SEK OLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

dokumen-dokumen yang mirip
PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB 2 LANDASAN TEORI

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB III METODE PENELITIAN

Untuk memperoleh buku ini hubungi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kritikan Terhadap Varians Sebagai Alat Ukur

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi )

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Januari Plh. Kepala Dinas, IR. FATHURRAHMAN NIP

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani /

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman yang semakin berkembang ini, dunia usaha dan industri

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BABY. S!MPULAN DA:"i SARAN. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pengelolaan jasa pelayanan

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

ESTIMASI KAPASITAS ADAPTASI PETANI PADI TERHADAP CEKAMAN LINGKUNGAN USAHATANI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

JIIA, VOLUME 1 No. 3, JULI 2013

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Elastisitasnya

Analisis Indikator Makroekonomi Negara Tujuan Ekspor terhadap Kinerja Ekspor Non Migas Indonesia: Studi Kasus Lima Negara Tujuan Utama Ekspor

MODEL OPTIMASI PERENCANAAN INVESTASI GALANGAN KAPAL DENGAN PENDEKATAN PROGRAMASI TUJUAN GANDA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

Jurnal Bakti Saraswati Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN :

Transkripsi:

IURAN IRIGASI BERBASIS KOMODITAS SEBAGAI INSTRUMEN PENINGKATAN EFISIENSI PENGGUNAAN AIR IRIGASI: PENDEKATAN DAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPLEMENTASINYA Oleh SUMARYANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa semua pernyataan dalam dsertas saya yang berjudul: IURAN IRIGASI BERBASIS KOMODITAS SEBAGAI INSTRUMEN PENINGKATAN EFISIENSI PENGGUNAAN AIR IRIGASI: PENDEKATAN DAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPLEMENTASINYA merupakan gagasan atau hasl peneltan dsertas saya sendr, dengan bmbngan Koms Pembmbng, kecual yang dengan jelas dtunjukkan rujukannya. Dsertas n belum pernah dajukan untuk memperoleh gelar pada program sejens d perguruan tngg lan. Semua data dan nformas yang dgunakan telah dnyatakan secara jelas dan dapat dperksa kebenarannya. Bogor, 2006 Sumaryanto 965010 Tanggal Lulus:

ABSTRACT SUMARYANTO. Crop Based Prcng As An Instrument for Improvng Irrgaton Water Use Effcency: Approach and Analyss of Factors Affectng Its Implementaton (BONAR M. SINAGA as Charman, PANTJAR SIMATUPANG, KOOSWARDHONO MUDIKDJO and YUSMAN SYAUKAT as Members of the Advsory Commttee). In lne wth populaton growth, economc development, and hgher competton of water utlzaton among sectors, t s urgently requred to mprove rrgaton water use effcency. To meet the need, there are strong ncentves to place emphass on water-demand management. Theoretcally, water prcng has potental not only to nfluence users' behavors towards water savng, but t also contrbutes reallocaton of water towards more proftable crops or other uses. Prcng water s also a way to recover part of the costs ncurred by rrgaton nfrastructure and ts operaton. Ths study s amed to valuate rrgaton water, to determne crop based prcng, and to assess factors affectng ts mplementaton. Determnaton of the crop based prcng utlzed shadow prce of the rrgaton water. The valuaton utlzed change n net ncome (CINI) method usng mathematcal programmng. Factors that can affect the mplementaton of crop based prcng are dentfed ndrectly usng ordered logt model. The study s conducted n Brantas Irrgaton Area, East Java. Results of the study show that shadow prce of rrgaton water were equal to zero on December May and postve on June November. Wthn the postve perod, the lowest and hghest prces were taken place on June (Rp. 11/m 3 ) and September (Rp. 58/m 3 ) respectvely. In the crop based prcng ndexed, average cost of rrgaton water of paddy farmng on frst croppng season (wet season), second croppng season (frst dry season), and thrd croppng season (second dry season) are 1, 2, and 10 respectvely. In the same order, the cost of rrgaton water of secondary crop cultvaton are 0.3, 0.6 and 5.0. Irrgaton water demand functon s non lnear and n general s nelastc. The demand s elastc f the prce level s hgher than Rp. 84/m 3. Crop dversfcaton as well as crop based prcng was potental to mprove both farm's ncome and rrgaton effcency, but dsncentve to ncrease rce producton. Postve factors for mplementng the crop based prcng are consoldated land management, hgher average farm sze, avalable agrcultural labor, suffcency of captal for farmng, sgnfcant contrbuton of wetland farmng to household economy, and better performance of the organzaton of Water User's Assocaton n rrgaton management. Key Words: Irrgaton, shadow prce, crop based prcng, effcency, dversfcaton.

ABSTRAK SUMARYANTO. Iuran Irgas Berbass Komodtas Sebaga Instrumen Penngkatan Efsens Penggunaan Ar Irgas: Pendekatan dan Analss Faktorfaktor yang Mempengaruh Implementasnya (BONAR M. SINAGA sebaga Ketua, PANTJAR SIMATUPANG, KOOSWARDHONO MUDIKDJO dan YUSMAN SYAUKAT sebaga Anggota Koms Pembmbng). Serng dengan menngkatnya pertumbuhan penduduk, perkembangan ekonom, dan kompets penggunaan ar antar sektor maka penngkatan efsens penggunaan ar rgas semakn drasakan urgensnya. Strateg yang dpandang sesua adalah melalu pengelolaan permntaan. Secara teorts, penerapan harga ar bukan hanya potensal untuk mendorong efsens penggunaan ar, tetap juga dapat berkontrbus pada realokas penggunaan ar rgas ke komodtas pertanan yang lebh menguntungkan atau penggunaan lannya, dan merupakan salah satu cara untuk menngkatkan kemampuan pembayaan operas dan pemelharaan rgas. Peneltan n dtujukan untuk melakukan valuas ar rgas, menentukan uran rgas berbass komodtas dan menganalss faktor-faktor yang dperkrakan mempengaruh prospek mplementasnya. Penentuan uran rgas berbass komodtas ddasarkan atas harga bayangan ar rgas yang dhaslkan dar valuas sumberdaya tersebut. Pendekatan yang dgunakan dalam valuas adalah salah satu varan dar Resdual Imputaton Approach yakn Change In Net Income (CINI) dengan pemrograman matemats. Faktor-faktor yang dperkrakan mempengaruh mplementas uran rgas berbass komodtas ddentfkas dengan cara tdak langsung dengan model ordered logt. Peneltan dlakukan pada sstem rgas tekns d Daerah Irgas Brantas, Jawa Tmur. Hasl peneltan menunjukkan bahwa pada Desember Me harga bayangan ar rgas sama dengan nol, sedangkan pada Jun November postf. Pada perode postf, harga terendah terjad pada Bulan Jun (Rp. 11/m 3 ), sedangkan yang tertngg pada Bulan September (Rp. 58/m 3 ). Dengan sstem ndeks, baya rgas untuk usahatan pad pada Musm Tanam I (Musm Hujan), Musm Tanam II (Musm Kemarau-1), dan Musm Tanam III (Musm Kemarau-2) masng-masng adalah 1, 2, dan 10. Dengan urutan yang sama, untuk usahatan palawja adalah sektar 0.3, 0.6, dan 5.0. Fungs permntaan ar rgas tdak lner dan secara umum tdak elasts. Permntaan elasts jka tngkat harga lebh tngg dar Rp. 84/m 3. Dversfkas usahatan dan uran rgas berbass komodtas potensal untuk menngkatkan pendapatan usahatan, tetap tdak kondusf untuk menngkatkan produks pad. Faktor-faktor postf untuk mplementas uran rgas berbass komodtas adalah: lahan sawah garapan usahatan lebh terkonsoldas, rata-rata luas garapan tdak terlalu kecl, tenaga kerja pertanan cukup terseda, kemampuan permodalan petan memada, peranan usahatan dalam ekonom rumah tangga petan cukup besar, dan knerja pengurus Perkumpulan Petan Pemaka Ar (P3A) dalam pengelolaan rgas lebh bak. Kata Kunc: Irgas, harga bayangan, uran rgas berbass komodtas, efsens, dversfkas.

Hak cpta mlk Insttut Pertanan Bogor, tahun 2006 Hak cpta dlndung Dlarang mengutp dan memperbanyak tanpa zn tertuls dar Insttut Pertanan Bogor, sebagan atau seluruhnya dalam bentuk apapun, bak cetak, fotokop, mkroflm, dan sebaganya

IURAN IRIGASI BERBASIS KOMODITAS SEBAGAI INSTRUMEN PENINGKATAN EFISIENSI PENGGUNAAN AIR IRIGASI: PENDEKATAN DAN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPLEMENTASINYA Oleh SUMARYANTO Dsertas sebaga salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Stud Ilmu Ekonom Pertanan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

Judul Dsertas : Iuran Irgas Berbass Komodtas Sebaga Instrumen Penngkatan Efsens Penggunaan Ar Irgas: Pendekatan dan Analss Faktor-faktor yang Mempengaruh Implementasnya Nama : Sumaryanto NRP : EPN 965010 Menyetuju, Koms Pembmbng Prof. Dr. Ir. Bonar M. Snaga, MA Ketua Prof. (R) Dr. Ir. Pantjar Smatupang, APU Anggota Prof. Dr. Ir. Kooswardhono Mudkdjo, M.Sc. Anggota Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec Anggota Mengetahu, Ketua Program Stud Ilmu Ekonom Pertanan Dekan Sekolah Pascasarjana Prof. Dr. Ir. Bonar M. Snaga, MA Dr. Ir. Kharl A. Notodputro, MS Tanggal Ujan : 24 Februar 2006 Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP Penuls adalah putra dar Atmosukarto dan Kemdjem. Penuls dlahrkan d Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istmewa Yogyakarta pada tanggal 1 November 1958; merupakan anak keempat dar 9 bersaudara. Penddkan Sekolah Dasar dselesakan pada tahun 1971 d SD Neger Selo. Lulus dar penddkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Neger II Wates pada tahun 1974, kemudan melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Neger Wates. Pada tahun 1978, melalu jalur PMDK (Penelusuran Mnat dan Bakat, Proyek Pernts II) dterma sebaga mahasswa Tngkat Persapan Bersama d Insttut Pertanan Bogor (IPB). Lulus dar Fakultas Pertanan (Departemen Agronom) IPB tahun 1982, kemudan bekerja pada Pusat Peneltan Sosal Ekonom Pertanan (kn bernama Pusat Analss Sosal Ekonom dan Kebjakan Pertanan), Badan Peneltan dan Pengembangan Pertanan. Pada tahun 1984 melanjutkan stud S2 d Program Stud Ilmu Ekonom Pertanan (EPN) atas baya dar Badan Ltbang Pertanan dan lulus pada tahun 1988. Tahun 1996, dengan baya sendr penuls melanjutkan stud S3 pada Program Stud Ilmu ekonom Pertanan, Sekolah Pascasarjana Insttut Pertanan Bogor. Sebaga penelt, bdang peneltan yang banyak dgelut adalah ekonom pedesaan, sumberdaya lahan, dan rgas. Selan melakukan peneltan, penuls aktf mengkut berbaga forum dskus ataupun semnar, terutama yang terkat dengan bdang peneltannya; dan serng menjad nstruktur pelathan terutama d bdang pengolahan dan analss data dalam peneltan sosal ekonom pertanan. Penuls adalah anggota Kemtraan Ar Indonesa.

KATA PENGANTAR Segala puj bag Allah SWT atas segala karuna, rahmat dan hdayah-nya. Sesua dengan profes, sedkt-dem sejak tahun 1995 penuls secara konssten menekun peneltan d bdang pengelolaan sumberdaya lahan dan ar, terutama d bdang rgas. Menyadar bahwa semakn banyak yang dketahu semakn banyak pula yang mash belum dketahu, dalam dsertas n penuls mengkaj nla ekonom ar rgas dan kemungknan pemanfaatannya sebaga nstrumen penngkatan efsens penggunaan sumberdaya tersebut melalu pendekatan pengelolaan permntaan. Adalah fakta bahwa penyelesaan dsertas n berkat dorongan, arahan, dan bmbngan dar Koms Pembmbng. Pada kesempatan n perkenankanlah penuls menyampakan penghargaan yang tngg dan rasa terma kash yang sangat mendalam kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Bonar M. Snaga, MA selaku Ketua Koms Pembmbng. 2. Prof. (R) Dr. Ir. Pantjar Smatupang, APU selaku Anggota Koms Pembmbng. 3. Prof. Dr. Ir. Kooswardhono Mudkdjo, M.Sc. selaku Anggota Koms Pembmbng. 4. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec. selaku Anggota Koms Pembmbng. 5. Dr. Ir. Nunung Kusnad, MS selaku penguj luar koms pada Ujan Tertutup. 6. Prof. (R) Dr. Effend Pasandaran, APU selaku penguj luar koms pada Ujan Terbuka. 7. Dr. Ir. Akhmad Fauz Syam, MSc. selaku penguj luar koms pada Ujan Terbuka. 8. Dekan Sekolah Pascasarjana Insttut Pertanan Bogor atas kesempatan yang dberkan kepada penuls untuk mengkut stud d Sekolah Pascasarjana IPB. 9. Ketua Program Stud Ilmu Ekonom Pertanan beserta seluruh phak pengelola atas kesempatan yang dberkan untuk mengkut program stud. 10. Dr. Rustam Syarf atas bantuannya dalam peneltan kolaboras Pusat Peneltan Sosal Ekonom Pertanan Internatonal Food Polcy Research Insttute (IFPRI) Departemen Kmpraswl Perum Jasa Trta I sehngga kelengkapan data untuk dsertas n dapat dperoleh.

11. Dr. Ir. Tahlm Sudaryanto, APU selaku Kepala Pusat Analss Sosal Ekonom dan Kebjakan Pertanan. 12. Dr. Ir. Achmad Suryana, APU selaku Kepala Badan Ltbang Pertanan atas jn yang dberkan kepada penuls untuk mengkut penddkan sambl tetap bekerja. 13. Rekan-rekan kerja d Pusat Analss Sosal Ekonom dan Kebjakan Pertanan, yakn lembaga peneltan tempat penuls bekerja. 14. Jajaran Dreks Perum Jasa Trta I beserta seluruh staf atas segala bantuannya selama penuls melakukan peneltan. Penuls juga menyampakan terma kash kepada Mark W. Rosegrant, PhD; Charles Rodgers, PhD; dan Clauda Rngler, PhD dar Internatonal Food Polcy Research Insttute (IFPRI) atas masukan dan bantuan kepada penuls, terutama pada saat kerjasama peneltannya dengan Pusat Analss Sosal Ekonom dan Kebjakan Pertanan dmana penuls merupakan salah satu anggota tm peneltan tersebut. Sudah barang tentu, terma kash yang sangat mendalam penuls sampakan kepada str tercnta Ir. Anggran Sukmawat, MM atas semua kebakan, bantuan, dan dorongan semangat, serta doanya; dan juga kepada anak-anakku tercnta Mta, Arf, dan Ajeng. Kranya pada tempatnya pula penuls mengenang Almarhumah Ir. Put Rosmelsa Bud Savthry atas semua kebakan, kesabaran, dorongan semangat dan doanya selama Almarhumah mendampng penuls. Semoga Allah SWT membernya tempat yang mula d ss-nya. Kepada semua phak yang selama n secara langsung maupun tdak langsung telah membantu penuls dan tak dapat dsebutkan namanya satu per satu d sn, penuls mengucapkan terma kash. Semoga semuanya tu bernla sebaga badah. Penuls telah berusaha maksmal untuk menghaslkan karya n. Meskpun demkan, sesua dengan keterbatasan penuls tentu mash banyak kekurangannya. Terlepas dar segala kekurangan tu, semoga dsertas n bermanfaat. Bogor, Agustus 2006 Penuls

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... Halaman v DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... x xv I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Permasalahan... 4 1.3. Tujuan Peneltan... 8 1.4. Sgnfkans Peneltan... 8 1.5. Keterbatasan Peneltan... 9 1.6. Kegunaan Hasl Peneltan... 10 II. TINJAUAN PUSTAKA... 11 2.1. Perubahan Paradgma Pendayagunaan Sumberdaya Ar dan Implkas Terhadap Kebjakan Pengelolaan Ar Untuk Pertanan... 11 2.1.1. Ketersedaan Sumberdaya Ar: Konds Sekarang dan Kecenderungannya... 11 2.1.2. Perubahan Paradgma Pendayagunaan Sumberdaya Ar... 15 2.1.3. Implkas Terhadap Sstem Pengelolaan Irgas... 20 2.1.4. Implkas Terhadap Strateg Pengembangan Produks Pangan.. 25 2.2. Pemberlakuan Pungutan Ar Irgas Sebaga Instrumen Penngkatan Efsens Penggunaan Ar Irgas Melalu Pendekatan Permntaan... 29 2.3. Valuas Ar Irgas... 34 2.3.1. Permasalahan Konseptual Dalam Spesfkas Fungs Produks... 37 2.3.2. Pendekatan Kuanttatf Untuk Valuas Ar Irgas Dengan Metode CINI... 39 III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS... 40 3.1. Kerangka Pemkran... 40 3.2. Landasan Teor Valuas Ar Irgas... 45 3.3. Pemrograman Matemats Valuas Ar Irgas Dengan Metode CINI... 48

Halaman 3.4. Faktor-faktor Utama yang Harus Dpertmbangkan Dalam Pemodelan... 52 3.4.1. Faktor-faktor yang Mempengaruh Pasokan dan Permntaan Ar Irgas... 52 3.4.2. Dstrbus Spatal Ar Irgas dan Implkasnya... 55 3.4.3. Dstrbus Temporal Ar Irgas dan Implkasnya... 63 3.5. Analss Faktor-faktor yang Mempengaruh Prospek Penerapan Iuran Irgas Berbass Komodtas... 65 3.5.1. Analss Faktor-faktor yang Mempengaruh Plhan Pola Tanam... 66 3.5.2. Analss Faktor-faktor yang Mempengaruh Partspas Petan Dalam Membayar Iuran Irgas... 70 3.5.3. Identfkas Faktor-faktor yang Mempengaruh Partspas Petan Untuk Berdversfkas dan Membayar Iuran Irgas... 71 IV. METODE PENELITIAN... 73 4.1. Ruang Lngkup Peneltan... 73 4.2. Formulas Fungs Tujuan, Kendala, dan Asums Dalam Pemodelan 75 4.2.1. Fungs Tujuan dan Aktvtas... 76 4.2.2. Kendala Sumberdaya... 81 4.2.3. Kendala Hstors Pola Tanam... 89 4.2.4. Kebutuhan Sumberdaya... 92 4.3. Spesfkas Model... 98 4.4. Formulas Iuran Irgas Berbass Komodtas... 110 4.5. Analss Faktor-faktor yang Mempengaruh Prospek Penerapan... 111 4.5.1. Faktor-faktor yang Mempengaruh Plhan Pola Tanam... 111 4.5.2. Faktor-faktor yang Mempengaruh Partspas Petan Dalam Pembayaran Iuran Irgas... 113 4.5.3. Identfkas Faktor-faktor Strategs... 114 4.5.4. Pemlhan Varabel Penjelas... 116 4.6. Lokas Peneltan dan Prosedur Pengamblan Contoh... 123 4.6.1. Lokas Peneltan... 123 4.6.2. Pengamblan Contoh... 124 4.7. Metode Pengumpulan Data... 127 v

Halaman V. SUMBERDAYA AIR, PENGELOLAAN IRIGASI, DAN KERAGAAN USAHATANI DI DAERAH IRIGASI BRANTAS... 128 5.1. Keragaan Umum Daerah Alran Sunga Brantas... 128 5.2. Sumberdaya Ar... 129 5.3. Pasokan Ar Irgas... 132 5.4 Kelembagaan Pengelolaan Irgas... 135 5.5. Keragaan Umum Rumah Tangga Petan d Daerah Pesawahan Irgas Tekns DAS Brantas... 139 5.5.1. Penguasaan Lahan... 139 5.5.2. Pengusahaan Tanaman Pad d Pesawahan Irgas Tekns DAS Brantas... 144 5.5.3. Penggunaan Masukan dan Produktvtas Usahatan Komodtas Utama... 145 5.5.4. Struktur Pendapatan Rumah Tangga Petan... 148 VI. VALUASI AIR IRIGASI DAN PENENTUAN IURAN IRIGASI BERBASIS KOMODITAS USAHATANI... 152 6.1. Pola Tanam dan Keuntungan Usahatan Pada Solus Optmal... 152 6.2. Penggunaan, Harga Bayangan, dan Kurva Permntaan Ar Irgas... 155 6.3. Pengaruh Perubahan Pasokan Ar Irgas Terhadap Dversfkas... 163 6.4. Pengaruh Penghematan Konsums Ar Irgas... 166 6.5. Potens Kerugan Akbat Luas Tanam Pad Tdak Optmal... 169 6.6. Fungs Penawaran Normatf Komodtas Pad... 170 6.7. Iuran Irgas Berbass Komodtas... 172 6.7.1. Penyederhanaan Sstem Iuran Berbass Komodtas... 177 6.7.2. Snerg Dversfkas dan Sstem Iuran Berbass Komodtas Untuk Mendorong Efsens Penggunaan Ar Irgas... 183 VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPLEMENTASI IURAN IRIGASI BERBASIS KOMODITAS... 189 7.1. Keragaan Dversfkas Usahatan d Pesawahan Irgas DAS Brantas... 189 7.2. Faktor-faktor yang Mempengaruh Keputusan Petan Untuk Berdversfkas... 192 7.2.1. Ketersedaan Tenaga Kerja Untuk Usahatan... 195 7.2.2. Kemampuan Permodalan... 196 v

Halaman 7.2.3. Kontrbus Pendapatan Dar Usahatan d Lahan Sawah... 197 7.2.4. Kualtas Lahan Sawah... 198 7.2.5. Pemlkan Peralatan Untuk Mengatas Kekerngan... 198 7.2.6. Fragmentas Lahan Garapan... 199 7.2.7. Tngkat Kerawanan Terhadap Kekerngan... 200 7.2.8. Akses Lahan Sawah Terhadap Prasarana Dstrbus Ar Irgas... 201 7.2.9. Karakterstk dan Kapabltas Manageral Dalam Usahatan 203 7.2.10. Luas dan Status Garapan... 203 7.2.11. Probabltas Petan Untuk Berdversfkas... 204 7.3. Faktor-faktor yang Mempengaruh Kualtas Partspas Petan Membayar Iuran Irgas... 205 7.3.1. Indeks Dverstas... 207 7.3.2. Kontrbus Usahatan Pad Terhadap Total Pendapatan Usahatan d Lahan Sawah... 208 7.3.3. Kualtas Lahan Sawah Garapan... 209 7.3.4. Intenstas Tanam... 209 7.3.5. Knerja Pengurus HIPPA... 210 7.3.6. Status Garapan... 212 7.3.7. Jarak Persl Sawah Garapan Dar Pntu Terter... 213 7.3.8. Pemlkan Pompa Irgas... 214 7.3.9. Probabltas Petan Berpartspas Dalam Iuran Irgas... 214 7.4. Identfkas Faktor-faktor Strategs... 215 VIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN, DAN SARAN UNTUK PENELITIAN LANJUTAN... 219 8.1. Kesmpulan... 219 8.2. Implkas Kebjakan... 223 8.3. Saran Untuk Peneltan Lanjutan... 224 DAFTAR PUSTAKA... 225 LAMPIRAN... 236 v

DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Perbedaan antara pendekatan SM, DM, dan MDM... 61 2. Pengelompokan komodtas usahatan yang dterapkan dalam pemodelan... 79 3. Sebaran temporal aktvtas d setap Sub DAS yang tercakup dalam model... 80 4. Ar Irgas per bulan yang terseda d pesawahan rgas tekns d masng-masng Sub DAS Brantas... 82 5. Rata-rata luas dan total baya yang dkeluarkan petan tdak mskn untuk usahatan d lahan sawah yang tak terkendala ar rgas... 85 6. Perkraan modal yang terseda untuk baya tuna usahatan d wlayah pesawahan rgas tekns DAS Brantas, 1999/2000... 86 7. Ketersedaan tenaga kerja d wlayah pesawahan rgas tekns DAS Brantas, 1999/2000... 88 8. Nla Rata-rata dan galat baku perbandngan luas tanam antar kelompok komodtas menurut musm tanam d wlayah pesawahan rgas tekns DAS Brantas pada perode 1990 2000... 91 9. Blok Terter dan Rumah Tangga Contoh d Lokas Peneltan... 127 10. Kapastas tampung beberapa dam besar d DAS Brantas, 1999... 130 11. Prasarana sumberdaya ar d Daerah Irgas Brantas dan pemanfaatannya... 131 12. Rata-rata penggunaan ar yang dkelola Perum Jasa Trta I d DAS Brantas... 132 13. Luas Areal Irgas d DAS Brantas, 1999/2000... 132 14. Efsens rgas pada sstem rgas tekns d DAS Brantas, 1992... 135 15. Rata-rata pemlkan lahan rumah tangga petan d wlayah pesawahan rgas tekns DAS Brantas, 2000... 140 16. Rata-rata pemlkan lahan sawah d daerah pesawahan DAS Brantas menurut kelompok pemlkan sawah, 1999/2000... 141 v

Nomor Halaman 17. Rata-rata luas sawah garapan per musm, 1999/2000... 143 18. Produks dan penggunaan nput per hektar usahatan pad dan palawja d pesawahan DAS Brantas, 1999/2000... 146 19. Struktur pendapatan rumah tangga petan d daerah rgas tekns DAS Brantas, 1999/2000... 149 20. Jumlah rumah tangga petan menurut gars kemsknan dan kelompok pemlkan sawah d daerah rgas tekns DAS Brantas, 1999/2000... 150 21. Pola tanam optmal d areal pesawahan rgas tekns DAS Brantas... 153 22. Keuntungan usahatan pada pola tanam optmal d pesawahan rgas tekns DAS Brantas... 154 23. Penggunaan ar rgas d pesawahan rgas tekns DAS Brantas pada solus optmal... 156 24. Rata-rata harga bayangan ar rgas menurut cakupan perhtungannya.. 158 25. Pengaruh perubahan harga gabah terhadap harga bayangan ar rgas... 161 26. Pengaruh perubahan pasokan ar rgas terhadap ntenstas tanam... 165 27. Pengaruh penghematan konsums ar dalam usahatan pad terhadap ndeks pertanaman... 167 28. Pengaruh perubahan luas tanam pad terhadap keuntungan usahatan.. 170 29. Nla ar rgas yang dbutuhkan untuk usahatan drnc menurut kelompok komodtas dan perode pengusahaannya... 173 30. Nla ar rgas yang dgunakan pada usahatan solus optmal... 175 31. Baya rgas d wlayah pesawahan rgas tekns DAS Brantas, 1999/2000... 176 32. Baya rgas pada usahatan pad d Daerah Irgas Brantas, 1999/2000... 177 33. Skenaro penyederhanaan perhtungan komponen pokok uran rgas berbass komodtas berdasarkan jadwal tanam pad MT I... 179 34. Rata-rata nla ar rgas yang dgunakan untuk usahatan d lahan sawah rgas tekns DAS Brantas... 180 x

Nomor Halaman 35. Rata-rata nla ar rgas yang dgunakan untuk usahatan d lahan sawah rgas tekns Sub DAS Hulu Brantas... 181 36. Rata-rata nla ar rgas yang dgunakan untuk usahatan d lahan sawah rgas tekns Sub DAS Tengah Brantas... 181 37. Rata-rata nla ar rgas yang dgunakan untuk usahatan d lahan sawah rgas tekns Sub DAS Hlr Brantas... 182 38. Indeks baya rgas berbass komodtas untuk usahatan d wlayah pesawahan rgas tekns DAS Brantas... 182 39. Rata-rata konsums ar rgas dan keuntungan usahatan dar beberapa skenaro pola tanam d wlayah pesawahan rgas tekns DAS Brantas. 185 40. Contoh uran rgas berbass komodtas d P3A atau GP3A d wlayah pesawahan rgas tekns Sub DAS Brantas Tengah... 187 41. Pola tanam domnan d wlayah pesawahan DAS Brantas, 1999/2000... 189 42. Luas areal tanam d pesawahan rgas tekns DAS Brantas, 1999/2000. 191 43. Sebaran petan menurut pola tanam dan ndeks dverstasnya d pesawahan rgas tekns DAS Brantas, 1999/2000... 193 44. Sebaran petan menurut jumlah jens komodtas yang dusahakan d pesawahan rgas tekns DAS Brantas, 1999/2000... 193 45. Parameter dugaan faktor-faktor yang mempengaruh keputusan petan d pesawahan rgas tekns DAS Brantas untuk berdversfkas... 194 46. Sebaran petan menurut jumlah anggota rumah tangga yang bekerja d usahatan d pesawahan rgas tekns DAS Brantas, 1999/2000... 195 47. Rata-rata pendapatan dan pengeluaran rumah tangga petan d pesawahan rgas tekns DAS Brantas, 1999/2000... 196 48. Sebaran petan menurut pola tanam dan kemampuan permodalan, 1999/2000... 197 49. Kontrbus pendapatan dar usahatan d lahan sawah menurut pola tanam yang dterapkan terhadap pendapatan rumah tangga, 1999/2000. 197 50. Sebaran rumah tangga petan menurut peranan sawah sebaga sumber pendapatan dan plhan pola tanam, 1999/2000... 198 x

Nomor Halaman 51. Sebaran petan menurut pemlkan pompa rgas dan plhan pola tanam, 1999/2000... 199 52. Sebaran petan menurut jumlah persl garapan dan pola tanam, 1999/2000... 200 53. Rata-rata propors luas lahan yang mengalam kekerngan dan duras kekerngan untuk masng-masng kategor pola tanam, 1999/2000... 201 54. Sebaran petan menurut plhan pola tanam dan akses lahan garapannya terhadap ar rgas dar saluran kuarter, 1999/2000... 202 55. Probabltas petan memlh pola tanam dalam usahatan d lahan sawah... 205 56. Parameter dugaan faktor-faktor yang mempengaruh partspas petan membayar uran rgas... 206 57. Sebaran petan menurut tngkat partspas membayar uran rgas dan pola tanam... 207 58. Sebaran petan menurut tngkat partspas membayar uran rgas dan kontrbus usahatan pad, 1999/2000... 208 59. Sebaran petan menurut partspasnya dalam uran rgas dan kelas lahan garapannya, 1999/2000... 209 60. Sebaran petan menurut partspasnya dalam uran rgas dan ntenstas tanam yang dterapkan, 1999/2000... 210 61. Sebaran petan menurut partspasnya dalam uran rgas dan persepsnya terhadap pengurus HIPPA... 211 62. Sebaran petan menurut partspasnya dalam uran rgas dan status garapan usahatan, 1999/2000... 213 63. Sebaran petan menurut partspasnya dalam pembayaran uran rgas dan pemlkan pompa rgas... 214 64. Parameter dugaan faktor-faktor yang mempengaruh peluang petan untuk berdversfkas dan berpartspas lebh bak dalam uran rgas.. 216 x

DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Sstematka pendekatan peneltan... 44 2. Ilustras grafs fungs produks dan nla produktvtas margnal ar... 46 3. Fungs permntaan ar rgas setap komodtas dan total untuk seluruh komodtas yang tercakup... 47 4. Harga ar rgas pada waktu MT I, MT II, dan MT III... 48 5. Faktor-faktor yang mempengaruh nla harga bayangan ar rgas... 53 6. Skema sederhana dstrbus spatal ar rgas dengan pendekatan MDM... 62 7. Implkas pola dstrbus temporal kebutuhan dan pasokan ar rgas terhadap harga bayangannya... 64 8. Skema konsep estmas kebutuhan ar rgas... 94 9. Prosedur kalkulas kebutuhan ar rgas untuk tanaman... 95 10. Skema Irgas d Daerah Irgas Brantas dan lokas peneltan... 125 11. Pola curah hujan tahunan d DAS Brantas dar 1956 1999... 129 12. Pola sebaran curah hujan bulanan d DAS Brantas... 130 13. Perkembangan alokas ar untuk rgas 1978 1996... 133 14. Pola curah hujan bulanan dan alokas ar rgas... 134 15. Kurva Lorenz pemlkan lahan sawah d DAS Brantas... 142 16. Propors luas areal tanam pad d masng-masng Sub DAS... 144 17. Dstrbus temporal bulanan pasokan dan penggunaan ar rgas pada solus optmal... 157 18. Pola sebaran temporal harga bayangan ar rgas per bulan d wlayah pesawahan rgas tekns DAS Brantas... 158 19. Pengaruh varas tahunan pasokan ar rgas terhadap harga bayangannya... 160 x

Nomor Halaman 20. Kurva permntaan normatf ar rgas d lahan sawah DAS Brantas... 162 21. Pengaruh perubahan pasokan ar rgas terhadap dversfkas... 164 22. Pengaruh pasokan ar rgas terhadap keuntungan bersh usahatan... 166 23. Pengaruh penghematan konsums ar rgas pada usahatan pad terhadap keuntungan bersh usahatan... 168 24. Fungs penawaran normatf komodtas pad... 171 25. Sebaran bulanan nla ar rgas yang dgunakan dalam usahatan pada solus optmal... 175 26. Sebaran petan menurut tngkat efsens tekns dalam usahatan pad.. 203 27. Sebaran petan menurut probabltasnya dalam memlh pola tanam... 204 28. Hubungan antara Pr_1, Pr_2, Pr_3, dan Pr_4 dalam partspas membayar uran rgas... 215 29. Hubungan antara Pr_(1), Pr_(2), Pr_3) dan Pr_(4) dalam penerapan pola tanam dversfkas dan membayar uran rgas... 217 x

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Operas dan pemelharaan rgas... 237 2. Rata-rata penermaan, baya, dan laba usahatan d lahan pesawahan rgas tekns DAS Brantas, 1999/2000... 245 3. Lokas peneltan dalam Peta Daerah Alran Sunga Brantas... 248 4. Estmas kebutuhan ar rgas d pesawaahan rgas tekns d Sub DAS Brantas Hulu untuk setap kelompok komodtas drnc menurut waktu pengusahaannya... 249 5. Estmas kebutuhan ar rgas d pesawaahan rgas tekns d Sub DAS Brantas Tengah untuk setap kelompok komodtas drnc menurut waktu pengusahaannya... 250 6. Estmas kebutuhan ar rgas d pesawaahan rgas tekns d Sub DAS Brantas Hlr untuk setap kelompok komodtas drnc menurut waktu pengusahaannya... 251 7. Kebutuhan modal tuna usahatan d pesawahan rgas tekns DAS Brantas, 1999/2000... 252 8. Kebutuhan tenaga kerja usahatan untuk setap kelompok komodtas d pesawahan rgas tekns DAS Brantas, 1999/2000... 253 9. Pemrograman lner untuk valuas ar rgas dengan metode CINI... 254 10. Estmas Efsens Tekns Usahatan Pad dengan Pendekatan Fungs Produks Fronter Stokastk... 261 11. Statstk deskrptf ndeks dverstas usahatan d wlayah pesawahan rgas tekns DAS Brantas, 1999/2000... 263 12. Rata-rata curah hujan bulanan d DAS Brantas, 1955 1999... 264 13. Solus optmal yang dperoleh dar model valuas ar rgas d pesawahan rgas tekns DAS Brantas... 265 14. Penggunaan ar rgas d lahan sawah rgas contoh DAS Brantas pada solus optmal... 274 15. Penggunaan ar rgas dan harga bayangan ar rgas dar hasl analss pasca optmal perubahan pasokan ar rgas... 277 xv

16. Pengaruh perubahan pasokan ar rgas terhadap pola tanam optmal d Sub DAS Brantas Hulu... 278 17. Pengaruh perubahan pasokan ar rgas terhadap pola tanam optmal d Sub DAS Brantas Tengah... 279 18. Pengaruh perubahan pasokan ar rgas terhadap pola tanam optmal d Sub DAS Brantas Hlr... 280 19. Pola tanam d lahan sawah rgas tekns DAS Brantas, 1999/2000... 281 xv

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lngkaran permasalahan ketahanan pangan kemsknan pelestaran lngkungan adalah persoalan klask. Fenomena yang menark adalah bahwa d tengah perubahan lngkungan strategs yang d era globalsas n dnamkanya sangat dpengaruh oleh arah perkembangan lberalsas perdagangan nternasonal, permasalahan tersebut merupakan salah satu topk yang banyak dbahas d forum-forum kerjasama nternasonal. Hal n terkat dengan paradoks yang kn terjad bahwa d tengah menngkatnya kemakmuran negara-negara maju ternyata banyak negara-negara kurang berkembang yang semakn terperangkap dalam lngkaran kemsknan, pasokan pangan domestk tdak cukup, dan laju degradas lngkungan berlangsung semakn cepat. Dalam konteks tu, persoalan tentang kemampuan suatu neger untuk memenuh kebutuhan pangannya sangat pentng karena terkat langsung dengan kebutuhan dasar manusa. Pasokan pangan sangat dtentukan oleh ketersedaan ar rgas. Faktanya, secara global dar seluruh lahan yang dapat dgarap, 18 % atau sektar 237 juta hektar dantaranya dmanfaatkan untuk pertanan berrgas dan menghaslkan lebh dar 33 % produk pertanan. Dar seluruh areal pertanan berrgas tersebut, 71 % berlokas d LDC dmana 60 % dantaranya berlokas d Asa (Postel, 1994). Secara hstors, sejak pasca perang duna II upaya sebagan besar negaranegara berkembang untuk memenuh kebutuhan pangan domestknya dtempuh melalu nvestas pendayagunaan sumberdaya ar untuk pertanan secara besarbesaran. Fenomena yang tampak adalah laju perluasan lahan pertanan berrgas berlangsung lebh cepat dar pertumbuhan penduduk. In terus berlangsung sampa tahun 1978. Sejak tahun 1979, laju perluasan lahan rgas tu cenderung turun, bahkan dalam perode 20 tahun terakhr n dperkrakan berkurang sektar 6 %. Melambatnya laju perluasan tu menurut Rosegrant and Svendsen (1993) merupakan akbat smultan dar turunnya nvestas pemerntah d bdang rgas akbat beban hutang, resstens poltk, menngkatnya baya rl untuk nvestas rgas, turunnya harga-harga rl komodtas pangan, dan perluasan perkotaan.

2 D sebagan besar negara berkembang, melambatnya laju nvestas rgas dsebabkan oleh berkurangnya pnjaman nternasonal untuk pembangunan rgas. Sebaga contoh, dalam perode 1978 1992 rata-rata pnjaman World Bank untuk proyek rgas turun sektar 50 % (Wchelns, 1998). Menngkatnya baya nvestas per unt luas areal rgas dapat dsmak dar beberapa hasl peneltan berkut. Dalam Sampath (1992) maupun Rosegrant and Svendsen (1993) dnyatakan bahwa dbandngkan tahun 1970, baya rl nvestas rgas d Srlangka menjad 3 kal lpat; d Inda dan Indonesa menjad dua kal lpat; d Flpna menngkat sektar 50 %; dan d Thaland sektar 40 %. Permasalahan yang dhadap negara-negara berkembang dalam bdang penyedaan ar untuk pertanan (rgas) bukan hanya baya nvestas yang makn mahal, tetap juga knerja rgas yang telah ada ternyata semakn menurun. Kemunduran knerja tu dsebabkan oleh degrada fungs nfrastruktur dalam sstem rgas maupun manajemen operas dan pemelharaan (OP) rgas. Degradas fungs nfrastruktur antara lan dsebabkan oleh kerusakan nfrastruktur, sedmentas d dalam sstem jarngan rgas, meluasnya tanaman pengganggu d saluran-saluran dstrbus maupun saluran dranase, serta perubahan permukaan ar tanah yang berlebhan. D ss lan, serngkal manajemen OP tdak memlk kapabltas yang memada untuk sekedar mempertahankan knerja fungs rgas sepert dsan semula. In dsebabkan oleh banyak faktor dan beragam dantaranya: (1) dsan kelembagaan rgas yang tdak sesua dengan aspras pengguna, (2) sstem kelembagaan yang tdak efsen karena perlaku free rder dan praktekpraktek rent seekng, dan (3) degradas kemandran komuntas petan dalam pengelolaan rgas akbat kooptas yang berlebhan dar pemerntah dalam pengembangan rgas. Degradas fungs rgas tersebut cenderung berlanjut jka kemampuan petan untuk kut membaya operas dan pemelharaan rgas tdak dkembangkan. In dlatar belakang fakta bahwa d sebagan besar negara berkembang, anggaran rl yang dapat dsedakan pemerntah untuk membaya operas dan pemelharaan rgas semakn menurun (Rosegrant et al, 2002). Ar rgas merupakan sumberdaya pertanan yang sangat strategs. Berbeda dengan nput lan sepert pupuk ataupun pestsda yang dmens

3 peranannya relatf terbatas pada proses produks yang telah dplh, peranan ar rgas mempunya dmens yang lebh luas. Sumberdaya n tdak hanya mempengaruh produktvtas tetap juga mempengaruh spektrum pengusahaan komodtas pertanan. Oleh karena tu knerja rgas bukan hanya berpengaruh pada pertumbuhan produks pertanan tetap juga bermplkas pada strateg pengusahaan komodtas pertanan dalam art luas. D ss lan, permntaan ar untuk memenuh kebutuhan rumah tangga, ndustr, bahkan juga untuk memelhara keberlanjutan fungs sumberdaya ar tu sendr (msalnya penggelontoran sunga), semakn menngkat serng dengan pertumbuhan penduduk, perkembangan ekonom dan perluasan perkotaan. Dengan demkan kompets penggunaan ar antar sektor menngkat. Resultante dar faktor-faktor tersebut adalah menngkatnya kelangkaan ar yang terseda untuk pertanan. Pemecahan masalah yang dakbatkan oleh menngkatnya kelangkaan tu membutuhkan pendekatan mult dspln. Hal n dsebabkan penegakan hak-hak atas ar (water rghts) tdak sepenuhnya dapat dlakukan sehngga pengalokasan secara efsen melalu pendekatan parsal (msalnya dengan mengandalkan prnsp-prnsp ekonom saja), serngkal sult dmplementaskan, bahkan d negara-negara maju sekalpun (Hellegers, 2002). Bag negara-negara berkembang, menngkatnya kelangkaan sumberdaya ar dpredkskan akan menyebabkan turunnya pertumbuhan produks pangan. Hal n dsebabkan oleh: (1) makn terbatasnya kemampuan untuk melakukan perluasan lahan rgas karena nvesatas rgas semakn mahal sedangkan kemampuan anggaran makn terbatas, (2) sumberdaya lahan dan ar yang layak dkembangkan untuk pertanan berrgas makn terbatas, (3) kebutuhan ar untuk sektor lan (rumah tangga, ndustr) semakn tngg sehngga kompets penggunaan antar sektor menngkat, dan (4) pada sstem rgas yang telah ada, terjad kemunduran knerja manajemen sstem rgas dalam skala yang luas (World Bank, 1993; O, 1997; Rosegrant et al, 2002). Banyak pakar berpendapat bahwa untuk mengatas masalah tersebut dbutuhkan adanya perubahan yang cukup mendasar. Dperlukan adanya modernsas rgas (O, 1997; Murty, 1997), bahkan dperlukan adanya reformas

4 rgas (Rosegrant et al, 2002, Pasandaran, 2005). Pada tngkat ketersedaan tertentu, produktvtas ar rgas harus dtngkatkan (Molden, 2002; Barker and Kjne, 2001). Sstem pengelolaan rgas harus dubah dar karakterstk protektf ke karakterstk produktf (Wolter and Burt, 1997). Jka dsarkan, orentas dar semua pendekatan tersebut ternyata konvergen yatu penngkatan efsens rgas. Dalam konteks tu sebagan besar pakar menyatakan bahwa penngkatan efsens rgas dengan mengandalkan pendekatan pengelolaan pasokan (supply management) tdak lag memada. Serng dengan menngkatnya kelangkaan sumberdaya ar dan kompets penggunaan antar sektor, pengelolaan permntaan (demand management) yang berorentas pada penngkatan efsens semakn drasakan urgensnya (Wnpenny, 1994; Grmble, 1999; Rosegrant et al, 2002). 1.2. Rumusan Permasalahan D Indonesa pada saat n ada dua agenda pokok permasalahan yang salng terkat dan perlu segera dpecahkan secara smultan yatu: (1) penngkatan efsens atau produktvtas rgas dan (2) penngkatan kemampuan petan untuk berkontrbus dalam pembayaan operas dan pemelharaan rgas. Penngkatan efsens rgas harus dlakukan karena: 1. Ar rgas semakn langka. 2. Potens untuk menngkatkan efsens cukup terbuka karena yang dcapa mash sangat rendah. 3. Dampak postf penngkatan efsens rgas terhadap ketersedaan ar untuk kepentngan yang lebh luas akan sangat nyata karena pangsa penggunaan ar untuk rgas sangat besar. 4. Perluasan lahan rgas baru (new constructon) hanya dapat dlakukan dalam skala yang sangat terbatas. Penngkatan kontrbus petan untuk membaya operas dan pemelharaan rgas terutama d level terter adalah salah satu program Pembaharuan Kebjakan Pengelolaan Irgas (PKPI); dan konvergen dengan arah reformas rgas yang lebh menekankan pada partspas dan kemandran petan. Selan tu juga merupakan syarat kecukupan untuk keberlanjutan knerja rgas yang efsen.

5 Sejak sepuluh tahun terakhr n knerja ketersedaan ar rgas semakn tdak kondusf untuk mendukung keberlanjutan produktvtas usahatan yang tngg. Insden banjr dan kekerngan semakn serng terjad dan cakupan wlayah yang terkena semakn meluas (Badan Peneltan dan Pengembangan Pertanan, 1996; Sumaryanto dan Fryatno, 1999). Menurunnya knerja rgas pada umumnya terlhat dar: (1) pada musm kemarau, luas areal layanan rgas cenderung menyusut dar tahun ke tahun, (2) pada areal yang terar tu, ketersedaan ar yang cukup d musm kemarau cenderung semakn pendek rentang waktunya, dan (3) pada musm hujan hamparan sawah layanan rgas semakn rentan terhadap banjr. Penyebab utama menurunnya knerja rgas adalah: (1) memburuknya knerja jarngan rgas, (2) menurunnya ketersedaan ar yang menjad sumber ar rgas, dan (3) kombnas dar keduanya. Memburuknya knerja jarngan rgas selan dsebabkan oleh dsan jarngan rgas yang tdak tepat (Arf, 1996), juga dsebabkan oleh sstem operas dan pemelharaan rgas yang jelek, atau kombnas dar keduanya (Osmet, 1996). Sstem operas dan pemelharaan rgas yang tdak memada tu antara lan dsebabkan oleh sangat terbatasnya dana yang terseda. Sebagamana dnyatakan dalam Syarf (2002), meskpun sejak 1987 anggaran yang dsedakan untuk kegatan O&P mencapa $ 70 80 juta/tahun, namun alokasnya sebagan besar (60-85 %) habs untuk membayar gaj pegawa dan baya admnstras. Ssanya, yakn sektar (15-40 %) pada umumnya hanya cukup untuk membaya perbakanperbakan yang bersfat mendesak agar ar dapat dsalurkan ke tempat yang memerlukan sehngga pemelharaan rutn serngkal tdak dapat tercukup. Penurunan sumber pasokan ar rgas terutama dsebabkan oleh menurunnya fungs sunga yang dcrkan oleh stabltas debt yang semakn rendah. Hal n terkat dengan degradas lngkungan daerah tangkapan ar (catchment area) yang ternyata sampa saat n sult datas. D Indonesa upaya penngkatan efsens rgas melalu pendekatan pasokan sudah serng dlakukan msalnya melalu sstem rgas berglr, sstem alr terbatas (low flow management), sstem alr-putus-alr (ntermttent), dan sebaganya. Pendekatan n mash dapat dlanjutkan dan perlu dsempurnakan.

6 Meskpun demkan, mengngat bahwa: (1) ar rgas yang terseda makn langka, (2) upaya untuk menambah ketersedaannya semakn sult, dan (3) kompets penggunaan sumberdaya ar antar sektor semakn tngg, maka pendekatan tersebut tdak memada untuk mendorong efsens rgas dan atau produktvtas rgas. Pendekatan lan yang dharapkan cukup efektf adalah melalu pengelolaan permntaan (demand management). Strateg untuk menngkatkan efsens rgas melalu pendekatan pengelolaan permntaan dapat dtempuh melalu dua jalur. Jalur pertama adalah melalu maksmsas output. Artnya, berbass pada ar rgas yang terseda dupayakan agar dperoleh output atau pendapatan yang maksmal. Jalur kedua adalah melalu mnmsas nput. Artnya, untuk memproduks sejumlah output tertentu atau memperoleh sejumlah keuntungan tertentu dupayakan agar kuanttas ar rgas yang dgunakan dmnmalkan. Jka sasaran utama efsens rgas adalah untuk mendukung realokas ar ke sektor lan, maka strateg kedua yang lebh harus dterapkan. Sebalknya jka realokas ar rgas ke sektor lan tdak mendesak maka strateg pertama yang harus dtempuh. Mengacu pada konds emprs, dapat dnyatakan bahwa bag Indonesa yang saat n harus dprortaskan adalah efsens rgas melalu strateg maksmsas. Instrumen untuk mendorong efsens rgas dan sekalgus juga kondusf untuk menngkatkan kapastas pembayaan operas dan pemelharaan rgas dalam pendekatan pengelolaan permntaan melalu strateg maksmsas produktvtas tu harus memenuh krtera: (1) sesua dengan azas pengelolan rgas partspatf, dan (2) sstem kelembagaannya efsen. Salah satu nstrumen yang layak dpertmbangkan adalah penerapan sstem uran rgas berbass nla produktvtas margnal sumberdaya tersebut. Dalam konteks tu ada dua aspek yang secara smultan tercakup yatu: konsums ar rgas untuk usahatan dan nla ekonom ar rgas yang mencermnkan tngkat kelangkaannya. Pemaduan kedua aspek tu dapat dtempuh melalu pencptaan sstem uran rgas yang besarannya ddasarkan atas perkraan konsums ar rgas dan harga bayangan sumberdaya tersebut. Dengan cara tu, tercpta nsentf untuk menerapkan dversfkas usahatan ke komodtas pertanan yang lebh hemat ar yang menguntungkan; terutama pada saat ar rgas semakn langka.

7 Penerapan model tersebut membutuhkan kajan melalu pendekatan normatf maupun postf. Pendekatan normatf berupa valuas ar rgas untuk mengetahu nla produktvtas margnal atau harga bayangan ar rgas yang selanjutnya dpergunakan untuk merumuskan sstem uran pelayanan rgas berbass komodtas. Dar pendekatan normatf n juga dhaslkan pola tanam optmal, yakn pola tanam yang menghaslkan keuntungan usahatan maksmal. Prospek penerapan model tersebut sangat dtentukan oleh keberhaslan dalam mendayagunakan faktor-faktor yang mempengaruh arah perubahan menuju sosok normatf tersebut. Faktor-faktor postf (kondusf) maupun yang sfatnya negatf terhadap peluang pengembangan dversfkas usahatan dan tngkat partspas petan dalam pembayaran uran pelayanan rgas perlu ddentfkas. In dapat dkaj dengan pendekatan postf berdasarkan konds emprs d lapangan. Secara teorts sstem uran pelayanan rgas berbass komodtas potensal untuk mendorong efsens rgas. Dalam batas-batas tertentu, dengan menerapkan sstem n maka jumlah baya yang harus dkeluarkan petan untuk rgas adalah proporsonal dengan kuanttas ar rgas yang dpergunakan. Oleh karena tu ada nsentf untuk menngkatkan efsens rgas dan kondusf untuk mendorong dversfkas usahatan. Sebalknya, dengan berdversfkas ke komodtas pertanan hemat ar maka baya rgas yang harus dtanggung petan juga menjad lebh rendah. Jad, ada hubungan snergs antara sstem uran berbass komodtas dengan dversfkas usahatan. Kerangka hukum (legal framework) yang danut Indonesa menyatakan bahwa sumberdaya ar dkuasa negara. Konsep pemlkan ndvdual secara penuh tdak dbenarkan, dan karenanya sstem dstrbus ar rgas melalu mekansme pasar adalah tdak sesua dengan kerangka hukum yang berlaku. Meskpun demkan bukan berart bahwa sstem uran rgas berbass komodtas yang formulasnya ddasarkan atas hasl valuas dengan mengasumskan berlakunya mekansme pasar tdak dapat dterapkan. Formulas yang dhaslkan dar pendekatan n dfokuskan untuk memperoleh ukuran kuanttatfnya, sedangkan kelembagaan penerapannya dapat dkemas dalam bentuk kelembagaan non pasar agar sesua dengan kerangka hukum yang danut.

8 1.3. Tujuan Peneltan Peneltan n dtujukan untuk mempelajar kemungknan penerapan sstem uran pelayanan rgas berbass komodtas dan pengembangan dversfkas usahatan dalam rangka menngkatkan produktvtas ar rgas serta mengkaj faktor-faktor yang mempengaruh prospek penerapan sstem uran tersebut. Secara rnc tujuan peneltan adalah: 1. Melakukan valuas ar rgas dan optmas pola tanam d lahan rgas. 2. Memformulaskan sstem uran rgas berbass komodtas. 3. Mengkaj prospek penerapan uran pelayanan rgas berbass komodtas dengan cara tdak langsung melalu estmas probabltas petan untuk berdversfkas dan kualtas partspasnya dalam pembayaran uran rgas. 4. Menganalss faktor-faktor yang mempengaruh probabltas petan untuk berdversfkas dan kualtas partspasnya dalam pembayaran uran rgas. 1.4. Sgnfkans Peneltan D Indonesa, menngkatnya kelangkaan ar rgas dan mplkasnya terhadap sstem pengelolaan rgas belum memperoleh perhatan yang memada. Selama n, sebagan besar peneltan emprs yang telah dlakukan pada umumnya terfokus pada aspek kelembagaan ataupun keteknkan dan orentasnya berksar pada perbakan sstem pengelolaan rgas berbass pasokan. Peneltan emprs d bdang sosal ekonom tentang penngkatan efsens rgas dengan pendekatan permntaan sepert yang dlakukan dalam peneltan n mash sangat langka. Dalam peneltan n, valuas ar rgas menggunakan salah satu varan dar Resdual Imputaton Approach (RIA) yakn Change n Net Income (CINI) dengan pemrograman matemats. Varas spatal dan terutama dstrbus temporal ketersedaan dan kebutuhan ar rgas sangat dperhtungkan dalam elaboras model. Dengan demkan varas spatal dan sebaran temporal harga bayangan ar rgas beserta mplkasnya terhadap uran rgas berbass komodtas dapat dketahu. Selanjutnya, dengan pendekatan postf dlakukan pula analss faktorfaktor yang dduga mempengaruh prospek mplementas sstem uran tersebut.

9 1.5. Keterbatasan Peneltan Keterbatasan peneltan merupakan mplkas pendekatan yang dgunakan dan sejumlah penyederhanaan yang secara langsung maupun tdak langsung sangat terkat dengan ketersedaan data. Keterbatasan yang dmaksud adalah: 1. Keterbatasan yang terkat dengan mplkas dar pendekatan yang dgunakan untuk valuas ar rgas dengan pemrograman lner dmana harga-harga masukan maupun harga keluaran usahatan dperlakukan sebaga varabel eksogen. Secara teorts, model non lner dengan memperlakukan harga-harga tersebut sebaga varabel endogen mungkn lebh sesua dengan duna emprs. 2. Keterbatasan yang muncul sebaga mplkas dar pendekatan normatf dan bersfat determnstk sehngga pengaruh acak dar kesalahan pengukuran ataupun galat yang sfatnya stokastk tdak dapat dkaj dengan bak. 3. Keterbatasan yang terkat dengan penyederhanaan tujuan petan. Pemodelan ddasarkan atas asums bahwa tujuan petan adalah tunggal yatu memaksmumkan keuntungan usahatan; padahal sangat mungkn tujuan petan dalam berusahatan adalah bersfat jamak. 4. Keterbatasan yang terkat dengan ruang lngkup dalam pemodelan dmana faktor yang dperhtungkan mempengaruh ketersedaan dan permntaan ar rgas hanya curah hujan. Pengaruh alokas ar untuk pemenuhan kebutuhan lan (ndustr, kebutuhan rumah tangga, dan sebaganya) tdak dperhtungkan. 5. Keterbatasan yang terkat dengan dsagregas kebutuhan maupun ketersedaan ar rgas yatu: (1) dsagregas spatal dsederhanakan hanya menjad tga sub wlayah rgas, dan (2) dsagregas temporal adalah bulanan. Secara teorts, hasl estmas akan lebh akurat jka tngkat dsagregas lebh rnc. 6. Keterbatasan yang terkat dengan agregas komodtas. Bass pengagregasan komodtas dfokuskan pada keserupaan komodtas dalam konteks kebutuhan tanaman terhadap ar rgas. Implkasnya, mungkn ada sfat-sfat khusus lannya yang secara teorts terabakan. 7. Keterbatasan yang terkat dengan cakupan komodtas. Dalam peneltan n, komodtas ternak dan kan tdak tercakup.

10 1.6. Kegunaan Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan pendekatan normatf dan postf. Dar pendekatan normatf akan dhaslkan tga nformas pentng yatu: harga bayangan ar rgas, uran rgas berbass komodtas, dan pola tanam optmal. Dar pendekatan postf akan dketahu faktor-faktor yang mempengaruh partspas petan dalam dversfkas dan pembayaran uran rgas. Harga bayangan ar rgas bukan hanya berguna untuk menentukan besaran dar uran rgas berbass komodtas. Dalam konteks yang lebh luas, pengetahuan tentang nla (kelangkaan) ekonom ar rgas sangat dbutuhkan oleh pemerntah dan masyarakat pada umumnya. Bag pemerntah, dapat dmanfaatkan dalam merumuskan kebjaksanaan pengelolaan rgas khususnya maupun sumberdaya ar pada umumnya. Bag petan ataupun masyarakat pada umumnya, pengetahuan tentang nla kelangkaan ar rgas dapat menngkatkan apresas terhadap sumberdaya n sehngga kondusf untuk mewujudkan sstem pemanfaatan yang sesua dengan azas-azas efsens dan kelestaran. Selan kondusf untuk menngkatkan produktvtas ar rgas, penerapan uran rgas berbass komodtas juga sangat potensal untuk menngkatkan kemampuan Organsas Petan Pemaka Ar (P3A) dalam membaya operas dan pengelolaan rgas. Oleh karena tu sesua untuk menjawab tantangan yang dhadap P3A dalam era pembaharuan pengelolaan rgas. Sesua dengan makna yang terkandung dalam konsep pola tanam, nformas tentang pola tanam optmal menyajkan sosok normatf tentang komodtas pertanan apa, kapan, seberapa banyak, dan dmana sebaknya dusahakan. Selan tu, pola tanam optmal juga bermanfaat sebaga acuan dalam evaluas konds aktual sehngga arah perbakan menjad lebh jelas. Hasl dentfkas faktor-faktor yang kondusf untuk partspas petan dalam dversfkas dan pembayaran uran rgas dapat dmanfaatkan untuk merumuskan strateg penerapan uran berbass komodtas. Dalam konteks yang lebh luas, nformas tersebut berguna dalam perumusan program pengembangan dversfkas usahatan dan atau penngkatan produktvtas ar rgas.

11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perubahan Paradgma Pendayagunaan Sumberdaya Ar dan Implkas Terhadap Kebjakan Pengelolaan Ar untuk Pertanan Perubahan paradgma pendayagunaan sumberdaya ar merupakan salah satu topk yang secara langsung maupun tdak langsung mempunya mplkas yang sangat serus terhadap strateg pembangunan pertanan, khususnya sub sektor pangan. Hal n dsebabkan: (1) sektor pertanan merupakan pengguna terbesar sumberdaya ar, dan (2) pengembangan sumberdaya ar untuk pertanan merupakan determnan dar keberhaslan pengembangan produks pangan. Beberapa stud emprs menunjukkan bahwa keberhaslan sebagan besar negaranegara berkembang dalam memacu pasokan pangan bag penduduknya dtentukan oleh ekskalas pendayagunaan sumberdaya ar, khususnya pengembangan rgas yang terjad sejak revolus hjau menduna (Rosegrant and Svendsen, 1993; World Bank, 1982; Gleck, 1998; Gleck, 2000; Johansson, 2000). Latar belakang perubahan paradgma terkat dengan upaya menghndar skenaro buruk dar arah perkembangan yang mungkn terjad apabla kecenderungan permntaan dan ketersedaan ar tetap sepert sekarang n (busness as usual). Rosegrant and Hazell (2000) menyatakan bahwa tanpa adanya perubahan yang nyata dalam pengelolaan rgas, penyedaan pangan d negaranegara berkembang akan sangat rawan karena pasokan ar untuk pertanan akan terus berkurang. Hal tu juga terkat dengan fakta bahwa sampa saat n kemampuan memtgas anomal perlaku klm mash belum handal sehngga banjr dan kekerngan mash merupakan salah satu ancaman palng nyata terhadap usahatan (Bouman, 2003; Katum et al, 2002; Molden, 2002). 2.1.1. Ketersedaan Sumbedaya Ar: Konds Sekarang dan Kecenderungannya Dperkrakan bahwa ketersedaan ar tawar terbarukan (renewable fresh water - RFW) d bum n adalah sektar 47000 Km 3 /tahun. Dar jumlah tu, sektar 41000 Km 3 dantaranya potensal untuk deksplotas/ddayagunakan. Kebutuhan manusa saat n berksar antara 38 64 % dar jumlah potensal tersebut (Gleck, 1998). Walaupun dalam jangka panjang berbaga kemajuan

12 teknolog memungknkan penngkatan persentase ar yang dapat dekstraks, dperkrakan bahwa RFW yang terseda secara relatf tdak akan mengalam perubahan yang sangat besar. Sementara tu populas duna yang pada tahun 1998 adalah sektar 5.93 mlyar, dproyekskan pada tahun 2025 akan mencapa 8.039 mlyar dan pada tahun 2050 akan mencapa 9.367 mlyar jwa (World Resources Insttute, 1998). Berdasarkan angka-angka tu dperkrakan ar tawar yang terseda pada tahun 1998, 2025 dan 2050 adalah sektar 6 918, 5 103 dan 4 380 m 3 per orang per tahun; yang berart pasokan ar per kapta akan semakn berkurang. Rata-rata kebutuhan mnmum ar tawar d negara maju adalah sektar 1000 m 3 /tahun. Dengan teknolog dan manajemen yang sangat canggh (sepert d Israel msalnya), bag negara-negara d wlayah sem-ard kebutuhan tu dapat dtekan menjad 500 m 3 /kapta/tahun (Gleck, 1998). Angka 500 m 3 /kapta/tahun merupakan standard mnmal untuk kehdupan (Seckler et al, 1998). Sejak 30 tahun terakhr n, perlaku klm global cenderung berubah. Hal tu bermplkas pula terhadap ketersedaan ar tawar per kapta. Pola sebaran curah hujan antar tempat dan waktu mengalam perubahan-perubahan yang besar. Insden banjr akbat curah hujan yang ekstrm tngg terjad d beberapa wlayah permukaan bum, sementara tu d ss lan curah hujan yang sangat sedkt dan musm kerng yang berkepanjangan semakn banyak terjad d berbaga tempat. Meskpun berbaga kemajuan teknolog telah dcapa, ternyata mash belum memada untuk secara tepat mempredks perlaku klm dalam suatu perode yang cukup untuk melakukan berbaga tndakan mtgas yang bak. Dduga perubahan perlaku klm tu dsebabkan oleh penngkatan suhu global yang terkat dengan fenomena efek rumah kaca (greenhouse gases) akbat menngkatnya konsentras CO 2, gas Methane, Ntrous Oxde, dan CFC-11. Beberapa pakar menyatakan bahwa menngkatnya frekuens dan duras El Nno berkatan dengan menngkatnya suhu global (Trenberth and Hoar, 1996). Pada sektor pertanan, El Nno berdampak negatf karena mengacaukan proses dan sklus produks pertanan. Secara umum anomal perlaku klm cenderung berdampak negatf terhadap semua aspek kehdupan karena kemampuan untuk mengantspas dan memtgas anomal tersebut pada umumnya kurang memada.