MODEL DISKRIT PREDATOR-PREY DENGAN PEMANENAN PADA PREY DEWASA MENGGUNAKAN SKEMA BEDA HINGGA TAK STANDAR

dokumen-dokumen yang mirip
MODEL PREDATOR-PREY MENGGUNAKAN RESPON FUNGSIONAL TIPE II DENGAN PREY BERSIMBIOSIS MUTUALISME

TUGAS AKHIR KAJIAN SKEMA BEDA HINGGA TAK-STANDAR DARI TIPE PREDICTOR-CORRECTOR UNTUK MODEL EPIDEMIK SIR

Simulasi Kestabilan Model Predator Prey Tipe Holling II dengan Faktor Pemanenan

SKEMA NUMERIK PERSAMAAN LESLIE GOWER DENGAN PEMANENAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kestabilan model predator-prey tipe Holling II dengan faktor pemanenan.

Model Mangsa-Pemangsa dengan Dua Pemangsa dan Satu Mangsa di Lingkungan Beracun

MODEL PREDATOR-PREY DENGAN DUA PREDATOR

SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR Jurusan Matematika FMIPA ITS

Interaksi Antara Predator-Prey dengan Faktor Pemanen Prey

KESTABILAN MODEL BIOEKONOMI SISTEM MANGSA PEMANGSA SUMBER DAYA PERIKANAN DENGAN PEMANENAN PADA POPULASI PEMANGSA

Local Stability of Predator Prey Models With Harvesting On The Prey. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. hidup lainnya. Interaksi yang terjadi antara individu dalam satu spesies atau

Simulasi Model Mangsa Pemangsa Di Wilayah yang Dilindungi untuk Kasus Pemangsa Tergantung Sebagian pada Mangsa

Bab 16. Model Pemangsa-Mangsa

ANALISIS DINAMIK SKEMA EULER UNTUK MODEL PREDATOR-PREY DENGAN EFEK ALLEE KUADRATIK

MODEL PERSAMAAN DIFERENSIAL PADA INTERAKSI DUA POPULASI

KESTABILAN POPULASI MODEL LOTKA-VOLTERRA TIGA SPESIES DENGAN TITIK KESETIMBANGAN ABSTRACT

KESTABILAN MODEL BIOEKONOMI SISTEM MANGSA PEMANGSA SUMBER DAYA PERIKANAN DENGAN PEMANENAN PADA POPULASI PEMANGSA

KESTABILAN MODEL POPULASI SATU MANGSA-DUA PEMANGSA DENGAN PEMANENAN OPTIMAL PADA PEMANGSA

BAB I Pendahuluan Latar BelakangMasalah

BAB I PENDAHULUAN. Ekologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang interaksi antara

BAB II KAJIAN TEORI. Persamaan diferensial sangat penting dalam pemodelan matematika khususnya

MODIFIKASI SISTEM PREDATOR-PREY: DINAMIKA MODEL LESLIE-GOWER DENGAN DAYA DUKUNG YANG TUMBUH LOGISTIK

ANALISIS KESTABILAN MODEL MUTUALISME DUA SPESIES SKRIPSI

APLIKASI METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL PADA SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA PENDAHULUAN

ANALISIS DINAMIK MODEL POPULASI MANGSA PEMANGSA DENGAN WILAYAH RESERVASI DAN PEMANENAN PEMANGSA Aidil Awal 1*), Syamsuddin Toaha 2), Khaeruddin 2)

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN MANGSA YANG TERINFEKSI DI LINGKUNGAN TERCEMAR

Created By Aristastory.Wordpress.com BAB I PENDAHULUAN. Teori sistem dinamik adalah bidang matematika terapan yang digunakan untuk

KESTABILAN MODEL SATU MANGSA DUA PEMANGSA DENGAN FUNGSI RESPON TIPE HOLLING III DAN PEMANENAN

PENGARUH PARAMETER PENGONTROL DALAM MENEKAN PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG. Rina Reorita, Niken Larasati, dan Renny

ANALISIS MODEL MANGSA PEMANGSA PADA PENANGKAPAN IKAN YANG DIPENGARUHI OLEH KONSERVASI

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN MANGSA YANG TERINFEKSI DI LINGKUNGAN TERCEMAR

PEMANENAN OPTIMAL PADA MODEL REAKSI DINAMIK SISTEM MANGSA-PEMANGSA DENGAN TAHAPAN STRUKTUR. Yuliani, Marwan Sam

Friska Erlina, Yuni Yulida, Faisal

... Difference equation dapat diselesaikan menggunakan proses iterasi. Didefinisikan fungsi

ANALISIS DINAMIKA MODEL KOMPETISI DUA POPULASI YANG HIDUP BERSAMA DI TITIK KESETIMBANGAN TIDAK TERDEFINISI

DINAMIKA ORDE PERTAMA SISTEM NONLINIER TERKOPEL DENGAN RELASI PREDASI, MUTUAL, DAN SIKLIK (Tinjauan Kasus Mangsa-Pemangsa pada Sistem Ekologi)

ANALISIS BIFURKASI PADA MODEL MATEMATIS PREDATOR PREY DENGAN DUA PREDATOR Lia Listyana 1, Dr. Hartono 2, dan Kus Prihantoso Krisnawan,M.

BAB I PENDAHULUAN. Besar Penelitian Tanaman Padi, tikus sawah merupakan hama utama penyebab

MODIFIKASI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH NILAI AWAL SINGULAR PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ORDE DUA ABSTRACT

ANALISIS KESTABILAN PADA MODEL DUA MANGSA- SATU PEMANGSA DENGAN FUNGSI RESPON HOLLING DAN PEMANENAN

PENYELESAIAN PERSAMAAN POISSON 2D DENGAN MENGGUNAKAN METODE GAUSS-SEIDEL DAN CONJUGATE GRADIENT

Penyelesaian Persamaan Poisson 2D dengan Menggunakan Metode Gauss-Seidel dan Conjugate Gradient

Pengendalian Populasi Hama pada Model Mangsa-Pemangsa dengan Musuh Alaminya

ANALISIS DINAMIK SISTEM PREDATOR-PREY MODEL LESLIE-GOWER DENGAN PEMANENAN SECARA KONSTAN TERHADAP PREDATOR

VARIAN METODE HALLEY BEBAS TURUNAN KEDUA DENGAN ORDE KEKONVERGENAN ENAM. Siti Mariana 1 ABSTRACT ABSTRAK

KALKULUS MULTIVARIABEL II

ANALISIS TITIK EKUILIBRIUM DAN SOLUSI MODEL INTERAKSI PEMANGSA-MANGSA MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Asumsi yang digunakan dalam sistem mangsa-pemangsa. Dimisalkan suatu habitat dimana spesies mangsa dan pemangsa hidup

II. TINJAUAN PUSTAKA I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KESTABILAN MODEL MANGSA PEMANGSA DENGAN FUNGSI RESPON TIPE HOLLING II DAN WAKTU TUNDA

DINAMIKA ORDE PERTAMA SISTEM NONLINIER TERKOPEL DENGAN RELASI PREDASI, MUTUAL, DAN SIKLIK (Tinjauan Kasus Mangsa-Pemangsa pada Sistem Ekologi)

ANALISIS KESTABILAN MODEL INTERAKSI PEMANGSA DAN MANGSA PADA DUA HABITAT YANG BERBEDA ADE NELVIA

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS STABILITAS DARI PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG

KESTABILAN SISTEM PREDATOR-PREY LESLIE

METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN LAPLACE UNTUK SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL NONLINIER KOEFISIEN FUNGSI

MODEL MATEMATIKA MANGSA-PEMANGSA DENGAN SEBAGIAN MANGSA SAKIT

BIFURKASI HOPF PADA SISTEM PREDATOR PREY DENGAN FUNGSI RESPON TIPE II

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERBANDINGAN SOLUSI MODEL GERAK ROKET DENGAN METODE RUNGE-KUTTA DAN ADAM- BASHFORD

Bab 15. Interaksi antar dua spesies (Model Kerjasama)

Penggunaan Statistik Tataan untuk Menentukan Median Contoh Acak dari Distribusi Eksponensial

SISTEM DINAMIK LINEAR KOEFISIEN KONSTAN. Caturiyati Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)

SIFAT-SIFAT DINAMIK DARI MODEL INTERAKSI CINTA DENGAN MEMPERHATIKAN DAYA TARIK PASANGAN

Mata Kuliah :: Matematika Rekayasa Lanjut Kode MK : TKS 8105 Pengampu : Achfas Zacoeb

ANALISIS KESTABILAN HELICOVERPA ARMIGERA

ANALISA KESEIMBANGAN INTERAKSI POPULASI TERUMBU KARANG, SIPUT DRUPELLA DAN PREDATORNYA MELALUI PHASE PORTRAIT

PENYELESAIAN MASALAH NILAI AWAL PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ORDE DUA MENGGUNAKAN MODIFIKASI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN

MASALAH NILAI AWAL ITERASI NEWTON RAPHSON UNTUK ESTIMASI PARAMETER MODEL REGRESI LOGISTIK ORDINAL TERBOBOTI GEOGRAFIS (RLOTG)

Eksak Period dari Solusi Periodik untuk Sebuah Osilator Tak Linear

METODE ITERASI ORDE EMPAT DAN ORDE LIMA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR. Imaddudin ABSTRACT

BAB II KAJIAN TEORI. dinamik, sistem linear, sistem nonlinear, titik ekuilibrium, analisis kestabilan

UNNES Journal of Mathematics

BIFURKASI PITCHFORK SUPERKRITIKAL PADA SISTEM FLUTTER

Pengantar Persamaan Differensial (1)

METODE MODIFIKASI NEWTON DENGAN ORDE KONVERGENSI Lely Jusnita 1

Penyelesaian Persamaan Painleve Menggunakan Metode Dekomposisi Adomian Laplace

Pertemuan Kesatu. Matematika III. Oleh Mohammad Edy Nurtamam, S.Pd., M.Si. Page 1.

MODIFIKASI METODE RUNGE-KUTTA ORDE-4 KUTTA BERDASARKAN RATA-RATA HARMONIK TUGAS AKHIR. Oleh : EKA PUTRI ARDIANTI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENYELESAIAN NUMERIK DARI PERSAMAAN DIFERENSIAL NONLINIER ADVANCE-DELAY

Solusi Persamaan Laplace Menggunakan Metode Crank-Nicholson. (The Solution of Laplace Equation Using Crank-Nicholson Method)

Persamaan Diferensial

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN MENGGUNAKAN METODE RUNGE-KUTTA ORDE LIMA TUGAS AKHIR DARMIYANTI

METODE ORDE-TINGGI UNTUK MENENTUKAN AKAR DARI PERSAMAAN NONLINEAR ABSTRACT

METODE PSEUDO ARC-LENGTH DAN PENERAPANNYA PADA PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN NONLINIER TERPARAMETERISASI

METODE ITERASI DUA LANGKAH BEBAS TURUNAN BERDASARKAN INTERPOLASI POLINOMIAL ABSTRACT

Karena v merupakan vektor bukan nol, maka A Iλ = 0. Dengan kata lain, Persamaan (2.2) dapat dipenuhi jika dan hanya jika,

PENYELESAIAN PERSAMAAN PANAS BALIK (BACKWARD HEAT EQUATION) Oleh: RICHA AGUSTININGSIH

METODE GENERALISASI SIMPSON-NEWTON UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR DENGAN KONVERGENSI KUBIK. Resdianti Marny 1 ABSTRACT

METODE ITERASI BARU BERTIPE SECANT DENGAN KEKONVERGENAN SUPER-LINEAR. Rino Martino 1 ABSTRACT

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I DASAR-DASAR PEMODELAN MATEMATIKA DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat hidup sendiri, karena setiap organisme tersebut membutuhkan

Solusi Numerik Persamaan Logistik dengan Menggunakan Metode Dekomposisi Adomian Dan Metode Milne

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN INTERFERENSI ANTARPEMANGSA FIKRI AZHARI

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN MODEL PADA PENYEBARAN HIV-AIDS

Sagita Charolina Sihombing 1, Agus Dahlia Pendahuluan

Transkripsi:

Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 018 p-issn : 550-0384; e-issn : 550-039 MODEL DISKRIT PREDATOR-PREY DENGAN PEMANENAN PADA PREY DEWASA MENGGUNAKAN SKEMA BEDA HINGGA TAK STANDAR Aulia Rizki Panca Putri Universitas Jenderal Soedirman aulia.putri.ap171@gmail.com Niken Larasati Universitas Jenderal Soedirman Siti Rahmah Nurshiami Universitas Jenderal Soedirman ABSTRACT. This study examines the behavior of predator-prey models with harvesting in prey adults who are discriminated using a nonstandard finite difference schemes. the results of the study showed that, with the value of predetermined parameters, the nonstandard finite difference scheme is better than Runga-Kutta method four order to preserve the system stability of the predator-prey model with harvesting the adult prey. Keywords: a nonstandard finite difference schemes, harvesting, predator-prey model, system stability. ABSTRAK. Penelitian ini mengkaji tentang perilaku model predator-prey dengan pemanenan pada prey dewasa yang didiskritisasi menggunakan skema beda hingga takstandar. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan nilai parameter yang telah diberikan, skema beda hingga tak-standar lebih baik dibanding metode Runga-Kutta orde empat dalam menjaga kestabilan sistem dari model predator-prey dengan pemanenan pada prey dewasa. Kata kunci: kestabilan sistem, model predator-prey, pemanenan, skema beda hingga takstandar. 1. PENDAHULUAN Pemodelan matematika merupakan bidang matematika yang merepresentasikan masalah kehidupan sehari-hari ke dalam pernyataan matematis. Representasi matematika yang dihasilkan dikenal sebagai Model Matematika. Salah satu bidang yang direpresentasikan ke bentuk model matematika adalah ekologi. Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal-balik atau interaksi antar makhluk hidup maupun hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Interaksi yang terjadi antar makhluk hidup dalam suatu

Model Diskrit Predator-Prey lingkungan hidup, antara lain berupa simbiosis mutualisme, kompetisi (persaingan), dan predasi. Predasi merupakan hubungan antara mangsa (prey) dan pemangsa (predator). Model matematika yang menggambarkan hubungan predasi pertama kali dikenalkan oleh Lotka pada tahun 195 dan Volterra pada tahun 196, sehingga model ini disebut juga model predator-prey Lotka Volterra (Edwards dan Penney, 008). Beberapa model predator-prey telah banyak dikaji dan dikembangkan oleh para peneliti antara lain Cui dan Song (004) telah memodifikasi model predatorprey dengan membagi populasi prey menjadi dua tahap usia, yaitu prey muda dan prey dewasa. Model predator-prey juga dikembangkan dengan melakukan pemanenan pada populasi predator atau prey (Singh dan Bhatti, 01). Sabastiandani (013) telah menurunkan model kontinu predator-prey dengan pemanenan pada prey dewasa serta menyelesaikannya secara kualitatif, yaitu dengan menganalisa kestabilan sistem di sekitar titik kesetimbangan untuk mengetahui perilaku model. Karakteristik dari model merupakan sistem persamaan diferensial non linier. Pada umumnya, sistem persamaan diferensial non linier sulit untuk diselesaikan secara eksak, sehingga perlu diselesaikan dengan pendekatan nilai eksak (numerik). Beberapa metode numerik telah digunakan untuk menyelesaikan sistem persamaan diferensial non linier, namun solusi yang diperoleh seringkali tidak menunjukkan kekonsistenan dinamik dengan model kontinu. Dengan dilatarbelakangi hal tersebut, Mickens (000) memperkenalkan metode numerik baru yang dikenal dengan skema beda hingga tak-standar untuk meminimalisir masalah tersebut. Dalam hal ini, skema beda hingga tak-standar didasarkan pada dua prinsip yaitu penggantian dari turunan orde pertama diskrit menggunakan pendekatan beda maju dan penggantian dari fungsi non linier dengan pendekatan non lokal. Metode ini telah banyak digunakan untuk penyelesaian numerik dari persamaan diferensial non linier, karena mampu menjaga kestabilan sistem hingga ukuran langkah waktu yang tinggi. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menganalisis perilaku model diskrit predator-prey dengan pemanenan pada prey dewasa menggunakan skema beda hingga tak-standar. FMIPA Unsoed Purwokerto, 15 September 018

3 A. R. P. Putri d.k.k.. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian adalah studi pustaka yang dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi yang relevan dengan masalah yang akan dikaji. Tahapan-tahapan yang dilakukan pada penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan model predator-prey dengan pemanenan pada prey dewasa.. Mendiskritkan model predator-prey dengan pemanenan pada prey dewasa menggunakan skema beda hingga tak-standar. 3. Menganalisis perilaku model di sekitar titik kesetimbangan. 4. Mensimulasikan model predator-prey dengan pemanenan pada prey dewasa yang telah diturunkan dengan skema beda hingga tak-standar. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Model Model predator-prey dengan pemanenan merupakan pengembangan dari model Lotka-Volterra. Pada umumnya kegiatan pemanenan dilakukan terhadap individu yang telah mencapai usia tertentu yang dianggap dewasa atau matang untuk dipanen. Dalam model ini, pemanenan dilakukan pada populasi prey. Berdasarkan penelitian sebelumnya (Sabastiandani, 013) telah diperoleh penurunan model dengan menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut: 1. Populasi predator dan prey bersifat tertutup.. Model populasi predator-prey yang dikaji terdiri dari satu predator dan satu prey, dimana populasi prey dibagi menjadi dua tahap usia, yaitu muda dan dewasa. 3. Populasi prey dewasa dipanen dengan laju pemanenan proporsional. 4. Tidak ada interaksi antara prey muda dan prey dewasa. 5. Kematian alami pada populasi prey dewasa diabaikan. Variabel-variabel dan parameter-parameter yang digunakan untuk menurunkan model predator-prey dengan pemanenan pada prey dewasa tercantum dalam Tabel 1 berikut. FMIPA Unsoed Purwokerto, 15 September 018

Model Diskrit Predator-Prey 4 Tabel 1. Variabel-variabel dan parameter-parameter yang digunakan pada model Simbol Definisi Jenis Syarat Satuan Xt () Jumlah prey muda pada saat t Variabel Yt () Jumlah prey dewasa pada saat t Variabel Zt () Jumlah predator pada saat t Variabel Xt ( ) 0 Yt ( ) 0 Zt ( ) 0 Ekor Ekor Ekor a b c e f Tingkat penambahan prey muda karena kelahiran dari prey dewasa Tingkat pengurangan prey muda karena menjadi prey dewasa Tingkat pengurangan prey muda akibat persaingan antar spesies, karena adanya keterbatasan sumber daya lingkungan Tingkat penambahan prey dewasa karena pertumbuhan dari prey muda Tingkat pengurangan prey dewasa akibat persaingan antar spesies, karena adanya keterbatasan sumber daya lingkungan g Tingkat kematian predator j Tingkat pengurangan predator antar spesies, karena adanya keterbatasan sumber daya lingkungan Tingkat interaksi predator terhadap prey muda Tingkat interaksi predator terhadap prey dewasa Tingkat interaksi prey muda terhadap predator Tingkat interaksi prey dewasa terhadap predator 0a 1 per satuan waktu 0b 1 per satuan waktu 0c 1 0e 1 per satuan waktu 0 f 1 0g 1 per satuan waktu 0 j 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 per satuan Tingkat pemanenan prey dewasa waktu Selanjutnya untuk menyederhanakan penulisan ditulis, ditulis, dan ditulis. Berdasarkan asumsi-asumsi yang telah diberikan dapat ditentukan laju perubahan jumlah prey muda terhadap waktu, laju perubahan jumlah prey dewasa FMIPA Unsoed Purwokerto, 15 September 018

5 A. R. P. Putri d.k.k. terhadap waktu dan laju perubahan jumlah predator terhadap waktu sebagai berikut: Dari model kontinu tersebut akan didiskritisasi menggunakan skema beda hingga tak-standar. Misal diskritisasi untuk laju perubahan jumlah prey muda sebagai berikut. 1. Penggantian dari turunan orde pertama diskrit dengan pendekatan beda maju dengan dx X ( k 1) X ( k), dt h merupakan ukuran langkah waktu.. Penggantian dari fungsi nonlinier dan linier menggunakan pendekatan non lokal dx ay bx cx ZX dt dy ex fy ZY Y dt dz gz XZ YZ jz dt X X ( k 1) X X k X k ( 1) ( ) ZX Z( k) X ( k 1). Berdasarkan kedua prinsip diatas, diperoleh model diskrit predator-prey dengan pemanenan pada prey dewasa berupa sistem diskrit non linier yaitu: X ( k) 1 fhy( k) hz( k) h ahy ( k) 1 ( ) ( ) 1 ( ) ( ) ehx ( k) 1 bh chx ( k) hz( k) Y ( k) 1 ( ) ( ) 1 ( ) ( ) X( k 1) fhy k hz k h bh chx k hz k aeh Yk ( 1) fhy k hz k h bh chx k hz k aeh Zk ( ) Zk ( 1). 1 gh hx ( k) hy ( k) jhz( k). h 0 (1) () Titik kesetimbangan model diskrit predator-prey pada sistem () diperoleh jika,, dan. Jika maka diperoleh Xk ( ) 0 dan Xk ( ) 0. Jika FMIPA Unsoed Purwokerto, 15 September 018

Model Diskrit Predator-Prey 6 maka diperoleh Yk ( ) 0 dan Yk ( ) 0. Selanjutnya jika maka diperoleh Zk ( ) 0 dan Zk ( ) X ( k) Y( k) g j. Titik kesetimbangan diperoleh dengan cara mencari titik perpotongan antara akar-akar tersebut. Dengan demikian diperoleh empat titik kesetimbangan g dari sistem (), yaitu (0,0,0), TE 0, 0,, (X*,Y*,0), dan j TE4 X, Y, Z * * *. Agar komponen predator pada berada pada titik kesetimbangan positif diasumsikan bahwa * * X Y g. Selanjutnya diperoleh bahwa bersifat stabil asimtotis jika dan hanya jika memenuhi Lemma.1 (Arenas dkk, 010:3743) yaitu 1) 1 0, sebagai berikut 1 K P K P L N 0 1 1 1 1 1 1 1 * * * 1 fhy h 1 fhy h1 bh ah e cy * * 1 fhy h1 bh chx aeh * * * 1 bh chx 1 bh chx 1 h eh fx a * * 1 fhy h1 bh chx aeh * * * 1 fhy h 1 fhy h1 bh ah e cy * * 1 fhy h1 bh chx aeh * * * 1 bh chx 1 bh chx 1 h eh fx a * * 1 fhy h1 bh chx aeh * * 1 1 * * 1 fhy h1 bh chx aeh ah bh chx h eh fx a 0 * * eh 1 fhy h1 bh ah e cy * * 1 fhy h1 bh chx aeh FMIPA Unsoed Purwokerto, 15 September 018

7 A. R. P. Putri d.k.k. ) 1 0, sebagai berikut 1 K P K P L N 0 1 1 1 1 1 1 1 * * 1 fhy h 1 fhy h1 bh ah e cy * * 1 fhy h1 bh chx aeh * * * 1 bh chx 1 bh chx 1 h eh fx a * * 1 fhy h1 bh chx aeh 3) 1, sebagai berikut K P L N 1 1 1 1 * * * 1 fhy h 1 fhy h1 bh ah e cy * * 1 fhy h1 bh chx aeh * * * 1 bh chx 1 bh chx 1 h eh fx a * * 1 fhy h1 bh chx aeh * * 1 1 * * 1 fhy h1 bh chx aeh ah bh chx h eh fx a 0. * * eh 1 fhy h1 bh ah e cy * * 1 fhy h1 bh chx aeh 1 * * * 1 fhy h 1 fhy h 1 bh ah e cy * * 1 fhy h1 bh chx aeh * * * 1 bh chx 1 bh chx 1 h eh fx a * * 1 fhy h1 bh chx aeh * * ah 1 bh chx 1 h eh fx a * * 1 fhy h1 bh chx aeh 1. * * eh 1 fhy h1 bh ah e cy * * 1 fhy h1 bh chx aeh FMIPA Unsoed Purwokerto, 15 September 018

Model Diskrit Predator-Prey 8 Sementara itu, persamaan karakteristik untuk berupa persamaan polinomial. Untuk mengetahui akar-akar persamaan polinomial, digunakan perintah software Maple 16 dengan hasil satu akar berupa bilangan riil dan dua akar lainnya berupa bilangan kompleks yang bentuknya cukup rumit. Oleh karena itu, analisa kestabilan sulit dilakukan secara analitik. Selanjutnya, untuk mengetahui perilaku penyelesaian di sekitar dilakukan dengan simulasi. 3.. Simulasi Model Simulasi model dilakukan untuk mengetahui perilaku dinamik penyelesaian sistem () dalam jangka waktu yang lama di sekitar titik kesetimbangan. Simulasi dilakukan dengan mengambil nilai-nilai parameter, sehingga diperoleh titik kesetimbangan dan yang bersifat stabil asimtotis. Simulasi model predator-prey dengan pemanenan pada prey dewasa dilakukan dengan menggunakan software Maple 16. Nilai parameter yang digunakan pada simulasi ini adalah 0,9; 0,73; 0,0003; 0,7; 0,004; 0,36; 0,001; 0,039; 0,013; 0,; 0,1. Sementara itu, nilai parameter dan yang digunakan berbeda untuk masing-masing dan. Berikut plot penyelesaian dalam jangka waktu yang lama. Gambar 1. Perilaku prey muda, prey dewasa dan predator pada sistem () untuk FMIPA Unsoed Purwokerto, 15 September 018

9 A. R. P. Putri d.k.k. Berdasarkan grafik hasil simulasi model pada Gambar 1, dapat diketahui bahwa adanya penurunan jumlah prey muda dan prey dewasa yang mengakibatkan jumlah predator menurun. Akibat menurunnya jumlah predator ini, maka jumlah prey muda dan prey dewasa mengalami kenaikan hingga batas tertentu, sedangkan jumlah predator menurun secara terus menerus hingga mengalami kepunahan untuk jangka waktu yang lama. Selanjutnya berikut plot penyelesaian dalam jangka waktu yang lama. Gambar. Perilaku prey muda, prey dewasa dan predator pada sistem () untuk Berdasarkan grafik hasil simulasi model pada Gambar, dapat diketahui bahwa adanya kenaikan jumlah populasi predator yang mengakibatkan jumlah populasi prey muda dan prey dewasa menurun. Akibat menurunnya jumlah populasi prey muda dan prey dewasa ini, maka jumlah populasi predator juga mengalami penurunan. Saat jumlah populasi predator mengalami penurunan, akan terjadi kenaikan pada jumlah populasi prey muda dan prey dewasa. Hal tersebut akan terus berulang hingga mengalami kestabilan pada batas tertentu untuk jangka waktu yang lama seperti terlihat pada Gambar. Pada simulasi ini akan dilakukan menggunakan dua metode yaitu, skema beda hingga tak-standar dan metode Runga-Kutta orde empat. Berdasarkan nilainilai parameter yang diberikan, diperoleh titik kesetimbangan, nilai eigen, dan FMIPA Unsoed Purwokerto, 15 September 018

Model Diskrit Predator-Prey 10 kestabilan titik kesetimbangan untuk skema beda hingga tak-standar dan metode Runga-Kutta masing-masng pada Tabel dan Tabel 3 sebagai berikut. Tabel. Titik kesetimbangan, nilai eigen, dan kestabilan TE 4 dengan mengubah-ubah nilai parameter menggunakan skema beda hingga tak-standar Titik Kesetimbangan Nilai Eigen Kestabilan 0,00001 9,063; 13,50; 15,011 0,999; 0,999 0,00I Stabil Asimtotis 0,001 9,063; 13,50; 15,011 0,998; 0,999 0,00I Stabil Asimtotis 0,04 9,063; 13,50; 15,011 0,931; 0,998 0,013I Stabil Asimtotis 0,3 9,063; 13,50; 15,011 0,645; 0,988 0,1I Stabil Asimtotis 1 9,063; 13,50; 15,011 0,355; 0,963 0,337I Stabil Asimtotis 1,51 9,063; 13,50; 15,011 0,67; 0,945 0,514I Stabil Asimtotis 9,063; 13,50; 15,011 0,17; 0,930 0,676I Stabil Asimtotis,5 9,063; 13,50; 15,011 0,180; 0,914 0,845I Stabil Asimtotis Tabel 3. Titik kesetimbangan, nilai eigen, dan kestabilan TE 4 dengan mengubah-ubah nilai parameter menggunakan metode Runga-Kutta orde empat Titik Kesetimbangan Nilai Eigen Kestabilan 0,00001 9,063; 13,50; 15,011 0,999; 0,999 0,00I Stabil Asimtotis 0,001 9,063; 13,50; 15,011 0,998; 0,999 0,00I Stabil Asimtotis 0,04 9,063; 13,50; 15,011 0,99; 0,998 0,013I Stabil Asimtotis 0,3 9,063; 13,50; 15,011 0,577; 0,983 0,099I Stabil Asimtotis 1 9,063; 13,50; 15,011 0,90; 0,906 0,317I Stabil Asimtotis 1,51 9,063; 13,50; 15,011 1,0003; 0,819 0,458I Tidak Stabil 9,063; 13,50; 15,011 3,350; 0,715 0,563I Tidak Stabil,5 9,063; 13,50; 15,011 9,01; 0,567 0,654I Tidak Stabil Berdasarkan Tabel dan Tabel 3, dapat terlihat bahwa ketika ukuran langkah waktu ( berubah-ubah, model predator-prey dengan pemanenan pada FMIPA Unsoed Purwokerto, 15 September 018

11 A. R. P. Putri d.k.k. prey dewasa yang didiskritisasi menggunakan skema beda hingga tak-standar lebih mampu mempertahankan kestabilan sistem hingga nilai,5. Berbeda dengan model predator-prey dengan pemanenan pada prey dewasa yang diselesaikan menggunakan metode Runga-Kutta hanya mampu mempertahankan kestabilan sistem sampai nilai 1,50. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan nilai-nilai parameter yang diberikan, skema beda hingga takstandar lebih baik dalam menjaga kestabilan sistem. 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan, diperoleh beberapa kesimpulan dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Model diskrit predator-prey dengan pemanenan pada prey dewasa adalah X ( k) 1 fhy( k) hz( k) h ahy ( k) 1 ( ) ( ) 1 ( ) ( ) ehx ( k) 1 bh chx ( k) hz( k) Y ( k) 1 ( ) ( ) 1 ( ) ( ) X( k 1) fhy k hz k h bh chx k hz k aeh Yk ( 1) fhy k hz k h bh chx k hz k aeh Zk ( ) Zk ( 1). 1 gh hx ( k) hy ( k) jhz( k). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa dengan nilainilai parameter yang diambil, titik kesetimbangan dan dari model diskrit predator-prey dengan pemananen pada prey dewasa bersifat stabil asimtotis. Selain itu, skema beda hingga tak-standar lebih baik dibanding metode Runga-Kutta orde empat dalam menjaga kestabilan sistem untuk model diskrit predator-prey dengan pemanenan pada prey dewasa. DAFTAR PUSTAKA [1] Arenas, A. J., Gonzalez-Parra, G., dan Chen-Charpentier, B. M., A Nonstandard Numerical Scheme of Predictor-Corrector Type for Epidemic Models, Computers and Mathematics with Applications, 59(1) (010), 3740-3749. FMIPA Unsoed Purwokerto, 15 September 018

Model Diskrit Predator-Prey 1 [] Cui. J. dan Song, X., Permanennce of Predator-Prey System With Stage Structure, Journal of Discrete and Continuous Dynamical System-Series B, 4(3) (004), 547-554. [3] Edwards, C.H. dan Penney, D. E., Elementary Differential Equations, 6th Ed., Prentice-Hall, New Jersey, 008. [4] Mickens, R. E., Applications of Nonstandard Finite Difference Schemes, World Scientific, Singapore, 000. [5] Sabastiandani, R. D., Model Predator-Prey dengan Pemanenan pada Prey Dewasa, Skripsi. Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, 013. [6] Singh, H. Dan Bhatti, H. S., Stability of Prey-Predator Model with Harvesting Activity of Prey, International Journal of Pure and Applied Mathematics, 80(5) (01), 67-633. FMIPA Unsoed Purwokerto, 15 September 018