21 KERANGKA PEMIKIRAN Ketahanan pangan rumahtangga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah karakteristik rumahtangga (meliputi ukuran rumahtangga, pendidikan kepala dan ibu rumahtangga, dan akses pangan termasuk dukungan sosial dan pengetahuan gizi), food coping strategy, jaringan sosial masyarakat, dan konsumsi rumahtangga. Pada penelitian ini hanya akan memeriksa pengaruh beberapa variabel yaitu ukuran rumahtangga, pendidikan kepala rumahtangga dan ibu rumahtangga, pengeluaran rumahtangga, akses pangan dan tingkat konsumsi rumahtangga. Variabel-veriabel ini akan dianalisis seberapa besar pengaruhnya terhadap ketahanan pangan keluarga. Tingkat pendidikan kepala rumahtangga mempengaruhi ketahanan pangan secara tidak langsung, hal ini dapat dilihat jika kepala rumahtangga memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi maka kemungkinan kepala rumahtangga tersebut memperoleh pekerjaan yang layak cukup besar. Hal ini akan berdampak pada perolehan pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Besar rumahtangga mempengaruhi ketahanan pangan rumahtangga, karena semakin besar rumahtangga tersebut maka resiko terjadinya kerawanan pangan dalam suatu rumahtangga akan semakin besar. Hal ini dikarenakan semakin banyak kebutuhan yang harus dipenuhi oleh rumahtangga tersebut, baik kebutuhan pangan maupun kebutuhan non-pangan. Akses terhadap pangan penting dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan rumahtangga. Akses pangan terdiri dari akses fisik, akses ekonomi dan akses sosial. Akses sosial termasuk didalamnya pengetahuan gizi ibu dan dukungan sosial. Pengetahuan gizi terkait dengan keputusan ibu dalam memilih jenis dan jumlah pangan yang akan dikonsumsi untuk anggota rumahtangga, semakin baik pengetahuan gizi ibu maka ketahanan pangan rumahtangga dapat dicapai. Dukungan sosial yang baik akan dapat memperkecil peluang suatu rumahtangga mengalami kerawanan pangan, karena adanya bantuan dari tetangga dalam upaya pemenuhan kebutuhan, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan emosional. Diantara variabel-variabel diatas, variabel sosial ekonomi rumahtangga akan mempengaruhi akses terhadap pangan. Bila akses terhadap pangan dapat tercapai dengan baik maka suatu rumahtangga dapat memenuhi kebutuhan pangan, sehingga tingkat konsumsi rumahtangga dapat terpenuhi. Tingkat
22 konsumsi merupakan salahsatu indikator pengukuran tingkat ketahanan pangan. Dengan demikian, bila tingkat konsumsi rumahtangga sudah terpenuhi maka dapat diketahui tingkat ketahahan pangan suatu rumahtangga adalah tahan pangan, begitupun sebaliknya. Bila tingkat konsumsi rumahtangga tidak terpenuhi maka rumahtangga tersebut berpeluang mengalami kerawanan pangan bahkan ketidaktahanan pangan.
23 Karakteristik Sosial Ekonomi : 1. Besar Rumahtangga 2. Pendidikan Kepala dan Ibu Rumahtangga 3. Kepemilikan Lahan Akses pangan : 1. akses ekonomi pengeluaran (pangan & nonpangan) 2. akses sosial pengetahuan gizi & dukungan sosial 3. Akses fisik ketersediaan warung Ketersediaan pangan Rumahtangga Konsumsi rumahtangga Ketahanan Pangan Rumahtangga Keterangan gambar Status Gizi : variabel yang diteliti : hubungan yang diteliti : variabel yang tidak diteliti : hubungan yang tidak diteliti Gambar 3 Kerangka pemikiran analisis jalur faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan rumahtangga di Kabupaten Lebak Banten
24 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan mengunakan desain cross Sectional study. Objek penelitian adalah Rumahtangga di wilayah Desa Pasindangan dan Desa Banjarsari Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive yaitu wilayah tipologi desa tipe 3 dan tipe 2 yaitu berturut-turut wilayah yang mempunyai tingkat kesejahteraan rendah yang memiliki potensi utama pertanian dan tingkat kesejahteraan tinggi yang memiliki potensi utama pertanian di wilayah Kabupaten Lebak Banten. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2009. Cara Penarikan Contoh Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian Model Penguatan Modal Komunitas Pertanian Dalam Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan Kelaparan yang dilaksanakan di Kabupaten Lebak, Banten. Penarikan contoh dilakukan secara purposive, yaitu Contoh berjumlah 110 rumahtangga. Setelah dilakukan cleaning contoh yang terambil sebanyak 101 rumahtangga dengan kriteria (1) pekerjaan utama kepala rumahtangga sebagai petani, (2) contoh mewakili populasi berdasarkan proporsi kepemilikan lahan, yaitu petani tidak memiliki lahan, memiliki lahan kurang dari 5 000 m 2, memiliki lahan 5 000-10 000 m 2, dan memiliki lebih dari 10 000 m 2. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data sosial ekonomi rumahtangga meliputi umur KRT dan ibu, pendidikan KRT dan ibu, pekerjaan, ukuran rumahtangga, kepemilikan lahan, dan akses pangan. Data primer diperoleh dari hasil penggalian informasi dari contoh yang dilakukan melalui pengisian kuesioner yang relevan dengan variabel yang diteliti. Data sekunder yang dikumpulkan antara lain gambaran umum lokasi penelitian dan data demografi. Jenis dan cara pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 1.
25 Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data No. Variabel Cara Pengumpulan 1 Data karakteristik keluarga Wawancara dengan menggunakan kuesioner 2 Data sosial ekonomi keluarga Wawancara dengan mengunakan kuesioner 3 Data akses pangan Wawancara dengan menggunakan kuesioner dan pengamatan langsung 4 Data konsumsi keluarga Wawancara dengan menggunakan kuesioner 5 Data monografi desa Data sekunder dari instansi terkait Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan menggunakan program komputer Microsoft Excel dan SPSS 13,0 for Windows untuk penarikkan kesimpulan. Proses pengolahan meliputi editing, coding, entry dan analisis. Untuk mengukur hubungan antara variabel-variabel dianalisis menggunakan analisis korelasi Pearson dan Rank Spearman, sedangkan untuk mengukur pengaruh antara variabel-variabel penelitian dianalis dengan menggunakan analisis jalur dengan uji regresi. Variabel-variabel penelitian dianalisis deskriptif untuk mengetahui gambaran umum contoh. Beberapa variabel di kategorikan terlebih dahulu sebelum dilakukan analisis lebih lanjut, pengkategorian dapat dilihat pada Tabel 2. Pengkategorian untuk beberapa variabel penelitian dilakukan berdasarkan rumus interval Slamet (1993) yang diacu dalam Puspa (2007), berikut perhitungan rumus interval : Interval Kelas = Nilai Maksimum (NT) Nilai Minimum (NR) = interval 1 Jumlah Kategori Pendidikan yang diukur adalah lama pendidikan formal yang dilakukan oleh contoh, tidak dihitung tinggal kelas yang kemudian dikategorikan. Untuk kepemilikan lahan adalah luas lahan yang merupakan hak milik contoh secara pribadi tidak termasuk lahan garapan dari pihak lain. Pengeluaran adalah total pengeluaran rumahtangga pertahun yang terdiri dari pengeluaran pangan dan pengeluaran non pangan. Total pengeluaran pertahun kemudian dibagi 12 bulan dan dibagi jumlah anggota rumahtangga untuk memperoleh total pengeluaran rumahtangga perkapita per bulan. Setelah itu baru kemudian di bandingkan dengan Garis Kemiskinan (GK) provinsi Banten yaitu sebesar Rp 156 494, sehingga diperoleh klasifikasi rumahtangga miskin dan rumahtangga tidak miskin.
26 Penilaian konsumsi berdasarkan perhitungan konsumsi zat gizi, dijumlahkan total konsumsi setiap anggota rumahtangga dalam satu tahun untuk mendapatkan total konsumsi rumahtangga. Total konsumsi rumahtangga pertahun kemudian dibagi jumlah anggota rumahtangga dan dibagi jumlah hari dalam satu tahun yaitu 365 hari, sehingga diperoleh konsumsi rumahtangga per hari. Untuk memperoleh tingkat konsumsi zat gizi rumahtangga, maka konsumsi rumahtangga per hari dibandingkan dengan Angka Kecukupan Zat Gizi (AKG) rumahtangga. AKG rumahtangga diperoleh dari rata-rata AKG dari setiap anggota rumahtangga dalam suatu rumahtangga berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin. Tingkat ketahanan pangan kualitatif diukur berdasarkan pengukuran instrumen kelaparan yang ditanyakan dalam kusesioner. Untuk pengukuran ketahanan pangan kuantitatif, diukur berdasarkan tingkat kecukupan energi rumahtangga. Selanjutnya dikategorikan berdasarkan kategori FAO (2003) dalam Tanziha (2005) yang dapat dilihat pada Tabel 2. Variabel-variabel tersebut kemudian diuji pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung dengan metode analisis jalur. Analisis jalur adalah Sebuah metode untuk mempelajari pengaruh langsung dan tidak langsung dari variable-variabel. Dikembangkan pertama kali oleh Wright (1921). Analisis jalur dapat digunakan untuk menganalisis hubungan sebab akibat antara satu variabel dengan variabel lainnya. Prosedur ini dapat menduga koefisien-koefisien sejumlah persamaan struktural linear yang mewakili hubungan sebab akibat yang menjadi hipotesis (Kenny 1979 diacu dalam Hudjimartsu 2005). Adapun model analisis jalur yang akan diuji pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4.
27 Tabel 2 Pengkategorian variabel penelitian No. Variabel Kategori Sumber 1 Umur KRT, ibu, dan ART Lansia : 60 th Dewasa madya : 40 59 th Dewasa awal : 20 39 th Remaja : 12-19 th AUS : 6 11 th Balita : 25 60 bln Hurlock (1980) 2 Pendidikan KRT, ibu, dan ART 3 Ukuran rumahtangga 4 Kepemilikan lahan 0 m 2 Bayi : 0-24 bln TS : 0 th SD : 6 th SMP : 9 th SMA : 12 th PT : 16 th Rumahtangga kecil : 4 orang Rumahtangga sedang : 5 6 orang Rumahtangga besar : 7 orang - BKKBN (1998) - < 5 000 m 2 5 000 10 000 m 2 > 10 000 m 2 5 Pengeluaran Miskin : GK BPS (2007) Tidak miskin : > GK 6 Pengetahuan gizi Rendah : 5 Sedang : 6 7 Tinggi : 8 7 Dukungan Sosial Buruk : < 15 Sedang : 15 20 8 Tingkat konsumsi: Energi dan Protein Baik : > 20 Defisit berat : < 70% Defisit sedang : 70-79% Defisit berat : 80 89% Normal : 90 119% Lebih : 120% Vitamin dan mineral Defisit : 50% Cukup : > 50% 9 Ketahanan pangan Rawan pangan berat : TKE < 70% Rawan pangan sedang : TKE 70-80 % Rawan pangan ringan : TKE 81 90% Tahan pangan : TKE > 90% Rumus interval Slamet (1998) Rumus interval Slamet (1998) Depkes (1996) Depkes (2003) FAO (2003)
28 X1 PY4X1 PY1X1 PY3X1 PY1X2 Y1 PY3Y1 PY4Y1 X2 PY3X2 Y3 PY4Y3 Y4 PY2X2 Y2 PY3Y2 PY4Y2 PY3X3 PY4X3 X3 Gambar 4 Model Analisis Jalur Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan Rumahtangga Keterangan X1 : Tingkat pendidikan KRT X2 : Tingkat pendidikan IRT X3 : Ukuran rumahtangga Y1 : Dukungan sosial Y2 : Pengetahuan gizi Y3 : Pengeluaran rumahtangga Y4 : Tingkat ketahanan pangan rumahtangga kuantitatif Yamin dan Kurniawan (2009) menyatakan bahwa analisis jalur dapat dikatakan sebagai analisis regresi linier dengan variabel-variabel yang dibakukan. Regresi bertujuan untuk menguji hubungan pengaruh antara satu variabel terhadap variabel lain. Variabel yang dipengaruhi disebut variabel tergantung atau dependen, sedang variabel yang mempengaruhi disebut variabel bebas atau variabel independen. Regresi yang mempunyai satu variabel dependen dan lebih dari satu variabel independen disebut regresi berganda. Model persamaan regresi berganda dapat digambarkan sebagai berikut (Nugroho 2005) : Y = α + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + e
29 DEFINISI OPERASIONAL Ketahanan Pangan adalah kondisi dimana setiap rumah tangga mampu memenuhi kebutuhan terhadap pangan yang baik dan cukup dari segi jumlah maupun mutu. Petani adalah seseorang yang menggarap lahan baik sawah, ladang, kebun, maupun ternak, atau berusaha dalam jasa pertanian yang hasilnya digunakan sendiri atau dijual untuk memperoleh pendapatan. Rumahtangga adalah kelompok individu atau beberapa rumahtangga yang tinggal bersama dalam satu atap serta menggunakan sumberdaya yang sama dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Ukuran rumahtangga adalah jumlah anggota rumahtangga yang tinggal di dalam satu rumahtangga. Pendidikan adalah lamanya seseorang menempuh sekolah formal yang dihitung dengan satuan waktu. Pengeluaran rumahtangga adalah jumlah yang dibelanjakan untuk kebutuhan pangan dan non pangan rumahtangga. Akses fisik adalah kemampuan/ kemudahan rumahtangga dalam memperoleh pangan yang ada di suatu wilayah yang diukur berdasarkan ketersediaan pangan di warung dan jarak tempat tinggal dengan pasar atau warung penjual kebutuhan pangan. Akses ekonomi adalah kemampuan atau kemudahan penduduk dalam memperoleh pangan, dilihat berdasarkan pengeluaran perkapita. Konsumsi pangan rumahtangga adalah jumlah pangan yang dikonsumsi oleh anggota rumahtangga dalam satu hari dibagi dengan jumlah anggota rumahtangga. Dukungan sosial adalah bentuk interaksi yang menghasilkan kenyamanan, bantuan dan perhatian yang diterima individu dari orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Pengetahuan gizi adalah pemahaman contoh yang berhubungan dengan gizi meliputi manfaat zat gizi, jenis pangan sumber zat gizi, gangguan gizi, serta menu seimbang yang diukur dari skor jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan dalam kuesioner.