II. TINJAUAN PUSTAKA. terkait dengan pokok bahasan. Berikut ini diberikan pengertian-pengertian dasar

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi teori pendukung dalam proses

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini diterangkan materi yang berkaitan dengan penelitian, diantaranya konsep

BILANGAN CACAH. b. Langkah 1: Jumlahkan angka satuan (4 + 1 = 5). tulis 5. Langkah 2: Jumlahkan angka puluhan (3 + 5 = 8), tulis 8.

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

SISTEM BILANGAN BULAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,

II. TINJAUAN PUSTAKA. bilangan yang mendukung proses penelitian. Dalam penyelesaian bilangan

MODUL PERSIAPAN OLIMPIADE. Oleh: MUSTHOFA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2. Pengurangan pada Bilangan Bulat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep yang mendasari konsep representasi

Materi Pembinaan Olimpiade SMA I MAGELANG TEORI BILANGAN

GLOSSARIUM. A Akar kuadrat

Pemfaktoran prima (2)

LANDASAN TEORI. bilangan coprima, bilangan kuadrat sempurna (perfect square), kuadrat bebas

KONGRUENSI PADA SUBHIMPUNAN BILANGAN BULAT

BAB 6 RING (GELANGGANG) BAHAN AJAR STRUKTUR ALJABAR, BY FADLI

Identitas, bilangan identitas : adalah bilangan 0 pada penjumlahan dan 1 pada perkalian.

STRUKTUR ALJABAR. Sistem aljabar (S, ) merupakan semigrup, jika 1. Himpunan S tertutup terhadap operasi. 2. Operasi bersifat asosiatif.

Lembar Kerja Mahasiswa 1: Teori Bilangan

STRUKTUR ALJABAR II. Materi : 1. Ring 2. Sub Ring, Ideal, Ring Faktor 3. Daerah Integral, dan Field.

SISTEM BILANGAN REAL

2 G R U P. 1 Struktur Aljabar Grup Aswad 2013 Blog: aswhat.wordpress.com

II. LANDASAN TEORI. Secara umum, apabila α bilangan bulat dan b bilangan bulat positif, maka ada

MODUL 1. Teori Bilangan MATERI PENYEGARAN KALKULUS

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, November Penulis

BAB I PENDAHULUAN. Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi

BAB V BILANGAN BULAT

Struktur Aljabar I. Pada bab ini disajikan tentang pengertian. grup, sifat-sifat dasar grup, ordo grup dan elemennya, dan konsep

BAB II TEORI DASAR. untuk setiap e G. 4. G mengandung balikan. Untuk setiap a G, terdapat b G sehingga a b =

Teori bilangan. Nama Mata Kuliah : Teori bilangan Kode Mata Kuliah/SKS : MAT- / 2 sks. Deskripsi Mata Kuliah. Tujuan Perkuliahan.

Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengidentifikasi dan mengenal sifat-sifat dasar suatu Grup

B I L A N G A N 1.1 SKEMA DARI HIMPUNAN BILANGAN. Bilangan Kompleks. Bilangan Nyata (Riil) Bilangan Khayal (Imajiner)

II. TINJAUAN PUSTAKA. negatifnya. Yang termasuk dalam bilangan cacah yaitu 0,1,2,3,4, sehingga

R maupun. Berikut diberikan definisi ruang vektor umum, yang secara eksplisit

BAB VI BILANGAN REAL

1. Variabel, Konstanta, dan Faktor Variabel Konstanta Faktor

Sumber: Kamus Visual, 2004

ALTERNATIF MENENTUKAN FPB DAN KPK

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

PENGERTIAN RING. A. Pendahuluan

SEKILAS TENTANG KONSEP. dengan grup faktor, dan masih banyak lagi. Oleh karenanya sebelum

BAB II KAJIAN PUSTAKA. operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI. Latar Belakang Berawal dari definisi grup periodik yaitu misalkan grup, jika terdapat unsur (nonidentitas)

TEORI BILANGAN Setelah mempelajari modul ini diharapakan kamu bisa :

Persamaan dan Pertidaksamaan Linear

BAB II KERANGKA TEORITIS. komposisi biner atau lebih dan bersifat tertutup. A = {x / x bilangan asli} dengan operasi +

Perhatikan skema sistem bilangan berikut. Bilangan. Bilangan Rasional. Bilangan pecahan adalah bilangan yang berbentuk a b

Nama Mata Kuliah : Teori Bilangan Kode Mata Kuliah/SKS : MAT- / 2 SKS

Nama Mata Kuliah : Teori Bilangan Kode Mata Kuliah/SKS : MAT- / 2 SKS

Disajikan pada Pelatihan TOT untuk guru-guru SMA di Kabupaten Bantul

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar

A. UNSUR - UNSUR ALJABAR

BAB II LANDASAN TEORI. yang mendasari pembahasan pada bab-bab berikutnya. Beberapa definisi yang

Manusia itu seperti pensil Pensil setiap hari diraut sehingga yang tersisa tinggal catatan yang dituliskannya. Manusia setiap hari diraut oleh rautan

Bilangan Bulat. A. Pengenalan Bilangan Bulat Himpunan bilangan bulat terdiri dari bilangan bulat negatif, bilangan nol, dan bilangan bulat positif.

BILANGAN BULAT. Operasi perkalian juga bersifat tertutup pada bilangan Asli dan bilangan Cacah.

PERSAMAAN KUADRAT. Persamaan. Sistem Persamaan Linear

BAB I INDUKSI MATEMATIKA

SOLUSI BILANGAN BULAT PERSAMAAN DIOPHANTINE MELALUI BILANGAN FIBONACCI DAN BILANGAN LUCCAS

1. GRUP. Definisi 1.1 (Operasi Biner) Diketahui G himpunan dan ab, G. Operasi biner pada G merupakan pengaitan

FAKTOR DAN KELIPATAN KELAS MARS SD TETUM BUNAYA

KONSEP KETERBAGIAN PADA IDEAL DALAM RING Z[ ] DAN APLIKASINYA UNTUK PENYELESAIAN PERSAMAAN DIOPHANTINE NON LINEAR. (Skripsi) Oleh KARINA SYLFIA DEWI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STRUKTUR ALJABAR: GRUP

BAB II KETERBAGIAN. 1. Mahasiswa bisa memahami pengertian keterbagian. 2. Mahasiswa bisa mengidentifikasi bilangan prima

Sistem Bilangan Kompleks (Bagian Pertama)

METODE SOLOVAY-STRASSEN UNTUK PENGUJIAN BILANGAN PRIMA

Matematika Teknik INVERS MATRIKS

KATA PENGANTAR. Rantauprapat,11 April Penyusun

Teori Bilangan (Number Theory)

Diktat Kuliah. Oleh:

KALKULUS 1 HADI SUTRISNO. Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan. Hadi Sutrisno/P.Matematika/STKIP PGRI Bangkalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEORI GRUP SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS

Tentukan semua bilangan bulat x sedemikian sehingga x 1 (mod 10). Jawab. x 1 (mod 10) jika dan hanya jika x 1 = 10 k untuk setiap k bilangan bulat.

MATEMATIKA KONSEP DAN APLIKASINYA Untuk SMP/MTs Kelas VII

R. Rosnawati Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Skew- Semifield dan Beberapa Sifatnya

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1. DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN

BAB I BILANGAN BULAT dan BILANGAN PECAHAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Diberikan himpunan dan operasi biner disebut grup yang dinotasikan. (i), untuk setiap ( bersifat assosiatif);

STRUKTUR ALJABAR: RING

Pertemuan Ke 2 SISTEM PERSAMAAN LINEAR (SPL) By SUTOYO,ST.,MT

8 MATRIKS DAN DETERMINAN

PENGENALAN KONSEP-KONSEP DALAM RING MELALUI PENGAMATAN Disampaikan dalam Lecture Series on Algebra Universitas Andalas Padang, 29 September 2017

0,1,2,3,4. (e) Perhatikan jawabmu pada (a) (d). Tuliskan kembali sifat-sifat yang kamu temukan dalam. 5. a b c d

Pengantar Teori Bilangan

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:

STRUKTUR ALJABAR 1. Winita Sulandari FMIPA UNS

PERKONGRUENAN POLINOMIAL MODULO m

Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

BAB 2 LANDASAN TEORI

SOAL DAN PENYELESAIAN RING

Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa memahami pengertian relasi, relasi ekuivalen, hasil ganda suatu

BAB II LANDASAN TEORI. bilangan bulat dan mengandung berbagai masalah terbuka yang dapat dimengerti

Transkripsi:

4 II. TINJAUAN PUSTAKA Untuk melakukan penelitian ini terlebih dahulu harus memahami konsep yang terkait dengan pokok bahasan. Berikut ini diberikan pengertian-pengertian dasar yang menunjang dan disajikan dalam definisi berikut: 2.1 Persamaan 2.1.1 Definisi Kalimat Terbuka Kalimat terbuka adalah kalimat yang memuat variabel (peubah) sehingga belum dapat disimpulkan benar atau salah nilai kebenarannya. 2.1.2 Definisi Persamaan Persamaan adalah kalimat terbuka yang memuat tanda kesamaan (=). 2.2 Sistem Bilangan Bulat 2.2.1 Definisi Invers Penjumlahan Jika n bilangan bulat sedemikian sehingga n n n n 0, maka n disebut lawan dari (invers penjumlahan dari) n, dan 0 disebut elemen identitas terhadap penjumlahan (Wirasto, 1972).

5 2.2.2 Definisi Sifat-Sifat Sistem Bilangan Bulat Sistem bilangan bulat terdiri atas himpunan B = {...,-3, -2, -1, 0, 1, 2, 3,...} dengan operasi biner penjumlahan (+) dan perkalian (.). Untuk a, b dan c bilanganbilangan bulat sebarang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: i. Sifat tertutup terhadap penjumlahan, ada dengan tunggal a b dalam B. ii. Sifat tertutup terhadap perkalian, ada dengan tunggal a. b dalam B. iii. Sifat komutatif penjumlahan a b b a. iv. Sifat komutatif perkalian a. b b. a. v. Sifat assosiatif penjumlahan a b c a b c vi. Sifat assosiatif perkalian a b. c a. b. c... vii. Sifat distributif kiri perkalian terhadap penjumlahan a. b c ( a. b) ( a. c). viii. Sifat distributif kanan perkalian terhadap penjumlahan ( a b). c ( a. c) ( b. c). ix. Untuk setiap a, ada dengan tunggal elemen 0 dalam B sehingga a 0 0 a a. 0 adalah elemen identitas penjumlahan. x. Untuk setiap a, ada dengan tunggal elemen 1 dalam B sehingga a. 1 1. a a. 1 disebut elemen identitas perkalian. (Peterson & Hashisaki, 1967)

6 2.2.3 Definisi Pengurangan Bilangan-Bilangan Bulat Jika a, b dan k bilangan-bilangan bulat, maka a b k jika dan hanya jika a b k (Wirasto, 1972). 2.2.4 Definisi Pembagian Bilangan-Bilangan Bulat Jika a, b dan c bilangan-bilangan bulat dengan b 0, maka a : b c jika dan hanya jika a b. c. Hasil bagi blangan-bilangan bulat a : b ada (yaitu suatu bilangan bulat) jika dan hanya jika a kelipatan dari b. Sehingga untuk setiap bilangan bulat a dan b, hasil bagi a : b tidak selalu ada (merupakan bilangan bulat). Oleh karena itu, pembagian bilangan-bilangan bulat tidak memiliki sifat tertutup (Wirasto, 1972). 2.3 Keterbagian 2.3.1 Definisi Keterbagian Bilangan bulat a membagi habis bilangan bulat b (ditulis a b ) jka dan hanya jika ada bilangan bulat k sehingga b a. k. Jika a tidak membagi habis b maka ditulis a b (Dudley, 1969). 2.4 Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) 2.4.1 Definisi Faktor Persekutuan Suatu bilangan bulat d adalah faktor persekutuan dari a dan b jika dan hanya jika d a dan d b (Graham, 1975).

7 2.4.2 Definisi Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) Jika a dan b bilangan-bilangan bulat yang tidak nol, d adalah faktor persekutuan terbesar dari a dan b (ditulis a, b ) jika dan hanya jika d faktor persekutuan dari a dan b, jika c faktor persekutuan dari a dan b maka c d. Dari kedua definisi di atas dapat dinyatakan sebagai berikut: d ( a, b) jika dan hanya jika i. d a dan d b, dan ii. Jika c a dan c b maka c d. Dengan syarat i menyatakan bahwa d adalah faktor persekutuan dari a dan b. Sedangkan syarat ii menyatakan bahwa d adalah faktor persekutuan terbesar (Graham, 1975). 2.5 Bilangan Prima 2.5.1 Definisi Bilangan prima Suatu bilangan bulat p 1 yang tidak mempunyai faktor positif kecuali 1 dan p disebut bilangan prima. Bilangan bulat yang lebih besar dari 1 dan bukan prima disebut bilangan komposit (tersusun). Menurut definisi, 1 bukan bilangan prima maupun bilangan komposit. 1 disebut unit. Jadi himpunan bilangan bulat positif (bilangan asli) terbagi dalam tiga himpunan yang saling lepas, yaitu himpunan semua bilangan prima, himpunan semua bilangan komposit dan himpunan unit (Cooper, 1975).

8 2.6 Kekongruenan 2.6.1 Definisi Kekongruenan Jika m suatu bilangan bulat positif maka a kongruen dengan b modulo m (ditulis a b (mod m )) jika dan hanya jika m membagi ( a b). Jika m tidak membagi ( a b) maka dikatakan bahwa a tidak kongruen dengan b modulo m (ditulis (mod m )). 2.7 Persamaan Diophantine 2.7.1 Definisi Persamaan Linear Diophantine Fungsi linear ax by c yang dapat diselesaikan dalam domain (himpunan semesta) berupa bilangan bulat, jika domainnya bilangan bulat maka fungsi linear tersebut mempunyai solusi. Persamaan linear Diophantine mempunyai derajat satu (Graham, 1975). 2.7.2 Definisi Persamaan Tak Linear Diophantine Fungsi linear ax 2 2 2 by c yang dapat diselesaikan dengan domain (himpunan semesta) berupa bilangan bulat, jika domainnya bilangan bulat maka fungsi linear tersebut mempunyai solusi. Persamaan non linear Diophantine mempunyai derajat dua (Graham, 1975). 2.8 Persamaan Umum Pell Persamaan umum Pell berbentuk x 2 dy 2 a dengan a adalah konstanta bilangan bulat tak nol, dan x, y, d adalah variabel. Jika a bilangan bulat positif

9 maka disebut persamaan Pell positif. Jika a bilangan bulat negatif maka persamaan tersebut disebut persamaan Pell negatif (Andreescu, 2010).