BAB III METODE STRATIFIED RANDOM SAMPLING

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III STRATIFIED CLUSTER SAMPLING

BAB III METODE PENELITIAN

Turunan Fungsi. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan ; Penggunaan Turunan untuk Menentukan Karakteristik Suatu Fungsi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENETAPAN MODEL BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI KOTA PEMATANGSIANTAR

4 SIFAT-SIFAT STATISTIK DARI REGRESI KONTINUM

PENAKSIR YANG EFISIEN DARI KOMBINASI PENAKSIR RASIO-PRODUK UNTUK RATA-RATA POPULASI PADA SAMPLING ACAK BERSTRATA. Mahasiswa Program S1 Matematika

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu penelitian, seringkali tidak mungkin untuk melakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, penelitian ini

19, 2. didefinisikan sebagai bilangan yang dapat ditulis dengan b

III. METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII B MTs Al Hikmah Bandar

PENAKSIR RASIO-PRODUK EKSPONENSIAL YANG EFISIEN UNTUK RATA-RATA POPULASI PADA SAMPLING ACAK BERSTRATA

Pengendalian Persediaan Masalah utama

Program Studi S1 Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Universitas Telkom

SUATU CONTOH INVERSE PROBLEMS YANG BERKAITAN DENGAN HUKUM TORRICELLI

A. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan

untuk i = 0, 1, 2,..., n

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

AUDITING 2 PENGUJIAN SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN PIUTANG DAGANG

JURNAL. Oleh: ELVYN LELYANA ROSI MARANTIKA Dibimbing oleh : 1. Dian Devita Yohanie, M. Pd 2. Ika Santia, M. Pd

BAB V ALINYEMEN VERTIKAL

Penyelesaian Model Matematika Masalah yang Berkaitan dengan Ekstrim Fungsi dan Penafsirannya

Imtiyaz, et al, Analisis Nomor P-IRT pada Label Pangan Produksi IRTP di Kecamatan...

BAB III TAKSIRAN PROPORSI POPULASI JIKA TERJADI NONRESPON. Dalam bab ini akan dibahas penaksiran proporsi populasi jika terjadi

Materi : Bab XIII. LUAS Pengajar : Khomsin, ST

IV STUDI KASUS. 3.2 Model Optimisasi Sistem Konvensional Model optimisasi sistem kogenerasi dapat diformulasikan sebagai berikut: Min:

TURUNAN (DIFERENSIAL) Oleh: Mega Inayati Rif ah, S.T., M.Sc. Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

MENYELESAIKAN TURUNAN TINGKAT TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SELISIH ORDE PUSAT BERBANTUAN PROGRAM MATLAB

Kata Kunci: Persediaan, Analisis ABC, Overstock, Continous Review (s,s), Continous Review (s,q) ABSTRACT

SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 2017 Page 997

STATISTICS WEEK 8. By : Hanung N. Prasetyo POLTECH TELKOM/HANUNG NP

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. melalui pos. Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh, diantaranya

Rancangan Penarikan Contoh (Sampling Design)

Limit Fungsi. Limit Fungsi di Suatu Titik dan di Tak Hingga ; Sifat Limit Fungsi untuk Menghitung Bentuk Tak Tentu ; Fungsi Aljabar dan Trigonometri

BAB III INTEGRASI NUMERIK

PENAKSIRAN RATAAN DAN VARIANSPOPULASI PADA SAMPEL ACAK TERSTRATIFIKA DENGAN AUXILIARY VARIABLE

Seri : Modul Diskusi Fakultas Ilmu Komputer. FAKULTAS ILMU KOMPUTER Sistem Komputer & Sistem Informasi HANDOUT : KALKULUS DASAR

Pengkajian Metode Extended Runge Kutta dan Penerapannya pada Persamaan Diferensial Biasa

Lina Sri Rahayu, Achmad Ramadhan, dan Najamuddin Laganing

TEKNIS PERENCANAAN PENGELOLAAN ASET IRIGASI

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini adalah metode penelitian kombinasi (Mixed Methods).

AKAR PERSAMAAN Roots of Equations

KB. 2 INTERAKSI PARTIKEL DENGAN MEDAN LISTRIK

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

Olimpiade Sains Nasional Eksperimen Fisika Tingkat Sekolah Menengah Atas Agustus 2008 Waktu: 4 jam

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V/A DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GRAFIS KARTU PADA PEMBELAJARAN IPS DI SD PT. BINTARA TANI NUSANTARA

EVALUASI SISTEM TEMU KENALI CITRA BERBASIS KONTEN WARNA

Profil LKS IPA SMP Berorientasi Active Learning dengan Strategi Belajar Mengajukan Pertanyaan

MATEMATIKA TURUNAN FUNGSI

MODEL REGRESI PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) (Studi Kasus : Kinerja Satuan Kerja Sekretariat Daerah Kabupaten Tegal)

OPTIMASI RANCANGAN EKSPERIMEN KOKOH YANG DINAMIS BERDASARKAN FUNGSI KERUGIAN KUALITAS. Abstrak

BAB IV HASIL PENELITIAN. PT Kimia Farma (Persero) Tbk Plant Jakarta adalah salah satu industri

ESTIMASI FUNGSI DENSITAS GEMPA TEKTONIK DI JAWA BALI

Implementasi Metode Pembelajaran inquiry Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIII Mts. Hidayatullah Mataram

MATEMATIKA MODUL 4 TURUNAN FUNGSI KELAS : XI IPA SEMESTER : 2 (DUA)

BAB 5 DIFFERENSIASI NUMERIK

Differensiasi Numerik

ANALISA SISTEM MESIN PENDINGIN WATER CHILLER YANG MENGGUNAKAN FLUIDA KERJA R12 DENGAN VARIASI PULI KOMPRESOR

dapat dihampiri oleh:

Membangun Kode Golay (24, 12, 8) dengan Matriks Generator dan Menggunakan Aturan Kontruksi. Ikhsan Rizki K 1 dan Bambang Irawanto 2

Abstrak. : kepatuhan ibu, imunisasi bayi. Kata kunci

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL COOPERATIVE SCRIPT

Universitas Bung Hatta. Universitas Negeri Padang

TINJAUAN KEKUATAN ALAT PEMEGANG TENDON BAMBU DENGAN PLAT BESI DAN PASAK BAJI KAYU

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 2450

BAB III PEMODELAN DENGAN METODE VOLUME HINGGA

Diselenggarakan: 9 JULI 2014

Turunan Fungsi Aljabar

Jurnal MIPA 40 (2) (2017): Jurnal MIPA.

BAB II DASAR TEORI. Gambar dapat direpresentasikan ke dalam dua macam bentuk yaitu bentuk

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2650

IV. ANALISIS PERANCANGAN

ARTIKEL ILMIAH. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian Program Pendidikan Strata Satu Jurusan Akuntansi. Oleh:

Betty Rahayu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Darul Ulum Jombang

MODEL ATOM MEKANIKA KUANTUM UNTUK ATOM BERELEKTRON BANYAK

Penggunaan Media Kelereng dan Gelas Plastik

PENGARUH FAKTOR PERTUMBUHAN POPULASI TERHADAP EPIDEMI DEMAM BERDARAH DENGUE

Aplikasi Sistem Neuro-Fuzzy untuk Pengenalan Kata

LONCATAN AIR PADA SALURAN MIRING TERBUKA DENGAN VARIASI PANJANG KOLAM OLAKAN

4.1 Konsep Turunan. lim. m PQ Turunan di satu titik. Pendahuluan ( dua masalah dalam satu tema )

ESTIMATOR KERNEL DALAM MODEL REGRESI NONPARAMETRIK

Matematika Lanjut 2 SISTIM INFORMASI FENI ANDRIANI

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 2662

Program Studi S1 Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Universitas Telkom

Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 16 No. 03 Tahun 2016

ANALISA PERPINDAHAN PANAS PADA PITOT TUBE 0856MG

USULAN SISTEM PENGENDALIAN BAHAN BAKU DENGAN METODE CONTINUOUS REVIEW (Q,r) BACKORDER PADA PT. KARUNIATAMA POLYPACK

4. TURUNAN. MA1114 Kalkulus I 1

KLASIFIKASI KERUSAKAN KAWASAN KONSERVASI DENGAN METODE SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM) MENGGUNAKAN KERNEL GAUSSIAN: STUDI KASUS THE NATURE CONSERVANCY

Strategi Refarming Frekuensi 1800 MHz Untuk Implementasi LTE di Indonesia

ANALISIS PERBANDINGAN EVAPORATOR KULKAS (LEMARI ES) DENGAN MENGUNAKAN REFRIGERANT R-22 DAN R-134A

SELEKSI PADA TERNAK KERBAU BERDASARKAN NILAI PEMULIAAN

Solusi Analitik Model Perubahan Garis Pantai Menggunakan Transformasi Laplace

Kuliah ke-5 TEGANGAN PADA BALOK. 2 m 2 m 2 m. Bidang momen. Bidang lintang A B B C D D

BAB III ANALISIS DISKRIMINAN. analisis multivariat dengan metode dependensi (dimana hubungan antar variabel

Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa diharapkan mampu:

PERANCANGAN WEBSITE WISATA PANTAI DI KEBUMEN SEBAGAI MEDIA INFORMASI DAN PROMOSI

Gambar 1. Gradien garis singgung grafik f

Transkripsi:

BAB III METODE STRATIFIED RADOM SAMPIG 3.1 Pengertian Stratified Random Sampling Dalam bukunya Elementary Sampling Teory, Taro Yamane menuliskan Te process of breaking down te population into rata, selecting simple random samples from eac ratum, and combining tese into a single sampel to eimate population parameter is called ratified random sampling. Berdasarkan kutipan di atas dapat dinyatakan bawa ratified random sampling merupakan proses pengambilan sampel melalui proses pembagian populasi kedalam rata, memili sampel acak sederana dari setiap ratum, dan menggabungkannya ke dalam sebua sampel untuk menaksir parameter populasinya. Sampel yang representatif adala sampel yang benar-benar dapat mewakili karakteriik seluru populasi. Jika populasi bersifat omogen, maka sampel bisa diambil dari populasi yang mana saja, namun jika populasi bersifat eterogen, maka sampel arus mewakili dari setiap bagian yang eterogen dari populasi tersebut seingga asil penelitian dari sampel dapat terpenui teradap setiap anggota populasi. Proses pembagian populasi kedalam ratum bertujuan agar sampel yang diambil dari setiap ratum dapat merepresentasikan karakteriik populasi yang berukuran besar dan eterogen. Ole karena itu, ratum arus dibentuk seomogen mungkin dengan manganalisis karakteriik populasi dengan baik. Terdapat tiga taapan yang arus dilakukan dalam mengambil sampel dengan menggunakan metode ratified random sampling, yaitu sebagai berikut: 1. Taap Pertama Populasi yang berukuran dibagi menjadi sub-sub populasi yang masingmasing terdiri atas 1,, 3,, elemen. Diantara dua sub populasi tidak bole ada yang saling tumpang tindi seingga 1 + + 3 + + =. Demokrawati, Fiqa A. 014 AAISIS QUICK COUT DEGA MEGGUAKA METODE STRATIFIED RADOM SAMPIG (STUDI KASUS PEMIU WAIKOTA BADUG 013) Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpuakaan.upi.edu

3 Setiap ratum dapat dipandang sebagai populasi tersendiri (sub populasi). Dalam pembentukan ratum arus diperatikan variabel apa yang dijadikan sebagai dasar pembentukan ratum, yaitu variabel yang memiliki korelasi tinggi dengan variabel yang diteliti.. Taap Kedua Sampel diambil dari setiap ratum secara terpisa (independen) dengan ukuran sampel dari masing-masing ratum adala n 1, n, n 3,, n dengan syarat n 1 + n + n 3 + + n = n. 3. Taap Ketiga Setela diperole sampel, selanjutnya dilakukan penaksiran teradap parameter yang diperlukan dan selanjutnya dibuat kesimpulan untuk populasi berdasarkan asil penaksiran sampel. 3. Total Populasi 3..1 Pengertian Total Populasi Apabila menyatakan banyak anggota populasi dan menyatakan banyak ratum maka total populasi adala jumla dari total ratum dan didefinisikan sebagai berikut: X = X = X i =1 i=1 Dimana X adala total dari ratum yang didefinisikan sebagai berikut: X = X i i=1 X i adala sampel ke-i pada ratum ke-. Rata-rata ratum didefiniskan sebagai berikut:

4 X = X Dan rata-rata populasi didefinisikan sebagai berikut: X = X = X 3.. Penaksir Total Populasi Total populasi merupakan jumla dari total ratum seingga dalam menaksir total populasi dapat melalui penjumlaan dari taksiran total ratum. Taksiran total ratum dapat diperole dengan rumus sebagai berikut: X = x (3.1) Dimana x merupakan rata-rata sampel dari sebua subsampel acak yang berukuran n dari ratum ke-. Taksiran total populasi X adala jumla dari taksiran total ratum seperti yang dijabarkan dalam persamaan berikut: X = 1 x 1 + x + + x = x dan taksiran rata-rata populasi menjadi X = x = X = 1x 1+.. + x =1 =1 (3.) = x 1 + + Karena rata-rata sampel ratum x yang diperole dengan sampling acak sederana merupakan penaksir tak bias dari rata-rata ratum X. Maka nilai ekspektasi x menjadi E(x ) = E( 1x 1+ + x ) = 1X 1+ + X E(x ) = X = X 1+ + X Jadi x merupakan penaksir tak bias untuk X. = X = X

5 Informasi mengenai 1 dan dibutukan untuk menentukan penaksir x karena E(x ) = X, seingga E (x ) = X. Pada penjabaran di atas suda diketaui taksiran dari rata-rata populasi seingga akan diperole persamaan berikut: x = x = X Ini artinya, penaksir X juga merupakan penaksir tak bias untuk X karena dapat ditunjukkan bawa E(X ) = X 3..3 Varians Penaksir Total Populasi dan Penaksirnya Varians dari Xˆ diperole dengan menggunakan asil dari varians x. Sebelum membaas mengenai varians untuk penaksir total populasi, akan dijelaskan terlebi daulu mengenai varians untuk rata-rata sampel. Variansi dari x didefinisikan ole: M σ x = 1 M (x X ) =1 M adala banyaknya kemungkinan rata-rata sampel, dimana M = ( 1 n 1 ) ( n ). Selanjutnya akan dicari V(x ) dalam bentuk varians ratum S yang dapat menunjukkan karakteriik dari V(x ). S didefinisikan sebagai berikut: S = 1 1 (X i X ) =1 (3.3) Ketika populasi dan sampel cukup besar, maka kemungkinan rata-rata sampel M akan semakin besar seingga dalam mengitung V(x ) menggunakan definisi σ x akan sulit. Selanjutnya akan ditunjukkan bagaimana V(x ) dapat dijelaskan dalam bentuk S. Diketaui, x = 1x 1 + x = w 1 x 1 + w x

6 dimana w =, dan disebut ratum weigt (bobot). Selama n dipili dengan sampling acak dan saling bebas antara satu dengan yang lainnya, maka diperole: V(x ) = w 1 V(x 1) + w V(x ) Berdasarkan definisi varians untuk rata-rata sampel yang dipili secara acak dan tanpa pengembalian, yaitu σ x menjadi sebagai berikut: = n S n, maka persamaan di atas dapat diuba V(x ) = w 1 V(x 1) + w V(x ) = w 1 n 1 S 1 1 + w n S 1 n 1 =1 = ( ) n S n n Persamaan di atas dapat dituliskan kembali dalam bentuk: V(x ) = 1 n S n (3.4) S menunjukkan varians dalam masing-masing ratum. Jadi dapat disimpulkan bawa ketika varians dalam masing-masing ratum kecil, maka V(x ) akan kecil dan ketelitian dari x akan tinggi. Karena rumusan dari V(x ) memuat S, maka tidak dapat digunakan pada masala praktis dimana S biasanya tidak diketaui. Ole karena itu, dibutukan penkasir untuk S dan diperole penkasir untuk V(x ). Karena s adala sebua penaksir tak bias dari S maka selanjutnya akan disubtitusikan s kedalam persamaan (3.4). Dimana, V (x ) merupakan penaksir tak bias untuk V(x ). V (x ) = 1 n Setela diperole varians x selanjutnya akan dibaas mengenai varians dari penaksir total populasi, yaitu sebagai berikut: s n

7 Varians dari Xˆ adala: V(X ) = V ( x ) = V(x ) = ( n S ) n 1 = n S n 1 Ini artinya V(X ) sama dengan V(x ) dengan syarat diilangkan. Eimator V(X ) diperole untuk mendapatkan penaksir V(x ), yaitu dengan cara mengganti Dimana, S menjadi V (X ) = n =1 s. Ole karena itu, eimatornya adala: S (3.5) n s 1 n 1 n ( x i x ) Dengan menggunakan asil V ˆ( ) yang merupakan penaksir tak bias dari x V ( x ), kita dengan muda dapat menunjukkan Vˆ( Xˆ ) merupakan penaksir tak bias dari V X ˆ ). Diketaui bawa: Dimana x diperole: ( E[ Vˆ( x)] V( x) Xˆ. Subitusikan x ke kedua ruas persamaan di atas, maka / Maka diperole: 1 E Vˆ( Xˆ 1 ) V ( Xˆ E Vˆ( Xˆ )] V ( Xˆ [ ) )

8 3.3 Alokasi Sampel Alokasi sampel merupakan suatu metode untuk menentukan ukuran sampel dari setiap ratum untuk didiribusikan kedalam sampel n. Ada dua masala yang perlu dipertimbangkan ole peneliti, yaitu menentukan ukuran sampel n dan mengalokasikan sampel ini diantara rata untuk menentukan n. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan dalam mengalokasikan sampel dari setiap rata yaitu sebagai berikut: 3.3.1 Alokasi Sembarang Alokasi sembarang merupakan suatu cara mengalokasikan sampel dimana ukuran sampel masing-masing rata ditentukan secara sembarang dengan syarat, minimal arus ada dua satuan pengamatan yang dipili dari setiap ratanya. Dalam praktek, alokasi seperti ini jarang dan tidak disarankan untuk digunakan karena menyebabkan andar error membesar. 3.3. Alokasi Proporsional Alokasi proporsional merupakan suatu metode untuk mengalokasikan sampel dimana ukuran sampel untuk setiap ratum sesuai dengan proporsi ukuran masing-masing ratum. Metode ini paling sering digunakan karena praktis dan jelas, tidak bergantung pada pertimbangan biaya dan peneliti anya perlu mengetaui ukuran ratum. Metode alokasi proporsional bersifat sederana dan lebi muda bila dibandingkan dengan metode lainnya dengan tingkat ketepatan yang tidak berbeda jau dengan metode lainnya. proporsional: Berikut rumus yang digunakan untuk mengalokasikan sampel secara n =. n

9 Dimana n merupakan ukuran sampel dari setiap rata, dan rumus di atas menunjukkan bawa n arus dialokasikan sesuai dengan proporsional). (secara Pengambilan sampel dilakukan secara acak sederana di setiap rata, seingga peluang dari setiap unit sampling di rata sebagai subsampel n yaitu peluang yang sama untuk terpili sebagai sampel. n f untuk terpili. Setiap unit dalam populasi mempunyai 4. Alokasi Optimum Dalam penarikan sampel ratifikasi, nilai dari ukuran sampel n dalam masing-masing rata dipili ole peneliti. Dalam melakukan penelitan, peneliti akan diadapi ole dua kemungkinan dalam mempertimbangkan biaya penelitian atau memperkecil error dalam taap penarikan sampel, yaitu peneliti mungkin memili untuk meminimumkan V(x ) dengan biaya tertentu untuk memperole sampel atau untuk meminimumkan biaya dengan sebua nilai V(x ) tertentu. Metode untuk mengalokasikan sampel n diantara rata untuk meminimalkan _ V( x ) disebut alokasi optimum. Berikut ini adala bentuk sederana dari fungsi biaya, yaitu: Biaya = c c0 cn Biaya dalam setiap lapisan adala proposional dengan ukuran sampel, tetapi biaya perunit c dapat bervariasi antara lapisan satu dengan lapisan lainnya. Biaya overead dinyatakan dengan c 0, fungsi biaya ini adala fixed co (ongkos tetap) bila sebagian besar biaya itemnya diperole dengan mengukur setiap unit dan tidak bergantung pada ukuran dari sampel survey. c merupakan variable co dan menunjukkan ongkos tiap unit sampel pada ratum ke. Dalam penarikan sampel acak ratifikasi dengan sebua fungi biaya seperti di atas, variansi perkiraan rata-rata tertentu C, dan biaya adala minimum untuk V(x ) tertentu. Diketaui rumus variansi sebagai berikut: x adala minimum untuk biaya

30 _ 1 V ( x ) n S n Masala yang diadapi adala bagaimana memili n agar meminimumkan _ V( x ) dengan biaya tertentu (dengan fungsi biaya linear). Perumusan untuk menentukan besarnya sampel dari setiap ratum agar _ meminimumkan V( x ) adala sebagai berikut: n S / S / c c n 5. Alokasi eyman Alokasi eyman digunakan apabila varians setiap rata berbeda-beda besarnya sedangkan ongkos per unit penarikan sampel dianggap relatif sama. Rumus ukuran sampel pada setiap rata untuk alokasi eyman adala sebagai berikut: n = S n S Perumusan di atas menunjukkan bawa sampel berukuran n dialokasikan secara proporsi ke S. Alokasi eyman dipergunakan juga ketika rata besar dan dari rata yang eterogen. Sebagai conto jika sebua kota dibagi dalam dua wilaya dan dalam wilaya satu terdapat sedikit perbedaan antara pendapatan keluarga, sedangkan di wilaya kedua terdapat variasi yang besar. Dengan rumus alokasi eyman tersebut dapat diambil sampel wilaya kedua. Jelas bawa dirik dengan varians yang besar dan sampel yang besar akan memeberikan sampel yang tidak representatif. =I

31

3

33