perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

dokumen-dokumen yang mirip
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RESTORAN 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG PERPUSTAKAAN 2 LANTAI

Tugas Akhir Perencanaan Struktur Salon, fitness & Spa 2 lantai TUGAS AKHIR. Disusun Oleh : Enny Nurul Fitriyati I

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

Oleh : Hissyam I

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RESTORAN DAN KARAOKE 2 LANTAI TUGAS AKHIR

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG FACTORY OUTLET DAN CAFE 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN ANGGARAN BIAYA GEDUNG SWALAYAN DAN TOKO BUKU 2 LANTAI TUGAS AKHIR

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH DUA LANTAI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUMAH TINGGAL 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG RSUD 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA ASRAMA MAHASISWA 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG PERPUSTAKAAN 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG KULIAH DAN LABORATORIUM 2 LANTAI TUGAS AKHIR

Tugas Akhir Perencanaan Struktur dan Rencana Anggaran Biaya Gedung Kuliah 2 Lantai

PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN SEKOLAHAN 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA BANGUNAN GEDUNG TOKO ELEKTRONIK 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR PERPUSTAKAAN DUA LANTAI TUGAS AKHIR

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GEMOLONG 2 LANTAI

TAMPAK DEPAN RANGKA ATAP MODEL 3

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA ASRAMA MAHASISWA 2 LANTAI TUGAS AKHIR

PERENCANAAN STRUKTUR PERPUSTAKAAN DUA LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN CAFE DAN RESTO 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR Dan RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG KULIAH 2 LANTAI

GEDUNG ASRAMA DUA LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR BOARDING HOUSE

DISUSUN OLEH JUNE ADE NINGTIYA I

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isi Laporan

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI. Diajukan Oleh : DANNY ARIEF M I

BAB 1 LATAR BELAKANG.FIX.pdf BAB 2 DASAR TEORI.FIX.pdf

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG SWALAYAN 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG LABORATORIUM DUA LANTAI. Tugas akhir. Sudarmono I

PERENCANAAN STRUKTUR dan RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG UKM DUA LANTAI

PERENCANAAN KANTOR KECAMATAN 2 LANTAI TUGAS AKHIR

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL 2011

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSKESMAS DUA LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG MALL 3 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR PUSKESMAS PEMBANTU DUA LANTAI

ANALISA DIMENSI DAN STRUKTUR ATAP MENGGUNAKAN METODE DAKTILITAS TERBATAS

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG LABORATORIUM 2 LANTAI & RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG FACTORY OUTLET DAN RESTO DUA LANTAI

BAB I. Perencanaan Atap

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH 4 LANTAI DENGAN SISTEM DAKTAIL TERBATAS

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI TUGAS AKHIR

PERENCANAAN STRUKTUR RUMAH DAN TOKO 2 LANTAI

1. Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI ) 3. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI-1983)

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KECAMATAN 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SUPERMARKET DAN FASHION DUA LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RESTAURANT & TOKO 2 LANTAI

PERHITUNGAN PANJANG BATANG

BAB V PEMBAHASAN. terjadinya distribusi gaya. Biasanya untuk alasan efisiensi waktu dan efektifitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Tugas Akhir Perencanaan Struktur Gedung Sekolah 2 Lantai Tinjauan Umum Perencanaan

PERENCANAAN STRUKTUR BUTIK 2 LANTAI

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)

A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS)

Tugas Besar Struktur Bangunan Baja 1. PERENCANAAN ATAP. 1.1 Perhitungan Dimensi Gording

PERENCANAAN SHOWROOM DAN BENGKEL NISSAN

RANGKUMAN Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung

4.3.5 Perencanaan Sambungan Titik Buhul Rangka Baja Dasar Perencanaan Struktur Beton Bertulang 15

A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE DESAIN DAN PERENCANAAN RANGKA BALOK BAJA

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA ( RAB ) TUGAS AKHIR

BAB IV ANALISA STRUKTUR

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. 3.1 Diagram Alir Perancangan Struktur Atas Bangunan. Skematik struktur

ANALISIS KUDA-KUDA BAJA DENGAN SAP (Structure Analysis Program) 2000 V.11. Ninik Paryati

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT KEGIATAN MAHASISWA POLITEKNIK NEGERI MALANG DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH (SRPMM)

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

CAHYA PUTRI KHINANTI Page 3

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tugas Akhir Perencanaan Struktur dan Rencana Anggaran Biaya Gedung Serbaguna 2 lantai Latar Belakang. 1.2.

1 HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL SEMARANG

BAB 1 PERHITUNGAN PANJANG BATANG

BAB 4 STUDI KASUS. Sandi Nurjaman ( ) 4-1 Delta R Putra ( )

BAB V ANALISIS KAPASITAS DUKUNG FONDASI TIANG BOR

LAPORAN PERHITUNGAN STRUKTUR

Penyelesaian : Penentuan beban kerja (Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983) : Penutup atap (genteng) = 50 kg/m2

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303. Balok Lentur.

Interpretasi dan penggunaan nilai/angka koefisien dan keterangan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengguna.

LAMPIRAN I (Preliminary Gording)

PRESENTASI TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR PUSTAKA. Analisis Harga Satuan Pekerjaan Kota Bandung. Dinas Tata Kota Propinsi Jawa Barat

PERENCANAAN GEDUNG PASAR TIGA LANTAI DENGAN SATU BASEMENT DI WILAYAH BOYOLALI (DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL)

STUDI PENGGUNAAN BAJA RINGAN SEBAGAI KOLOM PADA RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA PRAYOGA NUGRAHA NRP

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya perkembangan dunia teknik sipil menuntut bangsa Indonesia untuk dapat menghadapi segala kemajuan dan tantangan. Hal itu dapat terpenuhi apabila sumber daya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia memiliki kualitas pendidikan yang tinggi, Karena pendidikan merupakan sarana utama bagi kita untuk semakin siap menghadapi perkembangan ini. Dalam hal ini bangsa Indonesia telah menyediakan berbagai sarana guna memenuhi sumber daya manusia yang berkualitas. Sehingga Program D III Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret sebagai salah satu lembaga pendidikan dalam merealisasikan hal tersebut memberikan sebuah perencanaan gedung bertingkat dengan maksud agar dapat menghasilkan tenaga yang bersumber daya dan mampu bersaing dalam dunia kerja. 1.2. Maksud dan Tujuan Dalam menghadapi pesatnya perkembangan jaman yang semakin modern dan berteknologi, serta semakin derasnya arus globalisasi saat ini, sangat diperlukan seorang teknisi yang berkualitas. Khususnya dalam ini adalah teknik sipil, sangat diperlukan teknisi-teknisi yang menguasai ilmu dan keterampilan dalam bidangnya. Program D III Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta sebagai lembaga pendidikan bertujuan untuk menghasilkan ahli teknik yang berkualitas, bertanggungjawab, kreatif dalam menghadapi masa depan serta dapat mensukseskan pembangunan nasional di Indonesia. Bab I Pendahuluan 1

2 Program D III Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta memberikan dengan maksud dan tujuan : 1. Mahasiswa dapat merencanakan suatu konstruksi bangunan yang sederhana sampai bangunan bertingkat. 2. Mahasiswa diharapkan dapat memperoleh pengetahuan, pengertian dan pengalaman dalam merencanakan struktur gedung. 3. Mahasiswa diharapkan dapat memecahkan suatu masalah yang dihadapi dalam perencanaan suatu struktur gedung. 1.3. Kriteria Perencanaan 1. Spesifikasi Bangunan a. Fungsi Bangunan : Factory Outlet b. Luas Bangunan : 1125 m 2 c. Jumlah Lantai : 2 lantai d. Tinggi Lantai : 4,0 m e. Konstruksi Atap : Rangka kuda-kuda baja f. Penutup Atap : Genteng g. Pondasi : Foot Plat 2. Spesifikasi Bahan a. Mutu Baja Profil : BJ 37 ( σ leleh = 2400 kg/cm 2 ) ( σ ijin = 1600 kg/cm 2 ) b. Mutu Beton (f c) : 20 MPa c. Mutu Baja Tulangan (fy) : Polos : 240 MPa. Ulir : 360 Mpa. Bab I Pendahuluan

3 1.4. Peraturan-Peraturan Yang Berlaku a. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847- 2002. b. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung SNI 03-1729- 2002 c. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung ( PPIUG 1983). d. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI 1984). Bab I Pendahuluan

BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Dasar Perencanaan 2.1.1 Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun beban khusus yang bekerja pada struktur bangunan tersebut. Beban-beban yang bekerja pada struktur dihitung menurut Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983, beban - beban tersebut adalah : 1. Beban Mati (qd) Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian penyelesaian, mesin mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian tak terpisahkan dari gedung itu.untuk merencanakan gedung ini, beban mati yang terdiri dari berat sendiri bahan bangunan dan komponen gedung adalah : a) Bahan Bangunan : 1. Beton bertulang... 2400 kg/m 3 2. Pasir basah...... 1800 kg/m 3 3. Pasir kering... 1600 kg/m 3 4. Beton biasa... 2200 kg/m 3 b) Komponen Gedung : 1. Dinding pasangan batu merah setengah bata... 250 kg/m 3 2. Langit langit dan dinding (termasuk rusuk rusuknya, tanpa penggantung langit-langit atau pengaku),terdiri dari : - semen asbes (eternit) dengan tebal maximum 4 mm... 11 kg/m 2 - kaca dengan tebal 3 4 mm... 10 kg/m 2 Bab 2 Dasar Teori 4

5 3. Penutup atap genteng dengan reng dan usuk... 50 kg/m 2 4. Penutup lantai dari tegel, keramik dan beton (tanpa adukan) per cm tebal... 24 kg/m 2 5. Adukan semen per cm tebal... 21 kg/m 2 2. Beban Hidup (ql) Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghuni atau penggunaan suatu gedung, termasuk beban beban pada lantai yang berasal dari barang barang yang dapat berpindah, mesin mesin serta peralatan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan pembebanan lantai dan atap tersebut. Khususnya pada atap, beban hidup dapat termasuk beban yang berasal dari air hujan (PPIUG 1983). Beban hidup yang bekerja pada bangunan ini disesuaikan dengan rencana fungsi bangunan tersebut. Beban hidup untuk bangunan gedung toko ini terdiri dari : Beban atap... 100 kg/m 2 Beban tangga dan bordes... 300 kg/m 2 Beban lantai untuk ruang mesin, alat, dan gudang... 400 kg/m 2 Berhubung peluang untuk terjadi beban hidup penuh yang membebani semua bagian dan semua unsur struktur pemikul secara serempak selama unsur gedung tersebut adalah sangat kecil, maka pada perencanaan balok induk dan portal dari sistem pemikul beban dari suatu struktur gedung, beban hidupnya dikalikan dengan suatu koefisien reduksi yang nilainya tergantung pada penggunaan gedung yang ditinjau, seperti diperlihatkan pada tabel 2.1. Bab 2 Dasar Teori

6 Tabel 2.1 Koefisien reduksi beban hidup Penggunaan Gedung PERUMAHAN: Rumah sakit / Poliklinik PENDIDIKAN: Sekolah, Ruang kuliah PENYIMPANAN : Gudang, Perpustakaan TANGGA : Perdagangan, penyimpanan Sumber : PPIUG 1983 Koefisien Beban Hidup untuk Perencanaan Balok Induk 0,75 0,90 0,80 0,90 3. Beban Angin (W) Beban Angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara (kg/m 2 ). Beban Angin ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif dan tekanan negatif (hisapan), yang bekerja tegak lurus pada bidang yang ditinjau. Besarnya tekanan positif dan negatif yang dinyatakan dalam kg/m 2 ini ditentukan dengan mengalikan tekanan tiup dengan koefisien koefisien angin. Tekan tiup harus diambil minimum 25 kg/m 2, kecuali untuk daerah di laut dan di tepi laut sampai sejauh 5 km dari tepi pantai. Pada daerah tersebut tekanan hisap diambil minimum 40 kg/m 2. Untuk daerah didekat laut dan didaerah lain dimana terdapat kecepatan angin lebih besar dari pada daerah tertentu,maka tekanan tiup (P) dapat dihitung dengan menggunakan rumus : 2 V P = ( kg/m 2 ) 16 Di mana V adalah kecepatan angin dalam m/det, yang harus ditentukan oleh instansi yang berwenang. Sedangkan koefisien angin ( + berarti tekanan dan berarti isapan ), untuk gedung tertutup : 1. Dinding Vertikal a) Di pihak angin... + 0,9 Bab 2 Dasar Teori

7 b) Di belakang angin...- 0,4 2. Atap segitiga dengan sudut kemiringan α a) Di pihak angin : α < 65... 0,02 α - 0,4 65 < α < 90... + 0,9 b) Di belakang angin, untuk semua α...- 0,4 2.1.2. Sistem Bekerjanya Beban Bekerjanya beban untuk bangunan bertingkat berlaku sistem gravitasi, yaitu elemen struktur yang berada di atas akan membebani elemen struktur di bawahnya, atau dengan kata lain elemen struktur yang mempunyai kekuatan lebih besar akan menahan atau memikul elemen struktur yang mempunyai kekuatan lebih kecil. Dengan demikian sistem bekerjanya beban untuk elemen elemen struktur gedung bertingkat secara umum dapat dinyatakan sebagai berikut : beban pelat lantai didistribusikan terhadap balok anak dan balok portal, beban balok portal didistribusikan ke kolom dan beban kolom kemudian diteruskan ke tanah dasar melalui pondasi. 2.1.3. Provisi Keamanan Dalam pedoman beton PPIUG 1983, struktur harus direncanakan untuk memiliki cadangan kekuatan untuk memikul beban yang lebih tinggi dari beban normal. Kapasitas cadangan ini mencakup faktor pembebanan (U), yaitu untuk memperhitungkan pelampauan beban dan faktor reduksi ( ), yaitu untuk memperhitungkan kurangnya mutu bahan di lapangan. Pelampauan beban dapat terjadi akibat perubahan dari penggunaan untuk apa struktur direncanakan dan penafsiran yang kurang tepat dalam memperhitungkan pembebanan. Sedang kekurangan kekuatan dapat diakibatkan oleh variasi yang merugikan dari kekuatan bahan, pengerjaan, dimensi, pengendalian dan tingkat pengawasan. Bab 2 Dasar Teori

8 Tabel 2.2 Faktor Pembebanan U No. KOMBINASI BEBAN FAKTOR U 1. D 1,4 D 2. D, L, A,R 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R) 3. D,L,W, A, R 1,2 D + 1,0 L ± 1,6 W + 0,5 (A atau R) 4. D, W 0,9 D ± 1,6 W 5. D,L,E 1,2 D + 1,0 L ± 1,0 E 6. D,E 0,9 D ± 1,0 E 7. D,F 1,4 ( D + F ) 8. D,T,L,A,R 1,2 ( D+ T ) + 1,6 L + 0,5 ( A atau R ) Sumber : SNI 03-2847-2002 Keterangan : D = Beban mati L = Beban hidup W = Beban angin A = Beban atap R = Beban air hujan E = Beban gempa T = Pengaruh kombinasi suhu, rangkak, susut dan perbedaan penurunan F = Beban akibat berat dan tekanan fluida yang diketahui dengan baik berat jenis dan tinggi maksimumnya yang terkontrol. Bab 2 Dasar Teori

9 Tabel 2.3 Faktor Reduksi Kekuatan No Kondisi gaya Faktor reduksi ( ) 1. 2. 3. 4. Lentur, tanpa beban aksial Beban aksial, dan beban aksial dengan lentur : a. Aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur b. Aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur : Komponen struktur dengan tulangan spiral Komponen struktur lainnya Geser dan torsi Tumpuan beton 0,80 0,8 0,7 0,65 0,75 0,65 Sumber : SNI 03-2847-2002 Karena kandungan agregat kasar untuk beton struktural seringkali berisi agregat kasar berukuran diameter lebih dari 2 cm, maka diperlukan adanya jarak tulangan minimum agar campuran beton basah dapat melewati tulangan baja tanpa terjadi pemisahan material sehingga timbul rongga-rongga pada beton. Sedang untuk melindungi dari karat dan kehilangan kekuatannya dalam kasus kebakaran, maka diperlukan adanya tebal selimut beton minimum. Beberapa persyaratan utama pada SNI 03-2847-2002 adalah sebagai berikut : a. Jarak bersih antara tulangan sejajar yang selapis tidak boleh kurang dari d b atau 25 mm, dimana d b adalah diameter tulangan. b. Jika tulangan sejajar tersebut diletakkan dalam dua lapis atau lebih, tulangan pada lapisan atas harus diletakkan tepat diatas tulangan di bawahnya dengan jarak bersih tidak boleh kurang dari 25 mm. Bab 2 Dasar Teori

10 Tebal selimut beton minimum untuk beton yang dicor setempat adalah: a) Untuk pelat dan dinding = 20 mm b) Untuk balok dan kolom = 40 mm c) Beton yang berhubungan langsung dengan tanah atau cuaca = 50 mm 2.1 Perencanaan Atap 1. Pembebanan Pada perencanaan atap ini, beban yang bekerja adalah : Beban mati Beban hidup : 100 kg/m 2 Beban Angin 2. Asumsi Perletakan Tumpuan sebelah kiri adalah Sendi. Tumpuan sebelah kanan adalah Rol. Tumpuan sebelah atas adalah Sendi. 3. Analisa struktur pada perencanaan ini menggunakan program SAP 2000. 2.2 Perencanaan Tangga 1. Pembebanan : Beban mati Beban hidup : 300 kg/m 2 2. Asumsi Perletakan Tumpuan bawah adalah Jepit. Tumpuan tengah adalah Sendi. Tumpuan atas adalah Sendi 3. Analisa struktur pada perencanaan atap ini menggunakan program SAP 2000. 2.3 Perencanaan Plat Lantai 1. Pembebanan : Bab 2 Dasar Teori

11 a. Beban mati b. Beban hidup : 400 kg/m 2 2. Asumsi Perletakan : jepit 3. Analisa struktur menggunakan program SAP 2000 2.4 Perencanaan Balok Anak 1. Pembebanan : a. Beban mati b. Beban hidup : 400 kg/m 2 2. Asumsi Perletakan : sendi sendi 3. Analisa struktur pada perencanaan atap ini menggunakan program SAP 2000. 2.5 Perencanaan Portal 1. Pembebanan : a. Beban mati b. Beban hidup : 400 kg/m 2 2. Asumsi Perletakan a. Jepit pada kaki portal. 3. Analisa struktur pada perencanaan atap ini menggunakan program SAP 2000. 2.6 Perencanaan Pondasi 1. Pembebanan : Beban aksial dan momen dari analisa struktur portal akibat beban mati dan beban hidup. Bab 2 Dasar Teori

BAB 3 PERENCANAAN ATAP 3.1. Rencana Atap 3000 375 375 375 375 375 375 375 375 JL JL TS TS TS TS 500 L SK N G SK L 500 KT KU KU KU KU KU KT 2000 G G JD JD 500 JL JL KU 500 Plat Atap L G G N G G L Plat Atap Gambar 3.1. Rencana Atap Keterangan : KU = Kuda-kuda utama G = Gording KT = Kuda-kuda trapesium N = Nok SK = Setengah kuda-kuda utama L = Lisplank TS = Track Stank J = Jurai Bab 3 Perencanaan Atap 12

Tugas akhir 13 3.1.1. Dasar Perencanaan Secara umum data yang digunakan untuk perhitungan rencana atap adalah sebagai berikut : a. Bentuk rangka kuda-kuda : seperti tergambar. b. Jarak antar kuda-kuda : 3,75 m c. Kemiringan atap (α) : 30 d. Bahan gording : baja profil lip channels ( ). e. Bahan rangka kuda-kuda : baja profil double siku sama kaki ( ). f. Bahan penutup atap : genteng. g. Alat sambung : baut-mur. h. Jarak antar gording : 2,165 m i. Bentuk atap : limasan. j. Mutu baja profil : Bj-37 ( σ ijin = 1600 kg/cm 2 ) ( σ leleh = 2400 kg/cm 2 ) 3.2. Perencanaan Gording 3.2.1. 3.2.1. Perencanaan Pembebanan Dicoba menggunakan gording dengan dimensi baja profil tipe lip channels/ kanal kait ( ) 150 x 75 x 20 x 4,5 pada perencanaan kuda- kuda dengan data sebagai berikut : a. Berat gording = 11 kg/m. f. t s = 4,5 mm b. I x = 489 cm 4. g. t b = 4,5 mm c. I y = 99,2 cm 4. h. Z x = 65,2 cm 3. d. h = 150 mm i. Z y = 19,8 cm 3. e. b = 75 mm Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 14 Kemiringan atap (α) = 30. Jarak antar gording (s) = 2,165 m. Jarak antar kuda-kuda utama = 3,75 m. Jarak antara KU dengan KT = 3,75 m. Pembebanan berdasarkan SNI 03-1727-1989, sebagai berikut : a. Berat penutup atap = 50 kg/m 2. b. Beban angin = 25 kg/m 2. c. Berat hidup (pekerja) = 100 kg. d. Berat penggantung dan plafond = 18 kg/m 2 3.2.2 Perhitungan Pembebanan 1. Beban Mati (titik) y x q x α q q y Berat gording = 11 kg/m Berat penutup atap = ( 2,165 x 50 ) = 108,25 kg/m Berat plafon = ( 1,875 x 18 ) = 33,75 kg/m q = 153 kg/m + q x = q sin α = 153 x sin 30 = 76,5 kg/m. q y = q cos α = 153 x cos 30 = 132,5 kg/m. M x1 = 1 / 8. q y. L 2 = 1 / 8 x 132,5 x (3,75) 2 = 232,91 kgm. M y1 = 1 / 8. q x. L 2 = 1 / 8 x 76,5 x (3,75) 2 = 134,47 kgm. Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 15 2. Beban hidup y x P x α P P y P diambil sebesar 100 kg. P x = P sin α = 100 x sin 30 = 50 kg. P y = P cos α = 100 x cos 30 = 86,603 kg. M x2 = 1 / 4. P y. L = 1 / 4 x 86,603 x 3,75 = 81,19 kgm. M y2 = 1 / 4. P x. L = 1 / 4 x 50 x 3,75 = 46,88 kgm. 3. Beban angin TEKAN HISAP Beban angin kondisi normal, minimum = 25 kg/m 2. Koefisien kemiringan atap (α) = 30. 1) Koefisien angin tekan = (0,02α 0,4) = 0,2 2) Koefisien angin hisap = 0,4 Beban angin : 1) Angin tekan (W 1 ) = koef. Angin tekan x beban angin x 1/2 x (s 1 +s 2 ) = 0,2 x 25 x ½ x (2,165+2,165) = 10,825 kg/m. 2) Angin hisap (W 2 ) = koef. Angin hisap x beban angin x 1/2 x (s 1 +s 2 ) = 0,4 x 25 x ½ x (2,165+2,165) = -21,65 kg/m. Beban yang bekerja pada sumbu x, maka hanya ada harga M x : 1) M x (tekan) = 1 / 8. W 1. L 2 = 1 / 8 x 10,825 x (3,75) 2 = 19,03 kgm. 2) M x (hisap) = 1 / 8. W 2. L 2 = 1 / 8 x -21,65 x (3,75) 2 = -38,06 kgm. Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 16 Tabel 3.1. Kombinasi Gaya Dalam pada Gording Beban Beban Beban Angin Kombinasi Momen Mati Hidup Tekan Hisap Maksimum Minimum M x 232,91 81,19 19,03-38,06 424,62 378,95 M y 134,47 46,88 - - 236,37 236,37 3.2.3. Kontrol Terhadap Tegangan Kontrol terhadap momen Maximum Mx = 424,62 kgm = 42462 kgcm. My = 236,37 kgm = 23637 kgcm. Asumsikan penampang kompak : M nx = Zx.fy = 65,2. 2400 = 156480 kgcm M ny = Zy.fy = 19,8. 2400 = 47520 kgcm Check tahanan momen lentur yang terjadi : Mx My + φ. M φ. M 1 b nx 42462 0,9.156480 ny 23637 + = 0,8 1..OK 47520 Kontrol terhadap momen Minimum Mx = 378,95 kgm = 37895 kgcm. My = 236,37 kgm = 23637 kgcm. Asumsikan penampang kompak : M nx = Zx.fy = 65,2. 2400 = 156480 kgcm M ny = Zy.fy = 19,8. 2400 = 47520 kgcm Check tahanan momen lentur yang terjadi : Mx My + 1 φ. M φ. M b nx ny 37895 23637 + = 0,77 1..OK 0,9.156480 47520 Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 17 3.2.4. Kontrol Terhadap Lendutan Di coba profil : 150 x 75 x 20 x 4,5 E = 2,1 x 10 6 kg/cm 2 qy = 1,2665 kg/cm Ix = 489 cm 4 Px = 50 kg Iy = 99,2 cm 4 Py = 86,603 kg qx = 0,7313 kg/cm Z ijin 1 = 375 = 2,08 180 4 3 5. qx. L Px. L Zx = + 384. E. Iy 48. E. Iy 4 5.0,7313(375) = 6 384.2.10.99,2 3 50.375 + = 1,23 cm 6 48.2.10.99,2 Zy = = Z = 4 3 5. qy. l Py. L + 384. E. Ix 48. E. Ix 4 3 5.1,2665.(375) 86,603.(375) + 6 6 384.2 10.489 48.2.10.489 2 Zx + Zy 2 = 0,43 cm 2 2 = ( 1,23) + (0,43) = 1,30 cm Z Z ijin 1,30 cm 2,08 cm aman! Jadi, baja profil lip channels ( ) dengan dimensi 150 70 20 4,5 aman dan mampu menerima beban apabila digunakan untuk gording. Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 18 3.3 Perencanaan Jurai 8 7 5 9 6 10 11 12 13 14 15 1 2 3 4 Gambar 3.2. Rangka Batang Jurai ` 3.3.1. Perhitungan Panjang Batang Jurai Perhitungan panjang batang selanjutnya disajikan dalam tabel dibawah ini : Tabel 3.2. Panjang Batang pada Jurai Nomer Batang Panjang Batang (m) 1 2,652 2 2,652 3 2,652 4 2,652 5 2,864 6 2,864 7 2,864 8 2,864 9 1,083 10 2,864 11 2,165 Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 19 12 3,423 13 3,226 14 4,193 15 4,330 3.3.2. Perhitungan luasan jurai 9 8 7 6 5 4 f 3 g 2 h h' 1 i i' l j k a b c c' d d' e e' f' q g' p m n o r b' a' s 9 8 7 6 5 4 3 2 1 i j f g h i' k h' l g' a b c d d' e e' f' m n o p c' q r b' a' s Gambar 3.3. Luasan Atap Jurai Panjang j1 = ½. 2,165 = 1,082 m Panjang j1 = 1-2 = 2-3 = 3-4 = 4-5 = 5-6 = 6-7 = 7-8 = 8-9 = 1,082 m Panjang aa = 2,625 m Panjang a s = 4,500 m Panjang cc = 1,406 m Panjang c q = 3,281 m Panjang ee = 0,469 m Panjang e o = 2,344 m Panjang gg = g m = 1,406 m Panjang ii = i k = 0,469 m Luas aa sqc c = (½ (aa + cc ) 7-9) + (½ (a s + c q) 7-9) = (½(2,625+1,406 ) 2. 1,082)+(½( 4,500 + 3,281) 2. 1,082) = 12,781 m 2 Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 20 Luas cc qoe e = (½ (cc + ee ) 5-7 ) + (½ (c q + e o) 5-7) = ( ½ (1,406+0,469) 2. 1,082)+(½ (3,281+2,344) 2. 1,082) = 8,115 m 2 Luas ee omg gff = (½ 4-5. ee ) + (½ (e o + g m) 3-5) + (½ (ff + gg ) 3-5) = (½ 1,082 0,469)+(½(2,344+1,406)1,082) +(½(1,875+1,406)1,082) = 4,058 m 2 Luas gg mki i = (½ (gg + ii ) 1-3) 2 = (½ (1,406 + 0,469) 2. 1,082) 2 = 4,058 m 2 Luas jii k = (½ ii j1) 2 = (½ 0,469 1,082) 2 = 0,507 m 2 a 9 a' 8 b b' 7 c c' 6 d d' 5 e e' 4 f f' g g' h h' n o p q r s 3 2 1 i i' j k l m 9 8 7 6 5 4 3 2 1 i j f g h f' b c d e e' a d' g' h' n o p i' k l m c' b' a' q r s Gambar 3.4. Luasan Plafon Jurai Panjang j1 = ½. 1,875 = 0,9 m Panjang j1 = 1-2 = 2-3 = 3-4 = 4-5 = 5-6 = 6-7 = 7-8 = 8-9 = 0,9 m Panjang bb = 1,875 m Panjang b r = 3,750 m Panjang cc = 1,406 m Panjang c q = 3,281 m Panjang ee = 0,469 m Panjang e o = 2,344 m Panjang gg = g m = 1,406 m Panjang ii = i k = 0,469 m Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 21 Luas bb rqc c = (½ (bb + cc ) 7-8) + (½ (b r + c q) 7-8) = (½ (1,875 + 1,406) 0,9) + (½ (3,750 + 3,281) 0,9) = 4,640 m 2 Luas cc qoe e = (½ (cc + ee ) 5-7) + (½ (c q + e o) 5-7) = (½ (1,406+0,469) 2.0,9) + (½ (3,281 +2,344)2.0,9) = 6,751 m 2 Luas ee omg gff = (½ 4-5. ee ) + (½ (e o + g m) 3-5) + (½ (ff + gg ) 3-5) =(½ 0,9 0,469)+(½(2,344+1,406)0,9) +(½(1,875+1,406)0,9) = 3,375 m 2 Luas gg mki i = (½ (gg + ii ) 1-3) 2 = (½ (1,406+0,469) 2. 0,9 ) 2 = 3,375 m 2 Luas jii k = (½ ii j1) 2 = (½ 0,469 0,9) 2 = 0,422 m 2 3.3.3. Perhitungan Pembebanan Jurai Data-data pembebanan : Berat gording = 11 kg/m Berat penutup atap = 50 kg/m 2 Berat plafon dan penggantung = 18 kg/m 2 Berat profil kuda-kuda = 25 kg/m Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 22 P5 P4 8 P3 7 P1 5 P2 9 6 10 11 12 13 14 15 1 2 3 4 P9 P8 P7 P6 Gambar 3.5. Pembebanan jurai akibat beban mati a. Beban Mati 1) Beban P1 a) Beban Gording = berat profil gording panjang gording bb r = 11 (1,875+3,750) = 61,875 kg b) Beban Atap = luasan aa sqc c berat atap = 12,781 50 = 639,05 kg c) Beban Plafon = luasan bb rqc c berat plafon = 4,640 18 = 83,52 kg d) Beban Kuda-kuda = ½ btg (1 + 5) berat profil kuda-kuda = ½ (2,652 + 2,864) 25 = 68,95 kg e) Beban Plat Sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 68,95 = 20,685 kg f) Beban Bracing = 10% beban kuda-kuda = 10 % 68,95 = 6,895 kg 2) Beban P2 a) Beban Gording = berat profil gording panjang gording dd p = 11 (0,938+2,813) = 41.261 kg Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 23 b) Beban Atap = luasan cc qoe e berat atap = 8,115 50 = 405,75 kg c) Beban Kuda-kuda = ½ btg (5 + 9 + 10 + 6) berat profil kuda-kuda = ½ (2,864 + 1,083 + 2,864 + 2,864 ) 25 = 120,937 kg d) Beban Plat Sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 120,937 = 36,281 kg e) Beban Bracing = 10% beban kuda-kuda = 10 % 120,937 = 12,094 kg 3) Beban P3 a) Beban Gording = berat profil gording panjang gording ff n = 11 (1,875+1,875) = 41,25 kg b) Beban Atap = luasan ee omg gff berat atap = 4,058 50 = 202,9 kg c) Beban Kuda-kuda = ½ btg (6 + 11 + 12 + 7) berat profil kuda-kuda = ½ (2,864 + 2,165 + 3,423 + 2,864) 25 = 141,45 kg d) Beban Plat Sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 141,45 = 42,435 kg e) Beban Bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 % 141,45 = 14,145 kg 4) Beban P4 a) Beban Gording = berat profil gording panjang gording hh l = 11 (0,938+0,938) = 20,636 kg b) Beban Atap = luasan gg mki i berat atap = 4,058 50 = 202,9 kg c) Beban Kuda-kuda = ½ btg (7 + 13 + 15 + 8) berat profil kuda-kuda = ½ (2,864 + 3,226 + 4,193 + 2,864) 25 = 164,338 kg Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 24 d) Beban Plat Sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 164,338 = 49,301 kg e) Beban Bracing = 10% beban kuda-kuda = 10 % 164,338 = 16,434 kg 5) Beban P5 a) Beban Atap = luasan jii k berat atap = 0,507 50 = 25,35 kg b) Beban Kuda-kuda = ½ btg (8+15) berat profil kuda-kuda = ½ (2,864 + 4,33) 25 = 89,925 kg c) Beban Plat Sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 89,925 = 26,977 kg d) Beban Bracing = 10% beban kuda-kuda = 10 % 89,925 = 8,992 kg 6) Beban P6 a) Beban Plafon = luasan jii k berat plafon = 0,422 18 = 7,596 kg b) Beban Kuda-kuda = ½ btg (15 + 14 + 4) berat profil kuda-kuda = ½ (4,33 + 4,193 + 2,652) 25 = 139,687 kg c) Beban Plat Sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 139,687 = 41,906 kg d) Beban Bracing = 10% beban kuda-kuda = 10 % 139,687 = 13,969 kg 7) Beban P7 a) Beban Plafon = luasan gg mki i berat plafon = 3,375 18 = 60,75 kg Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 25 b) Beban Kuda-kuda = ½ btg (4 + 12 + 13 + 3) berat profil kuda-kuda = ½ (2,652 + 3,226 + 3,423 + 2,652) 25 = 149,412 kg c) Beban Plat Sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 149,412 = 44,824 kg d) Beban Bracing = 10% beban kuda-kuda = 10 % 149,412 = 14,941 kg 8) Beban P8 a) Beban Plafon = luasan ee omg gff berat plafon = 3,375 18 = 60,75 kg b) Beban Kuda-kuda = ½ btg (3 + 11 + 4 + 10) berat profil kuda-kuda = ½ (2,652+2,652 + 3,423 + 2,864) 25 = 144,887 kg c) Beban Plat Sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 144,887= 43,466 kg d) Beban Bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 % 144,887 = 14,489 kg 9) Beban P9 a) Beban Plafon = luasan cc qoe e berat plafon = 6,751 18 = 121,518 kg b) Beban Kuda-kuda = ½ btg (2 + 9 + 1) berat profil kuda-kuda = ½ (2,652 + 1,083 + 2,652) 25 = 79,837 kg c) Beban Plat Sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 79,837 = 23,951 kg d) Beban Bracing = 10% beban kuda-kuda = 10 % 79,837 = 7,984 kg Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 26 Tabel 3.3. Rekapitulasi Pembebanan Jurai Beban Input Beban Beban Beban Beban Plat Beban Jumlah Kudakuda 2000 SAP Beban Atap gording Bracing Penyambung Plafon Beban (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) ( kg ) P1 639,05 61,875 68,95 6,895 20,685 83,52 880,975 881 P2 405,75 41,261 120,937 12,094 36,281-616,323 617 P3 202,9 41,25 141,45 14,145 42,435-442,18 443 P4 202,9 20,636 164,338 16,434 49,301-453,609 454 P5 25,35-89,925 8,992 26,977-151,244 152 P6 - - 139,687 13,969 41,906 7,596 203,158 204 P7 - - 149,412 14,941 44,824 60,75 269,927 270 P8 - - 144,887 14,489 43,466 60,75 263,592 264 P9 - - 79,837 7,984 23,951 121,518 233,29 234 b. Beban Hidup Beban hidup yang bekerja pada P1 = P2 = P3 = P4 = P5 = 100 kg Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 27 c. Beban Angin Perhitungan beban angin : W5 W4 8 W3 7 W1 W2 5 9 6 10 11 12 13 14 15 1 2 3 4 Gambar 3.6. Pembebanan Jurai akibat Beban Angin Beban angin kondisi normal, minimum = 25 kg/m 2. Koefisien angin tekan = 0,02α 0,40 = (0,02 30) 0,40 = 0,2 a) W1 = luasan koef. angin tekan beban angin = 12,781 0,2 25 = 63,905 kg b) W2 = luasan koef. angin tekan beban angin = 8,115 0,2 25 = 40,575 kg c) W3 = luasan koef. angin tekan beban angin = 4,058 0,2 25 = 20,29 kg d) W4 = luasan koef. angin tekan beban angin = 4,058 0,2 25 = 20,29 kg e) W5 = luasan koef. angin tekan beban angin = 0,507 0,2 25 = 2,535 kg Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 28 Tabel 3.4. Perhitungan Beban Angin Jurai Beban Wx (Untuk Input Wy (Untuk Input Beban (kg) Angin W.Cos α (kg) SAP2000) W.Sin α (kg) SAP2000) W1 63,905 59,252 60 23,939 24 W2 40,575 37,620 38 15,200 16 W3 20,29 18,813 19 7,601 8 W4 20,29 18,813 19 7,601 8 W5 2,535 2,350 3 0,950 1 Dari perhitungan mekanika dengan menggunakan program SAP 2000 diperoleh gaya batang yang bekerja pada batang setengah kuda-kuda sebagai berikut : Tabel 3.5. Rekapitulasi Gaya Batang Jurai kombinasi Batang Tarik (+) (kg) Tekan (-) (kg) 1 752,69 2 731,04 3 277,07 4 277,07 5 875,77 6 944,05 7 333,66 8 895,09 9 360,05 10 1816,44 11 1544,62 12 737,38 13 41,72 14 886,01 15 50,39 Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 29 3.3.4. Perencanaan Profil Jurai a. Perhitungan profil batang tarik P maks. = 944,05 kg F y F u Ag perlu = = 2400 kg/cm 2 (240 MPa) = 3700 kg/cm 2 (370 MPa) P mak = Fy 944,05 = 0,39 cm 2 2400 Dicoba, menggunakan baja profil 50.50.5 Dari tabel baja didapat data-data = Ag = 4,80 cm 2 x = 1,51 cm An = 2.Ag-dt = 960-14.5 = 945,5 mm 2 L =Sambungan dengan Diameter = 3.12,7 =38,1 mm x = 15,1 mm U =1 = 1- x L 15,1 = 0,604 38,1 Ae = U.An = 0,604. 945,5 = 571,082 mm 2 Check kekuatan nominal φ Pn = 0,75. Ae. Fu = 0,75. 571,082.370 = 158475,255 N = 15847,5255 kg > 944,05 kg OK Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 30 b. Perhitungan profil batang tekan P maks. = 1816,44 kg lk Ag perlu = = 2,864 m = 286,4 cm P mak 1816,44 = = 0,76 cm 2 Fy 2400 Dicoba, menggunakan baja profil 50.50.5 (Ag = 4,80 cm 2 ) Periksa kelangsingan penampang : b 200 50 < = < t Fy 5 K.L λ = = r λ c = λ π Fy E 200 240 = 10 < 12,9 1.286,4 1,51 = 189,66 = 189,66 3,14 240 200000 ω = 2,09 λc 1,2 ω 2 = 1,25.λ c = 1,25. (2,09 2 ) Fy Fcr = = ω Pn = 2. Ag. Fcr P φpn = 5,46 = 2.4,80.439,56 = 4219,776 = 2400 = 439,56 5,46 1795,09 0,85.4219,776 = 0,50 < 1 OK 2 = 1,25.λ c Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 31 3.3.5. Perhitungan Alat Sambung a. Batang Tekan Digunakan alat sambung baut-mur. Diameter baut ( ) = 12,7 mm ( ½ inches) Diameter lubang = 14 mm. Tebal pelat sambung (δ) = 0,625. d b = 0,625. 12,7 = 7,94 mm. Menggunakan tebal plat 8 mm Tahanan geser baut P n Tahanan tarik penyambung P n = m.(0,4.f ub ).An = 2.(0,4.825).¼. π. 12,7 2 = 8356,43 kg/baut = 0,75.f ub.an =7834,2 kg/baut Tahanan Tumpu baut : P n = 0,75 (2,4.fu.d b. t) = 0,75 (2,4.370.12,7.9) = 7612,38 kg/baut P yang menentukan adalah P tumpu = 7612,38 kg. Perhitungan jumlah baut-mur, Pmaks. 1816,44 n = = = 0,238 ~ 2 buah baut P 7612,38 tumpu Digunakan : 2 buah baut Perhitungan jarak antar baut : a) 1,5d S1 3d Diambil, S 1 = 2,5 d b = 3. 12,7 = 3,175 mm = 30 mm Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 32 b) 2,5 d S 2 7d Diambil, S 2 = 5 d b = 1,5. 12,7 = 6,35 mm = 6 mm b. Batang tarik Digunakan alat sambung baut-mur. Diameter baut ( ) = 12,7 mm ( ½ inches ) Diameter lubang = 14,7 mm. Tebal pelat sambung (δ) = 0,625. d b = 0,625 x 12,7 = 7,94 mm. Menggunakan tebal plat 8 mm Tahanan geser baut P n Tahanan tarik penyambung P n = n.(0,4.f ub ).An = 2.(0,4.825).¼. π. 12,7 2 = 8356,43 kg/baut = 0,75.f ub.an =7834,2 kg/baut Tahanan Tumpu baut : P n = 0,75 (2,4.fu. d b t) = 0,75 (2,4.370.12,7.9) = 7612,38 kg/baut P yang menentukan adalah P tumpu = 7406,64 kg. Perhitungan jumlah baut-mur, Pmaks. 944,05 n = = = 0,124 ~ 2 buah baut P 7612,38 geser Digunakan : 2 buah baut Perhitungan jarak antar baut : a) 1,5d S1 3d Diambil, S 1 = 2,5 d b = 2,5. 12,7 = 3,175 mm = 30 mm Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 33 b) 2,5 d S 2 7d Diambil, S 2 = 5 d b = 1,5. 12,7 = 6,35 mm = 60 mm Tabel 3.6. Rekapitulasi Perencanaan Profil Jurai Nomer Batang Dimensi Profil Baut (mm) 1 50. 50.5 2 12,7 2 50. 50.5 2 12,7 3 50. 50.5 2 12,7 4 50. 50.5 2 12,7 5 50. 50.5 2 12,7 6 50. 50.5 2 12,7 7 50. 50.5 2 12,7 8 50. 50.5 2 12,7 9 50. 50.5 2 12,7 10 50. 50.5 2 12,7 11 50. 50.5 2 12,7 12 50. 50.5 2 12,7 13 50. 50.5 2 12,7 14 50. 50.5 2 12,7 15 50. 50.5 2 12,7 Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 34 3.4. Perencanaan Setengah Kuda-kuda 8 7 14 6 12 13 5 11 10 9 1 2 3 4 15 Gambar 3.7. Rangka Batang Setengah Kuda-kuda 3.4.1. Perhitungan Panjang Batang Setengah Kuda-kuda Perhitungan panjang batang selanjutnya disajikan dalam tabel dibawah ini : Tabel 3.7. Perhitungan Panjang Batang pada Setengah Kuda-kuda Nomer Batang Panjang Batang 1 1,875 2 1,875 3 1,875 4 1,875 5 2,165 6 2,165 7 2,165 8 2,165 9 1,083 10 2,165 11 2,165 Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 35 12 2,864 13 3,248 14 3,750 15 4,330 3.4.2. Perhitungan luasan Setengah Kuda-kuda j k f g e' e h d d' i c' c b' a' b a Gambar 3.8. Luasan Atap Setengah Kuda-kuda Panjang ak = 9 m Panjang bj = 6,6 m Panjang ci = 4,7 m Panjang dh = 2,8 m Panjang eg = 0,9 m Panjang atap ab = jk = 2,725 m Panjang b c = c d = d e = 1,875 m Panjang e f = ½ 1,875 = 0,937 m Panjang atap a b = 2,438 m Panjang atap bc = cd = de = gh = hi = ij = 2,096 m Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 36 Luas atap abjk = ½ x (ak + bj) x a b = ½ x (9 + 6,6) x 2,438 = 19,016 m 2 Luas atap bcij = ½ x (bj + ci) x b c = ½ x (6,6 + 4,7) x 1,875 = 10,594 m 2 Luas atap cdhi = ½ x (ci + dh) x c d = ½ x (4,7 + 2,8) x 1,875 = 7,031 m 2 Luas atap degh = ½ x (dh + eg) x d e = ½ x (2,8 + 0,9) x 1,875 = 3,469 m 2 Luas atap efg = ½ x eg x e f = ½ x 0,9 x 0,937 = 0,422 m 2 j k f g e' e h d' d i c' c b' b a' a Gambar 3.9. Luasan Plafon Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 37 Panjang ak = 7,5 m Panjang atap a b = 0,937 m Panjang atap b c = c d = d e = 1,875 m Panjang atap e f = 0,937 m Panjang bj = 6,6 m Panjang ci = 4,7 m Panjang dh = 2,8 m Panjang eg = 0,9 m Panjang atap ab = jk = 1,048 m Panjang atap bc = cd = de = gh = hi = ij = 2,096 m Luas atap abjk = ½ x (ak + bj) x a b = ½ x (7,5 + 6,6) x 0,937 = 6,606 m 2 Luas atap bcij = ½ x (bj + ci) x b c = ½ x (6,6 + 4,7) x 1,875 = 10,594 m 2 Luas atap cdhi = ½ x (ci + dh) x c d = ½ x (4,7 + 2,8) x 1,875 = 7,031 m 2 Luas atap degh = ½ x (dh + eg) x d e = ½ x (2,8 + 0,9) x 1,875 = 3,469 m 2 Luas atap efg = ½ x eg x e f = ½ x 0,9 x 0,937 = 0,422 m 2 3.4.3. Perhitungan Pembebanan Setengah Kuda-kuda Data-data pembebanan : Berat gording = 11 kg/m Berat penutup atap = 50 kg/m 2 Berat profil kuda - kuda = 25 kg/m Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 38 a. Beban Mati P5 P4 8 P3 7 P1 5 P2 9 6 10 11 12 13 14 15 1 2 3 4 P9 P8 P7 P6 Gambar 3.10. Pembebanan Setengah Kuda-kuda akibat Beban Mati 1) Beban P1 a) Beban Gording = berat profil gording panjang gording = 11 7,5 = 82,5 kg b) Beban Atap = luasan abjk berat atap = 19,016 50 = 950,8 kg c) Beban Plafon = luasan abjk berat plafon = 6,606 18 = 118,91 kg d) Beban Kuda-kuda = ½ btg (1 + 5) berat profil kuda-kuda = ½ (1,875 + 2,165) 25 = 50,5 kg e) Beban Plat Sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 50,5 = 15,15 kg f) Beban Bracing = 10% beban kuda-kuda = 10 % 50,5 = 5,05 kg Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 39 2) Beban P2 a) Beban Gording = berat profil gording panjang gording = 11 x 5,625 = 61,875 kg b) Beban Atap = luasan bcij berat atap = 10,594 50 = 529,7 kg c) Beban Kuda-kuda = ½ btg (5 + 9 + 10 + 6) berat profil kuda-kuda = ½ (2,165+1,083+2,165+2,165) 25 = 94,725 kg d) Beban Plat Sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 94,725 = 28,418 kg e) Beban Bracing = 10% beban kuda-kuda = 10 % 94,725 = 9,472 kg 3) Beban P3 a) Beban Gording = berat profil gording panjang gording = 11 x 3,75 = 41,25 kg b) Beban Atap = luasan cdhi berat atap = 7,031 50 = 351,55 kg c) Beban Kuda-kuda = ½ btg (6 + 11 + 13 + 7) berat profil kuda-kuda = ½ (2,165 + 2,165 + 2,864 + 2,165) 25 = 116,988 kg d) Beban Plat Sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 116,988 = 35,096 kg e) Beban Bracing = 10% beban kuda-kuda = 10 % 116,988 = 11,699 kg Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 40 4) Beban P4 a) Beban Gording = berat profil gording panjang gording = 11 1,875 = 20,625 kg b) Beban Atap = luasan degh berat atap = 3,469 50 = 173,45 kg c) Beban Kuda-kuda = ½ btg (7 + 13 + 14 + 8) berat profil kuda-kuda = ½ (2,165+3,248+3,750+2,165) 25 = 141,6 kg d) Beban Plat Sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 141,6 = 42,48 kg e) Beban Bracing = 10% beban kuda-kuda = 10 % 141,6 = 14,16 kg 5) Beban P5 a) Beban Atap = luasan efg berat atap = 0,422 50 = 21,1 kg b) Beban Kuda-kuda = ½ btg (8 + 15) berat profil kuda-kuda = ½ (2,165 + 4,33) 25 = 81,187 kg c) Beban Plat Sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 81,187 = 24,356 kg d) Beban Bracing = 10% beban kuda-kuda = 10 % 81,187 = 8,119 kg Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 41 6) Beban P6 a) Beban Plafon = luasan efg berat plafon = 0,422 18 = 7,596 kg b) Beban Kuda-kuda = ½ btg (15 + 14 + 4) berat profil kuda-kuda = ½ (4,33 + 3,75 + 1,875) 25 = 124,437 kg c) Beban Plat Sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 124,437 = 37,331 kg d) Beban Bracing = 10% beban kuda-kuda = 10 % 124,437 = 12,444 kg 7) Beban P7 a) Beban Plafon = luasan degh berat plafon = 3,469 18 = 62,442 kg b) Beban Kuda-kuda = ½ btg (4 + 12 + 13 + 3) berat profil kuda-kuda = ½ (1,875 +3,248 + 2,864 + 1,875) 25 = 123,275 kg c) Beban Plat Sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 123,275 = 36,982 kg d) Beban Bracing = 10% beban kuda-kuda = 10 % 123,275 = 12,328 kg Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 42 8) Beban P8 a) Beban Plafon = luasan cdhi berat plafon = 7,031 18 = 126,558 kg b) Beban Kuda-kuda = ½ btg (2 + 3 + 10 + 11) berat profil kuda-kuda = ½ (2,165 + 2,165 + 1,875 + 1,875) 25 = 101,000 kg c) Beban Plat Sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 101,000 = 30,300 kg d) Beban Bracing = 10% beban kuda-kuda = 10 % 101,000 = 10,100 kg 9) Beban P9 a) Beban Plafon = luasan bcij berat plafon = 10,594 18 = 190,692 kg b) Beban Kuda-kuda = ½ btg (2 + 9 + 1) berat profil kuda-kuda = ½ (1,875 + 1,083 + 1,875) 25 = 60,412 kg c) Beban Plat Sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 60,412 = 18,124 kg d) Beban Bracing = 10% beban kuda-kuda = 10 % 60,412 = 6,041 kg Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 43 Tabel 3.8. Rekapitulasi Pembebanan Setengah Kuda-kuda Input Beban Beban Beban Beban Beban Plat Beban Jumlah SAP Beban Atap gording Kuda-kuda Bracing Penyambung Plafon Beban 2000 (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) ( kg ) P1 950,8 82,5 50,5 5,05 15,15 118,91 1222,91 1223 P2 529,7 61,875 94,725 9,472 28,418-724,19 725 P3 351,55 41,25 116,988 11,699 35,096-556,583 557 P4 173,45 20,625 141,6 14,16 42,48-392,315 393 P5 21,1-81,187 8,119 24,356-134,762 135 P6 - - 124,437 12,444 37,331 7,596 181,808 182 P7 - - 123,275 12,328 36,982 62,442 235,027 236 P8 - - 101,00 10,10 30,30 126,558 267,958 268 P9 - - 60,412 6,041 18,124 190,692 275,269 276 a. Beban Hidup Beban hidup yang bekerja pada P 1, P 2, P 3, P 4, P 5, = 100 kg Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 44 b. Beban Angin Perhitungan beban angin : W5 W4 8 W3 7 W1 5 W2 9 6 10 11 12 13 14 15 1 2 3 4 Gambar 3.11. Pembebanan Setengah Kuda-kuda akibat Beban Angin Beban angin kondisi normal, minimum = 25 kg/m 2. Koefisien angin tekan = 0,02α 0,40 = (0,02 30) 0,40 = 0,2 a) W1 = luasan koef. angin tekan beban angin = 19,016 0,2 25 = 95,08 kg b) W2 = luasan koef. angin tekan beban angin = 10,594 0,2 25 = 52,97 kg c) W3 = luasan koef. angin tekan beban angin = 7,031 0,2 25 = 35,155 kg d) W4 = luasan koef. angin tekan beban angin = 3,469 0,2 25 = 17,345 kg e) W5 = luasan koef. angin tekan beban angin = 0,422 0,2 25 = 2,11 kg Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 45 Tabel 3.9. Perhitungan Beban Angin Setengah Kuda-kuda Wx Untuk Wy Beban Beban W.Cos α Input W.Sin α Angin (kg) (kg) SAP2000 (kg) Untuk Input SAP2000 W1 95,08 82,342 83 47,54 48 W2 52,97 45,873 46 26,485 27 W3 35,155 30,445 31 17,577 18 W4 17,345 15,021 16 8,672 9 W5 2,110 1,827 2 1,055 2 Dari perhitungan mekanika dengan menggunakan program SAP 2000 diperoleh gaya batang yang bekerja pada batang kuda-kuda utama sebagai berikut : Tabel 3.10. Rekapitulasi Gaya Batang Setengah Kuda-kuda Kombinasi Batang Tarik (+) ( kg ) Tekan (-) ( kg ) 1 648,94-2 634,42-3 - 120,89 4 120,89-5 - 837,45 6 670,79-7 364,35-8 790,04-9 381,57-10 - 1521,86 11-1412,91 12 391,82-13 140,10-14 - 799,37 15-50,39 Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 46 3.4.4. Perencanaan Profil Setengah Kuda- kuda a. Perhitungan profil batang tarik P maks. = 790,04 kg F y = 2400 kg/cm 2 (240 MPa) = 3700 kg/cm 2 (370 MPa) F u Ag perlu = P mak = Fy 790,04 = 0,33 cm 2 2400 Dicoba, menggunakan baja profil 50.50.5 Dari tabel baja didapat data-data = Ag = 4,80 cm 2 x = 1,51 cm An = 2.Ag-dt = 960-14.5 = 945,5 mm 2 L =Sambungan dengan Diameter = 3.12,7 =38,1 mm x = 15,1 mm U = 1 = 1- x L 15,1 = 0,604 38,1 Ae = U.An = 0,604. 945,5 = 571,082 mm 2 Check kekuatan nominal φ Pn = 0,75. Ae. Fu = 0,75. 571,082.370 = 158475,255 N = 15847,5255 kg > 790,04 kg OK b. Perhitungan profil batang tekan Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 47 P maks. = 1521,86 kg lk Ag perlu = = 2,165 m = 216,5 cm P mak 1521,86 = = 0,63 cm 2 Fy 2400 Dicoba, menggunakan baja profil 50.50.5 (Ag = 4,80 cm 2 ) Periksa kelangsingan penampang : b 200 50 < = < t Fy 5 K.L λ = = r λ c = λ π Fy E 200 240 = 10 < 12,9 1.286,4 1,51 = 189,66 = 189,66 3,14 240 200000 ω = 2,09 λc 1,2 ω 2 = 1,25.λ c = 1,25. (2,09 2 ) Fy Fcr = = ω Pn = 2. Ag. Fcr P φpn = 5,46 = 2.4,80.439,56 = 4219,77 = 1521,86 0,85.4219,77 2400 = 439,56 5,46 = 0,424 < 1 OK 2 = 1,25.λ c Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 48 3.3.5. Perhitungan Alat Sambung a. Batang Tekan Digunakan alat sambung baut-mur. Diameter baut ( ) = 12,7 mm ( ½ inches) Diameter lubang = 14 mm. Tebal pelat sambung (δ) = 0,625. d b = 0,625. 12,7 = 7,94 mm. Menggunakan tebal plat 8 mm Tahanan geser baut P n Tahanan tarik penyambung P n = m.(0,4.f ub ).An = 2.(0,4.825).¼. π. 12,7 2 = 8356,43 kg/baut = 0,75.f ub.an = 7834,2 kg/baut Tahanan Tumpu baut : P n = 0,75 (2,4.fu.d b. t) = 0,75 (2,4.370.12,7.9) = 7612,38kg/baut P yang menentukan adalah P tumpu = 7612,38 kg. Perhitungan jumlah baut-mur, Pmaks. 1521,86 n = = = 0,199 ~ 2 buah baut P 7612,38 tumpu Digunakan : 2 buah baut Perhitungan jarak antar baut : a) 1,5d S1 3d Diambil, S 1 = 2,5 d b = 2,5. 12,7 = 3,175 mm = 30 mm Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 49 b) 2,5 d S 2 7d Diambil, S 2 = 5 d b = 1,5. 12,7 = 6,35 mm = 60 mm b. Batang tarik Digunakan alat sambung baut-mur. Diameter baut ( ) = 12,7 mm ( ½ inches ) Diameter lubang = 14,7 mm. Tebal pelat sambung (δ) = 0,625. d b = 0,625 x 12,7 = 7,94 mm. Menggunakan tebal plat 8 mm Tahanan geser baut P n Tahanan tarik penyambung P n = n.(0,4.f ub ).An = 2.(0,4.825).¼. π. 12,7 2 = 8356,43 kg/baut = 0,75.f ub.an = 7834,2 kg/baut Tahanan Tumpu baut : P n = 0,75 (2,4.fu. d b t) = 0,75 (2,4.300.12,7.9) = 7612,38 kg/baut P yang menentukan adalah P tumpu = 7612,38 kg. Perhitungan jumlah baut-mur, Pmaks. 790,04 n = = = 0,103~ 2 buah baut P 7612,38 geser Digunakan : 2 buah baut Perhitungan jarak antar baut : a) 1,5d S1 3d Diambil, S 1 = 2,5 d b = 2,5. 12,7 = 3,175 mm = 30 mm Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 50 b) 2,5 d S 2 7d Diambil, S 2 = 5 d b = 1,5. 12,7 = 6,35 mm = 60 mm Tabel 3.11. Rekapitulasi Perencanaan Profil Setengah Kuda-kuda Nomer Batang Dimensi Profil Baut (mm) 1 50. 50. 5 2 12,7 2 50. 50. 5 2 12,7 3 50. 50. 5 2 12,7 4 50. 50. 5 2 12,7 5 50. 50. 5 2 12,7 6 50. 50. 5 2 12,7 7 50. 50. 5 2 12,7 8 50. 50. 5 2 12,7 9 50. 50. 5 2 12,7 10 50. 50. 5 2 12,7 11 50. 50. 5 2 12,7 12 50. 50. 5 2 12,7 13 50. 50. 5 2 12,7 14 50. 50. 5 2 12,7 15 50. 50. 5 2 12,7 Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 51 3.5 Perencanaan Kuda-kuda Trapesium 11 12 13 14 9 17 10 19 18 20 21 22 23 24 25 26 27 28 15 29 16 1 2 3 4 5 6 7 8 Gambar 3.12. Rangka Batang Kuda-kuda Trapesium 3.5.1. Perhitungan Panjang Batang Kuda-kuda Trapesium Perhitungan panjang batang selanjutnya disajikan dalam tabel dibawah ini : Tabel 3.12. Perhitungan Panjang Batang pada Kuda-kuda Trapesium Nomer Batang Panjang Batang (m) 1 1,875 2 1,875 3 1,875 4 1,875 5 1,875 6 1,875 7 1,875 8 1,875 9 2,165 10 2,165 11 1,875 12 1,875 13 1,875 14 1,875 15 2,165 Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 52 16 2,165 17 1,083 18 2,165 19 2,165 20 2,864 21 2,165 22 2,864 23 2,165 24 2,864 25 2,165 26 2,864 27 2,165 28 2,165 29 1,083 3.5.2. Perhitungan luasan kuda-kuda trapesium a h b g c d e f a h b g c d e f Gambar 3.13. Luasan Atap Kuda-kuda Trapesium Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 53 Panjang ah Panjang bg Panjang cf Panjang de Panjang ab Panjang bc Panjang cd = 4,496 m = 3,279 m = 2,343 m = 1,875 m = 2,438 m = 1,875 m = 0,937 m Luas abgh = ah + bg ab 2 4,496 + 3,279 = 2,438 2 = 9,478 m 2 bg + cf Luas bcfg = bc 2 3,279 + 2,343 = 1,875 2 = 5,271 m 2 cf + de Luas cdef = cd 2 2,343 + 1,875 = 0,937 2 = 1,976 m 2 Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 54 a b h g c d e f a b g h c d e f Gambar 3.14. Luasan Plafon Kuda-kuda Trapesium Panjang ah Panjang bg Panjang cf Panjang de Panjang ab Panjang bc Panjang cd = 3,747 m = 3,279 m = 2,343 m = 1,875 m = 0,937 m = 1,875 m = 0,937 m Luas abgh = ah + bg ab 2 Bab 3 Perencanaan Atap 3,747 + 3,279 = 0,937 2 = 3,292 m 2 bg + cf Luas bcfg = bc 2 3,279 + 2,343 = 1,875 2 = 5,271 m 2

Tugas akhir 55 cf + de Luas cdef = cd 2 2,343 + 1,875 = 2 = 1,976 m 2 0,937 3.5.3. Perhitungan Pembebanan Kuda-kuda Trapesium Data-data pembebanan : Berat gording = 11 kg/m Berat penutup atap = 50 kg/m 2 Berat profil = 25 kg/m P3 P4 P5 P6 P7 P2 11 12 13 14 P8 P1 9 17 10 19 18 20 21 22 23 24 25 26 27 15 28 29 16 P9 1 2 3 4 5 6 7 8 P16 P15 P14 P13 P12 P11 P10 Gambar 3.15. Pembebanan Kuda-kuda Trapesium akibat Beban Mati Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 56 a. Beban Mati 1) Beban P1 = P9 a) Beban gording = Berat profil gording Panjang Gording = 11 3,75 = 41,25 kg b) Beban atap = Luasan Berat atap = 9,478 50 = 473,9 kg c) Beban plafon = Luasan berat plafon = 3,292 18 = 59,26 kg d) Beban kuda-kuda = ½ Btg (1 + 9) berat profil kuda kuda = ½ (1,875 + 2,165) 25 = 50,5 kg e) Beban plat sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 50,5 = 15,15 kg f) Beban bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 % 50,5 = 5,05 kg 2) Beban P2 = P8 a) Beban gording = Berat profil gording Panjang Gording = 11 2,820 = 31,02 kg b) Beban atap = Luasan Berat atap = 5,271 50 = 263,6 kg c) Beban kuda-kuda = ½ Btg (9+17+18+10) berat profil kuda kuda = ½ (2,165 + 1,083 + 2,165 + 2,165) 25 = 94,725 kg d) Beban plat sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 94,725 = 28,417 kg e) Beban bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 % 94,725 = 9,472 kg Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 57 3) Beban P3 = P7 a) Beban gording = Berat profil gording Panjang Gording = 11 1,875 = 20,625 kg b) Beban atap = Luasan Berat atap = 1,976 50 = 98,8 kg c) Beban kuda-kuda = ½ Btg (10+19+20+11) berat profil kuda kuda = ½ (2,165 + 2,165 + 2,864 + 1,875) 25 = 113,362 kg d) Beban plat sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 113,362 = 34,009 kg e) Beban bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 % 113,362 = 11,336 kg f) Beban reaksi = reaksi jurai = 2630,62 kg 4) Beban P4 = P6 a) Beban kuda-kuda = ½ Btg (11+21+22+12) berat profil kuda kuda = ½ (1,875 + 2,165 + 2,864 + 1,875) 25 = 109,737 kg b) Beban plat sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 109,737 = 32,921 kg c) Beban bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 % 109,737 = 10,974 kg 5) Beban P5 a) Beban kuda-kuda = ½ Btg (12 + 23 + 13) berat profil kuda kuda = ½ (1,875 + 2,165 + 1,875) 25 = 73,937 kg b) Beban plat sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 73,937 = 22,181 kg Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 58 c) Beban bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 % 73,937 = 7,394 kg d) Beban reaksi = reaksi ½ kuda-kuda = 2599,35 kg 6) Beban P10 = P16 a) Beban plafon = Luasan berat plafon = 5,271 18 = 94,88 kg b) Beban kuda-kuda = ½ Btg (8 + 29 + 7) berat profil kuda kuda = ½ (1,875 + 1,083 + 1,875) 25 = 60,412 kg c) Beban plat sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 60,412 = 18,124 kg d) Beban bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 % 60,412 = 6,041 kg 7) Beban P11 = P15 a) Beban plafon = Luasan berat plafon = 1,976 18 = 35,57 kg b) Beban kuda-kuda = ½ Btg (7+28+27+6) berat profil kuda kuda = ½ (1,875 + 2,165 + 2,165 + 1,875) 25 = 101 kg c) Beban plat sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 101 = 30,3 kg d) Beban bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 % 101 = 10,1 kg e) Beban reaksi = reaksi jurai = 2630,62 kg Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 59 8) Beban P12 = P14 a) Beban kuda-kuda = ½ Btg (6+26+25+5) berat profil kuda kuda = ½ (1,875 + 2,864 + 2,165 + 1,875) 25 = 109,737 kg b) Beban plat sambung = 30% beban kuda-kuda = 30% 109,737 = 32,921 kg c) Beban bracing = 10% beban kuda-kuda = 10% 109,737 = 10,974 kg 9) Beban P13 a) Beban kuda-kuda = ½ Btg (4+22+23+24+5) berat profil kuda kuda = ½ (1,875 + 2,864 + 2,165+2,864 + 1,875) 25 = 145,537 kg b) Beban plat sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 145,537 = 43,661 kg c) Beban bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 % 145,537 = 14,554 kg d) Beban reaksi = reaksi ½ kuda-kuda = 2599,35 kg Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 60 Beban Tabel 3.13. Rekapitulasi Pembebanan Kuda-kuda Trapesium Beban Beban Beban Beban Beban Plat Beban Kuda - Atap gording Bracing Penyambung Plafon kuda (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) Beban Reaksi (kg) Jumlah Beban (kg) P1=P9 473,9 41,25 50,5 5,05 15,15 59,26-645,11 646 P2=P8 263,6 31,02 94,725 9,472 28,417 - - 427,234 428 Input SAP (kg) P3=P7 98,8 20,625 113,362 11,336 34,009-2630,62 2908,752 2909 P4=P6 - - 109,737 10,974 39,921 - - 160,632 161 P5 - - 73,937 7,394 22,181-2599,35 2702,86 2703 P10=P16 - - 60,412 6,041 18,124 94,88-179,467 180 P11=P15 - - 101 10,1 30,3 35,57 2630,62 2807,58 2808 P12=P14 - - 109,737 10,974 32,921 - - 153,632 154 P13 - - 145,537 14,554 43,661-2599,35 2803,102 2804 Beban Hidup Beban hidup yang bekerja pada P1, P2, P4, P5, P6, P8, P9 = 100 kg Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 61 Beban Angin Perhitungan beban angin : W3 W4 W1 9 W2 17 10 19 18 11 12 13 14 21 23 24 26 20 22 25 27 28 15 29 W5 16 W6 1 2 3 4 5 6 7 8 Gambar 3.16. Pembebanan Kuda-kuda Trapesium akibat Beban Angin Beban angin kondisi normal, minimum = 25 kg/m 2. 1) Koefisien angin tekan = 0,02α 0,40 = (0,02 35) 0,40 = 0,2 a) W1 = luasan koef. angin tekan beban angin = 9,478 0,2 25 = 47,39 kg b) W2 = luasan koef. angin tekan beban angin = 5,271 0,2 25 = 26,36 kg c) W3 = luasan koef. angin tekan beban angin = 1,976 0,2 25 = 9,88 kg 2) Koefisien angin hisap = - 0,40 a) W4 = luasan koef. angin tekan beban angin = 1,976-0,4 25 = -19,76 kg b) W5 = luasan koef. angin tekan beban angin = 5,271-0,4 25 = -52,71 kg c) W6 = luasan koef. angin tekan beban angin = 9,478-0,4 25 = -94,78 kg Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 62 Tabel 3.14. Perhitungan Beban Angin Kuda-kuda Trapesium Beban W Beban (kg) x (Untuk Input W y (Untuk Input Angin W.Cos α (kg) SAP2000) W.Sin α (kg) SAP2000) W 1 47,39 41,041 42 23,695 24 W 2 26,36 22,828 23 13,18 14 W 3 9,88 8,556 9 4,94 5 W 4-19,76-17,113-18 -9,88-10 W 5-52,71-45,648-46 -26,36-27 W 6-94,78-82,082-83 -47,39-48 Dari perhitungan mekanika dengan menggunakan program SAP 2000 diperoleh gaya batang yang bekerja pada batang jurai sebagai berikut : Tabel 3.15. Rekapitulasi Gaya Batang Kuda-kuda Trapesium kombinasi Batang Tarik (+) (kg) Tekan (-) (kg) 1 20914,80 2 20989,02 3 20413,11 4 24036,47 5 24012,06 6 20364,09 7 20886,12 8 20811,10 9 24250,37 10 23588,31 11 24044,36 12 27009,71 13 27009,57 14 24019,66 15 23556,48 Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 63 16 24219,07 17 68,86 18 688,64 19 3930,51 20 5487,32 21 3820,95 22 4474,33 23 3394,45 24 4511,32 25 3848,81 26 5524,34 27 3898,97 28 626,84 29 69,97 3.5.4. Perencanaan Profil Kuda-kuda Trapesium a. Perhitungan Profil Batang Tarik P maks. = 24036,47 kg F y = 2400 kg/cm 2 (240 MPa) = 3600 kg/cm 2 (370 MPa) F u Ag perlu = P mak = Fy 24036,47 = 10,02 cm 2 2400 Dicoba, menggunakan baja profil 90. 90. 9 Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 64 Dari tabel baja didapat data-data = Ag = 15,5 cm 2 x = 2,54 cm An = 2.Ag-dt = 3100-23.9 = 2893 mm 2 L =Sambungan dengan Diameter = 4.12,7 = 50,8 mm x = 25,4 mm U x =1 L 25,4 = 1- = 0,5 50,8 Ae = U.An = 0,5.2893 = 1446,5 mm 2 Check kekuatan nominal φ Pn = 0,75. Ae. Fu = 0,75. 1446,5.370 = 401403,75 N = 40140,375 kg > 24036,47 kg OK a. Perhitungan profil batang tekan P maks. = 27009,71 kg lk = 2,165 m = 216,5 cm Ag perlu = P mak 27009,71 = = 11,25 cm 2 Fy 2400 Dicoba, menggunakan baja profil 90. 90. 9 (Ag = 15,5 cm 2 ) Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 65 Periksa kelangsingan penampang : b 2. t w 200 90 < = < Fy 18 K.L λ = = r λ c = = ω = λ π Fy E 85,23 3,14 = 5 < 12,9 1.216,5 2,54 = 85,23 240 200000 200 240 = 0,940.. 0,25 < λc < 1,2 ω 1,43 = = 1,6-0,67λc Pn = 2. Ag. Fcr 2400 = 2.15,5. 1,474 = 50474,9 1,43 1,6 0,67.0,940 = 1,474 1,43 = 1,6-0,67λc P φpn = 27009,71 0,85.50474,9 = 0,63 < 1 OK 3.5.5. Perhitungan Alat Sambung a. Batang Tekan Digunakan alat sambung baut-mur. Diameter baut ( ) = 12,7 mm ( ½ inches) Diameter lubang = 14 mm. Tebal pelat sambung (δ) = 0,625. d b = 0,625. 12,7 = 7,94 mm. Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 66 Menggunakan tebal plat 8 mm Tahanan geser baut P n Tahanan tarik penyambung P n = m.(0,4.f ub ).An = 2.(0,4.825).¼. π. 12,7 2 = 8356,43 kg/baut = 0,75.f ub.an =7833,9 kg/baut Tahanan Tumpu baut : P n = 0,75 (2,4.fu.d b. t) = 0,75 (2,4.370.12,7.9) = 7612,38 kg/baut P yang menentukan adalah P tumpu = 7612,38 kg. Perhitungan jumlah baut-mur, Pmaks. 27009,71 n = = = 3,54 ~ 4 buah baut P 7612,23 tumpu Digunakan : 4 buah baut Perhitungan jarak antar baut : a) 5d S 15t atau 200 mm Diambil, S 1 = 4.d b = 4. 12,7 = 50,8 mm = 55 mm b) 1,5 d S 2 (4t +100) atau 200 mm Diambil, S 2 = 1,5 d b = 1,5. 12,7 = 19,05 mm = 20 mm Bab 3 Perencanaan Atap

Tugas akhir 67 b. Batang tarik Digunakan alat sambung baut-mur. Diameter baut ( ) = 12,7 mm ( ½ inches ) Diameter lubang = 14,7 mm. Tebal pelat sambung (δ) = 0,625. d b = 0,625 x 12,7 = 7,94 mm. Menggunakan tebal plat 8 mm Tahanan geser baut P n Tahanan tarik penyambung P n = n.(0,4.f ub ).An = 2.(0,4.825).¼. π. 12,7 2 = 8356,43 kg/baut = 0,75.f ub.an =7833,9 kg/baut Tahanan Tumpu baut : P n = 0,75 (2,4.fu. d b t) = 0,75 (2,4.370.12,7.9) = 7612,38 kg/baut P yang menentukan adalah P tumpu = 7612,38 kg. Perhitungan jumlah baut-mur, Pmaks. 24036,47 n = = = 3,15 ~ 4 buah baut P 7612,38 tumpu Digunakan : 4 buah baut Perhitungan jarak antar baut : a) 1,5d S1 4d Diambil, S 1 = 2,5 d b = 2,5. 12,7 = 3,175 mm = 30 mm b) 2,5 d S 2 7d Diambil, S 2 = 5 d b = 1,5. 12,7 = 6,35 mm = 60 mm Bab 3 Perencanaan Atap