19 3 METODOLOGI 3.1 Tempa dan Waku Peneliian Peneliian berjudul Model Pengelolaan Perikanan Pelagis secara Berkelanjuan di PPN Prigi, Trenggalek, Jawa Timur ini dilakukan di PPN Prigi, Kabupaen Trenggalek, Jawa Timur. Pengumpulan daa di lapangan dilakukan selama lebih kurang 1,5 bulan yaiu pada bulan Februari-Mare 2011. Lokasi peneliian dapa diliha pada Gambar 6. Gambar 6 Lokasi peneliian. 3.2 Meode Peneliian Meode peneliian yang digunakan adalah meode sudi lapangan. Teknik peneliian lapangan yang sisemais melipui wawancara pribadi, observasi, pengarsipan daa dan survei melalui kuesioner. Penulis idak sepenuhnya mengacu pada hasil yang disampaikan responden, namun menggabungkan dengan eknik lain sehingga diperoleh pandangan yang luas sebelum membua kesimpulan. Teknik sudi lapangan yang paling spopuler melibakan penggunaan kuesioner. Penggunaan kuesioner berguna unuk mengurangi penyimpangan dan dan memperluas cakupan responden yang erliba (Ivancevich e al 2005).
20 Peneliian ini berujuan merumuskan sraegi pada model pengelolaan yang cocok unuk keberlanjuan perikanan angkap di daerah ersebu. Daa yang diambil berupa daa primer dan daa sekunder. Daa primer dikumpulkan dengan wawancara sakeholder perikanan di Prigi menggunakan kuesioner. Daa yang dikumpulkan dapa diliha pada Tabel 1. Tabel 1 Jenis dan pengumpulan daa Tujuan Penenuan ikan unggulan Menghiung poensi ikan unggulan Menghiung kelayakan usaha uni penangkapan ikan Memeakan persepsi sakeholder Menyusun model pengelolaan Jenis Daa Daa Sekunder Daa Sekunder Daa Primer Daa Primer Daa Primer Daa Sekunder Sumber Daa Laporan Saisik PPN Prigi Laporan Saisik PPN Prigi Nelayan pemilik kapal sakeholder (nelayan, bakul/pedagang, pengelola) sakeholder (nelayan, bakul/pedagang, pengelola) Laporan Saisik PPN Prigi, execuive summary PPN Prigi Cara Pengumpulan Daa Daa 5 ahun eakhir mengenai jenis dan produksi ikan, raa-raa musim ikan dalam sau ahun dan ujuan uama pemasaran Daa 5 ahun erakhir mengenai jenis dan jumlah ikan yang didarakan dan daa jenis dan jumlah ala angkap yang beroperasi Wawancara dengan nelayan mengenai invesasi, pendapaan, pengeluaran pada iap uni penangkap ikan yang dominan menanngkap ikan unggulan Pengisisan kuesioner mengenai opini sakeholder erhadap kehidupan sosial perikanan angkap di PPN Prigi sera hubungan anar sakeholder (peranyaan selengkapnya dapa diliha pada sub sub bab 3.3.4). Wawancara mengenai keadaan perikanan angkap dari segi ekologi, ekonomi maupun sosial Daa penunjang mengenai perkembangan erbaru pada perikanan angkap di PPN Prigi Pengumpulan daa unuk menganalisis keberlanjuan ekonomi dilakukan dengan meode purposive sampling, responden merupakan orang yang disarankan oleh pihak pelabuhan. Penggunaan meode ini dianggap lebih mudah unuk mewakili daa karena raa-raa ukuran iap uni ala angkap hampir sama selain iu idak semua pemilik kapal mudah dan mau unuk diwawancarai. Jumlah responden masing-masing 3 orang pemilik kapal dari iap uni ala angkap purse seine, pancing onda, gillne dan payang. Daa primer juga dikumpulkan unuk analisis keberlanjuan sosial yang diambil dengan wawancara menggunakan kuesioner. Pengambilan daa dilakukan dengan meode random. Penggunaan meode ini adalah agar dapa meliha sebaran persepsi dari iap sakeholder.
21 Jumlah responden adalah 69 orang (10% dari iap sakeholder) yang erdiri dari nelayan (ala angkap purse seine, pancing onda, gillne dan payang), bakul/pedagang sera pengelola (pihak PPN Prigi, TPI, saker PSDKP, Perum PPS cabang Prigi dan Pol-Air). Khusus unuk nelayan, 10% dihiung dari jumlah kapal dengan asumsi persepsi nelayan dalam sau armada adalah sama. Daa sekunder yang dikumpulkan berupa laporan saisik perikanan PPN Prigi yang digunakan unuk menganalisis keberlanjuan ekologi dan penenuan ikan unggulan. Selain iu daa sekunder lain yang dikumpulkan adalah daa BPS (2010) dan laporan-laporan mengenai kondisi PPN Prigi unuk mendukung penulisan. 3.3 Meode Analisis Daa Analisis daa yang digunakan pada peneliian ini adalah analisis skoring unuk menenukan ikan unggulan, priorias kelayakan usaha ala penangkap ikan sera penenuan fokus model pengelolaan yang digunakan, analisis poensi sumberdaya ikan unggulan menggunakan surplus producion model (SPM), analisis kelayakan usaha menggunakan cashflow dan invesmen crieria, analisis persepsi sakeholder menggunakan percepual map dengan diskriminan ganda sera analisis perumusan sraegi menggunakan srengh weaknesses opporuniies hreas (SWOT) dan balanced scorecard. Tujuan akhir dari peneliian ini adalah analisis perumusan sraegi menggunakan srengh weaknesses opporuniies hreas (SWOT), dilanjukan dengan penenuan kebijakan jangka pendek unuk mendukung kebijakan jangka panjang menggunakan balanced scorecard. Analisis lainnya merupakan analisis pendukung unuk membua perumusan sraegi. 3.3.1 Analisis penenuan jenis ikan unggulan Ikan unggulan adalah spesies arge yang lebih diinginkan oleh sakeholder karena memiliki beberapa kelebihan. Ikan unggulan yang dianalisis pada peneliian ini didasarkan pada kondisi yang ada saa ini. Suau jenis ikan idak selamanya menjadi unggulan yang uamanya dipengaruhi oleh perminaan pasar. Ikan yang dipilih menjadi unggulan dalam peneliian ini adalah yang memiliki produksi > 100 on/ahun dan selalu ersedia dalam 5 ahun erakhir.
22 Asumsi awal ini digunakan karena produksi dan koninuias produk sanga diperlukan unuk memenuhi kebuuhan pasar. Terdapa enam jenis ikan yang masuk dalam kaegori ersebu, yaiu: ongkol, layang, una, layur, lemuru dan cakalang. Penenuan uruan priorias ikan unggulan di PPN Prigi dihiung dengan menggunakan analisis skoring. Meode ini dapa digunakan unuk menilai beberapa aspek yang dianalisis dengan sauan yang berbeda. Penilaian beberapa krieria (variabel) secara bersama menggunakan sandardisasi nilai. Krieria yang digunakan anara lain adalah produksi ikan, koninuias, nilai produksi dan ujuan uama pemasaran, keempanya dianggap paling berpengaruh erhadap keunggulan jenis ikan. Seiap krieria diberikan nilai dari yang eringgi hingga erendah. Hal ini menunjukkan ingka kualias dari suau sauan krieria, selain iu dilakukan sandardisasi nilai menggunakan fungsi nilai (Haluan & Nurani 1988). Sandardisasi dengan fungsi nilai dapa dilakukan dengan rumus: V (x) = 0 1 0 dimana: V (x) = fungsi nilai dari variabel x X 0 X 1 = nilai erendah dari krieria x = nilai eringgi dari krieria x Fungsi V menunjukkan uruan priorias. Alernaif ikan unggulan yang memiliki nilai V eringgi merupakan ikan unggulan erpilih dari PPN Prigi. 3.3.2 Keberlanjuan ekologi: poensi ikan unggulan Keberlanjuan ekologi merupakan hal dasar yang harus dilakukan dalam suau konsep pembangunan keberlanjuan. Ekologi dalam perikanan angkap merupakan hubungan imbal balik anara sumberdaya yang ersedia dengan pemanfaaan sumberdaya yang dilakukan oleh manusia. Kajian sok sumberdaya perikanan menjadi pening unuk mengeahui berapa poensi ikan yang dapa dimanfaakan oleh manusia. Tujuan penggunaan model produksi surplus adalah unuk menenukan ingka upaya opimum, yaiu suau upaya yang dapa menghasilkan hasil angkapan maksimum yang lesari anpa mempengaruhi produkivias sok secara
23 jangka panjang (MSY). Model produksi surplus yang lebih sering digunakan adalah model Schaefer (Sparre dan Venema 1999). Model Schaefer menghubungkan anara hasil angkapan per-upaya penangkapan dengan upaya penangkapan sebagai beriku : CPUE = a be (1) Hubungan anara upaya penangkapan dengan hasil angkapan adalah : 2 C = ae be...(2) Nilai inersep (a) dan slope (b) diduga dengan model-model penduga parameer biologi dari persamaan produksi Schaefer yaiu: (1) Equilibrium Schaefer h 2 q k = qke E (3) r (2) Disequilibrium Schaefer U (3) Schnue U r + 1 1 = r U qe. (4) 2U kq + 1 + 1 + 1 U Ln U (4) Waler-Hilborn r U + U = r kq 2 E + E q 2...(5) U + 1 r 1 = r U qe...(6) U kq (5) Clark, Yoshimoo, dan Pooley (CYP) 2r 2 + r 2 r 2 + r q (2 + r) ( ) ln( qk) + ln( U ) ( E E ) LnU Keerangan : + 1 = + +1 h = hasil angkapan pada periode, U = CPUE pada waku, U +1 = CPUE pada waku +1, E = upaya penangkapan (effor) pada waku, E +1 = upaya penangkapan (effor) pada waku +1, k q r = konsana daya dukung perairan, = konsana kemampuan ala angkap, = konsana perumbuhan alami (inrinsik)....(7)
24 Kelima model yang dikemukakan diaas, dipilih yang erbaik (bes fi). Penilaian ini berdasarkan kesesuaian anda dalam persamaan, pendekaan dengan koefisien deerminasi (R 2 ) erbesar dan model yang memiliki nilai validasi mendekai nol. (1) nilai a dan b didapa melalui persamaan : a = qk (8) 2 q k b =.(9) r (2) jumlah upaya penangkapan opimum yang diperlukan unuk mendapakan hasil angkapan lesari diperoleh dengan menurunkan persamaan dari hubungan anara upaya penangkapan dengan hasil angkapan, yaiu : dc de = ae 2bE... (10) Sehingga diperoleh persamaan a E op =. (11) 2b (3) Hasil angkapan maksimum lesari (MSY) diperoleh: 2 a C MSY =....(12) 4b 3.3.3 Keberlanjuan ekonomi: kelayakan uni penangkapan ikan Manusia idak erlepas dari masalah ekonomi yaiu unuk memenuhi kebuuhan hidup. Perikanan angkap membuuhkan keberlanjuan ekonomi agar dapa memenuhi kebuuhan hidup sakeholder dan konsumen. Keberlanjuan ekonomi perikanan angkap di PPN Prigi pada peneliian ini dikaji dengan menghiung kelayakan usaha uni penangkapan ikan yang dominan menangkap ikan unggulan. Kelayakan usaha akan dihiung dengan analisis finansial cashflow dan analisis invesmen crieria. 1) Analisis finansial cashflow Perhiungan cashflow menggambarkan semua penerimaan dan pengeluaran perusahaan selama jangka waku erenu, biasanya sau ahun. Ala analisis cashflow yang digunakan, anara lain (Hernano 1989):
25 (1) Analisis keunungan digunakan unuk menghiung jumlah keunungan yang diperoleh dalam suau usaha. Jika π bernilai negaif arinya usaha mengalami kerugian. dimana: π TR TC = keunungan/laba = oal pendapaan = oal biaya π = TR TC (2) Revenue cos raio (R/C) merupakan perbandingan pendapaan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan unuk menenukan layak aau idaknya usaha yang dijalankan pada saa ini. krieria: R/C raio < 1 usaha idak layak R/C raio = 1 usaha impas R/C raio > 1 usaha layak R/C = pendapaan/biaya (3) Payback period (PP) adalah adalah perhiungan unuk mengeahui dalam kurun waku berapa lama nilai invesasi akan kembali, sehingga penghiungannya menggunakan rumus: 2) Analisis invesmen crieria PP = ( ) Menuru Kadariah e al (1999) profiabilias dapa dihiung dengan meode discouned cash flow. Meode ini memperhaikan nilai waku uang (ime value of money) karena uang memiliki ime preference (skala waku). (1) Fuure value (FV) aau nilai dimasa akan daang Rumus: FV = PV x (1+i) n Compounding Facor : (1+i) n Compounding facor adalah suau bilangan yang dapa digunakan unuk mengalikan suau jumlah pada waku sekarang (PV) sehingga dapa dikeahui jumlah di waku yang akan daang (FV).
26 (2) Presen value (PV): Rumus: PV= FV / (1+i) n Discoun Facor : 1/ (1+i) n Discoun Facor ialah bilangan yang dapa digunakan unuk mengalikan suau jumlah di waku yang akan daang (FV) supaya menjadi nilai sekarang (PV). Krieria penilaian invesasi yang digunakan dalam peneliian ini melipui 3 hal, yaiu (Kadariah e al 1999 dan Gray e al 2005): (1) Ne presen value (NPV) berujuan unuk mengeahui ingka keunungan yang diperoleh selama umur ekonomis proyek. NPV merupakan selisih anara nilai sekarang dari penerimaan dengan nilai sekarang dari pengeluaran pada ingka bunga erenu, yang dinyaakan dengan rumus: =1 (1 ) dimana : B = manfaa (penerimaan) bruo pada ahun ke- (Rp) C = biaya bruo pada ahun ke- (Rp) i = ingka suku bunga (%) = periode invesasi (i = 1, 2, 3,..., n) krieria: NPV > 0, berari usaha layak/mengunungkan NPV = 0, berari usaha mengembalikan biaya yang dikeluarkan/impas NPV < 0, berari usaha idak layak/rugi. (2) Inernal rae of reurn (IRR) adalah ingka suku bunga dari suau usaha dalam jangka waku erenu yang membua NPV dari usaha sama dengan nol, dinyaakan dengan rumus: IRR = i 1 + 1 1+ 2 (i 2 -i 1 ) krieria: IRR > i, berari usaha layak IRR < i, berari usaha idak layak/rugi. (3) Ne benefi cos raio (Ne B/C) adalah unuk mengeahui berapa besarnya penerimaan dibandingkan dengan pengeluaran selama umur ekonomis
27 proyek. Ne B/C merupakan perbandingan anara oal nilai sekarang dari penerimaan bersih yang bersifa posiif (B C > 0) dengan oal nilai sekarang dari penerimaan yang bersifa negaif (B C < 0), dengan rumus: Ne B/C = =1 (1+ ) =1 (1+ ) dimana: krieria: (1+ ) (1+ ) =1 > 0 dan =1 > 0 Ne B/C > 1, berari usaha layak/mengunungkan Ne B/C = 1, berari usaha pulang pokok/impas Ne B/C < 1, berari usaha idak layak/rugi 3.3.4 Keberlanjuan sosial: persepsi sakeholder Keberlanjuan secara sosial diarikan sebagai sisem yang mampu mencapai kesearaan, menyediakan layanan sosial ermasuk kesehaan, pendidikan, gender, dan akunabilias poliik (Fauzi 2004). Keberlanjuan dalam perikanan angkap perlu memperhaikan kesearaan pencapaian ujuan yang diharapkan oleh sakeholder maupun pihak pemerinah sebagai pengelola. Keberlanjuan sosial dalam peneliian ini dikaji dengan mendeskripsikan persepsi sakeholder. Percepual map diperlukan unuk mengelompokkan dan mengeahui kecenderungan responden berada pada kelompok yang sama aau idak. Analisis diskriminan ganda digunakan unuk memprediksi keanggoaan dari iap responden yang dikaegorikan berdasarkan usia, pendidikan dan pekerjaan dengan hasil akhir percepual map. Percepual map dihiung dengan sofware SPSS. Langkah-langkah pembuaan analisis diskriminan menuru Simamora (2005) adalah 1) merumuskan masalah; 2) mengesimasi koefisien fungsi diskriminan; 3) memasikan signifikansi deerminan; 4) menginerpreasi hasil; dan 5) menguji signifikansi analisis diskriminan. Model analisis diskriminan ganda adalah persamaan yang menunjukkan kombinasi linier dari berbagai variabel independen. Peranyaan yang digunakan unuk meliha persepsi sakeholder dalam aribu sosial berjumlah 7. Peranyaan yang diajukan yaiu mengenai: kejelasan penangkapan (x1), konflik anar nelayan (x2), keberadaan organisasi (x3), hubungan anar sakeholder (x4), kemudahan
28 akses pelabuhan (x5), peningkaan pelayanan pelabuhan (x6) dan peningkaan pengeahuan dan kerampilan (x7). Jumlah persamaan sama dengan jumlah variabel dependen dikurangi 1, dengan persamaan sebagai beriku: dimana: D 1 b X = skor diskriminan D 1 = b 0 + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 +... + b k X k = koefisien diskriminan aau bobo = predikor aau variabel independen Model fungsi-fungsi yang digunakan dapa dipercaya akura jika nilai hi raio > proporional chance crierion. Hi raio adalah persenase responden yang kelompoknya dapa diprediksi secara epa, sedangkan proporional chance crierion adalah kesempaan klasifikasi dari seiap grup yang memiliki grup berukuran idak sama (Simamora 2005). Rumus perhiungan nilai proporional chance crierion adalah sebagai beriku: dimana: C PRO p 1 2, p 2 2, p n 2 C PRO = p 1 2 + p 2 2 + p n 2 = proporional chance crierion = proporsi responden pada iap grup Pada persepsi berdasarkan usia, jumlah grup dibagi berdasarkan disribusi frekuensi dari daa usia responden. Tiga hal yang perlu diperhaikan dalam disribusi frekuensi unuk daa kuaniaif yaiu jumlah kelas, lebar kelas dan baas kelas (Suprano 2000). Jumlah kelas dienukan dengan rumus: dimana: k n = banyak kelas = jumlah observasi k = 1+3,322 log n Sedangkan rumus unuk menenukan inerval/lebar kelas adalah: dimana: c k X n X 1 = perkiraan lebar kelas = jumlah kelas = nilai observasi erbesar = nilai observasi erkecil c = 1
29 3.3.5 Model pengelolaan berkelanjuan Pembangunan berkelanjuan harus didukung pengelolaan yang baik. Salah sau cara pengelolan perikanan angkap adalah perumusan sraegi yang epa dan sesuai unuk suau daerah. Perumusan model pengelolaan perikanan berkelanjuan yang dilakukan pada peneliian ini erdiri dari perumusan sraegi menggunakan SWOT. Selanjunya perumusan sraegi jangka panjang dan jangka pendek sebagai olok ukur keberhasilan menggunakan analisis balanced scorecard. 1) Fokus model pengelolaan Sebelum membua perumusan sraegi, perama dienukan model pengelolaan yang paling cocok menjadi fokus di Prigi. Model yang diperhiungkan merupakan mariks kombinasi dari ikan unggulan dengan ala penangkap ikan dominan di PPN Prigi, sehingga erdapa 20 kombinasi model (hasil dari kombinasi 5 jenis ikan dan 4 jenis uni ala penangkap ikan). Analisis yang digunakan unuk membua alernaif kebijakan diawali dengan membua mariks kombinasi anara ikan unggulan dengan uni penangkapan ikan. Mariks kombinasi dapa diliha pada Tabel 2. Tabel 2 Mariks kombinasi model yang akan dikembangkan Jenis ikan API A B C ds 1 A1 B1 C1 2 A2 B2 C2 ds Keerangan: A, B, C, ds = jenis ala penangkap ikan 1,2, ds = jenis ikan unggulan Analisis skoring merupakan analisis selanjunya unuk menenukan priorias model pengelolaan. Skoring didasarkan pada skor ikan unggulan, skor poensi dan pemanfaaan ikan (ekologi) dan skor kelayakan usaha iap ala angkap (ekonomi). Keberlanjuan sosial idak diperhiungkan karena diasumsikan memiliki nilai yang sama unuk semua kombinasi model.
30 2) Perumusan sraegi pengelolaan Analisis yang digunakan unuk membua perumusan sraegi adalah analisis SWOT. Dasar pembuaan SWOT adalah hasil pengamaan dan wawancara yang kemudian dibagi menjadi dua analisis, yaiu analisis inernal yang erdiri dari fakor kekuaan dan kelemahan sera analisis eksernal yang erdiri dari fakor peluang dan ancaman. Dari fakor-fakor ersebu dibua mariks Inernal Facors Analysis Summary (IFAS) dan Exernal Facors Analysis Summary (EFAS) seperi Tabel 3. Tabel 3 Pembuaan mariks IFAS Fakor Inernal Bobo Raing Bobo*Raing 1. Kekuaan...... 2. Kelemahan...... Toal 1,0 Langkah-langkah pembuaan mariks IFAS dan EFAS adalah sebagai beriku: (1) pengisian fakor-fakor yang menjadi kekuaan dan kelemahan pada IFAS sera peluang dan ancaman pada EFAS; (2) pemboboan pada kolom 2 anara 0-1, nilai 1,0 unuk fakor yang dianggap sanga pening dan 0,0 unuk fakor yang dianggap idak pening; (3) pemberian nilai raing pada kolom 3. Raing adalah pengaruh yang diberikan fakor, nilai 1 unuk pengaruh yang sanga kecil dan nilai 4 unuk pengaruh yang sanga besar; (4) kolom 4 adalah hasil perkalian bobo dan raing; (5) menjumlah oal skor yang didapakan dari kolom 4. Nilai oal menunjukkan reaksi organisasi erhadap fakor inernal dan eksernal. Nilai 1,00-1,99 menunjukkan posisi inernal aau eksernalnya rendah, nilai 2,00-2,99 menunjukkan posisi inernal aau eksernalnya raa-raa, sedangkan nilai 3,00-4,00 menunjukkan posisi inernal aau eksernalnya kua (Rangkui, 2005). Seelah membua mariks IFAS dan EFAS dilanjukan dengan pembuaan mariks SWOT. Tabel 4 menggambarkan mariks SWOT. Langkah-langkah
31 pembuaan mariks SWOT adalah sebagai beriku: (1) merinci kekuaan, kelemahan, peluang dan ancaman pada kolom yang elah ada; dan (2) mencocokkan iap pasang fakor sehingga erbenuk sraegi SO, WO, ST dan WT dan mencaa semua sraegi yang memungkinkan unuk dilaksanakan. Tabel 4 Mariks SWOT IFAS EFAS Opporuniies (O)...... Threahs (T)...... Srenghs (S)...... Sraegi SO Sraegi ST Weaknesses (W)...... Sraegi WO Sraegi WT 3) Tolok ukur keberhasilan sraegi Tolok ukur keberhasilan sraegi dianalisis dengan balanced scorecard. Balanced scorecard merupakan suau sisem manajemen, pengukuran dan pengendalian yang secara epa dan komprehensif dapa memberikan pemahaman kepada manajer enang performa bisnis. Sisem balanced scorecard erdiri aas empa perspekif diliha dari sisi inernal dan eksernal. Sisi inernal erdiri dari segi (1) finansial dan (2) bisnis inernal, sedangkan sisi eksernal erdiri dari (3) pelanggan sera (4) pembelajaran dan perumbuhan. Pengendalian perusahaan dapa dilakukan pada keempa perspekif ersebu dengan memfokuskan pada rasio-rasio kunci yang kriis dan sraegis melalui arge yang dapa dijangkau (Yuwono e al 2006 dalam Nurani 2011). Balanced scorecard berujuan unuk mengukur kebijakan sraegis yang diperoleh dari analisis SWOT, dimana dibua olok ukur operasional jangka pendek unuk mengukur keberhasilan jangka panjang. Langkah awal yang dilakukan dalam analisis balanced scorecard adalah menerjemahkan visi dan sraegi, kemudian mengkomunikasikan dan mengaikan berbagai ujuan dan ukuran sraegis; merencanakan, meneapkan sasaran dan menyelaraskan berbagai inisiaif sraegis; meningkakan umpan balik dan pembelajaran sraegis. Visi yang diemban dalam kasus ini adalah keberlanjuan perikanan angkap di PPN
32 Prigi dengan menekankan pada model yang cocok dikembangkan, dengan misi mensejaherakan sakeholder dan rakya dengan hasil perikanan. Berdasarkan sraegi yang elah disusun, dibua menjadi olok ukur jangka pendek unuk mencapai olok ukur jangka panjang sehingga dapa meraih sraegi yang yang diharapkan. Tahap dalam penyusunan balanced scorecard (Nurani 2008), yaiu: (1) merinci visi berdasarkan masing-masing perspekif dan merumuskan saegi; (2) idenifikasi fakor-fakor pening keberhasilan kinerja sisem; (3) mengembangkan olok ukur, idenifikasi sebab akiba dan menyusun keseimbangan sisem; (4) merinci scorecard dan olok ukur uni sisem; (5) merumuskan ujuan-ujuan; dan (6) implemenasi.