PEMBAHASAN. I.1 Peralatan Panen

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBAHASAN. I.1 Peralatan Panen"

Transkripsi

1 45 PEMBAHASAN Kegiatan panen merupakan salah satu kegiatan budidaya kelapa sawit yang paling penting. Cara panen yang tepat sangat mempengaruhi kuantitas produksi dan waktu yang tepat mempengaruhi kualitas produksi. Dengan demikian, diharapkan kegiatan panen dilakukan dengan tepat dan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan sehingga dapat meminimalisasi losses panen. Permasalahan secara umum yang sering dijumpai dalam pengelolaan kegiatan panen di Perkebunan Bangun Bandar yaitu terjadinya kehilangan produksi (losses), mutu buah yang belum sesuai dengan ketetapan perusahaan serta permasalahan dalam proses pengangkutan TBS ke PKS. Hal ini dapat disebabkan karena sistem panen yang belum diterapkan dengan baik, rotasi panen yang tidak dijaga, pelaksanaan taksasi produksi yang belum tepat serta kurang efektifnya pengawasan dari Asisten divisi, Mandor I dan mandor panen. Persiapan Panen Kegiatan persiapan panen dilakukan pagi hari pada saat antrian pagi. Antrian pagi dilakukan oleh asisten divisi, mandor I produksi dan mandor panen. Asisten divisi memberi pengarahan kepada mandor I produksi dan mandor panen meliputi kebutuhan tenaga kerja, penetapan seksi potong buah, penetapan ancak permandoran panen, dan kesiapan peralatan panen yang akan digunakan oleh pemanen. Selain itu, dijelaskan juga mengenai kriteria buah matang yang akan dipanen. Setelah melaksanakan antrian pagi, masing-masing mandor panen langsung menuju ke lapangan dan melakukan antrian pagi bersama pemanen. Hal yang disampaikan oleh mandor panen kepada pemanen adalah pembagian ancak panen, mengecek persiapan alat panen, dan memastikan pemanen telah menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). I.1 Peralatan Panen Peralatan panen merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan kelapa sawit. Peralatan yang kurang memadai dapat menyebabkan

2 46 losses panen. Peralatan panen yang digunakan di divisi II Perkebunan Bangun Bandar yaitu (1). Pisau Egrek, untuk pemotongan TBS tanaman berumur >9 tahun dengan ketinggian pokok >2 meter; (2) Bambu egrek dan Allumunium Pole, sebagai gagang pisau egrek; (3). Tali nilon, untuk pengikat pisau egrek; (4). Angkong, untuk tempat atau wadah TBS dan brondolan yang akan diangkut ke TPH; (5). Kapak, sebagai alat pemotong tangkai tandan yang panjang; (6). Gancu, berfungsi sebagai alat penyusunan TBS di TPH; (7). Goni eks pupuk, untuk mengumpulkan brondolan ; (8). Tojok, sebagai alat muat buah ke dalam dump truck pengangkut buah. Selain peralatan panen yang telah disebutkan diatas, pemanen diwajibkan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) untuk meminimalisir kecelakaan kerja pemanenan. APD yang digunakan oleh pemanen adalah (1). Helm, (2). Sarung tangan, (3). Sepatu boot, (4). Kaca mata. Berdasarkan hasil pengamatan penulis, peralatan panen yang digunakan oleh pemanen banyak yang tidak sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Sebagai contoh pada saat pelaksanaan panen di tanaman yang sudah tinggi, egrek yang digunakan pemanen tidak dapat mencapai TBS yang akan dipanen. Selain itu APD yang digunakan oleh pemanen tidak lengkap, hal ini dikarenakan APD tersebut dapat mengganggu aktifitas dan kecepatan pemanen dalam melaksanakan pemanenan. Alat-alat panen yang digunakan di Perkebunan Bangun Bandar dapat dilihat pada Gambar Gambar 9. Alat egrek Gambar 10. Angkong

3 47 Gambar 11. Gancu Gambar 12. Pisau egrek I.2 Rotasi Panen Rotasi panen atau pusingan panen merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam pemanenan kelapa sawit. Rotasi panen berfungsi untuk menentukan tempat yang akan dipanen, jumlah produksi TBS, mutu buah, dan pengolahan TBS di PKS. Rotasi panen yang berlaku di divisi II Perkebunan Bangun Bandar adalah 6/7. Berdasarkan praktik langsung penulis di lapangan, terjadi ketidaksesuaian rotasi panen yang berlaku. Ketidaksesuaian tersebut berupa rotasi panen yang cepat (< 7 hari) dan rotasi panen lambat (>7 hari). Penulis melakukan pengamatan rotasi panen dengan data yang tersaji dalam Tabel. Rotasi panen yang lambat disebabkan oleh tingkat kehadiran pemanen yang rendah, hari libur nasional (Hari Raya Idul Fitri) dan tidak selesainya ancak panen saat itu sehingga harus dilanjutkan esok harinya. Akibat dari rotasi panen yang lebih lambat adalah TBS yang dipanen banyak yang sudah tua. Rotasi panen yang lebih cepat disebabkan oleh angka kerapatan panen rendah, dan untuk mengejar target rotasi panen setelah hari liburan nasional kembali normal. Akibat dari rotasi panen yang cepat adalah banyaknya buah mentah yang dipanen untuk memperoleh basis panen yang ditetapkan oleh perusahaan.

4 48 Selain dapat mempengaruhi mutu buah, rotasi panen yang bertambah lambat ( 10 hari) juga dapat mengakibatkan terjadinya kehilangan produksi (losses). Dapat dilihat pada Tabel 10, rotasi panen selama 11 hari yang terjadi di Blok 35 juga mengakibatkan brondolan yang tertinggal di piringan dan pasar pikul lebih banyak jika dibadingkan dengan rotasi panen selama 9 dan 10 hari sebesar 162 brondolan dan 98 brondolan. Tabel 10. Hubungan Rotasi Panen Terhadap Losses dan Mutu Buah Mutu Buah (%) Losses (buah) Blok Rotasi M LM BSK BrP* BrL** Keterangan : M Sumber : Data Pengamatan Lapangan (2012) : Matang LM : Lewat matang BrL : Brondolan di pasar pikul BSK : Busuk * : 10 pokok diamati BrP : Brondolan di piringan ** : Sepanjang 1 TPH (3 gawangan) Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa rotasi panen yang paling lama terjadi yaitu di Blok 35 selama 11 hari. Rotasi yang lambat ini mempengaruhi mutu buah yaitu sebesar 3,81 % buah lewat matang dan 1,16 % buah busuk yang persentasenya lebih besar daripada rotasi panen 9 dan 10 hari. Terjadinya rotasi panen yang lambat di Perkebunan Bangun Bandar disebabkan beberapa hal, yaitu: (1) Jumlah tenaga kerja kurang (persentase kehadiran karyawan rendah); (2) Banyaknya hari libur; (3) Tidak selesainya ancak pemanen. Buah yang dipotong cenderung terlalu matang (over ripe) dan busuk/janjangan kosong (empty bunch). Permasalahan yang pernah terjadi di Perkebunan Bangun Bandar yaitu meningkatnya rotasi (pusingan) panen terutama di Divisi II. Rotasi panen mencapai >8 hari sehingga diambil solusi cepat dengan mengambil bantuan yang disebut gardang yang berfungsi untuk mengutip brondolan karena sebelumnya tenaga bantuan ini tidak ada. Tenaga bantuan tersebut umumnya adalah karyawan

5 harian lepas (KHL) yang ditransfer dari anggota mandoran lain atau dapat menggunakan istri atau saudara pemanen. 49 I.3 Taksasi Panen Taksasi panen merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum melakukan pemanenan. Tujuan dari taksasi panen adalah untuk meperkirakan jumlah TBS yang sudah siap untuk dipanen, memperkirakan jumlah tenaga kerja pemanen yang dibutuhkan, dan memperkirakan jumlah berat TBS yang diperoleh. Kegiatan taksasi panen di divisi II Perkebunan Bangun Bandar dilaksanakan oleh mandor panen pada sore hari setelah seluruh pemanen selesai melakukan pemanenan. Taksasi panen ini tertuang dalam Angka Kerapatan Panen (AKP). Taksasi panen dilakukan dengan cara mengambil 5 % dari jumlah pokok yang akan dipanen. Sebagai contoh, pada saat magang berlangsung penulis melakukan pengamatan taksasi produksi harian secara langsung di Divisi II pada seksi yang berbeda-beda (A, B, C, D, E, F) pada mandoran B. Pokok sampel yang diamati sebesar 5% dari total pokok produktif dan dilakukan secara acak. Pengamatan dilakukan penulis bersama dengan mandor panen. Hasil pengamatan taksasi produksi harian pada Divisi II disajikan di Tabel 11. Tabel 11. Pengamatan Kematangan Panen pada Divisi II Seksi Blok Luas (ha) Tanaman Produktif Tanaman Sampel Tanaman Sampel Dipanen Angka Kerapatan Panen (%) A B C D E F Sumber : Data Pengamatan Lapangan, 2012

6 50 Dapat dilihat pada Tabel 11, bahwa persentase kematangan panen yang didapat berbeda-beda. Angka kerapatan panen (AKP) berkisar antara %. Perbedaan nilai kerapatan panen tersebut dapat dipengaruhi oleh iklim, umur tanaman dan tempat/lokasi. Umumnya umur tanaman berpengaruh terhadap potensi pokok untuk berproduksi. Kegiatan taksasi ini dilaksanakan pada 2 mandoran panen yang berbeda yaitu di mandor B (seksi A, B, E dan F) serta di mandor C (seksi C dan D). Contoh Perhitungan Tenaga Kerja Panen blok 42 (2000), luasan panen 39,91 ha dengan jumlah pokok taksasi pokok yang akan dipanen 5 %, dan basis panen 75 TBS serta AKP 39 %, maka tenaga kerja yang dibutuhkan adalah : Taksasi 5% x jumlah pokok =5% x 4829 pokok =242 pokok (121 pokok/ ha) Jumlah TBS yang ditaksasi =Jumlah pokok taksasi x AKP =121 pokok x 39% =47 TBS Jumlah TBS untuk seluruh luasan =Luas x Jumlah TBS yang ditaksasi =39,91x 47 TBS = 1876 TBS Jumlah tenaga kerja pemanen yang dibutuhkan (diharapkan setiap pemanen dapat memanen 2 basis panen) =Jumlah TBS seluruh luasan / 2 basis panen =1876 TBS / 150 TBS = 12 orang I.4 Kriteria Matang Panen Dalam pelaksanaan panen, para pemanen harus memperhatikan kriteria TBS yang sudah siap untuk dipanen. Hal ini ditujukan untuk menghindari terjadinya buah mentah yang dipanen sehingga dapat menyebabkan losses panen. Ketentuan kriteria matang panen yang ditetapkan oleh Perkebunan Bangun Bandar adalah 4 brondolan yang telah jatuh ke piringan (berondol 4).

7 51 Bedasarkan pengamatan penulis di lapangan (secara visual) terdapat perbedaan yang jelas antara buah matang dan buah mentah seperti (1). Jumlah yang membrondol dimana buah mentah belum ada yang membrondol, sedangkan buah matang, jumlah yang membrondol sesuai dengan ketetapan perusahaan, yaitu 4 berondolan; (2). Warna buah mentah umumnya berwarna hitam kemerahan, sedangkan buah matang berwarna merah jingga mengkilat; (3). Seludang duri buah mentah masih terbungkus oleh seludang duri disekitarnya yang berwarna hijau, sedangkan buah matang umumnya tidak dibungkus oleh seludang lagi dan duri sudah berwarna cokelat kehitaman. Pada saat melakukan kegiatan magang, penulis melakukan pengamatan kriteria mutu buah menurut ketetapan perusahaan. Penulis melakukan pengamatan di Divisi II dengan mengambil sampel 5 pemanen di 3 mandoran (mandor A, B, C). Setiap pemanen diambil 5 TPH dimana di setiap mandoran diambil 3 ulangan (3 blok yang berbeda-beda). Hasil pengamatan mutu buah per mandoran di Divisi II dapat dilihat pada Tabel 12. Mandoran Mandor A (Hasyim) Tabel 12. Mutu Buah per Kemandoran Divisi II Blok Umur Tanaman (Tahun) Jumlah TBS (Tandan) Persentasi TBS (%) Dipanen Matang Mentah Lewat Matang Matang Mentah Lewat Matang (%) Rata rata Mandor B (Bahrum) Rata rata Mandor C (Miswadi) Rata rata Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan, 2012

8 52 a). Buah Mentah b). Buah Matang c). Buah Lewat Matang Gambar 13. Hasil Pengamatan Mutu Buah pada Divisi II Penulis merekapitulasi data persentase kematangan buah untuk keseluruhan mandoran. Hasil pengamatan mutu buah untuk keseluruhan mandoran dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Rekapitulasi Pengamatan Mutu Buah pada Divisi II Kemandoran/Standard Matang (%) Mentah (%) Lewat Matang (%) A B C Rata rata (A, B, C) Standard Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan, 2012

9 53 Persentase rata-rata mutu buah di Divisi II adalah 98,09% buah matang normal, 0,97% buah mentah, 0,94% buah lewat matang. Bedasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa persentase buah matang belum memenuhi standar yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu sebesar 100%. Hal ini dapat disebabkan antara lain: (1) Pedoman panen yang ditetapkan oleh perusahaan tidak dilaksanakan oleh pemanen, sehingga mengakibatkan terpotongnya buah mentah atau kurang matang; (2) Saat melaksanakan panen di suatu blok terdapat ancak pemanen yang tidak selesai, sehingga saat kembali lagi ke lokasi yang sama mengakibatkan adanya buah lewat matang atau busuk. Buah mentah yang terpanen tidak dibenarkan oleh perusahaan untuk diangkut dan dikirim ke PKS karena dalam proses pengolahannya memerlukan waktu yang lebih lama dan biaya eksploitasi yang tinggi. Menurut Mangoensoekarjo (2005), panen buah mentah dapat merugikan perusahaan karena tanaman menjadi stress akibat pelukaan saat panen, menurunkan ekstrasi minyak dan mengakibatkan produktivitas minyak kelapa sawit akan menurun. Jika buah mentah dan buah kurang matang terbawa ke PKS maka pengolahan di pabrik memerlukan waktu yang lama ± menit dan menurunkan % OER (Oil Extraction Rate). Pemotongan buah mentah, buah busuk tidak dibenarkan untuk diangkut dan dikirim ke PKS. Pelaksanaan Panen Cara panen untuk tanaman yang masih rendah menggunakan alat dodos, sedangkan untuk tanaman yang sudah tinggi menggunakan alat egrek yang bertangkai panjang. Cara panen di Divisi II menggunakan egrek. Sebelum tandan dipotong, pelepah daun yang menyangga buah dipotong lebih dahulu. Bekas potongan pada pelepah lengkung menyerupai tapak kuda, yaitu dengan potong miring ke luar. Tandan buah dipotong pada gagangnya sependek mungkin (mepet). Standar panjang janjang setelah dipotong di PT. Socfin Indonesia adalah 2 cm (membentuk cangkam kodok). Tandan buah diletakkan di pinggir pasar pikul. Buah yang lepas (brondolan) dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam karung. Tandan buah dikumpulkan di TPH, disusun 5 tandan per baris, dan

10 54 ganggangnya menghadap ke atas. Brondolan disatukan dan dimasukkan ke dalam karung. Kenyataan dilapangan menunjukkan masih ada terdapat buah yang tidak disusun rapi di TPH dan tangkai panjang. Pelaksanaan panen dapat dilihat pada Gambar 14. (a) (b) (c) (d) Gambar 14. Teknis pelaksanaan panen. (a) Pemanenan TBS (b).pengangkutan TBS ke TPH (c) Cangkem Kodok (d). Penyusunan TBS di TPH Pemanenan dilakukan setengah pasar terlebih dahulu dan pengangkutan TBS ke TPH juga diangkut setengah pasar ke TPH kiri dan setengah pasar ke TPH kanan. Pemanenan dilakukan oleh seorang pemanen yang dibantu oleh seorang helper. Helper tersebut bertugas untuk mengutip berondolan dan mengangkut TBS ke TPH. Pemanen yang tidak memilki helper akan mengangkut TBS nya sendiri.

11 55 Pengawasan Panen Kehilangan Produksi (Losses) Kehilangan produksi (losses) merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tidak tercapainya kuantitas dan kualitas produksi yang optimal. Sumber losses yang umumnya sering terjadi di lapangan, yaitu :1). Buah mentah yang terpanen, 2). Buah masak tertinggal di pokok, 3). Buah masak tertinggal di piringan/gawangan (tidak diangkut ke TPH), 4). Brondolan tidak dikutip dan 5). Brondolan di tangkai panjang. Pengawasan dan pengontrolan tenaga kerja panen perlu dilakukan untuk memperkecil losses yang terjadi dan mengetahui apakah kinerja tenaga kerja panen sudah sesuai dengan Standar Operational Producure (SOP). Saat melaksanakan kegiatan panen, terdapat beberapa kejadian buah tinggal di dalam ancak, seperti buah matang tidak dipanen, pemanen tidak mengeluarkan buah karena lupa ataupun terlewat. Hal tersebut dapat merugikan bagi pemanennya sendiri dan bagi pihak perusahaan. Pengamatan dilakukan dengan mengambil 3 orang pemanen (nomor pemanen 5, 16, 23) pada kemandoran B sebagai sampel. Pengamatan dilakukan dengan mengikuti kegiatan panen di blok 27 selama 1 hari untuk 1 pemanen dan hanya dilakukan 1 kali pengamatan untuk setiap pemanen. Persentase data pengamatan TBS yang tinggal ancak panen terdapat pada Tabel 14. No. Pemanen Tabel 14. Hasil Pengamatan TBS Tinggal di Dalam Ancak di Kemandoran B Divisi II TBS Panen (tandan) TBS Tinggal (tandan) Persentase TBS tinggal (%) Pokok Piringan Gawangan Pokok Piringan Gawangan Total Rata-rata Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan, 2012

12 Penulis juga melakukan pengamatan mengenai jumlah brondolan yang tidak dikutip. Umumnya pada saat melakukan panen, tenaga pemanen terkadang lalai dalam mengutip brondolan, sehingga terdapat brondolan tinggal di piringan dan di pasar pikul. Kehilangan brondolan juga sering terjadi saat pemanen hendak membuat cangkem kodok atau huruf V. 56 Pengamatan dilakukan dengan mengambil 5 pemanen (9, 12, 18, 24, dan 27) pada kemandoran B sebagai sampel. Pengamatan dilakukan dengan mengikuti kegiatan panen selama 1 hari untuk 1 pemanen dan dilakukan 1 kali pengamatan untuk setiap pemanen. Data jumlah brondolan yang tidak dikutip disajikan pada Tabel 15. No. Pemanen Tabel 15. Jumlah Brondolan yang Tidak Dikutip di Kemandoran B Piring -an* Brondolan Tinggal (Buah) Pasar Pikul** Potongan Tangkai Persentase terhadap Total Brondolan Tinggal (%) Total Piringan* Pasar Potong- Pikul** an Tangkai Rata-rata Keterangan : Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan (2012) * : Brondolan di piringan yang diamati yaitu 10 pokok yang dipanen ** : Brondolan di pasar pikul yang diamati sepanjang dalam 1 TPH (3 gawangan) Data Tabel 15 menujukkan bahwa persentase terhadap total brondolan tinggal paling banyak terdapat di piringan dibandingkan yang terdapat di pasar pikul maupun di potongan tangkai. Pengamatan yang dilakukan di potongan tangkai berdasarkan jumlah brondolan yang ikut terbuang saat pemanen memotong TBS. Penulis juga melakukan pengamatan faktor losses berdasarkan tahun tanam yang berbeda-beda (1986, 1998, 2000) di Divisi II. Penulis mengambil 5 pemanen (Nomor pemanen 1, 2, 4, 17, dan 29) pada kemandoran A. Setiap tahun tanam diamati 1 blok (Blok 44, 39, dan 38) dan diamati saat kegiatan panen sedang berlangsung pada blok tersebut. Setiap pemanen diamati satu kali

13 57 pengamatan. Kehilangan produksi (losses) yang terjadi di Divisi II disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Total Losses Berdasarkan Tahun Tanam (1986, 1998, 2000) di Blok Divisi II Faktor Blok Buah Mentah (tandan) Buah Masak tinggal di pokok (tandan) Buah Masak tidak diangkut ke TPH (piringan/gawangan) (tandan) Brondolan di piringan (buah)* Brondolan di pasar pikul (buah)** Brondolan tertinggal di TPH (buah) Brondolan di potongan tangkai (buah) Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan, 2012 Keterangan : * : Brondolan di piringan yang diamati yaitu 20 pokok yang dipanen. ** : Brondolan di pasar pikul yang diamati sepanjang 1 TPH (3 gawangan) Berdasarkan Tabel di atas, buah masak tinggal di pokok paling banyak ditemukan pada areal tanaman tahun tanam Buah masak tinggal di pokok dapat disebabkan karena tanaman tersebut terlalu tinggi sehingga menyebabkan alat panen yang digunakan pemanen tidak dapat mencapai TBS tersebut. Jumlah brondolan yang tidak terkutip di piringan dan pasar pikul juga ditemukan paling banyak pada tahun Hal ini dapat disebabkan karena banyaknya gulma yang tumbuh di sekitar piringan dan pasar pikul, sehingga pemanen menjadi malas untuk mengutip brondolan. Berdasarkan pengamatan di lapangan, faktor yang menyebabkan terjadinya kehilangan produksi (losses), yaitu faktor tenaga kerja, faktor alat panen, faktor lahan dan faktor keadaan tanaman. Faktor tenaga kerja yang dapat menyebabkan hal ini terjadi karena kurangnya kedisiplinan dan ketelitian dari pihak pemanen sendiri. Ketidakdisiplinan yang sering dijumpai seperti memotong buah mentah, brondolan yang tidak dikutip seluruhnya dan tidak membuat buah cangkem kodok. Selain itu, masih ditemukan juga ketidaktegasan dari para

14 mandor panen ataupun kerani buah untuk memberikan denda kepada pemanen yang melakukan pelanggaran. Faktor alat panen juga dapat menyebabkan banyaknya losses panen terutama untuk pokok tua yang tanamannya sudah terlalu tinggi sehingga pemanen sering melewati pokok yang alat panennya tidak dapat mencapai TBS tersebut. Faktor lahan merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kehilangan produksi. Contohnya adalah kondisi lahan yang banyak ditumbuhi semak (gulma) di daerah piringan ataupun pasar pikul, sehingga pemanen terkadang lalai untuk masuk ke lahan untuk mengutip brondolan. Selain itu, pemanen dapat menggunakan kondisi piringan dan gawangan mati yang tidak bersih untuk menyembunyikan brondolan ataupun buah mentah yang tidak sengaja dipanen. Faktor keadaan tanaman juga dapat menyebabkan kehilangan produksi. Faktor keadaan tanaman yang dapat menyebabkan kehilangan produksi seperti tanaman under pruning ataupun masih adanya pelepah sengkleh. Penulis juga melakukan pengamatan berdasarkan kondisi tanaman pada areal tahun tanam 1986 pada blok 44 dan 45. Penulis mengambil sampel 3 pemanen dari setiap kemandoran A. Pengamatan dilakukan dengan mengikuti kegiatan panen selama 1 hari untuk setiap pemanen. Setiap pemanen diamati satu kali pengamatan dan jumlah tanaman yang diamati berkisar tanaman. Hasil pengamatan kondisi tanaman pada tahun tanam 1986 dapat dilihat pada Tabel 17. Blok Tabel 17. Pengamatan Kondisi Tanaman Tahun Tanam 1986 Jumlah Kondisi Tanaman Pemanen Tanaman Pelepah Under Pruning Sengkleh...tanaman Sumber : Hasil pengamatan (2012) 58

15 59 Berdasarkan Tabel di atas, menujukkan kondisi tanaman yang paling banyak terjadi yaitu masih terdapatnya pelepah sengkleh. Pelepah sengkleh umumnya disebabkan karena banyaknya pelepah-pelepah tua yang tidak ditunas sehingga menjadi kering dan busuk yang dapat menghambat kegiatan panen. Tanaman yang under pruning (gondrong) juga dapat menyebabkan pemanen malas untuk memanen karena banyaknya pelepah yang harus ditunas terlebih dahulu sebelum melaksanakan kegiatan panen. Selain itu, kedua kondisi pokok ini juga dapat menyebabkan tersangkutnya brondolan di ketiak pelepah. Basis dan premi panen Basis panen adalah ketentuan batas minimum TBS yang dipanen oleh pemanen dalam 1 HK. Basis panen tersebut telah ditentukan oleh Departemen Tanaman PT. Socfindo. Penentuan basis panen berbeda-beda pada setiap umur tanaman yang akan dipanen. Semakin tua umur tanaman, maka basis TBS yang akan dipanen akan semakin rendah. Hal ini disebabkan oleh Berat Janjang Rata- rata (BJR) TBS yang semakin tinggi dan tingkat kesulitan pemanen dalam memanen TBS di pokok yang tinggi. Basis panen yang ditetapkan pada setiap harinya sama. Khusus hari Jumat, basis panen ditetapkan 5/7 dari basis panen hari biasa, hal ini disebabkan oleh pada hari Jumat waktu dinas para pemanen adalah 5 jam, berbeda dengan hari biasa yaitu 7 jam Premi merupakan reward apabila dapat memanen TBS lebih dari basis yang ditentukan. Premi tersebut diberi kepada KHT panen, kerani buah, mandor panen, dan mandor I produksi. Dengan adanya premi tersebut, diharapkan seluruh pekerja yang terlibat dalam pemanenan tersebut, dapat lebih meningkatkan produktivitas untuk memanen TBS melebihi dari basis yang telah ditentukan, mengurangi terjadinya losses panen, dan meningkatkan pendapatan. Premi yang diberikan berbeda-beda menurut tingkat pekerjaannya. Premi yang diberikan kepada pemanen adalah premi lebih basis. Basis dan premi lebih basis yang diberikan kepada KHT panen disajikan pada Tabel 18.

16 60 Tabel 18. Basis dan Premi Lebih Basis Pemanen di Divisi II Basis Premi (Rp) Basis Premi (Rp) Umur Tahun Luasan BJR Blok TBS TBS (tahun) Tanam (ha) (kg) (Biasa) 2 Basis Basis (Jumat) Basis Basis Sumber : Kantor Perkebunan Bangun Bandar, 2012 Jika seorang pemanen di Divisi II panen di Blok 35 umur tanaman 10 tahun dengan basis 80 TBS dapat memperoleh 140 TBS, maka perhitungan premi pemanen adalah sebagai berikut Contoh perhitungan premi pemanen di Divisi II, yakni : Nomor pemanen : 12 Hari / Tanggal : Senin/ 27 Agustus 2012 Jumlah TBS yang dipanen : 140 TBS Basis Panen : 80 TBS Premi Lebih 1 Basis : Rp 310,00 Jumlah Premi : (Jlh TBS yg dipanen TBS basis borong) x Rp jjg lebih basis (140 80) x 310 Rp ,00

17 61 Apabila pemanen dapat memanen TBS mendapatkan 2 basis atau lebih, pada kondisi yang sama dari contoh diatas, maka perhitungan premi sebagai berikut : Nomor pemanen : 15 Hari / Tanggal : Senin/ 27 Agustus 2012 Jumlah TBS yang dipanen : 180 TBS Basis Panen : 80 TBS Premi Lebih 2 Basis : Rp 480,00 Jumlah Premi : (Jlh TBS yg dipanen TBS basis borong) x Rp jjg lebih basis (180 80) x 480 Rp ,00 Berdasarkan premi yang ditentukan oleh perusahaan, premi yang diterima oleh mandor panen sebesar 12% dari jumlah premi pemanen, kerani buah menerima 10% dari premi pemanen, dan mandor I produksi menerima premi sebesar 1,5 kali dari premi mandor panen. Pengangkutan Tandan Buah Segar Kegiatan pengangkutan harus terorganisasi dengan baik sehingga dapat berjalan dengan lancar. Sistem pengangkutan yang dilaksanakan di Divisi II Perkebunan Bangun Bandar memiliki 3 orang KHT tukang muat buah. Basis ketiga tukang muat buah terssebut adalah 12 ton/hk. Selesai apel pagi bersama kerani buah, supir dan pemuat bersiap untuk memulai pengangkutan TBS. Dump truck mendatangi setiap TPH di setiap jalurnya. Kemudian para pemuat buah mengangkut TBS dan brondolan di setiap TPH yang berada di jalurnya. Brondolan yang tercecer juga harus dikutip bersih, sehingga para pemuat membawa penggaruk untuk mengutip brondolan. Penulis juga melakukan pengamatan terhadap kinerja pemuat. Penulis melakukan pengamatan 3 tukang muat buah sebanyak 2 kali pengangkutan dump truck di 2 blok yang berbeda dan tahun tanam yang berbeda. Hasil pengamatan disajikan pada Tabel 19.

18 62 Tabel 19. Hasil Pengamatan Kinerja Kerja Pemuat Blok Pengangkutan ke- Brondolan Tinggal (buah) TBS Muat (tandan) Waktu Angkut (menit) Aktual Efektif Total Rata- rata Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan (2012) Berdasarkan data Tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata kehilangan brondolan tinggal dalam satu trip sebanyak 286 brondolan. Hal ini dapat disebabkan karena belum ditetapkannya denda bagi pemuat buah sehingga pemuat buah kurang bertanggung jawab. Waktu angkut dalam 1 trip juga melebihi waktu efektif yang ditetapkan perusahaan. Waktu yang dibutuhkan ± 120 menit untuk satu trip. Kurangnya pengawasan yang ketat oleh mandor dan kerani buah dapat menyebabkan hal ini terjadi. Mekanisme pengirimannya yaitu bila dump truck sudah penuh, dump truck menuju PKS untuk mengantarkan TBS. Sesampai di PKS, dump truck beserta TBS ditimbang di stasiun timbangan. Lalu dump truck menuju ke tempat tuangan buah (Loading Ramp) untuk segera diolah. Sebelum diolah, Staf Tekniker II yang berada di PKS melakukan pemeriksaan terhadap mutu buah. Setelah selesai mengantar buah ke PKS, dump truck kembali ke stasiun timbangan untuk mengetahui berat TBS yang telah diangkut dump truck tersebut. Dump truck melanjutkan kembali kegiatan muat buah sampai trip terakhir. Berat TBS yang telah diketahui, lalu diinformasikan dalam bentuk formulir penerimaan buah kepada asisten divisi, mandor I produksi, mandor panen, dan kerani buah untuk dimasukkan ke dalam buku biaya dan produksi. Pengaturan yang baik perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya buah restan. Selain itu, kondisi jalan yang buruk atau tergenang air dapat mempengaruhi kegiatan pengangkutan buah. Pada musim hujan, jalan di divisi II Perkebunan Bangun Bandar umumnya tergenang air, sehingga jalan menjadi licin dan berlumpur.

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen Kebutuhan tenaga panen untuk satu seksi (kadvel) panen dapat direncanakan tiap harinya berdasarkan pengamatan taksasi buah sehari sebelum blok tersebut akan dipanen. Pengamatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Panen Kelapa sawit Panen merupakan suatu kegiatan memotong tandan buah yang sudah matang, kemudian mengutip tandan dan memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen 3 TINJAUAN PUSTAKA Teknis Panen Panen merupakan rangkaian kegiatan terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Pelaksanaan panen perlu dilakukan secara baik dengan memperhatikan beberapa kriteria tertentu

Lebih terperinci

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan PANEN KELAPA SAWIT 1. Pengrtian Panen Panen adalah serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang panen sesuai criteria matang panen, mengumpulkan dan mengutipbrondolan serta menyusun tandan di

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Penetapan Target

PEMBAHASAN Penetapan Target 54 PEMBAHASAN Penetapan Target Tanaman kelapa sawit siap dipanen ketika berumur 30 bulan. Apabila memasuki tahap menghasilkan, tanaman akan terus berproduksi hingga umur 25 tahun. Pada periode tanaman

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu dimulai dari tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012 di Teluk Siak Estate (TSE) PT. Aneka Intipersada, Minamas Plantation,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Kriteria Panen. Tabel 9. Kriteria panen divisi II Unit Kebun Pinang Sebatang Estate. Kriteria panen oleh pemanen

PEMBAHASAN. Kriteria Panen. Tabel 9. Kriteria panen divisi II Unit Kebun Pinang Sebatang Estate. Kriteria panen oleh pemanen 53 PEMBAHASAN Kriteria Panen Kriteria panen atau minimum ripenes standart (MRS) secara umum untuk tandan buah yang dapat dipanen di Unit Kebun Pinang Sebatang Estate berdasarkan jumlah brondolan yang terlepas

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4 I. TINJAUAN PUSTAKA A. Panen Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4 tahun. Proses pemanenan kelapa sawit meliputi kegiatan memotong tandan buah yang masak, memungut brondolan,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008.

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008. 51 PEMBAHASAN Produksi Pencapaian produksi tandan buah segar (TBS) Kebun Mentawak PT JAW dari tahun 2005 2007 (Tabel 2) mengalami peningkatan yang signifikan yaitu dari tahun 2005 ke 2006 ± 10 000 ton,

Lebih terperinci

V. ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. biaya tenaga kerja, biaya per tanaman, biaya per hektar, biaya per blok dan biaya

V. ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. biaya tenaga kerja, biaya per tanaman, biaya per hektar, biaya per blok dan biaya V. ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisa Hasil Analisa hasil yang dilakukan yaitu perhitungan biaya bahan, biaya alat, biaya tenaga kerja, biaya per tanaman, biaya per hektar, biaya per blok dan biaya

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemanenan dan Transportasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Bandar Estate, Sumatera Utara

Pengelolaan Pemanenan dan Transportasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Bandar Estate, Sumatera Utara Pengelolaan Pemanenan dan Transportasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Bandar Estate, Sumatera Utara Harvest and Transportation Management of Palm Oil Fresh Fruit Bunch (Elaeis guineensis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. apabila seluruh kondisi perlakuan dilaksanakan dengan baik.

TINJAUAN PUSTAKA. apabila seluruh kondisi perlakuan dilaksanakan dengan baik. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit tergantung dari tingkat kesesuaian lahan, keunggulan bahan tanam, dan tindakan kultur teknis. Unsur kesesuaian

Lebih terperinci

TEKNIK PENANGANAN KEHILANGAN (LOSSES) BRONDOLANKELAPA SAWIT PADA AREAL BERBUKIT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT

TEKNIK PENANGANAN KEHILANGAN (LOSSES) BRONDOLANKELAPA SAWIT PADA AREAL BERBUKIT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT TEKNIK PENANGANAN KEHILANGAN (LOSSES) BRONDOLANKELAPA SAWIT PADA AREAL BERBUKIT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. TINTIN BOYOK SAWIT MAKMUR PROPINSI KALIMANTAN BARAT Aang Kuvaini Abstrak Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI GUNUNG KEMASAN ESTATE, PT. BERSAMA SEJAHTERA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. A. Jenis atau Varietas Kelapa Sawit Jenis (varietas)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae Sub Famili

Lebih terperinci

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI (Pemahaman - Persiapan Pelaksanaan - Angkutan) NO. PSM/AGR-KBN/06 Status Dokumen No. Distribusi DISAHKAN Pada tanggal 03 Maret 2015 Dimpos Giarto Valentino Tampubolon Direktur Utama Disusun Oleh ; Diperiksa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V-34 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT.PN III (PT. Perkebunan Nusantara III) Kebun Rambutan merupakan salah satu unit PT. PN III yang memiliki 8 wilayah kerja yang dibagi berdasarkan

Lebih terperinci

segar yang dipanen dapat masuk ke pabrik pada hari yang sama.

segar yang dipanen dapat masuk ke pabrik pada hari yang sama. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Panen Kelapa Sawit Panen dan produksi merupakan hasil dari aktivitas kerja dibidang pemeliharaan tanaman. Baik dan buruknya pemeliharaan tanaman selama ini akan tercermin dari panen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyebaran Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elais guineensis Jacq) diusahakan secara komersial di Afrika, Amerika Selatan, Asia Tenggara, Pasifik selatan, serta beberapa daerah lain

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan

TINJAUAN PUSTAKA. Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Panen Kelapa Sawit Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan tanaman kelapa sawit menghasilkan. Selain bahan tanaman dan pemeliharaan tanaman, panen juga

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tabel 13. Potensi Produksi Kebun Inti 1. Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

PEMBAHASAN. Tabel 13. Potensi Produksi Kebun Inti 1. Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des PEMBAHASAN Penetapan Target Tanaman kelapa sawit siap dipanen ketika berumur 30 bulan. Apabila memasuki tahap menghasilkan, tanaman akan terus berproduksi hingga umur 25 tahun. Pada periode menghasilkan,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 22 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Pelaksanaan kegiatan magang yang dilakukan oleh penulis adalah aspek teknis dan manajerial. Aspek teknis yang dilakukan penulis berupa pembibitan, pemeliharaan tanaman (penunasan,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN.

PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN. Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor 5 November 2009 PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis 17 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Pelaksanaan Teknis Pelaksanaan pengelolaan perkebunan kelapa sawit meliputi pengelolaan kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan administrasi. Pelaksanaan teknis yang dilakukan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Persiapan Panen Sistem Panen

PEMBAHASAN Persiapan Panen Sistem Panen PEMBAHASAN Persiapan Panen Secara sistematis sebelum melangkah pada tahap pelaksanaan, proses perencanaan harus dilakukan secara detil. Kegiatan mencakup penetapan seksi panen, penetapan luas hanca kerja

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panen adalah serangkaian kegiatan kegiatan dimulai dari memotong

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panen adalah serangkaian kegiatan kegiatan dimulai dari memotong II. TINJAUAN PUSTAKA A. Panen Panen adalah serangkaian kegiatan kegiatan dimulai dari memotong tandan matang panen sesuai kriteria matang panen, mengumpulkan dan mengutip brondolan serta menyusun tandan

Lebih terperinci

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Havest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) at Sungai Bahaur Estate, Kotawaringin

Lebih terperinci

Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Riau. Harvest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Riau

Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Riau. Harvest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Riau Pengelolaan Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Riau Harvest Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Riau Nurcahya Destiawan dan Ani Kurniawati * 1 Departemen Agronomi dan Hortikultura,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pengendalian Gulma Aplikasi jenis pengendalian dilakukan di Kebun Adolina meliputi pengendalian secara kimia (chemist) dan secara manual. Pengendalian gulma tersebut

Lebih terperinci

= pemanen. Sistem Penunasan

= pemanen. Sistem Penunasan PEMBAHASAN Kebijakan penunasan di PT Inti Indosawit Subur adalah mempergunakan sistem penunasan progresif. Penunasan progresif adalah penunasan yang dilakukan oleh pemanen dengan bersamaan dengan panen.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengumpulan hasil (TPH) berikut brondolannya (Vademecum PTPN IV, 2010).

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengumpulan hasil (TPH) berikut brondolannya (Vademecum PTPN IV, 2010). II. TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Panen 1. Pengertian Panen Panen adalah serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang panen sesuai kriteria matang panen, mengumpulkan dan mengutip brondolan serta

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. mandor panen. Rumus peramalan produksi harian yaitu : P = L x K x T x B. L = Luas areal yang akan dipanen (ha)

I. TINJAUAN PUSTAKA. mandor panen. Rumus peramalan produksi harian yaitu : P = L x K x T x B. L = Luas areal yang akan dipanen (ha) I. TINJAUAN PUSTAKA A. Produksi 1. Peramalan Produksi Peramalan produksi sangat penting dan ketepatannya akan meningkatkan efesiensi dibidang pemakaian tenaga pemanen, angkutan dan jam olah pabrik. peramalan

Lebih terperinci

Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah

Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah Pengelolaan Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kota Waringin Timur, Kalimantan Tengah Harvest Management on oil palm (Elaeis guineensis Jacq.) at East Kota Waringin, Central Kalimantan

Lebih terperinci

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Kebun Tambusai Kec. Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Kebun Tambusai Kec. Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau Bul.Agrohorti 2 (3): 213-220 (2015) Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Kebun Tambusai Kec. Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Riau Harvest Management of Oil Palm at Tambusai District

Lebih terperinci

POTONG BUAH (PANEN) MANAGEMENT TRAINEE PT Bangkitgiat Usaha Mandiri. Palm Oil Plantation & Mill

POTONG BUAH (PANEN) MANAGEMENT TRAINEE PT Bangkitgiat Usaha Mandiri. Palm Oil Plantation & Mill POTONG BUAH (PANEN) MANAGEMENT TRAINEE PT Bangkitgiat Usaha Mandiri Palm Oil Plantation & Mill POKOK BAHASAN Pendahuluan Rotasi Panen Persiapan Panen Pelaksanaan Panen Kriteria Panen Supervisi dan Sanksi

Lebih terperinci

MEMANEN KELAPA SAWIT. Pendahuluan

MEMANEN KELAPA SAWIT. Pendahuluan MEMANEN KELAPA SAWIT OLEH Fergutson Nainggolan, SP, M.Sc (Widyaiswara Madya) Pendahuluan Pada umumnya tanaman kelapa sawit yang tumbuh subur sudah dapat menghasilkan buah serta siap dipanen pertama pada

Lebih terperinci

KASTRASI DAN MANAJEMEN KANOPI. Disampaikan Pada Materi Kelas PAM

KASTRASI DAN MANAJEMEN KANOPI. Disampaikan Pada Materi Kelas PAM KASTRASI DAN MANAJEMEN KANOPI Disampaikan Pada Materi Kelas PAM Pundu Learning Centre - 2012 DEFINISI Disampaikan Pada Materi Kelas PAM Pundu Learning Centre - 2012 DEFINISI Kastrasi, adalah kegiatan membuang

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate 48 PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate Dalam kegiatan agribisnis kelapa sawit dibutuhkan keterampilan manajemen yang baik agar segala aset perusahaan baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BUKIT PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SUMATERA SELATAN OLEH RIZA EKACITRA PUTRIANI RACHMAN

Lebih terperinci

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PENGELOLAAN KELAPA SAWIT ((Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. ERAMITRA AGRO LESTARI, PEMATANG KULIM, BAKRIE

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Pengelolaan Tenaga Kerja Panen Perencanaan dan Pengorganisasian Tenaga Kerja

PEMBAHASAN Pengelolaan Tenaga Kerja Panen Perencanaan dan Pengorganisasian Tenaga Kerja 45 PEMBAHASAN Pengelolaan Tenaga Kerja Panen Tenaga kerja panen kelapa sawit adalah tenaga kerja yang bertugas untuk menurunkan buah kelapa sawit dari pokok dengan tingkat kematangan buah sesuai dengan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG renca kerja, juga menyetujui surat atau dokumen atau perjanjian kerja sesusai kerja dan tanggung jawab. Group maneger dalam melaksanakan kerja dibantu oleh staf kebun, yaitu asisten kepala, asisten kebun

Lebih terperinci

KAJIAN KEGIATAN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

KAJIAN KEGIATAN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT KAJIAN KEGIATAN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA DESA SENYIUR KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh: MUHAMMAD

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peluang usaha membudidayakan kelapa sawit di Indonesia sangatlah besar.

I. PENDAHULUAN. Peluang usaha membudidayakan kelapa sawit di Indonesia sangatlah besar. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineesis Jacq) merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai produktivitas lebih tinggi daripada tanaman penghasil minyak nabati

Lebih terperinci

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Lukut, Siak, Riau

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Lukut, Siak, Riau Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Sei Lukut, Siak, Riau Harvesting Management of Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) in Sei Lukut Estate, Siak, Riau Zul Adhri Harahap dan Hariyadi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Premi 2.1.1 Definisi Premi Menurut Jiwo Wungu (2003:102) premi merupakan bayaran lebih yang diberikan perusahaan karena pegawai harus bekerja lebih keras untuk berbagai keadaan

Lebih terperinci

PANEN. Disampaikan Pada Materi Kelas PAM

PANEN. Disampaikan Pada Materi Kelas PAM PANEN Disampaikan Pada Materi Kelas PAM Pundu Learning Centre - 2012 Bumitama Gunajaya Agro Oil Palm Plantations and Mills PENDAHULUAN Disampaikan Pada Materi Kelas PAM Pundu Learning Centre - 2012 DEFINISI

Lebih terperinci

SENSUS POKOK DAN IDENTIFIKASI POKOK

SENSUS POKOK DAN IDENTIFIKASI POKOK SENSUS POKOK DAN IDENTIFIKASI POKOK Pundu Learning Centre PENDAHULUAN Pundu Learning Centre PENDAHULUAN Kegiatan Sensus Pokok adalah kegiatan perhitungan seluruh jumlah pokok kelapa sawit (produktif dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman yang merupakan subkelas dari monokotil ini mempunyai habitus yang paling besar. Klasifikasi

Lebih terperinci

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Hatantiring, Kalimantan Tengah

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Hatantiring, Kalimantan Tengah Bul. Agrohorti 4(1) : 37-45 (2016) Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Hatantiring, Kalimantan Tengah Harvesting Management of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Hatantiring

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Aspek Teknis

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Aspek Teknis PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Penulis selama dua bulan melakukan perkerjaan teknis sebagai karyawan harian. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan mencakup pengelolaan air, pengendalian gulma, pemupukan,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 17 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pengendalian Gulma Pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit umumnya difokuskan pada 3 tempat, yaitu di piringan, pasar pikul dan TPH. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN MAGANG. Aspek Teknis

PELAKSANAAN MAGANG. Aspek Teknis PELAKSANAAN MAGANG Aspek Teknis Pemeliharaan tanaman kelapa sawit dan pemanenan buah matang merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan demi tercapainya produktivitas yang tinggi. Kegiatan

Lebih terperinci

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI (Afdeling, Estate & PMKS) NO. ISK/AGR-KBN/33 Status Dokumen No. Distribusi DISAHKAN Pada tanggal 25 Februari 2016 Dimpos Giarto Valentino Tampubolon Direktur Utama Diperiksa Oleh ; Disusun Oleh ; Hal 1

Lebih terperinci

KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh : BAYU SUGARA NIM. 110500079 PROGRAM STUDI BUDIDAYA

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 10 Divisi, dan Kepala Administrasi. Karyawan nonstaf terbagi menjadi karyawan Bulanan, Karyawan Harian Tetap (KHT), dan Karyawan Harian Lepas (KHL). Karyawan Bulanan terdiri atas pekerja tidak langsung

Lebih terperinci

SIMULASI HUBUNGAN ANTARA FRAKSI KEMATANGAN BUAH DAN TINGGI POHON TERHADAP JUMLAH BUAH MEMBRONDOL TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)

SIMULASI HUBUNGAN ANTARA FRAKSI KEMATANGAN BUAH DAN TINGGI POHON TERHADAP JUMLAH BUAH MEMBRONDOL TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) Jurnal Penelitian STIPAP, 2013, 4 (1) : 1-11 SIMULASI HUBUNGAN ANTARA FRAKSI KEMATANGAN BUAH DAN TINGGI POHON TERHADAP JUMLAH BUAH MEMBRONDOL TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) 1 2 Mardiana

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. BUDIDUTA AGROMAKMUR KECAMATAN LOAKULU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. BUDIDUTA AGROMAKMUR KECAMATAN LOAKULU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROPINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. BUDIDUTA AGROMAKMUR KECAMATAN LOAKULU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh YESSI AFRILLA NIM. 070500120 PROGAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) BUDIDAYA KELAPA SAWIT DI PT. BUDIDUTA AGROMAKMUR DESA JAHAB KECAMATAN LOA KULU, KABUPATEN KUTAI KARTENEGARA

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) BUDIDAYA KELAPA SAWIT DI PT. BUDIDUTA AGROMAKMUR DESA JAHAB KECAMATAN LOA KULU, KABUPATEN KUTAI KARTENEGARA 1 LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) BUDIDAYA KELAPA SAWIT DI PT. BUDIDUTA AGROMAKMUR DESA JAHAB KECAMATAN LOA KULU, KABUPATEN KUTAI KARTENEGARA Oleh SITI KHOMARIAH NIM. 070500115 PROGRAM STUDI BUDIDAYA

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PANTAI BUNATI ESTATE PT. SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN Oleh Camellia Kusumaning Tyas A34104031 PROGRAM

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan selama empat bulan yang terhitung mulai dari 14 Februari hingga 14 Juni 2011. Kegiatan ini bertempat di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Bumitama

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Mahasiswa pada saat melakukan kegiatan magang bertanggung jawab sebagai KHL selama satu bulan pertama, pendamping mandor pada bulan berikutnya, dan pendamping asisten Afdeling

Lebih terperinci

KAJIAN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

KAJIAN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT KAJIAN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis jacq) PT. YUDHA WAHANA ABADI AFDELING DELTA KECAMATAN SUNGAI KELAI KABUPATEN BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh : KHALID BIN WALID NIM. 120500056

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Tanggal : 28 Juli 2011 PENGELOLAAN PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PELANTARAN AGRO ESTATE

Lebih terperinci

PEMBAHASAN (A) (B) (C) (D) Gambar 13. TBS Yang Tidak Sehat (A) Buah Mentah dan Abnormal, (B) Buah Sakit, (C) Buah Batu dan (D) Buah Matang Normal

PEMBAHASAN (A) (B) (C) (D) Gambar 13. TBS Yang Tidak Sehat (A) Buah Mentah dan Abnormal, (B) Buah Sakit, (C) Buah Batu dan (D) Buah Matang Normal PEMBAHASAN Kriteria Mutu Buah Sebagai Dasar Sortasi TBS Tandan buah segar yang diterima oleh pabrik hendaknya memenuhi persyaratan bahan baku, yaitu tidak menimbulkan kesulitan dalam proses ekstraksi minyak

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 10 kasie, dan 5 orang asisten divisi. Karyawan non staf terdiri atas karyawan bulanan, karyawan harian tetap (KHT), dan karyawan harian lepas (KHL). Jumlah tenaga kerja SBHE sebanyak 636 per minggu ke

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA DESA SENYIUR KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA DESA SENYIUR KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA DESA SENYIUR KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh : SONI SETIAWAN NIM. 120 500 086 PROGRAM STUDI BUDIDAYA

Lebih terperinci

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Berdasarkan Kriteria ISPO dan RSPO di Kebun Sei Batang Ulak, Kabupaten Kampar, Riau

Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Berdasarkan Kriteria ISPO dan RSPO di Kebun Sei Batang Ulak, Kabupaten Kampar, Riau Manajemen Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Berdasarkan Kriteria ISPO dan RSPO di Kebun Sei Batang Ulak, Kabupaten Kampar, Riau Harvest Management of Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) Based

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) BUDIDAYA KELAPA SAWIT DI PT

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) BUDIDAYA KELAPA SAWIT DI PT LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) BUDIDAYA KELAPA SAWIT DI PT. WARU KALTIM PLANTATION DESA WARU KECAMATAN WARU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALTIM Oleh : MUHAMMAD ARIFIN NIM. 100500114 PROGRAM

Lebih terperinci

2013, No.217 8

2013, No.217 8 2013, No.217 8 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14/Permentan/OT.140/2/2013 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN TATA CARA

Lebih terperinci

Manajemen Pemanenan dan Penanganan Pasca Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Teluk Siak Estate, Riau

Manajemen Pemanenan dan Penanganan Pasca Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Teluk Siak Estate, Riau Manajemen Pemanenan dan Penanganan Pasca Panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Teluk Siak Estate, Riau Harvesting Management and Post Harvest Handling Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) in Teluk

Lebih terperinci

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP

III. METODE PELAKSANAAN. Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP 38 III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan PKPM Pelaksanaan kegiatan PKPM berlokasi di CILIANDRA PERKASA GROUP (CLP GROUP) dengan nama P.T. SUBUR ARUM MAKMUR kebun Senamanenek I (PT.

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 14 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Aspek teknis yang dilakukan adalah sebagai buruh harian lepas, yaitu penulis bekerja aktif dalam kegiatan harian teknis di lapangan yang menuntut aktivitas fisik.

Lebih terperinci

I. U M U M. TATA CARA PANEN.

I. U M U M. TATA CARA PANEN. LAMPIRAN : PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 17/Permentan/OT.140/2/2010 TANGGAL : 5 Pebruari 2010 TENTANG : PEDOMAN PENETAPAN HARGA PEMBELIAN TANDA BUAH SEGAR (TBS) KELAPA SAWIT PRODUKSI PEKEBUN TATA

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha LAMPIRAN 64 65 Tanggal 280220 0020 02020 0020 04020 0020 08020 09020 0020 020 2020 4020 5020 6020 020 8020 9020 2020 22020 2020 24020 25020 26020 2020 Lampiran. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG telah ditetapkan, serta menjamin ketersediaan sumberdaya manusia di unit organisasinya. Dalam menjalankan tugasnya, Estate Manager dibantu oleh Asisten Kepala (Askep) yang bertugas membantu dalam pengawasan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Agribisnis kelapa sawit membutuhkan organisasi dan manajemen yang baik mulai dari proses perencanaan bisnis hingga penjualan crude palm oil (CPO) ke

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN panen dan perawatan serta mengikuti kegiatan sosial di kebun berupa kegiatan olahraga. 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem Penunasan Kebijakan penunasan di Kebun Adolina PTPN IV menerapkan penunasan periodik.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menurut data Ditjen Perkebunan, areal perkebunan kelapa sawit tersebar di 17 provinsi

I. PENDAHULUAN. Menurut data Ditjen Perkebunan, areal perkebunan kelapa sawit tersebar di 17 provinsi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut data Ditjen Perkebunan, areal perkebunan kelapa sawit tersebar di 17 provinsi meliputi wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. Tahun 2010

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KEBUN SEI BATANG ULAK, PT CILIANDRA PERKASA, KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU

MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KEBUN SEI BATANG ULAK, PT CILIANDRA PERKASA, KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KEBUN SEI BATANG ULAK, PT CILIANDRA PERKASA, KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU MUHAMMAD SATRIA BANGUN A24110007 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. yang mengalami pertumbuhan produksi yang cukup pesat dibandingkan dengan

I.PENDAHULUAN. yang mengalami pertumbuhan produksi yang cukup pesat dibandingkan dengan 1 I.PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq) merupakan tanaman perkebunan yang mengalami pertumbuhan produksi yang cukup pesat dibandingkan dengan tanaman perkebunan lainnya

Lebih terperinci

Manajemen Pemanenan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Serawak Damai

Manajemen Pemanenan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Serawak Damai Manajemen Pemanenan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Serawak Damai Harvest Management of Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) in Serawak Damai Estate Anggita Perdana, Adolf Pieter

Lebih terperinci

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan sejak tanggal 14 Februari 2008 hingga tanggal 14 Juni 2008 di perkebunan kelapa sawit Gunung Kemasan Estate, PT Bersama Sejahtera Sakti, Minamas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kelapa sawit Kelapa sawit merupakan tanaman multiguna. Tanaman ini mulai banyak menggantikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

KELAPA SAWIT. Oleh: TIM

KELAPA SAWIT. Oleh: TIM KELAPA SAWIT Oleh: TIM UMP_Pelantaran Agro Estate- 2015 APA KEUNGGULAN KELAPA SAWIT? 1. Tumbuh terbatas hanya di Daerah Tropis 2. Manfaat luas 3. Risiko sosial dan teknis lebih terkendali 4. Produksi lebih

Lebih terperinci

OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A

OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI SUNGAI PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG MINAMAS PLANTATION, MUSI RAWAS, SUMATERA SELATAN OLEH ESTHERLINA HUTAGAOL A24053121 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 11. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi dan BTR kelapa sawit

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 11. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi dan BTR kelapa sawit 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Penunasan terhadap Produksi, Jumlah Tandan dan BTR Pengaruh penunasan dilihat dari pengaruhnya terhadap produksi, jumlah tandan dan bobot tandan rata-rata pada setiap kelompok

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 17 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Kegiatan penulis di kebun Pinang Sebatang Estate (PSE) Divisi IV dimulai dari antrian pagi yang dilakukan pada pukul 05.30 06.30 setiap harinya. Kegiatan ini

Lebih terperinci

MATERI PEMBELAJARAN MANAJEMEN PANEN DAN PASCA PANEN KELAPA SAWIT

MATERI PEMBELAJARAN MANAJEMEN PANEN DAN PASCA PANEN KELAPA SAWIT MATERI PEMBELAJARAN MANAJEMEN PANEN DAN PASCA PANEN KELAPA SAWIT Tujuan manajemen budidaya kelapa sawit adalah untuk menghasilkan produksi kelapa sawit yang maksimal per hektar areal dengan biaya produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan baku yang berkualitas akan meningkatkan kualitas dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat bervariasi dari satu

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 12 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Kegiatan magang yang dilakukan mencakup aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis meliputi kegiatan pengendalian gulma (manual dan kimiawi), pemupukan, pemanenan, penunasan,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan Kebun Rambutan merupakan salah satu unit PTPN III Medan Sumatera Utara, yang bergerak dalam usaha Perkebunan Karet dan Kelapa Sawit, serta mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Suryaraya Lestari 1 merupakan salah satu industri berskala besar yang

BAB I PENDAHULUAN. PT. Suryaraya Lestari 1 merupakan salah satu industri berskala besar yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PT. Suryaraya Lestari 1 merupakan salah satu industri berskala besar yang memproduksi minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil : CPO). Perusahaan ini mengolah

Lebih terperinci

Ringkasan. Agro Masang Perkasa III (AMP-III) Tapian kandis, Kecamatan Palembayan, Kabupaten

Ringkasan. Agro Masang Perkasa III (AMP-III) Tapian kandis, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Ringkasan Zilfiadi. Manajemen Panen dan pasca panen Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di PT. Agro Masang Perkasa III (AMP-III) Tapian kandis, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Dibimbing

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN UJAN MAS, PT CIPTA FUTURA PLANTATION, KABUPATEN MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN UJAN MAS, PT CIPTA FUTURA PLANTATION, KABUPATEN MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, 2009 MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN UJAN MAS, PT CIPTA FUTURA

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMANENAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT INTI INDOSAWIT SUBUR, KABUPATEN PELALAWAN, PROVINSI RIAU

MANAJEMEN PEMANENAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT INTI INDOSAWIT SUBUR, KABUPATEN PELALAWAN, PROVINSI RIAU i MANAJEMEN PEMANENAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT INTI INDOSAWIT SUBUR, KABUPATEN PELALAWAN, PROVINSI RIAU JOSIA DADING TAMBUNAN A2400164 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN SEI BATANG ULAK, PT CILIANDRA PERKASA, RIAU SAFITRI SRI REJEKI

MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN SEI BATANG ULAK, PT CILIANDRA PERKASA, RIAU SAFITRI SRI REJEKI MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN SEI BATANG ULAK, PT CILIANDRA PERKASA, RIAU SAFITRI SRI REJEKI DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci