PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN CAFE DAN RESTO 2 LANTAI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN CAFE DAN RESTO 2 LANTAI"

Transkripsi

1 PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN CAFE DAN RESTO 2 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program DIII Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta Dikerjakan oleh : BINAR NINDOKO I PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

2 HALAMAN PENGESAHAN PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN CAFE DAN RESTO 2 LANTAI TUGAS AKHIR Dikerjakan oleh : BINAR NINDOKO I Diperiksa dan disetujui, Dosen Pembimbing EDY PURWANTO, ST., MT. NIP PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

3 LEMBAR PENGESAHAN PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN CAFE DAN RESTO 2 LANTAI TUGAS AKHIR Dipertahankan didepan tim penguji : Dikerjakan Oleh : BINAR NINDOKO I EDY PURWANTO., ST., MT. : NIP FAJAR SRI H., ST., MT. : NIP AGUS SETYA BUDI, ST., MT. : NIP Mengetahui, Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UNS Disahkan, Ketua Program D-III Teknik Jurusan Teknik Sipil FT UNS Ir. BAMBANG SANTOSA., MT NIP Ir. SLAMET PRAYITNO., MT NIP Mengetahui, a.n. Dekan Pembantu Dekan I Fakultas Teknik UNS Ir. NOEGROHO DJARWANTI., MT NIP commit to user 2 007

4 KATA PENGANTAR Segala puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan ini dengan judul PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN CAFE DAN RESTO dengan baik. Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penyusun banyak menerima bimbingan, bantuan dan dorongan yang sangat berarti dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada : 1. Segenap pimpinan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta stafnya. 2. Segenap pimpinan Jurusan Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta stafnya. 3. Segenap pimpinan Program D-III Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta stafnya. 4. Edy Purwanto, ST, MT, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingannya selama dalam penyusunan tugas akhir ini. 5. Bapak dan ibu dosen pengajar yang telah memberikan ilmunya beserta karyawan di Fakultas Teknik UNS yang telah banyak membantu dalam proses perkuliahan. 6. Bapak, Ibu dan kakak yang telah memberikan dukungan dan dorongan baik moril maupun materiil dan selalu mendoakan penyusun. 7. Rekan rekan dari Teknik sipil semua angkatan yang telah membantu terselesaikannya laporan ini, dan semua pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan ini. vi

5 Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran maupun masukan yang membawa ke arah perbaikan dan bersifat membangun sangat penyusun harapkan. Semoga ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya. Surakarta, Februari 2011 Penyusun vii

6 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN.... MOTTO... PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR.... DAFTAR ISI.... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL... Hal i ii iv v vi vii xiii xv xviii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maksud dan Tujuan Kriteria Perencanaan Peraturan-Peraturan Yang Berlaku... 2 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan Sistem Bekerjanya Beban Provisi Keamanan Perencanaan Atap Perencanaan Tangga Perencanaan Plat Lantai Perencanaan Balok Anak Perencanaan Portal (Balok, Kolom) Perencanaan Pondasi vii

7 BAB 3 RENCANA ATAP 3.1 Perencanaan Atap Dasar Perencanaan Perencanaan Gording Perencanaan Pembebanan Perhitungan Pembebanan Kontrol Terhadap Tegangan Kontrol Terhadap Lendutan Perencanaan Setengah Kuda-kuda Perhitungan Panjang Perhitungan Luasan Perhitungan Pembebanan Perencanaan Profil Perhitungan Alat Sambung Perencanaan Jurai Perhitungan Panjang Batang Jurai Perhitungan Luasan Jurai Perhitungan Pembebanan Jurai Perencanaan Profil Jurai Perhitungtan Alat Sambung Perencanaan Kuda-kuda Trapesium Perhitungan Panjang Kuda-kuda Trapesium Perhitungan Luasan Kuda-kuda Trapesium Perhitungan Pembebanan Kuda-kuda Trapesium Perencanaan Profil Kuda-kuda Trapesium Perhitungan Alat Sambung Perencanaan Kuda-kuda Utama Perhitungan Panjang Kuda-kuda Utama Perhitungan Luasan Kuda-kuda Utama Perhitungan Pembebanan Kuda-kuda Utama Perencanaan Profil Kuda-kuda Utama Perhitungan Alat Sambung viii

8 3.7 Perencanaan Kuda-kuda Utama B Perhitungan Panjang Kuda-kuda Utama B Perhitungan Luasan Kuda-kuda Utama B Perhitungan Pembebanan Kuda-kuda Utama B Perencanaan Profil Kuda-kuda Utama B Perhitungan Alat Sambung BAB 4 PERENCANAAN TANGGA 4.1 Uraian Umum Data Perencanaan Tangga Perhitungan Tebal Plat Equivalent dan Pembebanan Perhitungan Tebal Plat Equivalent Perhitungan Beban Perhitungan Tulangan Tangga dan Bordes Perhitungan Tulangan Tumpuan Perhitungan Tulangan Lapangan Perencanaan Balok Bordes Pembebanan Balok Bordes Perhitungan Tulangan Lentur Perhitungan Tulangan Geser Perhitungan Pondasi Tangga Perencanaan Kapasitas Dukung Pondasi Perhitungan Kapasitas Dukung Pondasi Perhitungan Tulangan Lentur BAB 5 PLAT LANTAI 5.1 Perencanaan Plat Lantai Perhitungan Beban Plat Lantai Perhitungan Momen Penulangan Plat Lantai ix

9 5.5 Penulangan Lapangan Arah x Penulangan Lapangan Arah y Penulangan Tumpuan Arah x Penulangan Tumpuan Arah y Rekapitulasi Tulangan. 140 BAB 6 PERENCANAAN BALOK ANAK 6.1 Perencanaan Balok Anak Perhitungan Lebar Equivalent Lebar Equivalent Balok Anak Perhitungan Pembebanan Balok Anak As Perhitungan Pembebanan Perhitungan Tulangan Perhitungan Pembebanan Balok Anak As 1 (E-J) Perhitungan Pembebanan Perhitungan Tulangan Perhitungan Pembebanan Balok Anak As B Perhitungan Pembebanan Perhitungan Tulangan BAB 7 PERENCANAAN PORTAL 7.1 Perencanaan Portal Dasar Perencanaan Perencanaan Pembebanan Perhitungan Luas Equivalen Plat Perhitungan Pembebanan Balok Perhitungan Pembebanan Balok Portal Memanjang Perhitungan Pembebanan Balok Portal Mlintang Perhitungan Pembebanan Rink Balk Perhitungan Pembebanan Sloof Memanjang x

10 7.3.5 Perhitungan Pembebanan Sloof Mlintang Penulangan Rink Balk Perhitungan Tulangan Lentur Rink Balk Perhitungan Tulangan Geser Rink Balk Penulangan Balok Portal Perhitungan Tulangan Lentur Balok Portal Memanjang Perhitungan Tulangan Geser Balok Portal Memanjang Perhitungan Tulangan Lentur Balok Portal Melintang Perhitungan Tulangan Geser Balok Portal Melintang Penulangan Kolom Perhitungan Tulangan Lentur Kolom Perhitungan Tulangan Geser Kolom Penulangan Sloof Perhitungan Tulangan Lentur Sloof Memanjang Perhitungan Tulangan Geser Sloof Memanjang Perhitungan Tulangan Lentur Sloof Melintang Perhitungan Tulangan Geser Sloof Melintang BAB 8 PERENCANAAN PONDASI 8.1 Data Perencanaan Perencanaan Kapasitas Dukung Pondasi Perhitungan Kapasitas Dukung Pondasi Perhitungan Tulangan Lentur BAB 9 RENCANA ANGGARAN BIAYA 9.1 Rencana Anggaran Biaya Data Perencanaan Perhitungan Volume xi

11 BAB 10 REKAPITULASI 10.1 Perencanaan Atap Perencanaan Tangga Penulangan Tangga Pondasi Tangga Perencanaan Plat Perencanaan Balok Anak Perencanaan Portal Perencanaan Pondasi Footplat PENUTUP.. xix DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

12 Perencanaan Bangunan Gedung Resto dan Café 2 Lantai 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya perkembangan dunia teknik sipil menuntut bangsa Indonesia untuk dapat menghadapi segala kemajuan dan tantangan. Hal itu dapat terpenuhi apabila sumber daya yang memiliki oleh bangsa Indonesia memiliki kualitas pendidikan yang tinggi, Karena pendidikan merupakan sarana utama bagi kita untuk semakin siap menghadapi perkembangan ini. Dalam hal ini bangsa Indonesia telah menyediakan berbagai sarana guna memenuhi sumber daya manusia yang berkualitas. Sehingga Program DIII Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta sebagai salah satu lembaga pendidikan dalam merealisasikan hal tersebut memberikan sebuah perencanaan gedung bertingkat dengan maksud agar dapat menghasilkan tenaga yang bersumber daya dan mampu bersaing dalam dunia kerja Maksud Dan Tujuan Dalam menghadapi pesatnya perkembangan jaman yang semakin modern dan berteknologi, serta semakin derasnya arus globalisasi saat ini, sangat diperlukan seorang teknisi yang berkualitas. Khususnya dalam ini adalah teknik sipil, sangat diperlukan teknisi-teknisi yang menguasai ilmu dan keterampilan dalam bidangnya. Program DIII Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta bertujuan menghasilkan ahli teknik yang berkualitas, bertanggungjawab, kreatif dalam menghadapi masa depan serta dapat mensukseskan pembangunan nasional di Indonesia. Bab I Pendahuluan 1

13 Perencanaan Bangunan Gedung Resto dan Café 2 Lantai 2 Program D III Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret memberikan dengan maksud dan tujuan : a. Mahasiswa dapat merencanakan suatu konstruksi bangunan yang sederhana sampai bangunan bertingkat. b. Mahasiswa diharapkan dapat memperoleh pengetahuan, pengertian dan pengalaman dalam merencanakan struktur gedung. c. Mahasiswa dapat terangasang daya pikirnya dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi dalam perencanaan suatu struktur gedung Kriteria Perencanaan a. Spesifikasi Bangunan 1) Fungsi Bangunan : Resto dan Cafe 2) Luas Bangunan : ±1138 m 2 3) Jumlah Lantai : 2 lantai 4) Tinggi Lantai : 4,0 m 5) Konstruksi Atap : Rangka kuda-kuda baja 6) Penutup Atap : Genteng 7) Pondasi : Foot Plat b. Spesifikasi Bahan 1) Mutu Baja Profil : BJ 37 ( σ leleh = 3700 kg/cm 2 ) ( σ ijin = 2400 kg/cm 2 ) 2) Mutu Beton (f c) : 25 MPa 3) Mutu Baja Tulangan (fy) : Polos : 240 MPa. Ulir : 340 Mpa Peraturan-Peraturan Yang Berlaku a. Standart tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung (SNI ). b. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBBI 1971). c. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG 1983). d. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (SNI ). Bab I Pendahuluan

14 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, beban hidup, gaya angin maupun beban khusus yang bekerja pada struktur bangunan tersebut. Beban-beban yang bekerja pada struktur dihitung menurut Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983, beban - beban tersebut adalah : 1. Beban Mati (qd) Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian penyelesaian, mesin mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian tak terpisahkan dari gedung itu.untuk merencanakan gedung ini, beban mati yang terdiri dari berat sendiri bahan bangunan dan komponen gedung adalah : a) Bahan Bangunan : 1. Beton bertulang kg/m 3 2. Pasir basah kg/m 3 3. Pasir kering kg/m 3 4. Beton biasa kg/m 3 b) Komponen Gedung : 1. Dinding pasangan batu merah setengah bata kg/m 3 2. Langit langit dan dinding (termasuk rusuk rusuknya, tanpa penggantung langit-langit atau pengaku),terdiri dari : - semen asbes (eternit) dengan tebal maximum 4 mm kg/m 2 BAB 2 Dasar Teori 3

15 4 - kaca dengan tebal 3 4 mm kg/m 2 3. Penutup atap genteng dengan reng dan usuk kg/m 2 4. Penutup lantai dari tegel, keramik dan beton (tanpa adukan) per cm tebal kg/m 2 5. Adukan semen per cm tebal kg/m 2 2. Beban Hidup (ql) Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghuni atau pengguna suatu gedung, termasuk beban beban pada lantai yang berasal dari barang barang yang dapat berpindah, mesin mesin serta peralatan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan pembebanan lantai dan atap tersebut. Khususnya pada atap, beban hidup dapat termasuk beban yang berasal dari air hujan (PPIUG 1983). Beban hidup yang bekerja pada bangunan ini disesuaikan dengan rencana fungsi bangunan tersebut. Beban hidup untuk bangunan gedung Resto dan Cafe ini terdiri dari : Beban atap kg/m 2 Beban tangga dan bordes kg/m 2 Beban lantai untuk Resto dan cafe kg/m 2 Berhubung peluang untuk terjadi beban hidup penuh yang membebani semua bagian dan semua unsur struktur pemikul secara serempak selama unsur gedung tersebut adalah sangat kecil, maka pada perencanaan balok induk dan portal dari sistem pemikul beban dari suatu struktur gedung, beban hidupnya dikalikan dengan suatu koefisien reduksi yang nilainya tergantung pada penggunaan gedung yang ditinjau, seperti diperlihatkan pada tabel 2.1. BAB 2 Dasar Teori

16 5 Tabel 2.1 Koefisien reduksi beban hidup Penggunaan Gedung PERUMAHAN: Rumah sakit / Poliklinik PENDIDIKAN: Sekolah, Ruang kuliah PENYIMPANAN : Gudang, Perpustakaan TANGGA : Perdagangan, penyimpanan Sumber : PPIUG 1983 Koefisien Beban Hidup untuk Perencanaan Balok Induk 0,75 0,90 0,80 0,90 3. Beban Angin (W) Beban Angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara (kg/m 2 ). Beban Angin ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif dan tekanan negatif (hisapan), yang bekerja tegak lurus pada bidang yang ditinjau. Besarnya tekanan positif dan negatif yang dinyatakan dalam kg/m 2 ini ditentukan dengan mengalikan tekanan tiup dengan koefisien koefisien angin. Tekan tiup harus diambil minimum 25 kg/m 2, kecuali untuk daerah di laut dan di tepi laut sampai sejauh 5 km dari tepi pantai. Pada daerah tersebut tekanan hisap diambil minimum 40 kg/m 2. 2 V P = ( kg/m 2 ) 16 Di mana V adalah kecepatan angin dalam m/det, yang harus ditentukan oleh instansi yang berwenang. Sedangkan koefisien angin ( + berarti tekanan dan berarti isapan ), untuk gedung tertutup : 1. Dinding Vertikal BAB 2 Dasar Teori

17 6 a) Di pihak angin ,9 b) Di belakang angin...- 0,4 2. Atap segitiga dengan sudut kemiringan a a) Di pihak angin : a < ,02 a - 0,4 65 < a < ,9 b) Di belakang angin, untuk semua a...- 0, Sistem Bekerjanya Beban Bekerjanya beban untuk bangunan bertingkat berlaku sistem gravitasi, yaitu elemen struktur yang berada di atas akan membebani elemen struktur di bawahnya, atau dengan kata lain elemen struktur yang mempunyai kekuatan lebih besar akan menahan atau memikul elemen struktur yang mempunyai kekuatan lebih kecil. Dengan demikian sistem bekerjanya beban untuk elemen elemen struktur gedung bertingkat secara umum dapat dinyatakan sebagai berikut : beban pelat lantai didistribusikan terhadap balok anak dan balok portal, beban balok portal didistribusikan ke kolom dan beban kolom kemudian diteruskan ke tanah dasar melalui pondasi Provisi Keamanan Dalam pedoman beton PPIUG 1983, struktur harus direncanakan untuk memiliki cadangan kekuatan untuk memikul beban yang lebih tinggi dari beban normal. Kapasitas cadangan ini mencakup faktor pembebanan (U), yaitu untuk memperhitungkan pelampauan beban dan faktor reduksi (Æ), yaitu untuk memperhitungkan kurangnya mutu bahan di lapangan. Pelampauan beban dapat terjadi akibat perubahan dari penggunaan untuk apa struktur direncanakan dan penafsiran yang kurang tepat dalam memperhitungkan pembebanan. Sedang kekurangan kekuatan dapat diakibatkan oleh variasi yang merugikan dari kekuatan bahan, pengerjaan, dimensi, pengendalian dan tingkat pengawasan. BAB 2 Dasar Teori

18 7 Tabel 2.2 Faktor Pembebanan U No. KOMBINASI BEBAN FAKTOR U 1. D 1,4 D 2. D, L, A,R 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R) 3. D,L,W, A, R 1,2 D + 1,0 L ± 1,6 W + 0,5 (A atau R) 4. D, W 0,9 D ± 1,6 W 5. D,L,E 1,2 D + 1,0 L ± 1,0 E 6. D,E 0,9 D ± 1,0 E 7. D,F 1,4 ( D + F ) 8. D,T,L,A,R 1,2 ( D+ T ) + 1,6 L + 0,5 ( A atau R ) Sumber : SNI Keterangan : D = Beban mati L = Beban hidup W = Beban angin A = Beban atap R = Beban air hujan E = Beban gempa T = Pengaruh kombinasi suhu, rangkak, susut dan perbedaan penurunan F = Beban akibat berat dan tekanan fluida yang diketahui dengan baik berat jenis dan tinggi maksimumnya yang terkontrol. BAB 2 Dasar Teori

19 8 Tabel 2.3 Faktor Reduksi Kekuatan Æ No Kondisi gaya Faktor reduksi (Æ) Lentur, tanpa beban aksial Beban aksial, dan beban aksial dengan lentur : a. Aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur b. Aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur : Komponen struktur dengan tulangan spiral Komponen struktur lainnya Geser dan torsi Tumpuan beton 0,80 0,8 0,7 0,65 0,75 0,65 Sumber : SNI Karena kandungan agregat kasar untuk beton struktural seringkali berisi agregat kasar berukuran diameter lebih dari 2 cm, maka diperlukan adanya jarak tulangan minimum agar campuran beton basah dapat melewati tulangan baja tanpa terjadi pemisahan material sehingga timbul rongga-rongga pada beton. Sedang untuk melindungi dari karat dan kehilangan kekuatannya dalam kasus kebakaran, maka diperlukan adanya tebal selimut beton minimum. Beberapa persyaratan utama pada SNI adalah sebagai berikut : a. Jarak bersih antara tulangan sejajar yang selapis tidak boleh kurang dari d b atau 25 mm, dimana d b adalah diameter tulangan. BAB 2 Dasar Teori

20 9 b. Jika tulangan sejajar tersebut diletakkan dalam dua lapis atau lebih, tulangan pada lapisan atas harus diletakkan tepat diatas tulangan di bawahnya dengan jarak bersih tidak boleh kurang dari 25 mm. Tebal selimut beton minimum untuk beton yang dicor setempat adalah: a) Untuk pelat dan dinding = 20 mm b) Untuk balok dan kolom = 40 mm c) Beton yang berhubungan langsung dengan tanah atau cuaca = 50 mm 2.2. Perencanaan Atap Perencanaan Kuda-Kuda 1. Pembebanan Pada perencanaan atap ini, beban yang bekerja adalah : a. Beban mati b. Beban hidup c. Beban angin 2. Asumsi Perletakan a. Tumpuan sebelah kiri adalah Sendi. b. Tumpuan sebelah kanan adalah Rol.. 3. Analisa struktur menggunakan program SAP Perencanaan tampang menggunakan peraturan SNI Perhitungan profil kuda-kuda a) Batang tarik Ag perlu = P mak Fy An perlu = 0,85.Ag An = Ag-dt L = Panjang sambungan dalam arah gaya tarik BAB 2 Dasar Teori

21 10 x= Y -Yp x U =1 - L Ae = U.An Cek kekuatan nominal : Kondisi leleh f Pn = 0,9. Ag. Fy Kondisi fraktur f Pn = 0,75. Ae. Fu f Pn> P. ( aman ) b) Batang tekan Periksa kelangsingan penampang : b tw = 300 Fy lc= K. l rp Fy E Apabila = λc 0,25 ω = 1 0,25 < λs < 1,2 ω 1,43 = 1,6-0,67λc λs 1,2 ω 2 = 1,25.l s BAB 2 Dasar Teori

22 11 Pn = f. Ag. Fcr= Ag f y w Pu fp n < 1. ( aman ) 2.3. Perencanaan Tangga Untuk perhitungan penulangan tangga dipakai kombinasi pembebanan akibat beban mati dan beban hidup yang disesuaikan dengan Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung ( PPUIG 1983 ) dan SNI analisa struktur mengunakan perhitungan SAP Sedangkan untuk tumpuan diasumsikan sebagai berikut : Tumpuan bawah adalah Jepit. Tumpuan tengah adalah Sendi. Tumpuan atas adalah Jepit. Perhitungan untuk penulangan tangga : Mn = Mu F Dimana Φ = 0.8 fy M= f ' c Mn Rn= 2 b.d r = 1 æ ç mè 2.m.Rn fy ö ø fc æ 600 ö rb =. b. ç fy è 600+ fyø r max = rb r min < r < r maks tulangan tunggal r < r min dipakai commit r min = to user BAB 2 Dasar Teori

23 12 As = r ada. b. d M u M n = f dimana, f = 0,80 f y m = 0,85xf ' c Rn = M n 2 bxd r = 1 æ ç mè 2.m.Rn fy ö ø fc æ 600 ö rb =. b. ç fy è 600+ fyø r max = rb r min < r < r maks tulangan tunggal r < r min dipakai r min = As = r ada. b. Luas tampang tulangan As = rxbxd 2.4. Perencanaan Plat Lantai 1. Pembebanan : 1) Beban mati 2) Beban hidup : 250 kg/m 2 2. Asumsi Perletakan : jepit penuh 3. Analisa struktur menggunakan tabel PPIUG Analisa tampang menggunakan SNI Pemasangan tulangan lentur disyaratkan sebagai berikut : a. Jarak minimum tulangan sengkang commit 25 to mm user BAB 2 Dasar Teori

24 13 b. Jarak maksimum tulangan sengkang 240 atau 2h Penulangan lentur dihitung analisa tulangan tunggal dengan langkah-langkah sebagai berikut : M u M n = f dimana, f = 0,80 f y m = 0,85xf ' c Rn = M n 2 bxd r = 1 æ ç mè 2.m.Rn fy ö ø 0,85. fc æ 600 ö rb =. b. ç fy è 600+ fyø r max = 0,75. rb r min < r < r maks tulangan tunggal r < r min dipakai r min = 0,0025 As = r ada. b. d Luas tampang tulangan As = rxbxd 2.5. Perencanaan Balok 1. Pembebanan : 1) Beban mati 2) Beban hidup : 250 kg/m 2 2. Asumsi Perletakan : sendi sendi 3. Analisa struktur pada perencanaan atap ini menggunakan program SAP Analisa tampang menggunakan peraturan SNI Perhitungan tulangan lentur : BAB 2 Dasar Teori

25 14 M u M n = f dimana, f = 0,80 f y m = 0,85xf ' c Rn = M n 2 bxd r = 1 æ ç mè 2.m.Rn fy ö ø 0,85. fc æ 600 ö rb =. b. ç fy è 600+ fyø r max = 0,75. rb r min < r < r maks tulangan tunggal r < r min dipakai r min = 0,004 ( 1,4 Fy = 1,4 340 ) As = r ada. b. d n = Ʀƭ6y RŖnȖ =Ϝ : Perhitungan tulangan geser : f = 0,75 V c = 1 6 x f ' cxbxd f Vc=0,75 x Vc Φ.Vc Vu 3 Φ Vc ( perlu tulangan geser ) Vu < Æ Vc < 3 Ø Vc (tidak perlu tulangan geser) Vs perlu = Vu Vc ( pilih tulangan terpasang ) BAB 2 Dasar Teori

26 15 ( Av. fy. d) Vs ada = s ( pakai Vs perlu ) 2.3. Perencanaan Portal 1. Pembebanan : Beban mati Beban hidup : 250 kg/m 2 2. Asumsi Perletakan Jepit pada kaki portal. Bebas pada titik yang lain 3. Analisa struktur menggunakan program SAP a. Perhitungan tulangan lentur : M u M n = f dimana, f = 0,80 f y m = 0,85xf ' c Rn = M n 2 bxd r = 1 æ ç mè 2.m.Rn fy ö ø fc æ 600 ö rb =. b. ç fy è 600+ fyø r max = rb r min 1,4 = fy r min < r < r maks As = r ada. b. d tulangan tunggal BAB 2 Dasar Teori

27 16 n = Ʀƭ6y RŖnȖ =Ϝ : 1, 4 r < r min dipakai r min = fy 1, 4 = 240 = 0,0058 b. Perhitungan tulangan geser : Æ = 0,75 V c = 1 6 x f ' cxbxd Æ Vc = 0,75 x Vc Æ.Vc Vu 3 Æ Vc ( perlu tulangan geser ) ÆVs perlu = Vu Æ Vc c RŖnȖ =Ϝ = Ϝ ( pilih tulangan terpasang ) Vs ada = ( Av. fy. d) S ( pakai Vs perlu ) 2.8. Perencanaan Pondasi 1. Pembebanan : Beban aksial dan momen dari analisa struktur portal akibat beban mati dan beban hidup. 2. Analisa tampang menggunakan peraturan SNI Perhitungan kapasitas dukung pondasi (Terzaghi) : q ada qu q ijin p = A = 1,3 cnc + qnq + 0,4 g B Ng = qu / SF q ada q ijin... (aman) Sedangkan pada perhitungan tulangan lentur Mu = ½. qu. t 2 BAB 2 Dasar Teori

28 17 f y m = 0,85xf ' c Rn = M n 2 bxd r = 1 æ ç mè 2.m.Rn fy ö ø 0,85. fc æ 600 ö rb =. b. ç fy è 600+ fyø r max = 0,75. rb r min < r < r maks tulangan tunggal r < r min dipakai r min = 0,004 ( 1,4 Fy = 1,4 340 ) As = r ada. b. d Luas tampang tulangan As = Jumlah tungan x Luas Perhitungan tulangan geser : Vu = s x A efektif f = 0,75 V c = 1 6 x f ' cxbxd f Vc=0,75 x Vc Φ.Vc Vu 3 Φ Vc ( perlu tulangan geser ) Vu < Æ Vc < 3 Ø Vc (tidak perlu tulangan geser) Vs perlu = Vu Vc ( pilih tulangan terpasang ) BAB 2 Dasar Teori

29 18 ( Av. fy. d) Vs ada = s ( pakai Vs perlu ) BAB 2 Dasar Teori

30 S K perpustakaan.uns.ac.id Perhitungan Luasan Kuda-Kuda Utama a l b c d i k j e f h g Panjang al Panjang di Panjang eh Panjang fg Panjang ab Panjang ef Gambar Luasan Atap Kuda-kuda Utama = Panjang bk = Panjang cj = 3,875 m = 3,406 m = 2,469 m = 2 m = 1,937 m, bc = cd = de = 1,875 m = ½. 1,875 = 0,937 m Luas abkl = al ab = 3,875 1,937 = 7,5 m 2 Luas bcjk = bk bc = 3,875 1,875 = 7,265 m 2 æ cj+ di ö Luas cdij = (cj ½ cd ) + ç 1 2.cd è 2 ø æ 3,875+ 3,406 ö = (3,875 ½. 1,875) + ç 1 2.1,875 è 2 ø = 7,05 m 2 BAB 3 Perencanaan Atap

31 S K perpustakaan.uns.ac.id 82 æ di+ ehö Luas dehi = ç de è 2 ø æ 3,406+ 1,875ö = ç 1,875 è 2 ø = 4,95 m 2 æ eh+ fgö Luas efgh = ç ef è 2 ø æ 2,469+ 2ö = ç 0,937 è 2 ø = 2,1 m 2 a l b c d i k j e f h g Gambar Luasan Plafon Kuda-kuda Utama Panjang al = Panjang bk = Panjang cj = 3,875 m Panjang di = 3,406 m Panjang eh = 2,469 m Panjang fg = 2 m Panjang ab = 0,937 m Panjang bc = cd = de = 1,875 m Panjang ef = 0,937 m Luas abkl = al ab BAB 3 Perencanaan Atap

32 83 = 3,875 0,937 = 3,631 m 2 Luas bcjk = bk bc = 3,875 1,875 = 7,265 m 2 æ cj+ di ö Luas cdij = (cj ½ cd ) + ç 1 2.cd è 2 ø æ 3,875+ 3,406 ö = (3,875 ½ 1,875) + ç 1 2.1,875 è 2 ø = 7,05 m 2 æ di+ ehö Luas dehi = ç de è 2 ø æ 3,406+ 2,469ö = ç 1,875 è 2 ø = 4,95 m 2 æ eh+ fgö Luas efgh = ç ef è 2 ø æ 2,469+ 2ö = ç 0,937 è 2 ø = 2,1 m Perhitungan Pembebanan Kuda-kuda Utama Data-data pembebanan : Berat gording = 11 kg/m Jarak antar kuda-kuda utama = 4 m Berat penutup atap = 50 kg/m 2 Berat profil = 25 kg/m Berat plafon = 25 kg/m 2 BAB 3 Perencanaan Atap

33 P5 84 P P6 P P7 P1 9 P P P P16 P15 P14 Gambar Pembebanan Kuda- kuda Utama akibat Beban Mati P13 P12 P11 P10 a. Beban Mati 1) Beban P1 = P9 a) Beban gording = Berat profil gording Panjang Gording = 11 4 = 44 kg b) Beban atap = Luasan Berat atap = 7,5 50 = 375 kg c) Beban plafon = Luasan berat plafon = 3, = 96,875 kg d) Beban kuda-kuda = ½ Btg (1 + 9) berat profil kuda kuda = ½ (1, ,165) 25 = 50,5 kg e) Beban plat sambung = 30 % beban kuda-k1uda = 30 % 50,5 = 15,15 kg f) Beban bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 % 50,5 = 5,05 kg 2) Beban P2 = P8 a) Beban gording = Berat profil gording Panjang Gording = 11 4 = 44 kg b) Beban atap = Luasan Berat atap = 7, = 381,25 kg c) Beban kuda-kuda = ½ Btg ( ) berat profil kuda kuda = ½ commit (2,165 to + user 1, , ,165) 25 BAB 3 Perencanaan Atap

34 85 = 94,725 kg d) Beban plat sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 94,725 = 28,41 kg e) Beban bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 % 94,725 = 9,47 kg 3) Beban P3 = P7 a) Beban gording = Berat profil gording Panjang Gording = 11 4 = 44 kg b) Beban atap = Luasan Berat atap = 7,05 50 = 352,5 kg c) Beban kuda-kuda = ½ Btg ( ) berat profil kuda kuda = ½ (2, , , ,165) 25 = 116,99 kg d) Beban plat sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 116,99 = 35,07 kg e) Beban bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 % 116,99 = 11,69 kg 4) Beban P4 = P6 a) Beban gording = Berat profil gording Panjang Gording = 11 4 = 44 kg b) Beban atap = Luasan Berat atap = 4,95 50 = 247,5 kg c) Beban kuda-kuda = ½ Btg ( ) berat profil kuda kuda = ½ (2, , ,75 + 2,165) 25 = 141,6 kg d) Beban plat sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 141,6 = 42,48 kg e) Beban bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 % 141,6 = 14,16 kg 5) Beban P5 a) Beban gording = Berat profil gording Panjang Gording = 11 4 = 44 kg BAB 3 Perencanaan Atap

35 86 b) Beban atap = Luasan Berat atap = 2,1 50 = 105 kg c) Beban kuda-kuda = ½ Btg ( ) berat profil kuda kuda = ½ (2, ,33 + 2,165) 25 = 108,25 kg d) Beban plat sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 108,25 = 32,47 kg e) Beban bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 % 108,25 = 10,825 kg f) Beban reaksi = reaksi ½ kuda-kuda = 809,38 kg 6) Beban P10 = P16 a) Beban plafon = Luasan berat plafon = 7, = 190,625 kg b) Beban kuda-kuda = ½ Btg ( ) berat profil kuda kuda = ½ ( 1, , ,875) 25 = 60,41 kg c) Beban plat sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 60,41 = 18,12 kg d) Beban bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 % 60,41 = 6,04 kg 7) Beban P11 = P15 a) Beban plafon = Luasan berat plafon = 7,05 25 = 176,25 kg b) Beban kuda-kuda = ½ Btg ( ) berat profil kuda kuda = ½ (1, , , ,875) 55 = 101 kg c) Beban plat sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 101 = 30,3 kg d) Beban bracing = 10 % beban kuda-kuda BAB 3 Perencanaan Atap

36 87 = 10 % 101 = 10,1 kg 8) Beban P12 = P14 a) Beban plafon = Luasan berat plafon = 4,95 25 = 123 kg b) Beban kuda-kuda = ½ Btg ( ) berat profil kuda kuda = ½ (1, , , ,875) 25 = 123,275 kg c) Beban plat sambung = 30% beban kuda-kuda = 30% 123,275 = 36,99kg d) Beban bracing = 10% beban kuda-kuda = 10% 123,275 = 12,33 kg 9) Beban P13 a) Beban plafon =2 x Luasan berat plafon = 2 x 2,1 25 = 105 kg b) Beban kuda-kuda =½ Btg ( ) berat profil kuda-kuda = ½ (1, ,75 + 3,75 + 4,33 + 1,875) 25 = 194,75 kg c) Beban plat sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 194,75 = 58,425 kg d) Beban bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 % 194,75 = 19,475 kg e) Beban reaksi = reaksi ½ kuda-kuda = 995,69 kg BAB 3 Perencanaan Atap

37 88 Beban Tabel Rekapitulasi Beban Mati Kuda-kuda Utama Beban Beban Beban Beban Beban Plat Beban Kuda - Atap gording Bracing Penyambung Plafon kuda (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) Beban Reaksi (kg) Jumlah Beban (kg) P1=P ,5 5,05 15,15 96, , P2=P8 381, ,725 9,47 28, , P3=P7 352, ,99 11,69 35, P4=P6 247, ,6 14,16 42, , Input SAP (kg) P ,25 10,82 32,47-809, , P10=P ,41 6,04 18,13 190, , P11=P ,1 30,3 176,25-317, P12=P ,25 12,33 36, , P ,76 19,47 58, , , b. Beban Hidup Beban hidup yang bekerja pada P1, P2, P3, P4, P6, P7, P8, P9 = 100 kg BAB 3 Perencanaan Atap

38 89 c. Beban Angin Perhitungan beban angin : W5 W6 W W7 W W8 23 W1 9 W W9 16 W Gambar Pembebanan Kuda-kuda Utama akibat Beban Angin Beban angin kondisi normal, minimum = 25 kg/m 2. Koefisien angin tekan = 0,02a - 0,40 = (0,02 30) 0,40 = 0,2 a. W1 = luasan koef. angin tekan beban angin = 7,5 0,2 25 = 37,5 kg b. W2 = luasan koef. angin tekan beban angin = 7,625 0,2 25 = 38,125 kg c. W3 = luasan koef. angin tekan beban angin = 7,05 0,2 25 = 35,25 kg d. W4 = luasan koef. angin tekan beban angin = 4,95 0,2 25 = 24,75 kg e. W5 = luasan koef. angin tekan beban angin = 2,1 0,2 25 = 10,25 kg BAB 3 Perencanaan Atap

39 90 1) Koefisien angin hisap = - 0,40 a. W6 = luasan koef. angin tekan beban angin = 2,1-0,4 25 = -21 kg b. W7 = luasan x koef. angin tekan x beban angin = 4,95-0,4 25 = -49,5 kg c. W8 = luasan koef. angin tekan beban angin = 7,05-0,4 25 = -70,5 kg d. W9 = luasan koef. angin tekan beban angin = 7,265-0,4 25 = -72,65 kg e. W10 = luasan koef. angin tekan beban angin = 7,5-0,4 25 = -75 kg Tabel Perhitungan Beban Angin Kuda-kuda Utama Beban Wx (Untuk Input Wy (Untuk Input Beban (kg) Angin W.Cos a (kg) SAP2000) W.Sin a (kg) SAP2000) W 1 37,5 32, ,75 19 W 2 38,125 33, ,06 19 W 3 35,25 30, , W 4 24,75 21, ,37 12 W 5 10,25 8,87 9 5,675 6 W , ,5-11 W 7-49,5-42, ,75-25 W 8-70,5-61, ,25-35 W 9-72,05-62, ,02-36 W , ,5-38 Dari perhitungan mekanika dengan menggunakan program SAP 2000 diperoleh gaya batang yang bekerja pada batang kuda-kuda utama sebagai berikut : BAB 3 Perencanaan Atap

40 91 Tabel Rekapitulasi Gaya Batang Kuda-kuda Utama Batang Kombinasi Tarik (+) kg Tekan(+) kg , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,61 BAB 3 Perencanaan Atap

41 Perencanaan Profil Kuda- kuda a. Perhitungan Profil Batang Tarik P maks. = 9801,94 kg L = 1,875 m f y = 2400 kg/cm 2 f u = 3700 kg/cm 2 Kondisi leleh P maks. = f.f y.ag P maks. Ag = = = F.f y 9801,94 0, ,53 cm 2 Kondisi fraktur P maks. = f.f u.ae P maks. = f.f u.an.u (U = 0,75 didapat dari buku LRFD hal.39) P F.f. U maks. An = = = u 9801,94 0, ,75 L 187,5 i min = = = 0,781 cm ,71cm Dicoba, menggunakan baja profil ûë Dari tabel didapat Ag = 9,4 cm 2 i = 2,12 cm 2 Berdasarkan Ag kondisi leleh Ag = 4,53 /2 = 2,26 cm 2 Berdasarkan Ag kondisi fraktur Diameter baut = 1/2. 2,54 = 12,7 mm Diameter lubang = 12,7 + 2 = 14,7 mm = 1,47 cm Ag = An + n.d.t BAB 3 Perencanaan Atap

42 93 = (4,71/2) + 1.1,47.0,7 = 3,38 cm 2 Ag yang menentukan = 3,38 cm 2 Digunakan ûë maka, luas profil 9,4 > 3,38 ( aman ) inersia 2,12 > 0,781 ( aman ) b. Perhitungan profil batang tekan P maks. = 11323,89 kg L = 2,165 m f y = 2400 kg/cm 2 f u = 3700 kg/cm 2 Dicoba, menggunakan baja profil ûë Dari tabel didapat nilai nilai : Ag = 2.9,4 = 18,8 cm 2 r = 2,12 cm = 21,2 mm b = 70 mm t = 7 mm Periksa kelangsingan penampang : b 200 = t kl r f y f y λ c = 2 p E = 10 12, (2165) = 21, ,14 x2x10 5 = 1,13 BAB 3 Perencanaan Atap

43 94 Karena 0,25 < l c <1,2 maka : w w = 1,43 1,6-0,67l 1,43 = = 1,69 1,6-0,67.1,13 f y P n = Ag.f cr = Ag w Pu fp n c = ,89 = = 0,49 < 1... ( aman ) 0,85x26698, = ,25 N = 26698,23 kg 1, Perhitungan Alat Sambung a. Batang Tekan Digunakan alat sambung baut-mur. Diameter baut (Æ) = 12,7 mm ( ½ inches) Diameter lubang = 14,7 mm. Tebal pelat sambung (d) = 0,625. d b = 0, ,7 = 7,94 mm. Menggunakan tebal plat 8 mm Tahanan geser baut P n Tahanan tarik penyambung P n = m.(0,4.f ub ).An = 2.(0,4.825).¼. p. 12,7 2 = 8356,43 kg/baut = 0,75.f ub.an =7833,9 kg/baut Tahanan Tumpu baut : P n = 0,75 (2,4.fu.d b. t) = 0,75 (2, ,7.9) = 7612,38 kg/baut P yang menentukan adalah P tumpu = 7612,38 kg. BAB 3 Perencanaan Atap

44 95 Perhitungan jumlah baut-mur, Pmaks. 9801,94 n = = = 1,28 ~ 2 buah baut P 7612,38 geser Digunakan : 2 buah baut Perhitungan jarak antar baut : a. 1,5d S1 3d Diambil, S 1 = 2,5 d b = 3. 12,7 = 3,175 mm = 30 mm b. 2,5 d S 2 7d Diambil, S 2 = 5 d b = 1,5. 12,7 = 6,35 mm = 6 mm b. Batang tarik Digunakan alat sambung baut-mur. Diameter baut (Æ) = 12,7 mm ( ½ inches ) Diameter lubang = 13,7 mm. Tebal pelat sambung (d) = 0,625. d b = 0,625 x 12,7 = 7,94 mm. Menggunakan tebal plat 8 mm Tahanan geser baut P n Tahanan tarik penyambung P n = n.(0,4.f ub ).An = 2.(0,4.825).¼. p. 12,7 2 = 8356,43 kg/baut = 0,75.f ub.an =7833,9 kg/baut Tahanan Tumpu baut : P n = 0,75 (2,4.fu. d b t) = 0,75 (2, ,7.9) = 7612,38 kg/baut P yang menentukan adalah P tumpu = 7612,38 kg. Perhitungan jumlah baut-mur, BAB 3 Perencanaan Atap

45 96 Pmaks ,89 n = = = 1,49~ 2 buah baut P 7612,38 geser Digunakan : 2 buah baut Perhitungan jarak antar baut (SNI Pasal 13.14) : 1) 3d S 1 15 t p,atau 200 mm Diambil, S 1 = 3 d = 3. 1,27 = 3,81 cm = 4 cm 2) 1,5 d S 2 (4t p + 100mm),atau 200 mm Diambil, S 2 = 1,5 d = 1,5. 1,27 = 1,905 cm = 2 cm Tabel Rekapitulasi Perencanaan Profil Kuda-kuda Nomor Batang Dimensi Profil Baut (mm) Æ 12, Æ 12, Æ 12, Æ 12, Æ 12, Æ 12, Æ 12, Æ 12, Æ 12, Æ 12, Æ 12, Æ 12, Æ 12, Æ 12, Æ 12, Æ 12, Æ 12, commit 7 to user 2 Æ 12,7 BAB 3 Perencanaan Atap

46 Æ 12, Æ 12, Æ 12, Æ 12, Æ 12, Æ 12, Æ 12, Æ 12, Æ 12, Æ 12, Æ 12,7 BAB 3 Perencanaan Atap

47 Perencanaan Kuda-kuda Utama B (KKB) Perhitungan Panjang Batang Kuda-kuda B Gambar Panjang batang kuda-kuda B Perhitungan panjang batang selanjutnya disajikan dalam tabel dibawah ini : Tabel Perhitungan Panjang Batang Pada Kuda-kuda Utama (KKB) No batang Panjang batang (m) 1 1, , , , , , , , , ,165 BAB 3 Perencanaan Atap

48 SK perpustakaan.uns.ac.id , , , Perhitungan Luasan Setengah Kuda-Kuda Utama B d c b a e f g h d c b a e f g h Gambar Luasan Atap Kuda-kuda B Panjang de, cf, bg, ah = 4 m Panjang ef = 0,937 m Panjang fg = 1,875 m Panjang gh = 1,937 m Luas decf = de x ef = 4 x 0,937 = 3,75 m 2 Luas cfgb = cf x fg = 4 x 1,875 = 7,5 m 2 Luas bgha = bg x gh = 4 x 1,937 = 7,75 m 2 BAB 3 Perencanaan Atap

49 SK perpustakaan.uns.ac.id 100 d c b a e f g h d c b a e f g h Gambar Luasan Plafon Kuda-kuda B Panjang de, cf, bg, ah = 4 m Panjang ef = 0,937 m Panjang fg = 1,875 m Panjang gh = 0,97 m Luas decf = de x ef = 4 x 0,937 = 3,75 m 2 Luas cfgb = cf x fg = 4 x 1,875 = 7,5 m 2 Luas bgha = bg x gh = 4 x 0,97 = 3,9 m Perhitungan Pembebanan Kuda-kuda Utama B Data-data pembebanan : Berat gording = 11 kg/m Jarak antar kuda-kuda utama = 4,00 m Berat penutup atap = 50 kg/m 2 Berat profil = 25 kg/m BAB 3 Perencanaan Atap

50 101 P3 P2 P4 6 7 P P P8 P7 P6 Gambar Pembebanan Kuda- kuda utama akibat beban mati Perhitungan Beban a. Beban Mati 1) Beban P 1 = P 5 a) Beban gording = Berat profil gording x panjang gording = 11 x 4 = 44 kg b) Beban atap = Luasan atap bgha x Berat atap = 7,75 x 50 = 87,5 kg c) Beban kuda-kuda = ½ x Btg (5 + 1) x berat profil kuda kuda = ½ x (2, ,875) x 25 = 50,5 kg d) Beban plat sambung = 30% x beban kuda-kuda = 0,3 x 50,5 = 15,15 kg e) Beban bracing = 10% x beban kuda-kuda = 0,1 x 50,5 = 5,05 kg f) Beban plafon = Luasan x berat plafon = 3,9 x 25 = 97,5 kg 2) Beban P 2 =P 4 BAB 3 Perencanaan Atap

51 102 a) Beban gording = Berat profil gording x panjang gording = 11 x 44 = 44 kg b) Beban atap = Luasan atap cfgb x berat atap = 7,5 x 50 = 375 kg c) Beban kuda-kuda = ½ x Btg( ) x berat profil kuda kuda = ½ x (2, , , ,165) x 25 = 94,72 kg d) Beban plat sambung = 30% x beban kuda-kuda = 0,3 x 94,72 = 28,42 kg e) Beban bracing = 10% x beban kuda-kuda = 0,1 x 94,72 = 9,47 kg 3) Beban P 3 a) Beban gording = Berat profil gording x panjang gording = 11 x 4 = 44 kg b) Beban atap = Luasan atap bgha x berat atap = 7,75 x 50 = 387,5 kg c) Beban kuda-kuda = ½ x Btg ( ) x berat profil kuda kuda = ½ x (2,165+2,165+2,165) x 25 = 81,19 kg d) Beban plat sambung = 30% x beban kuda-kuda = 0,3 x 81,19 = 24,36 kg e) Beban bracing = 10% x beban kuda-kuda = 0,1 x 81,19 = 8,12 kg 4) Beban P 6 = P 8 a) Beban kuda-kuda = ½ x Btg( ) x berat profil kuda kuda = ½ x (1, , ,875) x 25 = 60,41 kg b) Beban plat sambung = 30% x beban kuda-kuda = 0,3 x 60,41 = 18,12 kg BAB 3 Perencanaan Atap

52 103 c) Beban bracing = 10% x beban kuda-kuda = 0,1 x 60,41 = 6,04 kg d) Beban Plafon = Luasan plafon x berat plafon = 3,9 x 25 = 97,5 kg 5) Beban P 7 a) Beban kuda-kuda = ½ x Btg ( ) x berat profil kuda kuda = ½ x (1,875+2,165+2,165 +2,165+1,875 ) x 25 = 128,06 kg b) Beban plat sambung = 30% x beban kuda-kuda = 0,3 x 128,06 = 38,42 kg c) Beban bracing = 10% x beban kuda-kuda = 0,1 x 128,06 = 12,81 kg d) Beban Plafon = Luasan plafon x berat plafon = 3,9 x 25 = 97,5 kg Beban Tabel Rekapitulasi Beban Mati Beban Atap (kg) Beban gording (kg) Beban Kuda - kuda (kg) Beban Bracing (kg) Beban Plat Penyambung (kg) Beban Plafon (kg) Jumlah Beban (kg) Input SAP P 1 =P 5 87, ,5 5,05 15,15 97,5 299,7 300 P 2 =P ,72 9,47 28,42-551, P 3 387, ,19 8,12 24,36-545, P 6 =P ,41 6,04 18,12 97,5 182, P ,06 12,81 38,42 97,5 276, (kg) b. Beban Hidup Beban hidup yang bekerja pada P 1, P 2, P 3, P 4, P 5, P 6, P 7 = 100 kg BAB 3 Perencanaan Atap

53 104 c. Beban Angin Perhitungan beban angin : W3 W4 W2 6 7 W5 W W Gambar Pembebanan kuda-kuda utama B akibat beban angin Beban angin kondisi normal, minimum = 25 kg/m 2. a. Koefisien angin tekan = 0,02a - 0,40 = (0,02 x 30) 0,40 = 0,2 a) W 1 = luasan x koef. angin tekan x beban angin = 7,75 x 0,2 x 25 = 38,75 kg b) W 2 = luasan x koef. angin tekan x beban angin = 7,5 x 0,2 x 25 = 37,5 kg c) W 3 = luasan x koef. angin tekan x beban angin = 3,75 x 0,2 x 25 = 18,75 kg b. Koefisien angin hisap = - 0,40 a) W 4 = luasan x koef. angin tekan x beban angin = 3,75 x -0,4 x 25 = -37,5 kg BAB 3 Perencanaan Atap

54 105 b) W 5 = luasan x koef. angin tekan x beban angin = 7,5 x -0,4 x 25 = -75 kg c) W 6 = luasan x koef. angin tekan x beban angin = 7,75 x -0,4 x 25 = -77,5 kg Tabel Perhitungan Beban Angin Beban Wx (Untuk Input Wy (Untuk Input Beban (kg) Angin W.Cos a (kg) SAP2000) W.Sin a (kg) SAP2000) W 1 38,75 33, , W 2 37,5 32, ,75 19 W 3 18,75 16,3 16 9,375 9 W 4-37,5 32, ,75 19 W , ,5 38 W 6-77,5 67, ,75 38 Dari perhitungan mekanika dengan menggunakan program SAP 2000 diperoleh gaya batang yang bekerja pada batang kuda-kuda utama sebagai berikut : BAB 3 Perencanaan Atap

55 106 Tabel Rekapitulasi Gaya Batang Kuda-kuda Utama Batang Tarik (+) kg kombinasi Tekan(+) kg , , , , , , , , , , , , ,26 - BAB 3 Perencanaan Atap

56 Perencanaan Profil Kuda- kuda a. Perhitungan profil batang tarik P maks. = 3101,22 kg F y F u = 2400 kg/cm 2 (240 MPa) = 3700 kg/cm 2 (370 MPa) Ag perlu = P mak = Fy 3101,22 = 1,3 cm Dicoba, menggunakan baja profil ûë Dari tabel baja didapat data-data = Ag = 8,23 cm 2 x = 1,64 cm An = 2.Ag-dt = = 1510 mm 2 L =Sambungan dengan Diameter = 3.12,7 =38,1 mm x= 16,4 mm x U =1 - L = Ae = U.An 16,4 = 0,569 38,1 = 0, = 859,19 mm 2 Check kekuatan nominal f Pn = 0,75. Ae. Fu = 0, , = ,2 N = 23842,52 kg > 5173,44 kg OK BAB 3 Perencanaan Atap

57 108 a. Perhitungan profil batang tekan P maks. = 3630,39 kg lk Ag perlu = = 2,165 m = 216,5 cm P mak 3634, 95 = = 1,51 cm 2 Fy 2400 Dicoba, menggunakan baja profil ûë (Ag = 8,23 cm 2 ) Periksa kelangsingan penampang : b 2. t w < = < Fy 8 K.L l = = r = 6,87 < 12, ,5 1,64 = 132,01 l c= l p Fy E = 132,01 3, ω = 1,46 λc 1,2 ω 2 = 1,25.l c = 1,25. (1,46 2 ) Pn = 2. Ag. Fcr P fpn = 2, = 2.8,23. 2,67 = 14795,5 = 3634,75 0, ,5 = 0,3 < 1 OK 2 = 1,25.l c BAB 3 Perencanaan Atap

58 Perhitungan Alat Sambung a. Batang Tekan Digunakan alat sambung baut-mur. Diameter baut (Æ) = 12,7 mm ( ½ inches) Diameter lubang = 14 mm. Tebal pelat sambung (d) = 0,625. d b = 0, ,7 = 7,94 mm. Menggunakan tebal plat 8 mm a. Tahanan geser baut P n = m.(0,4.f ub ).An = 2.(0,4.825).¼. p. 12,7 2 = 8356,43 kg/baut d. Tahanan tarik penyambung P n = 0,75.f ub.an =7833,9 kg/baut e. Tahanan Tumpu baut : P n = 0,75 (2,4.fu.d b. t) = 0,75 (2, ,7.9) = 7612,38 kg/baut P yang menentukan adalah P tumpu = 7612,38 kg. Perhitungan jumlah baut-mur, Pmaks. 3634,75 n = = = 0,48 ~ 2 buah baut P 7612,38 geser Digunakan : 2 buah baut Perhitungan jarak antar baut : a. 3d S 15t atau 200 mm Diambil, S 1 = 3 d b = 3. 12,7 = 38,1 mm = 40 mm BAB 3 Perencanaan Atap

59 110 b. 1,5 d S 2 (4t +100) atau 200 mm Diambil, S 2 = 1,5 d b = 1,5. 12,7 = 19,05 mm = 20 mm b. Batang tarik Digunakan alat sambung baut-mur. Diameter baut (Æ) = 12,7 mm ( ½ inches ) Diameter lubang = 13,7 mm. Tebal pelat sambung (d) = 0,625. d b = 0,625 x 12,7 = 7,94 mm Menggunakan tebal plat 8 mm a. Tahanan geser baut P n = n.(0,4.f ub ).An = 2.(0,4.825).¼. p. 12,7 2 = 8356,43 kg/baut b. Tahanan tarik penyambung P n = 0,75.f ub.an = 7833,9 kg/baut c. Tahanan Tumpu baut : P n = 0,75 (2,4.fu. d b t) = 0,75 (2, ,7.9) = 7612,38 kg/baut P yang menentukan adalah P tumpu = 7612,38 kg. Perhitungan jumlah baut-mur, Pmaks. 3101,22 n = = = 0,41~ 2 buah baut P 7612,38 geser Digunakan : 2 buah baut Perhitungan jarak antar baut : d. 3d S 15t atau 200 mm Diambil, S 1 = 3 d b = 3. 12,7 BAB 3 Perencanaan Atap

60 111 = 38,1 mm = 40 mm e. 1,5 d S 2 (4t +100) atau 200 mm Diambil, S 2 = 1,5 d b = 1,5. 12,7 = 19,05 mm = 20 mm Tabel Rekapitulasi Perencanaan Profil Kuda-kuda Nomer Batang Dimensi Profil Baut (mm) 1 ûë Æ 12,7 2 ûë Æ 12,7 3 ûë Æ 12,7 4 ûë Æ 12,7 5 ûë Æ 12,7 6 ûë Æ 12,7 7 ûë Æ 12,7 8 ûë Æ 12,7 9 ûë Æ 12,7 10 ûë Æ 12,7 11 ûë Æ 12,7 12 ûë Æ 12,7 13 ûë Æ 12,7 BAB 3 Perencanaan Atap

61 SK perpustakaan.uns.ac.id BAB 3 PERENCANAAN ATAP 3.1 Rencana Atap ( Sistem Kuda-Kuda) SK KT JL G KKA N B B N G KKA JD JL KT JL SK KKB N N B Gambar 3.1 Rencana Atap Keterangan : KK A = Kuda-kuda utama G = Gording KT = Kuda-kuda trapesium N = Nok SK = Setengah kuda-kuda JD = Jurai dalam KK B = Kuda-kuda samping JL = Jurai luar B = Bracing BAB 3Perencanaan Atap 19

62 Gambar 3.2 Setengah Kuda- kuda Gambar 3.3 Jurai BAB 3 Perencanaan Atap

63 Gambar 3.4 Kuda-kuda trapesium Gambar 3.5 Kuda-kuda utama Dasar Perencanaan Secara umum data yang digunakan untuk perhitungan rencana atap adalah sebagai berikut : a. Bentuk denah : seperti gambar 3.1 b. Jarak antar kuda-kuda : 4 m c. Kemiringan atap (a) : 30 d. Bahan gording : baja profil lip channels () e. Bahan rangka kuda-kuda : baja profil double siku sama kaki (ûë) f. Bahan penutup atap : genteng tanah liat g. Alat sambung : baut-mur. BAB 3 Perencanaan Atap

64 22 h. Jarak antar gording : 1,875 m i. Bentuk atap : limasan j. Mutu baja profil : Bj-37 s ijin = 2400 kg/cm 2 s Leleh = 3700 kg/cm 2 (SNI ) 3.2 Perencanaan Gording Dicoba menggunakan gording dengan dimensi baja profil tipe lip channels/ kanal kait ( ) 150 x 75 x 20 x 4,5 pada perencanaan kuda- kuda dengan data sebagai berikut : a. Berat gording = 11 kg/m. f. t s = 4,5 mm b. I x = 489 cm 4. g. t b = 4,5 mm c. I y = 99,2 cm 4. h. Z x = 65,2 cm 3. d. h = 150 mm i. Z y = 19,8 cm 3. e. b = 75 mm Kemiringan atap (a) = 30. Jarak antar gording (s) = 2,165 m. Jarak antar kuda-kuda utama = 4 m. Jarak antarakudengan KT = 3,75 m. Pembebanan berdasarkan SNI , sebagai berikut : a. Berat penutup atap = 50 kg/m 2. b. Beban angin = 25 kg/m 2. c. Berat hidup (pekerja) = 100 kg. d. Berat penggantung dan plafond = 18 kg/m 2 BAB 3 Perencanaan Atap

65 Perhitungan Pembebanan a. Beban Mati (titik) y x q x a Gambar 3.5Beban mati P q y Berat gording = 11 kg/m Berat penutup atap Berat plafon = = ( 2,165 x 50 ) ( 1,5 x 25 ) = = 108,25 kg/m 37,5 kg/m Q = 156,75 kg/m + q x = q sin a = 156,75 x sin 30 = 78,375 kg/m. q y = q cos a = 156,75x cos 30 = 135,75 kg/m. M x1 = 1 / 8. q y. L 2 = 1 / 8 x 135,75 x ( 4 ) 2 = 271,5 kgm. M y1 = 1 / 8. q x. L 2 = 1 / 8 x 78,375 x ( 4 ) 2 = 156,75 kgm. BAB 3 Perencanaan Atap

66 24 b. Beban hidup y x P x a P P y Gambar 3.6 Beban hidup P diambil sebesar 100 kg. P x = P sin a = 100 x sin 30 = 50 kg. P y = P cos a = 100 x cos 30 = 86,60 kg. M x2 = 1 / 4. P y. L = 1 / 4 x 86,60 x 4 = 86,60 kgm. M y2 = 1 / 4. P x. L = 1 / 4 x 50 x 4 = 50 kgm. c. Beban angin TEKAN HISAP Gambar 3.7 Beban angin Beban angin kondisi normal, minimum = 25 kg/m 2 (PPIUG 1989) Koefisien kemiringan atap (a) = 30 1) Koefisien angin tekan = (0,02a 0,4) = (0, ,4) = 0,2 2) Koefisien angin hisap = 0,4 Beban angin : 1) Angin tekan (W 1 ) = koef. Angin tekan x beban angin x 1/2 x (s 1 +s 2 ) = 0,2 x 25 x ½ x (2,165+2,165) = 10,83 kg/m. 2) Angin hisap (W 2 ) = koef. Angin hisap x beban angin x 1/2 x (s 1 +s 2 ) BAB 3 Perencanaan Atap

67 25 = 0,4 x 25 x ½ x (2,165+2,165) = -21,65 kg/m. Beban yang bekerja pada sumbu x, maka hanya ada harga M x : 1) M x (tekan) = 1 / 8. W 1. L 2 = 1 / 8 x 10,83 x (4) 2 = 21,63kgm. 2) M x (hisap) = 1 / 8. W 2. L 2 = 1 / 8 x -21,65 x (4) 2 = -43,30 kgm. Kombinasi = 1,2D + 1,6L ± 0,8w 1) M x M x(max) =1,2D + 1,6L + 0,8 w = 1,2(271,5) + 1,6(86.6) + 0,8(21,63) = 481,64 kgm M x(min) =1,2D + 1,6L - 0,8W = 1,2(271,5) + 1,6(86,6) - 0,8(-43,30) = 429,72 kgm 2) M y M x (max) = M x(min) = 1,2(155,25) + 1,6(50) = 268,1 kgm Tabel 3.1 Kombinasi Gaya Dalam Pada Gording Beban Beban Beban Angin Kombinasi Momen Mati Hidup Tekan Hisap Maksimum Minimum Mx (kgm) 268,9 86,60 10,83-43,30 481,64 429,72 My (kgm) 155,25 50, ,1 268,1 BAB 3 Perencanaan Atap

68 Kontrol Tahanan Momen a. Kontrol terhadap momen maksimum Mux = 481,64kgm = 4816,4 Kgcm Muy = 268,1kgm = 2681 Kgcm Mnx = Zx.fy = 65, = kgcm Mny = Zy.fy = 19, = kgcm Cek tahanan momen lentur Mux Muy + f b Mnx f bmny 1,0 4816, ,9x ,9x ,0 0,94 1,0.. ( aman ) Kontrol TerhadapLendutan Dicobaprofil : 150 x 75x 20 x 4,5 E = 2,1 x 10 6 kg/cm 2 qy = 1,4073kg/cm Ix = 489cm 4 Px = 50 kg Iy = 99,2cm 4 Py = 86,603 kg qx = 0,8125kg/cm N 2 2, y =,Ķmcm òy 4 5.q x.l Z x = 384.E.I y 3 Px.L + 48.E.I y BAB 3 Perencanaan Atap

69 x0,8125x(400) 50x400 = x2,1.10 x99,2 48x2,1.10 x99,2 = 1,37 cm Z y = 5.q y.l E.I x 3 Py.L + 48.E.I x 4 3 5x1,4073x(400) 86,603x400 = x2,1.10 x489 48x2,1.10 x489 = 0,48 cm Z = 2 x Z + Z 2 y 2 2 = ( 1,37) + (0,48) = 1,45 cm Z Z ijin 1,45 cm 1,67 cm aman! Jadi, baja profil lip channels ( ) dengan dimensi ,5 aman dan mampu menerima beban apabila digunakan untuk gording. BAB 3 Perencanaan Atap

70 Perencanaan Setengah Kuda-kuda Gambar 3.8 Rangka Batang Setengah Kuda- kuda Perhitungan Panjang Batang Setengah Kuda-kuda Perhitungan panjang batang selanjutnya disajikan dalam tabel dibawah ini : Tabel 3.2 Perhitungan Panjang Batang Pada Setengah Kuda-kuda Nomer Batang Panjang Batang 1 1, , , , , , , , , , ,165 BAB 3 Perencanaan Atap

71 SK perpustakaan.uns.ac.id , , , , Perhitungan luasan Setengah Kuda-kuda f e e' g d d' h c c' i b b' j a a' k Gambar 3.9 Luasan Atap Setengah Kuda-kuda Panjang ak = 7,5 m Panjang bj = 6,6 m Panjang ci = 4,7 m Panjang dh = 2,8 m Panjang eg = 0,9 m Panjang atap ab = jk = 2,166 m Panjang b c = c d = d e = 1,875 m Panjang e f = ½ 1,875 = 0,937 m Panjang atap a b = 1,938 m Panjang atap bc = cd = de = gh = hi = ij = 2,096 m a. Luas atap abjk = ½ x (ak + bj) x a b BAB 3 Perencanaan Atap

72 30 = ½ x (7,5 x 6,6) x 0,937 b. = 14,475 m 2 Luas atap bcij = ½ x (bj + ci) x b c = ½ x (6,6 + 4,7) x 1,875 = 10,594 m 2 c. Luas atap cdhi = ½ x (ci + dh) x c d = ½ x (4,7 + 2,8) x 1,875 = 7,031 m 2 d. Luas atap degh = ½ x (dh + eg) x d e = ½ x (2,8 + 0,9) x 1,875 = 3,469 m 2 e. Luas atap efg = ½ x eg x e f = ½ x 0,9 x 0,937 = 0,422 m 2 BAB 3 Perencanaan Atap

73 SK perpustakaan.uns.ac.id 31 f e e' g d d' h c c' i a b b' a' j k Gambar 3.10 Luasan Plafon Setengah Kuda-Kuda Panjang ak = 7,5 m Panjang bj = 6,6 m Panjang ci = 4,7 m Panjang dh = 2,8 m Panjang eg = 0,9 m Panjang a b = e f = 0,9 m Panjang b c = c d = d e = 1,8 m Luas abjk = ½ (ak + bj) a b = ½ (7,5 + 6,6) 0,9 = 6,345 m 2 Luas bcij = ½ (bj + ci) b c = ½ (6,6 + 4,7) 1,8 = 10,17 m 2 Luas cdhi = ½ (ci + dh) c d = ½ (4,7 + 2,8) 1,8 = 6,75 m 2 Luas degh = ½ (dh + eg) d e = ½ (2,8 + 0,9) 1,8 BAB 3 Perencanaan Atap

74 32 = 3,33 m 2 Luas efg = ½ eg e f = ½ 0,9 0,9 = 0,405 m Perhitungan Pembebanan Setengah Kuda-kuda Data-data pembebanan : Berat penutup atap = 50 kg/m 2 Berat profil rangka kuda-kuda = 25 kg/m Berat profil gording = 11 kg/m P 5 P 4 8 P 3 7 P 1 P P 9 P 8 P 7 P 6 Gambar 3.11Pembebanan Setengah Kuda-kuda akibat beban mati BAB 3 Perencanaan Atap

75 33 a) Perhitungan Beban 1) Beban Mati Beban P 1 Beban gording =Berat profil gording x Panjang Gording ac = 11 x 4 = 44 kg Beban atap = Luas atap abjk x Berat atap = x 50 = 707, kg Beban kuda-kuda = ½ x Btg ( ) x berat profil kuda kuda = ½ x (1, ,165) x 25 = 50,5 kg Beban plat sambung = 30% x beban kuda-kuda = 0,3 x 50,5 = 15,15 kg Beban bracing = 10% x beban kuda-kuda = 0,1 x 50,5 = 5,05 kg Beban plafon =Luasplafon abjk x berat plafon = 6,345 x 25 = 128,25 kg Beban P 2 Beban gording Beban atap =Berat profil gording x Panjang Gording gi = 11 x 2 = 22 kg = Luasatap atap bcij x berat atap = 10,594 x 50 = 529,7 kg BAB 3 Perencanaan Atap

76 34 Beban kuda-kuda = ½ x Btg ( ) x berat profil kuda kuda = ½ (2,165+1,083+2,165+2,165) 25 = 94,725 kg Beban plat sambung = 30% x beban kuda-kuda = 0,3 x 94,725 = 28,41 kg Beban bracing = 10% x beban kuda-kuda = 0,1 x 94,725 = 9,4725 kg Beban P 3 Beban atap = Luas atap cdhi x berat atap = 7,031 x 50 = 351,5 kg Beban kuda-kuda = ½ x Btg( ) x berat profil kuda kuda = ½ (2, , , ,165) 25 = 116,99 kg Beban bracing = 10% x beban kuda-kuda = 0,1 x 116,99 = 11,699 kg Beban plat sambung = 30% x beban kuda-kuda = 0,3 x 1116,99 = 35,1 kg Beban P 4 Beban kuda-kuda Beban bracing = ½ btg ( ) berat profil kuda-kuda = ½ (2,165+3,248+3,750+2,165) 25 = 141,6 kg = 10% x beban kuda-kuda = 0,1 x 141,6 = 14,16 kg BAB 3 Perencanaan Atap

77 35 Beban plafon =Luasplafon degh x berat plafon = 3,469 x 25 = 173,45 kg Beban plat sambung = 30% x beban kuda-kuda = 0,3 x 141,6 = 42,48 kg Beban P5 Beban Atap = luasan efg berat atap = 0, = 21,25 kg Beban Kuda-kuda = ½ btg (8 + 15) berat profil kuda-kuda = ½ (2, ,33) 25 = 81,187 kg Beban Plat Sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 81,187 = 24,356 kg Beban Bracing = 10% beban kuda-kuda = 10 % 81,187 = 8,119 Beban P6 Beban Plafon = luasan efg berat plafon = 0, = 10,155 kg Beban Kuda-kuda = ½ btg ( ) berat profil kuda-kuda = ½ (4,33 + 3,75 + 1,875) 25 = 124,437 kg Beban Plat Sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 124,437 = 37,331 kg Beban Bracing = 10% beban kuda-kuda = 10 % 124,437 = 12,444 kg BAB 3 Perencanaan Atap

78 36 Beban P7 Beban Plafon = luasan degh berat plafon = 3, = 86,725kg Beban Kuda-kuda = ½ btg ( ) berat profil kuda-kuda = ½ (1,875 +3, , ,875) 25 = 123,275 kg Beban Plat Sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 123,275 = 36,982 kg Beban Bracing = 10% beban kuda-kuda = 10 % 123,275 = 12,327 kg Beban P8 Beban Plafon = luasan cdhi berat plafon = 7, = 175,775 kg Beban Kuda-kuda = ½ btg ( ) berat profil kuda-kuda = ½ (2, , , ,875) 25 = 101,000 kg Beban Plat Sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 101,000 = 30,300 kg Beban Bracing = 10% beban kuda-kuda = 10 % 101,000 = 10,100 kg Beban P9 Beban Plafon = luasan bcij berat plafon = 10, = 264,85 kg Beban Kuda-kuda = ½ btg ( ) berat profil kuda-kuda = ½ (1, , ,875) 25 = 60,412 kg Beban Plat Sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 60,412 = 18,124 kg Beban Bracing = 10% beban kuda-kuda = 10 % 60,412 = 6,041 kg BAB 3 Perencanaan Atap

79 37 Tabel 3.3 Rekapitulasi Beban Mati Input Beban Beban Beban Beban Beban Plat Beban Jumlah SAP Beban Atap gording Kuda-kuda Bracing Penyambung Plafon Beban 2000 (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) ( kg ) P1 707,8 82,5 50,5 5,05 15,15 158, , P2 529,7 61,875 94,725 9,472 28, ,6 777 P3 351,55 41,25 116,99 11,699 35, , P4 173,45 20, ,6 14,16 42,48-392, P5 21,1-81,187 8,119 24, , P ,437 12,444 37,331 10,55 184, P ,275 12,327 36,982 86, ,2 259 P ,00 10,10 30,30 168,75 317, P ,412 6,041 18, ,85 349, ) Beban Hidup Beban hidup yang bekerja pada P 1,P 2,P 3 = 100 kg 3) Beban Angin Perhitungan beban angin : W5 W4 8 W3 7 W1 W Gambar 3.12 Pembebanan setengah kuda-kuda utama akibat beban angin Beban angin kondisi normal, minimum = 25 kg/m 2 (PPIUG 1983) BAB 3 Perencanaan Atap

80 38 Koefisien angin tekan = 0,02a - 0,40 = (0,02 30) 0,40 = 0,2 a) W1 = luasan koef. angin tekan beban angin = 14,156 0,2 25 = 70,78 kg b) W2 = luasan koef. angin tekan beban angin = 10,594 0,2 25 = 52,97 kg c) W3 = luasan koef. angin tekan beban angin = 7,031 0,2 25 = 35,155 kg d) W4 = luasan koef. angin tekan beban angin = 3,469 0,2 25 = 17,345 kg e) W5 = luasan koef. angin tekan beban angin = 0,422 0,2 25 = 2,11 kg Tabel 3.9. Perhitungan Beban Angin Setengah Kuda-kuda Beban Angin Beban (kg) Wx W.Cos a (kg) Untuk Input SAP2000 Wy W.Sin a (kg) Untuk Input SAP2000 W1 70,780 61, , W2 52,970 45, , W3 35,155 30, , W4 17,345 15, ,672 9 W5 2,110 1, ,055 1 BAB 3 Perencanaan Atap

81 39 Dari perhitungan mekanika dengan menggunakan program SAP 2000 diperoleh gaya batang yang bekerja pada batang kuda-kuda utama sebagai berikut : Tabel Rekapitulasi Gaya Batang Setengah Kuda-kuda Kombinasi Batang Tarik (+) ( kg ) Tekan (-) ( kg ) 1 708, , , , , , , , , , , , , , ,39 BAB 3 Perencanaan Atap

82 Perencanaan Profil Kuda- kuda a. Perhitungan profil batang tarik P maks. = 828,52 kg L = 1,875 m f y = 2400 kg/cm 2 f u = 3700 kg/cm 2 Kondisi leleh P maks. = f.f y.ag P F maks. Ag = = =.f y 828,52 0, ,38cm 2 Kondisi fraktur P maks. = f.f u.ae P maks. = f.f u.an.u P F.f. U maks. An = = = u 828,52 0, ,75 L 187,5 i min = = = 0,781 cm ,39 cm Dicoba, menggunakan baja profil ûë Dari tabel didapat Ag= 6,31cm 2 i = 1,66 cm Berdasarkan Ag kondisi leleh Ag = 0,38/2 = 0,19 cm 2 Berdasarkan Ag kondisi fraktur Diameter baut = 1/2. 2,54 = 12,7 mm Diameter lubang = 12,7 + 2 = 14,7 mm = 1,47 cm Ag = An + n.d.t = (0,38/2) + 1.1,47.0,5 = 0,76 cm 2 2 BAB 3 Perencanaan Atap

83 41 Ag yang menentukan = 0,76 cm 2 Digunakanûë maka, luas profil 6,31 > 0,76 ( aman ) inersia1,66 > 0,781 ( aman ) b. Perhitungan profil batang tekan P maks. = 1605,665kg L = 2,165 m f y = 2400 kg/cm 2 f u = 3700 kg/cm 2 Dicoba, menggunakan baja profil ûë Dari tabel didapat nilai nilai : Ag = 2. 6,31 = 12,62 cm 2 r = 1,61 cm = 16,1 mm b = 55 mm t = 6 mm Periksa kelangsingan penampang : b 200 = t kl r f y f y λc = 2 p E =9,17 12, (2165) = 16, ,14 x2x10 5 = 1,48 Karena l c >1,2 maka : w = 1,25 l c 2 w=1,25.1,48 2 = 2,74 f y P n = Ag.f cr = Ag w 240 = 1262 = ,1N = 11054,01 kg 2, 74 BAB 3 Perencanaan Atap

84 42 Pu fp n 1605,655 = = 0,17 < 1... ( aman ) 0,85x11054, Perhitungan Alat Sambung a. Batang Tekan Digunakan alat sambung baut-mur Diameter baut (Æ) = 12,7 mm = 1,27 cm Diamater lubang = 1,47 cm Tebal pelat sambung (d) = 0,625. d = 0,625. 1,27 = 0,794 cm Menggunakan tebal plat 0,50 cm (BJ 37,f u = 3700 kg/cm 2 ) Tegangan tumpu penyambung Rn = f ( 2,4xf u xdt) = 0,75(2,4x 3700 x1,27 x0,5) = 4229,1 kg/baut Tegangan geser penyambung b Rn = nx0, 5xf u xab 2 = 2x 0,5x8250 x(0,25x 3,14 x(1,27) ) = 10445,544 kg/baut Tegangan tarik penyambung b Rn = 0,75xf u xab 2 = 0,75x8250x (0,25x 3,14 x(1,27) ) = 7834,158 kg/baut P yang menentukan adalah P tumpu = 4229,1 kg Perhitungan jumlah baut-mur : Pmaks. 1605,655 n = = = 0,38 ~ 2 buah P 4229,1 commit baut to user tumpu BAB 3 Perencanaan Atap

85 43 Digunakan : 2 buah baut Perhitungan jarak antar baut : 1) 3d S 1 15 t p,atau 200 mm Diambil, S 1 = 3 d = 3. 1,27 = 3,81 cm = 4 cm 2) 1,5 d S 2 (4t p + 100mm),atau 200 mm Diambil, S 2 = 1,5 d = 1,5. 1,27 = 1,905 cm = 2 cm b. Batang tarik Digunakan alat sambung baut-mur ( A 490,F b u = 825 Mpa = 8250 kg/cm 2 ) Diameter baut (Æ) = 12,7 mm = 1,27 cm Diamater lubang = 1,47 cm Tebal pelat sambung (d) = 0,625. d = 0,625. 1,27 = 0,794 cm Menggunakan tebal plat 0,50 cm (BJ 37,f u = 3700 kg/cm 2 ) Tegangan tumpu penyambung Rn = f ( 2,4xf u xdt) = 0,75(2,4x 3700 x1,27 x0,5) = 4229,1 kg/baut Tegangan geser penyambung b Rn = nx0, 5xf u xab 2 = 2x 0,5x8250 x(0,25x 3,14 x(1,27) ) = 10445,544 kg/baut Tegangan tarik penyambung b Rn = 0,75xf u xab BAB 3 Perencanaan Atap

86 44 2 = 0,75x8250x (0,25x 3,14 x(1,27) ) = 7834,158 kg/baut P yang menentukan adalah P tumpu = 4229,1 kg Perhitungan jumlah baut-mur : Pmaks. 828,52 n = = = 0,19 ~ 2 buah baut P 4229,1 tumpu Digunakan : 2 buah baut Perhitungan jarak antar baut (SNI Pasal 13.14) : 1) 3d S 1 15 t p,atau 200 mm Diambil, S 1 = 3 d = 3. 1,27 = 3,81 cm = 4 cm 2) 1,5 d S 2 (4t p + 100mm),atau 200 mm Diambil, S 2 = 1,5 d = 1,5. 1,27 = 1,905 cm = 2 cm BAB 3 Perencanaan Atap

87 45 Tabel Rekapitulasi Perencanaan Profil Setengah Kuda-kuda Nomer Batang Dimensi Profil Baut (mm) 1 ûë Æ 12,7 2 ûë Æ 12,7 3 ûë Æ 12,7 4 ûë Æ 12,7 5 ûë Æ 12,7 6 ûë Æ 12,7 7 ûë Æ 12,7 8 ûë Æ 12,7 9 ûë Æ 12,7 10 ûë Æ 12,7 11 ûë Æ 12,7 12 ûë Æ 12,7 13 ûë Æ 12,7 14 ûë Æ 12,7 15 ûë Æ 12,7 BAB 3 Perencanaan Atap

88 Perencanaan Jurai Gambar 3.13 Rangka Batang Jurai Perhitungan Panjang Batang Jurai Perhitungan panjang batang selanjutnya disajikan dalam tabel dibawah ini : Tabel 3.8. Perhitungan Panjang Batang Pada Jurai Nomer Batang Panjang Batang (m) 1 2, , , , , , , , , ,864 BAB 3 Perencanaan Atap

89 , , , , , Perhitungan luasanjurai f 3 g g' 2 h h' 1 i i' j k l m a a' b b' c c' d d' e e' f' q r s n o p j h i f g f' e b c d e' a d' g' h' n o p i' k l m a' b' c' q r s Gambar 3.14 Luasan Atap Jurai Panjang j1 = ½. 2,165 = 1,082 m Panjang j1 = 2 = 2-3 = 3-4 = 4-5 = 5-6 = 6-7 = 7-8 = 8-9 = 1,082 m Panjang aa = 2,375 m Panjang a s = 4,250 m Panjang cc = 1,406 m Panjang c q = 3,281 m Panjang ee = 0,468 m Panjang e o = 2,334 m Panjang gg = g m = 1,397 m Panjang ii = i k = 0,468 m Luas aa sqc c = (½ (aa + cc ) 7-9) + (½ (a s + c q) 7-9) = (½( 2,375+1,406 ) 2. 1,082)+(½(4, ,281) 2. 1,082) = 12,239 m 2 Luas cc qoe e = (½ (cc + ee ) 5-7 ) + (½ (c q + e o) 5-7) BAB 3 Perencanaan Atap

90 SK perpustakaan.uns.ac.id 48 = ( ½ (1,406+0,468) 2. 1,082)+(½ (3,281+2,334) 2. 1,082) = 8,101 m 2 Luas ee omg gff = (½ 4-5. ee ) + (½ (e o + g m) 3-5) + (½ (ff + gg ) 3-5) =(½ 1,082 0,468)+(½(2,334+1,397)1,082)+(½(1,875+1,379)1,0 82) = 4,042 m 2 Luas gg mki i = (½ (gg + ii ) 3) 2 = (½ (1, ,468) 2. 1,082) 2 = 2,018 m 2 Luas jii k = (½ ii j1) 2 = (½ 0,468 1,082) 2 = 0,506 m 2 SK G KT J KU N 9 a 8 b b' 7 c c' 6 d d' 5 e e' 4 f f' 3 g g' h h' n o p q r 2 1 i i' j k l m KU a' s 9 a 8 b 7 c 6 d d' 5 e e' 4 f f' 3 g g' 2 h h' n o p 1 i i' j k l m a' b' c' q r s Gambar 3.15 Luasan Plafon Jurai Panjang j1 = ½. 1,875 = 0,93 m Panjang j1 = 2 = 2-3 = 3-4 = 4-5 = 5-6 = 6-7 = 7-8 = 8-9 = 0,93 m Panjang bb = 1,875 m Panjang b r = 3,741 m Panjang cc = 1,406 m Panjang c q = 3,272 m Panjang ee = 0,468 m Panjang e o = 2,343 m Panjang gg = g m = 1,406 m Panjang ii = i k = 0,468 m BAB 3 Perencanaan Atap

91 49 Luas bb rqc c = (½ (bb + cc ) 7-8) + (½ (b r + c q) 7-8) = (½ (2, ,537) 0,9) + (½ (3, ,314) 0,9) = 4,809 m 2 Luas cc qoe e = (½ (cc + ee ) 5-7) + (½ (c q + e o) 5-7) = (½ (1,537+0,515) 2.0,9) + (½ (3,314 +2,367)2.0,9) = 6,960 m 2 Luas ee omg gff = (½ 4-5. ee ) + (½ (e o + g m) 3-5) + (½ (ff + gg ) 3-5) = (½ 0,9 0,515) + (½ (2,367+1,41)1,8) + (½(1,89+1,51)1,8) = 6,520 m 2 Luas gg mki i = (½ (gg + ii ) 3) 2 = (½ (1,41+0,471) 2. 0,9 ) 2 = 3,386 m 2 Luas jii k = (½ ii j1) 2 = (½ 0,471 0,9) 2 = 0,424 m Perhitungan Pembebanan Jurai Data-data pembebanan : Berat penutup atap = 50 kg/m 2 Berat profil kuda-kuda = 25 kg/m Berat gording = 11 kg/m Berat plafon = 25 kg/m 2 BAB 3 Perencanaan Atap

92 50 P5 P4 8 P3 7 P1 5 P P9 P8 P7 P6 Gambar 3.16 Pembebanan Jurai Akibat Beban Mati a. Perhitungan Beban Beban mati 1) Beban P1 a. Beban Gording = berat profil gording panjang gording bb r = 29,4 (2,048+3,787) = 165,11 kg b. Beban Atap = luasan aa sqc c berat atap = 10, = 549,9 kg c. Beban Plafon = luasan bb rqc c berat plafon = 4, = 73,602 kg d. Beban Kuda-kuda = ½ btg (1 + 5) berat profil kuda-kuda = ½ (2, ,864) 25 = 68,95 kg e. Beban Plat Sambung= 30 % beban kuda-kuda = 30 % 68,95 = 20,685 kg f. Beban Bracing = 10% beban kuda-kuda = 10 % 68,95 = 6,895 kg 2) Beban P2 a. Beban Gording = berat profil gording panjang gording dd p = 29,4 (1,022+2,841) = 110,22 kg b. Beban Atap = luasan commit cc qoe e to user berat atap BAB 3 Perencanaan Atap

93 51 = 7, = 371,3 kg c. Beban Kuda-kuda = ½ btg ( ) berat profil kuda-kuda = ½ (2, , , ,864 ) 25 = 120,937 kg d. Beban Plat Sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 120,937 = 36,281 kg e. Beban Bracing = 10% beban kuda-kuda = 10 % 120,937 = 12,094 kg 3) Beban P3 a. Beban Gording = berat profil gording panjang gording ff n = 29,4 (1,894+1,894) = 110,25 kg b. Beban Atap = luasan ee omg gff berat atap = 6, = 343,1 kg c. Beban Kuda-kuda = ½ btg ( ) berat profil kuda-kuda = ½ (2, , , ,864) 25 = 146,963 kg d. Beban Plat Sambung= 30 % beban kuda-kuda = 30 % 146,963 = 47,089 kg e. Beban Bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 % 146,963 = 15,696 kg 4) Beban P4 a. Beban Gording = berat profil gording panjang gording hh l = 29,4 (0,937+0,937) = 55,096 kg b. Beban Atap = luasan gg mki i berat atap = 3, = 176,25 kg c. Beban Kuda-kuda = ½ btg ( ) berat profil kuda-kuda = ½ (2, , , ,864) 25 = 164,338 kg d. Beban Plat Sambung= 30 % beban kuda-kuda = 30 % 164,338 = 49,301 kg e. Beban Bracing = 10% beban kuda-kuda BAB 3 Perencanaan Atap

94 52 = 10 % 164,338 = 16,434 kg 5) Beban P5 a. Beban Atap = luasan jii k berat atap = 0, = 22,05 kg b. Beban Kuda-kuda = ½ btg (8+15) berat profil kuda-kuda = ½ (2, ,33) 25 = 89,925 kg c. Beban Plat Sambung= 30 % beban kuda-kuda = 30 % 89,925 = 26,977 kg d. Beban Bracing = 10% beban kuda-kuda = 10 % 89,925 = 8,992 kg 6) Beban P6 a. Beban Plafon = luasan jii k berat plafon = 0, = 7,632 kg b. Beban Kuda-kuda = ½ btg ( ) berat profil kuda-kuda = ½ (4,33 + 4, ,652) 25 = 139,687 kg c. Beban Plat Sambung= 30 % beban kuda-kuda = 30 % 139,687 = 41,906 kg d. Beban Bracing = 10% beban kuda-kuda = 10 % 139,687 = 13,969 kg 7) Beban P7 a. Beban Plafon = luasan gg mki i berat plafon = 3, = 60,948 kg b. Beban Kuda-kuda = ½ btg ( ) berat profil kuda-kuda = ½ (2, , , ,652) 25 = 149,412 kg c. Beban Plat Sambung= 30 % beban kuda-kuda = 30 % 149,412 = 44,824 kg BAB 3 Perencanaan Atap

95 53 d. Beban Bracing = 10% beban kuda-kuda = 10 % 149,412 = 14,941 kg 8) Beban P8 a. Beban Plafon = luasan ee omg gff berat plafon = 6,52 18 = 117,36 kg b. Beban Kuda-kuda = ½ btg ( ) berat profil kuda-kuda = ½ (2,652+2, , ,864) 25 = 144,887 kg c. Beban Plat Sambung = 30 % beban kuda-kuda = 30 % 144,887= 43,466 kg d. Beban Bracing = 10 % beban kuda-kuda = 10 % 144,887 = 14,487 kg 9) Beban P9 a. Beban Plafon = luasan cc qoe e berat plafon = 6,96 18 = 125,28 kg b. Beban Kuda-kuda = ½ btg ( ) berat profil kuda-kuda = ½ (2, , ,652) 25 = 79,837 kg c. Beban Plat Sambung= 30 % beban kuda-kuda = 30 % 79,837 = 23,951 kg d. Beban Bracing = 10% beban kuda-kuda = 10 % 79,837 = 7,984 kg Tabel 3.3. Rekapitulasi Pembebanan Jurai Beban Input Beban Beban Beban Beban Plat Beban Jumlah Kudakuda 2000 SAP Beban Atap gording Bracing Penyambung Plafon Beban (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) ( kg ) P1 549,9 165,11 68,950 6,895 20,685 73, , P2 371,3 110,22 120,937 12,094 36, , P3 343,1 110,25 146,963 commit 15,696 to user 47, , BAB 3 Perencanaan Atap

96 54 P4 176,25 55, ,338 16,434 49, , P5 28,9-89,925 8,992 26, , P ,687 13,969 41,906 7, , P ,412 14,941 44,824 60, , P ,887 14,487 43, ,36 320, P ,837 7,984 23, ,28 237, ) Beban Hidup Beban hidup yang bekerja pada P 1,P 2,P 3 = 100 kg 11) Beban Hujan Beban P1 = beban hujan x luas atap abcdef = 16 x 4,025 = 64,4 kg Beban P2 = beban hujan x luas atap defjkl = 16 x 4,6 = 73,6 kg Beban P3 = beban hujan x luas atap jklm = 16x 0,575 = 9,2 kg Tabel3.10. Rekapitulasi Beban Hujan Beban Beban Hujan (kg) Input SAP (kg) P 1 64,4 65 P 2 73,6 74 P 3 9, ) Beban Angin Perhitungan beban angin : BAB 3 Perencanaan Atap

97 55 W3 W2 W1 Gambar 3.17 Pembebanan Jurai Akibat Beban Angin Beban angin kondisi normal, minimum = 25 kg/m 2. Koefisien angin tekan = 0,02a- 0,40 = (0,02 x 30) 0,40 W 1 W 2 W 3 = 0,2 = luas atap abcdef x koef. angin tekan x beban angin =4,025 x 0,2 x 25 = 20,125 kg = luas atap defjkl x koef. angin tekan x beban angin =4,6 x 0,2 x 25 = 23 kg = luas atap jklm x koef. angin tekan x beban angin = 0,575 x 0,2 x 25 = 2,875 kg Tabel Perhitungan beban angin Beban Wx (Untuk Input Wy (Untuk Input Beban (kg) Angin W.Cos a (kg) SAP2000) W.Sina(kg) SAP2000) W 1 20,125 17, ,06 11 W , ,5 12 W 3 2,875 2,49 3 1,45 2 BAB 3 Perencanaan Atap

98 56 Dari perhitungan mekanika dengan menggunakan program SAP 2000 diperoleh gaya batang yang bekerja pada batang jurai sebagai berikut : Tabel Rekapitulasi Gaya Batang Jurai kombinasi Batang Tarik (+) ( kg ) Tekan (-) ( kg ) 1-366, , , , , Perencanaan Profil jurai a. Perhitungan profil batang tarik P maks. = 935,16 kg L = 3,05 m f y = 2400 kg/cm 2 f u = 3700 kg/cm 2 Kondisi leleh P maks. = f.f y.ag P maks. Ag = = = F.f y 935,16 0, ,43cm 2 Kondisi fraktur P maks. = f.f u.ae P maks. = f.f u.an.u BAB 3 Perencanaan Atap

99 57 P maks. An = = = F.f. U u 935,16 0, ,75 L 305 i min = = = 1,27 cm ,693 cm Dicoba, menggunakan baja profil ûë Dari tabel didapat Ag= 4,3cm 2 i = 1,35 cm Berdasarkan Ag kondisi leleh Ag = 0,43/2 = 0,215 cm 2 Berdasarkan Ag kondisi fraktur Diameter baut = 1/2. 2,54 = 12,7 mm Diameter lubang = 12,7 + 2 = 14,7 mm = 1,47 cm Ag = An + n.d.t = (0,693/2) + 1.1,47.0,5 = 1,082 cm 2 Ag yang menentukan = 1,082cm 2 Digunakanûë maka, luas profil 4,3 >1,082( aman ) b. Perhitungan profil batang tekan P maks. = 1284,5kg L = 3,05 m f y = 2400 kg/cm 2 f u = 3700 kg/cm 2 inersia 1,35 >1,27 ( aman ) 2 Dicoba, menggunakan baja profil ûë Dari tabel didapat nilai nilai : Ag = 2.4,3 = 8,6 cm 2 r = 1,35 cm = 13,5 mm b = 45mm t = 5mm BAB 3 Perencanaan Atap

100 58 Periksa kelangsingan penampang : b 200 = t kl r f y f y λc = 2 p E =9 12, (3050) = 13, ,14 x2x10 5 = 2,49 Karena l c >1,2 maka : w = 1,25 l c 2 w=1,25.2,49 2 = 7,75 f y P n = Ag.f cr = Ag w = = 26632,26 N = 2663,22 kg 7,75 P u fp n = 1284,5 0,85x2663,22 = 0,57 < 1... ( aman ) Perhitungan Alat Sambung a. Batang Tekan Digunakan alat sambung baut-mur ( A 490,F b u = 825 Mpa = 8250 kg/cm 2 ) Diameter baut (Æ) = 12,7 mm = 1,27 cm Diamater lubang = 1,47 cm Tebal pelat sambung (d) = 0,625. d = 0,625. 1,27 = 0,794 cm Menggunakan tebal plat 0,50 cm (BJ 37,f u = 3700 kg/cm 2 ) Tegangan tumpu penyambung Rn = f ( 2,4xf u xdt) = 0,75(2,4x 3700 x1,27 x0,5) = 4229,1 kg/baut BAB 3 Perencanaan Atap

101 59 Tegangan geser penyambung b Rn = nx0, 5xf u xab 2 = 2x 0,5x8250 x(0,25x 3,14 x(1,27) ) = 10445,544 kg/baut Tegangan tarik penyambung b Rn = 0,75xf u xab 2 = 0,75x8250x (0,25x 3,14 x(1,27) ) = 7834,158 kg/baut P yang menentukan adalah P tumpu = 4229,1 kg Perhitungan jumlah baut-mur : Pmaks. 1284,5 n = = = 0,30 ~ 2 buah baut P 4229,1 tumpu Digunakan : 2 buah baut Perhitungan jarak antar baut (SNI Pasal 13.14) : 1) 3d S 1 15 t p,atau 200 mm Diambil, S 1 = 3 d = 3. 1,27 = 3,81 cm = 4 cm 2) 1,5 d S 2 (4t p + 100mm),atau 200 mm Diambil, S 2 = 1,5 d = 1,5. 1,27 = 1,905 cm = 2 cm b. Batang tarik Digunakan alat sambung baut-mur ( A 490,F b u = 825 Mpa = 8250 kg/cm 2 ) Diameter baut (Æ) = 12,7 mm = 1,27 cm Diamater lubang = 1,47 cm BAB 3 Perencanaan Atap

102 60 Tebal pelat sambung (d) = 0,625. d = 0,625. 1,27 = 0,794 cm Menggunakan tebal plat 0,50 cm (BJ 37,f u = 3700 kg/cm 2 ) Tegangan tumpu penyambung Rn = f ( 2,4xf u xdt) = 0,75(2,4x 3700 x1,27 x0,5) = 4229,1 kg/baut Tegangan geser penyambung b Rn = nx0, 5xf u xab 2 = 2x 0,5x8250 x(0,25x 3,14 x(1,27) ) = 10445,544 kg/baut Tegangan tarik penyambung b Rn = 0,75xf u xab 2 = 0,75x8250x (0,25x 3,14 x(1,27) ) = 7834,158 kg/baut P yang menentukan adalah P tumpu = 4229,1 kg Perhitungan jumlah baut-mur : Pmaks. 935,16 n = = = 0,22 ~ 2 buah baut P 4229,1 tumpu Digunakan : 2 buah baut Perhitungan jarak antar baut (SNI Pasal 13.14) : 1) 3d S 1 15 t p,atau 200 mm Diambil, S 1 = 3 d = 3. 1,27 = 3,81 cm = 4 cm 2) 1,5 d S 2 (4t p + 100mm),atau 200 mm Diambil, S 2 = 1,5 d = 1,5 commit. 1,27 to user BAB 3 Perencanaan Atap

103 61 = 1,905 cm = 2 cm Tabel 3.13.Rekapitulasi Perencanaan Profil Jurai Nomor Batang Dimensi Profil Baut (mm) 1 ûë Æ 12,7 2 ûë Æ 12,7 3 ûë Æ 12,7 4 ûë Æ 12,7 5 ûë Æ 12,7 6 ûë Æ 12,7 7 ûë Æ 12, Perencanaan Kuda-kuda Utama (KK) Perhitungan Panjang Batang Kuda-kuda A Gambar 3.18 Panjang Batang Kuda-Kuda Perhitungan panjang batang selanjutnya disajikan dalam tabel dibawah ini : Tabel Perhitungan Panjang Batang Pada Kuda-kuda Utama (KK) No batang Panjang batang (m) commit 2 to user BAB 3 Perencanaan Atap

104 ,3 6 2,3 7 2,3 8 2,3 9 1, ,3 11 2,3 12 2,3 13 1, Perhitungan Luasan Setengah Kuda-Kuda UtamaA G a b f g k c d h i l m e j n Gambar 3.19 Luasan Atap Kuda-kuda A Panjang atap fj = 2 x 2,3 Panjang atapej = jn = 2m Panjang atap ab Panjang atap im = = 4,6 m = bc = cd = de = 1,15 m fi. jn fj = 3,45.2 4,6 = 1,5 m BAB 3 Perencanaan Atap

105 63 Panjang atap hl = fh. jn fj = Panjang atap gk = 2,3.2 4,6 = 1 m = fg. jn fj 1,15.2 4,6 = 0,5 m æ im+ jnö a. Luasatap demn = ( de x ej ) + ( ç x de ) è 2 ø æ 1,5 + 2ö = (1,15 x 2 ) + ( ç x1,15 ) è 2 ø = 4,31 m 2 æ gk+ imö b. Luasatap bdkm = (bd x di ) + ( ç x gi ) è 2 ø æ 0,5+ 1,5ö = ( 2,3 x 2 ) + ( ç x 2,3) è 2 ø = 6,9 m 2 c. Luas atapafbk = ( ab x bg ) + (0,5 x fg x gk ) Panjang Gordingen = ( 1,15 x 2 ) + (0,5 x 1,15 x 0,5) = 2,5875 m 2 = ej + jn = = 4 m PanjangGording cl = ch + hl = = 3 Panjang Gordingaf = 2 BAB 3 Perencanaan Atap

106 64 a b c d e f g h i j k l m n Gambar 3.20 Luasan Plafon Kuda-Kuda A Panjang plafon fj = 2 x 2 Panjang plafon ej Panjang plafon ab Panjang plafon im = = 4m = jn = 2m = bc = cd = de = 2 m = Panjang plafonhl = fi. jn fj = 1,5 m = Panjang plafongk = fh. jn fj = 1 m fg. jn fj BAB 3 Perencanaan Atap

107 65 = = 0,5 m æ im+ jnö a. Luasplafon demn = ( de x ej ) + ( ç x de ) è 2 ø æ 1,5 + 2ö = ( 1 x 2 ) + ( ç x 1) è 2 ø = 3,75 m 2 æ gk+ imö b. Luas plafon bdkm = ( bd x di ) + ( ç x gi ) è 2 ø æ 0,5+ 1,5ö = ( 2 x 2 ) + ( ç x 2) è 2 ø = 6 m 2 c. Luasplafon afbk = ( ab x bg ) + (0,5 x fg x gk ) = ( 1 x 2 ) + (0,5 x 1 x 0,5) = 2,25 m 2 BAB 3 Perencanaan Atap

108 Perhitungan Pembebanan Kuda-kuda Utama A Data-data pembebanan : Berat gording = 29,4 kg/m Jarak antar kuda-kuda utama = 4,5 m Berat penutup atap = 50 kg/m 2 Berat profil = 25 kg/m P3 P2 P4 P1 P5 P6 P7 P8 Gambar 3.21 Pembebanan Kuda- Kuda Utama A Akibat Beban Mati a. Perhitungan Beban 1) Beban Mati Beban P 1 = P 5 Beban gording Beban atap Beban kuda-kuda =Berat profil gording x panjang gording en = 29,4 x 4 = 117,6kg = Luasatap demn x Berat atap = 4,31 x 50 = 215,5 kg = ½ commit x Btg (1 to + user 5) x berat profil kuda kuda BAB 3 Perencanaan Atap

109 Perencanaan Struktur Boarding House 63 = ½ x (2 + 2,3) x 25 BAB 3 Perencanaan Atap

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan 3 BAB DASAR TEORI.1. Dasar Perencanaan.1.1. Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan BAB 2 DASAR TEORI 2.1. Dasar Perencanaan 2.1.1 Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun

Lebih terperinci

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya perkembangan dunia teknik sipil menuntut bangsa Indonesia untuk dapat menghadapi segala kemajuan dan tantangan. Hal itu dapat terpenuhi apabila sumber daya

Lebih terperinci

Tugas Akhir Perencanaan Struktur Salon, fitness & Spa 2 lantai TUGAS AKHIR. Disusun Oleh : Enny Nurul Fitriyati I

Tugas Akhir Perencanaan Struktur Salon, fitness & Spa 2 lantai TUGAS AKHIR. Disusun Oleh : Enny Nurul Fitriyati I Tugas Akhir Perencanaan Struktur Salon, fitness & Spa lantai A- TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR SALON FITNES DAN SPA LANTAI Disusun Oleh : Enny Nurul Fitriyati I.85060 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH DUA LANTAI

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH DUA LANTAI TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH DUA LANTAI Disusun oleh: ANDI YUNIANTO NIM: I 8507035 PROGRAM D-III TEKNIK SIPIL JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKRTA

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan BAB DASAR TEORI.1. Dasar Perencanaan.1.1. Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun beban

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RESTORAN 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RESTORAN 2 LANTAI digilib.uns.ac.id PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RESTORAN 2 LANTAI TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG FACTORY OUTLET DAN CAFE 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG FACTORY OUTLET DAN CAFE 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG FACTORY OUTLET DAN CAFE 2 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program DIII Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG PERPUSTAKAAN 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG PERPUSTAKAAN 2 LANTAI digilib.uns.ac.id PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG PERPUSTAKAAN 2 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RESTORAN DAN KARAOKE 2 LANTAI TUGAS AKHIR

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RESTORAN DAN KARAOKE 2 LANTAI TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RESTORAN DAN KARAOKE 2 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia konstruksi saat ini semakin berkembang pesat, meningkatnya berbagai kebutuhan manusia akan pekerjaan konstruksi menuntut untuk terciptanya inovasi dan kreasi

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG SERBAGUNA 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG SERBAGUNA 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG SERBAGUNA 2 LANTAI TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md.) pada Program Studi DIII Teknik Sipil Jurusan

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG RSUD 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG RSUD 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG RSUD LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program Studi D3 Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG KULIAH DAN LABORATORIUM 2 LANTAI TUGAS AKHIR

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG KULIAH DAN LABORATORIUM 2 LANTAI TUGAS AKHIR perpustakaan.uns.ac.id PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG KULIAH DAN LABORATORIUM LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program DIII

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN LANTAI Oleh: Fredy Fidya Saputra I.8505014 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET PROGRAM D III JURUSAN TEKNIK SIPIL SURAKARTA 009 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN ANGGARAN BIAYA GEDUNG SWALAYAN DAN TOKO BUKU 2 LANTAI TUGAS AKHIR

PERENCANAAN STRUKTUR DAN ANGGARAN BIAYA GEDUNG SWALAYAN DAN TOKO BUKU 2 LANTAI TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Gedung Swalayan dan Toko Buku Lantai PERENCANAAN STRUKTUR DAN ANGGARAN BIAYA GEDUNG SWALAYAN DAN TOKO BUKU LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA ASRAMA MAHASISWA 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA ASRAMA MAHASISWA 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA ASRAMA MAHASISWA LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

Oleh : Hissyam I

Oleh : Hissyam I PERENCANAANN STRUKTUR GEDUNG FACTORY OUTLETT DAN RESTO 2 LANTAI Oleh : Hissyam I 8507048 D3 TEKNIK SIPIL GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITASS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUMAH TINGGAL 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUMAH TINGGAL 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RUMAH TINGGAL 2 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA BANGUNAN GEDUNG TOKO ELEKTRONIK 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA BANGUNAN GEDUNG TOKO ELEKTRONIK 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA BANGUNAN GEDUNG TOKO ELEKTRONIK LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md.) pada Program Studi Diploma III

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR BOARDING HOUSE

PERENCANAAN STRUKTUR BOARDING HOUSE PERENCANAAN STRUKTUR BOARDING HOUSE TUGAS AKHIR Oleh : Antonius Mahatma P. I.8507007 PROGRAM DIII TEKNIK SIPIL JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 010 BAB 3 Perencanaan

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG PERPUSTAKAAN 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG PERPUSTAKAAN 2 LANTAI digilib.uns.ac.id PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG PERPUSTAKAAN 2 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GEMOLONG 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GEMOLONG 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GEMOLONG 2 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D3 Teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH 4 LANTAI DENGAN SISTEM DAKTAIL TERBATAS

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH 4 LANTAI DENGAN SISTEM DAKTAIL TERBATAS PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH 4 LANTAI DENGAN SISTEM DAKTAIL TERBATAS Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil disusun oleh : MUHAMMAD NIM : D

Lebih terperinci

Tugas Akhir Perencanaan Struktur dan Rencana Anggaran Biaya Gedung Kuliah 2 Lantai

Tugas Akhir Perencanaan Struktur dan Rencana Anggaran Biaya Gedung Kuliah 2 Lantai 3 PERENCANAAN STRUKTUR Dan RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG KULIAH 2 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSKESMAS DUA LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSKESMAS DUA LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSKESMAS DUA LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program DIII Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

GEDUNG ASRAMA DUA LANTAI

GEDUNG ASRAMA DUA LANTAI digilib.uns.ac.id PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG ASRAMA DUA LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III Teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR PUSKESMAS PEMBANTU DUA LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR PUSKESMAS PEMBANTU DUA LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR PUSKESMAS PEMBANTU DUA LANTAI TUGAS AKHIR Telah disetujui untuk dipertahankan di depan tim penguji sebagai persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya pada jurusan Teknik Sipil Dikerjakan

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SUPERMARKET DAN FASHION DUA LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SUPERMARKET DAN FASHION DUA LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SUPERMARKET DAN FASHION DUA LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program DIII Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL 2011

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL 2011 TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG ASRAMA 2 LANTAI Dikerjakan Oleh: CINTIA PRATIWI NIM. I 8508002 UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL 2011 LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA ASRAMA MAHASISWA 2 LANTAI TUGAS AKHIR

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA ASRAMA MAHASISWA 2 LANTAI TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA ASRAMA MAHASISWA 2 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program DIII Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA DISTRO & CAFE 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA DISTRO & CAFE 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA DISTRO & CAFE 2 LANTAI TUGAS AKHIR Disusun sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md.) pada Program DIII Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR BUTIK 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR BUTIK 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR BUTIK LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN SEKOLAHAN 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN SEKOLAHAN 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN SEKOLAHAN LANTAI Oleh : Dede Setiawan I8506704 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 011 MOTTOO...Sesungguhnya

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR PERPUSTAKAAN DUA LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR PERPUSTAKAAN DUA LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR PERPUSTAKAAN DUA LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG SWALAYAN 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG SWALAYAN 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG SWALAYAN LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program DIII Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR Dan RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR Dan RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR Dan RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG SEKOLAH LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR dan RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR dan RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR dan RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI TUGAS AKHIR

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program DIII Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG MALL 3 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG MALL 3 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG MALL 3 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D3 Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG UKM DUA LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG UKM DUA LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG UKM DUA LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program DIII Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA BANGUNAN GEDUNG TOKO BUKU 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA BANGUNAN GEDUNG TOKO BUKU 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA BANGUNAN GEDUNG TOKO BUKU 2 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md.) pada Program Studi Diploma III Teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG LABORATORIUM DUA LANTAI. Tugas akhir. Sudarmono I

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG LABORATORIUM DUA LANTAI. Tugas akhir. Sudarmono I PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG LABORATORIUM DUA LANTAI Tugas akhir Sudarmono I 85 07 061 Fakultas teknik jurusan teknik sipil Universitas sebelas maret 2010 MOTTO...Sesungguhnya Alloh tidak mengubah keadaan

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG KULIAH 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG KULIAH 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG KULIAH LANTAI Agus Supriyanto I.850033 D3 TEKNIK SIPIL GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET 011 iv v MOTTO Demi masa, sesungguhnya manusia

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR RUMAH DAN TOKO 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR RUMAH DAN TOKO 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR RUMAH DAN TOKO LANTAI TUAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh elar Ahli Madya pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 LATAR BELAKANG.FIX.pdf BAB 2 DASAR TEORI.FIX.pdf

BAB 1 LATAR BELAKANG.FIX.pdf BAB 2 DASAR TEORI.FIX.pdf BAB 1 LATAR BELAKANG.FIX.pdf BAB 2 DASAR TEORI.FIX.pdf BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum Islamic Center sebagai pusat kegiatan keislaman, dimana semua kegiatan pembinaan berupa kegiatan

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG LABORATORIUM 2 LANTAI & RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG LABORATORIUM 2 LANTAI & RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG LABORATORIUM 2 LANTAI & RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan

Lebih terperinci

PERENCANAAN KANTOR KECAMATAN 2 LANTAI TUGAS AKHIR

PERENCANAAN KANTOR KECAMATAN 2 LANTAI TUGAS AKHIR PERENCANAAN KANTOR KECAMATAN 2 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas

Lebih terperinci

PERENCANAAN SHOWROOM DAN BENGKEL NISSAN

PERENCANAAN SHOWROOM DAN BENGKEL NISSAN PERENCANAAN SHOWROOM DAN BENGKEL NISSAN TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program DIII Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KECAMATAN 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KECAMATAN 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KECAMATAN 2 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya perpustakaan.uns.ac.id pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

PRESENTASI TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 PRESENTASI TUGAS AKHIR oleh : PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 LATAR BELAKANG SMA Negeri 17 Surabaya merupakan salah

Lebih terperinci

DISUSUN OLEH JUNE ADE NINGTIYA I

DISUSUN OLEH JUNE ADE NINGTIYA I PERENCANAAN STRUKTUR HOTEL 2 LANTAI DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH JUNE ADE NINGTIYA I 8507053 DIPLOMA TIGA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan Dari keseluruhan pembahasan yang telah diuraikan merupakan hasil dari perhitungan perencanaan struktur gedung Fakultas Teknik Informatika ITS Surabaya dengan metode SRPMM.

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA ( RAB ) TUGAS AKHIR

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA ( RAB ) TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH LANTAI DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA ( RAB ) TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program DIII Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RESTAURANT & TOKO 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RESTAURANT & TOKO 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RESTAURANT & TOKO 2 LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program Studi D-III Teknik Sipil Jurusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isi Laporan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isi Laporan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan semakin pesatnya perkembangan dunia teknik sipil di Indonesia saat ini menuntut terciptanya sumber daya manusia yang dapat mendukung dalam bidang tersebut.

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI. Diajukan Oleh : DANNY ARIEF M I

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI. Diajukan Oleh : DANNY ARIEF M I PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH LANTAI Diajukan Oleh : DANNY ARIEF M I8506009 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET 00 i MOTTO Walaupun hidup

Lebih terperinci

BAB I. Perencanaan Atap

BAB I. Perencanaan Atap BAB I Perencanaan Atap 1. Rencana Gording Data perencanaan atap : Penutup atap Kemiringan Rangka Tipe profil gording : Genteng metal : 40 o : Rangka Batang : Kanal C Mutu baja untuk Profil Siku L : BJ

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

TAMPAK DEPAN RANGKA ATAP MODEL 3

TAMPAK DEPAN RANGKA ATAP MODEL 3 TUGAS STRUKTUR BAJA 11 Bangunan gedung dengan struktur atap dibuat dengan struktur rangka baja. Bentang struktur bangunan, beban gravitasi, beban angin dan mutu bahan, dijelaskan pada data teknis berikut.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan BAB III LANDASAN TEORI A. Pembebanan Dalam perancangan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku sehingga diperoleh suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi. Struktur

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR PERPUSTAKAAN DUA LANTAI TUGAS AKHIR

PERENCANAAN STRUKTUR PERPUSTAKAAN DUA LANTAI TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR PERPUSTAKAAN DUA LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tugas Akhir Perencanaan Struktur Gedung Sekolah 2 Lantai Tinjauan Umum Perencanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tugas Akhir Perencanaan Struktur Gedung Sekolah 2 Lantai Tinjauan Umum Perencanaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Perencanaan Pendidikan Nasional di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA 5 LANTAI DI WILAYAH GEMPA 3

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA 5 LANTAI DI WILAYAH GEMPA 3 PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA 5 LANTAI DI WILAYAH GEMPA 3 Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : FELIX BRAM SAMORA

Lebih terperinci

Tugas Besar Struktur Bangunan Baja 1. PERENCANAAN ATAP. 1.1 Perhitungan Dimensi Gording

Tugas Besar Struktur Bangunan Baja 1. PERENCANAAN ATAP. 1.1 Perhitungan Dimensi Gording 1.1 Perhitungan Dimensi Gording 1. PERENCANAAN ATAP 140 135,84 cm 1,36 m. Direncanakan gording profil WF ukuran 100x50x5x7 A = 11,85 cm 2 tf = 7 mm Zx = 42 cm 2 W = 9,3 kg/m Ix = 187 cm 4 Zy = 4,375 cm

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG DEWAN KERAJINAN NASIONAL DAERAH (DEKRANASDA) JL. KOLONEL SUGIONO JEPARA

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG DEWAN KERAJINAN NASIONAL DAERAH (DEKRANASDA) JL. KOLONEL SUGIONO JEPARA TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG DEWAN KERAJINAN NASIONAL DAERAH (DEKRANASDA) JL. KOLONEL SUGIONO JEPARA Merupakan Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Jurusan

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN DENGAN METODE LOAD RESISTANCE AND FACTOR DESIGN

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN DENGAN METODE LOAD RESISTANCE AND FACTOR DESIGN PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN DENGAN METODE LOAD RESISTANCE AND FACTOR DESIGN Oleh : 1. AGUNG HADI SUPRAPTO 3111 030 114 2.RINTIH PRASTIANING ATAS KASIH 3111

Lebih terperinci

PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) DI JEPARA

PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) DI JEPARA PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) DI JEPARA Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : ALFANIDA AYU WIDARTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pendidikan Program Diploma III Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret adalah menciptakan Ahli madya yang terampil dan profesional serta kompeten

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG FACTORY OUTLET DAN RESTO DUA LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG FACTORY OUTLET DAN RESTO DUA LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG FACTORY OUTLET DAN RESTO DUA LANTAI Oleh: Agus Catur kurniawan I.850608 PROGRAM DIII TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 011 MOTTO...Sesungguhnya

Lebih terperinci

BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR

BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR BAB III ESTIMASI DIMENSI ELEMEN STRUKTUR 3.. Denah Bangunan Dalam tugas akhir ini penulis merancang suatu struktur bangunan dengan denah seperti berikut : Gambar 3.. Denah bangunan 33 34 Dilihat dari bentuk

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT KEGIATAN MAHASISWA POLITEKNIK NEGERI MALANG DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH (SRPMM)

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT KEGIATAN MAHASISWA POLITEKNIK NEGERI MALANG DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH (SRPMM) PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT KEGIATAN MAHASISWA POLITEKNIK NEGERI MALANG DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH (SRPMM) Oleh : TRIA CIPTADI 3111 030 013 M. CHARIESH FAWAID 3111 030 032 Dosen

Lebih terperinci

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder Dalam penggunaan profil baja tunggal (seperti profil I) sebagai elemen lentur jika ukuran profilnya masih belum cukup memenuhi karena gaya dalam (momen dan gaya

Lebih terperinci

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( )

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( ) TUGAS AKHIR STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7 Oleh : RACHMAWATY ASRI (3109 106 044) Dosen Pembimbing: Budi Suswanto, ST. MT. Ph.D

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK MANDIRI JL. NGESREP TIMUR V / 98 SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK MANDIRI JL. NGESREP TIMUR V / 98 SEMARANG HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK MANDIRI JL. NGESREP TIMUR V / 98 SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Fakultas

Lebih terperinci

ANALISA DIMENSI DAN STRUKTUR ATAP MENGGUNAKAN METODE DAKTILITAS TERBATAS

ANALISA DIMENSI DAN STRUKTUR ATAP MENGGUNAKAN METODE DAKTILITAS TERBATAS Analisa Dimensi dan Struktur Atap Menggunakan Metode Daktilitas Terbatas 1 - ANALISA DIMENSI DAN STRUKTUR ATAP MENGGUNAKAN METODE DAKTILITAS TERBATAS M. Ikhsan Setiawan ABSTRAK Sttruktur gedung Akademi

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA MASJID 2 LANTAI (Structure and Cost Budget of Two Storeys Mosque)

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA MASJID 2 LANTAI (Structure and Cost Budget of Two Storeys Mosque) PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA MASJID 2 LANTAI (Structure and Cost Budget of Two Storeys Mosque) TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya (A.Md.) pada

Lebih terperinci

fc ' = 2, MPa 2. Baja Tulangan diameter < 12 mm menggunakan BJTP (polos) fy = 240 MPa diameter > 12 mm menggunakan BJTD (deform) fy = 400 Mpa

fc ' = 2, MPa 2. Baja Tulangan diameter < 12 mm menggunakan BJTP (polos) fy = 240 MPa diameter > 12 mm menggunakan BJTD (deform) fy = 400 Mpa Peraturan dan Standar Perencanaan 1. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa untuk Gedung SNI - PPTGIUG 2000 2. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Gedung SKSNI 02-2847-2002 3. Tata Cara Perencanaan Struktur

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG HOTEL 2 LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA GEDUNG HOTEL 2 LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA perpustakaan.uns.ac.id GEDUNG HOTEL 2 LANTAI TUGAS AKHIR DisusunSebagai Salah SatuSyaratMemperolehGelarAhliMadya (A.Md.) pada Program Studi DIII Teknik Sipil

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. terjadinya distribusi gaya. Biasanya untuk alasan efisiensi waktu dan efektifitas

BAB V PEMBAHASAN. terjadinya distribusi gaya. Biasanya untuk alasan efisiensi waktu dan efektifitas BAB V PEMBAHASAN 5.1 Umum Pada gedung bertingkat perlakuan stmktur akibat beban menyebabkan terjadinya distribusi gaya. Biasanya untuk alasan efisiensi waktu dan efektifitas pekerjaan dilapangan, perencana

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Katolik

Lebih terperinci

4.3.5 Perencanaan Sambungan Titik Buhul Rangka Baja Dasar Perencanaan Struktur Beton Bertulang 15

4.3.5 Perencanaan Sambungan Titik Buhul Rangka Baja Dasar Perencanaan Struktur Beton Bertulang 15 3.3 Dasar Perencanaan Struktur Beton Bertulang 15 3.3.1 Peraturan-Peraturan 15 3.3.2 Pembebanan ]6 3.3.3 Analisis Struktur 18 3.3.4 Perencanaan Pelat 18 3.3.5 Perencanaan Struktur Portal Beton Bertulang

Lebih terperinci

1 HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL SEMARANG

1 HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL SEMARANG TUGAS AKHIR 1 HALAMAN JUDUL PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Fakultas Teknik Program

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR PROYEK PEMBANGUNAN BANK DANAMON JL PEMUDA-JEPARA

PERENCANAAN STRUKTUR PROYEK PEMBANGUNAN BANK DANAMON JL PEMUDA-JEPARA TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR PROYEK PEMBANGUNAN BANK DANAMON JL PEMUDA-JEPARA Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata1 (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI) 1 PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI) Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai S-1 Teknik Sipil diajukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN BAB IV ANALISA PERHITUNGAN 4.1 PERHITUNGAN METODE ASD 4.1.1 Perhitungan Gording Data perencanaan: Jenis baja : Bj 41 Jenis atap : genteng Beban atap : 60 kg/m 2 Beban hujan : 20 kg/m 2 Beban hujan : 100

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Struktur Perhitungan struktur meliputi perencanaan atap, pelat, balok, kolom dan pondasi. Perhitungan gaya dalam menggunakan bantuan program SAP 2000 versi 14.

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PANJANG BATANG

PERHITUNGAN PANJANG BATANG PERHITUNGAN PANJANG BATANG E 3 4 D 1 F 2 14 15 5 20 A 1 7 C H 17 13 8 I J 10 K 16 11 L G 21 12 6 B 200 200 200 200 200 200 1200 13&16 0.605 14&15 2.27 Penutup atap : genteng Kemiringan atap : 50 Bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE DESAIN DAN PERENCANAAN RANGKA BALOK BAJA

BAB III METODE DESAIN DAN PERENCANAAN RANGKA BALOK BAJA BAB III METODE DESAIN DAN PERENCANAAN RANGKA BALOK BAJA 3.1 Diagram Alir Perencanaan Kuda kuda Mulai KUDA KUDA TYPE 1 KUDA KUDA TYPE 2 KUDA KUDA TYPE 3 PRE/DESIGN GORDING PEMBEBANAN PRE/DESIGN GORDING

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG HOTEL LARAS ASRI SALATIGA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU. Oleh :

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG HOTEL LARAS ASRI SALATIGA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU. Oleh : PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG HOTEL LARAS ASRI SALATIGA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU Oleh : HARDI WIBOWO No. Mahasiswa : 11515 / TS NPM : 03 02 11515 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RESTORAN DUA LANTAI

PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RESTORAN DUA LANTAI PERENCANAAN STRUKTUR DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA RESTORAN DUA LANTAI TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program D-III Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN Tugas Akhir Sarjana Strata Satu (S-1)

LEMBAR PENGESAHAN Tugas Akhir Sarjana Strata Satu (S-1) LEMBAR PENGESAHAN Tugas Akhir Sarjana Strata Satu (S-1) PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG B POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG Oleh: Sonny Sucipto (04.12.0008) Robertus Karistama (04.12.0049) Telah diperiksa dan

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH UMUM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH UMUM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU i PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH UMUM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU Disusun oleh : RICHARD SUTRISNO Mahasiswa : 11973 / TS NPM : 04 02 11973 PROGRAM STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN PERENCANAAN GEDUNG PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH, SEMARANG

LEMBAR PENGESAHAN PERENCANAAN GEDUNG PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH, SEMARANG LEMBAR PENGESAHAN PERENCANAAN GEDUNG PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH, SEMARANG (Design of Perum Perhutani Unit I Central Java Building, Semarang ) Disusun Oleh : ADE IBNU MALIK L2A3 02 095 SHINTA WENING

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG HOTEL JALAN MARTADINATA MANADO

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG HOTEL JALAN MARTADINATA MANADO PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG HOTEL JALAN MARTADINATA MANADO Claudia Maria Palit Jorry D. Pangouw, Ronny Pandaleke Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado email:clauuumaria@gmail.com

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG SEKOLAH MENENGAH ATAS EMPAT LANTAI DAN SATU BASEMENT DI SURAKARTA DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL

PERENCANAAN GEDUNG SEKOLAH MENENGAH ATAS EMPAT LANTAI DAN SATU BASEMENT DI SURAKARTA DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL PERENCANAAN GEDUNG SEKOLAH MENENGAH ATAS EMPAT LANTAI DAN SATU BASEMENT DI SURAKARTA DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL Naskah Publikasi Ilmiah untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana-1

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung (SNI ) dan tata cara perencanaan gempa

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung (SNI ) dan tata cara perencanaan gempa BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pembebanan Beban yang ditinjau dan dihitung dalam perancangan gedung ini adalah beban hidup, beban mati dan beban gempa. 3.1.1. Kuat Perlu Beban yang digunakan sesuai dalam

Lebih terperinci

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder Dalam penggunaan profil baja tunggal (seperti profil I) sebagai elemen lentur jika ukuran profilnya masih belum cukup memenuhi karena gaya dalam (momen dan gaya

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai 8 BAB III LANDASAN TEORI A. Pembebanan Pada Pelat Lantai Dalam penelitian ini pelat lantai merupakan pelat persegi yang diberi pembebanan secara merata pada seluruh bagian permukaannya. Material yang digunakan

Lebih terperinci