menengah dan jangka panjang berhubungan dengan isu yang lebih kompetentif dan mendukung keputusan manajemen berkaitan

53 dengan perencanaan dan produk, pabrik, dan proses. Menerapkan beberapa keputusan fasilitas, seperti membuka pabrik baru, bisa memakan waktu lima sampai delapan tahun dari awal sampai selesai. b. Peramalan jangka pendek biasanya menggunakan metodologi yang berbeda dari pada peramalan yang lebih panjang waktunya. Metode-metode kualitatif yang agak luas bermanfaat dalam memprediksi isu-isu seperti apakah produk baru seharusnya diperkenalkan dalam lini produk perusahaan. c. Peramalan jangka pendek cenderung lebih akurat dari pada peramalan jangka yang lebih panjang. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan berubah setiap hari, sehingga ketika horizon waktu semakin panjang, keakuratan peramalan akan berkurang. Dengan demikian ramalan penjualan perlu diperbarui secara teratur untuk mempertahankan nilainya. Setelah periode penjualan berlalu, ramalan harus dikaji kembali dan diperbaiki. 2.5.3 Pendekatan Peramalan Secara garis besarnya peramalan dapat dibagi ke dalam dua kelompok yaitu: a. Metode kualitatif Untuk metode kualitatif ini, cara-cara yang umum digunakan adalah seperti di bawah ini: - Juri dari opini eksekutif. Metode ini mengambil opini dari sekelompok kecil manajer tingkat tinggi, sering kali dikombinasikan dengan modelmodel statistik, dan menghasilkan estimasi permintaan kelompok. - Gabungan armada penjualan. Dalam pendekatan ini, setiap wiraniaga mengestimasi jumlah penjualan di wilayahnya, ramalan ini kemudian dikaji ulang untuk meyakinkan kerealistisannya, lalu dikombinasikan

54 pada tingkat provinsi dan nasional untuk mencapai ramalan secara menyeluruh. - Metode Delphi. Proses kelompok iteratif ini mengizinkan para ahli yang mungkin tinggal di berbagai tempat, untuk membuat ramalan. Ada tiga partisipan dalam proses Delphi: pengambil keputusan, personel staf, dan responden. - Survei pasar konsumen. Metode memperbesar masukan dari pelanggan atau calon pelanggan tanpa melihat rencana pembelian masa depannya. Metode ini bisa membantu tidak hanya dalam menyiapkan ramalan tetapi juga dalam memperbaiki desain produk baru. - Pendekatan naif. Cara sederhana untuk peramalan ini mengasumsikan bahwa dalam periode berikutnya adalah sama dengan permintaan dalam periode sebelumnya (most recent period). Jika penjualan produk pada bulan ini adalah 85 unit, maka peramalan penjualan untuk bulan berikutnya adalah 85 unit. Model peramalan naif adalah model peramalan yang efektif dan efisien biaya. b. Metode kuantitatif Ada empat metode peramalan kuantitatif yaitu: 1. Model seri waktu. Seri waktu (time series) didasarkan pada tahapan dari titik data yang sudah tertentu (mingguan, bulanan, kuartalan, dan sebagainya). Meramalkan data seri waktu memberikan implikasi bahwa nilai masa depan diprediksi hanya dari nilai masa lalu dan bahwa variabel-variabel lain tidak peduli berapa pun nilainya dihilangkan. Model seri waktu ini meliputi:

55 - Rata-rata bergerak (moving averages) - Penghalusan eksponensial (exponential smoothing) - Proyeksi trend (trend projection) Menurut Arman Hakim (2008, p39) seri waktu biasanya memiliki empat komponen yang terdiri dari: Trend/Kecenderungan (T). Trend merupakan sifat dari permintaan di masa lalu terhadap waktu terjadinya, apakah permintaan tersebut cenderung naik, turun, atau konstan. Season/Musiman (S). Fluktuasi permintaan suatu produk dapat naik turun di sekitar garis trend dan biasanya berulang setiap tahun. Pola ini biasanya disebabkan oleh faktor cuaca, musim libur panjang, dan hari raya keagamaan yang akan berulang secara periodik setiap tahunnya. Cycle/Siklus (C). Permintaan suatu produk dapat memiliki siklus yang berulang secara periodik, biasanya lebih dari satu tahun, sehingga pola ini tidak perlu dimasukkan dalam peramalan jangka pendek. Pola ini amat berguna untuk peramalan jangka menengah dan jangka panjang. Random/Variasi Acak (R). Permintaan suatu produk dapat mengikuti pola bervariasi secara acak karena faktor-faktor adanya bencana alam, bangkrutnya perusahaan pesaing, promosi khusus, dan kejadiankejadian lainnya yang tidak mempunyai pola tertentu. Variasi acak ini diperlukan dalam rangka menentukan persediaan pengamanan untuk mengantisipasi kekurangan permintaan.

56 Gambar 2.1 Pola Data Permintaan 2. Model kausal. Metode peramalan kausal biasanya mempertimbangkan beberapa variabel yang dikaitkan pada variabel yang sedang diprediksi. Pendekatan ini lebih kuat ketimbang metode seri waktu yang hanya menggunakan nilai historis untuk variabel yang diramalkan. Banyak faktor bisa dipertimbangkan dalam analisis kausal. Sebagai contoh, penjualan produk mungkin dikaitkan dengan anggaran iklan perusahaan, pembebanan harga, harga pesaing, dan strategi promosi, atau bahkan tingkat ekonomi dan pengangguran. Model peramalan kausal kuantitatif yang paling umum adalah analisis regresi linear. 2.5.4 Pemilihan Teknik Peramalan Berdasarkan Pola Datanya Setiap kali akan melakukan peramalan, maka kita perlu untuk memilih metode peramalan berdasarkan karakteristik dari pola datanya agar peramalan dapat mendekati kenyataan yang ditandai dengan nilai error paling kecil. Berikut ini adalah teknik peramalan yang tepat sesuai dengan pola datanya.

57 - Teknik Peramalan untuk Pola Data Trend Suatu data runtut waktu yang bersifat trend didefinisikan sebagai suatu series yang mengandung komponen jangka panjang yang menunjukkan pertumbuhan atau penurunan dalam data tersebut sepanjang suatu periode waktu yang panjang. Dengan kata lain, suatu data runtut waktu dikatakan mempunyai trend jika nilai harapannya berubah sepanjang waktu sehingga data tersebut diharapkan menaik atau menurun selama periode dimana peramalan diinginkan. Biasanya data runtut waktu ekonomi mengandung suatu trend. Teknik-teknik peramalan yang digunakan untuk peramalan data runtut waktu yang mengandung trend adalah metode regresi linear, exponential smoothing, atau double exponential smoothing (Teguh Baroto, 2002, p32). - Teknik Peramalan untuk Pola Data Musim Suatu data runtut waktu yang bersifat musiman didefinisikan sebagai suatu data runtut waktu yang mempunyai pola perubahan yang berulang secara tahunan. Mengembangkan suatu teknik peramalan musiman biasanya memerlukan pemilihan metode perkalian dan pertambahan dan kemudian mengestimasi indeks musiman dari data tersebut. Indeks ini kemudian digunakan untuk memasukkan sifat musiman dalam peramalan atau untuk menghilangkan pengaruh seperti itu dari nilai-nilai yang diobservasi. Teknik-teknik yang dapat dipertimbangkan ketika kita meramalkan data runtut waktu yang bersifat musiman meliputi metode Winter, weight moving average, ataupun metode moving average (Teguh Baroto, 2002, p33). - Teknik Peramalan untuk Pola Data Siklus

58 Pengaruh siklus didefinisikan sebagai fluktuasi seperti gelombang di sekitar garis trend. Pola siklus cenderung untuk berulang setiap dua, tiga tahun, atau lebih. Pola siklus sulit untuk dibuat modelnya karena polanya tidak stabil. Turun naiknya fluktuasi di sekitar trend jarang sekali berulang pada interval waktu yang tetap, dan besarnya fluktuasi juga selalu berubah. Metode dekomposisi bisa diperluas untuk menganalisis data siklus. Teknik-teknik yang dapat dipertimbangkan ketika kita meramalkan data runtut waktu yang bersifat siklus adalah metode moving average, weighted moving average, dan exponential smoothing (Teguh Baroto, 2002, p34). - Teknik Peramalan untuk Pola Data Horizontal Suatu data runtut waktu yang bersifat horizontal merupakan suatu serial data yang nilai rata-ratanya tidak berubah sepanjang waktu. Keadaan tersebut terjadi jika pola permintaan yang mempengaruhi data tersebut relatif stabil. Dalam bentuknya yang paling sederhana, peramalan suatu data runtut waktu yang horizontal memerlukan data historis dari runtut waktu tersebut untuk mengestimasi nilai rata-ratanya, yang kemudian menjadi peramalan untuk nilai-nilai masa mendatang. Beberapa teknik yang dapat dipertimbangkan ketika meramalkan data runtut waktu yang horizontal adalah metode naif (naive), single exponential smoothing, dan single moving average (Makridakis, 1999). 2.5.5 Metode Peramalan Double Exponential Smoothing Menurut Render dan Heizer rumus untuk double exponential smoothing untuk 1 parameter Browne adalah

59 Inisial:S' 1 = X 1 S" = X 1 1 a 0 = b 0 = 0 Rumus: S' t = α.x t + (1 α)s' t 1 S" t = α.s' t + (1 α)s" t 1 a t = 2S' t S" t α b t = (S' t S" t ) 1 α F t+ m = a t + b t m 2.5.6 Metode Peramalan Triple Exponential Smoothing Rumus untuk triple exponential smoothing untuk 1 parameter Browne adalah S t = αx t + (1- α)s t-1 S t = αs t + (1- α)s t-1 S t = αs t + (1- α)s t-1 a t = 3S t 3S t + S t b t = (α/2(1- α) 2 ) x ((6-5α)S t (10-8α)S t + (4-3α)S t ) c t = (α/(1-α))2 x (S t 2S t + S t ) F t+m = a t + b t m + 0,5c t m 2 2.5.7 Metode Peramalan Regresi Linier Rumus untuk regresi linier adalah n ty t y b = n t 2 2 ( t) a = y bt F t = a + b t

60 2.5.8 Pengujian Peramalan Untuk melakukan pengujian dari peramalan yang telah dilakukan. Maka, dapat menggunakan perhitungan galat persentase (Percentage Error). Adapun rumusnya adalah sebagai berikut: F t X t PE = 100% X t Langkah selanjutnya adalah menentukan nilai tengah galat persentase absolut (Mean Absolut Percentage Error) yaitu seperti di bawah ini: MAPE = 1 n t= n t= 1 PE t Perhitungan di atas bertujuan untuk mengetahui persentase absolute error ratarata terkecil dari metode peramalan yang telah digunakan. Yang nantinya memiliki nilai MAPE terkecil maka hasil peramalan itulah yang akan dipergunakan dalam melakukan perencanaan produksi selanjutnya. Peramalan dengan error terkecil dianggap lebih dapat dipercaya dan dapat mendekati kebenaran. 2.6 Perencanaan Agregat Kata agregat tersebut menyatakan bahwa perencanaan dibuat pada tingkat kasar untuk memenuhi total kebutuhan semua produk yang akan dihasilkan (bukan per individu produk) dengan menggunakan sumber daya yang ada. Dalam sistem manufaktur, faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam membuat perencanaan agregat adalah Semua sumber daya yang berupa kapasitas mesin yang tersedia Jumlah tenaga kerja yang ada

61 Tingkat persediaan yang ditentukan Dan, penjadwalannya Perencanaan agregat dengan metode heuristik yang akan dijelaskan dengan menggunakan tiga jenis strategi variasi yaitu: 1. Variasi tingkat persediaan 2. Variasi jumlah tenaga kerja 3. Variasi subkontrak 2.6.1 Variasi Tingkat Persediaan Metode ini melakukan variasi tingkat persediaan, dengan cara mempertahankan rata-rata tingkat produksi yang tetap dan menyimpan kelebihan produksi pada bulanbulan tertentu untuk digunakan pada bulan-bulan lain yang mengalami kelebihan permintaan. Biaya yang ditimbulkan adalah biaya tenaga kerja, persediaan dan back order. Periode (1) Prakiraan Permintaan (2) Jumlah Hari Kerja(3) Jumlah Produksi (4) Perubahan Persediaan (5) Akumulasi Persediaan (6) Backorder (7) Tabel 2.1 Variasi Tingkat Persediaan Periode Merupakan periode yang bersangkutan.

62 Prakiraan Permintaan Merupakan jumlah permintaan pada periode yang bersangkutan, biasanya diambil dari hasil peramalan. Jumlah Hari Kerja Didapatkan dengan menghitung jumlah hari kerja dalam satu periode. Jumlah Produksi Didapatkan dengan perhitungan. Perhitungan dimulai dengan menghitung rata-rata jumlah unit/barang yang harus diproduksi dalam satuan unit/hari. Jmlh unit/hari = Total prakiraan permintaan : Jumlah hari kerja Hasil dari perhitungan di round-up. Setelah itu jumlah produksi didapatkan dengan mengalikan jumlah unit/hari dengan jumlah hari kerja pada periode yang bersangkutan. Perubahan Persediaan Merupakan selisih antara jumlah produksi dengan prakiraan permintaan. Perubahan persediaan = (4) (2) Akumulasi Persediaan Merupakan akumulasi dari perubahan persediaan.

63 Back Order Jika akumulasi persediaan untuk periode tertentu bernilai negatif, maka dianggap sebagai back order ( back order = akumulasi persediaan ). Jika akumulasi persediaannya bernilai positif, maka dianggap tidak ada back order ( back order = 0 ). Jumlah tenaga kerja didapatkan melalui perhitungan : Jmlh unit/hari/orang = jam kerja / waktu siklus Jmlh tenaga kerja = Jmlh unit/hari : Jmlh unit/hari/orang 2.6.2 Variasi Jumlah Tenaga Kerja Metode ini melakukan variasi jumlah tenaga kerja (TK) dengan menambah atau mengurangi sejumlah tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan kapasitas produksi pada bulan bersangkutan. Untuk tidak membuat perbedaan kondisi pada awal dan akhir periode, jumlah tenaga kerja harus dibuat tetap sama. Periode(1) Prakiraan Permintaan (2) Jumlah Hari Kerja (3) TK yang Diperlukan (4) Penambahan TK (5) Pengurangan TK (6) Biaya TK (Rp) 7 Tabel 2.2 Variasi Jumlah Tenaga Kerja

64 TK yang diperlukan Merupakan jumlah dari tenaga kerja yang diperlukan pada periode yang bersangkutan TK yang diperlukan = (2) : (3) : jumlah unit/hari/orang Hasil dari perhitungan di round-up. Penambahan TK / Pengurangan TK Merupakan perubahan jumlah tenaga kerja dibanding dengan periode sebelumnya. Nilai ini didapatkan dari selisih antara tenaga kerja periode sekarang dengan periode sebelumnya. Biaya Tenaga Kerja Merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk membiayai tenaga kerja pada setiap periode. Nilai ini diperoleh dari perkalian antara jumlah tenaga kerja yang diperlukan dengan ongkos tenaga kerja. 2.6.3 Variasi Subkontrak Dalam metode ini, jumlah tenaga kerja ditetapkan sesuai dengan kebutuhan untuk tingkat permintaan yang terendah. Kekurangan barang pada periode lainnya dipenuhi dengan subkontrak.

65 Periode (1) Prakiraan Permintaan (2) Jumlah Hari Kerja (3) Jumlah Produksi (4) Persediaan (5) Subkontrak (6) Tabel 2.3 Variasi Subkontrak Jumlah tenaga kerja = (2) terkecil / (3) / jmlh unit/hari/orang Jumlah Produksi Merupakan jumlah dari barang yang diproduksi pada periode yang bersangkutan Jumlah produksi = (3) x jumlah tenaga kerja x jumlah unit/hari/orang Persediaan Persediaan akan timbul jika jumlah produksi lebih besar daripada prakiraan permintaan. Jika tidak, persediaan = 0. Subkontrak Merupakan kekurangan prakiraan permintaan yang tidak dapat dipenuhi oleh perusahaan.

66 2.7 Master Production Scheduled (MPS) 2.7.1 Definisi MPS MPS merupakan pernyataan akhir mengenai berapa banyak item-item akhir yang harus diproduksi dan kapan harus diproduksi. Biasanya MPS dikembangkan untuk periode waktu mingguan selama 6 sampai 12 bulan ke depan. 2.7.2 Tujuan MPS Tujuan dari MPS adalah: Mewujudkan perencanaan agregat menjadi suatu perencanaan terpisah untuk masing-masing item individu. Dapat mengevaluasi jadwal-jadwal alternatif dalam hal kebutuhan kapasitas. Menyediakan input untuk sistem MRP. Membantu manajer produksi untuk menghasilkan prioritas-prioritas untuk penjadwalan produksi. 2.7.3 Input MPS Input utama dalam MPS meliputi: a. Data permintaan total merupakan salah satu sumber data bagi proses penjadwalan produksi induk. Data permintaan total berkaitan dengan ramalan penjualan (sales forecasts) dan pesanan-pesanan (orders). b. Status inventory berkaitan dengan tentang on-hand inventory, stok yang dialokasikan untuk penggunaan tertentu (allocated stocks), pesanan-pesanan

67 produksi dan pembelian yang dikeluarkan (released production and purchase orders) dan firm planned orders. c. Rencana produksi memberikan sekumpulan batasan kepada MPS. MPS harus menjumlahkannya untuk menentukan tingkat produksi, inventory dan sumber-sumber daya lain dalam rencana produksi itu. d. Data perencanaan berkaitan dengan aturan-aturan tentang lot sizing yang harus digunakan, shrinkage factor, stok pengaman (safety stock), dan waktu tunggu (lead time) dari masing-masing item yang biasanya tersedia dalam file induk dari item (item master file). Item No. : Description : Lead Time : Safety Stock : On Hand : Demand Time Fences : Lot Size : Planning Time Fences : Period Past Due 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Forecast Customer Order Project Available Balance Available to Promise Master Scheduled Tabel 2.4 Contoh MPS Perhitungan Master Production Scheduled (MPS) Keterangan untuk tabel MPS adalah sebagai berikut : 1. Item No menyatakan kode komponen atau material yang akan dirakit.

68 2. Lead Time menyatakan waktu yang dibutuhkan untuk me-release atau memanufaktur suatu end item. 3. Safety Stock menyatakan cadangan material yang harus ada di tangan sebagai antisipasi kebutuhan di masa yang akan datang. 4. Description menyatakan deskripsi material secara umum. 5. Lot Size menyatakan ukuran per-unit yang akan diproduksi sebagai kelipatan kuantitas hasil produksi. 6. On Hand menyatakan jumlah material yang ada di tangan sebagai sisa periode sebelumnya. 7. Demand Time Fences (DTF) merupakan batas waktu penyesuaian pesanan permintaan. Panjangnya = assy lead time. Projected Available Balance dihitung dari aktual demand. Di sini perubahan demand tidak akan dilayani. 8. Planning Time Fences (PTF) merupakan waktu keseluruhan dari horizon perencanaan. Pada ini, perubahan masih akan dilayani sepanjang material dan kapasitas tersedia. 9. Forecast merupakan hasil peramalan sebelumnya sebagai hasil dari perencanaan agregat. 10. Costumer Order (CO) merupakan jumlah order yang sudah diterima sebelumnya. 11. Projected Available Balance (PAB) merupakan perkiraan jumlah sisa produk pada akhir periode. Nilai pada PAB tidak diijinkan negatif sesuai dengan kapasitas inventory. PAB dihitung dengan menggunakan rumus : PAB t DTF = PAB t-1 + MS t CO t

69 PAB t > DTF = PAB t-1 + MS t - CO t atau F t (pilih yang paling besar) 12. Cumulative Available To Promise (ATP) memberikan informasi berapa banyak item atau produk tertentu yang dijadwalkan pada periode waktu itu tersedia untuk pesanan pelanggan, sehingga berdasarkan informasi ini bagian pemasaran dapat membuat janji yang tepat kepada pelanggan atau dengan kata lain ATP merupakan jumlah material on hand pada inventory yang sebenarnya. ATP dapat dihitung dengan menggunakan rumus : ATP = ATP t-1 + MSt Costumer Order sampai pada periode yang sudah dijadwalkan pada Master Schedule. 13. Master Scheduled (MS) merupakan kemampuan produksi perusahaan perperiode perencanaan. 2.8 Material Requirement Planning (MRP) 2.8.1 Definisi MRP MRP adalah prosedur logis, aturan keputusan dan teknik pencatatan terkomputerisasi yang dirancang untuk menterjemahkan Jadwal Induk Produksi atau MPS menjadi kebutuhan bersih atau NR (Net Requirement) untuk semua item. Sistem M RP juga dikenal sebagai perencanaan kebutuhan berdasarkan tahapan waktu ( timephases requirements planning ). 2.8.2 Tujuan MRP MRP dikembangkan untuk membantu perusahaan manufaktur mengatasi kebutuhan akan items dependent secara lebih baik dan efisien. Item dependent artinya bila ada hubungan langsung antara suatu item dengan item-item yang lain (parent item)

70 pada level yang lebih tinggi. Selain itu, M RP didesain untuk melepaskan pesananpesanan dalam produksi dan pembelian untuk mengatur aliran bahan baku dan persediaan dalam proses sehingga sesuai dengan jadwal produksi untuk produk akhir. 2.8.3 Input MRP Ada 3 Inputan yang dibutuhkan dalam konsep MRP yaitu : Jadwal Induk Produksi (Master production schedule) Struktur Produk (Product structure Record & Bill of Material) Status Persediaan (Inventory Master File atau Inventory Status Record) Part No : Description : BOM UOM : On Hand : Lead Time : Order Policy : Safety Stock : Lot Size : Period Past Due 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Gross Requirement Scheduled Receipts PAB1 Net Requirement Planned Order Receipt Planned Order Release PAB2 Tabel 2.5 Contoh MRP Keterangan untuk tabel MRP di atas adalah sebagai berikut : 1. Part No menyatakan kode komponen atau material yang akan dirakit. 2. BOM UOM menyatakan satuan komponen atau material yang akan dirakit.

71 3. Lead Time menyatakan waktu yang dibutuhkan untuk me-release atau memanufaktur suatu komponen. 4. Safety Stock menyatakan cadangan material yang harus ada di tangan sebagai antisipasi kebutuhan di masa yang akan datang. 5. Description menyatakan deskripsi material secara umum. 6. On hand menyatakan jumlah material yang ada di tangan sebagai sisa periode sebelumnya. 7. Order Policy menyatakan jenis pendekatan yang digunakan untuk menentukan ukuran lot yang dibutuhkan saat memesan barang. 8. Lot Size menyatakan penentuan ukuran lot saat memesan barang. 9. Gross Requirement menyatakan jumlah yang akan diproduksi atau dipakai pada setiap periode. Untuk end item (finished product), kuantitas gross requirement sama dengan Master Production Scheduled (MPS). Untuk komponen, kuantitas gross requirement diturunkan dari Planned Order Release induknya. 10. Scheduled Receipts menyatakan material yang dipesan dan akan diterima pada periode tertentu. 11. Projected Available Balance 1 (PAB 1) menyatakan kuantitas material yang ada di tangan sebagai persediaan pada awal periode. Project Available Balance 1 dapat dihitung dengan menambahkan material on hand periode sebelumnya dengan Scheduled Receipts pada periode itu dan menguranginya dengan gross requirement pada periode yang sama. Atau jika dimasukkan pada rumus adalah sebagai berikut : PAB1 = (PAB2) t-1 - (Gross Requirement) t + (Scheduled Receipts) t