Bab 1 Sistem Bilangan Kompleks

dokumen-dokumen yang mirip
Sistem Bilangan Kompleks (Bagian Kedua)

Sistem Bilangan Kompleks (Bagian Pertama)

MATEMATIKA TEKNIK II BILANGAN KOMPLEKS

BILANGAN KOMPLEKS. Muhammad Hajarul Aswad Pendidikan Matematika Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palopo. Aswad

Bab 2 Fungsi Analitik

MATEMATIKA TEKNIK 1 3 SKS TEKNIK ELEKTRO UDINUS

Sistem Bilangan Kompleks

BUKU DIKTAT ANALISA VARIABEL KOMPLEKS. OLEH : DWI IVAYANA SARI, M.Pd

Bab I. Bilangan Kompleks

MODUL ANALISIS VARIABEL KOMPLEKS

BILANGAN KOMPLEKS SHINTA ROSALIA DEWI, S.SI, M.SC

Fungsi Analitik (Bagian Pertama)

ANALISA VARIABEL KOMPLEKS

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Bilangan Bulat, Bilangan Rasional, dan Bilangan Real. dengan huruf kecil. Sebagai contoh anggota himpunan A ditulis ;

BILANGAN KOMPLEKS. Dimana cara penyelesaiannya dengan menggunakan rumus abc, yang menghasilkan dua akar sekaligus ..(4)

MATEMATIKA TEKNIK 1 3 SKS TEKNIK ELEKTRO UDINUS

Matematika Teknik Dasar-2 3 Bilangan Kompleks - 2. Sebrian Mirdeklis Beselly Putra Teknik Pengairan Universitas Brawijaya

MODUL 1. Teori Bilangan MATERI PENYEGARAN KALKULUS

SISTEM BILANGAN REAL. 1. Sistem Bilangan Real. Terlebih dahulu perhatikan diagram berikut: Bilangan. Bilangan Rasional. Bilangan Irasional

Bilangan Kompleks. Anwar Mutaqin. Program Studi Pendidikan Matematika UNTIRTA

Bab 3 Fungsi Elementer

III HASIL DAN PEMBAHASAN

BILANGAN KOMPLEKS. Dimana cara penyelesaiannya dengan menggunakan rumus abc, yang menghasilkan dua akar sekaligus ..(4)

FUNGSI VARIABEL KOMPLEKS. Oleh: Endang Dedy

SISTEM BILANGAN KOMPLEKS

MODUL PEMBELAJARAN ANALISIS VARIABEL KOMPLEKS 2/22/2012 IKIP BUDI UTOMO MALANG ALFIANI ATHMA PUTRI ROSYADI

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I

PENGANTAR KALKULUS PEUBAH BANYAK. 1. Pengertian Vektor pada Bidang Datar

LIMIT FUNGSI. A. Menentukan Limit Fungsi Aljabar A.1. Limit x a Contoh A.1: Contoh A.2 : 2 4)

CATATAN KULIAH FUNGSI KOMPLEKS. oleh Dr. Wuryansari Muharini Kusumawinahyu, M.Si.

Fungsi Analitik (Bagian Ketiga)

1 Sistem Bilangan Real

7. RESIDU DAN PENGGUNAAN. Contoh 1 Carilah titik singular dan tentukan jenisnya dari fungsi berikut a. f(z) = 1/z

MATEMATIKA SMK TEKNIK LIMIT FUNGSI : Limit Fungsi Limit Fungsi Aljabar Limit Fungsi Trigonometri

FUNGSI dan LIMIT. 1.1 Fungsi dan Grafiknya

KALKULUS BAB I. PENDAHULUAN DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

Bil Riil. Bil Irasional. Bil Bulat - Bil Bulat 0 Bil Bulat + maka bentuk umum bilangan kompleks adalah

BAB 1. PENDAHULUAN KALKULUS

Bab1. Sistem Bilangan

KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia

Matematika Teknik Dasar-2 2 Bilangan Kompleks - 1. Sebrian Mirdeklis Beselly Putra Teknik Pengairan Universitas Brawijaya

Bab II Fungsi Kompleks

KALKULUS 1 HADI SUTRISNO. Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan. Hadi Sutrisno/P.Matematika/STKIP PGRI Bangkalan

Zulfaneti Yulia Haryono Rina F ebriana. Berbasis Penemuan Terbimbing = = D(sec x)= sec x tan x, ( + ) ( ) ( )=

BAB 2 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR

SISTEM BILANGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER ILHAM SAIFUDIN PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK. Senin, 03 Oktober 2016

Trigonometri. G-Ed. - Dua sisi sama panjang atau dua sudut yang besarnya sama. - Dua sisi di seberang sudut-sudut yang sama besar panjangnya sama.

F U N G S I A. PENGERTIAN DAN UNSUR-UNSUR FUNGSI

Relasi, Fungsi, dan Transformasi

Ringkasan Materi Kuliah Bab II FUNGSI

SRI REDJEKI KALKULUS I

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1. DOSEN PENGAMPU RINA AGUSTINA, S. Pd., M. Pd. NIDN

Materi Aljabar Linear Lanjut

MAT 602 DASAR MATEMATIKA II

FUNGSI DAN GRAFIK FUNGSI

B I L A N G A N 1.1 SKEMA DARI HIMPUNAN BILANGAN. Bilangan Kompleks. Bilangan Nyata (Riil) Bilangan Khayal (Imajiner)

1 SISTEM BILANGAN REAL

Lingkaran. A. Persamaan Lingkaran B. Persamaan Garis Singgung Lingkaran

MA5032 ANALISIS REAL

Bilangan Real. Modul 1 PENDAHULUAN

Sistem Bilangan Real. Pendahuluan

Xpedia Matematika. Kapita Selekta Set 05

BARISAN BILANGAN REAL

BAB I BILANGAN KOMPLEKS

Pembahasan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Bidang Matematika. Kode Paket 634. Oleh : Fendi Alfi Fauzi 1. x 0 x 2.

Himpunan dan Sistem Bilangan Real

0. Pendahuluan. 0.1 Notasi dan istilah, bilangan kompleks

Outline Vektor dan Garis Koordinat Norma Vektor Hasil Kali Titik dan Proyeksi Hasil Kali Silang. Geometri Vektor. Kusbudiono. Jurusan Matematika

Kuliah 2: FUNGSI MULTIVARIABEL. Indah Yanti

BAB III RUANG VEKTOR R 2 DAN R 3. Bab ini membahas pengertian dan operasi vektor-vektor. Selain

SOAL&PEMBAHASAN MATEMATIKATKDSAINTEK SBMPTN. yos3prens.wordpres.com

GLOSSARIUM. A Akar kuadrat

SISTEM BILANGAN BULAT

KALKULUS UNTUK STATISTIKA

Persamaan dan Pertidaksamaan Linear

Bagian 2 Matriks dan Determinan

R maupun. Berikut diberikan definisi ruang vektor umum, yang secara eksplisit

Modul I Dasar Bilangan Kompleks

Soal-Soal dan Pembahasan Matematika IPA SNMPTN 2012 Tanggal Ujian: 13 Juni 2012

HIMPUNAN BILANGAN KOMPLEKS YANG MEMBENTUK GRUP

Menurut jenisnya, fungsi dapat dibedakan menjadi (1) Fungsi aljabar (2) Fungsi transenden

karena limit dari kiri = limit dari kanan

II. SISTEM BILANGAN RIIL. Handout Analisis Riil I (PAM 351)

1 SISTEM BILANGAN REAL

RUANG HASIL KALI DALAM (RHKD) Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aljabar Linear Dosen Pengampu: Abdul Aziz Saefudin, M.

II. TINJAUAN PUSTAKA. bilangan riil. Bilangan riil biasanya dilambangkan dengan huruf R (Negoro dan

TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan beberapa definisi teori pendukung dalam proses

MODUL 4 LINGKARAN DAN BOLA

SISTEM BILANGAN REAL

19, 2. didefinisikan sebagai bilangan yang dapat ditulis dengan b

PENDAHULUAN KALKULUS

Silabus. 1 Sistem Bilangan Real. 2 Fungsi Real. 3 Limit dan Kekontinuan. Kalkulus 1. Arrival Rince Putri. Sistem Bilangan Real.


DESKRIPSI PEMELAJARAN - MATEMATIKA

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi

BAB VI BILANGAN REAL

3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

Persamaan dan pertidaksamaan kuadrat BAB II

Perhatikan skema sistem bilangan berikut. Bilangan. Bilangan Rasional. Bilangan pecahan adalah bilangan yang berbentuk a b

Transkripsi:

Bab 1 Sistem Bilangan Kompleks Bab 1 ini direncanakan akan disampaikan dalam 3 kali pertemuan, dengan perincian sebagai berikut: (1) Pertemuan I: Pengertian bilangan kompleks, Sifat-sifat aljabat, dan Penafsiran secara geometris. (2) Pertemuan II: Bentuk kutub, Pangkat, dan Akar. (3) Pertemuan III: Pengertian-pengertian topologis. Di dalam Kalkulus telah diperkenalkan sistem bilangan real R beserta operasioperasi hitung dan relasi urutan yang berlaku di dalamnya. Karena untuk setiap x R, x 2 0, maka mudah dipahami bahwa persamaan x 2 + 1 = 0 (1.1) tidak mempunyai penyelesaian di dalam R. Dari permasalahan ini, kemudian muncul pemikiran untuk mengkonstruksikan suatu sistem bilangan yang lebih besar dari R sehingga persamaan (1.1) mempunyai penyelesaian. Sistem bilangan yang dimaksud selanjutnya dikenal dengan nama sistem bilangan kompleks. Di dalam bab ini, akan dibicarakan sistem bilangan kompleks beserta sifatsifat aljabar dan sifat-sifat geometrisnya. Untuk itu para pembaca dianggap sudah memahami sifat-sifat terkait di dalam R. 1.1 Pengertian Bilangan Kompleks Bilangan kompleks z didefinisikan sebagai pasangan berurutan z = (x, y) (1.2) dengan x, y R, masing-masing dinamakan bagian real dan bagian imajiner dari z, dan ditulis Re(z) = x dan Im(z) = y 1

Selanjutnya, himpunan semua bilangan kompleks ditulis dengan notasi C. Jadi, C = {(x, y) : x, y R} Ada korespondensi 1-1 antara R dengan {(x, 0) : x R} C. Oleh karena itu, sistem bilangan real R dapat dipandang sebagai himpunan bagian di dalam C. Bilangan kompleks berbentuk (0, y) disebut bilangan imajiner (khayal) murni. 1.2 Operasi Aljabar Pada Bilangan Kompleks Dua bilangan kompleks dikatakan sama jika bagian real dan bagian imajiner kedua bilangan tersebut masing-masing sama. Jadi, (x 1, y 1 ) = (x 2, y 2 ) x 1 = x 2 y 1 = y 2 Selanjutnya, diberikan dua bilangan kompleks z 1 = (x 1, y 1 ) dan z 2 = (x 2, y 2 ). O- perasi penjumlahan z 1 +z 2 dan operasi perkalian z 1 z 2, masing-masing didefinisikan sebagai berikut: (x 1, y 1 ) + (x 2, y 2 ) = (x 1 + x 2, y 1 + y 2 ) (1.3) (x 1, y 1 )(x 2, y 2 ) = (x 1 x 2 y 1 y 2, x 1 y 2 + x 2 y 1 ) (1.4) Khususnya, (x 1, 0) + (x 2, 0) = (x 1 + x 2, 0) (x 1, 0)(x 2, 0) = (x 1 x 2, 0), yaitu operasi penjumlahan dan perkalian di dalam R. Dengan demikian, sistem bilangan kompleks merupakan perluasan sistem bilangan real. Mudah dipahami bahwa (x, y) = (x, 0) + (0, y) (1.5) Karena R C, maka setiap k R dapat dinyatakan sebagai (k, 0) = k. Sehingga untuk sebarang bilangan kompleks z = (x, y) dan k R, berlaku k(x, y) = (k, 0)(x, y) = (kx, ky) 2

Selanjutnya, apabila dinotasikan (0, 1) = i, maka berdasarkan persamaan (1.5) bilangan kompleks z = (x, y) dapat pula dituliskan sebagai z = (x, y) = x + iy Seperti halnya di dalam R, di dalam sistem bilangan kompleks C disepakati pula z 2 = zz, z 3 = zz 2, z 4 = zz 3, dst. Selanjutnya, diperoleh i 2 = (0, 1)(0, 1) = ( 1, 0), yaitu i 2 = 1. Sebagai informasi tambahan, dalam bidang teknik elektro biasa digunakan notasi j untuk bilangan imajiner i. Apabila dicermati, ternyata semua sifat penjumlahan dan perkalian pada bilangan kompleks sama dengan sifat penjumlahan dan perkalian pada bilangan real. Beberapa di antaranya, dapat dibuktikan langsung berdasarkan definisi, diberikan di dalam pernyataan berikut ini. Sifat 1.2.1 Untuk sebarang z, z 1, z 2, z 3 C berlaku i. Hukum komutatif: z 1 + z 2 = z 2 + z 1 dan z 1 z 2 = z 2 z 1. ii. Hukum assosiatif: (z 1 + z 2 ) + z 3 = z 1 + (z 2 + z 3 ) dan (z 1 z 2 )z 3 = z 1 (z 2 z 3 ). iii. Hukum distributif: z(z 1 + z 2 ) = zz 1 + zz 2. Untuk sebarang bilangan kompleks (x, y), berlaku: (0, 0) + (x, y) = (x, y), dan (1.6) (1, 0)(x, y) = (x, y) (1.7) Jadi, ada elemen netral terhadap penjumlahan, yaitu (0, 0) = 0, dan ada elemen identitas terhadap perkalian, yaitu (1, 0) = 1. Jadi, untuk sebarang bilangan kompleks z C, z + 0 = z dan z.1 = z 3

Mudah ditunjukkan bahwa 0 dan 1 masing-masing tunggal adanya. Selanjutnya, untuk sebarang (x, y) C, maka ( x, y) C dan berlaku (x, y) + ( x, y) = (0, 0) Jadi, untuk sebarang z C terdapat (dengan tunggal) z C sehingga z + ( z) = 0 (1.8) Berdasarkan (1.8) dapat diturunkan definisi operasi pengurangan pada bilangan kompleks, yaitu z 1 z 2 = z 1 + ( z 2 ) (1.9) Jadi, apabila z 1 = (x 1, y 1 ) dan z 2 = (x 2, y 2 ), maka z 1 z 2 = (x 1 x 2, y 1 y 2 ) = (x 1 x 2 (+i(y 1 y 2 ) Sampai di sini belum dapat ditunjukkan bahwa C tidak memuat pembagi nol sejati. Oleh karena itu, persamaan z 2 2z + 2 = 0 tidak dapat diselesaikan dengan faktorisasi ruas kiri. Namun demikian, dengan hanya menggunakan operasioperasi yang telah dibicarakan sebelumnya, penyelesaian persamaan tersebut dapat ditentukan. Untuk itu, perhatikan contoh di bawah ini. Contoh 1.2.2 Tentukan penyelesaian persamaan z 2 2z + 2 = 0. Penyelesaian: Misalkan z = (x, y), maka z 2 2z + 2 = 0 (x, y)(x, y) 2(x, y) + 2 = 0 (x 2 y 2 2x + 2, 2xy 2y) = 0 x 2 y 2 2x + 2 = 0 (I) dan 2xy 2y = 0 (II) Dari (II) diperoleh x = 1 atau y = 0. Untuk y = 0, maka (I) menjadi x 2 2x + 2 = 0 4

Persamaan ini tidak mempunyai penyelesaian karena diskriminannya negatif. Sedangkan untuk x = 1, maka (I) menjadi Jadi, z = (1, 1) atau z = (1, 1). 1 y 2 = 0 y = ±1 Untuk sebarang bilangan kompleks (x, y) 0, maka ( berlaku x (x, y)( x 2 + y, y ) = (1, 0) 2 x 2 + y2 x, x 2 +y 2 y x 2 +y 2 ) C, dan Dengan kata lain, untuk sebarang bilangan kompleks z 0 terdapat (dengan tunggal) z 1 C sehingga zz 1 = 1 (1.10) Selanjutnya, operasi perbagian pada bilangan kompleks dapat diturunkan berdasarkan (1.10), yaitu z 1 z 2 = z 1.z 1 2, z 2 0 (1.11) Dengan adanya inverse terhadap operasi perkalian, maka dapat ditunjukkan bahwa C tidak memuat pembagi nol sejati. Hal itu dinyatakan di dalam pernyataan berikut. Sifat 1.2.3 Untuk sebarang z 1, z 2 C: z 1 z 2 = 0 jika dan hanya jika z 1 = 0 atau z 2 = 0. Bukti:( ) : Diketahui z 1 z 2 = 0. Apabila z 1 0, maka terdapat z 1 1 C sehingga z 1 1 z 1 = 1. Selanjutnya, diperoleh ( ) : Mudah ditunjukkan. z 2 = 1.z 2 = (z 1 1 z 1 )z 2 = z 1 1 (z 1 z 2 ) = z 1 1.0 = 0 Dengan adanya Sifat 1.2.3, maka Contoh 1.2.2 dapat diselesaikan dengan cara melakukan faktorisasi ruas kiri persamaan dalam contoh tersebut. 5

Apabila di dalam (1.11) diambil z 1 = 1, maka diperoleh sehingga perbagian dapat pula dituliskan sebagai 1 z 2 = z 1 2 (1.12) z 1 z 2 = z 1 ( 1 z 2 ), z 2 0 Karena untuk sebarang z 1, z 2 0 berlaku (z 1 z 2 )(z 1 1 z 2 2 ) = (z 1 z 1 1 )(z 2 z 2 2 ) = 1 maka (z 1 z 2 ) 1 = (z 1 1 z 2 2 ). Berdasarkan persamaan (1.12) diperoleh Selanjutnya, mudah dipahami 1 z 1 z 2 = ( 1 z 1 )( 1 z 2 ), z 1, z 2 0 (1.13) z 1 + z 2 z 3 = z 1 z 3 + z 2 z 3 ; z 1 z 2 z 3 z 4 = ( z 1 z 3 )( z 2 z 4 ), z 3, z 4 0 Contoh 1.2.4 1 ( 2 i )( 1 3 + 2i ) = 1 (2 i)(3 + 2i) = 1 8 + i 1 = ( 8 + i )(8 i 8 i ) = 8 i 65 = 8 65 + 1 65 i Latihan 1. Nyatakan bilangan-bilangan kompleks berikut ini ke dalam a + ib: a. (1 + i)(2 3i) b. (3 + i)(2 i)( 1 + 1 i) 5 10 c. 1+2i 1 d. 4 3i 1+3i e. (1 + i) 4 f. 1+2i + 2 i 3 4i 5i 5 g. (i 1)(2 i) h. (1 i)(3 i) 6

2. Tunjukkan: 5 a. (2, 1)(1, 3) = (5, 5) b. = 4 + 3i 4 3i c. (2 2i) 4 = 64 d. 2 i = 5i 1+i 2 e. 2i 1+i 2 i = 1 + i f. = 3 4i 2+i 5 3. Tunjukkan: (z + 1) 2 = z 2 + 2z + 1. 4. Tunjukkan bahwa perkalian pada bilangan kompleks memenuhi sifat komutatif. 5. Tunjukkan bahwa z = ( 1 2, ± 3 2 ) merupakan akar-akar persamaan z2 + z + 1 = 0. 6. Jika zz 1 = zz 2 dengan z 0, maka tunjukkan z 1 = z 2. 7. Dengan induksi matematika tunjukkan, apabila z 1 z 2... z n = 0 maka terdapat i, i = 1, 2,..., n, sehingga z i = 0. 8. Tunjukkan: a. Re(iz) = Im(z); b. 1 1/z = z (z 0); c. ( 1)z = z 9. Tunjukkan bahwa elemen netral dan elemen identitas tunggal adanya, masingmasing adalah 0 dan 1. 1.3 Penyajian Secara Geometris Setiap bilangan kompleks dapat dipasangkan dengan tepat satu titik di dalam bidang datar, sebaliknya setiap titik di dalam bidang datar berpasangan dengan tepat satu bilangan kompleks. Sebagai contoh, bilangan 2 + 3i dapat disajikan dengan titik (2, 3). Jadi, terdapat korespondensi 1-1 antara sistem bilangan kompleks C dengan bidang datar. Oleh karena itu, sebarang bilangan kompleks z = x + iy dapat atau sering disajikan sebagai titik (x, y) atau sebagai vektor posisi dari titik asal ke titik (x, y). 7

Gambar 1.1 Karena sebarang bilangan kompleks z = x+iy secara geometris dapat dinyatakan sebagai titik (x, y), maka bidang datar xy seringkali disebut sebagai bidang kompleks atau bidang-z. Sumbu-x dan sumbu-y masing-masing disebut sebagai sumbu real dan sumbu imajiner. Diberikan dua bilangan kompleks sebarang z 1 = x 1 + iy 1 dan z 2 = x 2 + iy 2. Terkait dengan definisi penjumlahan dua bilangan kompleks, maka z 1 + z 2 dapat disajikan dengan titik (x 1 + x 2, y 1 + y 2 ) atau dapat pula disajikan dengan vektor posisi OA, dengan A(x 1 + x 2, y 1 + y 2 ). Dengan demikian z 1 + z 2 dapat diperoleh dengan cara menjumlahkan vektor z 1 dan vektor z 2. Demikian pula, vektor z 1 z 2 dapat diperoleh dengan cara menjumlahkan vektor z 1 dengan vektor z 2. Gambar 1.2 Modulus (atau nilai mutlak) bilangan kompleks z = x + iy, ditulis dengan notasi z, didefinisikan sebagai z = x 2 + y 2 (1.14) Sebagai contoh, 3 4i = 5, 1 + i 3 = 2, 2 3i = 13, dan seterusnya. Mudah ditunjukkan bahwa untuk sebarang z C, z 0 dan z = 0 z = 0 8

Gambar 1.3 Dari (1.14) dan Gambar 1.3, z secara geometris dapat diartikan sebagai jarak titik asal ke titik (x, y), atau panjang vektor posisi z. z = x, yaitu nilai mutlak di dalam sistem bilangan real R. Apabila y = 0, maka Untuk dua bilangan kompleks sebarang z 1 = x 1 + iy 1 dan z 2 = x 2 + iy 2, z 1 z 2 secara geometris adalah jarak antara titik z 1 dan titik z 2. Hal ini dapat diterangkan pula dengan persamaan (1.14), yaitu z 1 z 2 = (x 1 x 2 ) 2 + (y 1 y 2 ) 2 Gambar 1.4 9

Dari persamaan (1.14) pula diperoleh hubungan antara z, Re(z), dan Im(z), yaitu sebagai berikut: z 2 = (Re(z)) 2 + (Im(z)) 2 Akibatnya, Re(z) Re(z) z, Im(z) Im(z) z (1.15) Sekawan (konjugat) bilangan kompleks z = x + iy, ditulis dengan notasi z, adalah bilangan kompleks x iy. Jadi z = x iy (1.16) Dari (1.16) dapat dilihat bahwa z disajikan oleh titik (x, y), yang tidak lain adalah pencerminan titik (x, y) terhadap sumbu real. Gambar 1.5 Selanjutnya, dapat ditunjukkan sifat-sifat berikut ini. Sifat 1.3.1 Untuk sebarang z, z 1, z 2 C berlaku: i. (z) = z dan z = z, ii. z 1 + z 2 = z 1 + z 2, z 1 z 2 = z 1 z 2, iii. z 1 z 2 = z 1 z 2, ( z 1 z 2 ) = z 1 z 2, z 2 0, 10

iv. z + z = 2Re(z), z z = 2iIm(z) Untuk sebarang z = x + iy C, zz = (x + iy)(x iy) = x 2 + y 2 = z 2 (1.17) Berdasarkan persamaan (1.17) dapat diberikan cara lain untuk menyatakan z 1 z 2, yaitu dengan mengalikan pembilang dan penyebut dengan z 2. Sebagai gambaran, perhatikan contoh berikut ini. Contoh 1.3.2 2 + i 2 3i = 2 + i 2 3i 2 + 3i 2 + 3i = 1 + 8i 13 = 1 13 + 8 13 i Selanjutnya, mudah ditunjukkan sifat berikut ini. Sifat 1.3.3 Untuk sebarang z 1, z 2 C berlaku: i. z 1 z 2 = z 1 z 2, z 1 z 2 = z 1 z 2, z 2 0, ii. Ketaksamaan segitiga: z 1 z 2 z 1 + z 2 z 1 + z 2, z 1 z 2 z 1 z 2 z 1 + z 2. Bukti: Akan dibuktikan pertidaksamaan pertama pada ii, yang lain dipersilahkan para pembaca untuk mencobanya. Berdasarkan (1.17), z 1 + z 2 2 = (z 1 + z 2 )(z 1 + z 2 ) = z 1 z 1 + z 1 z 2 + z 1 z 2 + z 2 z 2 = z1 2 + (z 1 z 2 + z 1 z 2 ) + z2 2 = z1 2 + Re(z 1 z 2 ) + z2 2 z1 2 + z 1 z 2 + z2 2 = z1 2 + z 1 z 2 + z2 2 = ( z 1 + z 2 ) 2 Karena modulus tidak negatif, maka z 1 + z 2 z 1 + z 2. Selanjutnya, menggunakan hasil ini berturut-turut akan diperoleh 11

a. z 1 = z 1 z 2 + z 2 z 1 z 2 + z 2 z 1 z 2 z 1 z 2. b. z 2 = z 2 z 1 + z 1 z 1 z 2 + z 1 z 2 z 1 z 1 z 2. Dari (a) dan (b) diperoleh: z 1 z 2 z 1 + z 2. Latihan 1. Gambar bilangan-bilangan kompleks berikut: a. (2 3i) b. (3 + i) 1 c. (1 + 2i()4 3i) d. 1+3i e. (1 i) 4 f. 1+2i + 2 i 3 4i 5i 5 g. (i 1)(2 i) h. (1 i)(3 i) 2. Tentukan z jika diketahui a. z = (4 3i) b. z = (3 + i) c. z = ( 5 + 2i()4 3i) d. z = 1 1+3i e. z = (1 i) 4 f. z = 1+2i 2 i 3 4i 5i g. z = (i 3 1)( 2 i 5 2) h. z = (1 i)(3 4i) 3. Tunjukkan: a. z R jika dan hanya jika z = z. b. z merupakan bilangan real atau imajiner murni jika dan hanya jika (z) 2 = z 2. 4. Tunjukkan bahwa Re(z) + Im(z) 2 z. 5. Tunjukkan bahwa a. z 1 z 2 z 3... z n = z 1 z 2... z n b. z n = (z) n, n Z. 6. Tunjukkan Sifat 1.3.3. 12

7. Jika z 3 z 4, maka tunjukkan z 1 + z 2 z 3 + z 4 z 1 + z 2 z 3 z 4 8. Tunjukkan bahwa z z 0 = r, r > 0, merupakan persamaan lingkaran dengan pusat z 0 dan jari-jari r. 9. Jika z = 1, maka tunjukkan z 2 + z + 1 3. 10. Jika z i < 1 2, maka tunjukkan bahwa z 1 2. 11. Secara geometris, z 1 z 2 dapar diartikan sebagai jarak titik z 1 dan titik z 2. Berikan gambaran geometris dari a. z 2i + z + 2i = 5 b. z 3i = z + 3i 12. Jika z = 2, maka tunjukkan 1.4 Bentuk Kutub 1 z 4 4z 2 + 3 1 3 Seperti telah dijelaskan pada Bagian 1.2, bilangan kompleks z = x + iy dapat disajikan dengan titik (x, y) di dalam bidang-xy. Selanjutnya, sebarang bilangan kompleks tak nol z = x + iy atau z = (x, y), di dalam sistem koordinat kutub, dapat disajikan dengan (r, θ), dengan r menyatakan jarak titik tersebut ke titik asal dan θ sudut yang dibentuk oleh garis yang menghubungkan titik tersebut ke titik asal dan garis horisontal, arah berlawanan jarum jam. Karena maka z dapat pula dinyatakan sebagai x = r cos θ dan y = r sin θ z = r(cos θ + i sin θ) (1.18) Pernyataan (1.18) disebut bentuk kutub bilangan kompleks z. Berbeda dengan di dalam kalkulus, di dalam sistem bilangan kompleks ini r tidak diperkenankan 13

bernilai negatif. Sedangkan θ bisa bermacam-macam (tak hingga banyak) nilainya, termasuk negatif. Bilangan r adalah modulus (panjang) bilangan kompleks z, yaitu r = x 2 + y 2 = z sedangkan θ disebut argument z, biasa ditulis arg z. Secara geometris arg z menyatakan sudut yang dibentuk oleh vektor posisi z terhadap sumbu real positif dan diukur dalam radian. Apabila θ merupakan arg z, maka θ + 2kπ, k Z, juga merupakan arg z. Jadi, arg z bernilai tidak tunggal. Untuk z = 0, arg z tidak didefinisikan. Sedangkan untuk z 0, nilai arg z dapat ditentukan dengan rumus atau θ = arctan( y x ), x 0 (1.19) θ = arcsin( y r ) = arccos(x r ) (1.20) Apabila menggunakan rumus (1.19), maka kuadran yang memuat z harus diperhatikan. Perlu diperhatikan pula bahwa berdasarkan keterangan tersebut di atas, apabila bilangan kompleks z dinyatakan dalam bentuk kutub, maka selalu dimaksudkan z 0, meskipun hal itu tidak dikatakan secara eksplisit. Gambar 1.6 Nilai utama (principal value) arg z, ditulis dengan notasi Arg z, adalah suatu nilai arg z (tunggal) sehingga π < arg z π. 14

Contoh 1.4.1 Untuk bilangan kompleks z = 1 i 3, arg z = 4π 3 + 2kπ, k Z tetapi Arg z = 2π 3 Diberikan dua bilangan kompleks sebarang: z 1 = r 1 (cos θ 1 + i sin θ 1 ) dan z 2 = r 2 (cos θ 2 + i sin θ 2 ) maka diperoleh z 1 z 2 = r 1 (cos θ 1 + i sin θ 1 )r 2 (cos θ 2 + i sin θ 2 ) = r 1 r 2 (cos θ 1 + i sin θ 1 )(cos θ 2 + i sin θ 2 ) = r 1 r 2 {(cos θ 1 cos θ 2 sin θ 1 sin θ 2 ) + i(sin θ 1 cos θ 2 + cos θ 1 sin θ 2 )} = r 1 r 2 (cos(θ 1 + θ 2 ) + i sin(θ 1 + θ 2 )) Jadi, z 1 z 2 = r 1 r 2 (cos(θ 1 + θ 2 ) + i sin(θ 1 + θ 2 )) (1.21) Dengan demikian diperoleh suatu persamaan arg z 1 z 2 = arg z 1 + arg z 2 (1.22) Apabila θ 1 dan θ 2 masing-masing adalah nilai arg z 1 dan arg z 2, maka berdasarkan (1.22) θ 1 +θ 2 merupakan suatu nilai arg z 1 z 2. Sebaliknya, diberikan sebarang nilai arg z 1 dan nilai arg z 1 z 2, misalkan masing-masing adalah arg z 1 = θ 1 + 2kπ, n Z, dan arg z 1 z 2 = (θ 1 + θ 2 ) + 2nπ, n Z Karena (θ 1 + θ 2 ) + 2nπ = (θ 1 + 2kπ) + (θ 2 + 2(n k)π) 15

maka persamaan (1.22) akan dipenuhi apabila nilai arg z 2 = θ 2 + 2(n k)π. Jadi, sebarang arg z 1 z 2 sama dengan suatu arg z 1 ditambah suatu arg z 2. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa sebarang arg z 1 z 2 tidak sama dengan sebarang arg z 1 ditambah sebarang arg z 2. Demikian pula, Arg z 1 z 2 belum tentu sama dengan Arg z 1 ditambah Arg z 2 Perhatikan contoh berikut ini. Contoh 1.4.2 Diberikan z 1 = 1 dan z 2 = 1 + i 3, maka z 1 z 2 = 1 i 3. Berturut-turut diperoleh: arg z 1 = π + 2kπ, k Z, Arg z 1 = π arg z 2 = 2π 3 + 2kπ, k Z, Arg z 2 = 2π 3, arg z 1 z 2 = π 3 + 2kπ, k Z, Arg z 1z 2 = π 3. Selanjutnya, apabila diberikan z k = r k (cos θ k + i sin θ k ), k = 1, 2,..., n, maka secara induktif dapat ditunjukkan z 1 z 2... z n = r 1 r 2... r n (cos(θ 1 + θ 2 +... + θ n ) + i sin(θ 1 + θ 2 +... + θ n ))(1.23) Diberikan sebarang bilangan kompleks tak nol z = r(cos θ + i sin θ), maka mudah ditunjukkan bahwa Demikian pula 1 z = 1 (cos( θ) + i sin( θ)) (1.24) r z = r(cos( θ) + i sin( θ)) (1.25) Selanjutnya, berdasarkan persamaan (1.21) dan (1.24), maka untuk dua bilangan kompleks sebarang: berlaku z 1 = r 1 (cos θ 1 + i sin θ 1 ) dan z 2 = r 2 (cos θ 2 + i sin θ 2 ) z 1 z 2 = ( r 1 r 2 )(cos(θ 1 θ 2 ) + i sin(θ 1 θ 2 )) (1.26) 16

Jadi, seperti halnya pada (1.22), dari (1.26) dapat dikatakan bahwa sebarang arg( z 1 z 2 ) sama dengan suatu arg z 1 dikurangi suatu arg z 2. Apabila pada persamaan (1.23), z k = z = (cos θ + i sin θ), k = 1, 2,..., n, maka diperoleh z n = (cos θ + i sin θ) n = (cos nθ + i sin nθ) (1.27) Selanjutnya, berdasarkan (1.24) dan (1.27), maka untuk n N diperoleh z n = 1 z n = 1 (cos nθ + i sin nθ) Jadi, dari (1.27) dan (1.28) diperoleh = cos( n)θ + i sin( n)θ (1.28) (cos θ + i sin θ) n = (cos nθ + i sin nθ) (1.29) untuk setiap n Z. Persamaan (1.29) ini dikenal dengan nama rumus De Moivre. Contoh 1.4.3 Tentukan Re(z) dan Im(z) jika diketahui z = (1 i 3) 2 (1+i 3) 6 (1+i) 6. Penyelesaian: Berdasarkan (1.29), (1 i 3) 2 = {2(cos( π 3 ) + i sin( π 3 ))}2 = 2 2 (cos( 2π 3 ) + i sin( 2π 3 )) (1 + i 3) 6 = {2(cos( π 3 ) + i sin(π 3 ))}6 = 2 6 (cos 2π + i sin 2π) sehingga (1 + i) 6 = { 2(cos( π 4 ) + i sin(π 4 ))}6 = 2 3 (cos( 3π 2 ) + i sin(3π 2 )) 2 2 (cos( 2π 3 z = ) + i sin( 2π)) 3 2 6 (cos 2π + i sin 2π)2 3 (cos( 3π) + i sin( 3π)) = 2 7 (cos( π 6 ) + i sin( π 6 )) 2 2 3 = 2 7 ( 2 1 2 ) Jadi, Re(z) = 3 2 8 dan Im(z) = 1 2 8. 1.5 Akar Bilangan Kompleks Diberikan bilangan kompleks z dan n N. Bilangan kompleks w dikatakan merupakan akar pangkat n dari z jika w n = z. Selanjutnya, akar pangkat n dari z 17

ditulis dengan notasi z 1 n. Misalkan z = r(cos θ+i sin θ) dan w = R(cos φ+i sin φ). Karena w n = z, maka berdasarkan rumus de Moivre sehingga R n (cos(nφ) + i sin(nφ)) = r(cos θ + i sin θ) R n cos(nφ) = r cos θ dan R n sin(nφ) = r sin θ (1.30) Karena R 0 maka dengan menyelesaikan (1.30) diperoleh R = r 1 n dan φ = θ + 2kπ, k calz (1.31) n Tetapi karena cosinus dan sinus merupakan fungsi yang periodik dengan periode 2π maka (1.31) menjadi R = r 1 n dan φ = θ + 2kπ, k = 0, 1, 2,..., n 1 (1.32) n Jadi, jika diberikan bilangan kompleks tak nol z = r(cos θ + i sin θ) dan n N, maka akar pangkat n dari z adalah bilangan-bilangan kompleks z k = r 1 n (cos( θ + 2kπ n ) + i sin( θ + 2kπ )), k = 0, 1, 2,..., n 1 (1.33) n Dari (1.33) dapat diketahui bahwa akar pangkat n merupakan fungsi bernilai sebanyak n (tidak tunggal). Hal ini berbeda dengan pengertian fungsi bernilai real yang selalu bernilai tunggal. Namun demikian, apabila yang diperhatikan salah satu cabangnya saja, yaitu untuk satu nilai n tertentu, maka akar pangkat n merupakan fungsi bernilai tunggal. Apabila pada (1.33) diambil π < arg z k π, maka z k terkait dinamakan cabang utama dari z 1 n. Contoh 1.5.1 Tentukan ( 8 8i 3) 1 4. Penyelesaian: Karena z = 8 8i 3 = 16(cos( 4π) + sin( 4π )), maka menurut 3 3 (1.33) akar pangkat 4 dari z = 8 8i 3 adalah bilangan-bilangan kompleks 4π z k = (16) + 2kπ 1 4 (cos( 3 4 4π ) + i sin( 18 3 + 2kπ 4 )), k = 0, 1, 2, 3

atau z 0 = 1 + i 3, z 1 = 3 + i z 2 = 1 i 3, z 3 = 3 i Latihan 1. Nyatakan ke dalam bentuk kutub a. 2 2i 3 b. 1 + i c. 2i d. 3 i e. i(1 i 3)( 3 + i) f. (1 i) 9 g. 2i 1+i 3 h. ( 3+i) 12 (1 i 3) 10 2. Tentukan Arg z jika diketahui a. z = 2 2i 3 b. z = i 1+i c. z = (2 + 2i) 5 d. z = 3 i e. z = i (1 i 3)( 3+i) g. z = 2+2i 1+i 3 h. f. z = i(1 i) 9 ( 3+i) 12 (1 i)(1 i 3) 10 3. Tentukan bagian real dan bagian imajiner dari bilangan-bilangan a. z = (2 + 2i) 5 b. z = ( 1+i)7 (1+i) 2 c. z = (2 + 2i 3) 1 4 d. z = ( 3 i) 37 (1 i) 3 4. Tentukan a. (8 8i 3) 1 4 b. 8 1 6 c. ( 16) 1 4 d. (4 + 4i 3) 1 3 5. Tentukan z jika a. z = (1 i 3) 4 b. z = (3 + i 3) 10 19

c. z = (3 i 3) 5 ( 1 + i) 7 d. z = ( 3+3i) 4 6. Tentukan semua nilai z sehingga z 4 + 8(1 + i 3) = 0. 7. Jika Re(z 1 ) > 0 dan Re(z 2 ) > 0, maka tunjukkan (1+i) 10 Arg z 1 z 2 = Arg z 1 + Arg z 2 8. Tunjukkan cos( π 7 ) cos( 2π 7 ) + cos( 3π 7 ) = 1 2. 9. Jika z akar pangkat n dari 1 dan z 1, maka tunjukkan 1 + z + z 2 + z 3 +... + z n 1 = 0 10. Jika z akar pangkat n dari 1 dan z 1, maka tentukan 1 + 2z + 3z 2 + 4z 3 +... + nz n 1 11. Jika sin( θ ) 0, tunjukkan 2 1 + cos θ + cos 2θ +... + cos nθ = 1 2 + sin(n + 1 2 )θ 2 sin θ 2 1.6 Daerah (Region) di Dalam Bidang Kompleks Di dalam bagian ini akan dibicarakan himpunan dan titik di dalam bidang kompleks, serta hubungan antara titik dan titik atau antara titik dan bidang di dalam bidang kompleks. Untuk sebarang z 0 C dan bilangan real r > 0, himpunan N(z 0, r) = {z C : z z 0 < r} disebut persekitaran (neighborhood) z 0 dengan jari-jari (radius) r. Selanjutnya, berdasarkan pengertian persekitaran didefinisikan pengertian beberapa titik dan himpunan di dalam bidang kompleks. Titik z 0 A C disebut titik dalam (interior point) A jika terdapat r > 0 sehingga N(z 0, r) A. Titik z 0 A C disebut titik luar (exterior point) A 20

jika z 0 titik dalam A c. Titik z 0 disebut titik batas (boundary point) A C jika z 0 bukan titik dalam dan bukan titik luar A. Dengan kata lain, z 0 disebut titik batas A C jika untuk setiap r > 0 berlaku N(z 0, r) A dan N(z 0, r) A c. Himpunan A C dikatakan terbuka (open) jika setiap titiknya merupakan titik dalam. Teorema 1.6.1 Setiap persekitaran merupakan himpunan terbuka. Bukti: Diambil sebarang z 0 C dan bilangan real r > 0. Akan ditunjukkan N(z 0, r) terbuka. Diambil sebarang z 1 N(z 0, r), artinya z 1 z 0 < r, maka terdapat bilangan real p > 0 sehingga z 1 z 0 = p < r. Didefiniskan r 1 = r p maka r 1 > 0. Jika diambil sebarang z N(z 1, r 1 ), maka z z 0 z z 1 + z 1 z 0 < r 1 + p = r Jadi, z N(z 0, r). Karena berlaku untuk z N(z 1, r 1 ), maka N(z 1, r 1 ) N(z 0, r). Bukti selesai. Diberikan himpunan A C. Titik z 0 C disebut titik limit (limit point) A jika untuk setiap bilangan real r > 0, N(z 0, r) A {z 0 }. Himpunan A C dikatakan tertutup (closed) jika A memuat semua titik limitnya. Himpunan A C dikatakan terhubung (connected) jika untuk setiap dua titik berbeda z 1, z 2 A dapat dihubungkan dengan sebanyak berhingga segmen (penggal) garis yang kesemuanya berada di dalam A. Himpunan terbuka yang terhubung disebut domain. Mudah dipahami bahwa setiap persekitaran merupakan domain. Suatu domain ditambah (atau tidak ditambah) beberapa atau semua titik batasnya disebut daerah (region). Himpunan A C dikatakan terbatas (bounded) jika terdapat bilangan real M > 0 sehingga z M untuk setiap z A. Jadi, A terbatas jika ada lingkaran z = R sehingga setiap z A berada di dalam lingkaran tersebut. 21

Latihan 1. Diberikan A = {z C : 1 x 1, 1 y 1} {2 + i}. Tentukan a. semua titik dalam A. b. semua titik limit A. c. semua titik batas A. 2. Jika E = {z C : 2 x 2, 1 y 1}, maka tunjukkan E tidak terbuka tetapi tertutup. 3. Selidiki apakah himpunan yang tidak terbuka pasti tertutup. 4. Tunjukkan A tertutup jika dan hanya jika A c terbuka. 5. Jika z 0 bukan titik dalam dan bukan titik luar himpunan A, maka tunjukkan bahwa z 0 merupakan titik batas A. 6. Jika A tidak terbuka, maka tunjukkan bahwa A memuat suatu titik batasnya. 7. Jika A tidak tertutup, maka tunjukkan terdapat titik batas A yang tidak termuat di dalamnya. 8. Tunjukkan bahwa A = {z 1, z 2,..., z n } tidak mempunyai titik limit. Dengan demikian A tertutup. 9. Tunjukkan bahwa setiap titik di dalam suatu domain merupakan titik limit domain tersebut. 22