PENJADWALAN KEBERANGKATAN KERETA API DI JAWA TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PETRINET DAN ALJABAR MAX-PLUS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENJADWALAN KEBERANGKATAN KERETA API DI JAWA TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PETRINET DAN ALJABAR MAX-PLUS"

Transkripsi

1 PENJADWALAN KEBERANGKATAN KERETA API DI JAWA TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PETRINET DAN ALJABAR MAX-PLUS AHMAD AFIF 1, SUBIONO 2 Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya ABSTRAK. Jaringan Kereta api merupakan salah satu moda transportasi darat yang disukai oleh masyarakat, khususnya di Jawa Timur. Kapasitas orang dan barang di kereta api yang cukup besar dan biaya yang murah menyebabkan moda transportasi ini banyak disukai masyarakat untuk melakukan perjalanan keluarga maupun pekerjaan. Jalur kereta api yang unik menyebabkan sistem jaringan kereta api memiliki kelemahan dalam proses pelayanan publik. Kurangnya pelayanan dari segi ketepatan waktu sering terjadi pada sistem tranportasi kereta api. Hal ini disebabkan jalur kereta api tidak bisa dilalui sekaligus oleh dua atau lebih kereta api sehingga terjadi saling tunggu di tiap stasiun. Penjadwalan yang tepat sangat diperlukan untuk mengurangi kelemahan kereta api dalam melayani ketepatan waktu kedatangan dan keberangkatan. Jenis kereta api yang banyak semakin menambah waktu tunggu kereta api di stasiun. Penelitian ini akan dilakukan penjadwalan keberangkatan kereta api di Jawa Timur menggunakan model petrinet dan aljabar max-plus. Dari penelitian ini diharapkan memperoleh desain penjadwalan kereta api di Jawa Timur di masing masing stasiun. Kata kunci : kereta api, jadwal, petrinet, aljabar max-plus. 1. PENDAHULUAN Sistem transportasi merupakan bentuk sinkronisasi antara penumpang, barang, sarana dan prasarana guna terpenuhi perpindahan orang dan barang yang baik. Sistem transportasi dikatakan baik jika proses pergerakan penumpang dan barang dapat dicapai secara optimum dalam ruang dan waktu dengan berbagai faktor, yaitu faktor keamanan, kenyamanan, kelancaran, dan efisiensi atas waktu dan biaya [4] Kereta api adalah moda transportasi darat pada jalan rel yang sudah ada sejak tahun 1804 diperkenalkan oleh Richard Trevithick [3]. Di Negara maju dan berkembang moda transportasi ini berkembang sangat pesat. Indonesia adalah salah satu Negara berkembang yang memanfaatkan jenis transportasi ini untuk menunjang aktifitas penduduknya yang padat. Kapasitas orang dan barang di kereta api yang cukup besar dan biaya yang murah menyebabkan moda transportasi ini banyak disukai masyarakat untuk melakukan perjalanan keluarga maupun pekerjaan. Jalur kereta api yang unik menyebabkan sistem jaringan kereta api memiliki kelemahan dalam proses pelayanan publik. Kurangnya pelayanan dari segi ketepatan waktu sering terjadi pada sistem tranportasi kereta api. Hal ini disebabkan jalur kereta api tidak bisa dilalui sekaligus oleh dua atau lebih kereta api sehingga terjadi saling tunggu di tiap stasiun. Penjadwalan yang tepat sangat diperlukan 92

2 untuk mengurangi kelemahan kereta api dalam melayani ketepatan waktu kedatangan dan keberangkatan. Keberadaan jadwal kedatangan dan keberangkatan kereta api memegang peran penting dalam pemodelan sistem jaringan kereta api. Sistem jaringan kereta api merupakan Sistem Event Diskrit yang dapat dimodelkan menggunakan petrinet dan aljabar max-plus. Kemudahan petrinet dan aljabar max-plus dalam menyelesaikan proses sinkronisasi yang menyebabakan penulis tertarik mengadakan penelitian ini. Berdasarkan proses sinkronisasi ini akan digunakan sebagai acuan desain penjadwalan kereta api.. 2. TINJAUAN PUSTAKA/RUMUSAN MASALAH SISTEM JARINGAN KERETA API DI JAWA TIMUR Sistem jaringan kereta api di Jawa Timur mempunyai 5 jalur, diantaranya yaitu : jalur Surabaya Madiun, jalur Malang Madiun, jalur Surabaya Cepu, jalur Surabaya Banyuwangi, dan jalur Surabaya Malang. Jalur Surabaya Madiun merupakan lintas daerah operasi (DAOP) VIII Surabaya dan daerah operasi (DAOP) VII Madiun. Daerah operasi (DAOP) VIII Surabaya meliputi stasiun Surabaya Gubeng (SGU) Mojokerto (MR) dan daerah operasi (DAOP) VII Madiun meliputi stasiun Curahmalang (CM) Madiun (MD). Jalur Malang Madiun merupakan lintas daerah operasi (DAOP) VIII Surabaya dan daerah operasi (DAOP) VII Madiun. Daerah operasi (DAOP) VIII Surabaya meliputi stasiun Malang (ML) Blitar (BL) dan daerah operasi (DAOP) VII Madiun meliputi stasiun Rejotangan (RJ) Madiun (MD). Jalur Surabaya Pasarturi Cepu merupakan lintas daerah operasi (DAOP) VIII Surabaya dan daerah operasi (DAOP) IV Semarang. Daerah operasi (DAOP) VIII Surabaya meliputi stasiun Surabaya Pasarturi (SBI) Kapas (KPS) dan daerah operasi (DAOP) IV Semarang meliputi stasiun Bojonegoro (BJ) Cepu (CP). Jalur Surabaya Gubeng Banyuwangi merupakan lintas daerah operasi (DAOP) VIII Surabaya dan daerah operasi (DAOP) IX Jember. Daerah operasi (DAOP) VIII Surabaya meliputi stasiun Surabaya Gubeng (SGU) Bangil (BG) dan daerah operasi (DAOP) IX Jember meliputi stasiun Pasuruan (PS) Banyuwangi (BW). Jalur Surabaya Malang merupakan kesemuanya daerah operasi (DAOP) VIII Surabaya. Penelitian ini, yang dikaji adalah jaringan kereta api di Jawa Timur dengan acuan data dari Grafik Perjalanan Kereta Api (GEPEKA) PT. KAI Berikut diberikan tabel waktu tempuh kereta api antar stasiun di setiap jalur di Jawa Timur. Jalur Dari Tujuan Waktu Tempuh (menit) Jumlah kereta 1 Madiun Nganjuk Nganjuk Kertosono Kertosono Jombang Jombang Mojokerto Mojokerto Surabaya Surabaya Mojokerto Mojokerto Jombang Jombang Kertosono Kertosono Nganjuk Nganjuk Madiun 39 0 Tabel 1. Waktu tempuh dan alokasi jumlah Kereta api eksekutif/ bisnis jalur 1 Jalur Dari Tujuan Waktu Tempuh (menit) Jumlah kereta 1 Kertosono Jombang Jombang Mojokerto Mojokerto Surabaya Surabaya Mojokerto Mojokerto Jombang Jombang Kertosono 19 0 Tabel 2. Waktu tempuh dan alokasi jumlah Kereta api ekonomi jalur 1 Seminar Nasional Matematika Prosiding

3 Jalur Dari Tujuan Waktu Tempuh (menit) Tabel 3. Waktu tempuh dan alokasi jumlah Kereta api eksekutif/bisnis jalur 2 Jalur Dari Tujuan Waktu Tempuh (menit) Jumlah kereta 2 Madiun Nganjuk Nganjuk Kertosono Kertosono Kediri Kediri Blitar Blitar Malang Malang Blitar Blitar Kediri Kediri Kertosono Kertosono Nganjuk Nganjuk Madiun 38 0 Jumlah kereta 3 Cepu Bojonegoro Bojonegoro Lamongan Lamongan Surabaya Surabaya Lamongan Lamongan Bojonegoro Bojonegoro Cepu 31 0 Tabel 5. Waktu tempuh dan alokasi jumlah Kereta api eksekutif/bisnis jalur 3 Jalur Dari Tujuan Waktu Tempuh (menit) Jumlah kereta 2 Kertosono Kediri Kediri Blitar Blitar Malang Malang Blitar Blitar Kediri Kediri Kertosono 34 0 Tabel 4. Waktu tempuh dan alokasi jumlah Kereta api ekonomi jalur 2 Jalur Dari Tujuan Waktu Tempuh (menit) Jumlah kereta 4 Banyuwangi Jember Jember Probolinggo Probolinggo Bangil Bangil Surabaya Surabaya Bangil Bangil Probolinggo Probolinggo Jember Jember Banyuwangi Tabel 6. Waktu tempuh dan alokasi jumlah Kereta api eksekutif/bisnis jalur 4 Jalur Dari Tujuan Interval Waktu Tempuh (menit) Jumlah kereta 5 Surabaya Bangil Bangil Malang Malang Bangil Bangil Surabaya 45 0 Tabel 7. Waktu tempuh dan alokasi jumlah Kereta api ekonomi jalur 5 Berdasarkan data data diatas dapat disusun graf dari jaringan kereta api di Jawa Timur adalah sebagai berikut: Keterangan : Warna arc SBY MD : Jalur 1 t 1 t 26 ML MD : Jalur 2 t 11 t 10 SBY CP : Jalur 3 t t 25 t SBY BW : Jalur 4 t 2 t 22 SBY ML : Jalur 5 t 12 t t 24 Node 9 t 3 t 4 t 5 t 19 t SBY : Surabaya 23 t 18 t 13 t 17 t 8 t 7 t 14 t 15 t 16 t 6 t 31 t 35 t 38 t 30 t 36 t 32 t 37 t 29 Gambar 1. Gambar graf jalur kereta api di Jawa Timur Seminar Nasional Matematika Prosiding t 28 t 33 t 34 t 27 MR JG KTS NJK MD KDR BL ML LMG BJ CP BG PB JR BW : Mojokerto : Jombang : Kertosono : Nganjuk : Madiun : Kediri : Blitar : Malang : Lamongan : Bojonegoro : Cepu : Bangil : Probolinggo : Jember : Banyuwangi

4 MODEL PETRINET A. Notasi dan Definisi Petrinet Petrinet dikembangkan pertama kali oleh C.A. Petri pada awal 1960-an. Petrinet merupakan salah satu alat untuk memodelkan Sistem Event Diskrit. Pada Petrinet event berkaitan dengan transisi. Agar suatu event dapat terjadi, beberapa keadaan harus terpenuhi terlebih dahulu. Keadaan pada petrinet dinyatakan dengan place. Place dapat berfungsi sebagai masukan atau keluaran suatu transisi. Place sebagai masukan menyatakan keadaan yang harus dipenuhi agar transisi dapat terjadi. Setelah transisi terjadi maka keadaan akan berubah. Place yang menyatakan keadaan tersebut adalah keluaran dari transisi. Definisi 1.[1] Petrinet adalah 4-tuple, dengan : himpunan berhingga place, { 1 2 }, : himpunan berhingga transisi, { 1 2 }, : himpunan arc, ( ) ( ), : fungsi bobot, 1, Petrinet dapat digambarkan sebagai graf berarah. Node dari graf berupa place yang diambil dari himpunan place P atau transisi yang diambil dari himpunan transisi T. Pada Petrinet graf diperbolehkan menggunakan beberapa arc untuk menghubungkan dua node atau lebih dengan memberikan bobot ke setiap arc yang menyatakan jumlah arc. Struktur ini dikenal dengan struktur multigraf. B. Petrinet Bertanda dan Ruang Keadaan Transisi pada Petrinet menyatakan event pada Sistem Event Diskrit dan place merepresentasikan kondisi agar event dapat terjadi. Token adalah sesuatu yang diletakkan di place yang menyatakan terpenuhi tidaknya suatu kondisi. Secara grafik token digambarkan dengan dot dan diletakkan di dalam place. Jika jumlah token lebih dari 5 maka dituliskan dengan angka. Definisi 2. [1] Petrinet bertanda (marked) adalah 5-tuple 0 dimana adalah Petrinet dan 0 adalah penanda awal. Penanda dinyatakan dengan vektor yang berisi bilangan bulat nonnegatif yang menyatakan jumlah token. Jumlah elemen sama dengan banyak place petrinet. Elemen ke- pada vektor merupakan jumlah token pada place, { }. Jumlah token pada place adalah sebarang bilangan bulat nonnegatif, tidak harus terbatas (bounded). Ruang keadaan (state space) X pada Petrinet bertanda dengan place didefinisikan oleh semua vektor berdimensi dengan elemen elemennya adalah bilangan bulat nonnegatif, sehingga { }. Penyusunan model petrinet dan model aljabar max-plus, yang diperlukan sebagai berikut. a. Jalur - jalur pada jaringan kereta api di Jawa Timur. b. Jumlah dan distribusi kereta api di tiap tiap Jalur. c. Aturan sinkronisasi antar keberangkatan kereta api. d. Waktu tempuh antar stasiun di tiap tiap jalur. Berdasarkan dari informasi jadwal keberangkatan dan lamanya waktu perjalanan, maka dapat disusun aturan sinkronisasi pada jaringan kereta api di Jawa Timur dengan 5 (lima) jalur sebagai berikut. Jalur 1 : Kelas eksekutif/bisnis Keberangkatan kereta api ke- dari MD 1 menuju NJK 1 harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari NJK 1 menuju MD 1. Seminar Nasional Matematika Prosiding

5 Keberangkatan kereta api ke- dari NJK 1 menuju KTS 1 harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari MD 1 menuju NJK 1. Keberangkatan kereta api ke- dari KTS 1 menuju JG harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari NJK 1 menuju KTS 1. Keberangkatan kereta api ke- dari JG menuju MR harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari KTS 1 menuju JG. Keberangkatan kereta api ke- dari MR menuju SBY 1 harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari JG menuju MR. Keberangkatan kereta api ke- dari SBY 1 menuju MR harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari MR menuju SBY 1 dan menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari LMG menuju SBY 2 dan menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari BG 1 menuju SBY 3 dan menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari BG 2 menuju SBY 4. Keberangkatan kereta api ke- dari MR menuju JG harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari SBY 1 menuju MR. Keberangkatan kereta api ke- dari JG menuju KTS 1 harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari MR menuju JG. Keberangkatan kereta api ke- dari KTS 1 menuju NJK 1 harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari JG menuju KTS 1. Keberangkatan kereta api ke- dari NJK 1 menuju MD 1 harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari KTS 1 menuju NJK 1. Kelas ekonomi Keberangkatan kereta api ke- dari KTS 1,1 menuju JG 1 harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari JG 1 menuju KTS 1,1 dan menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari KDR 1 menuju KTS 2,1 Keberangkatan kereta api ke- dari JG menuju MR harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari KTS 1 menuju JG 1. Keberangkatan kereta api ke- dari MR 1 menuju SBY 1,1 harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari JG 1 menuju MR 1. Keberangkatan kereta api ke- dari SBY 1,1 menuju MR 1 harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari MR 1 menuju SBY 1 dan menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari BG 2 menuju SBY 4. Keberangkatan kereta api ke- dari MR 1 menuju JG 1 harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari SBY 1 menuju MR 1. Keberangkatan kereta api ke- dari JG 1 menuju KTS 1,1 harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari MR 1 menuju JG 1. Jalur 2 : Kelas eksekutif/bisnis Keberangkatan kereta api ke- dari MD 2 menuju NJK 2 harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari NJK 2 menuju MD 2. Keberangkatan kereta api ke- dari NJK 2 menuju KTS 2 harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari MD 2 menuju NJK 2. Keberangkatan kereta api ke- dari KTS 2 menuju KDR harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari NJK 2 menuju KTS 2. Keberangkatan kereta api ke- dari KDR menuju BL harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari KTS 2 menuju KDR. Keberangkatan kereta api ke- dari BL menuju ML 1 harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari KDR menuju BL. Seminar Nasional Matematika Prosiding

6 Keberangkatan kereta api ke- dari ML 1 menuju BL harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari BL menuju ML 1 dan menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari BG 2 menuju ML 2. Keberangkatan kereta api ke- dari BL menuju KDR harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari ML 1 menuju BL. Keberangkatan kereta api ke- dari KDR menuju KTS 2 harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari BL menuju KDR. Keberangkatan kereta api ke- dari KTS 2 menuju NJK 2 harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari KDR menuju KTS 2. Keberangkatan kereta api ke- dari NJK 2 menuju MD 2 harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari KTS 2 menuju NJK 2. Kelas ekonomi Keberangkatan kereta api ke- dari KTS 2,1 menuju KDR 1 harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari KDR 1 menuju KTS 2,1 dan menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari JG 1 menuju KTS 1,1. Keberangkatan kereta api ke- dari KDR 1 menuju BL 1 harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari KTS 2,1 menuju KDR 1. Keberangkatan kereta api ke- dari BL 1 menuju ML 1,1 harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari KDR 1 menuju BL 1. Keberangkatan kereta api ke- dari ML 1,1 menuju BL 1 harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari BL 1 menuju ML 1,1 dan menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari BG 2 menuju ML 2. Keberangkatan kereta api ke- dari BL 1 menuju KDR 1 harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari ML 1 menuju BL 1. Keberangkatan kereta api ke- dari KDR 1 menuju KTS 2,1 harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari BL 1 menuju KDR 1. Jalur 3 : Keberangkatan kereta api ke- dari CP menuju BJ harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari BJ menuju CP. Keberangkatan kereta api ke- dari BJ menuju LMG harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari CP menuju LMG. Keberangkatan kereta api ke- dari LMG menuju SBY 2 harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari BJ menuju LMG. Keberangkatan kereta api ke- dari SBY 2 menuju LMG harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari LMG menuju SBY 2 dan menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari MR menuju SBY 1 dan menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari BG 1 menuju SBY 3 dan menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari BG 2 menuju SBY 4. Keberangkatan kereta api ke- dari LMG menuju BJ harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari SBY 2 menuju LMG. Keberangkatan kereta api ke- dari BJ menuju CP harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari LMG menuju BJ. Jalur 4 : Keberangkatan kereta api ke- dari BW menuju JR harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari JR menuju BW. Keberangkatan kereta api ke- dari JR menuju PB harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari PB menuju BG 1. Seminar Nasional Matematika Prosiding

7 Keberangkatan kereta api ke- dari BG 1 menuju SBY 3 harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari PB menuju BG 1. Keberangkatan kereta api ke- dari SBY 3 menuju BG 1 harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari BG 1 menuju SBY 3 dan menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari MR menuju SBY 1 dan menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari MR 1 menuju SBY 1,1 dan menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari LMG menuju SBY 2. Keberangkatan kereta api ke- dari BG 1 menuju PB harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari SBY 3 menuju BG 1 dan menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari ML 2 menuju BG 2. Keberangkatan kereta api ke- dari PB menuju JR harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari BG 1 menuju PB. Keberangkatan kereta api ke- dari JR menuju BW harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari PB menuju JR. Jalur 5 : Keberangkatan kereta api ke- dari SBY 4 menuju BG 2 harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari BG 2 menuju SBY 4 dan menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari MR 1 menuju SBY 1,1 dan menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari LMG menuju SBY 2. Keberangkatan kereta api ke- dari BG 2 menuju ML 2 harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari SBY 4 menuju BG 2 dan menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari PB menuju BG 1. Keberangkatan kereta api ke- dari ML 2 menuju BG 2 harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari BG 2 menuju ML 2 dan menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari BL 1 menuju ML 1. Keberangkatan kereta api ke- dari BG 2 menuju SBY 4 harus menunggu kedatangan kereta api yang berangkat ke- dari ML 2 menuju BG 2. Selanjutnya, setelah aturan sinkronisasi diberikan maka dibuat suatu model jaringan kereta api. Berikut pendefinisian variabel pada model sistem jaringan kereta api. Var. Definisi keberangkatan kereta api dari : Var. Definisi keberangkatan kereta api dari : 1 1 ke 1 pada saat ke ke 2 pada saat ke- 2 1 ke 1 pada saat ke ke 1 pada saat ke- 3 1 ke pada saat ke ke 1 pada saat ke- 4 ke pada saat ke ke 1 1 pada saat ke- 5 ke 1 pada saat ke ke 1 pada saat ke- 6 1 ke pada saat ke ke 1 pada saat ke- 7 ke pada saat ke ke 2 1 pada saat ke- 8 ke 1 pada saat ke- 33 ke pada saat ke- 9 1 ke 1 pada saat ke- 34 ke pada saat ke ke 1 pada saat ke- 35 ke 2 pada saat ke ke 1 pada saat ke ke pada saat ke ke 1 pada saat ke- 37 ke pada saat ke ke 1 1 pada saat ke- 38 ke pada saat ke ke 1 pada saat ke- 39 ke pada saat ke ke 1 pada saat ke- 40 ke pada saat ke ke 1 1 pada saat ke- 41 ke 1 pada saat ke ke 2 pada saat ke ke 3 pada saat ke ke 2 pada saat ke ke 1 pada saat ke- Seminar Nasional Matematika Prosiding

8 19 2 ke pada saat ke ke pada saat ke- 20 ke pada saat ke- 45 ke pada saat ke- 21 ke 1 pada saat ke- 46 ke pada saat ke ke pada saat ke ke 2 pada saat ke- 23 ke pada saat ke ke 2 pada saat ke- 24 ke 2 pada saat ke ke 2 pada saat ke ke 2 pada saat ke ke Tabel 6. Pendefinisian variabel 4 pada saat ke- Pertama, disusun Petrinet untuk tiap jalur, kemudian disinkronisasi berdasarkan aturan sinkronisasi di atas. Petrinet yang disusun berikut dimaksudkan untuk menggambarkan sinkronisasi antar keberangkatan kereta api berdasarkan aturan sinkronisasi yang telah diberikan di atasnamun tidak dimaksudkan untuk menggambarkan pergerakan jaringan kereta api secara simultan. Berdasarkan definisi petrinet variabel variabel yang dipakai sebagai berikut. : himpunan berhingga place, { }, dengan jumlah token pada setiap place menunjukkan jumlah distribusi kereta api pada masing masing jalur yang bersesuian. : himpunan berhingga transisi, { }. Transisi merepresentasi event keberangkatan kereta api di tiap tiap stasiun. Berikutnya, masing masing notasi transisi diganti dengan, yaitu { }. Hal ini bertujuan supaya sesuai dengan tabel 6 pendefinisian variabel dan dalam penyusunan model aljabar max-plus. : himpunan arc,, yaitu : { }. : fungsi bobot, { }, yaitu semua arc dalam himpunan bobotnya adalah 1. Penanda awal, yaitu 0, menunjukkan jumlah token untuk setiap Berikut petrinet untuk keberangkatan kereta api di Jawa Timur. MODEL ALJABAR MAX-PLUS A. Notasi dan Definisi Aljabar Max-plus Definisi 3. [5] Diberikan { } dengan adalah himpunan semua bilangan real dan. Pada didefinisikan operasi berikut: { } dan. Dimana operasi dibaca o-plus dan dibaca o-times. Selanjutnya, diberikan merupakan semiring dengan elemen netral dan elemen satuan. Untuk mempermudah penulisan semiring ditulis sebagai. Seminar Nasional Matematika Prosiding

9 Pangkat dalam aljabar max-plus diperkenalkan dengan menggunakan sifat asosiatif dari operator. B. Vektor dan Matriks dalam Aljabar Max-Plus Himpunan matriks dalam aljabar max-plus dinyatakan dalam. Untuk dengan, didefinisikan { }. Elemen dari matriks pada baris ke- dan kolom ke- dinyatakan dengan untuk dan. Dalam hal ini matriks ditulis sebagai [ ] biasanya elemen 1 2 juga dinotasikan sebagai Penjumlahan matriks dinotasikan oleh didefinisikan sebagai { } untuk dan. Untuk dan matriks, perkalian skalar dengan matriks dinotasikan didefinisikan sebagai untuk dan. Untuk matriks dan, perkalian matriks didefinisikan sebagai { } untuk dan. Perkalian ini serupa dalam perkalian matriks aljabar biasa dimana + diganti dengan max dan dengan +. C. Nilai Eigen dan Vektor Eigen Definisi 4. [5] Diberikan matriks persegi. Jika adalah skalar dan adalah vektor yang memuat sedikitnya satu elemen berhingga sedemikian hingga Maka disebut nilai eigen dan adalah vektor eigen dari. D. Algoritma Power Algoritma power adalah salah satu algoritma yang digunakan menentukan nilai eigen dan vektor eigen dalam semiring max-plus. Algoritma ini dimulai dengan pemberian vektor awal, ini artinya vektor awal memuat sedikitnya satu elemen berhingga, dan selanjutnya dilakukan iterasi dari bentuk persamaan linier (1) hingga diperoleh dua vektor dan sebuah konstanta, sedemikian hingga. Berikut langkah langkah algoritma power untuk menentukan nilai eigen dan vektor eigen dari suatu matriks. 1. Ambil sebarang vektor awal, dimana adalah vektor yang hanya memuat elemen. Seminar Nasional Matematika Prosiding

10 2. Iterasi persamaan (1) hingga ada bilangan bulat dengan dan bilangan real, sedemikian hingga. 3. Hitung nilai eigen Hitung vektor eigen ( ). Algoritma tersebut sudah diimplementasikan dengan program Scilab dalam Max Plus Toolbox. Selanjutnya, dalam pembahasan untuk memudahkan dalam penghitungan nilai eigen dan vektor eigen akan digunakan program Scilab dan Max-Plus Toolbox tersebut. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan aturan sinkronisasi yang telah dibuat dan berdasarkan tabel 6 pendefinisian variabel dapat dikontruksi model sistem jaringan kereta api di Jawa Timur sebagai berikut. Jalur 1 : 1 = = 6 2 = 1 1 = 1 3 = 2 2 = 1 4 = 3 3 = 1 5 = 4 4 = 1 6 = = = 6 6 = 6 8 = 7 7 = 6 9 = 8 8 = 6 10 = 9 9 = 6 11 = = = = = = = ( ) = = = = = 14 Jalur 2 : 17 = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = Seminar Nasional Matematika Prosiding

11 = = ( ) = = = = = 30 Jalur 3 : 33 = = = = = = = ( ) = = = = = 37 Jalur 4 : 39 = = = = = = = = = ( ) = = = = = = = Jalur 5 : 47 = ( ) = = = = ( ) = = Selanjutnya, dari model diatas dapat dinyatakan dalam bentuk sistem matriks aljabar max-plus sebagai berikut : (2) dimana vektor dan matriks adalah matrik berukuran, yakni : [ ] dan [ ] Berikutnya, selain dari model diatas dapat juga dinyatakan dalam bentuk sistem matriks aljabar max-plus sebagai berikut : (3) Seminar Nasional Matematika Prosiding

12 dimana vektor dan matriks adalah matriks berukuran,yakni [ ] dan [ ] dimana untuk alasan kemudahan notasi ε diganti dengan.. Bentuk model (2) dan (3) masih sulit untuk mendesain penjadwalan kereta api di Jawa Timur. Berikut diberikan lemma 9 yang menyatakan keterhubungan keperiodikan model (2) dan (3). Lemma 1. (Fahim, 2013) Jika dengan memenuhi model (2) dan. Maka dengan memenuhi model (3). Selanjutnya, selain lemma diatas sifat yang dimiliki model (2) dan (3) adalah jika didapatkan nilai dari maka dapat diperoleh. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk menyusun penjadwalan kereta api di Jawa Timur cukup dengan hanya menyelesaikan model (2). Yakni cukup menentukan dan sedemikian hingga model (2) mempunyai sifat untuk. Dengan demikian dapat ditentukan nilai dari sedemikian hingga model (3) mempunyai sifat untuk. DESAIN PENJADWALAN Penyusunan desain penjadwalan kereta api di Jawa Timur menggunakan informasi mengenai nilai eigen dan vektor eigen dari matriks pada persamaan (2). Nilai eigen dan vektor eigen dapat ditentukan dengan algoritma power. Dalam penelitian ini untuk membantu menentukan nilai eigen dan vektor eigen dari matriks dan digunakan bantuan aplikasi program Scilab dan fungsi fungsi yang terdapat pada Maxplus Toolbox. Seminar Nasional Matematika Prosiding

13 Dengan menggunakan Scilab dan Maxplus Toolbox diperoleh nilai eigen adalah 382. Vektor eigen matriks, yaitu : [ ] T. Selanjutnya, hasil nilai eigen menyatakan keperiodikan sistem. Interpretasi dari nilai eigen adalah periode keberangkatan kereta api di stasiun adalah setiap menit sekali, yaitu menit. Berikutnya, hasil vektor eigen hanya digunakan untuk awal keberangkatan kereta api di stasiun asal untuk kereta api yang di definisikan dengan variabel Sedangkan untuk keberangkatan kereta api yang didefinisikan dengan variabel digunakan model 3. Model ini digunakan untuk menentukan dengan cara mensubstitusi pada model 3 dengan. Dengan menggunakan program Scilab dan Maxplus Toolbox diperoleh =[ )] T Sehingga dapat didefinisikan vektor keberangkatan awal yang sudah mewakili semua variabel penjadwalan yaitu ( ) Selanjutnya, disusun penjadwalan dengan menggunakan sebagai acuan keberangkatan awal. Untuk mempermudah penentuan jadwal keberangkatan awal kereta api didefinisikan vektor keberangkatan awal yang baru sebagai berikut. dengan dan Sehingga diperoleh vektor akhir keberangkatan yang berukuran. Hasil akhir dari proses perhitungan ini yakni vektor sebagai waktu keberangkatan awal penjadwalan dan selanjutnya dapat disusun jadwal periodik keberangkatan kereta api dari setiap stasiun dengan periode menit atau 6 jam 22 menit untuk setiap keberangkatan kereta api. Hasil terlihat bahwa 9 1, sehingga untuk selanjutnya stasiun Cepu (CP) disebut titik acuan penjadwalan. Berdasarkan kondisi sebenarnya keberangkatan awal kereta api dari stasiun Surabaya rata rata dimulai pukul 8.00 WIB sehingga dalam penelitian ini keberangkatan awal kereta api di stasiun Surabaya juga dimulai pukul 8.00 WIB. Karena pada stasiun Surabaya bernilai 274 sehingga keberangkatan awal di stasiun Cepu pukul Dengan penentuan awal keberangkatan pada titik acuan ini maka selanjutnya dapat disusun penjadwalan kereta api di Jawa Timur. Berikut jadwal keberangkatan kereta api di Jawa Timur. No. Stasiun Keberangkatan No. Stasiun keberangkatan Keberangkatan ke- 1 ke- 2 Keberangkatan ke- 1 ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke Seminar Nasional Matematika Prosiding

14 7 ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dalam memodelkan dan mendesain penjadwalan kereta api di Jawa Timur, maka dapat disimpulkan bahwa : a. Aljabar max-plus dan petri net dapat diterapkan dalam penyusunan model sistem jaringan kereta api di Jawa Timur. Model yang disusun menggunakan aljabar maxplus ini adalah dan dengan analisa penyusunan jadwal regular dilakukan pada matriks. b. Model sistem jaringan kereta api di Jawa Timur menghasilkan periode keberangkatan di masing masing stasiun adalah setiap menit sekali. Sedangkan waktu keberangkatan awal kereta api di setiap stasiun diperoleh dari vektor eigen. c. Desain dan model penjadwalan sistem jaringan kereta api di jawa timur dipengaruhi oleh banyaknya kereta api, waktu tempuh, dan aturan sinkronisasi. DAFTAR PUSTAKA [1] Adzkiya, D., 2008, Membangun Model Petri Net Lampu Lalu Lintas dan Simulasinya, Tesis Magister, ITS, Surabaya. [2] Fahim, K, 2013, Aplikasi Aljabar Max-Plus pada Pemodelan dan Penjadwalan Busway yang Di integrasikan dengan Kereta APi Komuter, Skripsi Magister, ITS, Surabaya. [3] Sejarah Kereta Wikipedia, tanggal akses : 17 Pebruari [4] Sistem Transportasi, tanggal akses 17 Pebruari [5] Subiono, 2013, Aljabar Maxplus dan Terapannya, Buku Ajar Mata Kuliah Pilihan Pasca Sarjana Matematika, ITS, Surabaya. Seminar Nasional Matematika Prosiding

15 [6] Winarni, Penjadwalan jalur bus dalam kota dengan model petrinet dan aljabar max-plus (studi kasus busway transjakarta), Jurnal CAUCHY. Seminar Nasional Matematika Prosiding

SEMINAR TUGAS AKHIR. Aplikasi Aljabar Max-Plus Pada Pemodelan Dan Penjadwalan Busway Yang Diintegrasikan Dengan Kereta Api Komuter

SEMINAR TUGAS AKHIR. Aplikasi Aljabar Max-Plus Pada Pemodelan Dan Penjadwalan Busway Yang Diintegrasikan Dengan Kereta Api Komuter SEMINAR TUGAS AKHIR Aplikasi Aljabar Max-Plus Pada Pemodelan Dan Penjadwalan Busway Yang Diintegrasikan Dengan Kereta Api Komuter OLEH: Kistosil Fahim DOSEN PEMBIMBING: Dr. Subiono, M.Sc Subchan, M.Sc.,PhD

Lebih terperinci

Struktur Hirarkis Jalur Kereta Api SDT Menggunakan Petri Net dan Aljabar Max-Plus

Struktur Hirarkis Jalur Kereta Api SDT Menggunakan Petri Net dan Aljabar Max-Plus Struktur Hirarkis Jalur Kereta Api SDT Menggunakan Petri Net dan Aljabar Max-Plus Tri Utomo 1, Subiono 2 1 Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Three1st@gmail.com 2 Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

Pemodelan Jadwal Keberangkatan Pesawat Transit di Bandara Dengan Menggunakan Aljabar Maxplus

Pemodelan Jadwal Keberangkatan Pesawat Transit di Bandara Dengan Menggunakan Aljabar Maxplus Pemodelan Jadwal Keberangkatan Pesawat Transit di Bandara Dengan Menggunakan Aljabar Maxplus Dyah Arum Anggraeni 1, Subchan 2, Subiono 3 Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya dyaharumanggraeni@gmail.com

Lebih terperinci

Aplikasi Aljabar Max-Plus Pada Pemodelan Dan Penjadwalan Busway Yang Diintegrasikan Dengan Kereta Api Komuter

Aplikasi Aljabar Max-Plus Pada Pemodelan Dan Penjadwalan Busway Yang Diintegrasikan Dengan Kereta Api Komuter JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Aplikasi Aljabar Max-Plus Pada Pemodelan Dan Penjadwalan Busway Yang Diintegrasikan Dengan Kereta Api Komuter Kistosil Fahim, Subchan, Subiono Jurusan Matematika,

Lebih terperinci

Model Rantai Pasok Menggunakan Petri Net dan Aljabar Max Plus dengan Mempertimbangkan Prioritas Transisi

Model Rantai Pasok Menggunakan Petri Net dan Aljabar Max Plus dengan Mempertimbangkan Prioritas Transisi Model Rantai Pasok Menggunakan Petri Net dan Aljabar Max Plus dengan Mempertimbangkan Prioritas Transisi Shofiyatul Mufidah a, Subiono b a Program Studi Matematika FMIPA ITS Surabaya Jl. Arief Rahman Hakim,

Lebih terperinci

Studi Penerapan Bus Sekolah di Jombang Menggunakan Aljabar Max-Plus

Studi Penerapan Bus Sekolah di Jombang Menggunakan Aljabar Max-Plus Studi Penerapan Bus Sekolah di Jombang Menggunakan Aljabar Max-Plus Nahlia Rakhmawati Dosen Pendidikan Matematika STKIP PGRI Jombang rakhmanahlia.stkipjb@gmail.com ABSTRAK Pada penelitian ini dirancang

Lebih terperinci

Penjadwalan Pelayanan di PLN dengan Menggunakan Petri Net dan Aljabar Max-Plus

Penjadwalan Pelayanan di PLN dengan Menggunakan Petri Net dan Aljabar Max-Plus Prosiding Seminar Nasional FMIPA Universitas Negeri Surabaya ISBN : 978-62-17146--7 Surabaya 24 November 212 Penjadwalan Pelayanan di PLN dengan Menggunakan Petri Net dan Aljabar Max-Plus Abstrak 1 Dwina

Lebih terperinci

Desain Petri-Net untuk Mengintegrasikan Tiga Moda Transportasi yang Menghubungkan Surabaya-Denpasar

Desain Petri-Net untuk Mengintegrasikan Tiga Moda Transportasi yang Menghubungkan Surabaya-Denpasar Desain Petri-Net untuk Mengintegrasikan Tiga Moda Transportasi yang Menghubungkan Surabaya-Denpasar Rani Kurnia Putri 1, Sari Cahyaningtias Universitas PGRI Adi Buana Surabaya 1, 1 rani@unipasby.ac.id

Lebih terperinci

Kajian Aljabar Max-Plus pada Pemodelan dan Penjadwalan Monorel dan Trem yang Terintegrasi di Kota Surabaya

Kajian Aljabar Max-Plus pada Pemodelan dan Penjadwalan Monorel dan Trem yang Terintegrasi di Kota Surabaya Kajian Aljabar Max-Plus pada Pemodelan dan Penjadwalan Monorel dan Trem yang Terintegrasi di Kota Surabaya Oleh: Fatma Ayu Nuning Farida Afiatna Dosen Pembimbing: Dr. Subiono, M.Sc Subchan, Ph.D Latar

Lebih terperinci

Implementasi Aljabar Max-Plus Pada Pemodelan dan Penjadwalan Keberangkatan Bus Kota DAMRI (Studi Kasus di Surabaya)

Implementasi Aljabar Max-Plus Pada Pemodelan dan Penjadwalan Keberangkatan Bus Kota DAMRI (Studi Kasus di Surabaya) Implementasi Aljabar Max-Plus Pada Pemodelan dan Penjadwalan Keberangkatan Bus Kota DAMRI (Studi Kasus di Surabaya) Kresna Oktafianto 1, Subiono 2, Subchan 3 Jurusan Matematika Fakultas MIPA, Institut

Lebih terperinci

APLIKASI PETRI NET DAN ALJABAR MAX-PLUS PADA SISTEM JARINGAN KERETA API DI JAWA TIMUR

APLIKASI PETRI NET DAN ALJABAR MAX-PLUS PADA SISTEM JARINGAN KERETA API DI JAWA TIMUR TESIS SM 142501 APLIKASI PETRI NET DAN ALJABAR MAX-PLUS PADA SISTEM JARINGAN KERETA API DI JAWA TIMUR AHMAD AFIF NRP. 1212 201 202 DOSEN PEMBIMBING Dr. SUBIONO, M.Sc PROGRAM MAGISTER JURUSAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

Karakterisasi Nilai Eigen, Vektor Eigen, dan Eigenmode dari Matriks Tak Tereduksi dan Tereduksi dalam Aljabar Max-Plus

Karakterisasi Nilai Eigen, Vektor Eigen, dan Eigenmode dari Matriks Tak Tereduksi dan Tereduksi dalam Aljabar Max-Plus Karakterisasi Nilai Eigen, Vektor Eigen, dan Eigenmode dari Matriks Tak Tereduksi dan Tereduksi dalam Aljabar Max-Plus Himmatul Mursyidah (1213 201 001) Dosen Pembimbing : Dr. Subiono, M.S. Program Magister

Lebih terperinci

Implementasi Aljabar Max-Plus pada Pemolan dan Penjadwalan Keberangkatan Bus Kota DAMRI (Studi Kasus di Surabaya)

Implementasi Aljabar Max-Plus pada Pemolan dan Penjadwalan Keberangkatan Bus Kota DAMRI (Studi Kasus di Surabaya) Implementasi Aljabar Max-Plus pada Pemolan dan Penjadwalan Keberangkatan Bus Kota DAMRI (Studi Kasus di Surabaya) Kresna Oktafianto, Subiono, Subchan Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Rancangan dan analisis penjadwalan distribusi pada rantai pasok bahan bakar minyak menggunakan Petri Net

Rancangan dan analisis penjadwalan distribusi pada rantai pasok bahan bakar minyak menggunakan Petri Net Rancangan dan analisis penjadwalan distribusi pada rantai pasok bahan bakar minyak menggunakan Petri Net dan Aljabar Max-Plus Widdya P. Sierliawati, Subiono Widdya P. Sierliawati 1 *, Subiono 2 Institut

Lebih terperinci

Kajian Aljabar Max-Plus Pada Pemodelan Dan Penjadwalan Monorel dan Trem yang Terintegrasi di Kota Surabaya

Kajian Aljabar Max-Plus Pada Pemodelan Dan Penjadwalan Monorel dan Trem yang Terintegrasi di Kota Surabaya Kajian Aljabar Max-Plus Pada Pemodelan Dan Penjadwalan Monorel dan Trem yang Terintegrasi di Kota Surabaya Fatma Ayu Nuning Farida Afiatna, Subchan, Subiono Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ALJABAR MAXPLUS DALAM PEMBENTUKAN MODEL MATEMATISPADA SISTEM PENJADWALAN PRAKTIKUM LABORATORIUM

PENGGUNAAN ALJABAR MAXPLUS DALAM PEMBENTUKAN MODEL MATEMATISPADA SISTEM PENJADWALAN PRAKTIKUM LABORATORIUM βeta p-issn: 285-5893 / e-issn: 2541-458 http://jurnalbeta.ac.id Vol. 8 No. 1 (Mei) 215, Hal. 66-78 βeta 215 PENGGUNAAN ALJABAR MAXPLUS DALAM PEMBENTUKAN MODEL MATEMATISPADA SISTEM PENJADWALAN PRAKTIKUM

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini berisi tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran. Tinjauan pustaka berisi penelitian-penelitan yang dilaksanakan dan digunakan sebagai dasar dilaksanakannya penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem kejadian diskrit (Discrete-Event System) merupakan suatu sistem yang state space nya berbentuk diskret, sistem yang keadaannya berubah hanya pada waktu

Lebih terperinci

Aljabar Maxplus dan Aplikasinya : Model Sistem Antrian

Aljabar Maxplus dan Aplikasinya : Model Sistem Antrian J. Math. and Its Appl. ISSN: 829-605X Vol. 6, No., May 2009, 49 59 Aljabar Maxplus dan Aplikasinya : Model Sistem Antrian Subiono Jurusan Matematika FMIPA ITS, Surabaya subiono2008@matematika.its.ac.id

Lebih terperinci

ANALISIS EIGENPROBLEM MATRIKS SIRKULAN DALAM ALJABAR MAX-PLUS

ANALISIS EIGENPROBLEM MATRIKS SIRKULAN DALAM ALJABAR MAX-PLUS ANALISIS EIGENPROBLEM MATRIKS SIRKULAN DALAM ALJABAR MAX-PLUS Maria Ulfa Subiono 2 dan Mahmud Yunus 3 Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 23 e-mail: ulfawsrejo@yahoo.com subiono28@matematika.its.ac.id

Lebih terperinci

Nilai Eigen dan Vektor Eigen Universal Matriks Interval Atas Aljabar Max-Plus

Nilai Eigen dan Vektor Eigen Universal Matriks Interval Atas Aljabar Max-Plus Nilai Eigen dan Vektor Eigen Universal Matriks Interval Atas Aljabar Max-Plus Fitri Aryani 1, Tri Novita Sari 2 Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Suska Riau e-mail: khodijah_fitri@uin-suska.ac.id

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ALJABAR MAXPLUS DALAM PEMBENTUKAN MODEL MATEMATISPADA SISTEM PENJADWALAN PRAKTIKUM LABORATORIUM

PENGGUNAAN ALJABAR MAXPLUS DALAM PEMBENTUKAN MODEL MATEMATISPADA SISTEM PENJADWALAN PRAKTIKUM LABORATORIUM Jurnal Pendidikan Matematika βeta Vol. 8 No.1 (Mei) 2015; Hal. 75-88; ISSN 2085-5893; Beta 2015 Beta tersedia online pada: http://ejurnal.iainmataram.ac.id/index.php/beta PENGGUNAAN ALJABAR MAXPLUS DALAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem kejadian dinamik diskrit (discrete-event dynamic system) merupakan sistem yang keadaannya berubah hanya pada titik waktu diskrit untuk menanggapi terjadinya

Lebih terperinci

PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS MENGGUNAKAN ALJABAR MAX-PLUS

PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS MENGGUNAKAN ALJABAR MAX-PLUS PENJDWLN KEGITN BELJR MENGJR SEKOLH MENENGH TS MENGGUNKN LJBR MX-PLUS Yustinus Hari Suyanto 1, Subiono 2 Graduate of Student Department of Mathematic ITS, Surabaya 1 hari_yustinus@yahoo.co.id, 2 subiono2008@matematika.its.ac.id

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini dibahas penelitian-penelitian tentang aljabar maks-plus yang telah dilakukan dan teori-teori yang menunjang penelitian masalah nilai eigen dan vektor eigen yang diperumum

Lebih terperinci

MASALAH VEKTOR EIGEN MATRIKS INVERS MONGE DI ALJABAR MAX-PLUS

MASALAH VEKTOR EIGEN MATRIKS INVERS MONGE DI ALJABAR MAX-PLUS MASALAH VEKTOR EIGEN MATRIKS INVERS MONGE DI ALJABAR MAX-PLUS Farida Suwaibah, Subiono, Mahmud Yunus Jurusan Matematika FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya,, e-mail: fsuwaibah@yahoo.com

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA SISI DALAM ALJABAR MAX-PLUS BILANGAN FUZZY

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA SISI DALAM ALJABAR MAX-PLUS BILANGAN FUZZY PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA SISI DALAM ALJABAR MAX-PLUS BILANGAN FUZZY Any Muanalifah August 9, 2010 Latar Belakang Latar Belakang Teori himpunan fuzzy berkembang pesat saat ini. Banyak sekali

Lebih terperinci

ISSN WAHANA Volume 66, Nomor 1, 1 Juni 2016

ISSN WAHANA Volume 66, Nomor 1, 1 Juni 2016 PENENTUAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN ALJABAR MIN-PLUS. Studi Kasus : Distribusi Kentang Jalur Pangalengan, Bandung - Jakarta Rani Kurnia Putri Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

MENENTUKAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR

MENENTUKAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR MENENTUKAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains pada Jurusan Matematika oleh DEVI SAFITRI 10654004470 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem kejadian diskrit (SKD) adalah nama klasifikasi masalah tentang sistem dengan sumber daya berhingga yang digunakan oleh beberapa pengguna untuk mencapai

Lebih terperinci

PENJADWALAN JALUR BUS DALAM KOTA DENGAN ALJABAR MAX-PLUS

PENJADWALAN JALUR BUS DALAM KOTA DENGAN ALJABAR MAX-PLUS Seminar Nasional Matematika V nstitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 13 Desember 2008 PENJADWALAN JALUR BUS DALAM KOTA DENGAN ALJABAR MAX-PLUS 1 Winarni, dan 2 Subiono 1,2 Jurusan Matematika FMPA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan mengenai matriks (meliputi definisi matriks, operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas aljabar max-plus, dan penyelesaian

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM PENJADWALAN PRAKTIKUM LABORATORIUM MENGGU- NAKAN ALJABAR MAXPLUS (STUDI KASUS DI STMIK BUMIGORA MATARAM)

PEMODELAN SISTEM PENJADWALAN PRAKTIKUM LABORATORIUM MENGGU- NAKAN ALJABAR MAXPLUS (STUDI KASUS DI STMIK BUMIGORA MATARAM) PEMODELAN SISTEM PENJADWALAN PRAKTIKUM LABORATORIUM MENGGU- NAKAN ALJABAR MAXPLUS (STUDI KASUS DI STMIK BUMIGORA MATARAM) Uswatun Hasanah 1, Neny Sulistianingsih 2, 1,2 Dosen STMIK Bumigora, Jalan Ismail

Lebih terperinci

Yustinus Hari Suyanto Dosen Pembimbing Dr. Subiono M.S

Yustinus Hari Suyanto Dosen Pembimbing Dr. Subiono M.S Sidang Tesis 11 Juli 2011 Yustinus Hari Suyanto 1209201003 Dosen Pembimbing Dr. Subiono M.S Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Lebih terperinci

Penerapan Aljabar Max-Plus Pada Permasalahan Penjadwalan Angkutan Perdesaan di Jombang

Penerapan Aljabar Max-Plus Pada Permasalahan Penjadwalan Angkutan Perdesaan di Jombang Penerapan Aljabar Max-Plus Pada Permasalahan Penjadwalan Angkutan Perdesaan di Jombang Nahlia Rakhmawati, Ririn Febriyanti 2 STKIP PGRI Jombang, rakhmanahlia.stkipjb@gmail.com STKIP PGRI Jombang 2, ririn_febriyanti00@yahoo.com

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN DOSEN YUNOR

HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN DOSEN YUNOR HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN DOSEN YUNOR. Judul Penelitian : Identifikasi Sifat-Sifat Nilai Eigen dan Vektor Eigen Matriks atas Aljabar Max-Plus..Ketua Pelaksana : a. Nama : Musthofa, M.Sc b.

Lebih terperinci

KETERCAPAIAN DARI RUANG EIGEN MATRIKS ATAS ALJABAR MAKS-PLUS. 1. Pendahuluan

KETERCAPAIAN DARI RUANG EIGEN MATRIKS ATAS ALJABAR MAKS-PLUS. 1. Pendahuluan KETERCAPAIAN DARI RUANG EIGEN MATRIKS ATAS ALJABAR MAKS-PLUS Tri Anggoro Putro, Siswanto, Supriyadi Wibowo Program Studi Matematika FMIPA UNS Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas

Lebih terperinci

ABSTRAK. . Dalam penelitian tesis ini dikonstruksi suatu model penjadwalan. menggunakan Aljabar Max-plus dimana dalam penjadwalan ini

ABSTRAK. . Dalam penelitian tesis ini dikonstruksi suatu model penjadwalan. menggunakan Aljabar Max-plus dimana dalam penjadwalan ini ABSTRAK. Dalam penelitian tesis ini dikonstruksi suatu model penjadwalan menggunakan Aljabar Max-plus dimana dalam penjadwalan ini dibuat sistim kelas moving, tiap ruang belajar yang ada dijadikan laboratorium

Lebih terperinci

PEMODELAN JARINGAN DAN ANALISA PENJADWALAN KERETA API KOMUTER DI DAOP VI YOGYAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN ALJABAR MAX-PLUS SKRIPSI

PEMODELAN JARINGAN DAN ANALISA PENJADWALAN KERETA API KOMUTER DI DAOP VI YOGYAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN ALJABAR MAX-PLUS SKRIPSI PEMODELAN JARINGAN DAN ANALISA PENJADWALAN KERETA API KOMUTER DI DAOP VI YOGYAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN ALJABAR MAX-PLUS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

PENENTUAN JADWAL PRODUKSI PADA SISTEM PRODUKSI TIPE ASSEMBLY DI PERUSAHAAN ROTI GANEP SOLO MENGGUNAKAN ALJABAR MAKS-PLUS

PENENTUAN JADWAL PRODUKSI PADA SISTEM PRODUKSI TIPE ASSEMBLY DI PERUSAHAAN ROTI GANEP SOLO MENGGUNAKAN ALJABAR MAKS-PLUS PENENTUAN JADWAL PRODUKSI PADA SISTEM PRODUKSI TIPE ASSEMBLY DI PERUSAHAAN ROTI GANEP SOLO MENGGUNAKAN ALJABAR MAKS-PLUS Galih Gusti Suryaning Akbar, Siswanto, dan Santoso Budi Wiyono Program Studi Matematika

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ITERATIF MAKS-PLUS PADA MASALAH LINTASAN TERPANJANG

PENERAPAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ITERATIF MAKS-PLUS PADA MASALAH LINTASAN TERPANJANG PENERAPAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR ITERATIF MAKS-PLUS PADA MASALAH LINTASAN TERPANJANG Mira Amalia, Siswanto, dan Bowo Winarno Program Studi Matematika FMIPA UNS Abstrak. Aljabar merupakan cabang ilmu matematika

Lebih terperinci

: Tempat Parkir, Graph, Lintasan Terpendek, Petri Net, Algoritma Djigstra

: Tempat Parkir, Graph, Lintasan Terpendek, Petri Net, Algoritma Djigstra PEMODELAN JALUR TEMPAT PARKIR MENGGUNAKAN PETRI NET Yulinda Bilondatu, Hj. Novianita Achmad, M.Si, Nurwan S.Pd, M.Si ABSTRAK Yulinda Bilondatu. Pemodelan jalur tempat parkir Menggunakan Petri Net SKRIPSI.

Lebih terperinci

MENENTUKAN EIGEN PROBLEM ALJABAR MAX-PLUS

MENENTUKAN EIGEN PROBLEM ALJABAR MAX-PLUS MENENTUKAN EIGEN PROBLEM ALJABAR MAX-PLUS SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aljabar max-plus bersifat assosiatif, komutatif, dan distributif.

BAB I PENDAHULUAN. aljabar max-plus bersifat assosiatif, komutatif, dan distributif. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aljabar max-plus adalah himpunan R := R { } dilengkapi dengan operasi a b := max(a,b) dan a b := a + b. Elemen identitas penjumlahan dan perkalian berturut-turut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Variabel Prediktor pada Model MGWR Setiap variabel prediktor pada model MGWR akan diidentifikasi terlebih dahulu untuk mengetahui variabel prediktor yang berpengaruh

Lebih terperinci

Terapan Aljabar Max-Plus Pada Sistem Produksi Sederhana Serta Simulasinya Dengan Menggunakan Matlab

Terapan Aljabar Max-Plus Pada Sistem Produksi Sederhana Serta Simulasinya Dengan Menggunakan Matlab J. Math. and Its Appl. ISSN: 189-605X Vol. 1, No., Nov. 004, 1 7 Terapan Aljabar Max-Plus Pada Sistem Produksi Sederhana Serta Simulasinya Dengan Menggunakan Matlab Subiono Jurusan Matematika, FMIPA -

Lebih terperinci

Pemodelan Sistem Pelayanan Penerbitan Surat Izin Mengemudi (SIM) Menggunakan Petri Net

Pemodelan Sistem Pelayanan Penerbitan Surat Izin Mengemudi (SIM) Menggunakan Petri Net echnology Science and Engineering Journal, Volume No June 7 E-ISSN: 59-6 Pemodelan Sistem Pelayanan Penerbitan Surat Izin Mengemudi (SIM) Menggunakan Petri Net Nur ini S. Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

MEMBANGUN MODEL PETRI NET LAMPU LALULINTAS DAN SIMULASINYA

MEMBANGUN MODEL PETRI NET LAMPU LALULINTAS DAN SIMULASINYA TESIS SM2310 MEMBANGUN MODEL PETRI NET LAMPU LALULINTAS DAN SIMULASINYA DIEKY ADZKIYA NRP. 1205 201 009 DOSEN PEMBIMBING Dr. Subiono M.S PROGRAM MAGISTER JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

PENGHITUNGAN VEKTOR-KHARAKTERISTIK SECARA ITERATIF MENGGUNAKAN TITIK TETAP BROUWER

PENGHITUNGAN VEKTOR-KHARAKTERISTIK SECARA ITERATIF MENGGUNAKAN TITIK TETAP BROUWER J. Math. and Its Appl. ISSN: 829-65X Vol. 8, No. 2, November 2, 8 PENGHITUNGAN VEKTOR-KHARAKTERISTIK SECARA ITERATIF MENGGUNAKAN TITIK TETAP BROUWER Subiono Jurusan Matematika FMIPA Institut Teknologi

Lebih terperinci

MODEL PETRI NET SISTEM PELAYANAN IGD RUMAH SAKIT

MODEL PETRI NET SISTEM PELAYANAN IGD RUMAH SAKIT MODEL PETRI NET SISTEM PELAYANAN IGD RUMAH SAKIT Oleh: Sri Rejeki Puri Wahyu Pramesthi Abstrak : Salah satu contoh antrian yang sering kita jumpai di dalam kehidupan sehari-hari, yakni antrian pelayanan

Lebih terperinci

ABSTRACT. v(k + 1) = A v(k),

ABSTRACT. v(k + 1) = A v(k), ii ABSTRAK Dwi Setiawan, 2016. APLIKASI ALJABAR MAKS-PLUS PADA MASALAH PENJADWALAN PENGOPERASIAN BUS BATIK SOLO TRANS (BST) KORI- DOR SATU DI SURAKARTA. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas

Lebih terperinci

APLIKASI ALJABAR MAKS-PLUS PADA SISTEM PENJADWALAN KERETA REL LISTRIK (KRL) JABODETABEK

APLIKASI ALJABAR MAKS-PLUS PADA SISTEM PENJADWALAN KERETA REL LISTRIK (KRL) JABODETABEK APLIKASI ALJABAR MAKS-PLUS PADA SISTEM PENJADWALAN KERETA REL LISTRIK (KRL) JABODETABEK oleh AHMAD DIMYATHI M0111003 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kereta api merupakan salah satu alat transportasi modern saat ini yang paling sering digunakan sebagai alat transportasi utama di beberapa kota besar di Indonesia,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ALJABAR MAX PLUS DAN PETRI NET PADA PENJADWALAN PEMESANAN SUKU CADANG KOMPONEN MESIN KAPAL

PENGGUNAAN ALJABAR MAX PLUS DAN PETRI NET PADA PENJADWALAN PEMESANAN SUKU CADANG KOMPONEN MESIN KAPAL TESIS - SM 142501 PENGGUNAAN ALJABAR MAX PLUS DAN PETRI NET PADA PENJADWALAN PEMESANAN SUKU CADANG KOMPONEN MESIN KAPAL FARAH AZIZAH NRP 1214201029 DOSEN PEMBIMBING Dr. Subiono, M.S. PROGRAM MAGISTER JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kereta api merupakan salah satu jenis transportasi darat yang menjadi andalan masyarakat. Pelayanan jasa angkutan kereta api sepenuhnya dijalankan oleh manajemen

Lebih terperinci

PERENCANAAN RUTE BUS PENUMPANG DARI BANDARA JUANDA MENUJU BEBERAPA KOTA DI SEKITAR SURABAYA

PERENCANAAN RUTE BUS PENUMPANG DARI BANDARA JUANDA MENUJU BEBERAPA KOTA DI SEKITAR SURABAYA JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 PERENCANAAN RUTE BUS PENUMPANG DARI BANDARA JUANDA MENUJU BEBERAPA KOTA DI SEKITAR SURABAYA Gina Adzani, Ir. Wahju Herijanto, MT. Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA Menyiapakan Pendidikan Matematika dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) Surabaya, Sabtu 14 Mei 2016

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA Menyiapakan Pendidikan Matematika dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) Surabaya, Sabtu 14 Mei 2016 i Adi Buana University Press SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA 2016 Menyiapakan Pendidikan Matematika dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) Surabaya, Sabtu 14 Mei 2016 Editor: 1. H. Sunyoto Hadi Prayitno,

Lebih terperinci

BAB II TEORI KODING DAN TEORI INVARIAN

BAB II TEORI KODING DAN TEORI INVARIAN BAB II TEORI KODING DAN TEORI INVARIAN Pada bab 1 ini akan dibahas definisi kode, khususnya kode linier atas dan pencacah bobot Hammingnya. Di samping itu, akan dijelaskanan invarian, ring invarian dan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibandingkan antara aplikasi teori graf fuzzy dan

BAB IV PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibandingkan antara aplikasi teori graf fuzzy dan BAB IV PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibandingkan antara aplikasi teori graf fuzzy dan teori aljabar max-plus dalam pengaturan lampu lalu lintas di simpang empat Beran Kabupaten Sleman Provinsi Daerah

Lebih terperinci

Penjadwalan dan Alokasi Resource

Penjadwalan dan Alokasi Resource JURNAL TEKNIK, (2014) 1-6 1 Penjadwalan dan Alokasi Resource Sebagai Perbaikan Produksi Dengan Holonic Manufacturing System, Petri Net dan Aljabar Max- Plus (Studi kasus: Perusahaan Boiler) Nila Nurlina,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Malang telah dinobatkan sebagai kota pendidikan dan juga merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa Timur karena potensi alam dan iklim yang dimiliki. Kurang

Lebih terperinci

DIMENSI PARTISI SUBGRAF TERINDUKSI PADA GRAF TOTAL ATAS RING KOMUTATIF

DIMENSI PARTISI SUBGRAF TERINDUKSI PADA GRAF TOTAL ATAS RING KOMUTATIF Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains Tahun 2014 Inovasi Pendidikan Sains dalam Menyongsong Pelaksanaan Kurikulum 2013 Surabaya 18 Januari 2014 DIMENSI PARTISI SUBGRAF TERINDUKSI PADA GRAF TOTAL

Lebih terperinci

PERMANEN DAN DOMINAN SUATU MATRIKS ATAS ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL

PERMANEN DAN DOMINAN SUATU MATRIKS ATAS ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL PERMANEN DAN DOMINAN SUATU MATRIKS ATAS ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL Siswanto Jurusan Matematika FMIPA UNS sis.mipauns@yahoo.co.id Abstrak Misalkan R himpunan bilangan real. Aljabar Max-Plus adalah himpunan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Ruang Norm Sumanang Muhtar Gozali UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Definisi. Misalkan suatu ruang vektor atas. Norm pada didefinisikan sebagai fungsi. : yang memenuhi N1. 0 N2. 0 0 N3.,, N4.,, Kita dapat

Lebih terperinci

BAB II MODEL KOMPUTASI FINITE STATE MACHINE. Pada Bab II akan dibahas teori dasar matematika yang digunakan

BAB II MODEL KOMPUTASI FINITE STATE MACHINE. Pada Bab II akan dibahas teori dasar matematika yang digunakan BAB II MODEL KOMPUTASI FINITE STATE MACHINE Pada Bab II akan dibahas teori dasar matematika yang digunakan dalam pemodelan sistem kontrol elevator ini, yaitu mengenai himpunan, relasi, fungsi, teori graf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketepatan waktu, sehingga kereta api sangat dapat diandalkan (reliable). Pesaing

BAB I PENDAHULUAN. ketepatan waktu, sehingga kereta api sangat dapat diandalkan (reliable). Pesaing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yogyakarta sebagai kota tujuan dari beberapa kota sekitar. Hal tersebut menuntut kota tersebut memenuhi kebutuhan transportasi. Kebutuhan transportasi umum hendaklah

Lebih terperinci

Aplikasi Graf Fuzzy dan Aljabar Max-Plus untuk Pengaturan. Lampu Lalu Lintas di Simpang Empat Beran Kabupaten Sleman

Aplikasi Graf Fuzzy dan Aljabar Max-Plus untuk Pengaturan. Lampu Lalu Lintas di Simpang Empat Beran Kabupaten Sleman Aplikasi Graf Fuzzy dan Aljabar Max-Plus untuk Pengaturan Lampu Lalu Lintas di Simpang Empat Beran Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Oleh: Arifudin Prabowo Kurniawan 13305144011 ABSTRAK

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM ANTRIAN DI PT.KERETA API INDONESIA (KAI) STASIUN HALL BANDUNG

ANALISIS SISTEM ANTRIAN DI PT.KERETA API INDONESIA (KAI) STASIUN HALL BANDUNG 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari masalah antrian. Hampir semua orang pernah mengalami masalah antri. Antrian yang terlalu panjang tentu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi memiliki peran penting bagi kehidupan masyarakat baik dalam bidang ekonomi, sosial budaya, dan sosial politik, sehingga transportasi menjadi urat nadi

Lebih terperinci

Perencanaan Trase Tram Sebagai Moda Transportasi Terintegrasi Untuk Surabaya Pusat

Perencanaan Trase Tram Sebagai Moda Transportasi Terintegrasi Untuk Surabaya Pusat Perencanaan Trase Tram Sebagai Moda Transportasi Terintegrasi Untuk Surabaya Pusat Ryan Faza Prasetyo, Ir. Wahyu Herijanto, MT Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

PENERPAN PETRI-NET PADA MODEL GERAKAN BERJALAN TROTTING ROBOT BERKAKI EMPAT (QUADRUPED)

PENERPAN PETRI-NET PADA MODEL GERAKAN BERJALAN TROTTING ROBOT BERKAKI EMPAT (QUADRUPED) PENERPAN PETRI-NET PADA MODEL GERAKAN BERJALAN TROTTING ROBOT BERKAKI EMPAT (QUADRUPED) Tony Yulianto Universitas Islam Madura, toni_yulianto65@ymail.com Abstract. Nowadays many robots has produced not

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Matriks 1 Pengertian Matriks Definisi 21 Matriks adalah kumpulan bilangan bilangan yang disusun secara khusus dalam bentuk baris kolom sehingga membentuk empat persegi panjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kebutuhan mendasar bagi manusia untuk melakukan kegiatannya

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kebutuhan mendasar bagi manusia untuk melakukan kegiatannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan jaman, dalam era sekarang transportasi adalah suatu kebutuhan mendasar bagi manusia untuk melakukan kegiatannya sehari-hari. Saat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Matriks 2.1.1 Pengertian Matriks Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari bilangan bilangan. Bilanganbilangan dalam susunan tersebut dinamakan entri dalam matriks (Anton,

Lebih terperinci

Optimasi Pencarian Jalur Lalu Lintas Antar Kota di Jawa Timur dengan Algoritma Hybrid Fuzzy-Floyd Warshall

Optimasi Pencarian Jalur Lalu Lintas Antar Kota di Jawa Timur dengan Algoritma Hybrid Fuzzy-Floyd Warshall 165 Optimasi Pencarian Jalur Lalu Lintas Antar Kota di Jawa Timur dengan Algoritma Hybrid Fuzzy-Floyd Warshall Imam Khairi, Erni Yudaningtyas, Harry Soekotjo Dachlan AbstrakSistem pencarian jalur yang

Lebih terperinci

Penjadwalan Kereta Api di Daop VIII Surabaya

Penjadwalan Kereta Api di Daop VIII Surabaya Penjadwalan Kereta Api di Daop VIII Surabaya Dosen Pembimbing : Dra. Sri Mumpuni Retnaningsih, MT Rahmat Septiawan Putra 1309 106 003 Abstrak Kereta api merupakan salah satu jenis transportasi darat yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ruang metrik merupakan ruang abstrak, yaitu ruang yang dibangun oleh

TINJAUAN PUSTAKA. Ruang metrik merupakan ruang abstrak, yaitu ruang yang dibangun oleh II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Metrik Ruang metrik merupakan ruang abstrak, yaitu ruang yang dibangun oleh aksioma-aksioma tertentu. Ruang metrik merupakan hal yang fundamental dalam analisis fungsional,

Lebih terperinci

PENGANGKUTAN BARANG DI JALUR PANTURA

PENGANGKUTAN BARANG DI JALUR PANTURA PENGANGKUTAN BARANG DI JALUR PANTURA Oleh: Imran Rasyid, dkk Penulis Kementerian Perhubungan Republik Indonesia Jalan utama di Pulau Jawa yang lebih dikenal dengan nama Jalur Pantura (Jalur Pantai Utara)

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) E-1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) E-1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-1 Analisis Kinerja Operasional Kereta Api Sriwedari Ekspress Jurusan Solo - Yogya Bayu Rosida Sumantri dan Wahju Herijanto

Lebih terperinci

Penerapan Exhaustive Search dan Algoritma A Star untuk Menentukan Rute Terbaik dari KRL Commuter Line dan Bus Transjakarta

Penerapan Exhaustive Search dan Algoritma A Star untuk Menentukan Rute Terbaik dari KRL Commuter Line dan Bus Transjakarta Penerapan Exhaustive Search dan Algoritma A Star untuk Menentukan Rute Terbaik dari KRL Commuter Line dan Bus Transjakarta Jeremia Kavin Raja Parluhutan / 13514060 Program Studi Teknik Informatika Sekolah

Lebih terperinci

A-7 KEBEBASAN LINEAR DALAM ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL

A-7 KEBEBASAN LINEAR DALAM ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL PROSIDING ISBN : 978-979-16353-9-4 A-7 KEBEBASAN LINEAR DALAM ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL Siswanto 1, Aditya NR 2, Supriyadi W 3 1,2,3 Jurusan Matematika FMIPA UNS 1 sismipauns@yahoocoid, 2 adityanurrochma@yahoocom,

Lebih terperinci

Optimalisasi Susunan Tempat Duduk Kereta Api Menggunakan Algoritma Greedy dan Program Dinamis

Optimalisasi Susunan Tempat Duduk Kereta Api Menggunakan Algoritma Greedy dan Program Dinamis Optimalisasi Susunan Tempat Duduk Kereta Api Menggunakan Algoritma Greedy dan Program Dinamis Fildah Ananda Amalia - 13515127 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut

Lebih terperinci

APLIKASI PETRI NET PADA SISTEM PELAYANAN PASIEN RAWAT JALAN PESERTA ASKES DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. HAULUSSY AMBON

APLIKASI PETRI NET PADA SISTEM PELAYANAN PASIEN RAWAT JALAN PESERTA ASKES DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. HAULUSSY AMBON APLIKASI PETRI NET PADA SISTEM PELAYANAN PASIEN RAWAT JALAN PESERTA ASKES DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. HAULUSSY AMBON Filiany S. Tutupary 1, Yopi A. Lesnussa 2 Jurusan Matematika Universitas Pattimura

Lebih terperinci

Pemanfaatan Teori Graf untuk Menguraikan Permasalahan dalam Pemodelan Persoalan Penjadwalan Kereta Api

Pemanfaatan Teori Graf untuk Menguraikan Permasalahan dalam Pemodelan Persoalan Penjadwalan Kereta Api Pemanfaatan Teori Graf untuk Menguraikan Permasalahan dalam Pemodelan Persoalan Penjadwalan Kereta Api Muhammad Dhito Prihardhanto - 13507118 Prodi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Casmaolana, Perencanaan Struktur Rangka... I-1 DIV PPL TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Casmaolana, Perencanaan Struktur Rangka... I-1 DIV PPL TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan semakin terbatasnya kapasitas layanan jalan, kereta api semakin menunjukkan keunggulan kompetitifnya. Keunggulan ini tak lepas dari perkembangan teknologi perkeretaapian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas tentang landasan teori yang digunakan pada bab selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi yang diuraikan berupa definisi-definisi

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA OPERASIONAL KERETA API SRIWEDARI EKSPRESS JURUSAN SOLO - YOGYA

ANALISIS KINERJA OPERASIONAL KERETA API SRIWEDARI EKSPRESS JURUSAN SOLO - YOGYA JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-7 1 ANALISIS KINERJA OPERASIONAL KERETA API SRIWEDARI EKSPRESS JURUSAN SOLO - YOGYA Bayu Rosida Sumantri dan Ir. Wahju Herijanto, MT Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

Jl. Ir. M. Putuhena, Kampus Unpatti, Poka-Ambon ABSTRACT

Jl. Ir. M. Putuhena, Kampus Unpatti, Poka-Ambon   ABSTRACT Jurnal Barekeng Vol. 6 No. 1 Hal. 23 30 (2012) APLIKASI PETRI NET PADA SISTEM PEMBAYARAN TAGIHAN LISTRIK PT. PLN (Persero) RAYON AMBON TIMUR (The Application of Petri Net in Electricity Bill Payment System

Lebih terperinci

MINIMALISASI KETERLAMBATAN KERETA API (STUDI KASUS PADA JADWAL KERETA API DI PT KERETA API INDONESIA DAOP IV SEMARANG)

MINIMALISASI KETERLAMBATAN KERETA API (STUDI KASUS PADA JADWAL KERETA API DI PT KERETA API INDONESIA DAOP IV SEMARANG) Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 MINIMALISASI KETERLAMBATAN KERETA API (STUDI KASUS PADA JADWAL KERETA API DI PT KERETA API INDONESIA DAOP

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin tingginya mobilitas penduduk di suatu negara terutama di kota besar tentulah memiliki banyak permasalahan, mulai dari kemacetan yang tak terselesaikan hingga moda

Lebih terperinci

MATERI ALJABAR LINEAR LANJUT RUANG VEKTOR

MATERI ALJABAR LINEAR LANJUT RUANG VEKTOR MATERI ALJABAR LINEAR LANJUT RUANG VEKTOR Disusun oleh: Dwi Lestari, M.Sc email: dwilestari@uny.ac.id JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG

Lebih terperinci

ALOKASI RESOURCE SEBAGAI PERBAIKAN PRODUKSI MENGGUNAKAN HOLONIC MANUFACTURING SYSTEM, PETRI NET DAN ALJABAR MAX-PLUS

ALOKASI RESOURCE SEBAGAI PERBAIKAN PRODUKSI MENGGUNAKAN HOLONIC MANUFACTURING SYSTEM, PETRI NET DAN ALJABAR MAX-PLUS ALOKASI RESOURCE SEBAGAI PERBAIKAN PRODUKSI MENGGUNAKAN HOLONIC MANUFACTURING SYSTEM, PETRI NET DAN ALJABAR MAX-PLUS Moses L. Singgih 1 dan Nila Nurlina 2 1,2 Laboratorium Sistem Manufaktur,Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Fuzzy Node Combination untuk Menyelesaikan Masalah Pencarian Rute Terpendek. Studi Kasus : Antar Kota di Pulau Jawa

Fuzzy Node Combination untuk Menyelesaikan Masalah Pencarian Rute Terpendek. Studi Kasus : Antar Kota di Pulau Jawa Fuzzy Node Combination untuk Menyelesaikan Masalah Pencarian Rute Terpendek. Studi Kasus : Antar Kota di Pulau Jawa Samodro Bagus Prasetyanto Bilqis Amaliah, S.Kom., M.Kom. Dr. Chastine Fatichah, S.Kom.,

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas tentang semiring, Aljabar Max-Plus, sifat-sifat

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas tentang semiring, Aljabar Max-Plus, sifat-sifat BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas tentang semiring, Aljabar Max-Plus, sifat-sifat Aljabar Max-Plus, matriks atas Aljabar Max-Plus, matriks dan graf, nilai eigen dan vektor eigen Aljabar Max-Plus,

Lebih terperinci

untuk setiap x sehingga f g

untuk setiap x sehingga f g Jadi ( f ( f ) bernilai nol untuk setiap x, sehingga ( f ( f ) fungsi nol atau ( f ( f ) Aksioma 5 Ambil f, g F, R, ( f g )( f g ( g( g( ( f g)( Karena ( f g )( ( f g)( untuk setiap x sehingga f g Aksioma

Lebih terperinci

POLINOMIAL ATAS ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL

POLINOMIAL ATAS ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL POLINOMIAL ATAS ALJABAR MAX-PLUS INTERVAL A-4 Harry Nugroho 1, Effa Marta R 2, Ari Wardayani 3 1,2,3 Program Studi Matematika Universitas Jenderal Soedirman 1 harry_nugroho92@yahoo.com 2 marta_effa, 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesawat terbang merupakan moda transportasi tercepat yang ada saat ini. Dengan kecepatan berkisar 500-900 km/jam, transportasi udara menggunakan pesawat terbang merupakan

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Angkutan Umum (Bis) Patas dan Ekonomi Jurusan Surabaya - Malang

Evaluasi Kinerja Angkutan Umum (Bis) Patas dan Ekonomi Jurusan Surabaya - Malang JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Evaluasi Kinerja Angkutan Umum (Bis) Patas dan Ekonomi Jurusan Surabaya - Malang Krishna Varian K, Hera Widyastuti, Ir., M.T.,PhD Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci