Indonesia Property Market Overview 4 th Quarter 2015

dokumen-dokumen yang mirip
SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (AS), secara tak langsung berdampak pada kinerja sektor

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

PERKEMBANGAN PROPERTI KOMERSIAL

1 PENDAHULUAN. Gambar 1 Tarif Sewa Hotel dan Ritel. Gambar 2 Sewa Apartemen, Kantor dan industri. Sumber : BI (2013)

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY. Pusat Perbelanjaan/Ritel di Jabodetabek dan Bandung

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

Investor Update. Berdasarkan Segment. Pertumbuhan Pendapatan. Hasil Kinerja Keuangan 2015 & Marketing Sales Triwulan Investor yang terhormat,

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY

UMKM & Prospek Ekonomi 2006

BAB I PENDAHULUAN. selama tahun tersebut. Menurunnya daya beli masyarakat yang dipicu dari

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY

Studi Kinerja Industri Properti Komersial Apartemen, Hotel, Perkantoran, Pusat Perbelanjaan, Lahan Industri

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY

Mohon Kirimkan. eksemplar. Posisi : Nama (Mr/Mrs/Ms) Nama Perusahaan. Alamat. Tanggal : / / Telepon/Fax

Tim Statistik Sektor Riil BERITA PROPERTI. Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter. Edisi Perdana

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

Juni 2017 RESEARCH TEAM

BAB I PENDAHULUAN. arus modal dunia yang dipengaruhi oleh berakhirnya era quantitative easing (QE)

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2014 SEBESAR 3,41 PERSEN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. perkantoran di Jakarta. PT XYZ saat ini dimiliki oleh PT BCD sebesar 72,25%

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan harganya yang cenderung selalu naik. Kenaikan harga properti

Monthly Market Update

Paparan Publik. 04 Juni 2018

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan juga mempengaruhi minat investor untuk menanam atau menarik investasinya

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian Indonesia terlihat sangat membaik. Menteri Keuangan Sri

BAB I PENDAHULUAN. ketat antar perusahaan. Persaingan membuat setiap perusahaan semakin

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI HOTEL DI INDONESIA

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI HOTEL DI INDONESIA

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY

SURVEI PERSEPSI PASAR

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

4. Outlook Perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. orang. Manfaat bagi kegiatan setiap orang yakni, dapat mengakomodasi

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

BAB I PENDAHULUAN. Pekanbaru mempunyai Pelabuhan Pelita Pantai, Pelabuhan Laut Sungai Duku dan

Februari 2017 RESEARCH TEAM

BAB I PENDAHULUAN. memutarkan kelebihan dana yang dimilikinya. Menurut Ulfah Khaerani

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang semakin pesat pula. Perkembangan tersebut juga dibarengi dengan

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan perekonomian suatu bangsa, bank memegang peranan

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan

4. Outlook Perekonomian

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN II TAHUN 2012

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

BERITA RESMI STATISTIK

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3%

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara lain seperti kawasan Eropa, Kanada, Australia, Hongkong, dan

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

Menakar Kinerja Kota Kota DiIndonesia

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran

KOMERSIAL COMMERCIAL PROPERTY SURVEY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses bagaimana suatu

OUTLOOK EKONOMI DIY Tahun _Arief Budi Santoso_ Kepala Perwakilan Bank Indonesia DIY

BAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI

SURVEI PERSEPSI PASAR

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

Monthly Market Update

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

BAB I PENDAHULUAN. tapak maupun apartemen yang dibangun oleh pengembang. Keputusan Bank Indonesia untuk menaikan Down Payment untuk kredit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tantangan Sektor Properti

Transkripsi:

Indonesia Property Market Overview 4 th Quarter 2015 Coldwell Banker Commercial Kawasan Bisnis Granadha, 12 th B Floor Jl. Jenderal Sudirman Kav. 50 Jakarta 12930 Indonesia Phone : +62 21 255 39 388 Fax : +62 21 255 39 399

RINGKASAN PASAR PROPERTI INDONESIA KUARTAL 4 2015 Pengantar Berdasarkan laporan Tinjauan Kebijakan Moneter yang disampaikan Bank Indonesia, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV 2015 belum menunjukan perbaikan secara signifikan, meskipun telah dilakukan beberapa kebijakan sebagai stimulus pertumbuhan. Perbaikan ekonomi domestik tercatat pada konsumsi pemerintah dan investasi bangunan, didorong oleh realisasi belanja pemerintah dan meningkatnya implementasi proyek infrastruktur pemerintah. Rupiah mengalami penguatan, seiring dengan menurunnya ketidakpastian di pasar keuangan global setelah kenaikan FFR oleh the Fed. Inflasi selama 2015 tercatat sebesar 3,35% (yoy), lebih rendah dari inflasi tahun sebelumnya dan berada dalam kisaran sasaran inflasi 2015. Pada awal tahun 2016, Bank Indonesia menurunkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 7,25%. Keputusan tersebut diambil sejalan dengan semakin terbukanya ruang kebijakan moneter dengan terjaganya stabilitas makroekonomi. Secara umum, kondisi perekonomian Indonesia selama triwulan IV 2015 belum memberikan dampak yang berarti terhadap pasar properti di tanah air. Kinerja pasar properti masih belum menunjukan peningkatan berarti baik dari sisi pasokan, permintaan dan juga harga. Secara umum, highlight dari pasar properti komersial di Indonesia yang meliputi sektor perkantoran, apartemen, retail dan hotel diuraikan seperti berikut ini: Penambahan pasokan baru masih terbatas hampir diseluruh sektor properti komersial. Penambahan pasokan terutama terjadi pada kota-kota diluar kawasan Jabodetabek, walaupun dengan tingkat pertumbuhan yang masih rendah. Tingkat penyerapan sektor properti juga terbilang masih rendah dan terjadi hampir diseluruh kota-kota besar di Indonesia. Harga tidak bergerak secara signifikan, bahkan pada beberapa sektor properti komersial tertentu menunjukan penurunan harga. Pada kesempatan ini, ringkasan pasar properti di Indonesia dibatasi pada kinerja sektor properti komersial yang meliputi sektor-sektor perkantoran, retail dan hotel di kota-kota besar di Indonesia. Selain itu sektor apartemen sebagai pengembangan high-rise residential juga termasuk sebagai sektor yang dikaji dalam pembahasan pasar properti yang dilakukan. Berdasarkan pada hirarki perkembangan properti komersialnya, kami mengklasifikasikan kota-kota di Indonesia menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu: Established City Kota-kota yang masuk ke dalam kategori established city adalah Jakarta, Surabaya, Medan dan Bandung. Adapun karakteristik perkembangan properti komersial dalam katagori ini adalah seperti diuraikan berikut ini. Diantara kota-kota lainnya, sektor properti komersial di kota ini paling berkembang dengan pengembangan properti high-rise dan modern telah dimulai sejak awal tahun 90an.

Semua sektor properti komersial seperti perkantoran, retail, apartemen dan hotel telah berkembang dengan baik Sektor properti di kota ini tidak hanya menyasar pangsa pasar dari penduduknya tetapi dari kota-kota lain, sekaligus telah menjadi pusat pertumbuhan properti di kota-kota tersebut Sebagian besar pasokan properti dalam kategori ini dikontribusi oleh Kota Jakarta mencapai lebih dari 70% dari total pasokan di established city Emerging City Makassar, Balikpapan, Bali, Semarang, Yogyakarta, Bodetabek dan Solo adalah sebagian dari kota-kota yang masuk dalam katagori ini. Karakteristik perkembangan properti komersial di kota ini seperti diuraikan berikut ini. Kinerja ekonomi dalam kota-kota ini berubah secara signifikan dalam 5 10 tahun terakhir ini yang direpresentasikan dengan pertumbuhan ekonomi diatas rata-rata nasional Pasar properti berkembang cukup agresif dalam mengakomodasi pertumbuhan sektor bisnis, industri dan pariwisata Sektor hotel dan retail telah berkembang secara signifikan baik dari sisi jumlah dan kualitas pengembangan Sektor apartemen mulai berkembang dalam beberapa tahun terakhir ini Bebeberapa pengembangan real estate skala besar telah berkembang terlebih dahulu dalam kota-kota ini Promising City Beberapa kota dalam katagori promising city antara lain Pontianak, Banjarmasin, Kendari, Palembang, Cirebon, dan lainnya. Karakteristik perkembangan properti komersial di kota ini seperti diuraikan berikut ini. Aktifitas korporasi tumbuh secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir terutama terkait pemanfaatan sumber daya alam dan aktifitas bisnis lainnya Perkembangan sektor properti mulai tumbuh secara signifikan kurang dari 5 tahun terakhir ini, dimana selain perumahan, pengembangan sektor retail dan hotel mendominasi pasar properti Pertumbuhan sektor properti masih dikontribusi terutama oleh pengembang lokal dengan skala pengembangan kecil sampai menengah Ringkasan Pasar Properti Secara umum, kinerja pasar properti komersial di masing-masing di kota-kota besar di indonesia selama triwulan IV 2015 diuraikan seperti berikut ini. Sektor Perkantoran Pasar perkantoran di Indonesia terkonsentrasi di Jakarta dengan pasokan mencapai 79% dari total pasokan ruang perkantoran komersial di Indonesia. Selain Jakarta, kota-kota lain di

Indonesia dengan pasokan ruang perantoran cukup besar adalah Surabaya, Bandung, Medan dan dan Bodetabek. Pada akhir triwulan IV 2015, total pasokan ruang perkantoran komersial di kota-kota besar di Indonesia mencapai 5,83 juta m2, naik sekitar 0,6% dari pasokan ruang perkantoran pada triwulan sebelumnya. Beberapa tambahan pasokan baru selama triwulan IV 2016 meliputi Bank Muamalat Tower, Graha Sentraya dan South Quarter di Jakarta, dan Gedung Infomedia di Bandung. Tambahan pasokan mendatang dalam tahun 2016, terutama akan terus dikontribusi oleh proyek-proyek yang dikembangkan di Jakarta. Terbatasnya tambahan pasokan ruang perkantoran di kota lain selain Jakarta adalah karena skala bisnis yang lebih kecil dan preferensi perusahaan lokal dikota tersebut yang lebih memilih rumah dan ruko sebagai tempat operasionalnya. Rata-rata tingkat hunian perkantoran mencapai 91% dengan kota-kota seperti Jakarta, Surabaya, Semarang dan Makassar mencapai tingkat hunian yang lebih tinggi dari rata-rata. Tingkat hunian mengalami penurunan sebesar 0.4% selama triwulan IV. Tingginya tingkat hunian perkantoran di luar Jakarta lebih diakibatkan oleh terbatasnya pasokan dan besarnya komposisi owner occupation. Permintaan ruang perkantoran diluar Jakarta terutama berasal dari perusahaan dengan kantor pusat di Jakarta yang membuka cabang di kota-kota tersebut. Perusahaan-perusahaan tersebut terutama bergerak dibidang perbankan, sekuritas, asuransi dan telekomunikasi. Secara umum, harga sewa ruang perkantoran di kota-kota besar di Indonesia mengalami kenaikan sebesar 1,5% selama triwulan IV 2015. Beberapa kota mencapai tingkat pertumbuhan harga sewa diatas rata-rata seperti Makassar, Balikpapan dan Pekanbaru. Harga sewa rata-rata di Jakarta merupakan harga sewa tertinggi mencapai Rp380,835 per m2 perbulan, diikuti oleh Bodetabek dengan Rp266.585 per m2 per bulan. Harga sewa pada kotakota lainnya umumnya berkisar 50% - 40% lebih rendah dari rata-rata harga sewa ruang perkantoran di Jakarta. Sektor Retail Pada triwulan IV 2015, terdapat sekitar 10,6 juta m2 ruang retail sewa di kota-kota besar di Indonesia, naik sekitar 0,1% dari triwulan sebelumnya. Sekitar 39% dari pasokan ruang ritel tersebut terkonsentrasi di Jakarta. Kota-kota lain dengan pasokan ruang retail cukup besar antara lain Bodetabek, Bandung, Surabaya dan Medan. Tingkat hunian ruang retail sewa di kota-kota besar di Indonesia mencapai 83% pada triwulan IV 2015, dimana kota-kota seperti Semarang, Makassar, Pekanbaru dan Medan mencapai tingkat hunian yang jauh lebih tinggi diatas rata-rata. Sumber permintaan ruang retail terutama berasal dari F&B sejalan dengan mulai tumbuhnya retail center yang mengusung konsep lifestyle di kota-kota besar di Indonesia. Sementara itu, permintaan dari tenant lainnya relatif lebih terbatas karena tenant-tenant tersebut saat ini lebih konsentrasi dalam menangani kinerja eksisting outlet mereka. Selain Jakarta dan Surabaya, pengembangan retail di kota-kota besar di Indonesia umumnya termasuk dalam katagori retail kelas menengah.

Rata-rata harga sewa ruang retail pada prime area di lantai dasar di kota-kota besar di Indonesia berkisar antara Rp250.000,- per m2 per bulan sampai Rp550.000,- per m2 per bulan. Sementara itu harga sewa di Jakarta, Bali dan Bandung mencapai harga yang jauh diatas ratarata kota lainnya dengan masing-masing Rp813.800,- per m2 per bulan, Rp765.000,- per m2 per bulan dan Rp750.000,- per m2 per bulan secara berturut-turut. Rata-rata harga sewa ruang retail di kota-kota besar di Indonesia naik sebesar 1,6% selama triwulan IV 2015 dengan kenaikan pada kota Semarang, Surabaya dan Medan mencapai kenaikan diatas rata-rata. Sektor Apartemen Sekitar 45% dari total pasokan apartemen di kota-kota besar di Indonesia berlokasi di Jakarta, sedangkan 46% lainnya berada di Bodetabek, Bandung dan Surabaya. Selain kota-kota tersebut, kota besar lainnya di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi hanya berkontribusi 9% terhadap total pasokan apartemen di Indonesia. Hal ini dapat dipahami karena pertumbuhan sektor apartemen pada kota-kota tersebut baru mulai dalam 5 tahun terakhir ini, bahkan beberapa kota baru mulai mengembangkan sektor apartemen kurang dari 3 tahun kebelakang. Permintaan sektor apartemen terutama berasal dari investor yag membeli unit apartemen dengan harapan memperoleh capital gain dari kenaikan harga jual, ataupun dari potensi pendapatan sewa dari penyewaan unit apartemen. Berdasarkan alasan tersebut, pasar apartemen pada kota-kota dengan potensi pasar sewa yag lebih baik menunjukan pertumbuhan pengembangan yang lebih besar dibanding kota-kota lainnya. Sumber permintaan sewa utama umumnya berasal dari mahasiswa atau pekerja dikawasan industri atau bisnis. Permintaan unit apartemen di kota-kota besar tidak hanya berasal dari penduduk di masingmsing kota tersebut, tetapi dari pembeli lainnya yang berasal dari luar kota. Selama triwulan IV 2015, rata-rata harga apartemen relatif stagnan dan hanya tumbuh sebesar 0,87% dari harga pada triwulan sebelumnya. Selain masih terbatasnya permintaan, stagnannya harga rata-rata apartemen juga disebabkan oleh lebih banyaknya peluncuran proyek baru yang menyasar kelas menengah bawah yang harganya ditawarkan lebih rendah dari harga rata-rata pada periode sebelumnya. Sektor Hotel Sebagian besar hotel di kota-kota besar di Indonesia dikembangkan untuk mengakomodasi pasar MICE yang diselenggarakan baik oleh sektor pemerintahan maupun perusahaan swasta. Walaupun kota tersebut merupakan daerah tujuan wisata utama, kontribusi permintaan dari aktifitas MICE ini cukup besar disamping sektor pariwisata. Secara umum pertumbuhan permintaan sektor perhotelan dikota-kota besar meningkat sekitar 6,0% selama triwulan IV 2015. Dilonggarkannya kembali pelaksanaan meeting dihotel bagi sektor pemerintah memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap peningkatan permintaan sektor hotel dalam triwulan tersebut. Selama triwulan IV 2015, rata-rata tingkat hunian hotel mencapai 65% atau mengalami kenaikan sebesar 3,85% dibanding tingkat hunian pada triwulan sebelumnya. Berdasarkan klasifikasinya,

hotel bintang 3 dan 4 secara umum menunjukan kinerja yang lebih baik disebagian besar kotakota di Indonesia. Walaupun permintaan menunjukan peningkatan selama triwulan IV, tarif sewa kamar hotel mengalami sedikit penurunan yang diakibatkan oleh tingginya kompetisi dan pemenuhan target okupansi oleh sebagian hotel dengan cara menurunkan tarif sewa kamar. Ringkasan Berdasarkan kategori kotanya, kinerja masing-masing sektor properti komersial di kota-kota besar di Indonesia diuraikan seperti berikut ini. Profil permintaan properti komersial di Indonesia berbeda antara satu kota dengan kota lainnya. Akan tetapi secara umum profil dan preferensi permintaan sektor properti komersial pada masing-masing kategori kota diuraikan seperti berikut ini. Item Profil Pasar Properti Established Cities Emerging Cities Promising Cities Kontribusi Pasokan 75% 20% 5% Sektor Pengembangan Perkantoran, Ritel, Apartemen, Hotel Perkantoran, Ritel, Apartemen, Hotel Ritel dan Hotel Tipe Pengembangan Strata dan Sewa Strata dan Sewa Sewa Sumber Permintaan Skala Pengembangan Bisnis yang sudah berkembang, Jasa, Industri Ketinggian menengah hingga tinggi Komoditas, Minyak dan Batu Bara, Keuangan, Pariwisata, dan Pemerintahan Ketinggian menengah Produksi dan Pengolahan, Komoditas, dan Pariwisata Ketinggian rendah Mixed Use Beberapa Mixed Use Pengembangan Stand Alone Tujuan Pembeli Pemakai langsung, investasi Investasi Investasi Kinerja Pasar Segmen Pasar Jakarta mendominasi di semua sektor pengembangan DI luar Jakarta, sektor Apartemen dan Hotel lebih berkembang dibandingkan dengan sektor lain Menengah hingga premium Sumber : Coldwell Banker Commercial, Februari 2016 Beberapa kota mulai mengambangkan apartemen di 5 tahun terakhir Beberapa kota tersebut adalah Bodetabek, Makassar, Semarang, Balikpapan, Pekanbaru, dan Yogyakarta Menengah bawah hingga menengah atas Hotel merupakan sektor yang paling berkembang di kota-kota kategori ini Menengah bawah hingga menengah Dengan konsentrasi jumlah pasokan pada established cities, maka penyerapan sektor perkantoran, apartemen dan hotel paling tinggi terjadi di established cities. Lain halnya dengan sektor retail, karena pasokan retail baru terutama berkembang di emerging cities maka penyerapan sektor retail selama 2015 paling tinggi dicapai emerging cities. Properti Market Outlook Kinerja pasar properti Indonesia dalam waktu dekat masih akan stagnan sebagai dampak dari masih belum pulihnya pelemahan ekonomi dalam beberapa periode terakhir ini.

Beberapa institusi terkait seperti Asian Development Bank dan World bank memproyeksikan bahwa kinerja ekonomi Indonesia di tahun 2016 akan lebih baik dibanding tahun 2015. Secara umum indikator makro ekonomi Indonesia akan mengalami penguatan di tahun depan. Ekonomi diperkirakan akan tumbuh antara 5,3% - 5,4% pada tahun 2016. Dengan demikian, diperkirakan bahwa sentiment positif terhadap pasar properti akan terjadi paska membaiknya perekonomian di tahun depan. Berikut ini proyeksi pasar properti komersial dalam jangka pendek dan menengah di kota-kota besar di Indonesia. Sektor Perkantoran Sektor Retail Tambahan pasokan baru diantisipasi untuk masuk ke pasar perkatoran Jakarta dalam dua tahun kedepan sehingga berpotensi menurukan tingkat hunian Diluar Jakarta, tambahan pasokan ruang perkantoran komersial masih akan terbatas Rata-rata tingkat hunian diperkirakan akan mengalami penurunan antara 0,5% - 1,5% yang diakibatkan oleh adanya tambahan pasokan baru Harga sewa masih tetap berada dalam tekanan, walaupun akan cenderung mengalami kenaikan yang sangat terbatas Transaksi penyewaan terutama akan dikontribusi oleh adanya relokasi penyewa yang terjadi karena konsolidasi perusahaan atau pertimbangan biaya sewa yang lebih murah Penambahan pasokan baru akan terkonsentrasi pada kota-kota yang termasuk dalam katagori established cities Terdapat lebih dari 1 juta m2 ruang retail yang akan beroperasi sampai akhir tahun 2016 ini dan terutama berlokasi di wilayah Jabodetabek Harga sewa diperkirakan akan tetap stabil sejalan dengan belum dilakukannya ekspansi oleh retailer yang ada dan mereka masih fokus terhadap pengelolaan kinerja eksiting outletnya Konsep lifestyle center akan menjadi alternatif konsep pengembangan yang banyak dikembangkan di kota-kota luar Jakarta Sektor Apartemen Penyerapan permintaan diperkirakan masih tetap terbatas selama periode 2016 Harga jual diperkirakan akan mengalami pertumbuhan terbatas berkisar antara 2% sampai 3% setiap triwulannya Permintaan pada kelas menengah dan menengah bawah akan menjadi pembangkit permintaan utama Sektor Hotel Tambahan pasokan hotel baru masih akan terjadi terutama di wilayah Jabodetabek, mencapai lebih dari 10 ribu kamar sampai akhir tahun 2016

Aktifitas MICE akan menjadi sumber permintaan utama terutama untuk kota-kota dengan karakteristik hotel berupa hotel bisnis Rata-rata tingkat hunian diperkirakan akan mengalami kenaikan di 2016 sejalan dengan lebih longgarnya pelaksanaan meeting di hotel dari sektor pemerintahan Sejalan dengan meningkatnya permintaan, tarif sewa kamar juga diperkirakan akan mengalami kenaikan pada tahun 2016 TERIMA KASIH