II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini akan disajikan beberapa teori dasar yang digunakan sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini diberikan beberapa definisi mengenai teori grup yang mendukung. ke. Untuk setiap, dinotasikan sebagai di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan mengenai konsep teori grup, teorema lagrange dan

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar

II. KONSEP DASAR GRUP. abstrak (abstract algebra). Sistem aljabar (algebraic system) terdiri dari suatu

GRUP AUTOMORFISME GRAF KIPAS DAN GRAF KIPAS GANDA

STRUKTUR ALJABAR: GRUP

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan teori grup dan teori ring yang akan digunakan dalam

GRUP SIKLIK, GRUP PERMUTASI, HOMOMORFISMA

TEORI GRUP SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS

Grup Permutasi dan Grup Siklis. Winita Sulandari

ORDER UNSUR DARI GRUP S 4

II. TINJAUAN PUSTAKA. Diberikan himpunan dan operasi biner disebut grup yang dinotasikan. (i), untuk setiap ( bersifat assosiatif);

Diktat Kuliah. Oleh:

PENGANTAR PADA TEORI GRUP DAN RING

BAB II KERANGKA TEORITIS. komposisi biner atau lebih dan bersifat tertutup. A = {x / x bilangan asli} dengan operasi +

BAB II KAJIAN PUSTAKA. operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas

STRUKTUR ALJABAR 1. Winita Sulandari FMIPA UNS

Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengidentifikasi dan mengenal sifat-sifat dasar suatu Grup

PENGENALAN KONSEP-KONSEP DALAM RING MELALUI PENGAMATAN Disampaikan dalam Lecture Series on Algebra Universitas Andalas Padang, 29 September 2017

I. PENDAHULUAN. Aljabar dapat didefinisikan sebagai manipulasi dari simbol-simbol. Secara historis

STRUKTUR ALJABAR. Sistem aljabar (S, ) merupakan semigrup, jika 1. Himpunan S tertutup terhadap operasi. 2. Operasi bersifat asosiatif.

BAB I PENDAHULUAN. Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi

Struktur Aljabar I. Pada bab ini disajikan tentang pengertian. grup, sifat-sifat dasar grup, ordo grup dan elemennya, dan konsep

DIMENSI METRIK, MULTIPLISITAS SIKEL, SERTA RADIUS DAN DIAMETER GRAF KOMUTING DAN NONKOMUTING GRUP DIHEDRAL

AUTOMORFISME GRAF BINTANG DAN GRAF LINTASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TEORI DASAR. untuk setiap e G. 4. G mengandung balikan. Untuk setiap a G, terdapat b G sehingga a b =

II. TINJAUAN PUSTAKA. negatifnya. Yang termasuk dalam bilangan cacah yaitu 0,1,2,3,4, sehingga

SEKILAS TENTANG KONSEP. dengan grup faktor, dan masih banyak lagi. Oleh karenanya sebelum

1 P E N D A H U L U A N

STRUKTUR ALJABAR 1. Kristiana Wijaya

II. LANDASAN TEORI. Pada bagian ini akan dikaji konsep operasi biner dan ring yang akan digunakan

STRUKTUR ALJABAR: RING

BAB 1 OPERASI PADA HIMPUNAN BAHAN AJAR STRUKTUR ALJABAR, BY FADLI

II. TINJAUAN PUSTAKA. modul yang akan digunakan dalam pembahasan hasil penelitian.

BAB II KAJIAN TEORI. definisi mengenai grup, ring, dan lapangan serta teori-teori pengkodean yang

ALJABAR ABSTRAK ( TEORI GRUP DAN TEORI RING ) Dr. Adi Setiawan, M. Sc

1. GRUP. Definisi 1.1 (Operasi Biner) Diketahui G himpunan dan ab, G. Operasi biner pada G merupakan pengaitan

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:

II.TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dijelaskan tentang definisi serta konsep-konsep yang mendukung

Soal-soal Latihan Pra UTS MATDAS. 1. Periksalah apakah argumen berikut valid secara logis atau tidak? p q q. ( p)

SUB GRUP/GRUP BAGIAN. Yus Mochamad Cholily Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang

0,1,2,3,4. (e) Perhatikan jawabmu pada (a) (d). Tuliskan kembali sifat-sifat yang kamu temukan dalam. 5. a b c d

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA F A K U L T A S M I P A

MATEMATIKA DASAR PENDIDIKAN BIOLOGI UPI 0LEH: UPI 0716

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 6 RING (GELANGGANG) BAHAN AJAR STRUKTUR ALJABAR, BY FADLI

GRUP NON-ABELIAN YANG ABELIAN SECARA GRAFIS SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,

PENGERTIAN RING. A. Pendahuluan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang bilangan sempurna,

SOAL DAN PENYELESAIAN RING

Uraian Singkat Himpunan

DASAR-DASAR ALJABAR MODERN: TEORI GRUP & TEORI RING

PERTEMUAN 5. Teori Himpunan

R maupun. Berikut diberikan definisi ruang vektor umum, yang secara eksplisit

II. TINJAUAN PUSTAKA. terkait dengan pokok bahasan. Berikut ini diberikan pengertian-pengertian dasar

Relasi, Fungsi, dan Transformasi

GRUP AUTOMORFISME GRAF HELM, GRAF HELM TERTUTUP, DAN GRAF BUKU

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:

BAB II LANDASAN TEORI

GRAF PANGKAT PADA SEMIGRUP. Nur Hidayatul Ilmiah. Dr. Agung Lukito, M.S.

SIFAT-SIFAT GRAF KOSET DAN GRAF KONJUGASI DARI GRUP NON KOMUTATIF

MA3051 Pengantar Teori Graf. Semester /2014 Pengajar: Hilda Assiyatun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jelas. Ada tiga cara untuk menyatakan himpunan, yaitu: a. dengan mendaftar anggota-anggotanya;

GRUP DARI AUTOMORFISME GRAF BIPARTISI KOMPLIT

BAB II LANDASAN TEORI. yang mendasari pembahasan pada bab-bab berikutnya. Beberapa definisi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini akan diberikan konsep dasar graf dan bilangan kromatik lokasi pada

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN...

Antonius C. Prihandoko

INF-104 Matematika Diskrit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STRUKTUR ALJABAR 1 (TEORI GRUP)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Diktat Kuliah STRUKTUR ALJABAR 1 (TEORI GRUP) Oleh : FEBRUL DEFILA, S.Pd

BAB I PENDAHULUAN. Penyampaian pesan dapat dilakukan dengan media telephone, handphone,

PENGANTAR GRUP. Yus Mochamad Cholily Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang

MATEMATIKA INFORMATIKA 2 FUNGSI

1 Mengapa Perlu Belajar Geometri Daftar Pustaka... 1

Urian Singkat Himpunan

KONSTRUKSI SISTEM BILANGAN

BAB 3 FUNGSI. f : x y

TUGAS GEOMETRI TRANSFORMASI GRUP

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang tak kosong yang anggotanya disebut vertex, dan E adalah himpunan yang

SISTEM BILANGAN BULAT

KONSTRUKSI HOMOMORFISMA PADA GRUP BERHINGGA

MODUL STRUKTUR ALJABAR 1. Disusun oleh : Isah Aisah, Dra., MSi NIP

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI. Latar Belakang Berawal dari definisi grup periodik yaitu misalkan grup, jika terdapat unsur (nonidentitas)

STRUKTUR ALJABAR II. Materi : 1. Ring 2. Sub Ring, Ideal, Ring Faktor 3. Daerah Integral, dan Field.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Skew- Semifield dan Beberapa Sifatnya

GRUP DAN HOMOMORFISMA GRUP PADA RUBIK REVENGE DWI TANTY KURNIANINGTYAS

SURVEI POLA GRUP KRISTALOGRAFI BIDANG RAGAM BATIK TRADISIONAL

BAB 2 GRAF PRIMITIF. 2.1 Definisi Graf

MATEMATIKA 1. Pengantar Teori Himpunan

SISTEM SCHREIER PADA FREE GROUP. Skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Matematika

3. FUNGSI DAN GRAFIKNYA

NAMA : KELAS : SMA TARAKANITA 1 JAKARTA theresiaveni.wordpress.com

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini akan disajikan beberapa teori dasar yang digunakan sebagai landasan teori penelitian ini yaitu teori grup dan teori graf. Pada bagian pertama akan dibahas tentang teori grup. 2.1 Grup Operasi penjumlahan pada himpunan bilangan bulat Z dapat dipandang sebagai suatu fungsi yang memetakan Z x Z ke Z. Dengan kata lain, pasangan terurut (a, b) Z x Z akan dipetakan tepat satu kali ke a + b Z. Operasi penjumlahan bilangan bulat ini merupakan salah satu contoh dari operasi biner. Diberikan himpunan tak kosong S, operasi biner * pada himpunan S didefiniskan sebagai suatu fungsi yang memetakan S x S ke S. Untuk setiap (a, b) SxS, (a, b) dinotasikan sebagai a b (Fraleigh,1999). Contoh 2.1.1 1. Misalkan M 2 (R) adalah himpunan semua matriks bujur sangkar berorde 2 dengan unsur-unsurnya adalalah bilang real. Penjumlahan matriks + adalah operasi biner pada M 2 (R). 2. Operasi penjumlahan biasa pada bilangan real R merupakan operasi biner.

5 Pada himpunan bilangan bilangan bulat Z dengan suatu operasi biner + (penjumlahan) dapat dilihat beberapa sifat yang terpenuhi di dalamnya. Salah satu sifatnya, penjumlahan bilangan bulat bersifat asosiatif. Di dalam himpunan bilangan bulat terdapat bilangan 0 dengan sifat untuk sebarang bilangan bulat jika ditambahakan dengan 0, maka hasilnya adalah bilangan bulat itu sendiri. Sifat selanjutnya untuk sebarang bilangan bulat terdapat bilangan bulat lain yang apabila dijumlahkan hasilnya adalah 0. Sifat-sifat himpunan bilangan bulat tersebut memotivasi lahirnya konsep teori grup. Suatu grup (G, ) adalah himpunan G yang tertutup terhadap operasi biner *, sedemikian sehingga memenuhi aksioma-aksioma berikut : 1. Untuk semua a, b, c G berlaku (a b) c = a (b c). 2. Terdapat suatu elemen identitas e sedemikian sehingga untuk semua xεg, berlaku e x = x e = x. 3. Untuk setiap a G terdapat suatu elemen a G sedemikian sehingga a a = a a = e. (Adkins dan Weintraub, 1992). Contoh 2.1.2 1. Himpunan Z, Q dan R merupakan grup terhadap operasi penjumlahan. R \{0}, Q \{0} dan C\{0} adalah grup terhadap operasi perkalian. 2. Misalkan S adalah matriks ukuran 2 x 2 dan didefinisikan S = { ( a b ) ; a, b, c, d Z}. Operasi penjumlahan matriks (S, +) c d adalah contoh dari grup.

6 3. Himpunan semua matriks berukuran nxn yang dapat dibalik merupakan grup terhadap operasi perkalian matriks. Grup ini dinamakan general linear group berderajat n dan dinotasikan GL (n, R). Dalam grup (G, ) terdapat himpunan bagian yang lebih kecil, sebagai contoh grup (Z, +) adalah himpunan bagian dari grup (Q, +). Hal ini mendasari pendefinisian dari suatu subgrup. Subgrup diartikan sebagai himpunan bagian dari suatu grup yang juga merupakan grup terhadap operasi yang sama. Jika H merupakan himpunan bagian dari grup G yang tertutup pada operasi biner pada G dan jika terhadap operasi biner yang sama pada G, maka H dikatakan subgrup G dan dinotasikan dengan H G atau H < G tetapi H G (Adkins dan Weintraub, 1992). Contoh 2.1.3 : 1. Z Q dan Q R terhadap operasi penjumlahan. 2. Diketahui Z 6 = { 0,1,2,3,4,5 } merupakan grup terhadap operasi biner (+ 6 ) penjumlahan modulo 6. Misalkan A = {0,2,4}. Jelas bahwa A Z 6. Dengan operasi biner yang sama (+ 6 ), A merupakan grup sehingga A Z 6. 3. P = { 0,1,2,3,4,5,6,7 }merupakan himpunan semua kelas bilangan bulat modulo 8. P dengan operasi penjumlahan modulo 8 adalah suatu grup. Maka (M, + 8 ) merupakan subgrup dari (P, + 8 ) dengan M = { 0, 2, 4, 6 }.

7 Tidak semua grup (G, ) memiliki subgrup. Subgrup memiliki beberapa kriteria yang harus dipenuhi. Himpunan bagian H dari grup G merupakan subgrup jika dan hanya jika : 1. H 2. Untuk setiap x, y H, xy 1 H (Adkins dan Weintraub, 1992). Contoh 2.1.4 1. Himpunan bilangan genap H = { 2n n Z } terhadap operasi penjumlahan adalah subgrup dari grup Z. 2. Diberikan grup M 2 (R) = { A 2x2 A 0 } terhadap operasi perkalian matriks dan T = { A 2x2 A = 1}. T adalah subgrup dari M 2 (R). Misalkan ( G, ) adalah suatu grup, banyaknya unsur-unsur dari grup ( G, ) disebut orde dari grup (G, ), dilambangkan dengan G. (G, ) disebut grup hingga bila G berhingga dan disebut grup tak hingga bila G tak hingga ( Dummit, 2004). Contoh 2.1.5 1. Orde dari Z 3 = {0,1,2} adalah Z 3 = 3. 2. Orde dari grup simetri S 3 adalah sebanyak S 3 =3! = 6. Beberapa contoh grup berhingga yaitu grup Alternating (A n ), grup sederhana (simple group ), grup dihedral (D 2n ), grup tipe Lie Chevalley ( Lie Type Chevalley ) yang terdiri dari PSL (n, q), PSU(n, q), PsP(2n, q), dan PΩ t (n, q)

8 dan grup sporadic yang terdiri dari grup Mathieu (M 11, M 12, M 22, M 24 ), grup Tits 3 ( Tits Group) yang terdiri dari D 4 2 (q), E 6 (q), E 7 (q), E 8 (q), F 4 (q), F 4 (2 n ), 2 G 2 (q), G 2 (3 n ), 2 B (2 n ) Suzuki ( Sz), grup Janko (J n ), grup McLaughin (McL). Contoh 2.1.6 1. Grup dihedral D n untuk n = 1, 2, 3,, n adalah grup permutasi yang mempertahankan bentuk geometri dari segi-n beraturan terhadap rotasi (r) dan pencerminan (s). Orde dari grup dihedral D n adalah sebanyak 2n. 2. Grup Alternating A n untuk n = 1, 2, 3,, n adalah permutasi genap dari grup simetri S n dengan orde sebanyak n! 2. Selain orde grup, suatu elemen pada grup juga memiliki orde. Orde dari suatu elemen a dalam suatu grup (G, ) adalah bilangan bulat positif terkecil n, sedemikian sehingga a n = e (e = 1, untuk perkalian) dan na = e (e = 0, untuk penjumlahan). Bila tidak ada bilangan seperti n tersebut, maka orde dari unsur tersebut tak hingga ( Dummit, 2004). Contoh 2.1.7 1. Z 7 = {0,1,2,3,4,5,6}, Orde dari 2 dengan operasi penjumlahan adalah 7. 2. Orde himpunan {i} pada grup I 4 adalah 4 = ( 1,1, i, i ). 3. Orde himpunan {1} dan {-1} pada grup Q/{0} adalah 1 dan 2.

9 Bila suatu grup (G, ) memenuhi sifat komutatif, yaitu a b = b a untuk setiap a, b G, maka grup G tersebut dinamakan grup komutatif. Selainnya disebut grup tidak komutatif (Fraleigh,1999). Contoh 2.1.8 1. Himpunan Q 8 = { 1,1, i, i, j, j, k, k} terhadap operasi perkalian merupakan contoh dari grup tidak komutatif. 2. Himpunan D 3 = { 1, r, r 2, s, sr, sr 2 } terhadap operasi perkalian adalah contoh grup tidak komutatif. 3. Himpunan matriks nxn dengan determinan sama dengan satu (SL (n, R)) bersama dengan operasi biner perkalian matriks adalah contoh grup tidak komutatif. Berdasarkan elemen-elemen yang membangun suatu grup, grup juga dapat dibangun oleh satu elemen dari grup itu sendiri yang disebut grup siklik. Jika G adalah grup dan a G, ditulis a = { a n n Z } a disebut subgrup siklik dari G yang dibangun oleh a. G disebut grup siklik jika terdapat a G dengan G = a, a disebut sebagai generator atau pembangun dari G ( Dummit, 2004). Contoh 2.1.9 1. Himpunan I 4 = {1, 1, i, i} adalah grup bilangan kompleks terhadap perkalian (I 4.). i dan i adalah generator dari I 4.

10 2. (Z, +) merupakan grup siklik dengan generator 1 dan -1 karena Z = {n(1) n Z} dan Z = {n(-1) n Z}. 3. (Z 5, +) adalah grup siklik dengan generator 1 atau 2 atau 3 atau 4. Selanjutnya akan diperkenalkan keluarga subgrup dari sebarang grup (G, ). Misalkan (G, ) suatu grup dan Z G, centralizer dari elemen z dalam grup G adalah himpunan semua elemen G yang komutatif dengan z, dinotasikan C G (Z). Jadi C G (Z) = {x G xzx 1 = z, z Z}. Diberikan H subgrup dari G, centralizer dari subgrup G adalah himpunan semua elemen G yang komutatif dengan semua elemen dalam himpunan H, dinotasikan C G (H). Jadi C G (H) = { x ε G xh = hx, h H} (Dummit, 2004). Contoh 2.1.10 1. Misalkan G suatu grup yang terdiri dari himpunan fungsi bijektif bernilai riil yang berbentuk ax + b, dengan operasi biner komposisi fungsi. Misal f G, maka C G (f) ={i, f 1 }, dengan i adalah fungsi identitas dan f 1 fungsi invers dari f. 2. Elemen dari grup dihedral D 4 = { 1, r, r 2, r 3, s, rs, r 2 s, r 3 s}. Centralizer dari r adalah C D4 (r) = {1, r, r 2, r 3 }. Jika (G, ) adalah grup komutatif, maka C G (A) = G untuk setiap himpunan bagian A G. Misalkan (G, ) suatu grup, center dari grup G adalah himpunan semua elemen G yang komutatif dengan semua elemen G, dinotasikan Z(G). Jadi Z(G) = { g G gx = xg, x G}. Ekuivalen dengan irisan semua centralizer elemen grup G ( Dummit, 2004).

11 Contoh 2.1.11 1. Center dari grup dihedral D n adalah {1, r n } untuk n berderajat genap. Jika n berderajat ganjil maka centernya adalah {1}. 2. Jika grup G suatu grup yang berisi himpunan bernilai riil, maka Z(G) = {i}, dengan i adalah fungsi identitas sedemikian sehingga i(x) = x, untuk setiap x G. Selanjutnya diperkenalkan juga subgrup maksimal komutatif dari suatu grup G. Jika G grup dan H adalah subgrup G, H dikatakan subgrup maksimal komutatif dari G jika : 1. H adalah C G (H), dimana C G (H) adalah centralizer H dari pada G 2. C G (H) G dan H komutatif 3. H komutatif jika dan jika H K G dengan K komutatif, maka H = K. (Chen, 2006). Contoh 2.1. 12 Subgrup maksimal komutatif dari grup semetri S 3 = { ρ 0, ρ 1, ρ 2 }. Setelah dikaji tentang dasar-dasar teori grup, bagian kedua ini dibahas tentang teori graf yaitu pengertian graf, graf isomorfis, independent set dari suatu graf, graf prima dan graf tidak komutatif.

12 2.2 Graf Sebuah graf G = (V, E) didefinisikan sebagai pasangan terurut (V, E) dengan V adalah himpunan berhingga yang tak kosong dan memuat elemen-elemen yang disebut vertex. E ( mungkin kosong ) adalah himpunan elemen-elemen graf yang berupa garis yang disebut edge yang menghubungkan pasangan vertex (Deo,1989). Contoh 2.2.1 : Gambar 2.1 Graf dengan V(G) = {v 1, v 2, v 3, v 4 } dan E(G) = {e 1, e 2, e 3, e 4 } Dalam geometri, dua bangun atau bidang dikatakan ekuivalen (kongruen) jika keduanya memiliki bentuk yang sama. Begitupun dalam graf, dua graf dikatakan ekuivalen ( isomorfis) jika secara visual memiliki bentuk yang sama. Hal ini yang memotivasi munculnya konsep graf isomorfis. Misalkan G = (V, E) dan G = (V, E ) adalah dua graf terhubung, G dan G dikatakan isomorfis dan ditulis G G jika ada fungsi bijektif φ V V dengan x, y E φ(x)φ(y) E untuk setiap x, y V. Jika G tidak isomorfis dengan G, dinotasikan dengan G G ( Deo, 1989 ).

13 Contoh 2.2.2 3 d c v w 4 1 2 a b x y (a) G 1 (b) G 2 (c) G 3 Gambar 2.2 G 1 isomorfis dengan G 2 tapi tidak isomorfis dengan G 3 G 1 dan G 2 isomorfis karena memiliki jumlah vertex dan edge yang sama serta setiap titiknya saling mempertahankan ketetanggaan. Sedangkan G 1 dan G 3 tidak isomorfis karena jumlah sisinya tidak sama. Selain isomorfis, graf juga memiliki himpunan titik yang saling bebas atau yang biasa disebut independent set. Independent set adalah subset dari himpunan titik suatu graf G(E, V) sedemikan sehingga dua titik pada subset graf tersebut tidak terhubung dengan sebuah garis (Herzt, 2005). Contoh 2.2.3 v 1 v 2 v 3 v 4 v 5 v 6 v 7 Gambar 2.3 Graf dengan V = { v 1, v 2, v 3, v 4, v 5, v 6, v 7 } Himpunan bebas ( independent set ) dari Gambar 2.3 adalah {v 1, v 3 }, {v 2, v 4 } dan {v 5, v 6, v 7 }.

14 Jika dilihat dari unsur pembentuknya, graf dapat divisualisasikan dari suatu grup. Sebagai contoh yaitu graf prima dan graf tidak komutatif. Graf Prima GK(G) dari suatu grup hingga G adalah suatu graf dengan himpunan vertex π(g) yaitu himpunan semua pembagi prima dari orde G dan dua bilangan prima berbeda p dan q dihubungkan dengan suatu garis jika dan hanya jika G memuat suatu elemen dengan orde pq (Abdollahi, 2006). Contoh 2.2.4 1. Diberikan grup siklik C 30 = { 0, 1, 2, 3, 4, 5,, 28, 29 }. Orde dari grup C 30 adalah 30. Himpunan pembagi prima π(c 30 ) = { 2, 3, 5 }. Akibatnya diperoleh V(GK(C 30 )) = { (2, 3, 5)} dan E (GK(C 30 )) = { (2,3), (2,5), (3,5) } Gambar 2.4 Graf prima GK(C 30 ) 2. Berikut akan ditampilkan beberapa contoh graf prima yang dibentuk dari berbagai macam grup berhingga seperti grup simetri (S n ), grup alternating (A n ), grup Mathieu (M n ) dengan n = 11, 12, 22,, grup siklik (C n ), Grup Janko (F n ), gup Lie (L n (M).

15 Tabel 2.1 Contoh graf prima GK(G) Grup (G) Orde G Graf Prima GK(G) S 3 6 = 2. 3 2 3 A 5 60 = 2 2. 3. 5 2 3 5 C 210 210 = 2. 3. 5. 7 2 3 5 7 C 2310 2310= 2. 3. 5. 7. 11 11 2 3 5 7 L 4 (8) 2 18. 3 4. 5. 7 3. 13.73 2 3 5 7 13 73 M 11 7920 = 2 7. 3 2.5.11 2 3 5 11 J 2 2 7. 3 3. 5 2. 7 2 3 5 7 (William, 1981).

16 Setelah definisi graf prima GK(G), selanjutnya didefinisikan graf tidak komutatif (Γ(G)). Misalkan (G, ) adalah grup tidak komutatif berhingga, graf tidak komutatif Γ(G) adalah suatu graf dengan himpunan titik V(Γ(G)) = G\Z(G) dimana Z(G) adalah center dari G dan himpunan garis E(Γ(G)) = {(x, y) xy yx, x, y V(Γ(G)) (Abdollahi, 2006). Contoh 2.2.5 1. Grup dihedral D 6 = { 1, r, r 2, r 3 r 4, r 5, s, rs, r 2 s, r 2 s, r 3 s, r 4 s, r 5 s}, di mana r adalah rotasi sebesar 3600 6 = 60 0 berlawanan arah jarum jam dan s adalah refleksi terhadap sumbu-sumbu simetri segi-enam sebanyak 6 kali. Adapun hasil operasi komposisi pada setiap elemen grup dihedral D 6 dalam bentuk tabel Cayley dan diperoleh Z(D 6 ) ={1, r 3 }, sehingga graf tidak komutatif dari grup D 6 memiliki himpunan titik-titik Γ D6 = { r, r 2, r 4, r 5, s, rs, r 2 s, r 2 s, r 3 s, r 4 s, r 5 s }. Kemudian hasil di atas digambarkan ke dalam bentuk graf tidak komutatif pada Gambar 2.5 Tabel 2.2 Tabel Cayley Grup Dihedral D 6 o 1 r r 2 r 3 r 4 r 5 s rs r 2 s r 3 s r 4 s r 5 s 1 1 r r 2 r 3 r 4 r 5 s rs r 2 s r 3 s r 4 s r 5 s r r r 2 r 3 r 4 r 5 1 rs r 2 s r 3 s r 4 s r 5 s s r 2 r 2 r 3 r 4 r 5 1 r r 2 s r 3 s r 4 s r 5 s s rs r 3 r 3 r 4 r 5 1 r r 2 r 3 s r 4 s r 5 s s rs r 2 s r 4 r 4 r 5 1 r r 2 r 3 r 4 s r 5 s s rs r 2 s r 3 s

17 r 5 r 5 1 r r 2 r 3 r 4 r 5 s s rs r 2 s r 3 s r 4 s s s r 5 s r 4 s r 3 s r 2 s rs 1 r 5 r 4 r 3 r 2 r rs rs s r 5 s r 4 s r 3 s r 2 s r 1 r 5 r 4 r 3 r 2 r 2 s r 2 s rs s r 5 s r 4 s r 3 s r 2 r 1 r 5 r 4 r 3 r 3 s r 3 s r 2 s rs s r 5 s r 4 s r 3 r 2 r 1 r 5 r 4 r 4 s r 4 s r 3 s r 2 s rs s r 5 s r 4 r 3 r 2 r 1 r 5 r 5 s r 5 s r 4 s r 3 s r 2 s rs s r 5 r 4 r 3 r 2 r 1 Dari tabel Cayley diatas diperoleh center Z(D 6 ) ={1, r 3 }. Dengan menghilangkan center dari grup dihedral Z(D 6 ) diperoleh Gambar 2.5 r r 5 s r 2 r 4 s r 4 r 3 s r 5 r 2 s s rs Gambar 2.5 Graf tidak komutatif grup D 6 2. Diberikan grup simetri S 3 dengan orde sebanyak 6. Elemen-elemen dari grup S 3 dituliskan ke dalam perkalian permutasi. Dengan menggunakan tabel Cayley 4.1 diperoleh center dari grup S 3 = {ρ 0 }.

18 1 2 3 ρ 0 = ( 1 2 3 ) 1 2 3 ρ 1 = ( 2 3 1 ) 1 2 3 ρ 2 = ( 3 1 2 ) 1 2 3 μ 1 = ( 1 3 2 ) 1 2 3 μ 2 = ( 3 2 1 ) 1 2 3 μ 3 = ( 2 1 3 ) Tabel 2.3 Tabel Cayley grup simetri S 3 * ρ 0 ρ 1 ρ 2 μ 1 μ 2 μ 3 ρ 0 ρ 0 ρ 1 ρ 2 μ 1 μ 2 μ 3 ρ 1 ρ 1 ρ 2 ρ 0 μ 3 μ 1 μ 2 ρ 2 ρ 2 ρ 0 ρ 1 μ 2 μ 3 μ 1 μ 1 μ 1 μ 2 μ 3 ρ 0 ρ 1 ρ 2 μ 2 μ 2 μ 3 μ 1 ρ 2 ρ 0 ρ 1 μ 3 μ 3 μ 1 μ 2 ρ 1 ρ 2 ρ 0 Dengan mengilangkan center dari simetri S 3 = {ρ 0 } didapatkan graf tidak komutatif sebagai berikut : μ 2 μ 1 ρ 1 μ 3 ρ 2 Gambar 2.6 Graf tidak komutatif grup S 3