BAB III METODE PENELITIAN
|
|
- Susanto Irawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bagan Alir Mulai PENGUMPULAN DATA STUDI LITERATUR Tahap Desain Data: Perhitungan Beban Mati Perhitungan Beban Hidup Perhitungan Beban Angin Perhitungan Beban Gempa Pengolahan Data: Pradimensi Analisa Strruktur dengan: - Direct Analysis Method - Effective Length Method Hasil dan Pembahasan : Dimensi Struktur Capacity Ratio Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian Kesimpulan dan Saran Selesai 3.2 Pengumpulan Data Pengumpulan data data yang di gunakan dalam perencanaan struktur baja seperti profil yang di gunakan, dan dimensi gedung yang direncanakan. 59
2 3..3 Studi Literatur Studi literatur bermula dari pengumpulan teori-teori yang berhubungan dengan disain baja dan system rangka baja pemikul momen khusus. Selain itu, dikumpulkan juga data-data yang berhubungan dengan tugas akhir ini, seperti data pembebanan gedung yang diambil dari peraturan pembebanan untuk gedung 1983 dan rumus-rumus yang akan digunakan dalam perhitungan berdasarkan metode Load and Resistance Factor Design (LRFD). Untuk Perhitungan analisa struktur gedung terhadap gempa mengacu pada Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung ( SNI ) Teori-teori dan rumus-rumus yang berkaitan dengan perencanaan stabilitas struktur baja menggunakan SNI tentang Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural yang mengacu pada AISC Tahap Desain Data Pada tahap desain data, hal pertama yang dikerjakan adalah menghitung pembebanan pada struktur. Perhitungan pembebanan berdasarkan PPURG 1983 untuk beban mati, beban hidup, dan beban angin. Perhitungan beban gempa statis berdasarkan SNI Setelah perhitungan pembebanan selesai, tahap selanjutnya adalah melakukan pradimensi pradimensi profil. Struktur primer yang sudah di pradimensi akan di analisa dengan menggunakan kombinasi kombinasi beban mati beban hidup, beban angin dan beban gempa dengan bantuan software SAP2000 ver14. Kemudian, hasil pradimensi akan dikontrol, apakah dimensi yang di asumsikan sudah memenuhi syarat atau belum sesuai dengan besarnya gaya-gaya dalam yang bekerja tersebut. Selanjutkan output dari SAP2000 berupa momen lentur, gaya lintang dan gaya normal pada masing masing balok dan kolom akan di kontrol secara manual dengan metode LRFD yang mengacu kepada SNI (AISC 2010). 60
3 3.5 Pengolahan Data Analisa Struktur Manual Dengan Metode LRFD Pada tahap analisa struktur manual dengan metode LRFD, bagian yang akan dianalisa adalah mengontrol gaya aksial, momen lentur, dan gaya geser yang terjadi pada balok. Pada kolom di kontrol kombinasi gaya tekan dan lentur dua arah, serta gaya geser. Lalu selanjutnya adalah melakukan kontrol terhadap pradimensi apakah sudah memenuhi syarat atau belum. 3.6 Hasil dan Pembahasan Dimensi struktur sekunder dan dimensi struktur primer yang memenuhi syarat keamanan dan kenyamanan. Rekapitulasi kuat perlu, momen ultimate dan capacity ratio pada balok dan kolom yang ada di struktur. Capacity ratio sendiri adalah perbandingan gaya atau momen ultimate pada penampang yang terjadi (beban terfaktor: Pu atau Mu) yang tentunya telah memasukkan factor reduksi. Apabila capacity ratio lebih besar dari satu (1) maka struktur dinyatakan tidak memenuhi syarat keamanan Kesimpulan dan Saran Dari hasil perhitungan dan analisa struktur, penulis akan memberikan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. Dan juga dicantumkan sran-saran yang berguna agar penelitian di kemudian hari dapat dilakukan dengan sempurna dan diaplikasikan dengan baik di dunia kerja professional. 61
4 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Gedung Dimensi Gedung Bangunan yang akan dianalisis adalah bangunan 10 lantai (Gambar 4.1) dengan perincian data sebagai berikut : (a) (b) (c) (d) ,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 (d) Gambar 4.1. Model Kontruksi Baja 10 Lantai. (a) Model 3D (b) Denah. (c) Tampak Depan. (d) Tampak Samping 62
5 Spesifikasi Material Mutu Baja = BJ41 - Tegangan Leleh (fy) = 250 Mpa - Tegangan Putus (Pu) = 410 MPa - Modulus Elastisitas (E) = 2x10 5 MPa - Modulus Geser = MPa - Poisson Ratio (µ) = 0,3 - Koefisien Pemuaian (α) = 12x10-6 / 0 C Gedung direncanakan menggunakan HWF dan IWF baja kontruksi, yakni : - HWF 350x350x12x19 - IWF 300x150x6,5x9 - HWF 300x300x10x15 - IWF 250x125x6x9 - IWF 350x175x7x Beban-beban yang Bekerja Beban Gravitasi a. Beban Mati Tambahan pada Pelat Lantai Berat pelat : 0,12 x 1 x 2400 = 288 kn/m 2 Berat spesi : 0,02 x 1 x 2100 = 42 kn/m 2 Berat keramik : 0,01 x 1 x 2400 = 24 kn/m 2 Plafond & Penggantung = 0,2 kn/m 2 Instalasi ME = 0.25 kn/m 2 q dl = 1,57 kn/m 2 (Beban Instalasi ME,Sumber= Adhitiyo Eka Mahendra, PrasetyaDita Perana, Himawan Indarto, Bambang Pradoy, Bambang Pardoyo, PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG HOTEL PERSONA JAKARTA, Jurnal Karya Teknik Sipil, VOLUME 4, Nomor 4, Tahun 2015, Universitas Diponegoro, Semarang ) b. Beban Mati Tambahan pada Pelat Atap Waterproofing Aspal(2cm): 0,02 x 14 = 0,28 kn/m 2 Plafond & Penggantung = 0,2 kn/m 2 Instalasi ME = 0.25 kn/m 2 q dl = 0,73 kn/m 2 63
6 adapun berat sendiri profil dihitung dengan software SAP2000 b. Beban Hidup (life load) Berdasarkan PPURG 1987 Beban hidup rencana untuk : - lantai apartemen = 2 kn/m 2 - atap apartemen = 1 kn/m 2 Koefisien reduksi untuk perencanaan portal = 0,75 Koefisien reduksi untuk peninjauan terhadap masa gempa = 0, Beban Angin Gedung direncanakan di Wilayah Medan Tekanan tiup minimum : 25 kg/m 2 Tekanan tiup minimum : 40 kg/m 2 ( di laut dan di tepi laut sampai 5 km dari pantai) Digunakan tekanan angina : 40 kg/m 2 Di pihak angin = 0,9 x 40 = 36 kg/m 2 = 0.36 kn/m 2 Di belakang angin = - 0,4 x 40 = - 16 kg/m 2 = 0.16 kn/m Beban Gempa Perhitungan analisa struktur gedung terhadap gempa mengacu pada Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung ( SNI ) Jenis pemamfaatan bangunan = Apartemen (kategori risiko II, tabel 2.8) Faktor keutamaan gempa I e = 1 (tabel 2.9) S s = 0,5g S 1 = 0,3g Jenis tanah = Keras (kelas C) Fa = 1,2 ( tabel 2.12 dengan input S s = 0,5 ) Fv = 1,5 ( tabel 2.13 dengan input S 1 = 0,4 ) 64
7 S DS = F a. S s = 1,2. 0,5 = 0,40 S D1 = F V. S 1 = 1,4. 0,4 = 0,30 Waktu getar alami : ( didapat dari modal analysis SAP2000) T cx = 0,777 T cy = 0,707 Berdasarkan S DS gedung berada di kategori risiko : C ( tabel 2.14 ) Berdasarkan S D1 gedung berada di kategori risiko : D ( tabel 2.15 ) Sehingga bangunan akan direncanakan dengan kategori risiko D, yaitu sistem rangka baja pemikul momen khusus. Adapun nilai koefisien modifikasi respons (R), faktor kuat lebih (Ω) dan faktor pembesaran defleksi (c d ) adalah Koefisien modifikasi respons (R) = 8 Faktor kuat lebih (Ω) = 3 Faktor pembesaran defleksi (c d ) = 5,5 Jumlah tingkat (N) = 10 Gaya gempa statik ekivalen - Menentukan T - T a = C t Ketinggian gedung 10 tingkat dengan tinggi antar tingkat 3,5m, maka dapat menggunakan rumus : T a = 0,1*10 = 0,1 T max = C u T a -> C u = 1,4 ( tabel 2.17 ) = 1,4. 1,0 = 1,4 detik Kontrol batasan waktu getar : T cx < T maks 0,777 < 1,4 65
8 T cy < T maks 0,707 < 1,4 - Menentukan nilai C C min = 0,044. S DS. I > 0,01 = 0,044. 0,40. 1 > 0,01 = 0,0176 Cs max = ( ) Cs max x = ( ) =,, ( ) = 0,064 Cs max y = ( ) =,, ( ) = 0,053 - Menentukan berat struktur Beban mati Tabel 4.1 Berat Gedung Tiap Lantai Lantai Beban Mati Tamba han (kn) Beban Hidup Tereduksi (kn) Berat Sendiri (kn) Beban Total (kn) Lantai Lantai Lantai Lantai Lantai Lantai Lantai Lantai Lantai Lantai 10/Atap Total Adapun beban hidup total permeter luas adalah 66
9 - lantai = 0,75 x 200 = 150 kn/m 2 - atap = 0,75 x 100 = 75 kn/m 2 - Menentukan gaya geser dasar Vx = C s x * W= 0,064 * = 800,046 kn Vx = C s y * W = 0,053 * = 600,378 kn - Menghitung Distribusi Beban Gempa = = T = 1,0 detik, maka nilai k = 1,3 Tabel 4.2 Distribusi Beban Gempa Tiap Lantai Lantai Beban Total(kN) h(m) w*h^k Fx (kn) Fy (kn) Px (Fx/Nx) (kn) Py (Fx/Ny) (kn) Lantai Lantai Lantai Lantai Lantai Lantai Lantai Lantai Lantai Lantai 10/Atap Total Dimana = Nx= Ny = Jumlah portal Arah x / Arah y = 6 67
10 - Nilai Simpangan Struktur yang diperoleh : Tabel 4.3 Simpangan Antar Lantai akibat Beban Gempa Statik X Story h(mm) δ se (mm) δ x (mm) x m(m) izin(mm) Keterangan) OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK Tabel 4.4 Simpangan Antar Lantai akibat Beban Gempa Statik Y Story h(mm) δ se (mm) δ x (mm) x m(m) izin(mm) Keterangan) OK OK OK OK OK OK OK OK OK OK 4.3.Beban Notional Untuk struktur yang menahan beban gravitasi terutama melalui kolom, dinding atau portal vertikal nominal, diijinkan menggunakan beban notional untuk mewakili efek ketidaksempurnaan awal. Beban notional harus digunakan sebagai beban lateral pada semua level.beban national di hitung otomatis dari program SAP2000 ver14 dengan nominal 0,002 α Y i untuk mewakili ketidaksempurnaan awal dan 0,001 α Y i untuk kekakuan lentur, sehingga N i = 0,003 α Y i 68
11 Gambar 4.2. Beban notional pada SAP2000 ver 14 Beban tersebut di distribusikan arah orthogonal baik untuk beban grafitasi beban hidup maupun beban grafitasi akibat beban mati Kombinasi Pembebanan komponen-elemen struktur dan elemen-elemen fondasi menurut SNI 1726:2012 harus dirancang sedemikian hingga kuat rencananya sama atau melebihi pengaruh beban-beban terfaktor dengan kombinasi-kombinasi sebagai berikut: 1. 1,4D 2. 1,2D 1,6L 3. 1,2D 1,0 W L 4. 1,2D 1,0 E L 5. 0,9D 1,0 W 6. 0,9D 1,0 E 69
12 4.5 Kontrol Profil Kolom 350 x 350 x 12 x 19, ( A = 173,9 cm 2 ) I x = cm 4 Z x = 2493,1 cm 3 I y = cm 4 Z y = 1174,9 cm 3 S x = 2300 cm 3 L p = m S y = 776 cm 3 L r = m r x = 15,2 cm M p = KNm r y = 8,84 cm M r = KN m J = 179,1089 cm 4 Cw = cm 6 Panjang tidak terkekang lateral Elastisitas bahan Tegangan leleh bahan = 3,5 m = MPa = 250 MPa a. Reduksi Kekakuan = , ,5 = 0,834 0,5 Maka, = 4 1 = 4(0,834)[1 (0,834)] = 0,555 = 0,8 = 0,8 0, = 88718,84 b. Klasifikasi Penampang Sayap = =, = 9,2105 < 0,56 = 15,8 Tidak Langsing Badan = = = 26 < 1,49 = 42,144 Tidak Langsing c. Kapasitas kolom terhadap tekan - Tegangan Kritis Tekuk - Lentur λ =. < 4,71 70
13 =, < 4,71 = < 133,219 f e = =,., = 1257,934 MPa, 0,199 f cr = 0,658. f y = 0,658, x 250 = 230,046 MPa - Tegangan Kritis Tekuk - Puntir = ( ) 1 Kolom Jepit-Jepit, Maka K z L = KL = 1368,11 f cr = 0,658. f y = 231,592 MPa F cr tekuk-puntir > f cr tekuk lentur, maka tekuk yang terjadi tekuk lentur ϕpn = 0,9 x f cr x A = 0,9 x 230,046 x = 3600,45 KN Pu = 617,258 kn < ϕpn = 3600,45 kn (OK) 71
14 d. Kapasitas kolom terhadap momen sumbu x Lb = 3,5 m L p L r = 4,402 m = 16,517 m didapat Lp > Lb, sehingga momen ultimate adalah M n = F y x Z x = 623,295 KN m ϕ M n = 0,9. 623,295 = 560,966 KN m e. Kapasitas kolom terhadap momen sumbu y ϕ M n = 0,9. Z y. f y = 0, , = 264,371 KN m f. Menghitung Capacity Ratio - Jika 0,2 ϕpn 8 9 ϕmnx ϕmny 1 - Jika < 0,2 2ϕPn ϕmnx ϕmny 1 Tabel nilai capacity ratio yang diperoleh dapat dilihat di Lampiran A Tabel A1. Dari Tabel A1, diperoleh Capacity ratio maximum adalah 0,3276 < 1 (OK) No. Profil Capacity Ratio Status x 350 x 12 x 19 0,328 OK x 350 x 12 x 19 0,306 OK x 350 x 12 x 19 0,326 OK x 350 x 12 x 19 0,348 OK g. Kapasitas kolom terhadap geser 72
15 Tabel 4.5 Resume gaya geser Kolom 350 x 350 x 12 x 19 V2, kn V3, kn V max 24,072 15,67 V min ,241 Kontrol terhadap geser ϕv n = 0,9. 0,6. A w. f y = 0,9. 0, = 505,44 KN > 24,072 kn ( OK) Kolom 300 x 300 x 10 x 15, ( A = 119,8 cm 2 ) I x = cm 4 Z x = 1464,7 cm 3 I y = 6750 cm 4 Z y = 681,7 cm 3 S x = 1360 cm 3 L p = 3,737 m S y = 450 cm 3 L r = 13,262 m r x = 13,1 cm M p =366,1875 KN m r y = 7,51 cm M r = 238 KN m J = 77 cm 4 Cw = cm 6 Panjang tidak terkekang lateral Elastisitas bahan Tegangan leleh bahan = 3,5 m = MPa = 250 MPa a. Reduksi Kekakuan = , = 0,802 0,5 Maka, = 4 1 = 4(0,802)[1 (0,802)] = 0,635 = 0,8 = 0,8 0, = ,4 73
16 b. Klasifikasi Penampang Sayap = =, = 10 < 0,56 = 15,84 Tidak Langsing Badan = 0 = 27 < 1, = 42,144 Tidak Langsing c. Kapasitas kolom terhadap tekan - Tegangan Kritis Tekuk Lentur λ =. < 4,71 =., < 4,71 = 46,66 < 133,219 f e = =,., = 907,89 MPa, 0,275 f cr = 0,658. f y = 0,658,. 250 = 222,785 MPa - Tegangan Kritis Tekuk - Puntir = ( ) 1 Kolom Jepit-Jepit, Maka K z L = KL = 664,967 f cr = 0,658. f y = 213,6 MPa F cr tekuk-puntir < f cr tekuk lentur, maka tekuk yang terjadi tekuk puntir 74
17 ϕpn = 0,9 x f cr x A = 0,9 x 213,6 x = 2303,03 KN Pu = 293,112 kn < ϕpn = 2303,03 kn (OK) d. Kapasitas kolom terhadap momen sumbu x Lb = 3,5 m L p L r = 3,737 m = 13,262 m didapat Lp > Lb, sehingga M n = C b [M p ( M p - M r ). ] = 1. [ 366, (366, ). = 366,188 KN m ϕ M n = 0,9. 366,188 = 329,569 KN m e. Kapasitas kolom terhadap momen sumbu y,,,, ] ϕ M n = 0,9. Z y. f y = 0,9. 681, = 153,394 KN m f. Menghitung Capacity Ratio - Jika 0,2 ϕpn 8 9 ϕmnx ϕmny 1 - Jika < 0,2 2ϕPn ϕmnx ϕmny 1 Tabel nilai capacity ratio yang diperoleh dapat dilihat di Lampiran A Tabel A2. 75
18 Dari Tabel A2, diperoleh Capacity ratio maximum adalah 0,296 < 1 (OK) No. Profil Capacity Ratio Status x 300 x 10 x 15 0,296 OK x 300 x 10 x 15 0,258 OK x 300 x 10 x 15 0,270 OK x 300 x 10 x 15 0,309 OK g. Kapasitas kolom terhadap geser Tabel 4.6 Resume gaya geser Kolom 300 x 300 x 10 x 15 V2, kn V3, kn V max V min Kontrol terhadap geser ϕv n = 0,9. 0,6. A w. f y = 0,9. 0, = 364,5 KN > 19,093 OK Balok 350 x 175 x 11 x 17, ( A = 63,14 cm 2 ) I x = cm 4 Z x = 840,85 cm 3 I y = 984 cm 4 Z y = 172,46 cm 3 S x = 775 cm 3 L p = 1,965 m S y = 112 cm 3 L r = 5,774 m r x = 14,68 cm M p =366,1875 KN m r y = 3,95 cm M r = 238 KN m J = 19,404 cm 4 r ts = 46,3 mm Cw = ,7 cm 6 Panjang tidak terkekang lateral Elastisitas bahan Tegangan leleh bahan = 6 m = MPa = 250 MPa 76
19 a. Reduksi Kekakuan = 1 983, ,5 = 0,6229 0,5 Maka, = 4 1 = 4(0,6229)[1 (0,6229)] = 0,9396 = 0,8 = 0,8 0, = b. Klasifikasi Penampang 1/2b f /t f = 7,95 < λ pf = 0,38(E/Fy) 1/2 = 10,748 ( Sayap kompak) h/t w = 50 < λ pw = 3,76 (E/Fy) 1/2 = 106,349 ( Badan kompak) Maka, Profil 300x175x17x11 termasuk klasifikasi kompak c. Kapasitas balok terhadap momen sumbu x Lb = 6 m L p L r = 1,965 m = 5,774 m didapat Lb > Lr, sehingga M n = 1 0,0078 = 164,703 knm ϕ M n = 0,9 x 164,703 = 148,23 KN m Mux = 0,1629 knm < ϕ M n = 148,23 knm (OK) d. Kapasitas balok terhadap momen sumbu y ϕ M n = 0,9. Z y. f y = 0,9 x 172,46 x. 250 = 38,8035 KNm Muy = 29,098 knm < ϕ M n = 38,8035 knm (OK) e. Kapasitas balok terhadap tekan - Tegangan Kritis Tekuk Lentur 77
20 λ =. < 4,71 =., > 4,71 = 151,9 > 133,219 f e = =,., = 85,464 MPa, > 2,25 2,925 > 2,25 f cr = 0,877 = 0,877 85,464 = 74,9515 MPa - Tegangan Kritis Tekuk - Puntir = ( ) 1 balok Jepit-Jepit, Maka K z L = KL = 284,344, 0,879 f cr = 0,658. f y = 173,03 MPa F cr tekuk-puntir > f cr tekuk lentur, maka tekuk yang terjadi tekuk lentur ϕpn = 0,9 x f cr x A = 0,9 x 74,95 x 6314 = 425,92 KN 78
21 f. Menghitung Capacity Ratio - Jika 0,2 ϕpn 8 9 ϕmnx ϕmny 1 - Jika < 0,2 2ϕPn ϕmnx ϕmny 1 Tabel nilai capacity ratio yang diperoleh dapat dilihat di Lampiran A Tabel A3. Dari Tabel A3, diperoleh Capacity ratio maximum adalah 0,751< 1 (OK) No. Profil Capacity Status Ratio x 175 x 11 x 17 0,751 OK x 175 x 11 x 17 0,433 OK g. Kuat Geser Nominal Tabel 4.7 Resume gaya geser Balok 300 x 175 x 11 x 17 V2, kn V3, kn V max 26,497 0,179 V min -28,449-0,181 Kontrol terhadap geser ϕv n = 0,9. 0,6. A w. f y = 0,9. 0, = 309,96 KN > 28,449 ( OK ) 79
22 Balok 300 x 150 x 6,5 x 9, ( A = 46,18 cm 2 ) I x = 7210 cm 4 Z x = 522,08 cm 3 I y = 508 cm 4 Z y = 104,23 cm 3 S x = 481 cm 3 L p = 1,64 m S y = 67,7cm 3 L r = 4,862 m r x = 12,41 cm M p = 130,52 KN m r y = 3,3 cm M r = 374,95 KN m J = 9,953 cm 4 r ts = 39,2 mm Cw = ,9 cm 6 Panjang tidak terkekang lateral Elastisitas bahan Tegangan leleh bahan a. Reduksi Kekakuan = 1 724, ,5 = 0,6195 0,5 = 4 m = MPa = 250 MPa Maka, = 4 1 = 4(0,6195)[1 (0,6195)] = 0,94285 = 0,8 = 0,8 0, = ,9 b. Klasifikasi Penampang 1/2b f /t f = 8,33 < λ pf = 0,38(E/Fy) 1/2 = 10,748 ( Sayap kompak) h/t w = 46,15 < λ pw = 3,76 (E/Fy) 1/2 = 106,349 ( Badan kompak) Maka, Profil 300x150x6,5x9 termasuk klasifikasi kompak c. Kapasitas balok terhadap momen sumbu x Lb = 4 m L p L r = 1,64 m = 4,862 m didapat Lb < Lp < Lr, sehingga 80
23 M n = [ ( )] = 236,31 knm ϕ M n = 0,9 x 236,31 = 212,679 KN m Mux = 0,1149 knm < ϕ M n = 212,679 knm (OK) d. Kapasitas balok terhadap momen sumbu y ϕ M n = 0,9. Z y. f y = 0,9 x 104,23 x. 250 = 23,4518 KNm Muy = 18,2887 knm < ϕ M n = 23,4518 knm (OK) e. Kapasitas balok terhadap tekan - Tegangan Kritis Tekuk Lentur λ =. < 4,71 =., < 4,71 = 121,2 < 133,219 f e = =,., = 134,214 MPa, 1,863 f cr = 0,658. f y = 114,644 MPa 81
24 - Tegangan Kritis Tekuk - Puntir = ( ) 1 balok Jepit-Jepit, Maka K z L = KL = 280,205, 0,892 f cr = 0,658. f y = 172,092 MPa F cr tekuk-puntir > f cr tekuk lentur, maka tekuk yang terjadi tekuk lentur ϕpn = 0,9 x f cr x A = 0,9 x 114,644 x 4678 = 482,672 KN f. Menghitung Capacity Ratio - Jika 0,2 ϕpn 8 9 ϕmnx ϕmny 1 - Jika < 0,2 2ϕPn ϕmnx ϕmny 1 Tabel nilai capacity ratio yang diperoleh dapat dilihat di Lampiran A Tabel A4. Dari Tabel A4, diperoleh Capacity ratio maximum adalah 0,795 < 1 (OK) No. Profil Capacity Status Ratio x 150 x 6,5 x 9 0,795 OK x 150 x 6,5 x 9 0,376 OK 82
25 g. Kuat Geser Nominal Tabel 4.8 Resume gaya geser Balok 300 x 150 x 6,5 x 9 V2, kn V3, kn V max V min Kontrol terhadap geser ϕv n = 0,9. 0,6. A w. f y = 0,9. 0, = 247,455 KN > 16,624 ( OK ) Balok 250 x 125 x 6 x 9, ( A = 37,66 cm 2 ) I x = 4050 cm 4 Z x = 351,86 cm 3 I y = 294 cm 4 Z y = 72,4 cm 3 S x = 324 cm 3 L p = 1,391 m S y = 47cm 3 L r = 4,351 m r x = 10,37 cm M p = 87,965 KN m r y = 2,8 cm M r = 208,8 KN m J = 7,81 cm 4 r ts = 33,1 mm Cw = 42689,5 cm 6 Panjang tidak terkekang lateral Elastisitas bahan Tegangan leleh bahan a. Reduksi Kekakuan = 1 645, ,5 = 0,685 0,5 = 2 m = MPa = 250 MPa Maka, = 4 1 = 4(0,685)[1 (0,685)] = 0,863 = 0,8 = 0,8 0, = ,9 83
26 b. Klasifikasi Penampang 1/2b f /t f = 6,94 < λ pf = 0,38(E/Fy) 1/2 = 10,748 ( Sayap kompak) h/t w = 41,67 < λ pw = 3,76 (E/Fy) 1/2 = 106,349 ( Badan kompak) Maka, Profil 250x125x6x9 termasuk klasifikasi kompak c. Kapasitas balok terhadap momen sumbu x Lb = 2 m L p L r = 1,391 m = 4,351 m didapat Lb < Lp < Lr, sehingga M n = [ ( )] = 112,826 knm ϕ M n = 0,9 x 112,826 = 101,543 KN m Mux = 0,0294 knm < ϕ M n = 101,543 knm (OK) d. Kapasitas balok terhadap momen sumbu y ϕ M n = 0,9. Z y. f y = 0,9 x 72,4 x. 250 = 16,29 KNm Muy = 3,3702 knm < ϕ M n = 16,29 knm (OK) e. Kapasitas balok terhadap tekan - Tegangan Kritis Tekuk Lentur λ =. < 4,71 =., < 4,71 = 71,68 < 133,219 f e = =,., = 383,741 MPa 84
27 , 0,651 f cr = 0,658. f y = 190,334 MPa - Tegangan Kritis Tekuk - Puntir = ( ) 1 balok Jepit-Jepit, Maka K z L = KL = 294,659, 0,848 f cr = 0,658. f y = 175,273 MPa F cr tekuk-puntir < f cr tekuk lentur, maka tekuk yang terjadi tekuk puntir ϕpn = 0,9 x f cr x A = 0,9 x 175,273 x 3766 = 594,071 KN f. Menghitung Capacity Ratio - Jika 0,2 ϕpn 8 9 ϕmnx ϕmny 1 - Jika < 0,2 2ϕPn ϕmnx ϕmny 1 85
28 Tabel nilai capacity ratio yang diperoleh dapat dilihat di Lampiran A Tabel A5. Dari Tabel A5, diperoleh Capacity ratio maximum adalah 0,262 < 1 (OK) No. Profil Capacity Status Ratio x 125 x 6 x 9 0,262 OK x 125 x 6 x 9 0,293 OK g. Kuat Geser Nominal Tabel 4.9 Resume gaya geser Balok 250 x 125 x 6 x 9 V2, kn V3, kn V max 3, V min -5, Kontrol terhadap geser ϕv n = 0,9. 0,6. A w. f y = 0,9. 0, = 187,92 KN > 5,694 ( OK ) 86
29 Tabel 4.10 Hasil Capacity Ratio untuk Direct Analysis Method N0 Profil Capacity Ratio Status x 350 x 12 x 19 0,328 OK x 350 x 12 x 19 0,306 OK x 350 x 12 x 19 0,326 OK x 350 x 12 x 19 0,348 OK Kolom x 300 x 10 x 15 0,296 OK x 300 x 10 x 15 0,258 OK x 300 x 10 x 15 0,270 OK x 300 x 10 x 15 0,309 OK x 175 x 11 x 17 0,751 OK x 175 x 11 x 17 0,433 OK Balok x 150 x 6,5 x 9 0,795 OK x 150 x 6,5 x 9 0,376 OK x 125 x 6 x 9 0,262 OK x 125 x 6 x 9 0,293 OK 87
30 4.6. Kontrol Profil dengan cara lama, Effective Length Method Kolom 350 x 350 x 12 x 19, ( A = 173,9 cm 2 ) I x = cm 4 Z x = 2493,1 cm 3 I y = cm 4 Z y = 1174,9 cm 3 S x = 2300 cm 3 L p = m S y = 776 cm 3 L r = m r x = 15,2 cm M p = KNm r y = 8,84 cm M r = KN m J = 179,1089 cm 4 Cw = cm 6 Panjang tidak terkekang lateral Elastisitas bahan Tegangan leleh bahan = 3,5 m = MPa = 250 MPa a. Menghitung Nilai K - Dengan Rumus = 1,6 4( ) 7,5 7.5 G = =, = 3,511 G = = 1,0 (Tumpuan jepit) Maka, =, (, )( ) (, ),,. = 1,611 88
31 b. Mencari faktor B 2 untuk pengaruh P-Δ pada struktur 1 = 1 = = (1, ) = 25003,64 =, Pnt = gaya aksial setiap kombinasi pembebanan c. Klasifikasi Penampang Sayap = =, = 9,2105 < 0,56 = 15,8 Tidak Langsing Badan = = = 26 < 4,71 = 42,144 Tidak Langsing d. Kapasitas kolom terhadap tekan - Tegangan Kritis Tekuk - Lentur λ =. < 4,71 =,, < 4,71 = 63,77 < 133,219 f e = =,., = 484,845 MPa, 0,516 f cr = 0,658. f y = 0,658, x 250 = 201,471 MPa 89
32 - Tegangan Kritis Tekuk - Puntir = ( ) 1 Kolom Jepit-Jepit, Maka K z L = KL = 1,611L = 684,404 f cr = 0,658. f y = 214,556 MPa F cr tekuk-puntir > f cr tekuk lentur, maka tekuk yang terjadi tekuk lentur ϕpn = 0,9 x f cr x A = 0,9 x 201,471 x = 3153,22 KN Pu = 630,445 kn < ϕpn = 3153,22 kn (OK) e. Kapasitas kolom terhadap momen sumbu x Lb = 3,5 m L p L r = 4,402 m = 16,517 m didapat Lp > Lb, sehingga momen ultimate adalah M n = F y x Z x = 623,295 KN m ϕ M n = 0,9. 23,295 = 560,966 KN m f. Kapasitas kolom terhadap momen sumbu y ϕ M n = 0,9. Z y. f y = 0, , = 264,371 KN m 90
33 g. Menghitung Capacity Ratio - Jika 0,2 ϕpn 8 9 ϕmnx ϕmny 1 - Jika < 0,2 2ϕPn ϕmnx ϕmny 1 Tabel nilai capacity ratio yang diperoleh dapat dilihat di Lampiran A Tabel A6. Dari Tabel A6, diperoleh Capacity ratio maximum adalah 0,437 < 1 (OK) No. Profil Capacity Ratio Status x 350 x 12 x 19 0,437 OK x 350 x 12 x 19 0,3996 OK x 350 x 12 x 19 0,447 OK x 350 x 12 x 19 0,453 OK h. Kapasitas kolom terhadap geser Tabel 4.11 Resume gaya geser Kolom 350 x 350 x 12 x 19 V2, kn V3, kn V max 14,979 0, V min ,7E-05 Kontrol terhadap geser ϕv n = 0,9. 0,6. A w. f y = 0,9. 0, = 505,44 KN > 14,979 kn ( OK) 91
34 Kolom 300 x 300 x 10 x 15, ( A = 119,8 cm 2 ) I x = cm 4 Z x = 1464,7 cm 3 I y = 6750 cm 4 Z y = 681,7 cm 3 S x = 1360 cm 3 L p = 3,737 m S y = 450 cm 3 L r = 13,262 m r x = 13,1 cm M p =366,1875 KN m r y = 7,51 cm M r = 238 KN m J = 77 cm 4 Cw = cm 6 Panjang tidak terkekang lateral Elastisitas bahan Tegangan leleh bahan a. Menghitung Nilai K - Dengan Rumus = 3,5 m = MPa = 250 MPa = 1,6 4( ) 7,5 7.5 G = =, = 1,777 G = =, =2,644 Maka, =, (, )(, ) (,, ),,,. = 1,656 b. Mencari faktor B 2 untuk pengaruh P-Δ pada struktur 92
35 1 = 1 = = (1, ) = 19825,72 = 19825,72 Pnt = gaya aksial setiap kombinasi pembebanan c. Klasifikasi Penampang Sayap = =, = 10 < 0,56 = 15,84 Tidak Langsing Badan = 0 = 27 < 4,71 = 42,144 Tidak Langsing d. Kapasitas kolom terhadap tekan - Tegangan Kritis Tekuk Lentur λ =. < 4,71 =,., < 4,71 = 77,19 < 133,219 f e = =,., = 330,921 MPa, 0,755 f cr = 0,658. f y = 0,658,. 250 = 182,228 MPa 93
36 - Tegangan Kritis Tekuk - Puntir = ( ) 1 Kolom Jepit-Jepit, Maka K z L = KL = 1,656L = 408,821 f cr = 0,658. f y = 193,056 MPa F cr tekuk-puntir > f cr tekuk lentur, maka tekuk yang terjadi tekuk lentur ϕpn = 0,9 x f cr x A = 0,9 x 182,228 x = 1964,78 KN Pu = 296,369 kn < ϕpn = 1964,78 kn (OK) e. Kapasitas kolom terhadap momen sumbu x Lb = 3,5 m L p L r = 3,737 m = 13,262 m didapat Lp > Lb, sehingga M n = C b [M p ( M p - M r ). ] = 1. [ 366, (366, ). = 366,188 KN m ϕ M n = 0,9. 366,188 = 329,569 KN m f. Kapasitas kolom terhadap momen sumbu y,,,, ] ϕ M n = 0,9. Z y. f y = 0,9. 681, = 153,394 KN m 94
37 g. Menghitung Capacity Ratio - Jika 0,2 ϕpn 8 9 ϕmnx ϕmny 1 - Jika < 0,2 2ϕPn ϕmnx ϕmny 1 Tabel nilai capacity ratio yang diperoleh dapat dilihat di Lampiran A Tabel A7. Dari Tabel A7, diperoleh Capacity ratio maximum adalah 0,363 < 1 (OK) No. Profil Capacity Ratio Status x 300 x 10 x 15 0,363 OK x 300 x 10 x 15 0,314 OK x 300 x 10 x 15 0,341 OK x 300 x 10 x 15 0,391 OK h. Kapasitas kolom terhadap geser Tabel 4.12 Resume gaya geser V2, kn V3, kn V max 8,525 2,85E-05 V min ,1E-05 Kontrol terhadap geser ϕv n = 0,9. 0,6. A w. f y = 0,9. 0, = 364,5 KN > 8,525 OK 95
38 Balok 350 x 175 x 11 x 17, ( A = 63,14 cm 2 ) I x = cm 4 Z x = 840,85 cm 3 I y = 984 cm 4 Z y = 172,46 cm 3 S x = 775 cm 3 L p = 1,965 m S y = 112 cm 3 L r = 5,774 m r x = 14,68 cm M p =366,1875 KN m r y = 3,95 cm M r = 238 KN m J = 19,404 cm 4 r ts = 46,3 mm Cw = ,7 cm 6 Panjang tidak terkekang lateral = 6 m Elastisitas bahan = MPa Tegangan leleh bahan = 250 MPa a. Mencari faktor B 2 untuk pengaruh P-Δ pada struktur 1 = 1 = = (1 6000) = 7449,47 =, Pnt = gaya aksial setiap kombinasi pembebanan b. Klasifikasi Penampang 1/2b f /t f = 7,95 < λ pf = 0,38(E/Fy) 1/2 = 10,748 ( Sayap kompak) h/t w = 50 < λ pw = 3,76 (E/Fy) 1/2 = 106,349 ( Badan kompak) Maka, Profil 300x175x17x11 termasuk klasifikasi kompak c. Kapasitas balok terhadap momen sumbu x Lb = 6 m L p L r = 1,965 m = 5,774 m didapat Lb > Lr, sehingga 96
39 M n = 1 0,0078 = 164,703 knm ϕ M n = 0,9 x 164,703 = 148,23 KN m Mux = 0,154 knm < ϕ M n = 148,23 knm (OK) d. Kapasitas balok terhadap momen sumbu y ϕ M n = 0,9. Z y. f y = 0,9 x 172,46 x. 250 = 38,8035 KNm Muy = 29,249 knm < ϕ M n = 38,8035 knm (OK) e. Kapasitas balok terhadap tekan - Tegangan Kritis Tekuk Lentur λ =. < 4,71 =., > 4,71 = 151,9 > 133,219 f e = =,., = 85,464 MPa, > 2,25 2,925 > 2,25 f cr = 0,877 = 0,877 85,464 = 74,9515 MPa - Tegangan Kritis Tekuk - Puntir = ( ) 1 97
40 balok Jepit-Jepit, Maka K z L = KL = 284,344, 0,879 f cr = 0,658. f y = 173,03 MPa F cr tekuk-puntir > f cr tekuk lentur, maka tekuk yang terjadi tekuk Lentur ϕpn = 0,9 x f cr x A = 0,9 x 74,9515 x 6314 = 425,92 KN f. Menghitung Capacity Ratio - Jika 0,2 ϕpn 8 9 ϕmnx ϕmny 1 - Jika < 0,2 2ϕPn ϕmnx ϕmny 1 Tabel nilai capacity ratio yang diperoleh dapat dilihat di Lampiran A Tabel A8. Dari Tabel A8, diperoleh Capacity ratio maximum adalah 0,806 < 1 (OK) No. Profil Capacity Status Ratio x 175 x 11 x 17 0,806 OK x 175 x 11 x 17 0,462 OK 98
41 g. Kuat Geser Nominal Tabel 4.13 Resume gaya geser Balok 300 x 175 x 11 x 17 V2, kn V3, kn V max 0,182 1,2E-17 V min -0,178-9,8E-06 Kontrol terhadap geser ϕv n = 0,9. 0,6. A w. f y = 0,9. 0, = 309,96 KN > 0,182 ( OK ) Balok 300 x 150 x 6,5 x 9, ( A = 46,18 cm 2 ) I x = 7210 cm 4 Z x = 522,08 cm 3 I y = 508 cm 4 Z y = 104,23 cm 3 S x = 481 cm 3 L p = 1,64 m S y = 67,7cm 3 L r = 4,862 m r x = 12,41 cm M p = 130,52 KN m r y = 3,3 cm M r = 374,95 KN m J = 9,953 cm 4 r ts = 39,2 mm Cw = ,9 cm 6 Panjang tidak terkekang lateral = 4 m Elastisitas bahan = MPa Tegangan leleh bahan = 250 MPa a. Mencari faktor B 2 untuk pengaruh P-Δ pada struktur 1 = 1 99
42 = = ,1 10 (1 4000) = 8885,97 =, Pnt = gaya aksial setiap kombinasi pembebanan b. Klasifikasi Penampang 1/2b f /t f = 8,33 < λ pf = 0,38(E/Fy) 1/2 = 10,748 ( Sayap kompak) h/t w = 46,15 < λ pw = 3,76 (E/Fy) 1/2 = 106,349 ( Badan kompak) Maka, Profil 300x150x6,5x9 termasuk klasifikasi kompak c. Kapasitas balok terhadap momen sumbu x Lb = 4 m L p L r = 1,64 m = 4,862 m didapat Lb < Lp < Lr, sehingga M n = [ ( )] = 236,31 knm ϕ M n = 0,9 x 236,31 = 212,679 KN m Mux = 0,049 knm < ϕ M n = 212,679 knm (OK) d. Kapasitas balok terhadap momen sumbu y ϕ M n = 0,9. Z y. f y = 0,9 x 104,23 x. 250 = 23,4518 KNm Muy = 17,821 knm < ϕ M n = 23,4518 knm (OK) 100
43 e. Kapasitas balok terhadap tekan - Tegangan Kritis Tekuk Lentur λ =. < 4,71 =., < 4,71 = 121,2 < 133,219 f e = =,., = 134,214 MPa, 1,863 f cr = 0,658. f y = 114,644 MPa - Tegangan Kritis Tekuk - Puntir = ( ) 1 balok Jepit-Jepit, Maka K z L = KL = 280,205, 0,892 f cr = 0,658. f y = 172,092 MPa F cr tekuk-puntir > f cr tekuk lentur, maka tekuk yang terjadi tekuk lentur ϕpn = 0,9 x f cr x A = 0,9 x 114,644 x 4678 = 482,672 KN 101
44 f. Menghitung Capacity Ratio - Jika 0,2 ϕpn 8 9 ϕmnx ϕmny 1 - Jika < 0,2 2ϕPn ϕmnx ϕmny 1 Tabel nilai capacity ratio yang diperoleh dapat dilihat di Lampiran A Tabel A9. Dari Tabel A9, diperoleh Capacity ratio maximum adalah 0,779 < 1 (OK) No. Profil Capacity Status Ratio x 150 x 6,5 x 9 0,788 OK x 150 x 6,5 x 9 0,396 OK g. Kuat Geser Nominal Tabel 4.14 Resume gaya geser V2, kn V3, kn V max 0,024 1,74E-06 V min -6E-16-6,8E-08 Kontrol terhadap geser ϕv n = 0,9. 0,6. A w. f y = 0,9. 0, = 247,455 KN > 0,024 ( OK ) 102
45 Balok 250 x 125 x 6 x 9, ( A = 37,66 cm 2 ) I x = 4050 cm 4 Z x = 351,86 cm 3 I y = 294 cm 4 Z y = 72,4 cm 3 S x = 324 cm 3 L p = 1,391 m S y = 47cm 3 L r = 4,351 m r x = 10,37 cm M p = 87,965 KN m r y = 2,8 cm M r = 208,8 KN m J = 7,81 cm 4 r ts = 33,1 mm Cw = 42689,5 cm 6 Panjang tidak terkekang lateral = 2 m Elastisitas bahan = MPa Tegangan leleh bahan = 250 MPa a. Mencari faktor B 2 untuk pengaruh P-Δ pada struktur 1 = 1 = = ,5 10 (1 2000) = 19965,69 =, Pnt = gaya aksial setiap kombinasi pembebanan b. Klasifikasi Penampang 1/2b f /t f = 6,94 < λ pf = 0,38(E/Fy) 1/2 = 10,748 ( Sayap kompak) h/t w = 41,67 < λ pw = 3,76 (E/Fy) 1/2 = 106,349 ( Badan kompak) Maka, Profil 250x125x6x9 termasuk klasifikasi kompak c. Kapasitas balok terhadap momen sumbu x Lb = 2 m L p L r = 1,391 m = 4,351 m 103
46 didapat Lb < Lp < Lr, sehingga M n = [ ( )] = 112,826 knm ϕ M n = 0,9 x 112,826 = 101,543 KN m Mux = 0,0503 knm < ϕ M n = 101,543 knm (OK) d. Kapasitas balok terhadap momen sumbu y ϕ M n = 0,9. Z y. f y = 0,9 x 72,4 x. 250 = 16,29 KNm Muy = 3,752 knm < ϕ M n = 16,29 knm (OK) e. Kapasitas balok terhadap tekan - Tegangan Kritis Tekuk Lentur λ =. < 4,71 =., < 4,71 = 71,68 < 133,219 f e = =,., = 383,741 MPa, 0,651 f cr = 0,658. f y = 190,334 MPa - Tegangan Kritis Tekuk - Puntir = ( ) 1 104
47 balok Jepit-Jepit, Maka K z L = KL = 294,659, 0,848 f cr = 0,658. f y = 175,273 MPa F cr tekuk-puntir < f cr tekuk lentur, maka tekuk yang terjadi tekuk puntir ϕpn = 0,9 x f cr x A = 0,9 x 175,273 x 3766 = 594,071 KN f. Menghitung Capacity Ratio - Jika 0,2 ϕpn 8 9 ϕmnx ϕmny 1 - Jika < 0,2 2ϕPn ϕmnx ϕmny 1 Tabel nilai capacity ratio yang diperoleh dapat dilihat di Lampiran A Tabel A10. Dari Tabel A10, diperoleh Capacity ratio maximum adalah 0,2297 < 1 (OK) No. Profil Capacity Status Ratio x 125 x 6 x 9 0,2297 OK x 125 x 6 x 9 0,1531 OK 105
48 g. Kuat Geser Nominal Tabel 4.15 Resume gaya geser Balok 250 x 125 x 6 x 9 V2, kn V3, kn V max 0,048 6,73E-07 V min -1,1E-13-2,5E-16 Kontrol terhadap geser ϕv n = 0,9. 0,6. A w. f y = 0,9. 0, = 247,455 KN > 0,048 ( OK ) 106
49 Tabel 4.16 Hasil Capacity Ratio untuk Effective Length Method N0 Profil Capacity Ratio Status x 350 x 12 x 19 0,437 OK x 350 x 12 x 19 0,3996 OK x 350 x 12 x 19 0,447 OK x 350 x 12 x 19 0,453 OK Kolom x 300 x 10 x 15 0,362 OK x 300 x 10 x 15 0,314 OK x 300 x 10 x 15 0,341 OK x 300 x 10 x 15 0,391 OK x 175 x 11 x 17 0,806 OK x 175 x 11 x 17 0,462 OK Balok x 150 x 6,5 x 9 0,788 OK x 150 x 6,5 x 9 0,396 OK x 125 x 6 x 9 0,2297 OK x 125 x 6 x 9 0,153 OK 107
50 4.7. Perbandingan Direct Analysis Method dengan Effective Length Method Hasil Capacity ratio dari kedua metode baik Direct Analysis Method (DAM) maupun Effective Length Method (ELM) dari table 4.15 dan tabel 4.26 akan diperbandingkan pada tabel 4.27 berikut ini: Tabel 4.17 Perbandingan Capacity Ratio DAM dengan ELM No 1 Profil DAM Capacity Ratio ELM Capacity Ratio % Selisih 350 x 350 x 12 x x 350 x 12 x x 350 x 12 x x 350 x 12 x Kolom x 300 x 10 x x 300 x 10 x x 300 x 10 x x 300 x 10 x x 175 x 11 x x 175 x 11 x x 150 x 6,5 x ,45 Balok x 150 x 6,5 x , x 125 x 6 x x 125 x 6 x ,73 Dari tabel 4.17 dapat dilihat bahwa rata-rata capacity ratio metode Direct Analysis Method lebih kecil dibandingkan dengan capacity ratio Effective Length Method, Hanya elemen no. 11,13,dan 14 dimana capacity ratio DAM lebih kecil daripada Effective Length Method dimana elemen tersebut merupakan balok 300x150x6,5x9 dan balok 250x125x6 x9. % Selisih terkecil terdapat pada balok 11 (balok 300x150 6,5x9) yaitu 1,45 %dan % selisih terbesar terdapat pada balok 14 ( balok 250x125x6x9 ) yaitu 47,73 %. Penulis juga mendapatkan suatu kesimpulan, bahwa Direct Analysis Method merupakan metode yang lebih ekonomis dari segi ukuran prodil jika dibandingkan dengan Effective Length Method. Hal ini dikarenakan nilai capacity ratio Direct 108
51 Analysis Method lebih kecil daripada Effective Length Method. Hal ini juga sesuai dengan hipotesa dan referensi-referensi penulis terutama dari karya tulis Bapak Wiryanto Dewobroto yang menyatakan bahwa Direct Analysis Method lebih hemat karena kapasitas profil yang lebih tinggi. Selain itu, Direct Analysis Method memperhitungkan efek orde kedua dengan bantuan perangkat lunak, yakni SAP2000. Sedangkan Effective Length Method memperhitungkan efek orde kedua dengan menggunakan cara pendekatan saja yaitu faktor B1 dan B2. Perhitungan nilai factor panjang efektif pada Direct Analysis Method tidak perlu dilakukan lagi, sedangkan untuk Effective Length Method harus dilakukan perhitungan panjang efektif kolom, seperti menggunakan nomogram atau rumus Vinnakota Direct Analysis Method merupakan metode perencanaan stabilitas struktur yang lebih sederhana dibandingkan dengan Effective Length Method. 109
52 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari hasil perhitungn dan analisa yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Grafik Perbandingan Capacity Ratio Direct Analysis Method (DAM) dengan Effective Length Method (ELM) Capacity Ratio Capacity Ratio K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 B1 B2 B3 B4 B5 B6 Profil DAM ELM Gambar 5.1. Grafik Perbandingan Capacity Ratio DAM dengan ELM 2. Dari Gambar 5.1 diperoleh Hasil Capacity Ratio menggunakan Direct Analysis Method nilainya lebih kecil jika dibandingkan dengan cara lama, Effective Length Method dan Variasi % selisih antara Direct Analysis Method dengan Effective Length Method adalah 1,45 % - 47,73 %. 110
53 5.2. Saran Berdasarkan penulisan Tugas Akhir ini, beberapa saran yang dapat penulis berikan adalah sebagai berikut : 1. Melakukan input yang akurat pada perangkat lunak(sap2000) yang digunakan. 2. Perlu dilakukan analisa geoteknik untuk menentukan titik jepit sesungguhnya agar mendapatkan hasil perilaku yang sebenarnya. 111
BAB III METODOLOGI PERENCANAAN
BAB III METODOLOGI PERENCANAAN 3.1 Diagram Alir Mulai Data Eksisting Struktur Atas As Built Drawing Studi Literatur Penentuan Beban Rencana Perencanaan Gording Preliminary Desain & Penentuan Pembebanan
Lebih terperinciBAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi
BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN 4.1 Perencanaan Awal (Preliminary Design) Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi rencana struktur, yaitu pelat, balok dan kolom agar diperoleh
Lebih terperinciTUGAS AKHIR RUDINI SIRAIT
KAJIAN STABILITAS PADA STRUKTUR BAJA GEDUNG TINGGI DENGAN DIRECT ANALYSIS METHOD TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Syarat Penyelesaian Pendidikan Sarjana Teknik Sipil Disusun oleh : RUDINI SIRAIT 12
Lebih terperinciDESAIN BALOK SILANG STRUKTUR GEDUNG BAJA BERTINGKAT ENAM
DESAIN BALOK SILANG STRUKTUR GEDUNG BAJA BERTINGKAT ENAM Fikry Hamdi Harahap NRP : 0121040 Pembimbing : Ir. Ginardy Husada.,MT UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL BANDUNG
Lebih terperinciPERENCANAAN ELEMEN STRUKTUR BAJA BERDASARKAN SNI 1729:2015
PERENCANAAN ELEMEN STRUKTUR BAJA BERDASARKAN SNI 1729:2015 Fendy Phiegiarto 1, Julio Esra Tjanniadi 2, Hasan Santoso 3, Ima Muljati 4 ABSTRAK : Peraturan untuk perencanaan stuktur baja di Indonesia saat
Lebih terperinciPENGGAMBARAN DIAGRAM INTERAKSI KOLOM BAJA BERDASARKAN TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI ) MENGGUNAKAN MATLAB
PENGGAMBARAN DIAGRAM INTERAKSI KOLOM BAJA BERDASARKAN TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI 03-1729-2002) MENGGUNAKAN MATLAB R. Dhinny Nuraeni NRP : 0321072 Pembimbing : Ir. Ginardy
Lebih terperinciOleh : MUHAMMAD AMITABH PATTISIA ( )
Oleh : MUHAMMAD AMITABH PATTISIA (3109 106 045) Dosen Pembimbing: BUDI SUSWANTO, ST.,MT.,PhD. Ir. R SOEWARDOJO, M.Sc PROGRAM SARJANA LINTAS JALUR JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Lebih terperinciANALISIS KOLOM BAJA WF MENURUT TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG ( SNI ) MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL 2002
ANALISIS KOLOM BAJA WF MENURUT TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG ( SNI 03 1729 2002 ) MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL 2002 Maulana Rizki Suryadi NRP : 9921027 Pembimbing : Ginardy Husada
Lebih terperinciPENGARUH BRACING PADA PORTAL STRUKTUR BAJA
PENGARUH BRACING PADA PORTAL STRUKTUR BAJA (Studi Literatur) TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Tugas - Tugas dan Memenuhi Syarat Dalam Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil Disusun Oleh : ADVENT HUTAGALUNG
Lebih terperinciPERENCANAAN PORTAL BAJA 4 LANTAI DENGAN METODE PLASTISITAS DAN DIBANDINGKAN DENGAN METODE LRFD
PERENCANAAN PORTAL BAJA 4 LANTAI DENGAN METODE PLASTISITAS DAN DIBANDINGKAN DENGAN METODE LRFD TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan melengkapi syarat untuk menempuh Ujian Sarjana Teknik
Lebih terperinciPERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING TAHAN GEMPA
PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING TAHAN GEMPA Alderman Tambos Budiarto Simanjuntak NRP : 0221016 Pembimbing : Yosafat Aji Pranata, S.T.,M.T. JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KRISTEN
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM
TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Setrata I (S-1) Disusun oleh : NAMA : WAHYUDIN NIM : 41111110031
Lebih terperinciBAB III PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR
BAB III PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR 3.1. Pemodelan Struktur Pada tugas akhir ini, struktur dimodelkan tiga dimensi sebagai portal terbuka dengan penahan gaya lateral (gempa) menggunakan 2 tipe sistem
Lebih terperinciBAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan
BAB III METEDOLOGI PENELITIAN 3.1 Prosedur Penelitian Pada penelitian ini, perencanaan struktur gedung bangunan bertingkat dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan perhitungan,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PERENCANAAN
BAB III METODOLOGI PERENCANAAN 3.1. Diagram Alir Perencanaan Struktur Atas Baja PENGUMPULAN DATA AWAL PENENTUAN SPESIFIKASI MATERIAL PERHITUNGAN PEMBEBANAN DESAIN PROFIL RENCANA PERMODELAN STRUKTUR DAN
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG
BAB IV ANALISIS PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG Bab IV Analisis Perencanaan Struktur Gedung 4.1 Pembebanann Struktur Berdasarkan SNI-03-1729-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Struktur Bajaa untuk Bangunan
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN START. Pengumpulan data. Analisis beban. Standar rencana tahan gempa SNI SNI
6 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Tahapan Penelitian 1. Langkah-langkah Penelitian Secara Umum Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam penelitian analisis komparasi antara SNI 03-176-00 dan SNI 03-176-01
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PERENCANAAN
BAB III METODOLOGI PERENCANAAN 3.1 Bagan Alir Perencanaan Ulang Bagan alir (flow chart) adalah urutan proses penyelesaian masalah. MULAI Data struktur atas perencanaan awal, As Plan Drawing Penentuan beban
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci : Gedung Parkir, Struktur Baja, Dek Baja Gelombang
ABSTRAK Dalam tugas akhir ini memuat perancangan struktur atas gedung parkir Universitas Udayana menggunakan struktur baja. Perencanaan dilakukan secara fiktif dengan membahas perencanaan struktur atas
Lebih terperinciBAB IV ANALISA STRUKTUR
BAB IV ANALISA STRUKTUR 4.1 Data-data Struktur Pada bab ini akan membahas tentang analisa struktur dari struktur bangunan yang direncanakan serta spesifikasi dan material yang digunakan. 1. Bangunan direncanakan
Lebih terperinciBAB III METODELOGI PENELITIAN
BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Pendahuluan Pada penelitian ini, Analisis kinerja struktur bangunan bertingkat ketidakberaturan diafragma diawali dengan desain model struktur bangunan sederhanan atau
Lebih terperinciPERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BERATURAN TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450
PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BERATURAN TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI 03-1726-2002 DAN FEMA 450 Calvein Haryanto NRP : 0621054 Pembimbing : Yosafat Aji Pranata, S.T.,M.T. JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS
Lebih terperinciPLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder
PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder Dalam penggunaan profil baja tunggal (seperti profil I) sebagai elemen lentur jika ukuran profilnya masih belum cukup memenuhi karena gaya dalam (momen dan gaya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENULISAN Umumnya, pada masa lalu semua perencanaan struktur direncanakan dengan metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan dipikul
Lebih terperinciDAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI LEMBAR PERYATAAN ORIGINALITAS LAPORAN LEMBAR PERSEMBAHAN INTISARI ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR
Lebih terperinciBAB IV PERENCANAAN AWAL (PRELIMINARY DESIGN)
BB IV PERENCNN WL (PRELIMINRY DESIGN). Prarencana Pelat Beton Perencanaan awal ini dimaksudkan untuk menentukan koefisien ketebalan pelat, α yang diambil pada s bentang -B, mengingat pada daerah sudut
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1. Perhitungan Balok Existing WI = WF-400x200x8x13 (tabel baja) mm mm
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Preliminary Desain 4.1.1 Perencanaan Dimensi Balok 1. Perhitungan Balok Existing WI = WF-400x200x8x13 (tabel baja) ht bf tw tf r A 400.00 mm 200.00 mm 8.00 mm 13.00
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Permasalahan utama yang dihadapi dalam perencanaan gedung bertingkat tinggi
BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Umum Permasalahan utama yang dihadapi dalam perencanaan gedung bertingkat tinggi adalah masalah kekakuan dari struktur. Pada prinsipnya desain bangunan gedung bertingkat
Lebih terperinciBAB II STUDI PUSTAKA
BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Metode Desain LRFD dengan Analisis Elastis o Kuat rencana setiap komponen struktur tidak boleh kurang dari kekuatan yang dibutuhkan yang ditentukan berdasarkan kombinasi pembebanan
Lebih terperinciSoal 2. b) Beban hidup : beban merata, w L = 45 kn/m beban terpusat, P L3 = 135 kn P1 P2 P3. B C D 3,8 m 3,8 m 3,8 m 3,8 m
Soal 2 Suatu elemen struktur sebagai balok pelat berdinding penuh (pelat girder) dengan ukuran dan pembebanan seperti tampak pada gambar di bawah. Flens tekan akan diberi kekangan lateral di kedua ujung
Lebih terperinciPERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450
PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI 02-1726-2002 DAN FEMA 450 Eben Tulus NRP: 0221087 Pembimbing: Yosafat Aji Pranata, ST., MT JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciHenny Uliani NRP : Pembimbing Utama : Daud R. Wiyono, Ir., M.Sc Pembimbing Pendamping : Noek Sulandari, Ir., M.Sc
PERENCANAAN SAMBUNGAN KAKU BALOK KOLOM TIPE END PLATE MENURUT TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI 03 1729 2002) MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL 2002 Henny Uliani NRP : 0021044 Pembimbing
Lebih terperinciBAB 5 ANALISIS. Laporan Tugas Akhir Semester II 2006/ UMUM
BAB 5 ANALISIS 5.1 UMUM Setelah semua perhitungan elemen kolom dimasukkan pada tahap pengolahan data, maka tahap berikutnya yaitu tahap analisis. Tahap analisis merupakan tahap yang paling penting dalam
Lebih terperinciPERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK BIASA DAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK KHUSUS TIPE-X TUGAS AKHIR
PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK BIASA DAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK KHUSUS TIPE-X TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan Tahap Sarjana pada
Lebih terperinciAnalisis Perilaku Struktur Pelat Datar ( Flat Plate ) Sebagai Struktur Rangka Tahan Gempa BAB III STUDI KASUS
BAB III STUDI KASUS Pada bagian ini dilakukan 2 pemodelan yakni : pemodelan struktur dan juga pemodelan beban lateral sebagai beban gempa yang bekerja. Pada dasarnya struktur yang ditinjau adalah struktur
Lebih terperinciAPLIKASI SAP2000 UNTUK PEMBEBANAN GEMPA STATIS DAN DINAMIS DALAM PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BAJA
APLIKASI SAP2000 UNTUK PEMBEBANAN GEMPA STATIS DAN DINAMIS DALAM PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BAJA TUGAS AKHIR Oleh : Made Hendra Prayoga (1104105132) JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. kestabilan struktur dalam menahan segala pembebanan yang dikenakan padanya,
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka. Dalam merancang suatu struktur bangunan harus diperhatikan kekakuan, kestabilan struktur dalam menahan segala pembebanan yang dikenakan padanya, serta bagaimana
Lebih terperinciSTUDI PERBANDINGAN STRESS RATIO DENGAN ELM (EFFECTIVE LENGTH METHOD) DAN DAM (DIRECT ANALYSIS METHOD) BANGUNAN WORKSHOP PADA PROYEK DI CIREBON
STUDI PERBANDINGAN STRESS RATIO DENGAN ELM (EFFECTIVE LENGTH METHOD) DAN DAM (DIRECT ANALYSIS METHOD) BANGUNAN WORKSHOP PADA PROYEK DI CIREBON Eryana Raflesia 1*, Hidayat Mughnie 2 1,2 Jurusan Teknik Sipil,
Lebih terperinciPERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA. Oleh : LEONARDO TRI PUTRA SIRAIT NPM.
PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PERANCANGAN. 3.1 Diagram Alir Perancangan Struktur Atas Bangunan. Skematik struktur
BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1 Diagram Alir Perancangan Struktur Atas Bangunan MULAI Skematik struktur 1. Penentuan spesifikasi material Input : 1. Beban Mati 2. Beban Hidup 3. Beban Angin 4. Beban
Lebih terperinciL p. L r. L x L y L n. M c. M p. M g. M pr. M n M nc. M nx M ny M lx M ly M tx. xxi
DAFTAR SIMBOL a tinggi balok tegangan persegi ekuivalen pada diagram tegangan suatu penampang beton bertulang A b luas penampang bruto A c luas penampang beton yang menahan penyaluran geser A cp luasan
Lebih terperinciANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR FLAT PLATE BETON BERTULANG UNTUK GEDUNG EMPAT LANTAI TAHAN GEMPA
ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR FLAT PLATE BETON BERTULANG UNTUK GEDUNG EMPAT LANTAI TAHAN GEMPA Helmi Kusuma NRP : 0321021 Pembimbing : Daud Rachmat Wiyono, Ir., M.Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
Lebih terperinciBAB I. Perencanaan Atap
BAB I Perencanaan Atap 1. Rencana Gording Data perencanaan atap : Penutup atap Kemiringan Rangka Tipe profil gording : Genteng metal : 40 o : Rangka Batang : Kanal C Mutu baja untuk Profil Siku L : BJ
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Studi kasus pada penyusunan Tugas Akhir ini adalah perancangan gedung
BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1 Data Perencanaan Studi kasus pada penyusunan Tugas Akhir ini adalah perancangan gedung bertingkat 5 lantai dengan bentuk piramida terbalik terpancung menggunakan struktur
Lebih terperinciPLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder
PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder Dalam penggunaan profil baja tunggal (seperti profil I) sebagai elemen lentur jika ukuran profilnya masih belum cukup memenuhi karena gaya dalam (momen dan gaya
Lebih terperinciPEMODELAN STRUKTUR RANGKA BAJA DENGAN BALOK BERLUBANG
PEMODELAN STRUKTUR RANGKA BAJA DENGAN BALOK BERLUBANG TUGAS AKHIR Oleh : Komang Haria Satriawan NIM : 1104105053 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2015 NPERNYATAAN Yang bertanda
Lebih terperinciBAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan
BAB 2 DASAR TEORI 2.1. Dasar Perencanaan 2.1.1 Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun
Lebih terperinciPERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :
PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : KEVIN IMMANUEL
Lebih terperinciBAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan
3 BAB DASAR TEORI.1. Dasar Perencanaan.1.1. Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Pada penelitian ini, data teknis yang digunakan adalah data teknis dari struktur bangunan gedung Binus Square. Berikut adalah parameter dari komponen
Lebih terperinciBAB IV PERMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR
BAB IV PERMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR 4.1 Permodelan Elemen Struktur Di dalam tugas akhir ini permodelan struktur dilakukan dalam 2 model yaitu model untuk pengecekan kondisi eksisting di lapangan dan
Lebih terperinciPERBANDINGAN PERILAKU ANTARA STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN (SRPM) DAN STRUKTUR RANGKA BRESING KONSENTRIK (SRBK) TIPE X-2 LANTAI
PERBANDINGAN PERILAKU ANTARA STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN (SRPM) DAN STRUKTUR RANGKA BRESING KONSENTRIK (SRBK) TIPE X-2 LANTAI TUGAS AKHIR Oleh : I Gede Agus Krisnhawa Putra NIM : 1104105075 JURUSAN TEKNIK
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal
BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Analisis Penopang 3.1.1. Batas Kelangsingan Batas kelangsingan untuk batang yang direncanakan terhadap tekan dan tarik dicari dengan persamaan dari Tata Cara Perencanaan Struktur
Lebih terperinciBAB IV PEMODELAN STRUKTUR
BAB IV PEMODELAN STRUKTUR Pada bagian ini akan dilakukan proses pemodelan struktur bangunan balok kolom dan flat slab dengan menggunakan acuan Peraturan SNI 03-2847-2002 dan dengan menggunakan bantuan
Lebih terperinciANALISIS DAN DESAIN PADA STRUKTUR BAJA DENGAN SISTEM RANGKA BRESING KONSENTRIK BIASA (SRBKB) DAN SISTEM RANGKA BRESING KONSENTRIK KHUSUS (SRBKK)
ANALISIS DAN DESAIN PADA STRUKTUR BAJA DENGAN SISTEM RANGKA BRESING KONSENTRIK BIASA (SRBKB) DAN SISTEM RANGKA BRESING KONSENTRIK KHUSUS (SRBKK) ROSINDO NRP : 0821060 Pembimbing : Ir. GINARDY HUSADA, M.T
Lebih terperinciPERANCANGAN STRUKTUR ATAS STUDENT PARK APARTMENT SETURAN YOGYAKARTA
PERANCANGAN STRUKTUR ATAS STUDENT PARK APARTMENT SETURAN YOGYAKARTA Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh: Cinthya Monalisa
Lebih terperinciSTUDI PERBANDINGAN PERENCANAAN STRUKTUR BAJA MENGGUNAKAN PROFIL BIASA DAN PROFIL KASTELA PADA PROYEK GEDUNG PGN DI SURABAYA.
EXTRAPOLASI Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya P-ISSN: 1693-8259 Desember 2015, Vol. 8 No. 2, hal. 207-216 STUDI PERBANDINGAN PERENCANAAN STRUKTUR BAJA MENGGUNAKAN PROFIL BIASA DAN PROFIL KASTELA PADA
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Struktur Akibat Gaya Gempa Beban gempa adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada gedung tersebut atau bagian dari gedung tersebut yang menirukan pengaruh
Lebih terperinciBAB III STUDI KASUS 3.1 UMUM
BAB III STUDI KASUS 3.1 UMUM Tahap awal adalah pemodelan struktur berupa desain awal model, yaitu menentukan denah struktur. Kemudian menentukan dimensi-dimensi elemen struktur yaitu balok, kolom dan dinding
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan sistem struktur penahan gempa ganda, sistem pemikul momen dan sistem
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis sistem struktur penahan gempa yang menggunakan sistem struktur penahan gempa ganda, sistem pemikul momen dan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan
BAB III LANDASAN TEORI A. Pembebanan Dalam perancangan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku sehingga diperoleh suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi. Struktur
Lebih terperinciLEMBAR PENGESAHAN Tugas Akhir Sarjana Strata Satu (S-1)
LEMBAR PENGESAHAN Tugas Akhir Sarjana Strata Satu (S-1) PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG B POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG Oleh: Sonny Sucipto (04.12.0008) Robertus Karistama (04.12.0049) Telah diperiksa dan
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG
TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil
Lebih terperinciBAB III PEMODELAN STRUKTUR
BAB III Dalam tugas akhir ini, akan dilakukan analisis statik ekivalen terhadap struktur rangka bresing konsentrik yang berfungsi sebagai sistem penahan gaya lateral. Dimensi struktur adalah simetris segiempat
Lebih terperinciPERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERHOTELAN DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS (SRPMK) DI KOTA PADANG
PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERHOTELAN DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS (SRPMK) DI KOTA PADANG PENDAHULUAN Pesatnya perkembangan akan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka akan selalu ada pembangunan.
Lebih terperinciPerbandingan perencanaan struktur berdasarkan SNI dan SNI 1726:2012 (Studi Kasus : Apartemen Malioboro City Yogyakarta) 1
Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 9 Agustus 6 Perbandingan perencanaan struktur berdasarkan SNI 3-76- dan SNI 76: (Studi Kasus : Apartemen Malioboro City Yogyakarta) Achmad Hambali,
Lebih terperincih 2 h 1 PERHITUNGAN KOLOM LENTUR DUA ARAH (BIAXIAL ) A. DATA BAHAN B. DATA PROFIL BAJA C. DATA KOLOM KOLOM PADA PORTAL BANGUNAN
PERHITUNGAN KOLOM LENTUR DUA ARAH (BIAXIAL ) KOLOM PADA PORTAL BANGUNAN A. DATA BAHAN [C]2011 : M. Noer Ilham Tegangan leleh baja (yield stress ), f y = 240 MPa Tegangan sisa (residual stress ), f r =
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Prosedur Penelitian Untuk mengetahui penelitian mengenai pengaruh tingkat redundansi pada sendi plastis perlu dipersiapkan tahapan-tahapan untuk memulai proses perancangan,
Lebih terperinciTUGAS AKHIR RC
TUGAS AKHIR RC09-1380 MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG OFFICE BLOCK PEMERINTAHAN KOTA BATU MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON AMANDA KHOIRUNNISA 3109 100 082 DOSEN PEMBIMBING IR. HEPPY KRISTIJANTO,
Lebih terperinciStruktur Baja 2. Kolom
Struktur Baja 2 Kolom Perencanaan Berdasarkan LRFD (Load and Resistance Factor Design) fr n Q i i R n = Kekuatan nominal Q = Beban nominal f = Faktor reduksi kekuatan = Faktor beban Kombinasi pembebanan
Lebih terperinciLAPORAN PERHITUNGAN STRUKTUR
LAPORAN PERHITUNGAN STRUKTUR Disusun oleh : Irawan Agustiar, ST DAFTAR ISI DATA PEMBEBANAN METODE PERHITUNGAN DAN SPESIFIKASI TEKNIS A. ANALISA STRUKTUR 1. Input : Bangunan 3 lantai 2 Output : Model Struktur
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemilihan Struktur Desain struktur harus memperhatikan beberapa aspek, diantaranya : Aspek Struktural ( kekuatan dan kekakuan struktur) Aspek ini merupakan aspek yang
Lebih terperinciANALISIS STRUKTUR BETON BERTULANG KOLOM PIPIH PADA GEDUNG BERTINGKAT
ANALISIS STRUKTUR BETON BERTULANG KOLOM PIPIH PADA GEDUNG BERTINGKAT Steven Limbongan Servie O. Dapas, Steenie E. Wallah Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado Email: limbongansteven@gmail.com
Lebih terperinciBAB V ANALISIS KAPASITAS DUKUNG FONDASI TIANG BOR
31 BAB V ANALISIS KAPASITAS DUKUNG FONDASI TIANG BOR 5.1 DATA STRUKTUR Apartemen Vivo terletak di seturan, Yogyakarta. Gedung ini direncanakan terdiri dari 9 lantai. Lokasi proyek lebih jelas dapat dilihat
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. terjadinya distribusi gaya. Biasanya untuk alasan efisiensi waktu dan efektifitas
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Umum Pada gedung bertingkat perlakuan stmktur akibat beban menyebabkan terjadinya distribusi gaya. Biasanya untuk alasan efisiensi waktu dan efektifitas pekerjaan dilapangan, perencana
Lebih terperinciDESAIN TAHAN GEMPA BETON BERTULANG PENAHAN MOMEN MENENGAH BERDASARKAN SNI BETON DAN SNI GEMPA
DESAIN TAHAN GEMPA BETON BERTULANG PENAHAN MOMEN MENENGAH BERDASARKAN SNI BETON 03-2847-2002 DAN SNI GEMPA 03-1726-2002 Rinto D.S Nrp : 0021052 Pembimbing : Djoni Simanta,Ir.,MT FAKULTAS TEKNIK JURUSAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman secara kontruksi. Struktur
Lebih terperinciPERHITUNGAN GORDING DAN SAGROD
PERHITUNGAN GORDING DAN SAGROD A. DATA BAHAN [C]2011 : M. Noer Ilham Tegangan leleh baja (yield stress ), f y = 240 MPa Tegangan tarik putus (ultimate stress ), f u = 370 MPa Tegangan sisa (residual stress
Lebih terperinciKata kunci: Balok, bentang panjang, beton bertulang, baja berlubang, komposit, kombinasi, alternatif, efektif
ABSTRAK Ballroom pada Hotel Mantra di Sawangan Bali terbuat dari beton bertulang. Panjang bentang bangunan tersebut 16 meter dengan tinggi balok mencapai 1 m dan tinggi bangunan 5,5 m. Diatas ballroom
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Perencanaan Umum 3.1.1 Komposisi Bangunan Pada skripsi kali ini perencanaan struktur bangunan ditujukan untuk menggunakan analisa statik ekuivalen, untuk itu komposisi bangunan
Lebih terperinciSTUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( )
TUGAS AKHIR STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7 Oleh : RACHMAWATY ASRI (3109 106 044) Dosen Pembimbing: Budi Suswanto, ST. MT. Ph.D
Lebih terperinciPERENCANAAN GEDUNG HOTEL 4 LANTAI & 1 BASEMENT DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH GEMPA 4
PERENCANAAN GEDUNG HOTEL 4 LANTAI & 1 BASEMENT DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH GEMPA 4 Naskah Publikasi Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil Diajukan Oleh
Lebih terperinciPERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN
TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN Merupakan Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Lebih terperinciBAB III METODE DESAIN DAN PERENCANAAN RANGKA BALOK BAJA
BAB III METODE DESAIN DAN PERENCANAAN RANGKA BALOK BAJA 3.1 Diagram Alir Perencanaan Kuda kuda Mulai KUDA KUDA TYPE 1 KUDA KUDA TYPE 2 KUDA KUDA TYPE 3 PRE/DESIGN GORDING PEMBEBANAN PRE/DESIGN GORDING
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS STRUKTUR ( MENGGUNAKAN LANTAI BETON BONDECK ) Sebuah gedung perhotelan 9 lantai direncanakan dengan struktur baja.
BAB IV ANALISIS STRUKTUR ( MENGGUNAKAN LANTAI BETON BONDECK ) 4.1. Pemodelan Struktur 4.1.1. Sistem Struktur Sebuah gedung perhotelan 9 lantai direncanakan dengan struktur baja. Gedung tersebut terletak
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN SKRIPSI
BAB III METODE PENELITIAN SKRIPSI KAJIAN PERBANDINGAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA DENGAN MENGGUNAKAN BEKISTING BAJA TERHADAP METODE KONVENSIONAL DARI SISI METODE KONSTRUKSI DAN KEKUATAN STRUKTUR IRENE MAULINA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Pendahuluan Permasalahan Yang Akan Diteliti 7
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR LEMBAR MOTTO LEMBAR PERSEMBAHAN DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR NOTASI ABSTRAKSI i ii iii v vi x xi xjv xv xjx BAB I PENDAHULUAN 1
Lebih terperinciTugas Besar Struktur Bangunan Baja 1. PERENCANAAN ATAP. 1.1 Perhitungan Dimensi Gording
1.1 Perhitungan Dimensi Gording 1. PERENCANAAN ATAP 140 135,84 cm 1,36 m. Direncanakan gording profil WF ukuran 100x50x5x7 A = 11,85 cm 2 tf = 7 mm Zx = 42 cm 2 W = 9,3 kg/m Ix = 187 cm 4 Zy = 4,375 cm
Lebih terperinciBAB V ANALISA STRUKTUR PRIMER
BAB V ANALISA STRUKTUR PRIMER PEMBEBANAN GRAVITASI Beban Mati Pelat lantai Balok & Kolom Dinding, Tangga, & Lift dll Beban Hidup Atap : 100 kg/m2 Lantai : 250 kg/m2 Beban Gempa Kategori resiko bangunan
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Tata Langkah Penelitian. Tata langkah yang akan dilakasanakan dapat dilihat pada bagan alir di bawah ini : Mulai
53 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Tata Langkah Penelitian Tata langkah yang akan dilakasanakan dapat dilihat pada bagan alir di bawah ini : Mulai Rumusan Masalah Topik Pengumpulan data sekunder : 1. Mutu
Lebih terperincifc ' = 2, MPa 2. Baja Tulangan diameter < 12 mm menggunakan BJTP (polos) fy = 240 MPa diameter > 12 mm menggunakan BJTD (deform) fy = 400 Mpa
Peraturan dan Standar Perencanaan 1. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa untuk Gedung SNI - PPTGIUG 2000 2. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Gedung SKSNI 02-2847-2002 3. Tata Cara Perencanaan Struktur
Lebih terperinciDESAIN STRUKTUR JEMBATAN RANGKA BAJA BENTANG 80 METER BERDASARKAN RSNI T ABSTRAK
DESAIN STRUKTUR JEMBATAN RANGKA BAJA BENTANG 80 METER BERDASARKAN RSNI T-03-2005 Retnosasi Sistya Yunisa NRP: 0621016 Pembimbing: Ir. Ginardy Husada, MT. ABSTRAK Jembatan rangka baja merupakan salah satu
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ISI Halaman Judul i Pengesahan ii Persetujuan iii Surat Pernyataan iv Kata Pengantar v DAFTAR ISI vii DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR xiv DAFTAR NOTASI xviii DAFTAR LAMPIRAN xxiii ABSTRAK xxiv ABSTRACT
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Berfikir Sengkang merupakan elemen penting pada kolom untuk menahan beban gempa. Selain menahan gaya geser, sengkang juga berguna untuk menahan tulangan utama dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Data Objek Penelitian 3.1.1 Lokasi Objek Penelitian Struktur bangunan yang dijadikan sebagai objek penelitian adalah Gedung GKB-4 Universitas Muhammadiyah Malang. Gedung berlokasi
Lebih terperinciDAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²)
DAFTAR NOTASI A cp Acv Ag An Atp Al Ao Aoh As As At Av b = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas bruto penampang
Lebih terperinciPERHITUNGAN BALOK DENGAN PENGAKU BADAN
PERHITUNGAN BALOK DENGAN PENGAKU BADAN A. DATA BAHAN [C]2011 : M. Noer Ilham Tegangan leleh baja (yield stress ), f y = 240 MPa Tegangan sisa (residual stress ), f r = 70 MPa Modulus elastik baja (modulus
Lebih terperinciBAB V ANALISIS PEMBEBANAN
BAB V ANALISIS PEMBEBANAN Analisis pembebanan pada penelitian ini berupa beban mati, beban hidup, beban angin dan beban gempa. 3,5 m 3,5 m 3,5 m 3,5 m 3,5 m 3,5 m 4,5 m 3,25 m 4,4 m 4,45 m 4 m Gambar 5.1.
Lebih terperinciPERANCANGAN ULANG STRUKTUR GEDUNG BANK MODERN SOLO
PERANCANGAN ULANG STRUKTUR GEDUNG BANK MODERN SOLO Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : Heroni Wibowo Prasetyo NPM :
Lebih terperinciPERANCANGAN ULANG STRUKTUR ATAS GEDUNG PERKULIAHAN FMIPA UNIVERSITAS GADJAH MADA
PERANCANGAN ULANG STRUKTUR ATAS GEDUNG PERKULIAHAN FMIPA UNIVERSITAS GADJAH MADA Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh
Lebih terperinci