PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Tepat Jenis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Tepat Jenis"

Transkripsi

1 PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Keefektifan pemupukan berkaitan dengan tingkat hara pupuk yang diserap tanaman. Pupuk dikatakan efektif jika sebagian besar hara pupuk diserap tanaman. Efesiensi pemupukan berkaitan dengan hubungan antara biaya dengan tingkat produksi yang dihasilkan. Efisiensi pemupukan terkait dengan tindakan rekomendasi pemupukan dan manajemen operasional. Peningkatan keefektifan dan efisiensi pemupukan dapat dicapai melalui perbaikan manajemen operasional dan rekomendasi pemupukan. Kehilangan hara pupuk dapat terjadi melalui penguapan, pencucian, aliran permukaan karena erosi. Keefektifan dan efisiensi pemupukan dipengaruhi beberapa faktor penting dalam pemupukan dan juga kualitas dari pemupukan itu sendiri. Kualitas pemupukan dibagi menjadi dua yaitu kualitas pupuk yang ditentukan oleh jumlah kandungan unsur hara utama didalam pupuk tersebut dan kualitas teknik penaburan pupuk di lapangan yang berkaitan dengan pengelolaan dan organisasi kerja serta administrasinya. Menurut Fauzi et al., (2008) dalam pemberian pupuk harus memperhatikan kunci keefektifan dan keberhasilan pemupukan diantaranya: ketepatan jenis pupuk, ketepatan dosis pupuk, ketepatan waktu pemupukan, ketepatan cara pemupukan dan ketepatan tempat pupuk diaplikasikan. Tepat Jenis Pemilihan jenis pupuk disarankan agar hati-hati mengingat banyak jenis pupuk di pasar dengan berbagai bentuk dan komposisi hara. Jenis pupuk yang digunakan di perkebunan kelapa sawit adalah pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik yang dipakai adalah limbah dari kebun dan limbah dari proses pengolahan kelapa sawit. Limbah yang berasal dari kebun yaitu sisa-sisa tanaman pelepah dan daun kacangan yang ditumpuk di gawangan mati. Limbah pengolahan kelapa sawit yaitu jenjang kosong kelapa sawit. Jenjang kosong ini dari pabrik pengolahan kelapa sawit dikembalikan lagi ke lahan sebagai pupuk

2 organik. Jenjang kosong ini diaplikasikan di antara pokok tanaman di sela-sela gawangan pelepah mati berbentuk U-shape antar pokok tanaman. Pupuk anorganik adalah pupuk buatan yang mengandung garam mineral dan digunakan sesuai umur tanaman. Pupuk ini terdiri dari pupuk mikro dan pupuk makro. Pupuk makro adalah pupuk yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak sedangkan pupuk mikro dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sedikit. Pada tanaman menghasilkan (TM) pupuk makro yang digunakan adalah pupuk MOP, RP, Urea, Palmo, dan Kiesrite sedangkan pada pupuk mikro digunakan pupuk Borate. Realisasi pemupukan kebun BKLE tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 17. Realisasi Pemupukan di Kebun BKLE Tahun 2011 Nama Rencana (kg) Realisasi (kg) Palmo ,957 8,704 Palmo 16 9, ,230 NPK 15:15:15 0 4,080 NPK 12:12:12 17,379 7,181 Urea 358, ,041 Rock Phosphate 642, ,107 MOP Kanada 554, ,791 Kieserit 261, ,251 HGF-Borate 64,345 62,870 Chelated Zincopper 35,410 23,387 MOP Jerman 6,686 0 Total 2,520,906 2,404,642 % Teralisasi 95.39% Sumber: Data Kebun BKLE (2012) Dari data diatas dapat diketahui bahwa rencana pemupukan kebun terealiasi sebesar 95.39%. Ada beberapa pupuk yang dalam aplikasi di lapang tidak sesuai dengan rencana tetapi pupuk itu digantikan oleh pupuk lain seperti Palmo 14 dan Palmo 16, MOP Kanada dan MOP Jerman, serta NPK15:15:15 dan NPK 12:12:12. Selain itu kenyataan di lapangan menunjukan bahwa pupuk yang diberikan sering diganti dengan jenis lainnya dengan alasan ketidaktersediaan pupuk di pasar atau pertimbangan lain. Penggantian suatu jenis pupuk dengan pupuk lainnya dapat dilakukan dengan memperhatikan kandungan unsur hara serta keseimbangan dan pengaruh bahan ikutannya (Sutarta et al., 2003). 48

3 49 Penggantian jenis pupuk yang telah dianjurkan dengan jenis pupuk lain perlu dikonsultasikan dengan PPKS guna mendapatkan pertimbangan secara teknis. Jenis pupuk yang digunakan di kebun BKLE pada tahun 2011 adalah pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal yang digunakan adalah Urea untuk memenuhi kebutuhan N, MOP untuk memenuhi kebutuhan K, RP untuk memenuhi kebutuhan P, Kieserit untuk memenuhi kebutuhan Mg, HGFB (High Grade Fertilizer Borate) untuk memenuhi kebutuhan B, dan Chelated Zincoper untuk memenuhi kebutuhan Zn dan Cu. Pupuk majemuk yang digunakan yaitu Palmo 14, Palmo 16, NPK 12:12:12, dan NPK 15:15:15. Pupuk majemuk memiliki keunggulan dibandingkan dengan pupuk tunggal, yaitu lebih praktis dalam pemesanan, transportasi, penyimpanan, dan aplikasi di lapangan karena satu jenis pupuk majemuk mengandung keseluruhan atau sebagian besar hara yang dibutuhkan tanaman (Poeloengan et al., 2003). Namun harga pupuk majemuk tegolong lebih mahal dan saat aplikasi di lapangan biasanya tanaman lebih memerlukan salah satu unsur hara dalam jumlah yang lebih besar atau sedikit dibanding kandungan hara pada pupuk majemuk. Tepat Dosis Pertimbangan yang digunakan dalam penentuan dosis pupuk adalah hasil analisis daun dan tanah, realisasi produksi lima tahun sebelumnya, realisasi pemupukan sebelumnya, data curah hujan lima tahun sebelumnya, dan hasil pengamatan di lapangan seperti gejala defesiensi hara (Winarna et al., 2003). Penentuan dosis pemupukan di kebun BKLE berdasarkan buku rekomendasi pemupukan dari pihak riset BGA yang sebelumnya dilakukan analisis daun dan analisis tanah terlebih dahulu. Penulis mengamati ketepatan dosis untilan dan ketepatan dosis pemupukan di lapangan. Ketepatan dosis untilan dengan mengambil sampel sebanyak 30 karung until pada setiap untilan. Berdasarkan hasil pengamatan bahwa persentase hasil rata-rata ketepatan dosis untilan yang dilakukan oleh tenaga penguntil untuk pupuk RP yaitu 97.6% dan pupuk HGFB yaitu 95.7% (standar kebun 95%). Hal ini menunjukan bahwa tenaga penguntil pupuk sudah mengetahui ketepatan dosis untuk jenis pupuk yang berbeda-beda. Selain itu tenaga penguntil pupuk sudah

4 50 terlatih dan profesional dalam hal ketepatan dosis walaupun belum sampai 100%. Standar kerja untuk tenaga penguntil pupuk yaitu 2,000 kg/hk. Penulis menghitung ketepatan dosis pemupukan di lapangan dengan mengamati pemupukan MOP. Sample yang diambil sebanyak 60 pohon dengan tiga ulangan. Sampel diambil setiap baris pada kelipatan sebelas dengan mengambil 6-7 pohon per baris. Hasil pengamatan menunjukan bahwa ketepatan dosis rata-rata untuk pemupukan MOP yaitu 83.89% (standar kebun 90%). Nilai ini cukup tinggi namun masih dibawah standar kebun. Hal ini karena penabur masih menggunakan takaran pupuk yang sama untuk berbagai jenis pupuk yang berbeda. Selain itu juga mereka kurang mengetahui tentang dosis pupuk per pokok. Pelaksanaan pemupukan sebenarnya sudah memperhatikan kondisi areal pemupukan, mengetahui jarak pemupukan dari pokok, dan sebaran pupuk. Akan tetapi, tenaga penabur lebih memperhatikan dan mengutamakan target output yang tercapai. Mereka kurang memperhatikan dosis yang digunakan dan cara penaburan pupuk yang baik. Tenaga penabur hanya mengacu pada prinsip bahwa pupuk harus tertabur pada tanaman. Oleh karena itu ketepatan dosis pupuk MOP di lapangan untuk kebun BKLE kurang memenuhi prinsip tepat dosis pemupukan. Tepat Waktu Waktu pemupukan ditentukan oleh iklim, sifat fisik, tanah, logistik pupuk, serta adanya sifat sinergis dan antagonis antar unsur hara (Pahan, 2010). Kegiatan pemupukan di kebun BKLE dibagi menjadi dua semester yaitu semester I (Januari-Juni) dan semester II (Juli-Desember). Berdasarkan buku program pemupukan tahun 2012 pada kebun BKLE aplikasi pemupukan RP dan kieserite dilakukan sekali setahun dan pada semester I, sedangkan apliaksi pemupukan MOP, Urea, HGFB, Palmo, dan Chelated Zinkcoper dilakukan dua kali setahun. Urutan aplikasi pemupukan kebun BKLE yaitu RP-HGFB-Chelated Zinkcoper- Palmo-Kieserite-MOP-Urea. Penetapan waktu aplikasi pupuk didasarkan pada pola curah hujan (Winarna, 2003). Menurut Adiwiganda (2007) menyatakan bahwa kesulitan pelaksanaan pemupukan tepat waktu diakibatkan terjadinya curah hujan yang sulit diprediksi yaitu kandungan air dalam tanah yang tidak sesuai dengan persyaratan

5 51 untuk aplikasi pupuk. Data curah hujan Januari-April 2012 dapat dilihat pada Gambar 11, rencana waktu aplikasi pemupukan pada Tabel 18, dan realisasi pemupukan bulan Januari-April 2012 pada Tabel mm Januari Februari Maret April Bulan Gambar 11. Curah Hujan BKLE Bulan Januari-April 2012 Tabel 18. Rencana Aplikasi Pemupukan kebun BKLE Jenis Pupuk Bulan Aplikasi Pupuk Kebun BKLE Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sept Okt Nov Des RP 1xaplikasi (R1) HGFB R1 R2 C.Zinc R1 R2 Palmo R1 R2 MOP R1 R1 R2 R2 Urea R1 R1 R2 R2 Kieserite 1xapksi(R1) Keterangan: R1 aplikasi rotasi I R2 aplikasi rotasi II Tabel 19. Realisasi Aplikasi Pemupukan BKLE Bulan Januari-April 2012 Jenis Bulan Aplikasi Pupuk Kebun BKLE Pupuk Jan Feb Mar Apr RP 1xaplikasi (R1) HGFB R1 Palmo R1 MOP R1 Sumber: Pengamatan Lapang (2012) Waktu pemupukan yang optimal dilaksanakan pada saat curah hujan antara mm/bulan dengan batas minimal curah hujan 60 mm/bulan dan maksimal 300 mm/bulan. Aplikasi pemupukan diusahakan untuk setiap semester

6 52 selesai dalam waktu dua bulan untuk memberikan keseimbangan hara di dalam tanah sehingga unsur hara tersebut akan mudah diserap oleh tanaman. Aplikasi pupuk urea pada musim kemarau (curah hujan <100mm/bulan) sebaiknya tidak dilakukan karena memiliki potensi penguapan yang tinggi. Sebaliknya pada kondisi curah hujan lebih dari 250 mm/bulan aplikasi pupuk urea, MOP, RP, HGFB, dan kieserit juga sebaiknya tidak dilakukan karena menyebabkan kehilangan tinggi melalui proses pencucian. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis rata-rata curah hujan bulan Januari-April 2012 yaitu mm/bulan. Sesuai rekomendasi rotasi pemupukan di kebun BKLE dengan curah hujan tersebut tepat untuk aplikasi pupuk RP, HGFB, MOP, dan Palmo. Dalam kondisi curah hujan yang optimal untuk pemupukan dapat mengurangi tingkat kehilangan pupuk akibat pencucian, erosi, dan aliran air. Aplikasi pemupukan dilakukan pada pagi hari mengingat keefektifan tenaga kerja dan penyerapan hara oleh tanaman lebih baik, serta mengurangi penguapan pupuk akibat panas. Berdasarkan Tabel 19 realisasi pemupukan di BKLE mengalami ketidaktepatan dari rencana aplikasi pemupukan. Hal ini terjadi pada beberapa aplikasi pemupukan seperti RP, HGFB, dan Palmo. Aplikasi pupuk tersebut megalami kemunduran dari rencana pemupukan karena hari hujan dan keterlambatan datangnya pupuk ke gudang kebun akibat keterbatasan alat transportasi dan stok gudang sentral yang tidak selalu tersedia. Sebaliknya pada pupuk MOP diaplikasikan lebih cepat karena pemupukan ini menggunakan stok pupuk tahun kemarin yang masih ada di gudang kebun. Oleh karena itu ketepatan waktu pemupukan kebun BKLE berdasarkan curah hujan dapat dikatakan tepat waktu namun secara teknis di lapangan masih belum memenuhi prinsip ketepatan waktu. Tepat Cara dan Tempat Pada umumnya ada tiga cara aplikasi pupuk yaitu secara manual, mekanis, dan aplikasi melalui udara. Metode yang umum digunakan oleh perkebunan dalam aplikasi pemupukan adalah cara tebar (broadcast) dan dibenam (pocket). Pada dasarnya cara pemupukan yang efektif yaitu bagaimana pupuk itu lebih

7 53 cepat sampai ke zona perakaran dan seminimum mugkin hilang karena penguapan dan aliran permukaan. Pemupukan di kebun BKLE dilakukan secara manual yaitu dengan sistem tebar dan dibenamkan. Pupuk Chelated Zinkcoper dan Palmo pada areal berpasir diaplikasikan dengan cara dibenamkan dengan jarak 50 cm dari pokok tanaman. Pupuk urea, kieserit, dan MOP diaplikasikan dengan ditebar berbentuk U-shape dengan radius m dari pangkal pokok (arah dalam piringan) dan pupuk RP berbentuk U-shape dengan ditebar radius >2 m dari pangkal pokok (arah luar piringan). Pupuk HGFB daplikasikan tebar disekeliling pokok dengan radius m dari pangkal pokok. Penebaran dengan radius 2 m atau pada pelepah dan berbentuk U-shape dilakukan karena akar tertier dan kwarter yang aktif menyerap hara lebih banyak terdapat dibawah pelepah di gawangan mati dibanding pada piringan (Lubis, 2008). Pengamatan yang dilakukan oleh penulis untuk menghitung ketepatan cara/aplikasi pada pemupukan RP didasarkan pada kondisi penyebaran pupuk di piringan, pupuk diecer, pokok yang dipupuk, dosis/takaran pupuk, untilan tinggal, dan karung tinggal. Penulis mengamati 15 penabur pada satu blok. Tanaman yang diamati yaitu tiga baris sampai pasar tengah untuk masing-masing penabur. Berdasarkan hasil pengamatan rata-rata ketepatan aplikasi tenaga penabur untuk pupuk RP adalah 93%. Hal ini menunjukan bahwa tenaga kerja penabur cukup tepat dalam kegiatan aplikasi pupuk yang dilakukan karena standar kebun 90%. Tenaga penabur telah mengetahui dan memperhatikan aplikasi pada piringan dan kondisi kemerataan pupuk pada pirirngan. Hasil pengamatan ketepatan aplikasi dapat dilihat pada Gambar 9. Berdasarkan pengamatan penulis pada penempatan aplikasi pupuk RP terdapat 1.2% pokok pengamatan tidak terpupuk dan 98.8% pokok pengamatan terpupuk. Pokok yang tidak terpupuk berada di sekitar pasar tengah. Hal ini karena takaran pupuk yang digunakan tidak dikalibrasi dan hanya mengandalkan perkiraan sehingga ketepatan dosis pupuk yang diaplikasikan pada tiap pokok menjadi tidak rata dan tidak sampai pasar tengah. Selain itu juga karena piringan yang kotor dan tertutup oleh gulma serta kacangan membuat pokok tidak terpupuk.

8 54 Pada pengamatan penempatan aplikasi pupuk RP terlihat bahwa 2.3% pupuk ditebar di piringan, 6.7% ditebar di gawangan, 5.2% ditebar di susunan pelepah dan gawangan, 9.1 % ditebar di susunan pelepah dan piringan, serta 76.7% (standar kebun 95%) pupuk telah ditebar tepat di susunan pelepah. Artinya ketepatan penempatan pupuk masih cukup rendah. Hal ini karena kurangnya arahan dari asisten dan mandor pupuk serta tidak adanya perhatian dari penabur pupuk dalam penebaran menjadi sebab kesalahan dalam penempatan lokasi pemupukan. Prestasi Tenaga Kerja Pemupuk Prestasi tenaga kerja pemupuk adalah kemampuan seorang pemupuk dalam melakukan pekerjaan penaburan pupuk, dilihat dari output yang dihasilkan. Standar untuk setiap tenaga penabur adalah kg/hk pada hari normal kerja (7 jam) sedangkan pada hari jumat kg/hk sesuai dengan jenis pupuk dan dosis pupuk yang digunakan. Hasil pengamatan penulis berdasarkan Tabel 12 rata-rata untuk pemupukan RP prestasi tenaga penabur dari bobot yang diaplikasikan telah mencapai standar kebun. Akan tetapi, pada pengamatan hari jumat tanggal 24 Maret 2012 tenaga penabur pupuk tidak mencapai standar kebun. Hal ini karena pada tanggal tersebut output pemupukan distandarkan pada hari normal (7 jam) untuk mengejar target pemupukan RP, agar bulan Maret selesai dan mengurangi persediaan pupuk di gudang pupuk. Prestasi tenaga kerja penabur untuk aplikasi pupuk MOP masih dibawah standar kebun kecuali pada tanggal 5 Maret Hal ini disebabkan oleh jumlah tenaga penabur yang berlebih. Sebagai contoh pada tanggal 7 Maret 2012 dengan output/hk adalah 550 kg dan jumlah pupuk 4,534 kg maka tenaga kerja yang dibutuhkan seharusnya 8 orang saja. Hal ini berakibat pemupukan lebih cepat selesai tetapi dari segi biaya akan bertambah. Selain itu juga kurang efisiennya tenaga kerja dalam mengatur jam kerja, padahal jika mereka menggunakan jam kerja dengan baik output yang dicapai akan lebih besar dari standar kebun. Penulis juga melakukan pengamatan terhadap sepuluh orang tenaga penabur untuk mengetahui output penabur pupuk berdasarkan umur, lama bekerja

9 55 sebagai penabur pupuk, dan pendidikan. Data diperoleh dari data sekunder jumlah aplikasi pupuk oleh tenaga pemupuk dalam seminggu dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Profil Pemupuk dan Prestasinya Nama Umur Pendidikan Lama Prestasi ST Dev Pemupuk (tahun) Bekerja (tahun) kerja (kg/hk) Hernita 39 SD Rukhayah 40 SD Misnah 31 SMP Supriatin 35 SMA Suharni 38 SMP Sutimah 43 SD Siti Rahma 29 SMP Mahni 31 SD Aswi 40 SD Riska 21 SMA Sumber: Data Kebun (2012) Data diuji dengan uji korelasi antara umur dengan prestasi, tingkat pendidikan dengan prestasi, lama bekerja dengan prestasi. Hasil menunjukan bahwa tidak terdapat korelasi yang nyata antara pengaruh umur, tingkat pendidikan, dan lama bekerja terhadap prestasi yang dicapai penabur pupuk. Dari hasil ini menunjukan bahwa kualifikasi tenaga penabur pupuk relatif merata. Hambatan dan Upaya Peningkatan Keefektifan Pemupukan Pemupukan merupakan kegiatan yang sangat penting karena berbanding lurus dengan produksi buah. Jika pemupukan dilakukan tidak sesuai prosedur yang ada, maka akan berakibat menurunnya produktivitas kelapa sawit. Dalam kaitannya dengan kegiatan pemupukan di kebun BKLE terdapat beberapa hambatan diantaranya adalah: a. Gudang penyimpanan pupuk yang kurang memadai sehingga ketika hujan turun akan menyebabkan pupuk yang telah diuntil membatu. Sebaiknya dibuat gudang pemupukan yang sesuai standar penyimpanan pupuk dan

10 56 dipisahkan antara pupuk yang telah diuntil dengan pupuk yang belum diuntil agar mudah dalam perhitungan kebutuhan pupuk dan stok pupuk digudang. b. Takaran untilan dan takaran penabur yang digunakan untuk berbagai macam jenis pupuk menyebabakan tidak tepatnya dosis untilan dan penaburan. Hal ini karena tidak adanya pengawasan pada kegiatan penguntilan pupuk dan jarang sekali dilakukan penimbangan sampel untilan oleh tenaga penguntil. Perlu adanya pengawasan dalam ketepatan bobot untilan dan sering dilakukan kalibrasi takaran agar sesuai dosis yang direkomendasikan. c. Pelangsir dan pengecer pupuk cukup sulit menentukan jumlah untilan pupuk dengan benar karena perbedaan jumlah pokok antara rekomendasi dengan di lapangan sehingga untilan pupuk tidak sesuai. Oleh karena itu perlu dilakukan sensus pokok yang rutin untuk mengetahui jumlah tanaman dan kondisi blok yang ada. d. Penabur pupuk kurang memperhatikan ketepatan dosis per pokok sehingga masih ada pokok tidak terpupuk dan pupuk tercecer di pasar tengah. Sebaiknya sebelum kegiatan pemupukan, dilakukan penjelasan tentang pentingnya ketepatan dosis kepada penabur agar mereka menyadari bahwa selain bekerja juga harus dituntut kualitas pemupukan. e. Kurangnya simulasi dari mandor atau asisten tentang aplikasi pemupukan yang benar kepada penabur. Oleh karena itu perlu dilakukan simulasi terlebih dahulu sebelum pemupuk masuk ke blok oleh asisten atau mandor pupuk. Oleh karena itu, upaya dalam meningkatkan keefektifan pemupukan dapat dilakukan dengan cara pengaturan transportasi yang baik, penyediaan tenaga kerja yang cukup, akses atau prasarana jalan yang baik, pemupukan dengan berpedoman pada prinsip 5T, pengawasan atau supervisi yang baik, penerapan reward dan punishment yang adil. Apabila upaya diatas dapat dijalankan maka efektivitas pemupukan dapat tercapai.

11 57 Defisiensi Tanaman Ketersediaan hara dalam tanah yang rendah dapat berakibat tanaman pemupukan tanaman kelapa sawit adalah N, P, K, Mg, Cu, dan B. Masing-masing unsur hara tersebut diharapkan tersedia cukup dalam tanah. Faktor penyebab defesiensi yaitu jumlah pupuk yang diberikan tidak mencukupi, genangan air, aplikasi pupuk yang buruk, dan perkiraan efesiensi pemupukan yang tidak tepat. Menurut Adiwiganda (2007) menyatakan bahwa defisiensi salah satu unsur hara dapat dideteksi secara visual pada daun tanaman kelapa sawit. Pengamatan yang dilakukan oleh penulis secara visual terhadap gejala defisiensi hara yaitu sebanyak 36.16% mengalami defisiensi unsur N, 25.05% mengalami defisiensi unsur K, 7.98% mengalami defisiensi unsur B, 6.36% mengalami defisiensi unsur P, dan 4.14% mengalami defisiensi unsur Mg. Gejala defesiensi N disebabkan oleh berkurangnya mineralisasi N pada tanah dan tidak cukupnya atau tidak efektifnya aplikasi nitrogen. Selain itu juga aplikasi pemupukan yang tidak sesuai dengan rekomendasi yang telah ditentukan. Dampaknya yaitu menurunnya produksi tanaman kelapa sawit pada tahun berikutnya. Peta status hara daun kebun BKLE dapat dilihat pada Lampiran 8. Biaya Pemupukan dan Cost/Ha Pemupukan Menurut Adiwiganda (2002) biaya pemeliharaan tidak kurang dari 50 % adalah biaya pemupukan dari biaya pengadaan, transportasi, dan pengawasan. Pemupukan pada tanaman kelapa sawit membutuhkan biaya yang sangat besar sekitar 30% terhadap biaya produksi atau sekitar 60% terhadap biaya pemeliharaan. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa biaya pemupukan kebun BKLE untuk tahun 2011 tanaman menghasilkan sebesar Rp 10,496,352,201 dan biaya pemeliharaan tanaman menghasilkan sebesar Rp 15,306,286,506. Total cost/ha untuk kegiatan pemupukan adalah Rp 5,030,337. Artinya bahwa rata-rata untuk kegiatan pemupukan dalam 1 ha membutuhkan biaya sebesar Rp 5,030,337. Secara umum untuk biaya pemeliharaan tanaman menghasilkan pada tahun 2011 dapat dilihat pada Lampiran 10.

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk 62 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kandungan dan menjaga keseimbangan hara di dalam tanah. Upaya peningkatan efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sangat diperlukan untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam

TINJAUAN PUSTAKA. sangat diperlukan untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Idealnya setiap kebun harus sudah dievaluasi lahannya secara benar. Evaluasi Kelas Kesesuaian Lahan (KKL) pada suatu perkebunan kelapa sawit sangat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif dan generatif yang normal sehingga dapat memberikan produksi tandan buah

Lebih terperinci

Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Pelantaran Agro Estate, Kalimantan Tengah

Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Pelantaran Agro Estate, Kalimantan Tengah Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Pelantaran Agro Estate, Kalimantan Tengah Management of oil palm fertilization in Pelantaran Agro Estate, Center Kalimantan S. Manahan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Keefektifan Pemupukan dengan Prinsip Empat Tepat

PEMBAHASAN. Keefektifan Pemupukan dengan Prinsip Empat Tepat 20 PEMBAHASAN Keefektifan Pemupukan dengan Prinsip Empat Tepat Tepat Jenis Jenis pupuk yang digunakan di Kebun Sei Air Hitam (SAH) berdasarkan rekomendasi dari bagian kantor pusat. Penentuan jenis dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan Pupuk adalah penyubur tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk menyediakan unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. SOCIATE FINANCIARE DES CHACILUS MEDANSA oleh bangsa belgia. Pada tahun 1996-

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. SOCIATE FINANCIARE DES CHACILUS MEDANSA oleh bangsa belgia. Pada tahun 1996- IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Informasi Umum 1. Sejarah Perusahaan PT. SOCFINDO merupakan suatu usaha kerja sama antara pemerintah Indonesia dengan perusahaan dari negeri belgia. Perusahaan ini berdiri pada

Lebih terperinci

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis PEMBAHASAN Tujuan pemupukan pada areal tanaman kakao yang sudah berproduksi adalah untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah supaya produktivitas tanaman kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Pengelolaan Pupuk

PEMBAHASAN. Pengelolaan Pupuk 35 PEMBAHASAN Pahan (2008) menyebutkan bahwa pemupukan kelapa sawit dilakukan pada tiga tahap perkembangan tanaman, yaitu tahap pembibitan, TBM (Tanaman Belum Menghasilkan), dan TM (Tanaman Menghasilkan).

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Aspek Teknis

PEMBAHASAN. Aspek Teknis PEMBAHASAN Aspek Teknis Pengendalian Gulma Pengendalian gulma dilakukan untuk mengurangi kompetisi antara gulma dengan tanaman utama dalam pemanfaatan unsur hara, mineral CO 2, dan air. Bagian yang perlu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati

Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati Bul. Agrohorti 4 (2):132-137 (2016) Pengelolaan Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati Fertilization Management on Mature Plant Oil Palm in Kebun Tanjung Jati Monica Christina

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Prosedur Gudang

PEMBAHASAN Prosedur Gudang 44 PEMBAHASAN Pemupukan merupakan salah satu kegiatan penting di Unit Perkebunan Tambi selain pemetikan. Hal ini terkait dengan tujuan dan manfaat dari pemupukan. Tujuan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi

Lebih terperinci

Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Area Marjinal di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah

Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Area Marjinal di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah Manajemen Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Area Marjinal di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah Fertilization Management of Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) on

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konservasi Tanah Salah satu faktor yang cukup penting dan peranannya sangat besar dalam usaha perkebunan kelapa sawit adalah kondisi sumberdaya lahannya. Keadaan tanah kebun inti I

Lebih terperinci

Perencanaan Pemupukan. Pengelolaan Pemupukan

Perencanaan Pemupukan. Pengelolaan Pemupukan PEMBAHASAN Pemupukan merupakan salah satu faktor pemeliharaan tanaman yang sangat penting dan sangat menentukan kesehatan, kejaguran dan produktivitas tanaman. Pemupukan bertujuan untuk menambah zat hara

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman hutan yang dibudidayakan sehingga tanaman ini memiliki daya adaptasi dan respon yang baik terhadap kondisi lingkungan

Lebih terperinci

Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit di Sungai Bahaur Estate, Kalimantan Tengah

Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit di Sungai Bahaur Estate, Kalimantan Tengah Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit di Sungai Bahaur Estate, Kalimantan Tengah The Manajement of Palm Oil Fertilizing at Sugai Bahaur Estate, Central of Kalimantan Aslina Putri Nunyai, Sofyan Zaman*, dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 18 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Produksi Tandan Buah Segar 4.1.1. Kebun Rimbo Satu Afdeling IV Hasil dari sensus pokok produktif pada tiap blok sampel di masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar

Lebih terperinci

BGA Manuring System (BMS) E X C E L L E N C E T H R O U G H D I S C I P L I N E

BGA Manuring System (BMS) E X C E L L E N C E T H R O U G H D I S C I P L I N E BGA Manuring System (BMS) E X C E L L E N C E T H R O U G H D I S C I P L I N E BGA Manuring System BGA Manuring Sistem adalah Sistem Manajemen Pemupukan yang diatur sedemikian rupa sehingga : 1 2 3 4

Lebih terperinci

Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Kelapa Sawit, Kalimantan Barat

Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Kelapa Sawit, Kalimantan Barat Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Perkebunan Kelapa Sawit, Kalimantan Barat Fertilizer Management on Oil Palm Plantation, West Kalimantan Ade Budiargo, Roedhy Poerwanto *, dan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Komponen Produksi (Faktor Pengali Produksi)

PEMBAHASAN. Komponen Produksi (Faktor Pengali Produksi) PEMBAHASAN Panen dan produksi merupakan hasil dari aktivitas kerja di bidang pemeliharaan tanaman kelapa sawit. Tujuan utamanya untuk menghasilkan produksi yang optimal. Produk yang dihasilkan berupa TBS

Lebih terperinci

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI NO. ISK/AGR-KBN/22 Status Dokumen No. Distribusi DISAHKAN Pada tanggal 15 Februari 2013 Dimpos Giarto Valentino Tampubolon Direktur Utama Hal 1 dari 5 SEJARAH PERUBAHAN DOKUMEN

Lebih terperinci

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT NAMA INSTANSI FASILITATOR : MU ADDIN, S.TP : SMK NEGERI 1 SIMPANG PEMATANG : Ir. SETIA PURNOMO, M.P. Perencanaan pemeliharaan merupakan tahapan awal yang sangat

Lebih terperinci

Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar

Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar 23 Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas Tanggal Uraian Kegiataan Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar Lokasi 01/03/2014 Penunasan 10 pokok 54 pokok 76 pokok L022 02/03/2014 Libur hari

Lebih terperinci

Produktivitas Optimal PENDAHULUAN 13/07/2017 PT PADASA ENAM UTAMA. Bahan Tanaman. Manajemen Kebun. Oleh: Lambok Siahaan.

Produktivitas Optimal PENDAHULUAN 13/07/2017 PT PADASA ENAM UTAMA. Bahan Tanaman. Manajemen Kebun. Oleh: Lambok Siahaan. IMPLEMENTASI BEST MANAGEMENT PRACTICES (BMP) MELALUI PEMELIHARAAN KESEHATAN TANAH SEBAGAI BAGIAN DARI PENGELOLAAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN Oleh: Lambok Siahaan PT PADASA ENAM UTAMA PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Manajemen Pemupukan Organik dan Anorganik Kelapa Sawit di Sekunyir Estate, Kalimantan Tengah

Manajemen Pemupukan Organik dan Anorganik Kelapa Sawit di Sekunyir Estate, Kalimantan Tengah Manajemen Pemupukan Organik dan Anorganik Kelapa Sawit di Sekunyir Estate, Kalimantan Tengah Organic and Inorganic Fertilizing Management of Palm Oil in Sekunyir Estate, Central Borneo Gery Juliansyah

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis 17 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Pelaksanaan Teknis Pelaksanaan pengelolaan perkebunan kelapa sawit meliputi pengelolaan kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan administrasi. Pelaksanaan teknis yang dilakukan

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan selama empat bulan yang terhitung mulai dari 14 Februari hingga 14 Juni 2011. Kegiatan ini bertempat di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Bumitama

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Penetapan Target

PEMBAHASAN Penetapan Target 54 PEMBAHASAN Penetapan Target Tanaman kelapa sawit siap dipanen ketika berumur 30 bulan. Apabila memasuki tahap menghasilkan, tanaman akan terus berproduksi hingga umur 25 tahun. Pada periode tanaman

Lebih terperinci

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kenampakan Secara Spasial Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal

Lebih terperinci

PEMUPUKAN KELAPA SAWIT

PEMUPUKAN KELAPA SAWIT PEMUPUKAN KELAPA SAWIT MANAGEMENT TRAINEE PT Bangkitgiat Usaha Mandiri Palm Oil Plantation & Mill Kultur Teknis Pemel Tanaman, Pemupukan, Pemupukan, Drainase, Pengendalian HPT, Homogenitas Tanaman, SPH.

Lebih terperinci

Pemupukan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Menghasilkan di Kebun Sembawa, Sumatera Selatan

Pemupukan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Menghasilkan di Kebun Sembawa, Sumatera Selatan Pemupukan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Menghasilkan di Kebun Sembawa, Sumatera Selatan Fertilization Plant Rubber (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Produce in Sembawa Estate, South Sumatra

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008.

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008. 51 PEMBAHASAN Produksi Pencapaian produksi tandan buah segar (TBS) Kebun Mentawak PT JAW dari tahun 2005 2007 (Tabel 2) mengalami peningkatan yang signifikan yaitu dari tahun 2005 ke 2006 ± 10 000 ton,

Lebih terperinci

Aplikasi Pemupukan dengan Sistem BMS. Disampaikan Pada Materi Kelas PAMA

Aplikasi Pemupukan dengan Sistem BMS. Disampaikan Pada Materi Kelas PAMA Aplikasi Pemupukan dengan Sistem BMS Pundu Learning Centre - 2012 Mengapa pemupukan penting...? Kebutuhan tanaman kelapa sawit terhadap zat hara makro dan unsur mikro. Ketersediaan zat hara yang terkandung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah salah satu jenis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-

I. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600- 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-700 ribu ton per tahun dengan kebutuhan kedelai nasional mencapai 2 juta ton

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kelapa sawit (Elaesis guineesis Jacq.) merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai produktivitas lebih tinggi dari pada tanaman penghasil minyak nabati

Lebih terperinci

Manajemen Pemupukan pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Kabupaten Rokan Hulu, Riau

Manajemen Pemupukan pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Kabupaten Rokan Hulu, Riau Bul. Agrohorti 3 (2): 177-184 (2015) Manajemen Pemupukan pada Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Kabupaten Rokan Hulu, Riau Fertilization Management on Oil Palm Plantation at Rokan Hulu,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicom esculentum Mill) merupakan salah satu jenis tanaman

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicom esculentum Mill) merupakan salah satu jenis tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicom esculentum Mill) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang memiliki nilai ekonomis dan kandungan gizi yang tinggi seperti vitamin,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

LEAF SAMPLING UNIT (LSU) SOIL SAMPLING UNIT (SSU) & MANFAATNYA. ILHAM, S.Si ASOSIASI SAMADE SAWITKU MASA DEPANKU

LEAF SAMPLING UNIT (LSU) SOIL SAMPLING UNIT (SSU) & MANFAATNYA. ILHAM, S.Si ASOSIASI SAMADE SAWITKU MASA DEPANKU LEAF SAMPLING UNIT (LSU) SOIL SAMPLING UNIT (SSU) & MANFAATNYA ILHAM, S.Si ASOSIASI SAMADE SAWITKU MASA DEPANKU Pekanbaru 2017 PENGANTAR 3 ASPEK PENENTU PRODUKSI VARIETAS MEDIA TANAM HASIL DOSIS & JENIS

Lebih terperinci

28 Feb 2008 Konsolidasi sisip W8 1 ha 0.25 ha 0.25 ha

28 Feb 2008 Konsolidasi sisip W8 1 ha 0.25 ha 0.25 ha LAMPIRAN Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi Prestasi Kerja (satuan/hk) Standar Pekerja Penulis Status sebagai Mahasiswa 14 Feb 2008 Orientasi lapang Seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkebunan sebagai salah satu sub sektor pertanian di Indonesia berpeluang besar dalam peningkatan perekonomian rakyat dan pembangunan perekonomian nasional.adanya

Lebih terperinci

REKOMENDASI PEMUPUKAN UMUM KARET, KELAPA SAWIT, KOPI DAN KAKAO. Pendahuluan

REKOMENDASI PEMUPUKAN UMUM KARET, KELAPA SAWIT, KOPI DAN KAKAO. Pendahuluan REKOMENDASI PEMUPUKAN UMUM KARET, KELAPA SAWIT, KOPI DAN KAKAO M. Anang Firmansyah Peneliti di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah Jl. G. Obos km Palangka Raya 7 Pendahuluan Faktor pemupukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di desa Cengkeh Turi dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember sampai

Lebih terperinci

2015 KAJIAN PENGARUH APLIKASI BIONUTRIEN S267 TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN KELAPA SAWIT TM-08

2015 KAJIAN PENGARUH APLIKASI BIONUTRIEN S267 TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN KELAPA SAWIT TM-08 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) adalah tanaman penghasil minyak nabati terbesar dan paling efisien dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak lainnya. Hasil

Lebih terperinci

DAMPAK KEKERINGAN DAN GANGGUAN ASAP AKIBAT EL NINO 2015 TERHADAP PERFORMA TANAMAN KELAPA SAWIT DI BAGIAN SELATAN SUMATERA

DAMPAK KEKERINGAN DAN GANGGUAN ASAP AKIBAT EL NINO 2015 TERHADAP PERFORMA TANAMAN KELAPA SAWIT DI BAGIAN SELATAN SUMATERA DAMPAK KEKERINGAN DAN GANGGUAN ASAP AKIBAT EL NINO 2015 TERHADAP PERFORMA TANAMAN KELAPA SAWIT DI BAGIAN SELATAN SUMATERA Nuzul Hijri Darlan, Iput Pradiko, Muhdan Syarovy, Winarna dan Hasril H. Siregar

Lebih terperinci

Oleh RIDWAN HARYONO NIM

Oleh RIDWAN HARYONO NIM 1 LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) BUDIDAYA KELAPA SAWIT DI PT. RAJAWALI PLANTATION BANGKIRAI ESTATE DESA PERIAN, KECAMATAN MUARA MUNTAI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh RIDWAN

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PT. SARI ADITYA LOKA I (PT. ASTRA AGRO LESTARI Tbk) KABUPATEN MERANGIN, PROVINSI JAMBI SILVERIUS SIMATUPANG A24050072 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen Kebutuhan tenaga panen untuk satu seksi (kadvel) panen dapat direncanakan tiap harinya berdasarkan pengamatan taksasi buah sehari sebelum blok tersebut akan dipanen. Pengamatan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PUPUK MAJEMUK UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT

TEKNOLOGI PUPUK MAJEMUK UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT TEKNOLOGI PUPUK MAJEMUK UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT Oleh : Dias Gustomo, Mohamad Mulyadi, Edi Premono PT. Saraswanti Utama PENDAHULUAN Pupuk, variabel penting budidaya tanaman Kemampuan meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

PENANAMAN KELAPA SAWIT

PENANAMAN KELAPA SAWIT PENANAMAN KELAPA SAWIT Pundu Learning Centre - 2013 Struktur Penulisan SOP Penanaman Kelapa Sawit Pundu Learning Centre - 2013 STRUKTURISASI SOP Penanaman KS Pedoman Teknis Strukturisasi Filosofi, Kebijakan

Lebih terperinci

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan sejak tanggal 14 Februari 2008 hingga tanggal 14 Juni 2008 di perkebunan kelapa sawit Gunung Kemasan Estate, PT Bersama Sejahtera Sakti, Minamas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. A. Jenis atau Varietas Kelapa Sawit Jenis (varietas)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan

Lebih terperinci

2015 KAJIAN PENGARUH PENAMBAHAN BIONUTRIEN S267 TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN KELAPA SAWIT TM-03

2015 KAJIAN PENGARUH PENAMBAHAN BIONUTRIEN S267 TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN KELAPA SAWIT TM-03 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tanaman kelapa sawit (Elais guineensis) merupakan salah satu tanaman tropis yang memiliki banyak manfaat. Bagian kelapa sawit yang dimanfaatkan adalah minyak

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, 2010 MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PT. SARI ADITYA

Lebih terperinci

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit 41 PEMBAHASAN Penurunan produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan, faktor tanaman, dan teknik budidaya tanaman. Faktor-faktor tersebut saling berhubungan

Lebih terperinci

Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan masih merupakan kendala. yang dihadapi oleh para peternak khususnya pada musim kemarau.

Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan masih merupakan kendala. yang dihadapi oleh para peternak khususnya pada musim kemarau. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan masih merupakan kendala yang dihadapi oleh para peternak khususnya pada musim kemarau. Pemanfaatan lahan-lahan yang kurang

Lebih terperinci

Optimalisasi Panen Pada Tanaman Tua di Lingkup Kebun PT. Asam Jawa. Presentation by P.T. Asam Jawa

Optimalisasi Panen Pada Tanaman Tua di Lingkup Kebun PT. Asam Jawa. Presentation by P.T. Asam Jawa Optimalisasi Panen Pada Tanaman Tua di Lingkup Kebun PT. Asam Jawa Presentation by P.T. Asam Jawa Setiap perusahaan perkebunan khususnya kelapa sawit selalu berupaya memperoleh produksi yang optimal dan

Lebih terperinci

JENIS PUPUK ORGANIK DARI MILL WASTE. 1. Janjangan kosong (EFB). 2. Abu Janjang (bunch ash). 3. Decanter solid. 4. POME. 5. Compost EFB.

JENIS PUPUK ORGANIK DARI MILL WASTE. 1. Janjangan kosong (EFB). 2. Abu Janjang (bunch ash). 3. Decanter solid. 4. POME. 5. Compost EFB. PEMUPUKAN ORGANIK JENIS PUPUK ORGANIK DARI MILL WASTE 1. Janjangan kosong (EFB). 2. Abu Janjang (bunch ash). 3. Decanter solid. 4. POME. 5. Compost EFB. JANJANGAN KOSONG MANFAAT APLIKASI JANJANGAN KOSONG:

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 30 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Profil Perusahaan 4.1.1.1. Sejarah Perusahaan Bumitama Gunajaya Agro Group (BGA Group) adalah kelompok perusahaan yang bergerak dibidang

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG renca kerja, juga menyetujui surat atau dokumen atau perjanjian kerja sesusai kerja dan tanggung jawab. Group maneger dalam melaksanakan kerja dibantu oleh staf kebun, yaitu asisten kepala, asisten kebun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit menjadi pemimpin dalam penghasil minyak nabati dunia (2006), dengan produksi 37,1 juta ton dari buah kelapa sawit dan lebih dari 4,3 juta ton dari kernel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saninten (Castanopsis argentea Blume A.DC) Sifat Botani Pohon saninten memiliki tinggi hingga 35 40 m, kulit batang pohon berwarna hitam, kasar dan pecah-pecah dengan permukaan

Lebih terperinci

Pelayanan Jasa&Pelatihan

Pelayanan Jasa&Pelatihan Pelayanan Jasa&Pelatihan Survei Lahan dan Studi Kelayakan Rekomendasi Pemupukan Bantuan Teknis Aplikasi Drone Untuk Kebun Kelapa Sawit Proyeksi Produktivitas Kelapa Sawit Pelatihan Uji Efikasi Pupuk &

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Kebun PT. Sari Aditya Loka I

Lampiran 1. Peta Kebun PT. Sari Aditya Loka I Lampiran 1. Peta Kebun PT. Sari Aditya Loka I Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi Keterangan 19 Februari Perkenalan bersama kepala kebun dan asisten 20 Februari Orientasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai ekonomis, serta harus terus dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Lahan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Lahan III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kualitas Lahan Kualitas lahan yang digunakan untuk evaluasi kesesuaian lahan dalam penelitian ini adalah iklim, topografi, media perakaran dan kandungan hara sebagaimana

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 11. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi dan BTR kelapa sawit

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 11. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi dan BTR kelapa sawit 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Penunasan terhadap Produksi, Jumlah Tandan dan BTR Pengaruh penunasan dilihat dari pengaruhnya terhadap produksi, jumlah tandan dan bobot tandan rata-rata pada setiap kelompok

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

KATA PENGANTAR. memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul Manajemen Pemupukan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE, PT BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH MOLIYA NURMALISA A24070050 DEPARTEMEN AGRONOMI

Lebih terperinci

PELAKSANAAN MAGANG. Aspek Teknis

PELAKSANAAN MAGANG. Aspek Teknis PELAKSANAAN MAGANG Aspek Teknis Pemeliharaan tanaman kelapa sawit dan pemanenan buah matang merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan demi tercapainya produktivitas yang tinggi. Kegiatan

Lebih terperinci

PUPUK DALAM PENINGKATAN PRODUKSI TANAMAN. Lenny Sri Npriani

PUPUK DALAM PENINGKATAN PRODUKSI TANAMAN. Lenny Sri Npriani PUPUK DALAM PENINGKATAN PRODUKSI TANAMAN Lenny Sri Npriani Konsep : Apa sumber makanan tanaman yang digunakan untuk membantu pertumbuhan dan produksi tanaman? Bagaimana menentukan jenis dan jumlah pupuk

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret 2010 Juli 2011. Pengambilan sampel urin kambing Kacang dilakukan selama bulan Oktober Desember 2010 dengan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013 PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH 1 BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH Budidaya untuk produksi benih sedikit berbeda dengan budidaya untuk produksi non benih, yakni pada prinsip genetisnya, dimana

Lebih terperinci

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI PROSEDUR PEMELIHARAAN TANAMAN NO. PSM/AGR-KBN/05 Status Dokumen No. Distribusi DISAHKAN Pada tanggal 15 Februari 2013 Dimpos Giarto Valentino Tampubolon Direktur Utama Hal

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH FITRI YANI NOOR MEDINA

MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH FITRI YANI NOOR MEDINA MANAJEMEN PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BANGUN KOLING ESTATE, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO, KALIMANTAN TENGAH FITRI YANI NOOR MEDINA DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 19 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya tanah-tanah mineral di daerah tropika basah kekurangan unsur hara, seperti nitrogen dan fosfor, dan mengandung bahan organik tanah rendah. Nitrogen adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) leguminoseae yang banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) leguminoseae yang banyak 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) leguminoseae yang banyak varietasnya (Rukmana, 2005). Kedudukan tanaman kacang hijau

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK CONTROLLED-RELEASE FERTILIZER (MEISTER MX) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT. Rufinusta Sinuraya.

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK CONTROLLED-RELEASE FERTILIZER (MEISTER MX) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT. Rufinusta Sinuraya. PENGARUH PEMBERIAN PUPUK CONTROLLED-RELEASE FERTILIZER (MEISTER MX) TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT Rufinusta Sinuraya Abstrak Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tabel 13. Potensi Produksi Kebun Inti 1. Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

PEMBAHASAN. Tabel 13. Potensi Produksi Kebun Inti 1. Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des PEMBAHASAN Penetapan Target Tanaman kelapa sawit siap dipanen ketika berumur 30 bulan. Apabila memasuki tahap menghasilkan, tanaman akan terus berproduksi hingga umur 25 tahun. Pada periode menghasilkan,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis, Jacq) DI PERKEBUNAN PT CIPTA FUTURA PLANTATION, KABUPATEN MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN OLEH HARYO PURWANTO A24051955 DEPARTEMEN AGRONOMI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan salah satu tanaman pangan

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan salah satu tanaman pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan salah satu tanaman pangan yang berpotensi untuk dikembangkan secara intensif. Permintaan kacang hijau dalam

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Pelaksanaan Teknis Kegiatan teknis selama magang dilakukan di kebun dengan tiga tingkatan pekerjaan diantaranya sebagai karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor, dan pendamping

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan bulan Maret 2010 sampai dengan bulan Maret 2011. Pengambilan sampel urin kambing Etawah dilakukan pada bulan Maret sampai

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi 4.1.1 Tinggi Tanaman Tinggi tanaman pada saat tanaman berumur 4 MST dan 8 MST masingmasing perlakuan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN (A) (B) (C) (D) Gambar 13. TBS Yang Tidak Sehat (A) Buah Mentah dan Abnormal, (B) Buah Sakit, (C) Buah Batu dan (D) Buah Matang Normal

PEMBAHASAN (A) (B) (C) (D) Gambar 13. TBS Yang Tidak Sehat (A) Buah Mentah dan Abnormal, (B) Buah Sakit, (C) Buah Batu dan (D) Buah Matang Normal PEMBAHASAN Kriteria Mutu Buah Sebagai Dasar Sortasi TBS Tandan buah segar yang diterima oleh pabrik hendaknya memenuhi persyaratan bahan baku, yaitu tidak menimbulkan kesulitan dalam proses ekstraksi minyak

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2016

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2016 WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG ALOKASI KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2016

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Kelapa sawit

Lampiran 1. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Kelapa sawit Lampiran 1. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Kelapa sawit Persyaratan penggunaan lahan/ karakteristik lahan Temperatur (tc) Temperatur rerata ( C) 25-28 22 25 28 32 Kelas keesuaian lahan S1 S2 S3 N Ketersedian

Lebih terperinci

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING TEKNOLOGI BUDIDAYA Pola tanam Varietas Teknik Budidaya: penyiapan lahan; penanaman (populasi tanaman); pemupukan; pengendalian hama, penyakit dan gulma;

Lebih terperinci