BAB II KAJIAN TEORI. dinamik, sistem linear, sistem nonlinear, titik ekuilibrium, analisis kestabilan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. pada bab pembahasan. Materi-materi yang akan dibahas yaitu pemodelan

BAB II LANDASAN TEORI. eigen dan vektor eigen, persamaan diferensial, sistem persamaan diferensial, titik

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi

BAB II KAJIAN TEORI. representasi pemodelan matematika disebut sebagai model matematika. Interpretasi Solusi. Bandingkan Data

BAB II LANDASAN TEORI. dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta

BAB II KAJIAN TEORI. Persamaan diferensial sangat penting dalam pemodelan matematika khususnya

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai definisi-definisi dan teorema-teorema

Karena v merupakan vektor bukan nol, maka A Iλ = 0. Dengan kata lain, Persamaan (2.2) dapat dipenuhi jika dan hanya jika,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem dinamik adalah sistem yang berubah dari waktu ke waktu (Farlow,et al.,

ANALISIS BIFURKASI PADA MODEL MATEMATIS PREDATOR PREY DENGAN DUA PREDATOR Lia Listyana 1, Dr. Hartono 2, dan Kus Prihantoso Krisnawan,M.

BAB II KAJIAN TEORI. digunakan pada bab pembahasan. Teori-teori ini digunakan sebagai bahan acuan

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini, akan diuraikan definisi-definisi dan teorema-teorema yang

ANALISIS BIFURKASI PADA MODEL MATEMATIS PREDATOR PREY DENGAN DUA PREDATOR SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

T 23 Center Manifold Dari Sistem Persamaan Diferensial Biasa Nonlinear Yang Titik Ekuilibriumnya Mengalami Bifurkasi Contoh Kasus Untuk Bifurkasi Hopf

BAB I PENDAHULUAN. hidup lainnya. Interaksi yang terjadi antara individu dalam satu spesies atau

BIFURKASI PADA MODEL SUSCEPTIBLE INFECTED RECOVERED (SIR) DENGAN WAKTU TUNDA DAN LAJU PENULARAN BILINEAR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kestabilan model predator-prey tipe Holling II dengan faktor pemanenan.

II. LANDASAN TEORI. Definisi 1 (Sistem Persamaan Diferensial Biasa Linear) Definisi 2 (Sistem Persamaan Diferensial Biasa Taklinear)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Created By Aristastory.Wordpress.com BAB I PENDAHULUAN. Teori sistem dinamik adalah bidang matematika terapan yang digunakan untuk

BAB III PEMBAHASAN. Ebola. Setelah model terbentuk, akan dilanjutkan dengan analisa bifurkasi pada

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR Jurusan Matematika FMIPA ITS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM FLUTTER PADA SAYAP PESAWAT TERBANG

PEMODELAN MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT VIRUS EBOLA DAN ANALISIS PENGARUH PARAMETER LAJU TRANSMISI TERHADAP PERILAKU DINAMISNYA TUGAS AKHIR SKRIPSI

LANDASAN TEORI. Model ini memiliki nilai kesetimbangan positif pada saat koordinat berada di titik

BIFURKASI HOPF PADA SISTEM PREDATOR PREY DENGAN FUNGSI RESPON TIPE II

DIAGONALISASI MATRIKS KOMPLEKS

BAB III MATRIKS HERMITIAN. dan konsep-konsep lainnya yang berkaitan dengan matriks Hermitian. Matriks

BIFURKASI HOPF PADA MODIFIKASI MODEL PREDATOR-PREY LESLIE GOWER DENGAN FUNGSI RESPON HOLLING TIPE II

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan sistem dinamik kontinu dan sistem dinamik yang. menggunakan waktu diskrit disebut dengan sistem dinamik diskrit.

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis bifurkasi pada model predator-prey dengan dua

7. NILAI-NILAI VEKTOR EIGEN. Nilai Eigen dan Vektor Eigen Diagonalisasi Diagonalisasi Ortogonal

ANALISIS MODEL MATEMATIKA TENTANG PENGARUH TERAPI GEN TERHADAP DINAMIKA PERTUMBUHAN SEL EFEKTOR DAN SEL TUMOR DALAM PENGOBATAN KANKER SKRIPSI

Penerapan Teknik Serangga Steril Dengan Model Logistik. Dalam Pemberantasan Nyamuk Aedes Aegypti. Nida Sri Utami

Bab II Teori Pendukung

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA HUTCHINSON DENGAN WAKTU TUNDA DAN PEMANENAN KONSTAN LILIS SAODAH

KAJIAN MATRIKS JORDAN DAN APLIKASINYA PADA SISTEM LINEAR WAKTU DISKRIT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BIFURKASI PITCHFORK SUPERKRITIKAL PADA SISTEM FLUTTER

BIFURKASI HOPF MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN WAKTU TUNDA NI NYOMAN SURYANI

NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN disebut vektor eigen dari matriks A =

BAB II LANDASAN TEORI

MODEL MATEMATIKA SACR PENYEBARAN VIRUS HEPATITIS C PADA PENGGUNA NARKOBA SUNTIK SKRIPSI. memperoleh gelar Sarjana Sains

II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Persamaan Diferensial Definisi 1 [Sistem Persamaan Diferensial Linear (SPDL)]

DIAGONALISASI MATRIKS ATAS RING KOMUTATIF DENGAN ELEMEN SATUAN INTISARI

APLIKASI MATRIKS LESLIE UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH DAN LAJU PERTUMBUHAN SUATU POPULASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian dari persamaan diferensial biasa (PDB) yaitu suatu

BAB I PENDAHULUAN. Besar Penelitian Tanaman Padi, tikus sawah merupakan hama utama penyebab

ANALISIS DINAMIKA MODEL KOMPETISI DUA POPULASI YANG HIDUP BERSAMA DI TITIK KESETIMBANGAN TIDAK TERDEFINISI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Asumsi yang digunakan dalam sistem mangsa-pemangsa. Dimisalkan suatu habitat dimana spesies mangsa dan pemangsa hidup

Sistem Hasil Kali Persamaan Diferensial Otonomus pada Bidang

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN MANGSA YANG TERINFEKSI DI LINGKUNGAN TERCEMAR

BAB II KAJIAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BIFURKASI TRANSKRITIKAL PADA SISTEM DINAMIK SKRIPSI

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN MANGSA YANG TERINFEKSI DI LINGKUNGAN TERCEMAR

MODIFIKASI SISTEM PREDATOR-PREY: DINAMIKA MODEL LESLIE-GOWER DENGAN DAYA DUKUNG YANG TUMBUH LOGISTIK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini, akan dibahas system predator-prey dengan respon fungsi tak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB VII MATRIKS DAN SISTEM LINEAR TINGKAT SATU

Pengendalian Populasi Hama pada Model Mangsa-Pemangsa dengan Musuh Alaminya

ANALISIS STABILITAS PENYEBARAN VIRUS EBOLA PADA MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Model Matematika SIV Untuk Penyebaran Virus Tungro Pada Tanaman Padi

Yang dipelajari. 1. Masalah Nilai Eigen dan Penyelesaiannya 2. Masalah Pendiagonalan. Referensi : Kolman & Howard Anton. Ilustrasi

PENGENDALIAN GERAK SATELIT DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINEAR QUADRATIC REGULATOR (LQR) SKRIPSI

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS KESTABILAN MODEL DINAMIKA PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG

BIFURKASI HOPF DALAM MODEL EPIDEMI DENGAN WAKTU TUNDAAN DISKRET

Penentuan Bifurkasi Hopf Pada Predator Prey

BAB 3 FUNGSI MONOTON MATRIKS

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. nyata (fenomena-fenomena alam) ke dalam bagian-bagian matematika yang. disebut dunia matematika (mathematical world).

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN MODEL PADA PENYEBARAN HIV-AIDS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas

KS KALKULUS DAN ALJABAR LINEAR Eigen Value Eigen Vector TIM KALIN

untuk setiap x sehingga f g

BIFURKASI HOPF PADA MODEL SILKUS BISNIS KALDOR-KALECKI TANPA WAKTU TUNDA

Oleh Nara Riatul Kasanah Dosen Pembimbing Drs. Sri Suprapti H., M.Si

Perluasan Teorema Cayley-Hamilton pada Matriks

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Teori Bifurkasi (3 SKS)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN LOKAL PADA PERUBAHAN POPULASI PENDERITA DIABETES MELITUS

ANALISIS DINAMIK MODEL PREDATOR-PREY PADA POPULASI ECENG GONDOK DENGAN ADANYA IKAN GRASS CARP DAN PEMANENAN

Simulasi Model Mangsa Pemangsa Di Wilayah yang Dilindungi untuk Kasus Pemangsa Tergantung Sebagian pada Mangsa

BAB II LANDASAN TEORI

PEMANENAN OPTIMAL PADA MODEL REAKSI DINAMIK SISTEM MANGSA-PEMANGSA DENGAN TAHAPAN STRUKTUR. Yuliani, Marwan Sam

MODUL V EIGENVALUE DAN EIGENVEKTOR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai nilai eigen dan vektor eigen, sistem dinamik, sistem linear, sistem nonlinear, titik ekuilibrium, analisis kestabilan sistem dinamik, kriteria Routh-Hurwitz, bifurkasi, teori center manifold, dan vektor eigen tergeneralisasi. A. Nilai Eigen, Vektor Eigen, Kebebasan Linear, dan Diagonalisasi Penentuan nilai eigen dan vektor eigen sangat diperlukan untuk mencari solusi dari suatu sistem dinamik linear. Nilai eigen dan vektor eigen juga diperlukan dalam menentukan sifat kestabilan dari suatu sistem dinamik. Definisi 2.1 (Anton, 1995 : 277) Jika merupakan matriks yang berukuran, maka vektor taknol di dalam dinamakan vektor eigen dari jika memenuhi persamaan dengan adalah suatu skalar. Skalar dinamakan nilai eigen (eigenvalue) dari dan dikatakan vektor eigen (eigenvector) yang bersesuaian dengan. 6

Nilai eigen dari matriks yang berukuran diperoleh dari atau dapat ditulis sebagai. Persamaan tersebut secara ekuivalen dapat ditulis kembali menjadi dengan adalah matriks identitas. Persamaan (2.2) mempunyai penyelesaian taktrivial jika dan hanya jika Persamaan (2.3) dinamakan persamaan karakteristik dari matriks. Contoh 2.1 Tentukan nilai eigen dan vektor eigen dari matriks berikut ini. Berdasarkan persamaan (2.3) maka diperoleh sehingga persamaan karakteristiknya adalah sehingga berdasarkan persamaan (2.4) diperoleh nilai eigen dari matriks yaitu,, dan Berdasarkan Definisi 2.1, vektor eigen dari matriks adalah penyelesaian taktrivial dari, yaitu 7

Untuk, maka (2.5) menjadi Sistem (2.6) ekuivalen dengan persamaan berikut : Berdasarkan (2.7) diperoleh penyelesaian dari sistem (2.6) adalah, dan. Misalkan, maka vektor eigen yang bersesuaian dengan adalah Untuk, maka (2.5) menjadi Sistem (2.9) ekuivalen dengan persamaan berikut : Berdasarkan (2.10) diperoleh penyelesaian dari sistem (2.9) adalah dan. Misalkan, maka vektor eigen yang bersesuaian dengan adalah 8

Untuk, maka (2.5) menjadi Sistem (2.12) ekuivalen dengan persamaan berikut : Berdasarkan (2.13) diperoleh penyelesaian dari sistem (2.12) adalah dan. Misalkan, maka vektor eigen yang bersesuaian dengan adalah Berdasarkan (2.8), (2.11), dan (2.14) maka vektor eigen yang bersesuaian dengan adalah,, dan. Definisi 2.2 (Anton, 1995:284) Matriks yang berukuran dikatakan dapat didiagonalisasi (diagonalizable) jika terdapat matriks yang mempunyai invers sedemikian sehingga adalah matriks diagonal, maka matriks dikatakan mendiagonalisasi matriks. Definisi 2.3 (Anton, 1995:151) Jika adalah himpunan vektor, maka persamaan vektor 9

mempunyai paling sedikit satu penyelesaian, yaitu Jika (2.16) merupakan satu-satunya penyelesaian, maka dinamakan himpunan bebas linear (linearly independent), sedangkan jika ada penyelesaian lain maka dinamakan himpunan takbebas linear (linearly dependent). Teorema 2.1 (Anton, 1995:285) Jika adalah matriks, maka kedua pernyataan berikut ini adalah ekuivalen. (a) dapat didiagonalisasi (b) mempunyai vektor eigen bebas linear Bukti: (a) (b). Karena dapat didiagonalisasi, maka terdapat matriks yang mempunyai invers. Misalkan sehingga adalah matriks diagonal, dimana maka,, yakni 10

Jika dimisalkan menyatakan vektor-vektor kolom, maka bentuk (2.17) kolom-kolom yang berurutan merupakan. Akan tetapi kolom-kolom dari hasil kali adalah, sehingga diperoleh Karena mempunyai invers, maka vektor-vektor kolomnya tidak bernilai nol, jadi berdasarkan Definisi 2.1, adalah nilai-nilai eigen, dan adalah vektor-vektor eigen yang bersesuaian. Karena mempunyai invers maka diperoleh bahwa bebas linear. Jadi memiliki vektor eigen bebas linear. (b) (a). Karena memiliki vektor eigen bebas linear misalkan misalkan, maka terdapat nilai eigen yang bersesuaian yaitu, dan adalah matriks yang vektor-vektor kolomnya adalah. Karena merupakan vektor eigen dari matriks dan kolom-kolom dari hasil kali adalah maka 11

sehingga diperoleh dimana adalah matriks diagonal yang mempunyai nilai eigen pada diagonal utamanya. Karena vektor-vektor kolom dari bebas linear, maka mempunyai invers. Jadi (2.19) dapat dituliskan kembali sebagai dengan dapat didiagonalisasi. Contoh 2.2 Carilah matriks yang mendiagonalkan Dari contoh 2.1 nilai eigen dari adalah,, dan. Vektor eigen yang bersesuaian dengan matriks adalah,, dan. Akan ditunjukkan bebas linear. Berdasarkan Definisi 2.3 substitusikan,, dan pada persamaan (2.15) sehingga diperoleh atau secara ekuivalen menjadi Jadi merupakan satu-satunya penyelesaian dari (2.20), sehingga bebas linear dan didapat 12

Akan dibuktikan adalah matriks diagonal Jadi, akan mendiagonalkan A. B. Sistem Dinamik Sistem dinamik terbentuk dari persamaan-persamaan diferensial baik persamaan diferensial biasa atau persamaan diferensial parsial. Definisi 2.4 (Ross, 1984:3) Persamaan diferensial adalah persamaan yang memuat turunan dari satu atau lebih variabel tak bebas terhadap satu atau lebih variabel bebas. Menurut Ross (1984:4), persamaan diferensial dibagi menjadi dua yaitu persamaan diferensial biasa dan parsial. Persamaan diferensial biasa adalah persamaan yang memuat turunan dari satu atau lebih variabel tak bebas terhadap satu variabel bebas, sedangkan persamaan diferensial parsial adalah persamaan 13

yang memuat turunan dari satu atau lebih variabel tak bebas terhadap dua atau lebih variabel bebas. Contoh 2.3 Persamaan diferensial biasa ditunjukkan pada persamaan-persamaan berikut: a. b. c. Persamaan diferensial parsial ditunjukkan pada persamaan-persamaan berikut: a. b. c. Berdasarkan pengaruh waktu, sistem dinamik dibedakan menjadi dua yaitu sistem autonomous dan sistem nonautonomous (Campbell dan Haberman, 2008:316). Sistem autonomous adalah sistem dinamik yang secara eksplisit tidak bergantung terhadap waktu. Sistem dinamik autonomous dinyatakan sebagai dimana dan secara eksplisit bukan merupakan fungsi dalam dan turunan parsial,,, dan kontinu (Giordano, Weir, dan Fox, 2003:413), sedangkan 14

sistem nonautonomous adalah sistem dinamik yang secara eksplisit bergantung terhadap waktu. Sistem nonautonomous dinyatakan sebagai dimana fungsi dan bergantung pada variabel bebas (Perko,2001:66). Contoh 2.4 Sistem autonomous ditunjukkan pada sistem (2.21) berikut 2.21 Sistem nonautonomous ditunjukkan pada sistem (2.22) berikut 2.22 Berikut ini akan diberikan sebuah ilustrasi dari kasus pemodelan predator-prey menggunakan sistem dinamik. C. Model Matematis Sistem Predator-Prey Interaksi antara dua spesies yaitu interaksi antara spesies predator dengan prey dapat dirumuskan secara matematis ke dalam model predator-prey. Model predator-prey dikenalkan oleh Lotka pada tahun 1925 dan Volterra pada tahun 15

1926, sehingga model predator-prey disebut juga model Lotka-Volterra (Boyce dan Diprima, 2009:534). Laju pertumbuhan populasi prey adalah sebesar dengan adalah laju kelahiran dari prey dan adalah populasi prey. Namun, pertumbuhan populasi prey akan berkurang karena adanya predator. Besarnya pengurangan tersebut adalah dengan adalah laju penangkapan prey oleh predator, sedangkan adalah populasi predator. Dengan demikian, model dinamika pertumbuhan populasi prey ditulis sebagai berikut. dengan dan merupakan laju pertumbuhan prey, menyatakan adanya interaksi antara populasi prey dan predator, dan tanda negatif menyatakan bahwa laju pertumbuhan prey berkurang karena adanya interaksi prey dan predator. Persamaan (2.23) menyatakan bahwa populasi prey mengalami pertumbuhan, akan tetapi laju pertumbuhan populasinya dihambat oleh interaksi prey tersebut dengan predator. Kemudian pertumbuhan populasi predator karena tidak adanya prey akan berkurang. Besarnya pengurangan tersebut adalah, dengan adalah laju kematian alami populasi predator dan adalah populasi predator. Namun, pertumbuhan populasi terebut akan bertambah karena adanya prey, besarnya pertambahan tersebut adalah, dengan adalah parameter interaksi antara predator dan prey. Dengan demikian, model dinamika pertumbuhan populasi predator dapat ditulis sebagai berikut. 16

dengan dan merupakan laju pertumbuhan predator. Persamaan (2.24) menyatakan bahwa laju pertumbuhan predator bertambah karena adanya interaksi dengan prey dan berkurang karena tidak ada prey. Kemudian berdasarkan persamaan (2.23) dan (2.24) diperoleh sistem predator-prey yang secara matematis ditunjukkan pada sistem (2.25) berikut. dengan, merupakan laju kelahiran dari prey dan merupakan laju kematian alami dari predator, sedangkan merupakan parameter interaksi antara prey dan predator, interaksi yang dimaksud yaitu prey akan dimangsa oleh predator dan merupakan parameter interaksi antara predator dan prey, interaksi yang dimaksud yaitu predator akan memangsa prey. Persamaan (2.25) disebut dengan persaman Lotka-Volterra (Boyce dan Diprima, 2009:534). D. Deret Taylor dan Deret Maclaurin Definisi 2.5 (Thomas dan Ross, 1996:672) Misalkan dapat diturunkan hingga kali pada, maka dapat dinyatakan sebagau deret 17

Persamaan di atas disebut Deret Taylor dengan pusat atau disebut dengan polinomial Taylor pada. Jika, maka persamaan di atas disebut Deret Mac Laurin. E. Sistem Linear Menurut Perko (2001:1) sistem linear dinyatakan sebagai dengan, matriks berukuran dan Solusi dari sistem (2.26) dengan nilai awal adalah Selanjutnya akan dibuktikan bahwa solusi dari sistem (2.26) dengan nilai awal Bukti: adalah dimana didefinisikan oleh deret Taylor sebagai berikut sehingga 18

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Definisi 2.6 (Perko, 2001:33) Matriks dikatakan nilpotent order jika dan. Contoh 2.5 Diberikan matriks * + 19

Matriks tersebut merupakan matriks nilpotent order 2. Untuk memeriksanya, harus ditunjukkan dan sebagai berikut * + * + * + * + Berdasarkan Definisi 2.5, * + adalah matriks nilpotent. Berdasarkan nilai-nilai eigen dari matriks, bentuk dari dibagi menjadi tiga, sebagai berikut: 1. Jika matriks berukuran mempunyai sebanyak nilai eigen real yang berbeda maka bentuk menjadi (Perko, 2001:7) dengan adalah matriks yang mempunyai invers, dan adalah nilai eigen dari matriks, dengan, dan sehingga persamaan (2.27) menjadi 2. Jika matriks berukuran dengan blok sepanjang diagonal, mempunyai sebanyak nilai eigen kompleks yang berbeda maka bentuk menjadi (Perko, 2001:29) { } 20

dengan adalah matriks yang mempunyai invers, dan nilai eigen dari matriks adalah, dengan, sehingga persamaan (2.27) menjadi { } 3. Jika matriks berukuran mempunyai sebanyak nilai eigen kembar dengan maka bentuk menjadi (Perko, 2001:33) * + dengan adalah matriks yang mempunyai invers, dan adalah nilai eigen dari matriks, dan adalah matriks nilpotent order dengan dan komutatif yaitu, dan sehingga persamaan (2.27) menjadi * + 4. Jika matriks berukuran mempunyai sebanyak nilai eigen kembar maka bentuk menjadi (Perko, 2001:33) * + adalah matriks nilpotent order dengan dan komutatif yaitu, dan sehingga persamaan (2.27) menjadi * + 21

Contoh 2.6 Diberikan sistem dinamik linear Akan dicari solusi sistem (2.28) Penyelesaian: Sistem (2.28) dapat ditulis dalam bentuk sebagai berikut: [ ] * + * + Dari persamaan (2.29) dimisalkan * + Berdasarkan persamaan (2.3) maka diperoleh sehingga persamaan karakteristiknya adalah dan diperoleh nilai eigen dari matriks yaitu. Kemudian berdasarkan nilai eigen tersebut diperoleh * + 22

dan * + * + * + Untuk memeriksa adalah matriks nilpotent order 2, akan ditunjukkan yaitu * + * + * + diperoleh (* + * + ) * + * + Jadi, solusi dari sistem (2.28) adalah F. Titik Ekuilibrium Diberikan sistem autonomous sebagai berikut: Definisi 2.7 (Perko, 2001:102) Titik merupakan titik ekuilibrium dari sistem (2.31) jika 23

G. Linearisasi Sistem Nonlinear Linearisasi merupakan proses membawa sistem nonlinear ke sistem linear. Linearisasi dilakukan untuk melihat perilaku sistem di sekitar titik ekuilibrium. Teorema 2.2 (Perko, 2001:67) Jika mempunyai turunan di, maka turunan parsial, ada pada dan untuk setiap berlaku Bukti: [ ] [ ] [ ] [ ] Matriks dinamakan matriks Jacobian. [ ] 24

Definisi 2.7 (Perko, 2001:102) Diberikan matriks Jacobian. Sistem linear ( ) disebut linearisasi dari sistem di sekitar titik. H. Kestabilan Titik Ekuilibrium Definisi 2.8 (Olsder dan Woude, 2004 : 57) Diberikan sebuah sistem dinamik dengan dan mempunyai penyelesaian dengan keadaan awal, maka 1. Titik ekuilibrium dikatakan stabil jika untuk setiap ada sedemikian sehingga jika maka untuk setiap. 2. Titik ekuilibrium dikatakan stabil asimtotik jika titik tersebut stabil dan jika ada sedemikian sehingga bila. 3. Titik ekuilibrium dikatakan tidak stabil jika tidak memenuhi (1). Teorema 2.3 (Olsder dan Woude, 2004:58) Diberikan sistem linear dengan matriks berukuran yang memupnyai nilai eigen yang berbeda yaitu 1. Titik ekuilibrium dikatakan stabil asimtotik jika dan hanya jika untuk setiap 2. Titik ekuilibrium dikatakan stabil jika dan hanya jika untuk setiap dan jika ada nilai eigen imajiner dengan 25

harus sama., maka multiplisitas aljabar dan geometri untuk nilai eigen 3. Titik ekuilibrium dikatakan tidak stabil jika dan hanya jika terdapat paling sedikit satu nilai eigen dengan untuk setiap. Bukti: 1. Akan dibuktikan bahwa jika titik ekuilibrium stabil asimtotik maka untuk setiap. Berdasarkan Definisi 2.6, titik ekuilibrium dikatakan stabil asimtotik jika. Dengan kata lain, untuk akan menuju. Karena merupakan solusi dari sistem linear, maka selalu memuat, akibatnya untuk akan menuju maka. Selanjutnya, akan dibuktikan bahwa jika untuk setiap maka titik ekuilibrium stabil asimtotik. Solusi dari sistem linear adalah, sehingga selalu memuat. Jika, maka untuk akan menuju, sehingga berdasarkan definisi 2.6, titik ekuilibrium stabil asimtotik. 2. Akan dibuktikan bahwa jika titik ekuilibrium stabil, maka untuk setiap Andaikan maka solusi dari sistem linear yaitu yang memuat akan menuju (menjauhi titik ekuilibrium ) untuk 26

, sehingga sistem tidak stabil. Hal ini sesuai dengan kontraposisi pernyataan jika titik ekuilibrium stabil, maka untuk setiap. Jadi, terbukti bahwa jika titik ekuilibrium stabil, maka untuk setiap. Selanjutnya, akan dibuktikan bahwa jika untuk setiap maka titik ekuilibrium stabil dan jika ada nilai eigen imajiner dengan, maka multiplisitas aljabar dan geometri untuk nilai eigen harus sama. Solusi dari sistem linear adalah, sehingga selalu memuat. Jika maka titik ekuilibrium stabil asimstotik (pasti stabil). Jika, maka nilai eigen berupa bilangan kompleks murni. Multiplisitas aljabar berhubungan dengan nilai eigen, sedangkan geometri berhubungan dengan vektor eigen. Oleh karena itu, akan dibuktikan bahwa banyak nilai eigen dan vektor eigen adalah sama. Diambil sebarang sistem pada yang mempunyai nilai eigen bilangan kompleks murni. [ ] * + * + Nilai eigen sistem (2.32) ditentukan dengan mensubstitusikan matriks * + ke dalam persamaan maka diperoleh Persamaan karakteristik dari matriks adalah 27

Akar dari persamaan (2.33) adalah dan diperoleh nilai eigen dan Berdasarkan definisi 2.1, adalah vektor eigen dari matriks yang bersesuaian dengan jika dan hanya jika adalah pemecahan tak trivial dari, yakni * + * + * + Untuk, maka (2.34) menjadi [ ] * + * + Sistem (2.35) ekuivalen dengan Berdasarkan (2.36) diperoleh penyelesaian dari sistem (2.35) adalah. Misalkan, vektor eigen yang bersesuaian yaitu * + [ ] Untuk, maka (2.34) menjadi [ ] * + * + Sistem (2.35) ekuivalen dengan 28

Berdasarkan (2.38) diperoleh penyelesaian dari sistem (2.37) adalah. Misalkan, vektor eigen yang bersesuaian yaitu * + [ ] Terbukti bahwa banyaknya nilai eigen sama dengan banyaknya vektor eigen. 3. Akan dibuktikan jika titik ekuilibrium tidak stabil, maka untuk setiap Titik ekuilibrium dikatakan tidak stabil jika, maka akan menuju. Karena merupakan solusi dari sistem linear, maka memuat. Untuk menuju dipenuhi jika untuk setiap. Selanjutnya, akan dibuktikan bahwa jika untuk setiap maka titik ekuilibrium tidak stabil. Jika, maka solusi dari sistem linear yaitu yang memuat akan menuju. Dengan kata lain, solusi tersebut akan menjauhi titik ekuilibrium sehingga titik ekuilibrium dikatakan tidak stabil. I. Kriteria Routh-Hurwitz Kestabilan suatu sistem dapat ditentukan dengan menggunakan nilai eigen. Nilai eigen matriks dapat ditentukan dengan persamaan karakteristik. Namun, akar-akar persamaan karakteristiknya tidak selalu dapat ditentukan 29

dengan mudah, terutama ketika persamaan karakteristik berorde tinggi. Oleh karena itu, perlu adanya suatu kriteria yang menjamin bahwa akar-akar persamaan karakteristiknya bernilai negatif atau ada nilai akar yang bernilai positif. Salah satu kriteria yang dapat digunakan untuk menguji kestabilan sistem adalah kriteria Routh-Hurwitz. Diberikan persamaan karakteristik nilai eigen dari matriks sebagai berikut dengan dan merupakan koefisien dari persamaan karakteristik matriks. Tabel Routh-Hurwitz merupakan tabel yang disusun berdasarkan pengurutan koefisien-koefisien dari matriks. Berikut diberikan tabel Routh- Hurwitz yang ditunjukkan pada Tabel 2.1 Tabel 2.1 Tabel Routh-Hurwitz dengan didefinisikan sebagai berikut 30

Suatu sistem dikatakan stabil menurut teorema 2.3 apabila mempunyai nilai eigen dengan bagian real negatif yang ditunjukan dengan tidak adanya perubahan pada setiap elemen di kolom pertama tabel Routh-Hurwitz. Definisi 2.9 (Olsder dan Woude, 2004:61) Diberikan polinomial dengan, akar-akar polinomial (2.39) memiliki bagian real negatif jika dan hanya jika tabel Routh-Hurwitz terdiri dari baris dan setiap elemen di kolom pertama pada tabel tidak mengalami perubahan tanda, setiap elemen pada kolom pertama dapat bertanda positif atau negatif. J. Bifurkasi Pada suatu sistem dinamik yang memiliki nilai eigen nol, maka sistem tersebut rentan terhadap gangguan. Sedikit saja sistem mengalami gangguan maka nilai eigen dari sistem dapat berpindah ke daerah stabil atau ke daerah tidak stabil. Keadaan inilah yang sering disebut dengan bifurkasi yaitu perubahan kestabilan suatu sistem dinamik seiring dengan perubahan parameter. Definisi 2.10 (Kuznetsov, 1998:57) Bifurkasi adalah munculnya potret fase yang tidak ekuivalen secara topologi karena adanya perubahan parameter. Bifurkasi yang paling sederhana untuk dipelajari adalah bifurkasi dengan parameter berdimensi-1. Beberapa jenis bifurkasi tersebut adalah sebagai berikut : 31

1. Bifurkasi Saddle-Nodes Bifurkasi saddle-nodes digambarkan dengan. Jika tidak ada solusi ekuilibrium, sedangkan pada saat terdapat dua solusi ekuilibrium yaitu solusi stabil dan solusi tak stabil. Bifurkasi ini dapat ditunjukkan oleh gambar berikut (Seydel, 2009:62) : Gambar 2.1 Bifurkasi Saddle Nodes 2. Bifurkasi Transkritikal Bifurkasi transkritikal digambarkan dengan. Terdapat dua solusi ekuilibrium yaitu dan, keduanya mengalami perubahan kestabilan pada saat melewati. Bifurkasi ini dapat ditunjukkan oleh gambar berikut (Seydel, 2009 : 64-65) : 32

Gambar 2.2 Bifurkasi Transkritikal 3. Bifurkasi Pitchfork Bifurkasi pitchfork dibagi menjadi dua yaitu bifurkasi pitchfork superkritikal dan bifurkasi pitchfork subkritikal. Bifurkasi pitchfork superkritikal digambarkan dengan persamaan diferensial. Jika tidak ada solusi ekuilibrium, sedangkan jika ada tiga solusi ekuilibrium yaitu solusi tak stabil dan dua buah solusi stabil. Bifurkasi ini ditunjukkan oleh gambar sebagai berikut (Seydel, 2009 : 64-65) : 33

Gambar 2.3 Bifurkasi Pitchfork Superkritikal Sedangkan bifurkasi pitchfork subkritikal digambarkan dengan persamaan diferensial. Jika tidak ada solusi ekuilibrium, sedangkan jika ada tiga solusi ekuilibrium yaitu solusi stabil dan dua buah solusi tak stabil. Bifurkasi ini ditunjukkan oleh gambar sebagai berikut (Seydel, 2009 : 65) : Gambar 2.4 Bifurkasi Pitchfork Subkritikal 34

4. Bifurkasi Hopf Definisi 2.11 Bifurkasi yang bersesuaian dengan,, dengan adalah bagian imaginer dari nilai eigen yang terkait. Maka bifurkasi yang akan terjadi disebut bifurkasi Hopf atau Andronov-Hopf (Kuznetsov, 1998:80). K. Teori Center Manifold Kestabilan sistem yang nilai eigennya mempunyai bagian real yang bernilai nol tidak dapat dilakukan dengan melihat kestabilan linearisasi dari sistem tersebut. Oleh karena itu, untuk menentukan kestabilan sistem yang nilai eigennya mempunyai bagian real yang bernilai nol digunakan teori center manifold. Sebuah sistem persamaan diferensial didefinisikan sebagai berikut : dimana : dengan merupakan matriks dengan nilai eigen tidak hiperbolik, matriks dengan nilai eigen hiperbolik negatif, dimana dan adalah fungsi, dimana merupakan suatu fungsi yang selalu kontinu hingga turunan ke. Definisi 2.12 (Wiggins, 2003 : 246) Center manifold untuk sistem (2.40) didefinisikan sebagai untuk yang cukup kecil. 35

Dari persamaan (2.41) diperoleh kemudian persamaan (2.42) diturunkan terhadap sehingga diperoleh Selanjutnya substitusikan persamaan (2.43) ke persamaan (2.40) sehingga diperoleh ( ) Substitusikan persamaan (2.43) ke (2.45) sehingga diperoleh ( ) Kemudian substitusikan persamaan (2.44) ke persamaan (2.46) ( ) ( ) atau ( ) [ ( )] ( ) Persamaan (2.48) merupakan persamaan manifold center. L. Vektor Eigen Tergeneralisasi Vektor eigen tergeneralisasi muncul jika ada nilai eigen yang sama besar. Diberikan sebuah matriks persegi berukuran. Definisi 2.13 (Perko, 2001 : 32) Misalkan merupakan nilai eigen dari matriks yang berukuran dengan multiplisitas. Kemudian untuk, solusi taknol dari disebut sebagai vektor eigen tergeneralisasi dari. 36

Contoh 2.7 Diberikan matriks Matriks mempunyai nilai eigen, dan dan vektor eigen yang bersesuaian adalah dan. Kemudian harus dicari vektor eigen tergeneralisasi yang bersesuaian dengan yaitu dengan mencari penyelesaian taknol dari ( ) dan diperoleh 37