PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

dokumen-dokumen yang mirip
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

= pemanen. Sistem Penunasan

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen

PEMBAHASAN. I.1 Peralatan Panen

MANAJEMEN PENUNASAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT INTI INDOSAWIT SUBUR, KABUPATEN PELALAWAN, PROPINSI RIAU

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Aspek Teknis

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PEMBAHASAN. Aspek Teknis

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PEMBAHASAN. Pengelolaan Pupuk

PEMBAHASAN Penetapan Target

PELAKSANAAN MAGANG. Aspek Teknis

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

MANAJEMEN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUATAN, PT INTI INDOSAWIT SUBUR, PELALAWAN, RIAU

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4

MANAJEMEN PEMANENAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT INTI INDOSAWIT SUBUR, KABUPATEN PELALAWAN, PROVINSI RIAU

SENSUS POKOK DAN IDENTIFIKASI POKOK

KASTRASI DAN MANAJEMEN KANOPI. Disampaikan Pada Materi Kelas PAM

III. BAHAN DAN METODE

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Tepat Jenis

V. ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. biaya tenaga kerja, biaya per tanaman, biaya per hektar, biaya per blok dan biaya

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk

PEMBAHASAN. Kriteria Panen. Tabel 9. Kriteria panen divisi II Unit Kebun Pinang Sebatang Estate. Kriteria panen oleh pemanen

PEMBAHASAN. Keefektifan Pemupukan dengan Prinsip Empat Tepat

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008.

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT

TINJAUAN PUSTAKA. Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan

MANAJEMEN PENUNASAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH

TEKNIK PENANGANAN KEHILANGAN (LOSSES) BRONDOLANKELAPA SAWIT PADA AREAL BERBUKIT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengelolaan Pemanenan dan Transportasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Bandar Estate, Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PEMBAHASAN. Tabel 13. Potensi Produksi Kebun Inti 1. Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

PEMBAHASAN Prosedur Gudang

TINJAUAN PUSTAKA. apabila seluruh kondisi perlakuan dilaksanakan dengan baik.

segar yang dipanen dapat masuk ke pabrik pada hari yang sama.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) BUDIDAYA KELAPA SAWIT DI PT

KELAPA SAWIT. Oleh: TIM

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

HASIL DAN PEMBAHASAN

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panen adalah serangkaian kegiatan kegiatan dimulai dari memotong

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) BUDIDAYA KELAPA SAWIT DI PT. BUDIDUTA AGROMAKMUR DESA JAHAB KECAMATAN LOA KULU, KABUPATEN KUTAI KARTENEGARA

PELAKSANAAN MAGANG. Aspek Teknis

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

TINJAUAN PUSTAKA. sangat diperlukan untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Kebun Tambusai Kec. Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau

Lampiran 1 Curahan Tenaga Kerja (HK) Tanaman Tebu Per Ha Per Musim

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN.

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif

PELAKSANAAN TEKNIS LAPANGAN

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun

PENGELOLAAN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. GUNUNG SEJAHTERA PUTI PESONA (GSPP) ASTRA AGRO LESTARI, DESA ARGA MULYA KALIMANTAN TENGAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengumpulan hasil (TPH) berikut brondolannya (Vademecum PTPN IV, 2010).

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. SOCIATE FINANCIARE DES CHACILUS MEDANSA oleh bangsa belgia. Pada tahun 1996-

I. TINJAUAN PUSTAKA. mandor panen. Rumus peramalan produksi harian yaitu : P = L x K x T x B. L = Luas areal yang akan dipanen (ha)

Perencanaan Pemupukan. Pengelolaan Pemupukan

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

FAKTOR PENENTU PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PANEN KELAPA SAWIT PT TANJUNG BUYU PERKASA PLANTATION, KALIMANTAN TIMUR SEPTI NUR AFIFAH

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. BUDIDUTA AGROMAKMUR KECAMATAN LOAKULU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PEMBAHASAN Pengelolaan Tenaga Kerja Panen Perencanaan dan Pengorganisasian Tenaga Kerja

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KEBUN SEI BATANG ULAK, PT CILIANDRA PERKASA, KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU

keja pengendalian gulma secara manual tidak pernah dapat dicapai oleh tenaga kerja, ha1 ini disebabkan oleh kerapatan dan penutupan gulma.

DESAIN PEMBANGUNAN KEBUN DENGAN SISTEM USAHA TERPADU TERNAK SAPI BALESIA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 11. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi dan BTR kelapa sawit

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Riau. Harvest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Riau

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor 15 Desember 2009

I. PENDAHULUAN. Menurut data Ditjen Perkebunan, areal perkebunan kelapa sawit tersebar di 17 provinsi

Transkripsi:

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Mahasiswa pada saat melakukan kegiatan magang bertanggung jawab sebagai KHL selama satu bulan pertama, pendamping mandor pada bulan berikutnya, dan pendamping asisten Afdeling selama dua bulan terakhir. Kegiatan magang dilaksanakan di PT Inti Indosawit Subur dengan kegiatan yang dilakukan meliputi aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis meliputi kegiatan pemupukan (organik dan anorganik), pengendalian gulma (manual dan kimiawi), pengendalian hama dan penyakit (sensus ulat api), pemeliharaan sarana dan prasarana, sensus thining out, penunasan, dan pemanenan. Pelaksanaan kerja di PT Inti Indosawit Subur secara umum dilaksanakan selama enam hari kerja dalam seminggu dan penulis ditempatkan di Afdeling II dengan asisten Afdeling Ir. Nirwan Ginting. Waktu hari kerja rata-rata selama 7 jam, yang dimulai pada pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB. Waktu istirahat/wolon dilakukan selama setengah jam dari pukul 11.30 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB. Selain itu, penulis diwajibkan mengikuti muster morning (apel pagi) yang dimulai pada pukul 05.30 WIB bersama asisten Afdeling, mandor, dan kerani. Kemudian, kegiatan dilanjutkan pada sore hari di kantor Afdeling mulai pukul 16.00 WIB sampai dengan pukul 18.00 WIB. Aspek Teknis Pengendalian Gulma Pengendalian gulma dilakukan untuk mengurangi kompetisi antara gulma dengan tanaman utama dalam pemanfaatan unsur hara, mineral, CO 2, dan air. Pengendalian gulma juga mempermudah pengontrolan kerja dan menghindari serangan hama dan penyakit. Secara umum, pengendalian gulma di PT Inti Indosawit Subur difokuskan pada gulma di pringan, jalan pikul, dan tempat pengumpulan hasil (TPH). Pengendalian gulma manual (dongkel anak kayu). Dongkel anak kayu (DAK) adalah kegiatan menyiang tanaman dengan membongkar atau membuang hingga akarnya (mendongkel) sehingga diharapkan tidak tumbuh kembali di piringan maupun di gawangan. Alat yang digunakan untuk DAK adalah parang

14 (untuk membabat gulma berkayu) dan garu (untuk membersihkan piringan pelepah-pelepah yang terjatuh). Gulma-gulma yang didongkel antara lain adalah gulma-gulma yang umumnya berkayu seperti Climedia hirta, Melastoma malabatricum, Chromolaena odorata, dan Lantana sp. Pengendalian gulma ini selain berfokus terhadap gulma berkayu juga melakukan kegiatan pembersihan piringan dengan membersihkan pelepah-pelepah yang berada di sekitar piringan dengan menyusun secara letter I jika berada di dekat jalan raya dan menyusun secara letter U jika berada di daerah tanjakan. Rotasi dari kegiatan DAK ini adalah 3 bulan dengan prestasi kerja pekerja karyawan adalah dua jalan pikul (4 5 ha). Prestasi kerja penulis adalah satu jalan pikul. Pengendalian gulma kimiawi. Pengedalian gulma secara kimiawi yang dilakukan di PT Inti Indosawit Subur dikelola oleh Tim Unit Semprot (TUS) yang langsung dibawah tanggung jawab asisten kepala. Tim Unit Semprot (TUS) dibagi menjadi dua berdasarkan alat penyemprotan yaitu Knapsack sprayer (RB-15/Solo) dan Controlled Droplet Applicator (CDA). Tim Unit Semprot (TUS) dengan alat Knapsack sprayer (RB-15/Solo) terdiri dari satu unit kendaraan pengangkut tangki bahan kimia dan satu unit kendaraan pengangkut karyawan semprot, alat semprot RB-15/Solo berjumlah 20 unit yang dibagi menjadi 18 unit untuk operasional dan dua unit sebagai cadangan (jika terjadi kerusakan) dan telah diberi nomor urut sesuai nomor karyawan semprot. Tenaga semprot berjumlah 20 orang yang terdiri dari 18 orang penyemprot inti dan dua orang cadangan yang akan menggantikan bila tim inti ada yang sakit, haid, mangkir, dan sebagainya. Alat semprot Knapsack sprayer (RB-15/Solo) menggunakan bahan aktif Paraquat konsentrasi 0.50 % dengan merek dagang Gromoxon dan bahan aktif Methyl metsulfuron konsentrasi 0.03 % dengan merek dagang Trapp. Jenis bahan aktif ini bersifat sistemik yang berarti bekerja melalui jaringan di dalam tanaman. Gulma-gulma yang menjadi sasaran adalah pakis-pakisan dan kentosan yang terdapat pada piringan, pasar pikul, dan TPH. Kapasitas tangki semprot sebesar 15 liter. Prestasi kerja pada karyawan sebanyak 8 kap/orang atau ± 264 pokok sedangkan prestasi kerja penulis sebesar 3 kap atau ± 99 pokok.

15 Tim Unit Semprot (TUS) dengan alat semprot CDA terdiri dari satu unit kendaraan pengangkut tangki bahan kimia (truk + tangki 600 liter) dan satu unit kendaraan pengangkut karyawan semprot, 12 unit alat semprot (Micron Herbi Sprayer) yang dibagi menjadi 10 unit untuk operasional dan dua unit sebagai cadangan (jika terjadi kerusakan) dan telah diberi nomor urut sesuai nomor karyawan semprot. Alat semprot CDA biasa dikenal dengan nama micron herbi dan digunakan untuk Ultra Low Volume (ULV) dengan volume semprot rendah < 50 liter/ha. Hasil semprotannya menghasilkan butiran halus yang terkendali dengan ukuran seragam (± 250 mikron) dan konsentrasi herbisida yang tinggi. Kapasitas tangki dengan alat ini adalah 10 liter. Bahan aktif yang digunakan adalah Glifosat konsentrasi 4 % dengan merek dagang Bionasa dan bahan aktif 2.4D konsentrasi 2 % dengan merek dagang Lindomin. Gulma-gulma yang menjadi sasaran utama adalah Asystasia dan rumput-rumputan yang terdapat di jalan pikul, piringan dan TPH. Prestasi kerja karyawan sebanyak 5 ha/hk. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana. Kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana yang dilakukan di PT Inti Indosawit Subur merupakan kegiatan pengelolaan konservasi tanah dan air melalui pemasangan gorong-gorong (untuk mengalirkan air) dan rempesan pelepah. Pemasangan gorong-gorong. Gorong-gorong adalah salah satu sarana prasarana unit jembatan yang berfungsi untuk mengalirkan air agar jalan tidak tergenang air sehingga transportasi yang berkaitan dengan kegiatan operasional dapat berjalan dengan baik terutama untuk pengangkutan TBS. Gorong-gorong yang digunakan di Afdeling II PT Inti Indosawit Subur memiliki diameter sebesar 30 cm dengan panjang 4 m dan ditanam pada kedalaman 75 cm dari permukaan tanah kemudian ditimbun kembali dengan tanah agar tidak pecah bila dilewati kendaraan dan juga agar tidak tersumbat lumpur. Kemudian, pada bagian pangkal dari gorong-gorong dibuat rorak (tempat menampung air dari parit) dengan ukuran 75 cm x 75 cm, kedalaman 1 m, sedangkan pada bagian ujung lainnya dibuat parit yang berukuran 1 m 2 untuk mengalirkan air ke saluran tempat pembuangan air. Bagian ujung kiri dan kanan di atas gorong-gorong yang telah tertimbun kemudian diletakkan karung goni yang berisi tanah sebanyak

16 ± 30 karung agar tanah tidak mudah longsor (Gambar 1). Prestasi kerja yang diperoleh untuk kegiatan ini adalah 1 unit/2 HK. Prestasi kerja karyawan adalah 1 unit/2 HK dan prestasi kerja penulis sama dengan prestasi karyawan. Gambar 1. Pemasangan Gorong-gorong Rempesan pelepah. Kegiatan rempesan pelepah ini bertujuan untuk membuang pelepah yang tidak produktif pada tanaman pokok yang dapat menghalangi lajunya jalan kendaraan di sepanjang jalan koleksi (collection road). Selain itu, kegiatan merempes juga bertujuan agar sinar matahari yang masuk menerangi badan jalan semakin banyak dan jalan-jalan yang tergenang air menjadi cepat mongering. Tahapan rempesan pelepah antara lain: 1) Memotong pelepah yang menutupi jalan dan disisakan sekitar satu meter, 2) Pelepah yang berserakan di sepanjang jalan dipotong menjadi tiga bagian dan disusun dengan rapi di gawangan mati.

17 Gambar 2.Pokok yang Harus Dirempes Pemupukan Pemupukan kelapa sawit merupakan pekerjaan penambahan unsur hara secara efektif dan berimbang yang diberikan secara langsung ke tanaman maupun tidak langsung ke dalam tanah untuk mempertahankan kesuburan. PT Inti Indosawit Subur mensubstitusi sebagian pupuk anorganik dengan pupuk organik yang berasal dari by product pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) seperti janjangan kosong, abu janjang, decanter solid, dan Palm Oil Mill Effluent (POME). Penggunaan by product pabrik sebagai pupuk organik signifikan dalam mengurangi biaya pemupukan, mempertahankan produksi TBS, peremajaan tanah, dan mengurangi polusi lingkungan. Janjangan kosong. Janjangan kosong merupakan tandan kosong dari pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) yang berasal dari stasiun rebusan dan stasiun pemipilan. Janjangan kosong memiliki kandungan bahan organik yang berguna bagi tanaman. Saat pengaplikasian janjangan kosong, gawangan mati harus dibersihkan terlebih dahulu. Jika gawangan mati pada saat pengaplikasian janjangan kosong tidak dibersihkan dari gulma, maka pada saat penyerapan unsur hara, akar tanaman kelapa sawit tidak dapat menyerapnya secara keseluruhan.

Hara utama Tabel 3. Persentase Unsur Hara dalam Janjangan Kosong Persentase unsur hara dalam janjangan kosong (%) Kisaran Rata-rata 18 Per ton janjangan kosong sebanding dengan pupuk anorganik Nirogen (N) 0.32 0.43 N 0.37 N 8.00 kg Urea Fosfor (P) 0.03 0.05 P 2 O 5 0.04 P 2 O 5 2.90 kg RP Kalium (K) 0.89 0.95 K 2 O 0.91 K 2 O 18.30 kg MOP Magnesium (Mg) 0.07 0.10 MgO 0.08 MgO 5.00 kg Kieserit Sumber : Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri (2008) Data-data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa 1 ton decanter solid sebanding dengan 8.00 kg Urea, 2.90 kg RP, 18.30 kg MOP, dan 5.00 kg Kieserit. Kandungan unsur hara tertinggi pada decanter solid adalah kalium (K) dengan rata-rata persentase sebesar 0.91 % K 2 O. Aplikasi janjangan kosong dilakukan dengan membuat petakan janjangan kosong yang berukuran lebar 8 janjangan kosong dan panjang 11 janjangan kosong dengan bobot janjangan di petakan sebesar ± 370 kg. Pengaplikasian janjangan kosong dapat menggunakan angkong dan gancu. Satu angkong dapat memuat 30 35 janjangan kosong dimana bobot satu janjangan 20 % dari bobot janjangan sebelum diolah sehingga pada saat sekali membawa angkong, bobot yang dibawa sebesar 120 150 kg. Untuk satu ukuran janjangan kosong dibutuhkan 3 kali angkong sehingga total janjangan kosong di satu ukuran 90 105 janjangan kosong. Rotasi janjangan kosong dilaksanakan setiap satu kali dalam setahun pada areal yang sama, karena pada saat itu janjangan kosong sudah hancur berbentuk tanah. Norma kerja karyawan adalah 10 titik/hari dan norma kerja penulis 5 titik. Decanter solid. Decanter solid merupakan produk akhir dari pengolahan TBS dengan memakai sistem decanter yang akan menghasilkan padatan lumpur dan bersifat asam. Decanter solid diaplikasikan diantara dua pokok kelapa sawit dan disebar merata diatas rumpukan pelepah di gawangan mati dengan dosis empat until, dimana satu until berbobot 18 kg. Norma kerja karyawan untuk aplikasi decanter solid ini adalah 150 until per HK. Rotasi pengaplikasian decanter solid adalah satu kali dalam setahun. Prestasi kerja penulis untuk decanter solid adalah 24 until.

Tabel 4. Persentase Unsur Hara dalam Decanter Solid (DS) Unsur hara utama Rata-rata persentase hara dalam decanter solid (%) Nirogen (N) 0.47 N Fosfor (P) 0.05 P 2 O 5 Kalium (K) 0.30 K 2 O Magnesium (Mg) 0.07 MgO Sumber : Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri (2008) 19 Per ton decanter solid (DS) sebanding dengan pupuk anorganik 10.30 kg Urea 3.30 kg RP 6.10 kg MOP 4.50 kg Kieserit Data-data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa 1 ton decanter solid sebanding dengan 10.30 kg Urea, 3.30 kg RP, 6.10 kg MOP, dan 4.50 kg Kieserit. Kandungan unsur hara tertinggi pada decanter solid adalah nitrogen (N) dengan rata-rata persentase sebesar 0.47 %. Abu janjang. Abu janjang/bunch ash merupakan produk akhir pembakaran janjangan kosong (JJK) pada incenerator PMKS. Kandungan unsur hara tertinggi yang terkandung dalam abu janjang adalah K yaitu 35 47 % K 2 O, kemudian diikuti dengan kandungan unsur hara Mg dan Ca sebesar 4 6 % MgO dan CaO, dan P sebesar 2.5-3.5 % P 2 O 5. Kandungan nutrisi abu janjang dari unsur hara K 2 O dapat mensubstitusi kelebihan biaya pupuk anorganik MOP sehingga perusahaan dapat menghemat biaya pemupukan. Palm Oil Mill Effluent (POME). Palm Oil Mill Effluent (POME) merupakan limbah cair yang mengandung bahan organik tinggi yang berasal dari pengolahan PMKS terutama dari steilizer condensate, sludge dari klarifikasi, dan air buangan hydrocyclone yang dapat digunakan sebagai pengganti pupuk anorganik, sebagai sumber air bagi tanaman terutama pada saat musim kering, dan juga dapat mengurangi polusi yang dapat ditimbulkan jika dibuang ke sungai. Aplikasi limbah cair dialirkan melalui pipa PVC dari pabrik ke flatbed yang berukuran 7 m x 1.5 m x 1 m dengan volume 3.5 m 3 /flatbed. Rata-rata untuk 1 ha lahan terdapat ± 53 flatbed. Rotasi pengisian flatbed adalah tiga bulan sekali. Layanan aplikasi limbah cair tetap harus dilakukan setiap enam bulan sekali setelah pengisian, agar kondisi tanah dari flatbed tetap baik dan juga bersih dari gulma.

20 Gambar 3. Pemberian POME di Lahan Pemupukan anorganik. Pemupukan anorganik yang ada di PT Inti Indosawit Subur terdiri atas pupuk Dolomit, ZA (Zwavelzuur ammonia), MOP (Muriate of Potash), RP (Rock Phosphate), dan HGFB (High Grade Fertilizer Borate). Aplikasi pemupukan di PT Inti Indosawit Subur berdasarkan rekomendasi dari Departemen R & D PT Asian Agri yang terletak di Tebing Tinggi. Rekomendasi tersebut diformulasikan berdasarkan beberapa faktor yaitu: produksi TBS, umur tanaman, status hara tanaman (analisis daun dan observasi lapangan), sejarah pemupukan, kesuburan tanah, data curah hujan, dan hasil percobaan pupuk. Dalam pengadaan pupuk, PT Inti Indosawit Subur bekerjasama dengan perusahaan penyedia pupuk, kemudian pupuk yang telah dibeli disimpan ke dalam gudang sentral. Gudang tersebut merupakan tempat penyimpanan bahan-bahan keperluan kebun yaitu herbisida dan pupuk. Prosedur penyaluran pupuk ke tiap Afdeling adalah berdasarkan jumlah permintaan pupuk dari tiap Afdeling. Prinsip 4T yaitu: tepat dosis, waktu, cara, dan tempat merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dalam menentukan efisiensi pemupukan terutama pemupukan anorganik. Penguntilan pupuk menggunakan alat takar until pupuk yang telah dikalibrasi berdasarkan jenis dan dosis pupuk rekomendasi yang akan diaplikasikan. Tiap satu untilan berisi pupuk untuk dosis delapan pokok. Jumlah tenaga kerja penguntil pupuk di PT Inti Indosawit Subur adalah enam orang.

21 Norma kerja karyawan penguntil pupuk adalah 1 500 kg/hk sehingga jumlah bobot untilan pupuk untuk satu hari adalah sebesar 9 000 kg. Ketepatan penguntilan sangat dipengaruhi oleh penggunaan alat takar until, keterampilan tenaga kerja penguntil, dan kontrol mandor until pupuk. Selain itu, perlu juga dilakukan kontrol dengan menggunakan timbangan agar dosis pupuk sesuai dengan bobot untilan yang dibuat. Pengeceran pupuk dilakukan dengan mengangkut pupuk ke tempat peletakkan pupuk (TPP) dengan menggunakan dump truck. Pemuatan untilan ke dalam kendaraan dilakukan pada pagi hari ke TPP blok yang akan dipupuk pada hari itu juga. Mandor pupuk harus mengetahui dan memastikan untilan pupuk sudah diecer pada TPP, sesuai dengan jumlah untilan/tpp yang tertera pada pokok. Pelangsiran pupuk adalah membawa untilan pupuk yang berada di pinggir jalan ke dalam blok dan diletakkan setiap selang 8 pokok/baris. Penaburan pupuk pun dilakukan setelah pelangsiran untilan pupuk selesai. Penabur diberikan takaran pupuk yang sesuai untuk jenis dan dosis pupuk yang akan diberikan. Pupuk yang ditabur harus tersebar merata di piringan dan tidak menumpuk. Norma kerja pemupuk adalah 400 kg/hk dengan premi mati sebesar Rp 5 000.00 apabila melewati norma kerja pemupuk tersebut. Prestasi kerja penulis adalah delapan until. Karung bekas untilan yang telah ditabur dikumpulkan oleh para pemupuk ke gudang pupuk. Pekerjaan pengumpulan karung untilan pupuk penting dilakukan sebagai alat kontrol terhadap kehilangan pupuk di lapangan dan juga sebagai alat monitoring terhadap karung untuk penguntilan. Sensus Thinning Out (TO) Tiap afdeling suatu kebun memerlukan 2 3 tim sensus dengan prestasi kerja 5 7 ha/hk. Satu tim beranggotakan tiga petugas, yaitu Petugas A (sebagai penghitung dan pencatat jumlah pokok) dan Petugas B (sebagai pembuat nomor dan pembawa cat) dan Petugas C (sebagai petugas pembuat administrasi lapangan). Bahan dan alat yang harus dipersiapkan dalam pekerjaan sensus, yaitu: triplek (hard cover), pulpen 4 warna, formulir sensus, kuas, parang/sendok (alat pengerok), cat warna putih, tempat cat, dan map penyimpan files.

22 Saat sensus, petugas menghitung dan mencatat status pokok berdasarkan tanda pada formulir sensus. Ciri-ciri pokok yang akan di thinning out adalah pokok-pokok yang sudah tersambar petir, tidak berbunga lagi, dan yang sudah mati/tidak berproduksi lagi. Fungsi diadakan sensus thinning out adalah untuk menandakan pokok yang sudah mati/yang sudah tidak dapat berproduksi lagi dan digunakan sebagai rekomendasi jumlah untilan pupuk per TPP. Petugas berjalan di jalan pikul pada setiap TPP yang ada pada blok yang akan disensus dengan berjalan menurut arah barisan. Petugas A mensensus dua baris pokok (baris 1 dan 2). Secara bersamaan petugas B membersihkan/mengerok pelepah pokok terluar pada barisan tersebut sebagai tempat pencatatan hasil sensus. Petugas A menyensus seluruh pokok dalam barisan tersebut dan memberitahu jumlah pokok normal/hidup dan pokok mati/kosong ke petugas B. Apabila ditemukan pokok yang harus di thinning out, maka petugas B langsung mengecat pada pelepah tersebut, seperti yang disampaikan pada Gambar 4. Gambar 4. Tanda Pokok yang akan di Thinning Out Kemudian, petugas B berjalan menuju pokok paling ujung untuk menuliskan jumlah pokok hasil sensus dan jumlah untilan dalam TPP pada pokok tersebut. Seluruh hasil sensus diinformasikan dan dibawa ke Afdeling. Jumlah TPP yang harus disensus thinning out adalah 25 27 TPP/hari.

23 Sensus Ulat Api Sensus ulat api merupakan salah satu bentuk pengendalian hama dan penyakit tanaman. Sistem pemantauan rutin sangat membantu pelaksanaan kebijakan pengendalian hama terpadu, yang memberi peluang perkembangan musuh alami sehingga memungkinkan terjadinya keseimbangan alami. Sistem sensus tetap meliputi deteksi dan penghitungan hama pada baris sensus (BS) setiap 10 baris pokok dan titik sensus (TS). Skema dalam penentuan TS adalah titik sensus pada seluruh titik sensus dimulai dari pokok keempat di tepi jalan kemudian setiap 10 pokok yakni TS 14, TS 24, TS 34, dan seterusnya, bila setelah TS terakhir masih tersisa > 4 pokok maka ditambahkan satu TS pada pokok terakhir, setiap TS terdiri dari tiga pokok yaitu pokok TS ditambahkan dua pokok di sampingnya, agar tidak terjadi over pruning akibat pemotongan pelepah karena sensus setiap bulan, maka TS dapat digeser maju atau mundur 1 2 tanaman. Setiap TS yaitu pada setiap 10 pokok sepanjang baris sensus harus diberi nomor pada pangkal pelepah yang telah ditunas rapi dengan cat dasar warna kuning dan tulisan berwarna biru. Dalam pelaksanaan sensus ulat terdiri atas 2 tim, yang masing masing tim terdiri atas 3 orang, yaitu satu laki-laki sebagai penunas dan dua perempuan sebagai pencatat jenis hama ulat api yang terlihat dan sebagai penyusun pelepah di gawangan mati. Tim sensus ini harus menghitung hama pemakan daun. Penghitungan hama pemakan daun hanya pada satu pelepah contoh pada setiap pokok dari 3 pokok, dengan memperhatikan pelepah yang menunjukkan gejala serangan baru dan pelepah yang memiliki populasi hama tertinggi. Sensus ulat api dilaksanakan setiap akhir bulan, setiap tanggal 20. Apabila semua blok telah selesai disensus maka asisten Afdeling dan mantri hama dan penyakit langsung merekapitulasi dan menganalisis data hasil pengamatan. Ambang populasi kritis diartikan sebagai rata-rata populasi larva sehat per pelepah. Ambang kritis untuk ulat api adalah 5 ekor per pelapah. Jenis ulat api yang menjadi sasaran utama untuk penanggulangan adalah Setora nitens dan Setothosea asigna yang menyerang pelepah muda dan Darna trima yang menyerang pelepah tua. Pengendalian ulat api dilakukan dengan pengasapan dengan bahan aktif berupa Polydor dicampur Solar. Dalam satu kap

24 alat pengasapan mengandung 4.6 liter Solar dicampur 0.4 liter Polydor. Umumnya satu hari diperlukan 5 kap untuk 5 ha lahan pengendalian ulat api. Penunasan Penunasan merupakan pemangkasan daun sesuai umur tanaman serta pemotongan pelepah yang tidak produktif (pelepah sengkleh, pelepah kering, dan pelepah terserang hama dan penyakit) untuk menjaga luasan permukaan daun (leaf area) yang optimum agar diperoleh produksi yang maksimum. Tujuan utama penunasan adalah untuk menjaga sanitasi tanaman, memudahkan pemanenan, serta mencegah terjadinya kehilangan hasil melalui berondolan tersangkut di ketiak pelepah dan buah tinggal di pokok. Jika ingin mencapai tujuan penunasan dan tetap mempertahankan produksi yang maksimum, maka harus dihindari terjadinya over pruning dan under pruning. Over pruning adalah terbuangnya sejumlah pelepah produktif secara berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi. Penurunan produksi ini terjadi karena berkurangnya areal fotosintesis dan pokok mengalami stres yang terlihat melalui penurunan nisbah seks (penurunan jumlah bunga betina dan peningkatan jumlah bunga jantan), dan penurunan bobot janjang rata-rata (BJR). Tanaman yang mengalami kondisi under pruning atau tidak mengalami kegiatan penunasan yang baik dan teratur, juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap produksi, yaitu dapat mengganggu proses panen serta meningkatkan kehilangan hasil melalui berondolan tersangkut di ketiak pelepah dan buah tinggal di pokok. Dalam prakteknya, penunasan dapat dilakukan bersamaan dengan kegitatan potong buah atau pada waktu lain secara periodik. Kebijakan PT Inti Indosawit Subur adalah menggunakan sistem penunasan progresif. Penunasan progresif adalah penunasan yang dilakukan oleh pemanen dengan bersamaan dengan panen. Penunasan progresif dilakukan per blok dalam enam seksi wilayah, satu seksi ditunas setiap dua bulan sekali dalam satu tahun. Teknik penunasan yang dilaksanakan adalah dengan teknik songgo satu, yaitu hanya menyisakan satu pelepah dari tandan buah paling bawah. Pelepah daun yang telah ditunas dipotong menjadi tiga bagian dan ditata dengan rapi di gawangan mati agar pelepah yang sudah kering dapat berfungsi sebagai mulsa bagi tanaman kelapa

25 sawit. Biaya penunasan progresif per hektar sebesar Rp 108 000.00. Jumlah pelepah yang harus dipertahankan berdasarkan umur tanaman disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Jumlah Pelepah Dipertahankan per Umur Tanaman Umur tanaman (tahun) Jumlah pelepah dipertahankan / pokok Songgo 3 4 58 64 3 5 8 48 54 2 9 14 40 46 2 >14 32 36 1 Sumber: Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri (2008) Gang tunas. Gang tunas merupakan organisasi khusus yang dibentuk oleh perusahaan yang bertugas untuk membantu kegiatan penunasan agar kegiatan penunasan di setiap Afdeling dapat berjalan dengan baik. Setiap karyawan tunas menghanca satu jalan pikul (2 baris kiri kanan). Rata-rata jumlah total tenaga kerja gang tunas yang dibutuhkan di Afdeling II adalah 6 11 orang. Saat menjadi KHL untuk kegiatan penunasan, penulis ikut melaksanakan kegiatan penunasan yang dilaksanakan di blok B89a, anggota tunasan berjumlah 16 orang yang terdiri dari 8 orang laki-laki sebagai penunas dan 8 orang wanita sebagai penyusun pelepah. Tenaga kerja gang tunas ini dapat diambil dari KHL mandoran lain maupun anggota khusus yang didatangkan dari daerah lain. Norma kerja dari kegiatan ini adalah minimal satu pasangan pekerja (terdiri dari satu penunas dan satu penyusun pelepah) harus dapat menunas minimal 40 pokok dalam satu jalan pikul dengan pembayaran per pokok sebesar Rp 1 500.00. Selama melaksanakan kegiatan penunasan, penulis dapat menunas 5 pokok. Pemanenan Pemanenan merupakan kegiatan pengambilan buah kelapa sawit yang memenuhi kriteria matang panen dari pohonnya, mengumpulkan dan mengutip berondolan yang terjatuh di piringan atau gawangan, serta menyusun tandan buah matang di TPH, selanjutnya bersama-sama berondolannya dikumpulkan untuk diangkut ke pabrik. Tujuan utama kegiatan panen adalah untuk mendapatkan

26 rendemen minyak dan kernel yang tinggi dengan mutu minyak yang tinggi (kadar ALB yang rendah). Upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut antara lain: menjalankan ketentuan panen yang baik seperti: sistem panen, kriteria buah matang, dan persentase berondolan; mengangkut hasil panen sesegera mungkin ke pabrik pengolahan TBS dengan menggunakan angkutan panen; dan melakukan pengolahan TBS secepat mungkin di pabrik. Standard Operating Procedure (SOP) panen di PT Inti Indosawit Subur, yaitu: 1) Buah matang dipotong semua, 2) Buah mentah tidak ada, 3) Berondolan dikutip semuanya, 4) Buah disusun rapi dan cangkem kodok, 5) Pelepah disusun rapi di gawangan mati, 6) Pelepah sengkleh tidak ada, 7) Administrasi diisi dengan teliti dan tepat waktu. Persiapan panen. Persiapan panen merupakan kegiatan yang penting dilakukan sebelum kegiatan panen berlangsung, agar perusahaan dapat mencapai produksi yang diinginkan. Kegiatan yang perlu dilakukan adalah perbaikan dan perawatan jalan poros, penyediaan tenaga kerja panen, pembagian seksi panen yang jelas, penyediaan alat-alat kerja dan lain-lain. Persiapan panen ini dilakukan secara bertahap sampai kegiatan panen berlangsung. Sistem panen. Sistem panen merupakan suatu ketentuan atau aturan yang membagi daerah atau wilayah dari masing-masing pemanen. Sistem panen yang dilaksanakan di PT Inti Indosawit Subur menggunaan sistem hanca tetap dimana setiap pemanen diberi hanca dengan dengan luas 3 ha. Jika ada pemanen yang tidak masuk ataupun persentase kematangan hasil taksasi produksi harian tinggi (membutuhkan banyak tenaga kerja), maka akan ada transfer anggota pemanen di antara masing-masing mandoran panen. Pemanen tetap harus bertanggung jawab menyelesaikan panen sesuai dengan luas yang telah ditentukan mandor panen. Apabila pemanen tidak bekerja, maka mandor panen harus dapat mencari penggantinya. Rotasi (pusingan) panen. Rotasi panen adalah lamanya waktu yang diperlukan antara panen yang satu dengan panen berikutnya di tempat yang sama. PT Inti Indosawit Subur menggunakan rotasi panen 6/7, yang artinya dalam satu minggu terdapat enam hari panen dan selang pemanenan dalam seksi yang sama

areal dibagi menjadi enam seksi. Namun seringkali rotasi panen berubah karena tergantung kondisi kerapatan buah. Kriteria matang panen. Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat menolong pemanen agar memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria matang panen yang dipakai di PT Inti Indosawit Subur yaitu berdasarkan jumlah berondolan yang terlepas dari tandannya dan jatuh ke tanah secara alami. Tabel 6 dapat digunakan sebagai acuan untuk memudahkan pemahaman terhadap kriteria matang panen tersebut. tersebut dianggap buah mentah. Tabel 6.Fraksi Matang Buah Umur tanaman BJR (kg) Setelah Panen Sebelum Panen (Tahun) 2.5 3 3 3 berondolan per janjang setelah panen Satu berondolan per janjang saat sebelum panen 4 5 6 6 berondolan per janjang setelah panen Dua berondolan per janjang saat sebelum 6 9 10 10 berondolan per janjang setelah panen 10 15 15 15 berondolan per janjang setelah panen >15 20 20 berondolan per janjang setelah panen Sumber: Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri (2008) 27 panen Dua berondolan per janjang di piringan sebelum panen Dua berondolan per janjang di piringan sebelum panen Tiga berondolan per janjang di piringan sebelum panen Buah dapat dipanen jika terpenuhi kriteria Untuk tiap 1 kg bobot tandan terdapat berondolan lepas di TPH yang bukan berondolan parthenokarpi atau berondolan muda karena serangan tikus atau penyakit, misalnya bobot janjang rata-rata (BJR) blok adalah 24 kg maka buah yang dapat dipanen pada blok tersebut adalah buah dengan berondolan yang lepas sebanyak 24 berondolan, jika terdapat buah yang jumlah berondolannya kurang dari 24 berondolan, maka buah tersebut dianggap buah mentah. Peralatan panen. Penggolongan alat kerja dibagi menjadi 3 bagian, yaitu alat untuk memotong tandan buah segar (TBS), alat untuk membawa TBS ke TPH, dan alat untuk bongkar muat TBS. Pisau egrek, dodos, kapak, dan batu asah

merupakan alat yang digunakan untuk memotong TBS. Angkong, gancu, dan karung goni merupakan alat yang digunakan untuk membawa TBS ke TPH, serta tojok besi merupakan alat untuk bongkar muat TBS dari TPH ke PMKS (Tabel 7). Tabel 7. Alat-alat Panen No Nama alat Penggunaan/pemakaian Dodos Kecil Potong buah tanaman umur 3 s/d 4 tahun Dodos Besar Potong buah tanaman umur 5 s/d 8 tahun Pisau Egrek Potong buah tanaman umur lebih dari 9 tahun (tinggi pohon > 3 m) Angkong Sebagai tempat atau wadah TBS dan berondolan untuk diangkut ke TPH Keranjang Sebagai tempat atau wadah TBS dan berondolan untuk diangkut ke TPH Goni eks pupuk Sebagai tempat atau wadah TBS dan berondolan untuk diangkut ke TPH Kapak Sebagai alat pemotong tangkai tandan yang panjang pada tanaman lebih dari 9 tahun Tali Nilon Pengikat pisau egrek Batu Asah Pengasah dodos dan pisau egrek Bambu Egrek Gagang pisau egrek Allumunium Pole Sebagai gagang pisau egrek. a. Ebor Gold Pole Ebor Gold Pole lebih berat, keras, dan b. Ultra-Light Pole tahan lama serta digunakan pada pokok yang lebih rendah dibandingkan Ultra- Light Pole Gancu Memuat dan membongkar TBS dari dan ke alat transportasi Tojok Memuat dan membongkar TBS dari dan ke alat transportasi Sumber: Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri (2008) Pelaksanaan panen. Pelaksanaan panen di PT Inti Indosawit Subur dimulai dari muster morning antara pemanen dengan mandor panen yang dilaksanakan di lapangan untuk mengabsen masing-masing pemanen, memberikan arahan untuk memperbaiki kualitas panen hari demi hari dan mengharuskan semua tandan matang harus dipanen dan tidak ada yang tertinggal, serta memeriksa alat pelindung diri (APD) masing-masing pemanen. Sistem panen yang digunakan adalah sistem hanca tetap per mandoran, sehingga para pekerja sudah mengetahui hancanya masing-masing. Kegiatan panen dimulai 28

29 dengan memotong pelepah yang menghalangi TBS yang akan dipanen dengan syarat minimal songgo satu (progressive pruning). Pelepah yang menopang tandan buah dipotong rapat ke batang, kemudian pelepah tersebut dipotong menjadi dua bagian disusun rapi memanjang searah barisan di gawangan mati dan di antara pohon dalam barisan membentuk U-shape. Semua TBS yang sudah dipanen disusun teratur di TPH dengan menggunakan angkong, kemudian tangkai tandan yang panjang dipotong rapat membentuk cangkem kodok dengan menggunakan kampak dan ditulis nomor pemanen. Semua berondolan dikutip bersih dan tidak boleh ada yang tertinggal baik yang berada di piringan dan gawangan dengan menggunakan karung goni bekas pupuk dan mengumpulkannya di TPH. Taksasi produksi. Taksasi produksi merupakan kegiatan menghitung jumlah tandan buah segar (TBS) yang akan dipanen. Taksasi produksi dilaksanakan sehari sebelum dilaksanakan kegiatan pemanenan. Taksasi produksi harian ini dilaksanakan oleh mandor panen dengan cara mengambil sampel 400 pokok secara acak pada areal yang akan dipanen esok hari. Perhitungan taksasi produksi harian di PT Inti Indosawit Subur ini dapat memperkirakan persentase kematangan buah suatu blok yang akan dipanen, jumlah janjang masak, bobot total buah matang, dan jumlah tenaga panen esok hari. PT Inti Indosawit Subur juga melaksanakan taksasi produksi setiap 6 bulan sekali (sensus produksi) yang bertujuan untuk mengetahui target produksi yang harus dicapai oleh perusahaan untuk enam bulan ke depan. Sensus produksi ini dilaksankan setiap akhir bulan Juni dan akhir Desember. Tenaga panen. Kebutuhan tenaga pemanen yang dialokasikan setiap harinya harus berpedoman kepada hasil sensus kerapatan buah yang dibandingkan dengan output rata-rata tenaga potong buah yang dapat dicapai setiap hari pada bulan berjalan. Setelah menghancakan para pemanen, mandor panen melaksanakan taksasi potong buah pada hanca yang akan dipanen besok. Kebutuhan tenaga kerja panen setiap Afdeling berbeda-beda, disesuaikan dengan luas TM Afdeling. Berikut ini adalah rumus untuk kebutuhan tenaga kerja panen di Afdeling II: Kebutuhan tenaga kerja panen Afdeling II =

Basis dan premi panen. Basis panen adalah batas minimum jumlah janjang masak yang harus dicapai pemanen untuk mendapatkan premi. Basis panen di PT Inti Indosawit Subur terdiri atas basis siap borong dan basis lebih borong. Basis siap borong adalah batas minimum yang harus didapat pemanen dalam satu hari kerja yaitu 50 tandan untuk hari Senin-Sabtu kecuali hari Jumat, sedangkan basis siap borong pada hari Jumat adalah 36 tandan, jika pemanen dapat memenuhi basis siap borong ini maka pemanen mendapat pembayaran HK sebesar Rp 35 000.00 untuk pemanen yang sudah mendapat SKU dan Rp 49 360.00 untuk pemanen yang belum mendapatkan SKU. Basis lebih borong adalah basis yang didapat pemanen jika pemanen dapat melewati basis siap borong. Basis ini didapat setiap tambahan 50 tandan dari basis siap borong. Premi panen adalah pembayaran yang diberikan kepada pemanen apabila pemanen mendapatkan basis. Premi terdiri atas premi siap borong dan premi lebih borong. Premi siap borong didapatkan jika pemanen mendapatkan basis siap borong dan basis lebih borong. Untuk basis siap borong pemanen mendapatkan premi sebesar Rp 7 000.00, sedangkan untuk setiap tambahan 50 tandan dari basis siap borong (basis lebih borong), pemanen mendapatkan tambahan premi siap borong sebesar Rp 9 000.00. Premi lebih borong didapatkan melalui perhitungan: jumlah tandan pemanen yang lebih dari basis siap borong dikalikan dengan premi lebih borong per blok. Perbedaan pembayaran pada premi lebih borong per blok ini berdasarkan rata-rata BJR setiap blok (Tabel 8). Tabel 8. Premi Lebih Borong di Afdeling II Tiap Blok Blok Luas (ha) Premi lebih borong (Rp)/janjang B89a 96 1160 B89b 92 1160 B90a 103 1160 B90b 99 1160 B90c 103 1200 B90d 75 1160 B91a 40 1000 B91b 55 1160 B91c 85 1160 B91d 75 1000 Sumber: Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri (2008) 30

Sistem pengawasan dan denda. Sistem pengawasan dan pemeriksaan hasil panen di PT Inti Indosawit Subur dilaksanakan secara rutin setiap hari kerja. Parameter denda karyawan potong buah disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Parameter Denda Karyawan Potong Buah Jenis kesalahan (parameter) Denda Potong Buah Mentah (A) Rp 5 000/janjang Gagang Panjang tidak dipotong rapat Rp 1 000 Buah masak tinggal dipokok / tidak dipanen (S) Rp 5 000 Buah mentah diperam di hanca (M1) Rp 5 000 Buah mentah tinggal di piringan / di hanca / di Rp 5 000 parit Buah Matahari / berondolan di potong gagang Rp 1 000/janjang (M3) Berondolan tidak dikutip bersih Rp 3 000/pokok Pelepah tidak disusun rapi di gawangan Rp 1 000/gawangan Pelepah sengkleh Rp 1 000/pokok Tidak siap borong - Denda di per-7 (dipotong jam kerja) - 3x berturut-turut diberi peringatan Sumber: Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri (2008) 31 Aspek Manajerial Karyawan Non Staf Setelah penulis berstatus sebagai KHL, selanjutnya penulis berstatus sebagai pendamping mandor selama satu bulan. Mandor mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan tugas di lapangan dan paling bertanggung jawab terhadap kualitas dan kuantitas setiap pekerjaan. Mandor bertugas mengawasi pekerjaan karyawan, memberikan arahan kepada karyawan, memberikan motivasi kepada karyawan serta menegur karyawan apabila karyawan melakukan kesalahan. Setiap pagi hari pada pukul 06.30 WIB, semua mandor mengikuti kegiatan muster morning (apel pagi) bersama asisten Afdeling untuk mendapatkan pengarahan tentang pekerjaan yang akan dilaksanakan serta melaporkan dan memberikan solusi terhadap permasalahan yang terjadi di lapangan. Setiap sore hari pada pukul 16.00 WIB, setiap mandor mengisi lembar attendance & gang activity yang berisi tentang data kehadiran KHL dan jenis pekerjaan yang

32 dilaksanakan pada hari itu. Selain itu, mandor juga harus membuat rencana kerja harian (RKH) yang akan dilaksanakan untuk keesokan harinya. Pendamping Mandor I. Mandor I bertugas untuk melakukan koordinasi secara langsung tehadap mandor ataupun karyawan di lapangan. Selama menjadi pendamping mandor I, penulis membantu memeriksa laporan mandor, mengawasi kegiatan yang dilakukan mandor dan karyawan di lapangan, serta melakukan pemeriksaan atas kemungkinan adanya buah restan ataupun berondolan yang tidak dikutip oleh pemanen pada blok-blok yang telah dipanen. Pendamping mandor pupuk anorganik. Prinsip 4T yaitu: tepat dosis, waktu, cara, dan tempat merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dalam menentukan efisiensi pemupukan terutama pemupukan anorganik. Selama menjadi pendamping mandor pupuk, penulis bertugas mengawasi kegiatan pemupukan mulai dari pengeluaran pupuk dari gudang, penguntilan, pelangsiran hingga pengaplikasian di lapangan. Pelaksanaan pemupukan di PT Inti Indosawit Subur sudah berjalan dengan baik, meski masih terdapat beberapa kendala yang ditemui penulis di lapangan, seperti keefektifan jam kerja. Pemupukan biasanya dimulai setelah jam kerja lewat dari jam normal yaitu pukul 07.00 WIB. Hal ini karena kurangnya pengkoordinasian yang teratur antara pengangkut pupuk dan mandor sehingga pelangsiran pupuk terlambat yang mengakibatkan pupuk kadang-kadang belum ada di lapangan walaupun jam kerja telah dimulai. Pendamping mandor semprot. Secara umum, pengendalian gulma di PT Inti Indosawit Subur difokuskan pada gulma di pringan, pasar pikul, dan TPH. Pengendalian gulma secara kimiawi yang dilakukan di PT Inti Indosawit Subur dikelola oleh Tim Unit Semprot (TUS) yang langsung dibawah tanggung jawab asisten kepala. Tim Unit Semprot (TUS) dibagi menjadi dua berdasarkan alat penyemprotan yaitu knapsack sprayer dan Controlled Droplet Applicator (CDA). Alat semprot knapsack sprayer (RB-15/Solo) menggunakan bahan aktif Paraquat konsentrasi 0.50 % dengan merek dagang Gromoxon dan Methyl metsufuron konsentrasi 0.03 % dengan merek dagang Trapp, sedangkan alat semprot micron herbi sprayer menggunakan bahan aktif Glifosat konsentrasi 4 % dengan merek dagang Bionasa dan 2.4D konsentrasi 2 % dengan merek dagang Lindomin. Selama menjadi pendamping mandor semprot, penulis membantu mandor

33 menakar bahan atau obat yang akan diaplikasikan di lapangan dan mengawasi jalannya kegiatan penyemprotan. Pendamping kerani panen. Selama bertugas sebagai pendamping kerani panen, penulis membantu kerani mengecek buah dan berondolan yang telah disusun di TPH, memberikan cap/stempel buah yang sudah dicek, menghitung jumlah buah yang telah dipanen tiap pemanen dan menuliskannya di dalam buku penerimaan buah. Penulis bekerja hingga pemanen terakhir telah menyelesaikan hancanya. Setelah kembali ke kantor Afdeling, penulis membantu kerani membuat laporan potong buah dan menghitung jumlah premi yang didapat pada hari tersebut. Pendamping mandor panen. Penulis bersama dengan mandor panen mengawasi tenaga pemanen agar buah yang dipanen tidak ada yang tertinggal di pohon dan pelepah yang dipotong disusun rapi di gawangan mati. Selain itu, penulis bersama denga mandor juga melakukan taksasi produksi harian, yaitu kegiatan menghitung jumlah TBS yang akan dipanen esok hari. Permasalahan yang sering dijumpai adalah masih ada pemanen yang memanen buah kurang matang maupun buah mentah, berondolan yang tidak dikutip, dan juga masih adanya buah matang yang tertinggal di pohon akibat penunasan tidak berjalan dengan baik. Karyawan Staf Penulis berstatus sebagai pendamping asisten Afdeling pada bulan ketiga dan keempat dan penulis ditempatkan di Afdeling II. Asisten Afdeling bertanggung jawab dalam pengelolaan kebun yang dipimpinnya, tanggung jawab tersebut berupa pencapaian produksi yang maksimal, menyusun rencana kerja bulanan, melaksanakan program sesuai dengan rencana yang telah dibuat, membina karyawan untuk meningkatkan produktivitas kerja, dan melaksanakan program monitoring berkesinambungan terhadap setiap laporan mandor dan kerani. Selama menjadi pendamping asisten Afdeling, penulis melakukan pengawasan pekerjaan di lapangan serta membantu kegiatan administrasi di kantor Afdeling.