BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. wawancara mendalam (indepth interview) dan didukung dengan beberapa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. wawancara mendalam (indepth interview) dan didukung dengan beberapa"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA Dalam bab ini peneliti akan menyajikan dan menganalisa data yang diperoleh melalui penelitian langsung ke lapangan, yaitu tepatnya Kelurahan Kadipiro RW 14 dan RW 33, Kecamatan Banjarsari, Surakarta. Data diperoleh dengan cara wawancara mendalam (indepth interview) dan didukung dengan beberapa dokumen tertentu yang mendukung data penelitian. Ada 31 informan dalam penelitian ini yang dianggap mewakili, di antaranya adalah dua orang dari Bidang P2PL Dinas Kesehatan, dua orang dari Puskesmas Gambirsari yang menangani dan berkaitan dengan Program Pemicuan Stop Jentik, satu orang dari Pokja IV Kelurahan Kadipiro, satu orang Ketua RW di masingmasing RW 14 maupun RW 33, satu orang kader utama dari masing-masing RW 14 dan RW 33, dua kader pendukung di masing-masing RW 14 dan RW 33, dan kemudian sembilan orang masyarakat yang terdiri dari tokoh masyarakat dan warga dari RW 14 yang mengikuti program Pemicuan Stop Jentik, dan sembilan orang lainnya adalah tokoh masyarakat dan warga yang mengikuti program Pemicuan Stop Jentik di RW 33. Berikut adalah data daftar informan dalam penelitian ini: 62

2 digilib.uns.ac.id 63 Tabel. 3.1 Daftar Informan NO Nama Kedudukan 1. drg. Efi Setawati Pertiwi Kepala Bidang P2PL DinasKesehatan Surakarta 2. EndahWisnuWardhani, Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan B.Sc. 3. Tutut Ristiawan Koordinator Program DBD Puskesmas Gambirsari 4. Rusnawati Higien Sanitasi / Sanitarian Puskesmas Gambirsari 5. Hj. Sri Nurhandayani, BA - Ketua Pokja IV Kelurahan Kadipiro - Ketua Kelurahan Siaga 6. Suparmo Hadimartono Ketua RW 14 Kadipiro 7. Rahyuni Kader Kesehatan / Posyandu Balita RW Sih Dwi Rahayu Kader Posyandu RW Dewi Mardikaningsih Kader Posyandu RW Purwaningsih Tokoh masyarakat, Ketua RT (RW 14) 11. Sri Lestari Warga (RW 14) 12. Wiryo Warga (RW 14) 13. Samirah Warga (RW 14) 14. Sikem Warga (RW 14) 15. Sarimo Warga (RW 14)

3 digilib.uns.ac.id Taryani Warga (RW 14) 17. Mulyono Warga (RW 14) 18. Sisilia Warga (RW 14) 19. Priyadi, S.Sos Ketua RW 33 Kadipiro 20. Marini Kader Kesehatan / Posyandu Balita RW Sunarti Kader Kesehatan / Ketua RT 02 (RW 33) 22. Ngatiyem Kader Kesehatan RW Andreas Sunarima Tokoh masyarakat, Ketua RT (RW 33) 24. Sri Maryani Warga (RW 33) 25. Sueni Warga (RW 33) 26. Sularmi Warga (RW 33) 27. Titik Harini Warga (RW 33) 28. Siam Warga (RW 33) 29. Sri Winarsih Warga (RW 33) 30. Daryani Warga (RW 33) 31. Saryani Warga (RW 33) A. Difusi Inovasi Program Pemicuan Stop Jentik Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan program Pemicuan Stop Jentik merupakan program baru di kalangan masyarakat Surakarta, khususnya masyarakat Kelurahan Kadipiro RW 14 dan RW 33. Program Pemicuan Stop Jentik merupakan program yang diciptakan P2PL (Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan) yang bernaung dibawah Dinas Kesehatan, yang

4 digilib.uns.ac.id 65 memiliki tujuan final untuk mengurangi adanya kasus Demam Berdarah di daerah endemik Demam Berdarah seperti Kelurahan Kadipiro. Program baru ini didasari dari peraturan dari Kementrian Kesehatan yang menuntut Dinas Kesehatan untuk membuat program pembaruan atau inovasi yang berkaitan dengan pengentasan kasus demam Berdarah di Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut, maka Kepala Bidang P2PL Dinas Kesehatan, drg. Efi Setyawati Pertiwi mengikuti diklat PIM di Semarang pada bulan Juli untuk membuat program inovasi yang sesuai dengan tupoksinya sebagai Kepala Bidang P2PL Dinas Kesehatan Surakarta....Ya karena memang itu dibatasi waktu, tugasnya Bu Efi itu, program perubahan itu. Kan kemarin ketika ada diklat PIM di Semarang itu (Hasil wawancara dengan Endah Wisnu Wardhani, B.Sc. Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan, 7 Oktober 2015). Pernyataan Endah Wisnu Wardhani juga didukung oleh pernyataan drg. Efi Setyawati Pertiwi, dalam kutipan wawancara berikut ini : Iya ada diklat di Semarang, ya intinya bagaimana caranya membuati novasi tentang yang berkaitan dengan tupoksi nya, tugas pokok dan fungsi dari masing-masing.. Kan ada camat juga, camat tupoksinya apa, lha itu nanti membuat inovasi untuk mengatasi masalah di wilayahnya. Jadi kan melakukan analisa dulu, permasalahan di wilayah yang sesuai dengan tupoksi saya itu apa, di bidang saya itu apa, nah terus itu nanti ditindaklanjuti, nah diharapkan kegiatan yang dilakukan itu bentuknya inovasi. Inovasi artinya kan belum pernah dilakukan. Lha sekarang itu eranya sekarang itu kan di semua lapisan itu diharapkan ada inovasi, jadi suatu kegiatan itu tidak hanya copy paste. Tapi inovasi itu kalau sebagai pegawai, yaitu inovasi-inovasi yang tidak melanggar ketentuan. Jadi kalau melakukan sesuatu itu, kalau sesuatu itu kita sudah pernah melakukan, misal Demam Berdarah kita sudah melakukan ini, ini, ini, tapi kok masih tidak ada hasilnya. Nah itu perlu dicari, apa sih sebetulnya yang salah, atau mungkin mencari ohmungkin masyarakat sana itu tidak senang dengan model itu, pengennya model ini. Lha itu kan inovasi tho, tapi tetap tidak boleh melanggar aturan. (Hasil commit wawancara to user dengan drg. Efi Setyawati

5 digilib.uns.ac.id 66 Pertiwi, Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2 Oktober 2015). Dengan adanya tuntutan yang menganjurkan Dinas Kesehatan, khususnya bidang P2PL pada penelitian ini, maka tim P2PL dipelopori oleh drg. Efi Setyawati mencetuskan program Pemicuan Stop Jentik ini yang menurut Kepala Bidang P2PL inovasi yang merupakan gagasan yang baru itu dapat membuat ketertarikan tersendiri bagi masyarakat dan mendorong untuk mau mengikuti pesan yang disampaikan, yang selama ini diperkirakan masyarakat jenuh dengan program-program yang monoton. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Mardikanto dalam bukunya Komunikasi Pembangunan (1988: 39) yang mengatakan bahwa inovasi yang harus dikomunikasikan dalam proses komunikasi pembangunan haruslah sesuatu yang mampu mendorong atau yang diperlukan untuk berlangsungnya perubahan-perubahan sekaligus memiliki sifat-sifat inovatif atau inovativeness. Program Pemicuan Stop Jentik ini juga dilatarbelakangi karena banyaknya kasus Demam Berdarah di beberapa daerah di Surakarta, salah satunya adalah Kelurahan Kadipiro, yang ditandai dengan selalu meningkatnya angka korban Demam Berdarah di daerah tersebut. Hal ini seperti diungkapkan oleh drg. Efi Setyawati Pertiwi : "Yang melatarbelakangi itu ee..kasus demam berdarah yang meningkat tajam di wilayah kota Surakarta di tahun 2015 ini (Hasil wawancara dengan drg. Efi Setyawati Pertiwi, Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2 Oktober 2015) Dengan adanya kasus yang meningkat tajam itulah maka drg. Efi Setyawati Pertiwi bersama commit dengan to kepala user Seksi Penyehatan Lingkungan

6 digilib.uns.ac.id 67 Endah Wisnu Wardhani memutuskan untuk membuat inovasi yang berkaitan untuk pengentasan atau pengurangan kasus Demam Berdarah di Surakarta, namun untuk saat ini bagian P2PL Dinas Kesehatan Surakarta masih menerapkan di dua wilayah saja, yakni Kadipiro dan Semanggi, yang keduanya memiliki kasus yang sangat tinggi. Terutama untuk di daerah Kadipiro yang masih terdapat kasus korban meninggal akibat Demam Berdarah. Selain itu, Kadipiro juga dipilih sebagai wilayah pendifusian program Pemicuan Stop Jentik karena kasusnya yang dari tahun ke tahun selalu terdapat kasus Demam Berdarah di Kelurahan Kadipiro, drg. Efi Setyawati Pertiwi yang dalam penelitian ini bertindak sebagai innovator menganggap daerah Kadipiro kemungkinan masyarakatnya mengalami kebosanan dengan penyuluhan program DB yang selama ini dinilai monoton, itu sebabnya Kadipiro dipilih sebagai salah satu wilayah pendifusian Program Pemicuan Stop Jentik, sepeti yang diungkapkan oleh drg. Efi Setyawati Pertiwi dalam wawancara berikut : Kita mencoba alternatif lain dari yang biasanya. Jadi mungkin kalau warga ya tidak tahu. Mungkin dia juga tidak..anu ya. Kan memang sepertinya..seakan-akan kan warga ini menghadapi Demam Berdarah itu kan seakan-akan ada kejenuhan. Gitu lho, lha kalau ditanya ini, saya berharap ini merupakan bentuk lain yang bisa menarik bagi masyarakat. (Hasil wawancara dengan drg. Efi Setyawati Pertiwi, Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2 Oktober 2015) ee..ya sebetulnya memang kalau melihat anu ya, kasusnya itu di daerah itu-itu saja, di wilayah-wilayah itu-itu saja yang masyarakatnya masih belum mau berubah (Hasil wawancara dengan drg. Efi Setyawati Pertiwi, Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, commit to 27 user Januari 2016)

7 digilib.uns.ac.id 68 Hal ini juga didukung oleh Endah Wisnu Wardhani, B.Sc. selaku Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan yang juga mengungkapkan hal yang sama bahwa Kadipiro dipilih karena memang kasusnya yang sangat tinggi, dalam wawancara berikut : Ya kita memilih. Waktu itu di Kadipiro itu kasusnya tertinggi. Sedangkan kalau Semanggi bukan karena kasus, tapi karena kondisi penduduknya Semanggi itu kan sangat padat. (Hasil wawancara dengan Endah Wisnu Wardhani, B.Sc. Kepala Seksi Pemyehatan Lingkungan, 7 Oktober 2015) Dengan adanya masalah yang dinilai urgent seperti tersebut di atas, pihak P2PL Dinas Kesehatan secepat mungkin mendifusikan program Pemicuan Stop Jentik ini di dua RW di Kelurahan Kadipiro, yakni RW 14 dan RW 33. Difusi inovasi menurut Mardikanto (Komunikasi Pembangunan, 2010: 49) adalah perembesan adopsi inovasi dari satu individu yang telah mengadopsi ke individu yang lain dalam sistem sosial masyarakat penerima manfaat yang sama. Lebih lengkap lagi dikatakan Rogers (1983: 5) yang mendefinisikan difusi sebagai proses di mana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu di antara para anggota suatu sistem sosial. Difusi adalah suatu jenis khusus komunikasi dalam pesan yang berkaitan dengan ide-ide baru. Komunikasi adalah proses di mana para pelaku komunikasi menciptakan dan berbagi informasi antara satu sama lain untuk mencapai pemahaman bersama.

8 digilib.uns.ac.id 69 Dari sini bisa diketahui bahwa pentingnya mendifusikan inovasi program Pemicuan Stop Jentik demi terciptanya perubahan sosial. Perubahan sosial di sini yang dimaksud adalah perubahan tingkah laku tampak yang menunjukkan sikap menerima ataukah menolak suatu inovasi. Seperti dikatakan oleh Rogers dalam Hanafi (1987: 24) bahwa dalam riset difusi lebih memusatkan perhatian pada terjadinya perubahan tingkah laku yang tampak (overt behavior) yang tidak hanya sekedar perubahan dalam pengetahuan dan sikap saja, namun sampai pada sikap menerima atau menolak. Selanjutnya akan dijelaskan perubahan sikap yang terjadi antara kedua wilayah, yakni RW 14 dan RW 33 Kelurahan Kadipiro. Pendifusian Program Pemicuan Stop Jentik telah dilakuan sejak Juli Seperti disampaikan oleh drg. Efi Setyawati Pertiwi dan Endah Wisnu Wardhani, B.Sc. berikut ini : Mulai action Agustus kemarin. Eh, Juli bukan Agustus. Sudah empat bulan berarti. Sepertinya mulai 15 dan 17 Juli (Hasil wawancara dengan drg. Efi Setyawati Pertiwi, Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2 Oktober 2015) Endah Wisnu Wardhani, B.Sc. menambahkan bahwa planning sudah dimulai sejak drg. Efi Setyawati sebagai Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan diberi mandat untuk membuat program perubahan. Seperti yang disampaikan Endah Wisnu Wardhani berikut: Baru kemarin bulan Juli kita melaksanakan. Kita punya ide rencana itu ketika Bu Efi yang punya tugas untuk membuat program perubahan. Itu ya gara-gara itu. Tadinya belum ada, jadi itu munculnya memang ya Bu Efi membuat tugas program perubahan itu, terus terpikir. Lak BABS tho programmu? Lha wis saiki coba ayo coba piye? Anu..apa commit ya to mbak user Endah?, Ya STOP JENTIK tho

9 digilib.uns.ac.id 70 Bu, saya ya terus gitu. Terus sepakat, kita lakukan, kita masak, kita olah. Dari program yang tadinya Stop BABS itu, terus langsung action. Ya karena memang itu dibatasi waktu, tugasnya Bu Efi itu, program perubahan itu. Kan kemarin ketika ada diklat PIM di Semarang itu. (Hasil wawancara dengan Endah Wisnu Wardhani, B.Sc. Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan, 7 Oktober 2015) Inovasi memiliki jangka waktu dalam proses pendifusiannya, dan setiap inovasi memiliki jangka waktu yang berbeda-beda untuk proses penyebarannya. Dalam penelitian ini, inovasi yang yang dilakukan tidak membutuhkan waktu yang cukup lama untuk proses pendifusiannya, dan saat ini masih berlangsung. Namun berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, ada beberapa kendala dalam sosialisasi Program Pemicuan Stop Jentik ini. Seperti yang diutarakan oleh drg. Efi Setyawati Pertiwi berikut : Ya karena belum semua orang memahami di internal Dinas Kesehatan ini belum semua memahami dan belum semua mendukung, kalau Kepala Dinasnya sudah mendukung, tau persis. Tapi kalau yang lainnya itu belum memahami, belum mendukung penuh karena belum memahami. Jadi kan perlu disosialisasikan ke teman-teman internal Dinas Kesehatan. Kemudian dana, karena bagaimana pun kan mesti harus pakai dana. Kemudian soal waktu, mungkin kalau waktunya itu pagi hari bukan di hari libur, itu akan susah juga karena orang banyak yang bekerja. Jadi warga yang terlibat itu kurang, ya itu akhirnya ibu-ibu karena bapak-bapak banyak yang bekerja. Tapi kalau nanti ngambil malam, yang repot ya petugasnya. Warganya enggak apa-apa wong rumahnya di situ, lha kalau petugasnya kan rumahnya bukan di situ. Kendalanya antara lain itu. Belum nanti transport, dana lagi. (Hasil wawancara dengan drg. Efi Setyawati Pertiwi, Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2 Oktober 2015) Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kendala terbesar adalah dari sumber internalnya sendiri yang belum cukup kompak dan selaras dalam menjalankan program inovasi Pemicuan Stop Jentik ini, dan untuk kendala di lapangan yang terjadi adalah sulitnya mengatur dan menyesuaikan waktu

10 digilib.uns.ac.id 71 antara waktu yang disanggupi oleh warga dan waktu yang disanggupi oleh pihak Dinas Kesehatan. Endah Wisnu Wardhani, B.Sc. sebagai Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan pun membenarkan hal ini bahwa tim inovator sendiri kurang kompak. Selain kendala tersebut yang dihadapi, ada juga kendala lain yang disebabkan oleh kurangnya kesadaran dari berbagai stakeholder termasuk tim inovator itu sendiri, maupun opinion leader atau kader yang bertindak sebagai sukarelawan dalam penyebaran program Pemicuan Stop Jentik. Kendalanya...anu kepedulian PNS. Ya kalau dia kurang peduli, dia hanya setengah-setengah kan melakukan kegiatan ini. PNS ya maksudnya tim pemicu itu, Kan dia pegang peran lho di situ, waktu melakukan Pemicuan itu. Lha di situ seberapa dia care-nya terhadap Program Penanggulangan Demam Berdarah itu. Kalau dia tidak care, ya kan dia melakukan pemicuan dengan setengah-setengah. Kemudian yang di luar PNS, dia kan juga care-nya seberapa untuk melakukan edukasi kepada masyarakat. Apakah dia menjadi relawan yang tulen, tadi kan lainnya kan relawan ya, seperti PKK, kader sanitasi, itu kan relawan. Nah, seberapa care-nya dia untuk membawa dirinya. Dia kan sudah memproklamirkan, bahwa saya relawan. Kalau saat itu dia lagi turun bilang, marakke kesel, berarti kan dia care-nya turun. Itu kan mempengaruhi ketika dia melakukan tadi, tugas-tugas pemicuan. (Hasil wawancara dengan Endah Wisnu Wardhani, B.Sc. Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan, 7 Oktober 2015) Mardikanto mengungkapkan dalam Komunikasi Pembangunan (2010: 149), bahwa kecepatan adopsi dan difusi salah satunya bergantung pada aktivitas yang dilakukan oleh fasilitatornya sendiri. Sedangkan pada proses pendifusian inovasi Program Pemicuan Stop Jentik ini yang terjadi justru ketidakselarasan misi akan pelaksanaan program ini yang menjadi kendala internalnya. Meski demikian, sosialisasi program Pemicuan Stop jentik ini tetap berjalan lancar meski commit menciptakan to user hasil yang berbeda antara kedua

11 digilib.uns.ac.id 72 wilayah yang diberikan sosialisasi atau pendifusian Program Pemicuan Stop Jentik, yakni antara RW 14 dan RW 33. Dalam difusi inovasi Program Pemicuan Stop Jentik, pesan utama yang ingin disampaikan adalah memicu untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan dengan konsep BHT melalui kesepakatan yang masyarakat buat sendiri, dan dijalankan dengan penuh komitmen. Dalam penyebaran atau sosialisasi tentang Program Pemicuan Stop Jentik ini ada empat unsur di dalamnya, yaitu inovasi, saluran komunikasi, jangka waktu, dan anggota sistem sosial. 1. Inovasi Rogers dalam bukunya Diffusion Of Innovations (1983: 11) mengatakan bahwa inovasi adalah suatu ide, praktek, atau objek yang dianggap baru oleh seseorang atau sekumpulan individu. Dan tidak begitu penting sejauh perilaku manusia yang bersangkutan, apakah ide adalah benar-benar baru yang diukur dengan selang waktu sejak penggunaan pertama atau penemuan. Dalam penelitian ini yang dimaksud inovasi adalah Program Pemicuan Stop Jentik yang diselenggarakan oleh Bidang P2PL Dinas Kesehatan Surakarta. Program ini dikatakan inovasi karena terdapat perubahan sistem dan Program ini pertama kali masuk pada bulan Juli di Kelurahan Kadipiro tepatnya RW 14 dan RW 33. Kedua daerah ini dipilih karena keduanya merupakan daerah yang endemik dan rawan terkena Demam

12 digilib.uns.ac.id 73 Berdarah dan bahkan sudah beberapa kali di kedua daerah ini mengalami kasus Demam Berdarah. Pesan yang ingin disampaikan oleh P2PL Dinas Kesehatan Surakarta dalam difusi inovasi ini adalah adalah memicu untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan dengan konsep BHT melalui kesepakatan yang masyarakat buat sendiri, dan dijalankan dengan penuh komitmen. Sebenarnya konsep yang dipakai oleh P2PL Dinas Kesehatan Surakarta ini bukan semata-mata baru karena di lain daerah sudah ada yang menggunakan metode seperti Pemicuan Stop Jentik, namun bagi masyarakat Kelurahan Kadipiro utamanya RW 14 dan RW 33 ini merupakan hal baru karena belum pernah dilakukan sebelumnya, begitupun menurut P2PL Dinas Kesehatan Surakarta program ini juga merupakan hal baru karena selain belum pernah mereka terapkan, juga program ini mereka yang menciptakan yang terinspirasi dari Program Stop BABS. Berikut penuturan kepala Seksi Penyehatan Lingkungan dan Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, dari hasil wawancara dengan peneliti :...Tadinya belum ada, jadi itu munculnya memang ya Bu Efi membuat tugas program perubahan itu, terus terpikir. Lak BABS tho programmu? Lha wis saiki coba ayo coba piye? Anu..apa ya mbak Endah?, Ya STOP JENTIK tho Bu, saya ya terus gitu. Terus sepakat, kita lakukan, kita masak, kita olah. Dari program yang tadinya Stop BABS itu, terus langsung action. Ya karena memang itu dibatasi waktu, tugasnya Bu Efi itu, program perubahan itu. Kan kemarin ketika ada diklat PIM di Semarang itu. (Hasil wawancara dengan Endah Wisnu Wardhani, B.Sc. Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan, 7 Oktober 2015)

13 digilib.uns.ac.id 74...Karena inovasi itu muncul dari kita. Kita mencoba alternatif lain dari yang biasanya. (Hasil wawancara dengan drg. Efi Setyawati Pertiwi, Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2 Oktober 2015) Karena berbeda dari yang sudah ada. Berbeda dari cara penyampaiannya, kemudian berbeda dalam bentuk sosialisasinya, seperti BHT, itu kan selama ini belum ada seperti itu. Dan itu belum mengenal. Meskipun sudah ada yang tau bahwa kalau istirahat yang bagus itu jam segini sampai jam segini, yan optimal untuk pembentukan kekebalan tubuh itu kan jam 9 sampai jam 3. Itu, karena berbeda dengan yang sudah ada. (Hasil wawancara dengan Endah Wisnu Wardhani, B.Sc. Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan, 7 Oktober 2015) Dari penuturan-penuturan di atas dapat disimpulkan bahwa Program pemicuan Stop Jentik ini bisa dikatakan sebagai suatu inovasi jika dihhubungkan oleh pengertian inovasi menurut Rogers (1983: 11) yang mengatakan bahwa inovasi merupakan suatu ide, praktek, atau objek yang dianggap baru oleh seseorang atau sekumpulan individu, tidak peduli apakah ide adalah benar-benar baru yang diukur dengan selang waktu sejak penggunaan pertama atau penemuan. Oleh karena itu perlu diadakan penelitian untuk mengetahui seberapa jauh keberhasilan dari Program Pemicuan Stop Jentik ini. Setelah mengetahui informasi tentang inovasi dalam hal ini adalah Program Pemicuan Stop Jentik, belum tentu seseorang akan langsung menerimanya. Hal tersebut dipengaruhi oleh tingkat pemahaman dan pandangan seseorang tersebut terhadap Pemicuan Stop jentik dan kesadaran untuk menjaga lingkungannya sendiri....memang bermacam-macam. Ada yang ikut-ikutan, ada yang dia memang sadar ingin memperoleh ilmu. Iya kan? Pasti dari sekian masyarakat commit itu to user motivasinya macam-macam. Dan

14 digilib.uns.ac.id 75 penerimaannya itu pasti berbeda-beda. Itu pasti. Nah, untuk mengukur seberapa itu memang harus ada pihak ketiga, yang betul-betul mengukur secara netral. Mungkin njenengan itu yang bisa meneliti hal itu. (Hasil wawancara dengan Endah Wisnu Wardhani, B.Sc. Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan, 7 Oktober 2015) Dari kutipan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pihak P2PL Dinas Kesehatan Surakarta memerlukan penelitian lebih lanjut mengenai keberhasilan Program Pemicuan Stop jentik dan bagaimana proses penerimaannya. Hingga kini Program Pemicuan Stop Jentik diharapkan masih berjalan keberlanjutan dari kesepakatan yang dibuat oleh masyarakat an setiap bulannya pihak P2PL Dinas Kesehatan Surakarta masih menerima laporan hasil House Index dari kedua wilayah sebagai salah satu indikator peningkatan sejak dilakukannya Pemicuan Stop Jentik, yang disalurkan melalui Puskesmas. Seperti telah dikemukakan diawal bahwa seperti yang dikatakan oleh Rogers dalam Hanafi (1987: 24) bahwa dalam riset difusi lebih memusatkan perhatian pada terjadinya perubahan tingkah laku yang tampak (overt behavior) yang tidak hanya sekedar perubahan dalam pengetahuan dan sikap saja, namun sampai pada sikap menerima atau menolak. Maka ketika inovasi diperkenalkan kepada masyarakat atau calon adopter, ada dua kemungkinan yang akan terjadi yaitu inovasi akan diterima atau ditolak. Dalam proses adopsi suatu inovasi, masyarakat memiliki pertimbangan-pertimbangan apakah inovasi tersebut akan diadopsi atau

15 digilib.uns.ac.id 76 tidak. Pertimbangan ini dipengaruhi oleh sifat yang dimiliki sebuah inovasi, yaitu (Rogers, 1983: 14) : a. Relative Advantage Relative Advantage adalah keuntungan relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih baik daripada gagasan lain, yang bisa menggantikan ide lain tersebut. Tingkat keuntungan relatif dapat diukur dari segi ekonomi, tetapi faktor sosial-prestise, kenyamanan, dan kepuasan juga merupakan penting. Semakin besar keuntungan relatif yang dirasakan dari suatu inovasi, semakin cepat laju adopsi akan menjadi. (Rogers, 1983: 15) Program Pemicuan Stop Jentik memiliki keuntungan yang lebih jika dibandingkan program-program sebelumnya yang hanya bersifat searah sehingga masyarakat kurang memperhatikan dan menjenuhkan. Keuntungan relatif dari inovasi ini adalah sebagai berikut : Program ini kelebihannya kan kita mencoba memberdayakan masyarakat, supaya mereka mampu mengatasi masalahnya sendiri. Secara ekonomi, kalau masyrakat mau mengikuti berarti dia melakukan efisiensi. Ketika dia tidak jatuh sakit. Ya oke mungkin sakitnya gak mbayar, tapi riwa-riwinya. Terus dia tidak bekerja, itu seara ekonomis dia berkurang pendapatannya. Nilai ekonominya itu seperti itu. Terus lagi secara ekonomi kalau dia mengadop tanaman pengusir nyamuk yang banyak, serai misalnya. Terus dia mencoba berkreasi, misal akhirnya dijual baik sebagai tanaman pengusir nyamuk maupun sebagai keperluan dapur. Seara sosial, dengan interaksi yang lebih dekat. Tadi mereka berjalan-jalan melihat kondisi, itu kan mereka ada interaksi dengan masyarakat sekitar. Kalau ada interaksi sosial kan mereka akan kokoh kan rasa persatuannya, rasa kebersamaannya, rasa ingin menyelesaikan permasalahannya. Terus secara kesehatan itu ya pasti ada peningkatan kalau mereka peduli tadi, pas kita kenalkan BHT. commit oh iya to user gampang ya ternyata, hanya BHT.

16 digilib.uns.ac.id 77 Selama ini tu mungkin mereka itu tahu, tapi mungkin gak sadar. iya ya, gizi seimbang itu ternyata mudah kok, murah kok. Nah itu, jadi kan mereka akhirnya meningkat kesehatannya, dengan mereka saling brainstorming itu tadi, prosesnya kan kita harapkan memang brainstorming yang efektif. (Hasil wawancara dengan Endah Wisnu Wardhani, B.Sc. Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan, 7 Oktober 2015) Pernyataan Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan, Endah Wisnu Wardhani ternyata sesuai dengan apa yang masyarakat rasakan. Namun apa yang dirasakan oleh wilayah RW 14 dan RW 33 ini sedikit berbeda untuk penilaian tentang karakteristik inovasi Program Pemicuan Stop Jentik : RW 14 Keuntungan relatif yang didapatkan oleh masyarakat RW 14, Kelurahan Kadipiro tidak seberapa. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti memperoleh data bahwa masyarakat RW 14 belum begitu merasakan adanya keuntungan yang cukup membuat mereka banyak melakukan perubahan, dan kurang mampu membedakan antara program Pemicuan Stop Jentik dengan program yang sebelumnya. Seperti yang dikatakan ketua RW 14, Suparmo berikut: Ya saya rasa sama saja mbak. Ya dari dulu-dulu itu ya begitu itu. Ya saya rasa ya begitu lah. Saya rasa ya lebih baik. Tapi ya itu tadi, jan-jan e itu dari dulu itu ya programnya itu kan ya gitu-itu saja tho mbak. Ya gitu-gitu saja (Hasil wawancara dengan Suparmo, Ketua RW 14, 20 Januari 2016) Bahkan ada juga warga yang mengatakan bahwa Program Pemicuan Stop Jentik justru kurang menguntungkan dibandingkan program yang sebelumnya karena program yang sekarang dianggap

17 digilib.uns.ac.id 78 kurang mendetail. Seperti yang dikatakan oleh Sih Dwi Rahayu, kader pendukung di RW 14 berikut : Itu lho..usaha untuk mencegah DB itu kan 3M itu, tapi kok ketoke sekarang nggak begitu digalakkan banget gitu lho mbak. Ketoke paling sekarang lebih praktis wis pokoke bersih, sing penting kelihatan bersih gitu. Kalau dulu kan kelihatan sayuk e gimana, usahane juga. Tapi kok sekarang ketoke semakin cuek gitu ya. Kalau menurut aku sih. Kalau selama PSN itu pokoke Mbak, ini ada jentik. Oh yaudah bersihke, gitu. Tapi kalau sampai mendetail seperti dulu itu enggak. Kalau warga di sini begitu. (Hasil wawancara dengan Sih Dwi Rahayu, Kader pendukung RW 14, 20 Januari 2016) Jika melihat penjelasan informan di atas, program sekarang dinilai kurang mendetail. Itu disebabkan karena kurangnya pemahaman masyarakat mengenai program ini. Dikatakan bahwa program yang sekarang hanya sebatas menjentik saja, jika sudah bersih maka sudah cukup. Padahal dari pihak fasilitator memberikan kesempatan yang sebebas-bebasnya bagi warga untuk menentukan sikap dan membuat kesepakatan yang bisa dilakukan untuk menjaga kebersihan lingkungan dengan berbagai macam cara. Hanya saja, masyarakat RW 14 kurang memahami arti dan maksud program Pemicuan Stop Jentik dan kurang mampu mencetuskan ide yang out of the box mengenai gagasan untuk kesepakatan yang dilakukan. Hal ini dibuktikan dari perkataan kader utama, Rahyuni yang mengungkapkan: Kerja bakti satu bulan dua kali, terus PSN satu bulan dua kali juga, terus pembersihan lingkungan rumah masingmasing, terus apa ya dek? Sudah sepertinya dek. Jane di buku saya ada, tapi commit aku wegah to user nggoleki, morat-marit. Hhehehee

18 digilib.uns.ac.id 79 (Hasil wawancara dengan Rahyuni, Kader utama RW 14, 7 Januari 2016) Dari hasil wawancara di atas terlihat bahwa kader utama pun kurang memegang teguh apa yang telah menjadi kesepakatan, jika kader yang bertugas untuk selalu mengingatkan warganya sudah lupa, maka masyarakat lain pun akan tidak jauh berbeda. Juga kesepakatan yang dibuatpun kurang bervariasi. Untuk keberjalanan kesepakatan yang telah dibuat apakah dilaksanakan atau tidak, akan dibahas pada pembahasan selanjutnya. Tanggapan masyarakat RW 14 ketika ditanya mengenai keuntungan relatif yang didapat, mereka berpendapat yang tidak jauh berbeda dengan apa yang dikatakan oleh kader RW 14. Berikut kutipan wawancara warga RW 33 mengenai keuntungan relatif : Kirangan nggih mbak. Keuntungan e napa nggih? Lha wong kula niki mboten sekolah. Melu nggih angger melu nggih ngoten mawon. (Hasil wawancara dengan Wiryo, Warga RW 14, 8 Januari 2016) Keuntungan e napa tho mbak? Wong aku ya ra paham kui apa mau...stop Jentik? Nggih nderek, nggih paling niku nyetop jentik ben mboten wonten jentik e. Kados 3M nika tho? (Hasil wawancara dengan Samirah, Warga RW 14, 15 Januari 2016) Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa warga RW 14 belum mengerti dan begitu merasakan keuntungan relatif yang didapatkan ketika Program Pemicuan Stop Jentik mereka adopsi.

19 digilib.uns.ac.id 80 RW 33 Sedikit berbeda dengan Kelurahan Kadipiro RW 14, masyarakat RW 33 lebih memperoleh keuntungan relatif yang lebih banyak dibandingkan dengan RW 14. Dari hasil wawancara kader pendukung RW 33 saat ditanya perihal keuntungan relatif yang didapat daripada program yang sebelumnya, diperoleh pernyataan sebagai berikut : Ya ini lebih bagus, karena dari perjanjian nggih..kemarin kan ada perjanjian yang dibuat untuk Stop Jentik itu, kan itu ada perjanjian kalau sampai beberapa kali masih ada jentiknya harus dilaporkan Pak RT, nah Pak RT harus ikut menguras bak mandi, ya itu yang disegani masyarakat sebenarnya nggih. Nanti nek Pak RT-ne rono terus nguras kolah kan ya kisinan nggih. Jadi ya ini, tapi tetep dari kader juga nggih, dari kader, dari semua yang berkecimpung di Kesehatan ini memang benar-benar nggih, jadi menyadarkan masyarakat seperti itu. Sebenarnya itu tujuannya program ini. (Hasil wawancara dengan Sunarti, Kader pendukung RW 14, 7 Januari 2016) Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kader di wilaya RW 33 lebih memahami arti dan maksud dari Program Pemicuan Stop Jentik, dan dapat mengetahui keuntungan relatifnya bagi masyarakat. Pernyataan ini didukung juga oleh Ketua RW 33, yang mengutarakan sebagai berikut : Lebih efektif program yang sekarang. Ya secara jelas kita kan otomatis seperti itu kan, karena masyarakat ada yang ketakutan. Ketakutan dalam arti berbagai informasi dan contoh, yang kita berikan contoh itu warga-warga yang terkena semacam DB tadi, beliau tetep harus bisa melakukan, kalau nggak melakukan ya itu kan harusnya yang rugi yang dari masyarakat itu sendiri kan? Itu sudah pasti, ya Alhamdulillah masyarakatnya bisa mau untuk ee melaksanakan semacam apa yang disampaikan kepada kita, jadi dia siap. Karena kan dia merasa kalau itu dia biarkan dan commit tidak mau to user dilakukan yang rugi adalah dia dan

20 digilib.uns.ac.id 81 keluarganya. Gitu kan? Itu sudah pasti ya mbak ya, otomatis seperti itu jelas (Hasil wawancara dengan Priyadi, Ketua RW 33, 7 Januari 2016) Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa Ketua RW 33 mengetahui bahwa tujuan dan esensi dari adanya program Pemicuan Stop Jentik ini adalah mampu memicu masyarakat agar tumbuh rasa takut salah satunya, agar benar-benar menjaga kebersihan lingkungan. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, bahwa hal ini adalah sama dengan apa yang diharapkan oleh bidang Pengendalian penyakit dan Penyehatan Lingkungan agar program ini mampu memicu rasa takut, rasa jijik, dan rasa malu. Seperti yang telah dijelaskan di awal bahwa Program Pemicuan Stop Jentik ini merupakan program yang bersifat pemberdayaan masyarakat. Masyarakat diberdayakan untuk mengatasi masalah mereka sendiri dengan bantuan kader, karena kader yang berhubungan langsung dengan Puskesmas, tak jarang juga dengan P2PL Dinas Kesehatan. Bisa dikatakan kader merupakan ujung tombak keberhasilannya di lapangan. Jadi jika kader sudah memahami program inovasi ini, maka keberjalanan program Pemicuan Stop Jentik di masyarakat pun bisa lebih mudah, masyakarakat pun bisa memahami jika kadernya terlebih dahulu sudah memahami pesan pokok yang ingin disampaikan kepada masyarakat. Seperti yang diungkapkan oleh Sularmi, Titik Harini, dan Sri Maryani dalam kutipan wawancara berikut :

21 digilib.uns.ac.id 82 Nggih enten anune, wawasane ngoten le mbak, tambah wawasan. Nggih tambah wawasan niku nggih, terus kalih kon ngingetke bersih-bersih niku nggih, nggih niku. (Hasil wawancara dengan Sularmi, Warga RW 33, 7 Januari 2016) Ya anu, nggih enten keuntungan e. Tambah pengalaman, tambah sregep resik-resik ngoten, kan setiap anu kerja bakti, kan dianjurkan setiap anu kerja bakti. Selalu kerja bakti, nggih rumahe diresiki. (Hasil wawancara dengan Titik Harini, Warga RW 33, 26 Januari 2016) Ya itu tadi mbak, jujur sih kalau saya jadi agak takut gimana gitu, juga kita jadi lebih tahu betapa pentingnya menjaga kesehatan, untuk anak-anak kita, kebersihan, untuk menjaga diri dari DB itu. (Hasil wawancara dengan Sri Maryani, Warga RW 33, 26 Januari 2016) Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat diketahui bahwa masyarakat Kelurahan Kadipiro RW 33 cukup mendapatkan keuntungan yang lebih ketika mereka mengadopsi Program Pemicuan Stop Jentik. Sularmi yang merasa mendapatkan wawasan dan pengalaman serta mendapat keperayaan untuk saling mengingatkan kepada masyarakat yang lainnya. Sedangkan Titik Harini merasa lebih rajin untuk menjaga kebersihan baik bagi diri sendiri maupun masyarakat di sekitarnya. Dan Sri Maryani yang menjadi tumbuh rasa takut jika sewaktu-waktu keluarganya terserang Demam Berdarah akibat kurangnya menjaga kebersihan lingkungan, dan merasa lebih mengerti akan betapa pentingnya menjaga kebersihan. b. Compatibility Compatibility atau kompatibilitas menurut Rogers dalam Hanafi (1987: 156) merupakan tingkat seberapa jauh suatu inovasi dianggap konsisten dengan nilai-nilai commit yang to user ada, pengalaman masa lalu dan

22 digilib.uns.ac.id 83 kebutuhan manusia. Atau dengan kata lain adalah keterhubungan suatu inovasi dengan situasi klien atau masyarakat yang menjadi sasaran inovasi tersebut. Dalam hal ini, tanggapan masyarakat mengenai program Pemicuan Stop Jentik akan mempengaruhi cepat atau lambatnya adopsi terhadap inovasi program Pemicuan Stop Jentik itu sendiri. Jika menurut pihak Pengendalian Penyakit dan Penyeatan Lingkungan Dinas Kesehatan Surakarta yang menilai, program ini tidak melanggar nilai dan norma apapun, namun menurutnya perlu dilakukan pengkajian ulang dari pihak ketiga untuk melakukan penelitian akan hal tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Endah Wisnu Wardhani, Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan dalam pernyataan berikut : Ya sepengetahuan saya, iya. Tapi ini memang harus ada pihak lain yang melakukan penilaian. Kan kalau menurut saya ini bagus, sesuai norma. Makanya kan ketika proses pemicuan berlangsung, kita tidak menyinggung tentang agama, ras, itu tidak disinggung sama sekali di situ. Supaya tidak ada konflik. Dan setau saya mereka juga tidak kolot-kolot amat. Jadi menurut saya memang ya sebagai yang punya program ya tidak bertentangan. Tapi, kan tetep harus ada pihak lain yang mencoba bagaimana kemarin kegiatan itu apakah ada hal yang bertentangan. (Hasil wawancara dengan Endah Wisnu Wardhani, Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan, 7 Oktober 2015) Kemudian untuk karakteristik inovasi bagian kompatibilitas ini, kedua kelompok masyarakat dalam penelitian ini yakni Kelurahan Kadipiro RW 14 dan RW 33, keduanya mempunyai pandangan yang sama perihal inovasi Program Pemicuan Stop Jentik. Tidak ada yang memiliki pendapat bahwa commit Pemicuan to user Stop Jentik merupakan program

23 digilib.uns.ac.id 84 yang tidak sesuai dan bertentangan dengan nilai-nilai yang mereka anut, dan keduanya juga memiliki pendapat bahwa sebenarnya program Pemicuan Stop Jentik memang inovasi yang dibutuhkan oleh masyarakat Kelurahan Kadipiro agar terhindar dari bahaya Demam Berdarah yang selama ini sering melanda wilayah Kelurahan Kadipiro sebagai daerah yang endemik. Masyarakat memiliki pandangan yang tidak berbeda dengan apa yang diperkirakan oleh pihak Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas kesehatan Surakarta. RW 14 Masyarakat RW 14 Kelurahan Kadipiro ketika ditanya mengenai tanggapannya soal program Pemicuan Stop Jentik apakah sesuai dengan nilai-nilai yang ada ataukah bertentangan, serempak mereka mengatakan hal yang sama bahwa program Pemicuan Stop Jentik sesuai dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang mereka anut, bahkan menjawab kebutuhan mereka. Berikut hasil wawancara kepada Suparmo, ketua RW 14 : Ya sesuai mbak. Iya, wong itu dibutuhkan oleh masyarakat, seluruh warga masyarakat kan. Kan itu tidak bertentangan dengan kepentingan apa-apa, agama, dan sebagainya kan nggak ada kaitannya. Ya saya rasa semua bisa menerima. (Hasil wawancara dengan Suparmo, ketua RW 14, 20 Januari 2016) Hal yang sama juga diungkapkan oleh kader utama RW 14, Rahyuni yang menyatakan bahwa program Pemicuan Stop Jentik bukan hanya sesuai dengan commit to nilai user dan norma setempat, namun juga

24 digilib.uns.ac.id 85 sangat dibutuhkan oleh masyarakat karena kesehatan tidak ternilai harganya, mengingat ketka Demam Berdarah melanda, bukan hanya keadaan materi saja yang terganggu, namun juga menggambarkan betapa repotnya mengurus keluarganya. Maka dari itu ia mengatakan sangat dibutuhkan adanya jalan keluar untuk inovasi yang berbeda dari yang biasanya agar kesadaran masyarakat dapat lebih dimunculkan. Oh..sebenarnya sesuai. Ya sesuai sekali, wong kebersihan kok, dikasih penyuluhan tentang kebersihan mosok arep nolak, kan nggak mungkin. Kok seneng lara? Sekarang kadang kalau dulu ya, ada PKMS dek, kayak yang kena Demam Berdarah ya Ibu Maria si petugas Kecamatan juga menanyakan, "Ibu waktu anaknya opname, mbayar enggak?", enggak mbayar, karena pakai PKMS. Terus ditanya lagi, Terus kalau Ibu makan, mbayar apa enggak?, Ya mbayar. Terus meninggalkan rumah kan juga repot, mengurusi anak dan yang lain-lain. Juga kemarin itu juga ditanyakan hal seperti itu, berarti kan memang kesadaran masyarakat memang diperlukan sekali. (Hasil wawancara dengan Rahyuni, kader utama RW 14, 7 Januari 2016) Ya sangat dibutuhkan mbak. Iya sangat dibutuhkan. Kan kita ini di daerah pinggiran mbak, daerah pinggiran yang suasananya masih banyak rumah dan tempat-tempat kosong, yang wit-witane runggut-runggut, genangan-genangan air di kali, seperti itu. Itu kan kita harus selalu aktif. Jadi ya itu tadi seperti yang saya katakan, kita harus selalu aktif, efek kalau kita cuek ya akhirnya ya seperti dulu-dulu lagi. Ya itu. (Hasil wawancara dengan Suparmo, ketua RW 14, 20 Januari 2016) Demikian juga yang dikatakan oleh warga RW 14, Sri Lestari yang mengatakan bahwa program Pemicuan Stop Jentik tidak masalah diterapkan di RW 14 karena menurutnya tidak ada sesuatu yang

25 digilib.uns.ac.id 86 mengganggu dan bertentangan dengan nilai setempat. Seperti yang diungkapkan berikut : Ya sesuai. Ya karena tidak ada yang bertentangan. (Hasil wawancara dengan Sri Lestari, ketua RW 14, 8 Januari 2016) Dari semua pernyataan-pernyataan yang ada, bisa ditarik kesimpulan bahwa masyarakat RW 14 menganggap program Pemicuan Stop Jentik tidak bertentangan dengan nilai apapun dalam kepercayaan mereka danmenjawab apa yang dibutuhkan oleh mereka. Hal ini berarti sifat inovasi kompatibilitas terpenuhi dalam program Pemicuan Stop Jentik. RW 33 Masyarakat RW 33 pun memiliki tanggapan yang tidak jauh berbeda dengan pandangan masyarakat RW 14. Mereka juga berpendapat bahwa program Pemicuan Stop Jentik tidak merugikan mereka, tidak bertentangan dengan nilai dan norma apapun, serta juga sesuai dengan apa yang mereka butuhkan. Berikut hasil wawancara yang diperoleh : Ya tidak, masih bisa dilaksanakan lah nggih. Nggih bisa. (Hasil wawancara dengan Sunarti, kader utama RW 33, 22 Januari 2016) Iya, kan itu kan sesuai dengan apa yang diinginkan dari sana, agar warganya itu biar maju, dan biar tahu bersih-bersih lah itu, maksud dari Stop Jentik kan bagus, demi kebaikan dan menjaga kesehatan. Jadi ya nggak bertentangan. (Hasil wawancara dengan Marini, kader utama RW 33, 20 Januari 2016)

26 digilib.uns.ac.id 87 Di dukung dengan pernyataan yang senada, Priyadi sebagai ketua RW 33 pun menambahkan bahwa Program Pemicuan Stop Jentik itu adalah sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan karena sudah menjadi suatu aturan dan kesepakatan bersama, dan itu merupakan kebutuhan warga sendiri. Seperti dalam kutipan wawancara berikut : Ya yang namanya norma...ya itu kan karena itu kan kewajiban, artinya kewajiban itu seperti contohnya sholat. Itu wajib dilaksanakan, ya harus sering dilakukan. Karena kalau tanpa dilakukan, ya nanti yang repot bukannya dia yang kena tapi yang lain juga bisa ikut kena. Karena virus itu kan bisa menyebabkan semacam ya apa ya nyambung lah mbak. Seratus meter saja bisa kena, nggak ngapa-ngapain bisa kena. Karena kalau umpanya dia tidak membersihkan tempat rumah dia, kita sudah tahu lah indikasi kena adanya DB atau jentik nyamuk itu, tapi yang lainnya mungkin bisa kena, karena tidak dibersihkan. Lha makanya ditekankan, ya itu memang harus dilaksanakan. Kan nggak mungkin kalau semaunya sendiri, nanti masyarakat lain ikutan kena. (Hasil wawancara dengan Priyadi, ketua RW 33, 20 Januari 2016) Warga yang mengikutipun juga berpendapat hal yang sama seperti dalam kutipan wawancara berikut: Ya sesuai. Yang nggak sesuai itu bagaimananya? Lha kan ini juga program buat...istilahnya buat kebaikan saya sendiri, kesehatan saya sendiri. Ya nggak ada ruginya apalagi bertentangan, malah saya berterimakasih. Apalagi anak saya sudah pernah terkena Demam Berdarah, jadi ada program ini ya saya malah syukur, soalnya kan masyarakat yang lain juga bisa ikutan sadar dan menjaga lingkungan. (Hasil wawancara dengan Sri Maryani, warga RW 33, 26 Januari 2016) Dari semua kutipan wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa program Pemicuan Stop Jentik merupakan program penanggulangan Demam Berdarah yang dilakukan dengan prinsip pemberdayaan masyarakat ini sesuai commit dengan to user kebutuhan bagi adopter. Program

27 digilib.uns.ac.id 88 Pemicuan Stop Jentik lebih mampu membangun dan meningkatkan kesadaran masyarakat. c. Complexity Kompleksitas (Rogers, 1983: 15) adalah sejauh mana suatu inovasi dianggap sulit untuk dimengerti dan digunakan. Jika semakin rumit suatu inovasi bagi seseorang, maka akan semakin lambat pula pengadopsiannya. Program Pemicuan Stop Jentik merupakan program yang mudah dipahami. Tidak perlu orang yang berpendidikan tinggi untuk memahami program ini. Dalam hal penerapannya juga tidaklah sulit, karena kader Posyandu dan ketua RW yang dalam hal ini berfungsi sebagai opinion leader selalu menyampaikan dan mengingatkan apa yang harus dilakukan. Kader dan ketua RW ini yang lebih intens berhubungan dengan Puskesmas atau pihak Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan untuk mengadakan evaluasi lanjutan keberjalanan program. Menurut saya mudah. Model ini mudah kok, kan tidak ada yang sulit dari yang disampaikan. Mudah, murah, apa tho yang sulit? Tidak ada kok, wong juga tidak ada teknologi-teknologi yang susah. Jadi ya mudah, terus murah wong masyarakat bisa mengerjakan. Hanya memang butuh kemampuan tim pemicu. Kemampuan untuk memberdayakan masyarakat, memang tergantung kemampuan tim pemicu... (Hasil wawancara dengan Endah Wisnu Wardhani, Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan RW 33, 7 Oktober 2015) Dari kutipan wawancara di atas, terlihat bahwa pihak Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan

28 digilib.uns.ac.id 89 menyatakan bahwa inovasi program Pemicuan Stop Jentik bukanlah hal yang rumit untuk dipahami dan dilakukan. Hal ini juga didukung oleh respon-respon dari masyarakat yang juga mengatakan hal yang senada. Untuk hal mudah dipahami, kedua kelompok adopter baik warga RW 14 maupun RW 33 mengatakan hal yang sama, namun untuk hal bahwa program Pemicuan Stop Jentik merupakan sesuatu yang mudah untuk dilakukan, warga RW 14 mempunyai kendala untuk melakukannya. Tidak demikian dengan RW 33. RW 14 Masyarakat RW 14 merasa tidak sulit untuk memahami program Pemicuan Stop Jentik, namun ada kesulitan-kesulitan yang dialami dalam penerapan hasil kesepakatan programnya. Berikut adalah hasil wawancara warga saat ditanya mengenai pemahaman akan program Pemicuan Stop Jentik : Gampang dek, gampang dipahami lah. Soalnya waktu ada pemicuan itu, kita tidak hanya mendengarkan dek, kita langsung ber-psn. Jadi tiap kadernya ditugaskan 10 rumah masing-masing, Jadi dikasih kartu merah, biru, sama kuning itu. Di-ping gitu itu... (Hasil wawancara dengan Rahyuni, Kader utama RW 14, 7 Januari 2016) Ya mudah-mudah saja sih kalau cuma pas ngikuti acaranya itu. Tapi kalau sudah dilakukan ya gampang-gampang susah. Susahnya itu mengumpulkan warganya biar jadi satu, kompak melakukan kesepakatan program itu bersama-sama itu susahnya. Ya karena itu tadi individune. Individu banget, cuek-cuek saja. Sing penting aku golek pangan, nek enek ngene melu ngene, nek ono wong lara ya melu tilik, nek ana wong mati ya melu layat, sudah. Kalau suruh bermasyarakat itu susah. (Hasil wawancara Dewi Mardikaningsih, Kader pendukung RW 14, 16 Januari 2016)

29 digilib.uns.ac.id 90...Saiki wis rada apik kok mbak. Jenenge pernah menjadi sorotan kan, nek sing ngandani priyayi nduwuran kan otomatis kan sui-sui kan ya manut. Tapi ya sabar mbak, jenenge wong ekonomi menengah ke bawah mbak. Dengan ketelatenan kita ya bisa. (Hasil wawancara Purwaningsih, Kader pendukung RW 14, 13 Januari 2016) Dari pernyataan hasil wawancara di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat RW 14 sebenarnya mudah menangkap dan memahami apa yang disampaikan dari fasilitator mengenai program Pemicuan Stop Jentik. Hanya saja mereka mengalami beberapa kendala dan kesulitan dalam menjalankan program yang berupa kesepakatan yang mereka buat sendiri. RW 33 Apa yang dirasakan oleh warga RW 33 terhadap inovasi program Pemicuan Stop Jentik, sedikit berbeda dengan yang dirasakan oleh wrga RW 14. Dalam hal ini adalah karakteristik inovasi mengenai kompatibilitas atau derajat kesulitan program Pemicuan Stop Jentik untuk dipahami dan dilaksanakan. Warga RW 33 menganggap bahwa inovasi program Pemicuan Stop Jentik itu mudah, baik mudah untuk dipahami maupun dilaksanakan. Seperti yang diungkapkan oleh Marini dalam kutipan wawancara berikut: Itu mbak, lebih bagus dan lebih gampang dimengerti. Gitu lho. Oh iya dengan adanya Stop Jentik, kita itu lebih tahu dan lebih paham, kan dirinci mbak, ini, ini, ini, ini, kan gitu. Kalau dulu itu sebenarnya ya kadang diterangkan, tapi kan kadang itu kader itu dulu itu nggak sampai mendalami gitu lho mbak, pokoke nggagase ora patek tenanan, tapi sekarang kader itu sudah ee..pokoknya kerja keras lah para kadernya itu, pokoke ya nggagas engko piye anane ben ngene, ngene, ngene. Nek dulu commit kan to angger user nek wis dikandani kok ra nggugu

30 digilib.uns.ac.id 91 yowis, lha nek saiki kan nggak, pokoke kene mbaleni terus, ben bosen dhewe sing dikandani, gitu. Ada tindak lanjutnya, tur dari Stop Jentik itu kan lebih gampang dipahami gitu lho menurut saya, jadi sini mau menyampaikan ke masyarakat itu lebih mudah. (Hasil wawancara Marini, Kader utama RW 33, 20 Januari 2016) Dari pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa kader utama yang juga sebagai warga RW 33 merasa bahwa program Pemicuan Stop Jentik lebih mudah untuk dipahami dan lebih bisa memicu para kader untuk bisa bekerja lebih baik dari sebelumnya dan lebih bersemangat. Hal ini juga didukung oleh pernyataan kader yang lain, Ngatiyem dalam kutipan wawancara berikut: Ya mudah-mudah saja. Se-RW ya kompak kok kita. Hahhaha. Ada apa-apa kita bahas bersama, kita bicara bersama. (Hasil wawancara Ngatiyem, Kader pendukung RW 33, 22 Januari 2016) Ngatiyem, ketua Posyandu dan kader kesehatan RW 33 mengungkapkan bahwa RW 33 termasuk kategori warga yang kompak dan jika ada masalah dalam keberjalanan program, akan selalu dibahas bersama. Pendapat-pendapat senada juga diungkapkan oleh tokoh masyarakat dan warga yang mengikuti program Pemicuan Stop Jentik sebagai berikut: Saya rasa cukup mudah dipahami, jadi masyarakat lebih gampang, jelas begitu. Dilaksanakannya juga ee.. bisa berjaan lancar. (Hasil wawancara Andreas Sunarima, tokoh masyarakat RW 33, 27 Januari 2016) Nggih mudah, mriki mudah kampunge mbak. (Hasil wawancara Sularmi, warga RW 33, 26 Januari 2016) Ya ada yang apa mbak, kalo anu kan mudah bagi yang tau dan nanti kan commit mudah, to kalo user yang gatau kan sulit tho mbak sing

31 digilib.uns.ac.id 92 kerja bakti gah, anu wis ben wis dianu pak RT ya kadangkadang. Tapi ya nek bagi saya sendiri sih ya mudah untuk melaksanakan. (Hasil wawancara Sri Winarsih, warga RW 33, 26 Januari 2016) Dari semua kutipan wawancara di atas, kebanyakan mengatakan bahwa warga RW 33 menganggap mudah untuk memahami an melaksanakan kesepakatan program yang ada. Namun demikian ada satu warga yang mengatakan bahwa ada sedikit kesulitan saat menjalani salah satu kesepakatan program yakni kerja bakti, dikarenakaan ada beberapa orang yang terkadang tidak mau menjalankan kerja bakti sebagai salah satu program yang disepakati oleh masyarakat RW 33 sendiri. Secara keseluruhan, inovasi program Pemicuan Stop Jentik cukup mudah dipahami, namun untuk pelaksanaannya terkadang menemui kendala, seperti masalah susahnya mengumpulkan warga sepperti yang dialami oleh warga RW 14, seperti juga yang dikatakan oleh salah satu warga RW 33 meski hal itu lebih jarang terjadi di RW 33. d. Triability Karakteristik inovasi berikutnya adalah kemungkinan ujicoba. Menurut Rogers dalam Hanafi (1987: 156) triabilitas adalah suatu tingkat di mana suatu inovasi dapat dicoba dalam skala kecil. Atau dengan kata lain suatu inovasi yang dapat diujicobakan dalam setting sesungguhnya, umumnya akan lebih cepat diadopsi. Jadi agar semakin cepat diadopsi, suatu inovasi harus mampu menunjukkan keunggulannya.

32 digilib.uns.ac.id 93 Dalam penelitian ini, program Pemicuan Stop Jentik merupakan program yang dapat diujicobakan, karena program yang semacam ini Pemicuan Stop Jentik sudah pernah dilaksanakan sebelumnya di wilayah lain, yakni di daerah Lumajang, Jawa Timur. Hal ini ditulis oleh Arbai, seorang warga Lumajang dalam blog-nya, yang menjadi bagian dari program Pemicuan Stop Jentik di daerahnya. (Arbai, 17 November 2008) Juga seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa Program Pemicuan Stop Jentik ini terinspirasi dari program Stop BABS yang pernah diberlakukan oleh Dinas Kesehatan Surakarta sebelumnya di wilayah yang berbeda. Menurut Endah Wisnu Wardhani, B.Sc., Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Surakarta, Stop BABS yang juga merupakan program yang pernah ia lakukan sebelumnya sudah berhasil, itulah mengapa ia ingin mengaplikasikan program serupa dengan nama Pemicuan Stop Jentik, yang konsep, teknik dan modelnya hampir sama dengan Stop BABS (Buang Air Sembarangan). Seperti dalam kutipan wawancara berikut : Kalau di program saya di Stop BABS, itu kan program induknya namanya Program STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat), jadi Pemicuan itu memang ada di program STBM, di STBM itu targetnya ada 5. Kita sebutnya 5 pilar STBM. Itu memang awal-awal dari judul Pemicuan itu. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, jadi masyarakat supaya memenuhi sanitasi di rumahnya itu. Nah sanitasi di masingmasing keluarga itu ada 5 gitu lho, yaitu: 1. Stop BABS, berarti dia harus BAB di tempat yang benar, dia boleh membuat jamban sendiri, bisa juga ke jamban MCK umum. Nah ketika pemicuan, kalau STBM itu target pertama Stop BABS. Nanti commit ada pertemuan to user pemicuan-pemicuan lagi di

33 digilib.uns.ac.id 94 tempat yang lain. Jadi ada lagi, masyarakat dikumpulkan terus. Untuk supaya bisa ke lima pilar itu, yaitu : 1. Stop BABS, 2. Mencuci tangan dengan sabun, 3. Menggunakan air bersih/ pengelolaan air bersih, jadi di rumah itu harus tersedia cukup air untuk kebutuhan sehari-hari, 4. Air limbah yang benar. Kan air limbah harus ada saluran, terus ada apa lagi pokoknya yang memenuhi syarat, tidak di comberan gitu. Bukan sanitasi yang bnar kalau masih di comberan. 5. Yang terakhir sampah, yaitu pemilahan sampah antara yang organik dengan yang nonorganik. Jadi itu terus masyarakat ditambah satu satu gitu, dikumpulkan, di pendampingan terus, supaya mereka sampai mencapai 5 pilar. Itu targetnya 5, lha kalau ini kan kita sebenarnya baru jentik saja, nah jadi setiap kali pertemuan, jadi misalnya tadi mengumpulkan masyarakat, itu ya kita mengingatkan program kerja dia, karena target utamanya Jentik Bebas. Tadi dia dengan apa tho, penanaman serai, PSN, PJB, itu yang harus kita ingatkan. Karena itu kalau tidak diingatkan ya dia lupa. Jadi kalau ketika pertemuan, itu diingatkan. Apa hambatannya? Kok tidak bisa? Dicari hambatannya, kok tidak bisa berlangsung itu ada apa? Terus termasuk mungkin di-reaktualisasi itu. Bisa dipekecil, mungkin bisa ditambah, terserah masyarakat. Jadi memang harus diampingi terus, untuk membuat mereka tetap konsisten. Keberlangsungan itu memang harus dikawal. Kalau tidak dikawal ya putus. (Hasil wawancara Endah Wisnu Wardhani, B.Sc., Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan, 7 Oktober 2015) Pernyataan Endah Wisnu Wardhani, B.Sc sebagai Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan juga didukung dan ditambahkan oleh drg. Efi Setyawati Pertiwi yang mengatakan penyebab tim Penyehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Surakarta memilih menggunakan metode Pemicuan Stop Jentik sebagai inovasi, karena sebelumnya ada program Stop BABS yang dinilai menarik dan berhasil. Sebetulnya gini, yang mengawali ini kan sebenarnya kita melihat model Pemicuan Stop BABS. Saya melihat polanya itu, saya datang kemudian polanya menarik menurut saya. Wah ini menarik kalau diterapkan di Demam Berdarah. Karena aktu itu yang teribat commit tidak to hanya user ibu-ibu, malah mayoritas bapak-

34 digilib.uns.ac.id 95 bapak. Bapak-bapak dengan lesehan, terus masing-masing itu nggambar, kan satu RW itu di RT nya sendiri-sendiri nggambar, Oo ini RT ini, RT ini. Terus nulis permasalahan. Kalau BABS kan terus permasalahan misalnya opname karena diare, opname karena apa, gitu kan ada. Nah seperti itu, terus nanti ada itu kesimpulan, terus ada kesepakatan, terus ada tindak lanjutnya mau apa, terus nanti kita pertemuan lagi untuk mengevaluasi, melakukan tindak lanjut ini itu kapan, itu diputuskan. Lha itu saya melihat hanya sekali, tapi bagi saya itu sangat bagus kalau bisa diterapkan di Demam Berdarah, dalam sosialisasi maksudnya. Hanya kendalanya, pemicuan ini memang ada di fasilitator. Kalau fasilitatornya tidak bisa menyampaikan, gitu. Tapi kalau bisa menyampaikan, apalagi dengan mode bermain itu tidak terasa lho. Ternyata waktu satu jam atau dua jam itu kok cepet banget waktunya. Dan itu benar-enar melibatkan warga. Kita itu sebenarnya lebih ke arah pasif. Jadi mereka yang memutuskan sendiri, kita memancing saja. Namanya aja memicu. Jadi kita menunggui sambil meluruskan, kalau ada yang meleneng gitu kita luruskan. Jadi kita tidak mendikte, oh bapak ibu harus begini, itu tidak. Jadi mereka akan memutuskan sendiri karena mereka sadar, bahwa kita harus melakukan tindakan seperti ini karena keadaanya sudah seperti ini, gitu... (Hasil wawancara drg. Efi Setyawati Pertiwi, Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2 Oktober 2015) Dengan demikian sudah dapat dilihat dari pernyataan di atas bahwa program Pemicuan Stop Jentik merupakan inovasi yang memiliki karakteristik dapat diujicoba, karena sudah pernah diujicoba di daerah lain atau bahkan di daerah Surakarta sendiri namun dengan nama program dan tujuan yang berbeda, meski demikian konsep, teknik, dan model yang digunakan serupa, yakni dengan cara memberdayakan masyarakat dengan cara memicu. Program tersebut bernama Stop BABS (Buang Air Besar Sembarangan).

35 digilib.uns.ac.id 96 e. Observability Observability atau observabilitas adalah sejauh mana hasil suatu inovasi dapat dilihat oleh orang lain. Observabilitas ini juga berbanding lurus dengan proses adopsi. Semakin mudah bagi individu untuk melihat hasil dari suatu inovasi, semakin besar kemungkinan mereka untuk mengadopsi. Untuk inovasi program Pemicuan Stop Jentik ini, masyarakat bisa langsung mengamati dan menilai hasil yang dicapai sejak adanya Pemicuan Stop Jentik. Hasil progress sejak diterapkannya program Pemicuan Stop Jentik bisa dilihat dari adanya laporan dari masyarakat ke Puskesmas, ada juga dari hasil nyata di lingkungan yang bisa dirasakan langsung oleh adopter. Namun bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan belum memperoleh jawaban apakah hasil dari penerapan Program Pemicuan Stop Jentik tersebut hasilnya sudah bisa dirasakan masyarakat atau belum. Seperti yang diungkapkan dalam hasil wawancara berikut : Kembali lagi kalau soal seperti itu, masyarakat yang bisa merasakan nanti. Bisa ditanya oleh pihak ketiga atau nanti bisa dilihat dari hasil lomba. Salah satu kegiatan yang dilombakan itu kan..ee.. besok itu waktu lomba itu ditanya Bu, mpun ngertos BHT dereng? BHT niku napa?, terus misalnya ditanya gitu, atau ditanya Bu, wingi tumut Pemicuan mboten? Terus pripun Bu menurut panjenengan?, kan gitu nanti, kalau kemarin kan setiap kita evaluasi kita tidak ngundang pesertanya itu. Jadi kita ketemunya hanya dengan dua orang perwakilan yang dari kader. (Hasil wawancara drg. Efi Setyawati Pertiwi, Kepala Bidang P2PL, 2 Oktober 2015)

36 digilib.uns.ac.id 97 Lomba yang dimaksud dalam wawancara di atas adalah Lomba Kebersihan Bebas Jentik yang dilaksankan oleh Dinas Kesehatan Surakarta bekerjasama dengan Rotari, untuk salah satu tujuannya sebagai media untuk memotivasi masyarakat agar menjaga kebersihan lingkungannya agar terhindar bahaya demam berdarah. Tentu saja ini dianggap moment penting bagi Dinas Kesehatan Surakarta untuk menjadi media pendukung keberhasilan program Pemicuan Stop Jentik. Dari kutipan wawancara drg. Evi Setyawati di atas dapat diketahui bahwa Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Surakarta membutuhkan pihak ketiga untuk meneliti hal itu. Kemudian saat peneliti mewawancarai langsung kepada masyarakat, mereka sepakat mengatakan bahwa dari keberadaan inovasi program Pemicuan Stop Jentik bisa dilihat dan diamati hasilnya. Meski yang dikatakan oleh warga RW 14 dan RW 33 berbeda, mereka mengatakan bahwa sejak adanya Program Pemicuan Stop Jentik ada sedikit perubahan yang bisa dilihat hasilnya. Meski untuk RW 14 lebih sedikit perubahannya daripada RW 33.

37 digilib.uns.ac.id 98 RW 14 Warga RW mengatakan bahwa perubahan yang bisa dilihat dan dirasakan oleh masyarakat sendiri maupun masyarakat lain hanya sedikit sejak diterapkannya program Pemicuan Stop Jentik. Iya, itu tanya saja ke Puskesmas, kan ada grafiknya tho dek. Kan kita setiap dua minggu sekali laporan ini tadi, dikasih ke Pukesmas, Puskesmas laporannya ke DKK. Kan bisa dilihat dari situ. (Hasil wawancara Rahyuni, Kader utama RW 14, 7 Januari 2016) Iya ada paling sedikit, tapi kesadarannya itu kurang. Karena faktor apa ya? Tapi sekarang kayake lebih cuek gitu lho mbak. Kesadaran e yo...ndak tau ya. (Hasil wawancara Sih Dwi Rahayu, Kader pendukung RW 14, 15 Januari 2016) Kalau di sini ya bisa dikatakan bisa ya bisa, dikatakan enggak ya bisa. Susah dibilangi, kebunnya juga banyak, banyak yang nggak ada yang punya. Terus apa-apa kan juga di kebun. Orangnya susah-susah. Memang kalau kamar mandi itu bersih, tapi yang lain-lainnya ya itu. Susah, ngaruhnya juga...apa ya? Nggak ada kayaknya, masih gitugitu saja. (Hasil wawancara Dewi Mardikaningsih, Kader pendukung RW 14, 16 Januari 2016) Bisa dilihat dari kutipan wawancara di atas bahwa perubahan yang terjadi di warga RW 14 masih kurang signifikan, dan grafik dari perubahan tersebut bisa dilihat di Puskesmas sebagai rekapan dari laporan-laporan sejak diterapkannya Pemicuan Stop Jentik di masyarakat. RW 33 Yang terjadi di RW 33 sedikit berbeda dengan yang terjadi di RW 14. Perubahan yang dapat dilihat dan dirasakan baik oleh masyarakat internal maupun eksternal cukup signifikan, bahkan menjadikan tanda

38 digilib.uns.ac.id 99 tanya bagi masyarakat eksternal atau warga masyarakat di luar RW 33 Kelurahan Kadipiro tentang apa yang dikerjakan oleh masyarakat RW 33 dan mengapa bisa berubah cukup signifikan. Penjelasan tentang tersebut diungkapkan oleh kader pendukung RW 33, Sunarti berikut : Ya terutama kan bisa dilihat dari hasil lomba bebas jentik kemarin itu. Terutama kan RW 33 itu kan sudah menang nggih, dari RW 5 Oh RW 33 itu menang lomba pasti ada istimewanya, kenapa RW 5 nggak dapat juara tapi RW 33 kok malah dapat?, seperti itu. Jadi dia malah mencari, mencari apa yang ada di RW 33 seperti itu, bagaimana caranya. Kadang saya ditanya, RW 33 itu programnya apa, kegiatannya apa ya, kok bisa juara? Gitu lho mbak. Ada yang tanya seperti itu, ya kita jawab saja apa adanya seperti itu nggih. Karena saya seringnya ke kelurahan nggih, dari temen-temen kan sudah deket itu, langsung secara ngomongngomong ngoten nggih, tanya RW 33 kok iso dadi menang?, ngoten. Anu istimewanya apa. Kalau saya optimis nggih memang sudah bisa dilihat perubahannya, apalagi oleh masyarakat luar RW 33, dia memang ingin nggih belajar dari sini ya, seperti menanyakan sanitasi RW 33 itu gimana seperti itu. Ya itu karena kita kan seperti sudah seringnya bertemu, jadi ngomong-ngomong itu ya seperti ngobrol biasa tapi dia menanyakan hal-hal seperti itu. Itu nggih. (Hasil wawancara Sunarti, Kader pendukung RW 33, 22 Januari 2016) Tanggapan Sunarti ini juga didukung dan ditambahkan oleh pendapat Andreas Sunarima sebagai tokoh masyarakat yang juga mengatakan hal yang senada. Seperti dalam kutipan wawancara berikut:

39 digilib.uns.ac.id 100 Yang paling frontal ya korbannya nol itu. Hanya itu. Tapi di samping itu, ee.. mungkin karena ada 2-3 kali kalau dikasih tau sama kader Posyandunya PKK-nya biasanya nggak mau tau, lha mungkin terjadi itu jadi bersih-bersih. Misalkan kan kadang ada yang rumah-rumah itu terus, yang ada jentiknya kok rumah-rumah itu kok, lha nanti kan terus kesepakatan kemarin kan kalau 2-3 kali katanya moro nunggoni nguras, gitu. Lha sekarang tidak terjadi. Sampai sekarang tidak terjadi, kan itu berarti sudah ada perubahan. Kalau perubahan di lingkungan itu ya..sekarang itu eem..kebun-kebun kosong itu nggak begitu ee..tidak terawat gitu lho. Kalau dulu sebelum ada pemicuan itu kebun-kebun kosong itu banyak, kelihatan nggak terawat gitu. Sekarang kan minimal ya padang gitu, sejak ada kerja bakti itu. (Hasil wawancara Andreas Sunarima, tokoh masyarakat RW 33, 27 Januari 2016) Warga yang mengikuti Program Pemicuan Stop Jentik maupun yang tidak mengikuti pun mengungkapkan hal yang serupa, seperti yang diungkapkan oleh Titik Harini, Sularmi, dan Sri Maryani sebagai berikut : Nggih kadose nggih wonten perubahan, kan niku bak mandi-bak mandi niku kan luwih asring dikuras, terus asring kerja bakti niku. Bersih-bersih. Ndek mben ngarep niki runggut banget, sakniki mpun lumayan bersih. Kan ada perbedaannya berarti. Dulu sebekum ada kerja bakti, nggak pernah dibersihin, sampe numpuk, gelap. (Hasil wawancara Titik Harini, warga RW 33, 26 Januari 2016) Enten perubahan e. Perubahane nggih nek diaturi kerja bakti nggih terus kerja bakti, mriki gampil kok mbak. Dalan-dalan nggih resik, merga kerja baktine niku. (Hasil wawancara Sularmi, warga RW 33, 26 Januari 2016) Nggih sakderenge dereng dianu nggih kan sih anu mbak selokan-selokan dalan-dalan belum ditutup itu kan yo belum bersih. Sekarang kan itu pinggirannya udah dibersihkan, sudah nggak ada. Sejak ada kerja bakti rutin itu. (Hasil wawancara Daryani, warga RW 33, 26 Januari 2016) Ya jadi berbeda, masyarakat kan jadi itu mbak selalu bersih-bersih commit tentang to user apa selokan, air-air yang

40 digilib.uns.ac.id 101 menggenang, di pot-pot itu. Gitu kan. (Hasil wawancara Sri Maryani, warga RW 33, 26 Januari 2016) Dari semua kutipan wawancara di atas terlihat bahwa warga RW 33 merasakan adanya perubahan yang dapat dilihat dan dirasakan baik oleh mereka sendiri maupun oleh masyarakat eksternal. Ini berarti, inovasi Program Pemicuan Stop Jentik memiliki sifat observabilitas meskipun di masing-masing kelompok adopter memiliki hasil yang sedikit berbeda mengenai tingkat signifikansi peribahan yang dapat dilihat dan dirasakan. 2. Saluran Komunikasi Komunikasi menurut Rogers (1983: 5) merupakan proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan untuk tercapainya suatu tujuan komunikasi. Sedangkan yang dimaksud saluran komunikasi adalah sarana atau perantara yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan. Biasanya saluran komunikasi ini berupa media atau alat untuk penyampaian pesan. Secara konseptual, ada tiga macam saluran komunikasi yaitu saluran antar pribadi, media massa dan forum media yang dimaksudkan untuk menggabungkan keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh saluran antar pribadi dan media massa (Mardikanto, 2010: 127). Berdasarkan hasil penelitian difusi inovasi program Pemicuan Stop Jentik hanya menggunakan saluran komunikasi interpersonal dan komunikasi kelompok. BHT (Bersihkan lingkungan, Hindari gigitan nyamuk, dan Tingkatkan daya tahan commit tubuh), to pengembangan user dari 3M Plus yang

41 digilib.uns.ac.id 102 merupakan program baru dari Dinas Kesehatan yang juga ingin disampaikan ke masyarakat pun juga baru hanya disampaikan melalui Pemicuan Stop Jentik ini, belum sampai dikomunikasikan melalui media massa. Namun untuk khusus BHT, sudah dikomunikasikan juga melalui media nirmassa yakni spnduk dan poster. a. Saluran antar pribadi dan Kelompok Komunikasi antar pribadi menurut Deddy Mulyana (2010: 81) adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap-muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara vebal maupun nonverbal. Singkatnya, komunikasi antar pribadi yang dimaksud adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara bertatap muka. Menurut sifatnya, komunikasi antar pribadi dapat dibedakan atas dua macam, yaitu komunikasi diadik dan komunikasi kelompok kecil. Komunikasi diadik adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka. Biasanya dapat dilakukan melalui tiga bentuk yaitu percakapan, dialog, dan wawancara. Sedangkan komunikasi kelompok kecil adalah proses komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka, dan anggota-anggotanya saling berinteraksi satu sama lain. Saluran komunikasi antar pribadi dalam pendifusian program Pemicuan Stop Jentik adalah melalui kedua jenis saluran komunikasi

42 digilib.uns.ac.id 103 antar pribadi di atas, yakni saluran komunikasi diadik dan komunikasi kelompok kecil. i. Komunikasi Diadik Pendifusian program Pemicuan Stop Jentik dilakukan secara bertahap dari innovator bisa sampai ke adopter. Dan tidak semua warga mengikuti berlangsungnya acara Pemicuan Stop Jentik, maka untuk bisa sampai hasil dari program Pemicuan Stop Jentik ini bisa disepakati bersama dan mau diadopsi oleh masyarakat lain, perlu adanya komunikasi secara nonformal. Hal ini dilakukan secara personal, biasanya dengan cara seorang tokoh masyarakat atau kader berkunjung ke rumah warga, kemudian membicarakan soal apa yang harus dilakukan dan menanyakan apa permasalahan yang dialami berkaitan tentang kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat dalam program Pemicuan Stop Jentik. Seperti yang telah diungkapkan oleh kader kesehatan di RW 33 sebagai berikut : Lha iya kalau saya mungkin seperti ini tadi nggih, saya nglenthong (berkunjung) kesini, terus bicara seperti ini-iniini. Jadi lebih enak seperti itu ngajaknya di masyarakat. Mungkin dua periode nggih saya itu jadi ketua PKK RT, jadi mungkin warga juga sudah tahu nggih karakter saya, saya sudah tahu semua warga RT saya, orangnya harus diajaknya seperti ini, seperti ini nggak usah yang terlalu ngoyo-ngoyo seperti itu, bisa diajak bercanda, jadi mudah. Jadi nggak ada perbedaan saya di situ nggak ada, saya nggak mengatasnamakan ketua PKK itu enggak. Yaudah bicara saja apa adanya, jadi dia bicara juga enak, nggak ada yang merasa riskan itu enggak nggih, seperti teman aja, karena ya mungkin karena seringnya bergaul dengan mereka itu nggih, jadi biasa. (Hasil wawancara Sunarti, kader pendukung RW 33, 22 Januari 2016)

43 digilib.uns.ac.id 104 Sing biasane nggak mau bersih-bersih, dibilangi sambil ngobrol-ngobrol, rekae dolan lah, pura-pura e dolan, mbok iki dingenekke wae nek ra kanggo, apa disimpen, atau mbok iki nek ra kanggo mbok banyune dibuang wae mbah?, saya gitu, dadine ora langsung nyuruh gitu enggak, alon-alon. (Hasil wawancara Marini, kader utama RW 33, 20 Januari 2016) Senada juga yang dijelaskan oleh kader kesehatan RW 14, Rahyuni, yang juga menggunakan komunikasi diadik dengan cara nonformal, yakni berkunjung ke rumah warga yang ingin diberi informasi atau ditanya mengenai suatu hal tentang kesepakatan program demi kesehatan warga....saya ke rumahnya kan sudah tahu, jadi tanggapannya kan baik, yang penting kita baik kan dia juga baik. Sebenarnya kita dilihat itu dari ngomong dek. Kalau kita cara ngomongnya enak didengar, orang pasti mau. (Hasil wawancara Rahyuni, kader utama RW 14, 7 Januari 2016) Komunikasi diadik yang tergolong dalam komunikasi antar pribadi atau interpersonal ini memang lebih efektif untuk mempengaruhi audiens. Hal itu juga yang dikatakan oleh Rogers dalam Hanafi (1987: 120) yang menyatakan bahwa saluran interpersonal lebih penting peranannya pada tahap persuasi. Itulah sebabnya komunikasi antar pribadi ini dipilih untuk salah satu saran pendifusian program Pemicuan Stop Jentik karena dirasa lebih tepat mempengaruhi audiens atau calon adopter. ii. Komunikasi Kelompok Kecil Komunikasi kelompok kecil ini oleh Deddy Mulyana (20110: 82) disebut sebagai komunikasi kelompok, yang merujuk pada small

44 digilib.uns.ac.id 105 group communication, dan bersiat tatap muka. Dan umpan balik dari seorang peserta dalam komunikasi kelompok masih bisa diidentifikasi dan ditanggapi langsung oleh peserta lainnya. Komunikasi kelompok kecil ini dilakukan baik secara formal maupun nonformal. Komunikasi kelompok kecil formal dilakukan ketika pengenalan Pemicuan Stop Jentik yang diikuti oleh perwakilan bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dan pihak Puskesmas sebagai fasilitator dan warga setempat yang menjadi pendengar, namun keduanya saling berinteraksi. Seperti yang diungkapkan oleh Ya otomatis itu kelompok. Mereka kan hanya sekelompok orang yang memang kita lakukan suatu proses pembelajaran yang intensif, dan kita semuanya saling memberikan pendapat, saling interaksi lah istilahnya. (Hasil wawancara Endah Wisnu Wardhani, Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan, 7 Oktober 2015) Selain itu, komunikasi kelompok juga dilakukan pada saat keberjalanan kesepakatan program di masyarakat. Komunikasi kelompok ini kemudian dilanjutkan pada saat pertemuan-pertemuan di Kelurahan, PKK, RT, RW, maupun Dawis. Sedangkan komunikasi kelompok kecil nonformal dilakukan dengan cara menyelipkan pembahasan mengenai kesepakatan program Pemicuan Stop Jentik di sela-sela perbincangan santai dengan tetanggatetangga sekitar. Seperti yang diungkapkan oleh beberapa narasumber berikut :

45 digilib.uns.ac.id 106 Pertemuan RW itu kan terdiri dari bapak RT-RT dan pengurus termasuk bendahara dan sekretarisnya. Ya mestinya kan disampaikan ke waktu pertemuan PKK Bapak-Bapak RT masing-masing. Ya tetep disampaikan, mestinya tetep disampaikan. Bahkan saya pun kalau di PKK RW, ibu-ibu kan juga ada sendiri. Itu juga disampaikan. Bahwa kita ada acara ini, ini, ini. Tolong kita sebagai RT, selain RT kita juga sebagai kader, ya tetep harus menganjurkan itu. (Hasil wawancara Rahyuni, Kader utama RW 14, 7 Januari 2016) Kita ada setiap pertemuan RW, kita melakukan semacam evaluasi, evaluasi itu baik dari kita secara pribadi, atau mungkin himbauan dari kota... Atau juga setiap satu bulan sekali kita ada pertemuan di kelurahan. Nah pertemuanpertemuan itu kan membahas permasalahan-permasalahan apa yang perlu disampaikan ke masyarakat, termasuk masalah kesehatan, DB mungkin, pendidikan dan lain-lain juga. Nah dari situ kita juga membahas bagaimanabagaimananya emm kesepakatan di pemicuan itu berjalan atau enggaknya. (Hasil wawancara Priyadi, Ketua RW 33, 22 Januari 2016)...kalau saya ke Dawis nggih, di Dawis itu ada pertemuan, ya kita bicara di situ. Yang enak-enak saja, nggak usah terlalu formal, tapi kalau memang harus penting, harus ada yang perlu distop di situ ya kita bicaranya juga harus benerbener tegas. (Hasil wawancara Sunarti, Kader pendukung RW 33, 22 Januari 2016) Dari semua kutipan wawancara di atas bisa disimpulkan bahwa komunikasi kelompok terjadi tidak hanya sekali, namun dilakukan secara berkala dan kontinyu setiap ada pertemuan. b. Media Massa Untuk saluran komunikasi media massa, yang digunakan dalam pendifusian program Pemicuan Stop Jentik tidak dilakukan. Namun BHT (Bersihkan lingkungan, Hindari gigitan nyamuk, dan Tingkatkan daya tahan tubuh) yang merupakan pokok utama yang juga

46 digilib.uns.ac.id 107 disampaikan pada saat acara Pemicuan Stop Jentik berlangsung sebagai pedoman pelaksanaan program kesepakatan, dipasang dan ditulis dalam spanduk yang dalam pemasangannya pun melibatkan tim pemicu untuk sebagai bahan pertimbangan. Seperti yang diungkapkan drg. Efi Setyawati Pertiwi, Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) berikut :...sebelum masang spanduk itu kan saya mau merencanakan spanduknya seperti ini, apa perlu ndak pakai spanduk? Dipasang di wilayahnya itu perlu ndak? (Hasil wawancara drg. Efi Setyawati Pertiwi, Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2 Oktober 2015) Bisa dikatakan bahwa pihak P2PL Dinas Kesehatan Surakarta bagus dalam pelibatan masyarakat tim pemicu, khususnya dalam hal ini adalah pelibatan dalam pertimbangan pemilihan saluran komunikasi. 3. Jangka Waktu Jangka waktu merupakan proses keputusan inovasi dari mulai seseorang mengetahui, sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Rogers dalam Hanafi (1987: 30) mengatakan bahwa untuk mengukur dimensi waktu dalam difusi inovasi adalah tempo kecepatan adopsi, yaitu kecepatan relatif penerimaan inovasi oleh sistem sosial. Kecepatan adopsi biasanya diukur berapa lamanya jangka waktu yang dibutuhkan oleh sekian persen anggota masyarakat untuk mengadopsi inovasi.

47 digilib.uns.ac.id 108 Maka indikator yang digunakan peneliti untuk mengukur jangka waktu dalam Program Pemicuan Stop Jentik adalah pada tahap pengambilan keputusan (decision) atau masa pelaksanaan, yaitu lama waktu yang dibutuhkan seseorang untuk menerapkan kesepakatan program yang disepakati bersama pada launching Program Pemicuan Stop Jentik dalam sistem sosial, sejak sosialisasi atau launching program Pemicuan Stop Jentik. Program Pemicuan Stop Jentik mulai di-launching dan diperkenalkan kepada masyarakat pada bulan Juli, seperti dalam kutipan wawancara berikut : Baru kemarin bulan Juli kita coba memperkenalkan ke masyarakat. (Hasil wawancara Endah Wisnu Wardhani, Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan, 7 Oktober 2015). Pada bulan Juli tersebut juga masyarakat menentukan kesepakatan program yang akan mereka lakukan sebagai wujud dari keberlanjutan program Pemicuan Stop Jentik. Namun masyarakat tidak saat itu juga mulai menerapkan kesepakatan yang mereka buat. Masing-masing kelompok masyarakat, yakni warga RW 14 ddan RW 33 memiliki jangka waktu yang berbeda untuk sampai pada tahap pengambilan keputusan yang ditandai dengna mulai diterapkannya kesepakatan program sejak dimulainya acara Pemicuan Stop Jentik. Secara keseluruhan, program Pemicuan Stop Jentik sudah berjalan selama enam bulan semenjak diperkenalkannya program Pemicuan Stop Jentik sampai peneliti melakukan penelitian di masyarakat. Berikut adalah

48 digilib.uns.ac.id 109 perbedaan jangka waktu yang diperlukan untuk pengadopsian program Pemicuan Stop Jentik antara warga RW 14 dengan RW 33. RW 14 Warga RW 33 secara umum menerima program Pemicuan Stop Jentik, dan jangka wkatu untuk menjalankan kesepakatan program adalah dua minggu. Sejak diadakannya pemicuan pada tanggal 14 Juni untuk di RW 14, warga mulai menjalankan kesepakatan program adalah di minggu pertama bulan Juli. Hal ini ditandai dengan mulainya melakukan pemeriksaan jentik lebih intens, sebulan dua kali dan rekapan laporannya pun menjadi 3 laporan, yakni laporan pemeriksaan jentik dwi mingguan sebanyak dua laporan (minggu I+II dan minggu III+IV) dan laporan global untuk yang satu bulan sekali. Seperti yang diungkapkan oleh kader utama RW 14, Rahyuni berikut : Sebelum Pemicuan itu bulan...juni, iya bener Juni. Kan ini sejak ada Pemicuan saya bikinnya 3 laporan, ini yang dua mingguan, ini yang sebulan sekali. (Hasil wawancara Rahyuni, Kader utama RW 14, 7 Januari 2016) Namun demikian hanya beberapa program yang bisa dilaksanakan pada jangka waktu tersebut. Karena dari empat kesepakatan program yang dibuat, ada satu yang belum dilaksanakan hingga penelitian ini dilakukan. Seperti yang diungkapkan oleh kader pendukung, Sih Dwi Rahayu berikut:

49 digilib.uns.ac.id 110 Ini nih, setiap pertemuan misale rapat RT, RW, PKK itu digalakkan atau didengungkan terus tentang PSN. Terus kerja bakti dua minggu sekali, terus PJB kader dua minggu sekali, terus pemberian abate. Kesepakatannya itu. Kalau untuk kerja bakti sih rata-rata emang nggak. Tapi Kerja bakti itu adanya kalau mau ada event apa gitu biasanya baru ada. Berarti itu kan untuk warganya semua, untuk dua minggu sekali kayaknya angel banget. (Hasil wawancara Sih Dwi Rahayu, Kader pendukung RW 14, 15 Januari 2016) Bisa dikatakan bahwa Program Pemicuan Stop Jentik diterima di masyarakat RW 14 dalam jangka waktu yang tiddak terlalu lama, hanya dua minggu. Namun demikian ada satu program yang belum bisa terlaksana hingga penelitian ini dilakukan, yakni pelaksanaan kerja bakti dua minggu sekali. RW 33 Untuk jangka waktu pengadopsian program Pemicuan Stop Jentik di RW 33 yang ditandai dengan pengambilan keputusan dimulainya menjalankan kesepakatan program, RW 33 sedikit berbeda dengan jangka waktu yang dialami oleh warga RW 14. Jangka waktu pengadopsian program Pemicuan Stop Jentik di kelompok masyarakat RW 33 sedikit lebih cepat, berkisar waktu satu minggu sejak dilaksanakannya pemicuan. Langsung kok mbak. Ya paling satu mingguan lah, pas habis ada pemicuan itu kan kader langsung menginformasikan ke pertemuan-pertemuan yang ada. Ya terus satu minggu kemudian mulai lah itu dilakukan. Yang kerja baktinya itu malah semangat yang datang mbak, kita kan bergantian tempatnya. (Hasil wawancara Priyadi, ketua RW 33, 22 Januari 2016)...rencanane kerja bakti itu sebulan sekali minggu pertama oleh semua warga, PJB dua minggu sekali oleh kader per RT, tapi saya melaksanakannya commit to per user minggu, wis ben do sregep resik-

50 digilib.uns.ac.id 111 resik, terus jika ada salah satu warga yang sering ada jentiknya, kader lapor ke Pak RT. Lha Pak RT itu biar menunggui warga yang bersangkutan untuk membersihkan. Begitu, kemarin Rencana Tindak Lanjutnya itu. Ya Alhamdulillah nggak sampai kejadian, yang ini lho, jika ada salah satu warga yang sering atau tiga kali berturut-turut ada jentiknya dikuras ditungguin Pak RT, itu sampai sekarang belum ada, ya mudah-mudahan saja nggak ada, begitu. Kalau yang PJB, itu sudah berjalan, kerja bakti juga sudah berjalan. (Hasil wawancara Marini, Kader utama RW 33, 20 Januari 2016) Dari kutipan di atas terlihat bahwa jangka waktu yang dibutuhkan oleh warga dalam pengambilan keputusan pengadopsian program Pemicuan Stop Jentik hanya satu minggu dan semua rencana tindak lanjut atau kesepakatan yang dibuat sudah terlaksana. Dari hasil wawacancara di atas, dapat disimpulkan bahwa jangka waktu yang dibutuhkan untuk pengadopsian di kedua RW, antara RW 14 dan RW 33 tidak sama. Terkait dengan tahap pengambilan keputusan, semua warga yang diwawancarai mengatakan setuju dengan adanya program Pemicuan Stop Jentik, namun demikian dalam penerimaannya berbeda-beda, ada yang langsung menerima dan ada yang acuh terlebih dahulu dan banyak pertimbangan. Hal tersebut dikarenakan ada hambatan bagi pihak yang belum melaksanakan program Pemicuan Stop Jentik dengan baik. Hal ini dipengaruhi oleh faktor pendukung dan faktor penghambat seperti dalam uraian berikut: a. Faktor Pendukung Faktor pendukung merupakan semua hal yang memperlancar jalannya arus difusi dari komunikator kepada masyarakat dan pengadopsiannya. Faktor commit pendukung to user tersebut bisa dari intern

51 digilib.uns.ac.id 112 komunikator dan komunikan maupun faktor ekstern dari keduanya. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan beberapa faktor pendukung, diantaranya : 1. Bahasa yang digunakan oleh petugas dalam menjelaskan materi mudah untuk dimengerti karena mereka sebagian besar menggunakan bahasa Jawa yang merupakan bahasa sehari-hari penduduk setempat. 2. Adanya dukungan dari Kepala Dinas Kesehatan, pihak kelurahan, serta dari Puskesmas dan kader. 3. Keingintahuan masyarakat menganai program baru tentang Demam Berdarah karena merasa daerahnya endemis DB. 4. Peran tokoh masyarakat dan kader yang mampu mempengaruhi sikap dan perilaku warga. Masyarakat sudah mulai sadar bahwa kebersihan merupakan modal utama dari terciptanya kesehatan terutama bebas Demam Berdarah. Hal ini juga yang menjadi pendukung pendifusian dan pengadopsian program Pemicuan Stop Jentik. Seperti dalam kutipan wawancara berikut : Faktor pendorong ya..kesadaran masyarakat akan takutnya DB. Makanya masyarakat sendiri antusias sekali jaga kebersihan, di samping itu ujung tombak dari terdepan itu saya kira ibu-ibu kader PKK Posyandu itu nomor satu. Karena yang usul kan kemarin sebulan jentik e wis mabur, lha kalau dua minggu kan jentiknya belum. Lha, tapi ya ini terimakasih ternyata sudah jalan dua minggu. (Hasil wawancara Andreas Sunarimo, tokoh masyarakat RW 33, 27 Januari 2016)

52 digilib.uns.ac.id 113 Faktor pendukung ya itu, kalau daerah endemis kan banyak kasus, kan kalau banyak kasus berarti masyarakat ingintahunya itu juga tinggi. Itu, terus kalau dari sisi bahasa, ada persamaan bahasa, audiens dengan yang menyampaikan sama-sama orang Jawa, itu kan pemahamannya akan lebih mudah. Coba kalau yang menyampaikan orang luar Jawa, yang sama sekali tidak tahu bahasa Jawa dan tidak tahu tata krama bahasa Jawa, itu akan ada pengaruh juga. Kebetulan ini kemarin yang teribat orang Jawa semua. Kalau dari sisi mekanis, ada dukungan dari Kepala Dinas Kesehatan, ada dukungan dari pihak kelurahan, serta dari Puskesmas dan kader juga. Jadi kader itu juga mendukung. (Hasil wawancara drg. Efi Setyawati Pertiwi, Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2 Oktober 2015) Ya apa ya mbak ya ternyata DB itu memang benar-benar suatu penyakit yang eh apa iku jenenge, hmm penyakit yang menakutkan. Malah bapak Puskesmas itu bilang kalau DB itu malah melebihi AIDS gitu. Soale nek AIDS kana ada jangka waktunya untuk meninggal, lha nek DB kan sewaktu-waktu kan bisa, dalam waktu 3 hari, 7 hari belum sembuh kan bisa saja meninggal. Makanya itu kebersihan lingkungan sangatsangat dijaga untuk itu. (Hasil wawancara Sri Maryani, warga RW 33, 26 Januari 2016)...karena warga juga tau, mudah membersihkan rasah dioyakoyak, oh ki wis anu ngoten kan dah terbiasa, dah sadar (Hasil wawancara Sri Winarsih, warga RW 33, 26 Januari 2016) Supados ngerti, ngertos ngoten. Ohh demam berdarah nek ngeten iki ngeten iki ngoten iku ben mboten terkena pripun. (Hasil wawancara Daryani, warga RW 33, 26 Januari 2016) Peneliti menemukan beberapa faktor pendukung dalam pengadopsian program Pemicuan Stop Jentik pada warga RW 33, beberapa warga RW 33 mampu mengungkapkan faktor yang mendukung pengadopsian mereka sebagai warga RW 33 seperti pada beberapa kutipan wawancara di atas. Namun untuk warga RW 14, peneliti tidak mendapatkan data faktor pendukung yang mampu diungkapkan oleh warga commit RW 14. to user Hanya ketua RW 14 saja dan kader

53 digilib.uns.ac.id 114 utama RW 14 saja, Rahyuni yang mampu memberikan data faktor pendukung pengadopsian program Pemicuan Stop Jentik, seperti dalam kutipan berikut: Faktor pendorongnya ya kerja keras dari tiap kader itu saja, Grenteh e kader-kader itu aja untuk membina masyarakatnya. Itu aja. Memang kalau tidak selalu diberikan ya..yang namanya orang ya lali. Tapi karena kader-kadernya itu ya..mau setiap saat ngelingke, nah itu kan menjadikan berhasil. (Hasil wawancara Suparmo, Ketua RW 14, 20 Januari 2016) Ya kerjasama antar kader, kerjasama antar warga, kerjasma antara kader dan warga maksudnya, yang penting itu, sama kesadaran. Yang penting itu kesadaran individu, kalau nggak ada kesadaran ya nggak bisa. (Hasil wawancara Rahyuni, Kader utama RW 14, 7 Januari 2016) Menurut data yang diperoleh peneliti, warga RW 14 dan kaderkader kesehatan RW 14 yang lainnya lebih mudah ketika diminta memberikan keterangan mengenai faktor penghambat atau kendala daripada memberikan keterangan perihal faktor pendukung. Selanjutnya akan dibahas pada sub topik berikutnya. b. Faktor Penghambat Dalam setiap proses difusi inovasi pastilah ada faktor penghambat yang membuat proses difusi dan adopsi suatu inovasi menjadi berjangka waktu cukup lama. Inovasi akan lebih lama diadopsi oleh masyarakat apabila banyak faktor penghambat. Dalam proses adopsi program Pemicuan Stop Jentik, ada beberapa penghambat yang dianggap cukup membuat adopsi terhadap program Pemicuan Stop Jentik lebih lama dan terganggu.

54 digilib.uns.ac.id 115 Sama seperti faktor pendukung, faktor penghambat pun bisa dari intern komunikator dan komunikan maupun faktor ekstern dari keduanya. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan beberapa faktor penghambat dalam pendifusian dan pengadopsian Program Pemicuan Stop Jentik, diantaranya : 1. Fasilitator yang kurang berkompeten untuk memicu masyarakat. 2. Belum kompaknya antara pihak-pihak internal dari innovator untuk mendifusikan program Pemicuan Stop Jentik. Faktor-faktor di atas adalah penghambat yang berasal dari internal komunikator atau innovator. Seperti dalam kutipan wawancara berikut : Hanya kendalanya, pemicuan ini memang ada di fasilitator... Lalu ya karena belum semua orang memahami di internal Dinas Kesehatan ini belum semua memahami dan belum semua mendukung, kalau Kepala Dinasnya sudah mendukung, tau persis. Tapi kalau yang lainnya itu belum memahami, belum mendukung penuh karena belum memahami. Jadi kan perlu disosialisasikan ke teman-teman internal Dinas Kesehatan. Kemudian dana, karena bagaimana pun kan mesti harus pakai dana. Kita belum punya cara kalau tidak ada dana namun itu acara harus tetap terlaksana itu kita belum punya. (Hasil wawancara drg. Efi Setyawati Pertiwi, Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2 Oktober 2015) Belum sejalannya pihak internal komunikator menjadi penghambat tersendiri bagi innovator tersebut untuk mendifusikan program Pemicuan Stop Jentik secara maksimal. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Endah Wisnu Wardhani, B.Sc sebagai Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan berikut: Faktor penghambatnya, anu kepedulian PNS. Ya kalau dia kurang peduli, commit dia hanya to user setengah-setengah kan melakukan

55 digilib.uns.ac.id 116 kegiatan ini. Jadin memang ya tingkat kepedulian dari PNS sendiri. PNS itu ya maksudnya kita, tim Pemicu. (Hasil wawancara Endah Wisnu Wardhani, B.Sc, Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan, 7 Oktober 2015) Selain faktor penghambat seperti di atas, masih terdapat kendala yang lainnya yang bersumber komunikan itu sendiri ataupun yang dimiliki oleh keduanya baik komunikator maupun komunikan. Terutama untuk kendala yang dialami oleh warga RW 14 adalah sebagai berikut : 1. Waktu yang kurang sinkron antara waktu yang dimiliki oleh petugas dengan waktu yang dimiliki oleh warga sehingga sulit bertemu saat sosialisasi atau pertemuan. 2. Kesibukan warga yang membuat mereka kesulitan untuk menjalankan kesepakatan yang mereka buat. 3. Masih kurang sadarnya masyarakat akan arti penting kebersihan. Secara garis besar, kendala yang banyak dialami oleh warga RW 14 dalam pengadopsian program Pemicuan Stop Jentik adalah seperti yang tersebut di atas. Secara jelas terkutip dalam hasil wawancara berikut : Waktu, mungkin kalau waktunya itu pagi hari bukan di hari libur, itu akan susah juga karena orang banyak yang bekerja. Jadi warga yang terlibat itu kurang, ya itu akhirnya ibu-ibu karena bapak-bapak banyak yang bekerja. Tapi kalau nanti ngambil malam, yang repot ya petugasnya. Warganya enggak apa-apa wong rumahnya di situ, lha kalau petugasnya kan rumahnya bukan di situ. Kendalanya antara lain itu. (Hasil wawancara drg. Efi Setyawati Pertiwi, Kepala Bidang P2PL, 2 Oktober 2015)

56 digilib.uns.ac.id 117 Nek faktorku kan jam. Umpamane jam 12 ke atas ngono kui ya aku iso. Jam 12, jam 1 ngono aku iso. Ning nek jam 12 ke bawah aku ngrewangi mbok ku, dadine ra iso... Masalahe do glidhik kui lho mbak. Ndek mbiyen penyuluhan e kan esuk. Nah kan terbentur dengan jadwal kerja tho. (Hasil wawancara Purwaningsih, warga dan tokoh masyarakat RW 14, 13 Januari 2016) Kesepakatan e itu pas waktu itu hasil e itu kerja bakti dua minggu sekali, tapi ketoke itu sulit terlaksana, soale faktor waktu. Itu sebulan sekali saja sekarang sulit terlaksana... (Hasil wawancara Sih Dwi Rahayu, kader pendukung RW 14, 15 Januari 2016) Kendalaya ya banyak itu tadi, misal kalau ada orang yang nggak mau kita PSN-i. Kadang ya kendalanya, bilang iya iya, tapi sok sak karepe dhewe. Sama kurangnya kesadaran untuk kebersihan. (Hasil wawancara Rahyuni, kader utama RW 14, 7 Januari 2016)...Terus kadang-kadang masyarakat itu belum istilahnya apa ya mbak..kalau di RW 33 itu Alhamdulillah bisa diajak langsung terjun gitu lho, kalau di RW 14 masukan RW 14 dari kader itu kadang bapak-bapak itu diajak gotong royong itu sok tidak tepat waktu, enten-entenan. Wis awan,durung rawuh, gitu lho kadang-kadang kan itu kan suatu hambatan juga. Kene ndang cepet tumandang, dienteni kok ora rawuh-rawuh, gitu lho. (Hasil wawancara Sri Nurhandayani, Ketua Pokja IV Kelurahan Kadipiro, 15 Desember 2015) Susah, orangnya susah. Suruh kerja bakti itu ya orangnya itu, itu, itu. Sudah. (Hasil wawancara Dewi Mardikaningsih, 16 Januari 2016) Pernyataan-pernyataan di atas mengacu pada kendala yang dialami oleh warga RW 14. Mayoritas di antara mereka terkendala soal waktu, baik waktu ketika launching program, pertemuan, maupun waktu untuk menjalankan kesepakatan-kesepakatan atau rencana tindak lanjut, terutama kerja bakti. Hingga saat penelitian ini dilakukan, masih belum ditemukan solusi masalah dari kendala tersebut di atas.

57 digilib.uns.ac.id 118 Sama halnya dengan warga RW 14, warga RW 33 pun memiliki kendala tersendiri dalam pengadopsian program Pemicuan Stop Jentik. Secara garis besar, kendala mereka adalah sebegai berikut: 1. Faktor keterbatasan daya ingat bagi warga. 2. Beberapa warga yang sulit untuk diajak bekerja sama dalam menjalankan kesepakatan. 3. Kurangnya sumber daya manusia untuk menjadi petugas PSN. Beberapa kenadala di atas diakui oleh warga dan kader kesehatan sendiri, dalam kutipan wawancara berikut ini: Nggih mengerti, ning kene sok-sok anu kan mengingat-ingat ngoten sok lupa. (Hasil wawancara Titik Harini, warga RW 33, 26 Januari 2016) Nggih mudah mbak, untuk membersihkan itu bak-bak mandi kaleng-kaleng apa yang dirumah yang.. itu kan yo mudah tapi kadang-kadang orangnya males kui lho. Capek. Dadine mudah wong membersihkan. (Hasil wawancara Daryani, warga RW 33, 26 Januari 2016) Ya lumayan sulit... Ya sok-sok kadang-kadang ada yang datang kadang-kadang nggak itu kan sulit. (Hasil wawancara Siam, warga RW 33, 26 Januari 2016) Kendalanya ya itu kalau pas njentik kadang angel...ya, ada yang rewang, ada yang sakit. Kurang orang lah. (Hasil wawancara Sri Winarsih, warga RW 33, 26 Januari 2016) Apa ya? Ya paling kalau ada orang-orang yang susah tadi. Tapi ya nggak juga, kalau yang susah ada satu, yang nggak susah ada 10 itu yang susah sudah kalah nggih, nggak jadi susah. Yo rapopo wong kowe siji wae tur susah wae, tinggal wae. Kan gitu terusan. (Hasil wawancara Sunarti, Kader utama RW 33, 22 Januari 2016) Kendalanya ya masyarakat harus bersusah payah. Dalam arti susah payah ya harus melu kerja bakti. Itu kendalanya ya, ya masyarakat harus commit siap to kalau user itu memang kesel kerja bakti itu,

58 digilib.uns.ac.id 119 termasuk ibu-ibu. Saya katakan kendala itu ya nggak juga kendala sih ya. Karena saya yakin saat ini tidak ada sama sekali, karena arahnya kita kan ee..kebaikan masyarakat sendiri. (Hasil wawancara Priyadi, Ketua RW 33, 22 Januari 2016) Hambatannya kalau kita sih ya itu tadi kalau ada yang rewel, tapi sekarang nggak ada. Alhamdulillah di tempat kita nggak ada. Sekarang nggak ada keluhan-keluhan gitu kok, setelah ada Pemicuan. (Hasil wawancara Marini, Kader utama RW 33, 20 Januari 2016) Dari kutipan wawancara di atas, untuk kendala pada warga, warga mengalami kendala karena mudah lupanya apa tentang yang disampaikan oleh petugas pada saat launching, namun kendala tersebut bisa di atasi dengan tidak bosannya kader untuk selalu mengingatkan oleh kader. Sedangkan untuk kendala kurangnya sumber daya petugas PSN (kader) bisa diatasi dengan ditambahnya jumlah kader seperti yang dijelaskan oleh Ketua Pokja IV kelurahan Kadipiro berikut : Nah kadang-kadang kendalanya itu mbak, itu tadi kadernya kalau nggak saya dobel atau nggak saya tambah itu tadi, kadang-kadang kadernya Aduh ada rewangan, nggak bisa ni Budhe, saya harus rewang. Soale yang punya hajat tetangga dekat sudah seperti saudara, lha terus saya punya pikiran itu tadi, wah kader ini harus saya tambah, tidak hanya menghadirkan 3, atau 4 atau hanya 5. Terus saya tambah itu tadi. Hambatannya itu kadang-kadang kader tersebut yang dirawuhkan hadir itu tidak bisa hadir dipertemuan program... (Hasil wawancara Sri Nurhandayani, Ketua Pokja IV Kelurahan Kadipiro, 15 Desember 2015) Sedangkan untuk kendala beberapa warga yang sulit untuk diajak kerjasama dalam hal kebersihan pun juga perlahan mulai sadar dan berubah seperti yang diungkapkan oleh Marini, kader utama RW 33 di

59 digilib.uns.ac.id 120 atas, dan juga yang diungkapkan oleh Sri Winarsih, kader pendukung RW 33 berikut: Ya baik ya mbak, sangat baik itu karena warga juga tau, mudah membersihkan rasah dioyak-oyak, oh ki wis anu ngoten kan dah terbiasa, dah sadar. (Hasil wawancara Sri Winarsih, warga RW 33, 26 Januari 2016) Secara keseluruhan, kendala yang dialami oleh warga RW 33, mereka bisa mengatasi kendala tersebut. Dari warga yang awalnya kurang sadar dan susah untuk diajak kerjasama kemudian menjadi memiliki kesadaran, hingga masalah kekurangan sumber daya manusia petugas PSN yang sudah bisa diatasi dengan penambahan kader kesehatan. 4. Anggota Sistem Sosial Sistem sosial menurut Rogers dalam Hanafi (1987: 30) adalah suatu kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk pemecahan masalah dalam rangka mencapai tujuan tertentu yang menjadi suatu tujuan bersama. Atau dengan kata lain kumpulan individu atau warga masyarakat tertentu yang memiliki peran masing-masing untuk memecahkan masalah dan mencapai tujuan bersama. Jika dikaitkan dalam penelitian ini, anggota sistem sosial berkumpul dan bekerja sama dalam keberhasilan pendifusian program Pemicuan Stop Jentik. Dalam penelitian ini, anggota sistem sosial yang dimaksud adalah warga masyarakat RW 14 dan RW 33 Kelurahan Kadipiro yang terlibat dalam proses difusi dan adopsi inovasi Program Pemicuan Stop Jentik.

60 digilib.uns.ac.id 121 B. Proses Adopsi Program Pemicuan Stop Jentik Proses pengambilan keputusan inovasi bukanlah sesuatu yang instan, tidak bisa dilakukan begitu saja tanpa melalu beberapa tahapan. Tahapan yang diteliti dalam penelitian difusi dan adopsi inovasi Program Pemicuan Stop Jentik di RW 14 dan RW 33 Kelurahan Kadipiro, yaitu mulai dari tahapan pengetahuan, bujukan, putusan, implementasi, dan pemastian. Tahapan-tahapan tersebut merupakan tahapan adopsi inovasi yang dipaparkan oleh Rogers, (1983: 164). Adopsi merupakan penerimaan masyarakat RW 14 dan RW 33 Kelurahan Kadipiro terhadap Program Pemicuan Stop Jentik dengan segala konsekuensi yang menyertainya. Dalam proses pengambilan keputusan inovasi ini tentunya tidak serta merta masyarakat langsung menerima atau menolak, tetapi mengalami beberapa proses dan tahap, apalagi program ini merupakan terobosan dari pemerintah. Namun proses difusi dan adopsi inovasi ini sangat erat kaitannya dengan kondisi awal masyarakat sebelum datangnya inovasi. Rogers menyebutnya dengan prior conditions, yang terdiri dari prefious practice (kebiasaan sebelum kedatangan inovasi), felt needs/problems (masalah yang dihadapi berkaitan dengan kebutuhan), innovativeness (tingkat keterbukaan terhadap inovasi), dan norms of social systems (norma sosial). Kedua wilayah yang diteliti oleh peneliti berikut inipun memiliki kondisi awal yang sedikit berbeda.

61 digilib.uns.ac.id 122 RW 14 Prefious practice (kebiasaan sebelum datangnya inovasi) yang dilakukan oleh RW 14 bisa dikatakan masih sedikit lebih buruk daripada sejak datangnya inovasi program Pemicuan Stop Jentik. Sebelumnya, RW 14 Kelurahan Kadipiro ini banyak warga yang belum mengerti arti penting kebersihan. PSN (Pemeriksaan Sarang Nyamuk) yang dilakukan oleh para kader kesehatan RW 14 sering menemui masalah tentang susahnya masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan rumahnya sendiri terkait terbebasnya dari sarang nyamuk penyebab demam berdarah. Masih sering ditemui bak-bak mandi yang terdapat jentik nyamuk di dalamnya, juga masih banyak ditemui pakaian-pakaian setengah pakai yang digantung. Kedua hal ini jelas menjadikan tempat bersarangnya nyamuk. Namun perihal kebersihan bak mandi ini sudah mulai berkurang sejak adanya program Pemicuan Stop Jentik. Namun untuk kebiasaan lainnya seperti adanya pakaian yang banyak bergantungan dan kekompakan antar warga dalam menjaga kebersihan masih belum berubah dari kebiasaan warga RW 14 Kelurahan Kadipiro, sehingga adanya kesepakatan kerja bakti yang menuntut kekompakan itupun tidak dapat terlaksana. Hal ini seperti tercantum dari hasil wawancara berikut: Ya berkurang tuh anunya. Misalnya, kita sebagai kader kan dua minggu sekali mengadakan PSN ya, ee..pembersihan sarang nyamuk. Itu sekarang sudah agak berkurang lah. Ibaratnya dulu misalnya 100 KK satu RW itu mungkin sampai ada 67 KK yang ada jentik-jentik nyamuknya, sekarang juga banyak berkurang. (Hasil wawancara Rahyuni, Kader Kesehatan RW 14, 7 Januari 2016)

62 digilib.uns.ac.id 123 Ya itu, kalau dulu waktu cuma lewat suara-suara itu yang kamar mandinya penuh jentik itu banyak, tapi sekarang sudah nggak ada. Kalau seperti sekarang saya sering teriak-teriak "Ayo, kamar mandine ojo lali diresiki, sesuk diperiksa", itu sekarang sudah nggak ada. Jarang. Ya sudah pada sadar, kalau untuk di kamar mandinya sendiri-sendiri lho. (Hasil wawancara Dewi Mardikaningsih, Kader Kesehatan RW 14, 16 Januari 2016) Sementara itu, dari wawancara di atas juga terlihat bahwa permasalahan (problems) yang dialami oleh warga RW 14 adalah sedikitnya kesadaran dalam menjaga kebersihan demi terjaganya kesehatan. Ini artinya, mereka membutuhkan sesuatu yang baru (felt needs), suatu inovasi yang mampu memicu kesadaran mereka, agar timbul keinginan dari dalam dirinya sendiri untuk menjaga kebersihan agar terhindar dari bahaya demam berdarah. Seperti yang diungkapkan oleh Rahyuni sebagai Kader Kesehatan RW 14 sebagai berikut:...karena kalau menurut saya kalau ada Pemicuan Stop Jentik, kelihatannya ini kesadaran masyarakat itu memang tersentuh lah ibaratnya. Oh iya ya, kae kok ana Demam Berdarah seperti ini. Sekarang kan mbayangke gini dek, ya saya ceritakan, kalau di rumah sakit memang nggak mbayar, tapi repotnya lah, yang nunggu lah. Belum kalau punya anak sijine, sing gurusi sekolah ini lah... (Hasil wawancara Rahyuni, Kader Kesehatan RW 14, 7 Januari 2016) Dari hasil wawancara di atas bisa ditangkap bahwa sebenarnya program Pemicuan Stop Jentik merupakan inovasi yang dibutuhkan oleh warga RW 14 untuk memicu kesadaran menjaga kebersihan. Selanjutnya yang berkaitan dengan prior conditions kondisi awal masyarakat sebelum kedatangan inovasi menurut Rogers adalah innovativeness. Innovativeness di sini yang dimaksud adalah tingkat keterbukaan penerimaan warga commit terhadap to user suatu inovasi atau segala sesuatu

63 digilib.uns.ac.id 124 yang baru. Warga RW 14 memiliki keterbukaan terhadap inovasi yang cukup rendah. Mereka bersikap tak acuh terhadap kehadiran inovasi, dan menganggap sesuatu yang baru itu adalah hal biasa yang tidak akan berpengaruh terhadap kehidupan mereka dan tidak akan mengubah kebiasaan mereka. Seperti yang tercantum dari kutipan wawancara berikut:...apalagi kalau yang nyuruh perempuan. Di sini RT nya perempuan juga. Susah-susah orangnya, padahal masih banyak kebun-kebun, belakang itu kebunnya luas banget. (Hasil wawancara Dewi Mardikaningsih, Kader Kesehatan RW 14, 16 Januari 2016) Sini itu agak susah mbak orange, ya nek ada apa gitu lak nggak begitu digagas. (Hasil wawancara Sih Dwi Rahayu, Kader Kesehatan RW 14, 15 Januari 2016) Sedangan untuk sistem norma sosial yang terdapat di masyarakat RW 14 berkaitan dengan difusi dan adopsi inovasi ini seperti pada norma sosial masyarakat pada umunya, yakni terdapat norma sosial formal dan nonformal. Untuk norma sosial formal, yang terdapat pada masyarakat RW 14 adalah PKK. Sedangkan untuk norma sosial nonformal yang ada pada masyarakat RW 14 adalah perkumpulan RT dan RW. Seperti dalam kutipan wawancara berikut ini:...itu bapak-bapak pengurus PKK RW, itu setiap tanggal 21 kan ada rapat pertemuan tho, nah itu disampaikan di situ. Jadi bahwa ada Pemicuan di tempat kita, karena di tempat kita banyak KLB (Kejadian Luar Biasa)-nya, dengan kesepakatan harus mengerjakan ini-ini-ini. Nah itu disampaikan, wong itu Pak RW juga rawuh, jadi memang disampaikan... Pertemuan RW itu kan terdiri dari bapak RT-RT dan pengurus termasuk bendahara dan sekretarisnya. Bahkan saya pun kalau di PKK RW, ibu-ibu kan juga ada sendiri. Itu juga disampaikan. Bahwa kita ada acara ini, ini, ini. Tolong kita sebagai RT, selain RT kita juga sebagai kader, ya tetep harus menganjurkan itu. commit (Hasil to wawancara user Rahyuni, Kader Kesehatan RW 14, 7 Januari 2016)

64 digilib.uns.ac.id 125 Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa masyarakat RW 14 memiliki norma sosial formal berupa PKK, dikatakan formal karena PKK memiliki aturan resmi dari pemerintah pusat yang seragam. Sedangkan untuk norma sosial nonformal, mereka biasa bersistem pada perkumpulan RT dan RW. Mereka sebagai warga RW 14 diharapkan mengikuti norma yang ada di atas berkaitan dengan studi difusi dan adopsi inovasi ini. Sehingga sebenarnya tidak ada masalah dalam sistem norma sosial yang terjadi pada masyarakat RW 14. Program Pemicuan Stop Jentik juga sesuai dan tidak bertentangan dengan norma sosial apapun yang ada di RW 14. Ya sesuai sekali, wong kebersihan kok, dikasih penyuluhan tentang kebersihan mosok arep nolak, kan nggak mungkin. Kok seneng lara? (Hasil wawancara Rahyuni, Kader Kesehatan RW 14, 7 Januari 2016) Ya sesuai mbak. Iya, wong itu dibutuhkan oleh masyarakat, seluruh warga masyarakat kan. Kan itu tidak bertentangan dengan kepentingan apa-apa, agama, dan sebagainya kan nggak ada kaitannya. Ya saya rasa semua bisa menerima. (Hasil wawancara dengan Suparmo, ketua RW 14, 20 Januari 2016) Kesesuaian dengan norma sosial setempat diungkapkan oleh kader kesehatan Rahyuni dan Ketua RW Suparmo seperti dalam kutipan wawancara di atas. RW 33 Tidak jauh berbeda dengan masyarakat RW 14, prefious practice yang dilakukan oleh RW 33 juga melakukan kebiasaan yang hampir sama sebelum datangnya inovasi. Mereka masih melakukan kebiasaan hampir sama yang dilakukan oleh masyarakat RW 33, yakni menggantung pakaian

65 digilib.uns.ac.id 126 bekas pakai dan masih banyak dijumpai jentik nyamuk di bak-bak mandi dan dispenser. Namun perbedaannya, kondisi kekompakan mereka cukup baik dibandingkan dengan masyarakat RW 14. Masyarakat mereka lebih terbuka dan lebih sering saling berinteraksi. Jadi sejak datangnya inovasi program Pemicuan Stop Jentik, mereka tidak terlalu sulit dan tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama untuk memperbaiki kebiasaan mereka. Sekarang kita itu mudah masyarakat kita itu, tidak seperti dulu, ndadak ngoyak-ngoyak itu enggak. Sekarang bersih-bersih mau di kamar mandi, baju-baju ting slampir itu ya sudah nggak ada, kalau setiap kami PSN itu sekarang ada kemajuan, itu di dispenserdispenser, dulu kan anu mbak, jarang ditengok mbak. Itu kan ada tendon e, itu mesti ada jentik e, tapi sekarang ya Alhamdulillah nggak ada. Sekarang mudah untuk anu masyarakat. Kerja bakti itu juga wah mudah benget seperti yang saya bilang tadi. (Hasil wawancara Marini, Kader Kesehatan RW 33, 7 Januari 2016) Dengan munculnya perubahan semenjak datangnya inovasi program Pemicuan Stop Jentik, bisa diambil kesimpulan bahwa mereka berarti membutuhkan sesuatu yang bisa memicu kesadaran mereka. Dalam hal ini, berarti inovasi program Pemicuan Stop Jentik bisa menjawab felt needs mereka. Seperti yang diungkapkan oleh informan berikut ini: Jadi pemicuan ini kan tujuannya biar masyarakat sadar. Kalau menurut saya ya sudah sesuai. Ya sesuai. Lha kalau ternyata bisa berubah itu kan artinya sesuai tho? (Hasil wawancara Sunarti, Kader Kesehatan RW 33, 22 Januari 2016) Ya apa ya mbak ya ternyata DB itu memang benar-benar suatu penyakit yang eh apa iku jenenge, hmm penyakit yang menakutkan. Malah bapak Puskesmas itu bilang kalau DB itu malah melebihi AIDS gitu.soale nek AIDS kana ada jangka waktunya untuk meninggal, lha nek DB kan sewaktu-waktu kan bisa, dalam waktu 3 hari, 7 hari belum sembuh kan bisa saja meninggal. Makanya commit itu to kebersihan user lingkungan sangat-sangat

66 digilib.uns.ac.id 127 dijaga untuk itu. (Hasil wawancara Sri Maryani, Warga RW 33, 26 Januari 2016) Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa ternyata inovasi program Pemicuan Stop Jentik mampu menjawab apa yang dibutuhkan (felt needs) oleh masyarakat RW 33. Program Pemicuan Stop Jentik berhasil menjadi suatu inovasi yang mampu memicu kesadaran mereka, dan menimbulkan keinginan dari dalam dirinya sendiri untuk menjaga kebersihan agar terhindar dari bahaya demam berdarah. Sedangkan untuk prior conditions yang mempengaruhi proses difusiadopsi inovasi selanjutnya adalah innovativeness. Untuk tingkat keterbukaan warga 33 terhadap inovasi ini bisa dikatakan baik. Mereka merespon dengan baik terhadap sesuatu hal yang baru, dalam hal ini adalah inovasi program Pemicuan Stop Jentik. Seperti yang tertulis dalam kutipan wawancara berikut: Mau, sini mudah orang-orangnya. Ya kalau ada apa-apa gitu dilihat dulu bagaimana caranya...ya mau saja kalau itu bagus. Termasuknya gampang lah sini itu kalau diajak koordinasi. (Hasil wawancara Marini, Kader Kesehatan RW 33, 7 Januari 2016) Tingkat keterbukaan masyarakat RW 33 terhadap suatu inovasi ini juga berhubungan dengan sistem norma sosial yang berlaku di dalamnya. Mereka memiliki norma sosial yang cukup mendukung, mereka memiliki norma kebiasaan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Untuk norma sosial formal mereka memiliki PKK, dan untuk norma sosial nonformal mereka tidak hanya terlibat dalam perkumpulan rutin seperti perkumpulan Dawis, RT dan RW, namun juga mereka sering berkumpul dan bersosialisasi antar

67 digilib.uns.ac.id 128 warga terutama ibu-ibu. Sehingga ketika mereka membuat kesepakatan untuk pelaksanaan kerja bakti setiap satu bulan sekali secara rutin, mereka dengan mudah benar-benar melaksanakan, karena mereka menganggap hal itu juga menjadi salah satu ajang mereka untuk berkumpul dan bersosialisasi satu sama lain. Dari kesehatan kota ada informasi seperti apa, disampaikan ke masing-masing RT, pada pertemuan biasanya tanggal 21. Tiap selikur kita pertemuan RW, seperti nanti malam kita pertemuan. Tapi tetep kita nggak bosen-bosen e nyampaikan ke ketua RT itu, termasuk nanti dari ketua RT itu sendiri ke masyarakat yang istilahnya yang berkecimpung di masalah itu, tetep dia sama-sama nggak bosen-bosen menyampaikan... masyarakat termasuk dari tingkat Dawis, ada kelompok kecil yang namaya Dawis, ataupun PKK yang ikut Dawis itu melakukan rumusan kerja bakti kebersihan... Kalau menurut saya kerja bakti itu kan selain tujuan utamanya bersi-bersih, kita juga bisa berkumpul saling ngobrol kan? Itu bisa jadi satu poin penting dibalik adanya kerja bakti, karena kerja bakti kan esensinya nggak hanya bersih-bersih saja, pas selesai itu kan biasanya ada makan-makan dan minum-minum sambil bicara santai... (Hasil wawancara Priyadi, Ketua RW 33, 22 Januari 2016) Dari hasil wawancara di atas bisa diketahui bahwa memiliki norma sosial kebiasaan yang lebih dari masyarakat RW 14, khususnya pada norma sosial nonformal berupa kebiasaan untuk bersosialisasi di luar rutinitas perkumpulan yang bersifat wajib. Setelah mengetahui prior conditions masing-masing wilayah yang akan diteliti yakni RW 14 dan RW 33 Kelurahan Kadipiro, selanjutnya diteruskan pada tahapan yang terjadi dalam proses difusi-adopsi inovasi Program Pemicuan Stop Jentik pada kedua daerah tersebut, mulai dari tahap knowledge hingga confirmation. Peneliti akan membahas satu per satu tahapan adopsi Program Pemicuan Stop Jentik di Kelurahan Kadipiro,

68 digilib.uns.ac.id 129 tepatnya RW 14 dan RW 33 berdasarkan paradigma proses keputusan inovasi yang dikemukakan oleh Rogers (1986: 163). Berikut ini penjelasan lebih lanjut mengenai empat tahapan adopsi inovasi yang ada dalam sistem sosial masyarakat Kelurahan Kadipiro, yakni RW 14 dan RW 33 yang keduanya akan dipisah dalam pengelompokan proses keputusan inovasinya. 1. Tahap Pengetahuan Pada tahap ini masyarakat baru mengetahui Program Pemicuan Stop Jentik dengan sedikit informasi yang didapat. Ada yang langsung mendengar arahan dari petugas, ada pula yang hanya mendengar sekilas dari tetangganya. Di tahap ini adopter mulai sadar tentang keberadaan inovasi yang ditawarkan oleh innovator. Kesadaran tersebut tentunya berkaitan dengan pengetahuan mengenai inovasi dan manfaat apa yang diterima jika ia mengadopsinya. Untuk pengetahuan, masing-masing warga mempunyai kadar pengetahuan yang berbeda-beda, tergantung dari siapa ia mendapat informasi tersebut. Namun secara keseluruhan, warga mengetahui manfaat yang diperoleh jika mengadopsi program Pemicuan Stop Jentik. RW 14 Untuk di wilayah RW 14, mayoritas warga kurang memahami pengetahuan tentang apa yang menjadi unggulan dan perbedaan antara program Pemicuan Stop Jentik dengan program yang sebelumsebelumnya. Namun dibalik itu mereka memahami manfaat yang akan

69 digilib.uns.ac.id 130 dicapai jika mengadopsi program Pemicuan Stop Jentik. Seperti yang dingkapkan oleh narasumber berikut : Nggak ikut... Ya cara pemberantasan nyamuk, ngono mbak... Ya podo wae jane. Mung nek penyuluhan sing biasane kui kayak nganggo LCD ngono lho mbak. Penyuluhan kan palingo pas ning nggon PKK, nek ra dijipuk wong 10, biasane sok ngono kui, gur wong 10 opo wong pira ngono kui. (Hasil wawancara Purwaningsih, Warga RW 14, 13 Januari 2016) Dereng. Nggih ngertose sing penting kon resik-resik. Paling nek pas kumpulan bapak-bapak nggih paling PSN, ngoten. Paling ngoten niku. (Hasil wawancara Sarimo, Warga RW 14, 15 Januari 2016) Saking ibu-ibu pengajian nggih, saking ibu-ibu arisan kelompok RW RT nggih sampun, nggih mung mirengke lho mbak. Nek perkara pribadi carane pripun nggih kula mboten ngerti wong dasare kula niki wonge bodho, wonge goblok, mboten ngerti upo bengkong tur wis tuwek. (Hasil wawancara Wiryo, Warga RW 14, 8 Januari 2016) Ketiga warga RW 14 di atas, Purwaningsih, Sarimo, dan Wiryo sama-sama tidak mengikuti acara pengenalan program Pemicuan Stop Jentik, sehingga mereka hanya mengetahui inti program secara umum, hanya sebatas tahu bahwa program Pemicuan Stop Jentik merupakan program yang bertujuan untuk pemberantasan nyamuk, dan berkaitan dengan bersih-bersih sarang nyamuk. Hal tersebut mereka dengar dari tetangga-tetangga mereka. Namun mereka tidak mengetahui esensi dan perbedaan program Pemicuan Stop Jentik dibandingkan dengan program yang berkaitan dengan DB yang sebelumnya. Berbeda dengan beberapa warga ini yang mengikuti langsung kegiatan Pemicuan Stop Jentik, sehingga mereka lebih memahami

70 digilib.uns.ac.id 131 detail dari apa yang disampaikan yang terkandung dalam program Pemicuan Stop Jentik. Program Pemicuan Stop Jentik, yaitu penanggulangan untuk mengurangi jumlah penderita DB, ya salah satunya dengan cara PSN, pembersihan lingkungan... Ya peserta datang, terus diberi pengarahan. Ya enggak pengarahan dink. Sebenarnya Pemicuan itu bukan pengarahan kok dek. Sebenarnya kayak sharing, jadi "ini lho Bu, saya bisa terkena seperti ini, apa mungkin karena tempat saya seperti ini?", wong saya juga menjadi pendengar. Terus yang dari Dinas juga tidak menerangkan, tapi memberi solusi, ya seperti. Jadi bukannya "Ini harusnya seperti ini, seperti ini", nah cara pemecahannya biar untuk mengurangi hal seperti itu, kesanggupannya sini apa? Yang disebut kesepakatan-kesepakatan itu, nah itu tugasnya ke Pak RT masing-masing... Dengan persetujuan bapak RW dan kader-kadernya, otomatis. Nah seperti itu, sebenarnya bukan penyuluhan itu, memang kayak sharing itu tadi. Lha terus carane piye tho biar nggak kayak gini? Gitu, kalau penyuluhan kan menerangkan, ini lho Demam Berdarah, caranya itu seperti ini, nah kan lain tho? Begitu, itulah Pemicuan, bukan penyuluhan. (Hasil wawancara Rahyuni, Kader Kesehatan RW 14, 7 Januari 2016) Apa ya? Ya mengurangi pengembangan nyamuk kan tujuannya, dengan cara kesepakatan-kesepakatan yang kemarin dibikin itu di antaranya. (Hasil wawancara Taryani, Warga RW 14, 9 Januari 2016) Dari semua kutipan wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa warga RW 14 sudah mulai menyadari kehadiran program Pemicuan Stop Jentik, jadi tahap pengetahuan sudah dilalui oleh warga RW 14, meski kadar pengetahuan dan pemahaman mereka berbeda-beda. Perlu diteliti juga bahwa ada faktor yang berpengaruh terhadap berhasil atau tidaknya keberjalanan tahap pengetahuan ini. Faktorfaktor tersebut yang berpengaruh menurut Rogers (1983: 165) adalah socio-economic characteristic (ciri sosial-ekonomi), personality

71 digilib.uns.ac.id 132 variables (sifat pribadi), dan communication behavior (perilaku komunikasi). Untuk karakter sosial ekonomi masyarakat RW 14 rata-rata adalah memiliki tingkat ekonomi yang menengah kebawah, serta memiliki hubungan sosial yang kurang baik antar mayarkat yang lain. Hal ini dibuktikan dari hasil wawancara berikut:...sini itu kayaknya kampungnya apa ya..wis gitu itu, cuek lah. Pada hidup sendiri-sendiri yang penting kerja. Bermasyarakat itu kayaknya nggak perlu banget. Kayaknya kerukunannya juga kurang. Nggak tahu apa masalahnya kok bisa begini ini saya nggak tahu. Apa mungkin karena faktor ekonomine, apa faktor apa nggak tahu. Pokoknya kayaknya individual banget, kayak Perumahan tapi kan orangnya juga menengah ke bawah. Kerukunannya, sosialnya itu nggak ada. (Hasil wawancara Dewi Mardikaningsih, Kader Kesehatan RW 14, 16 Januari 2016) Mereka sebagian besar berprofesi sebagai buruh, sehingga mereka lebih disibukkan pada pekerjaan mereka, dan kurang ada waktu untuk memperhatikan hal-hal di luar pekerjaan mereka sendiri. Masalahe do glidhik kui lho mbak. Ndek mbiyen penyuluhan e kan esuk. Nah kan terbentur dengan jadwal kerja tho. (Hasil wawancara Purwaningsih,Warga dan opinion leader RW 14, 13 Januari 2016) Selain sebagian warga yang dipenuhi dengan kesibukan sebagai buruh, mereka memiliki behavior communication yang tidak mudah dengan percaya dengan apa yang diucapkan oleh tokoh masyarakat mereka sendiri. Sedikit membutuhkan kerja keras yang lebih untuk membuat warga RW 14 percaya, yakni perlu menghadirkan seseorang yang lebih dianggap berkompeten di bidangnya. Tidak mudah untuk

72 digilib.uns.ac.id 133 meyakinkan warga RW 14 melalui komunikasi biasa, membutuhkan kerja keras yang lebih. Faktore itu kesibukan itu lho mbak..jadinya full gitu. Mungkin kalau misale dari Dinas apa gitu yang ngasih penyuluhan gitu agak manut, lha kalau hanya saya yan ngomong itu ketoke Ah, sopo tho kowe ngomong, kayake angel gitu lho. (Hasil wawancara Sih Dwi Rahayu, Kader Kesehatan RW 14, 15 Januari 2016) Ya kan kita tahu sendiri lah kalau masyarakat ekonomi menengah bawah itu agak sulit kalau diomongi, ya yang sabar. (Hasil wawancara Suparmo, Ketua RW 14, 20 Januari 2016) Sedangkan untuk personality variables, seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya bahwa pengaruh dari mayoritas warga yang memiliki tingkat ekonomi menengah ke bawah, mereka masih berpikiran kurang terbuka untuk menciptakan kondisi lingkungan yang lebih baik. RW 33 Hampir sama dengan RW 14, warga RW 33 pun juga ada yang memahami esensi dari program Pemicuan Stop Jentik, ada pula yang hanya mengetahui luarnya saja. Namun dari jumlah presentase dari 30 informan, warga RW 33 lebih banyak jumlahnya yang berpengetahuan lebih tentang program Pemicuan Stop Jentik daripada RW 14. Warga yang tidak mengikuti pengenalan program Pemicuan Stop Jentik adalah Saryani, tetapi ia mendengar perihal kesepakatan

73 digilib.uns.ac.id 134 program dalam program Pemicuan Stop Jentik adalah dari tetangga yang ikut pemicuan. Nggak ikut... Saya ya nggak ngerti pas pada bilang rencana tindak lanjut itu. Tapi sini ibu-ibu kan banyak yang pengangguran, hehe ya kita sering jagongan gitu. Terus saya tanya sama tetangga depan situ, dia kan ikut pemicuan pas itu... Apa ya? Cara-cara untuk membasmi jentik nyamuk gitu kan paling? Makanya terus ada rencana tindak lanjut itu tadi. Begitu bukan? (Hasil wawancara Saryani, Warga RW 33, 26 Januari 2016) Berikutnya adalah Sularmi yang juga tidak mengikuti pengenalan program Pemicuan Stop Jentik, namun ia mengikuti rangkaian acara dari Pemicuan Stop Jentik pada bulan berikutnya, yang tentu saja sudah tidak membahas secara detail seperti pada saat pengenalan program. Mboten diundang. Ning sing pas diputerke film aku dherek... Krungu saking embuh lali, ngalor-ngidul ngono kae. Pemicuan niku lha niku nggih anu nyamuk niku le mbak, nganukke nyamuk niku, kalih bersih-bersih niku, nggen kolah, ning nggon bak mandi niku, nggen kalengkeleng niku nak anu kan enten air e ken numpah ngoten le. (Hasil wawancara Sularmi, Warga RW 33, 26 Januari 2016) Dari kutipan wawancara di atas, dari kedua informan tersebut diatas ada sedikit perbedaan. Saryani dan Sularmi sama-sama tidak mengikuti pengenalan program Pemicuan Stop Jentik, namun menghasilkan pengetahuan dan pemahaman yang berbeda tentang program Pemicuan Stop Jentik. Saryani yang lebih mendekati pada jawaban yang sesuai dengan maksud yang dikatakan oleh innovator akan arti dari program Pemicuan Stop Jentik, bahwa Pemicuan Stop Jentik merupakan salah commit satu to user penanggulangan Demam Berdarah

74 digilib.uns.ac.id 135 melalui program pemberdayaan masyarakat, di mana masyarakat yang menentukan sendiri cara bagaimana yang mereka akan lakukan untuk meminimalisasi jentik dan hidup bersih sehat. Dalam hal ini, saluran komunikasi (dari siapa ia memperoleh informasi) dan tingkat pendidikan mereka juga berpengaruh dalam pemahaman suatu inovasi yang didifusikan. Dari hasil penelitian, Saryani adalah tamatan SMP dan mendapatkan informasi mengenai program Pemicuan Stop Jentik dari tetangganya yang terlibat dalam program Pemicuan dan cukup berperan dan dipercaya di masyarakat, sedangkan Sularmi masih tamatan SD dan mendapatkan informasi yang ia sendiri lupa mendapatkan informasi dari mana. Namun dari hasil penelitian khusus dari warga RW 33 yang mayoritas mengikuti pengenalan program Pemicuan Stop Jentik, menghasilkan data bahwa mayoritas dari mereka mengetahui dan memahami tentang maksud dan manfaat diadakannya Pemicuan Stop Jentik. Seperti dalam beberapa kutipan wawancara berikut : Nggih niku napa menawi nggen kolah wonten jentik tho, niku kan terus dados positif dados nyamuk. Mulo dianjurkan dibersihkan terus, napa nggen kolah niko diparingi ikan, ngoten. Supaya tidak ada jentiknya. Sekarang jarang ada jentiknya, kan kerep dibersihkan ngoten. Menawi kadang nggih ting nggen PKK diparingi abate. (Hasil wawancara Titik Haryani, Warga RW 33, 26 Januari 2016) Pemicuan Stop Jentik, itu apa ya penanggulangan tentang jentik mbak. Nggih, maksudnya sebelum kita atau anak kita terserang DB, tindakan yang harus dilakukan itu apa, tentang kebersihan, tentang cara menarwat anak, lingkungan, juga. Ya memberikan arahan kepada masyarakat tentang itu-itu

75 digilib.uns.ac.id 136 tadi lah. (Hasil wawancara Sri Maryani, Warga RW 33, 26 Januari 2016) Nggih anu..napa, kagem niku napa, pencegahan penyakit DB, malaria, ngoten niku nggih. Nggo kesehatan lah. (Hasil wawancara Sueni, Warga RW 33, 26 Januari 2016)...ya apa memberi pengetahuan dan pengalaman selain itu, jadi kita tahu kalo bagaimana caranya menanggulagi jentik agar tidak tidak terjadinya DB (Hasil wawancara Sri Winarsih, Warga RW 33, 26 Januari 2016) Dari hasil wawancara di atas, warga RW 33 cukup mengetahui manfaat dan maksud dari diadakannya program Pemicuan Stop jentik, hanya satu warga RW 33 berikut ini yang sedikit kurang memahami maksud dari program Pemicuan Stop Jentik. Nggih anu njentik setiap rumah itu tho? Dikuras, terus dikubur, ditutup niku. Nek cara kula ngoten, nggih ngresiki lingkungan (Hasil wawancara Siyam, Warga RW 33, 26 Januari 2016) Siyam hanya memahami bahwa program Pemicuan Stop Jentik itu adalah sebatas 3M (Menguras, Mengubur, dan Menutup), sehingga sedikit kurang tepat dalam pemahaman tersebut. Kesimpulan dari kutipan wawancara di atas tersebut, sasaran program Pemicuan Stop Jentik baik warga RW 14 maupun RW 33 sudah melewati tahap kesadaran tentang keberadaan program Pemicuan Stop Jentik dan mengetahui betul bahwa program Pemicuan Stop Jentik memiliki manfaat. Program Pemicuan Stop Jentik membantu mereka untuk lebih mengetahui cara-cara bagaimana pencegahan Demam Berdarah melalui kesepakatan program yang

76 digilib.uns.ac.id 137 mereka buat, dan membantu merubah lingkungan mereka menjadi lebih bersih. Untuk karakter unit pengambil keputusan di RW 33 pada tahap pengetahuan inipun sedikit berbeda dengan RW 14 sebelumnya. Untuk socio-economic characteristic, tingkat ekonomi warga RW 33 sama-sama menengah ke bawah, hanya saja mereka memiliki hubungan sosial yang cukup bagus. Mereka memanfaatkan setiap keadaan untuk selalu bersosialisasi dengan masyarakat lainnya. Ya Alhamdulillah sini itu mudah mbak masyarakatnya, kalau suruh kumpul ya ayo. Guyub Alhamdulillah, rukun lah. (Hasil wawancara Marini, Kader Kesehatan RW 33, 20 Januari 2016) Sedangkan untuk personality variables dan communication behavior, saling berkaitan antara keduanya. Masyarakat RW 33 memiliki perilaku komunikasi yang baik kepada para opinion leadernya, sehingga mudah bagi opinion leader untuk memberikan informasi dan meyakinkan kepada warganya. Ya saya biasanya tanya ke mbak Marini atau Bu Budi (Bu Sunarti), dia lincah itu orangnya. Kemana-mana dijabanin. Penak juga kan orange. (Hasil wawancara Saryani, Warga RW 33, 26 Januari 2016) Jadi kalau saya ya sudah kita deketi, seperti teman, biasa nggih, jadi kalau kita ngomong-ngomong ya nggak usah saya RT, situ warga begitu nggih. Sama saja, kita buat sama. Jadi kita di situ nggak ada perasaan dan masalah seperti itu, nggak ada kesenjangan nggih. Nanti biar dia nggak merasa wah aku dadi anak e Pak RT, harus nurut, harus seperti ini, umpamane seperti itu, yang penting juga harus bisa diajak, begitu aja. (Hasil wawancara Sunarti, Kader Kesehatan RW 33, 22 Januari 2016)

77 digilib.uns.ac.id 138 Ya kita mendekati dulu, pelan-pelan, tidak langsung Bu, kowe kudu ngene, ngene, ngene, enggak. Tapi kita ya cuma ya pura-pura cuma ngobrol dulu, tapi kan kita sambil ngarahke... (Hasil wawancara Marini, Kader Kesehatan RW 33, 20 Januari 2016) Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa ada hubungan yang baik antara warga dengan kadernya, sehingga keduanya terjalin komunikasi yang baik. Sehingga dalam kaitannya dengan personality variables pun, mereka menjadi masyarakat yang lebih terbuka dengan adanya perubahan dan lebih mudah diyakinkan oleh tokoh masyarakatnya. 2. Tahap Bujukan Tahap persuasi ini ditandai dengan mulai tertarik dan giatnya seseorang dalam mencari keterangan mengenai ide baru tersebut. Kepribadiannya juga norma-norma sistem sosialnya mempengaruhi di mana ia harus mencari informasi, pesan apa saja yang tidak ia terima, dan bagaimana seseorang tersebut menafsir keterangan yang ia peroleh itu. Pada tahap persuasi atau bujukan inilah persepsi umum terhadap inovasi dibentuk. Ciri-ciri inovasi yang tampak, seperti keuntungan relatif, kompatibilitas dan kerumitan atau kesederhanaannya sangat penting artinya pada tahap ini. (Rogers dalam Hanafi, 1987: 45) Pada tahap bujukan atau persuasi ini seseorang membentuk persepsinya terhadap inovasi dari saluran yang lebih dekat dan antar pribadi. (Rogers dalam Hanafi, 1987: 45). Pada tahap ini masyarakat yang baru mendapat sedikit informasi akan mempunyai rasa ingin tahu

78 digilib.uns.ac.id 139 dan penasaran di benak mereka, apa yang dimaksud program Pemicuan Stop Jentik itu dan bagaimana program itu berlangsung nantinya. Rasa keingintahuan tersebut yang membuat masyarakat termotivasi untuk mencari informasi lebih lanjut. Rasa keingintahuan tersebut timbul karena adanya rasa tertarik terhadap suatu inovasi tersebut. Pada masyarakat Kelurahan Kadipiro, rasa tertarik muncul ketika mereka dalam situasi komunikasi tatap muka di mana petugas dari Dinas Kesehatan, Puskesmas, kader, atau kepala desa sebagai pemuka pendapat mengajak dan membimbing mereka untuk hidup bersih dan menerapkan kesepakatan program serta BHT. Selain itu, adanya ajakan dari saudara ataupun tetangga juga ikut andil dalam mempengaruhi pengambilan keputusan. Selain karena pengaruh keluarga dan kerabat, ketertarikan warga Kelurahan Kadipiro juga muncul karena Program Pemicuan Stop Jentik merupakan inovasi yang cocok dan tidak melanggar norma-norma yang berkembang di sistem sosial Kelurahan Kadipiro, khususnya RW 14 dan RW 33. Akan tetapi, rasa tertarik bisa saja hilang ketika individu mendapat terpaan dari berbagai faktor. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa masih ada satu warga dari RW 14 dan satu warga lagi dari RW 33 yang kurang peduli dengan kebersihan dan kesepakatan program, dengan alasan rasa lelah, malas, dan merasa belum pernah ada anggota keluarga yang terkena Demam Berdarah.

79 digilib.uns.ac.id 140 Efi Setyawati Pertiwi sebagai innovator dari program Pemicuan Stop Jentik, berusaha menciptakan sesuatu yang berbeda untuk menumbuhkan daya tarik masyarakat terhadap program Pemicuan Stop Jentik. Hal ini dilakukan dengan cara mengadakan games dan masyarakat dituntut untuk mandiri dengan cara mengenali lingkungannya sendiri melalui observasi lingkungan yang mereka lakukan....bagi fasilitator maupun bagi tim pemicu harus membekali diri untuk bisa menumbuhkan kesadaran. Itu kan juga perlu taktik. Jadi ya memang tidak gampang sih saya akui juga tidak gampang. Cuma mereka tertarik sih karena beda kan, beda dengan yang sudah ada. Jadi ada games-nya, keliling juga untuk observasi. Itu akan bagus sekali sebetulnya, jadi tidak monoton. Materinya sebenarnya sama, tapi cara penyampaiannya yang berbeda, sehingga kesannya menarik. (Hasil wawancara drg. Efi Setyawati Pertiwi, Kepala Bidang P2PL, 2 Oktober 2015) Usaha yang dilakukan oleh innovator dalam mengenalkan dan membuat tertarik warga dalam program Pemicuan Stop Jentik sudah membuahkan hasil. Masyarakat khususnya Kelurahan Kadipiro RW 14 dan 33 mulai proaktif mencari tahu informasi mengenai program Pemicuan Stop Jentik. Ini artinya setelah melewati tahap pengenalan, adopter mulai memasuki tahap bujukan yang ditandai dengan ketertarikannya mencari informasi lebih lanjut menganai program Pemicuan Stop jentik. Berikut ini adalah uraian dan penjelasan mengenai tahapan bujukan yang dilalui oleh kelompok warga RW 14 dan RW 33. RW 14 Warga RW 14 agaknya mayoritas tidak mengalami tahap persuasi ini. Hanya satu orang dari 13 warga RW 14 yang menjadi informan

80 digilib.uns.ac.id 141 selain kader dan opninon leader, yang berinisiatif untuk bertanya menganai Program Pemicuan Stop Jentik. Saya paling tanyanya itu mbak Yuni itu mbak. Waktu itu kan ada rame-rame di rumahe bu Taryani itu deket Posyandu, ya saya tanya lah ke mbak Yuni itu ada acara apa, kan ada tulisan gedhe terpampang gitu juga, kayak poster acara gitu. Terus ibu-ibu kan pada muter pas itu. Terus saya ya sedikit penasaran. (Hasil wawancara Sri Lestari, Warga RW 14, 8 Januari 2016) Sedangkan untuk warga RW 14 yang lainnya cenderung lebih apatis dan hanya sekedanya menerima apa yang didengar, tanpa mencari tahu lebih lanjut. Seperti yang dikatakan oleh Dewi Mardikaningsih sebagai kader kesehatan berikut. Orangnya susah-susah. Memang kalau kamar mandi itu bersih, tapi yang lain-lainnya ya itu. Susah, ngaruhnya juga...apa ya? Nggak ada kayaknya, masih gitu-gitu saja. Lha kok apa lagi mau mencari informasi mbak, nggak ada. Wong dibilangi aja suka susah kok apalagi nyari-nyari informasi. (Hasil wawancara Dewi Mardikaningsih, Kader kesehatan RW 14, 16 Januari 2016) Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa warga RW 14 cenderung kurang aktif untuk mencari tahu mengenai informasi program Pemicuan Stop Jentik, sehingga bisa dikatakan warga RW 14 mayoritas tidak mengalami tahap persuasi ini. Karena pada dasarnya tidak setiap tahap harus dilewati oleh seseorang dalam pengadopsian suatu inovasi. Seperti yang dikatakan oleh Rogers dalam Hanafi (1987: 37) yang menyatakan bahwa kelima tahap dalam proses pengambilan keputusan tentang penerimaan atau penolakannnya suatu inovasi tidak

81 digilib.uns.ac.id 142 selalu terjadi pada hal-hal tertentu dan mungkin beberapa di antaranya dilewatkan. RW 33 Untuk warga RW 33, ada sedikit perbedaan dengan yang dialami oleh warga RW 14. Warga RW 33 lebih memiliki karakter positif untuk mencari tahu lebih lanjut mengenai informasi yang telah didengar atau diperoleh baik dari sumber Dinas Kesehatan atau Puskesmas langsung maupun dari warga lain yang mengikuti program Pemicuan Stop Jentik. Seperti yang dilakukan oleh beberapa warga RW 33 berikut yang berusaha mencari tahu lebih lanjut mengenai program Pemicuan Stop Jentik kepada seseorang yang dianggapnya lebih tahu mengenai inovasi dan kesepakatan program tersebut. Ya saya tanya lagi gimana-gimananya kan kader Posyandu mbak biasane yang lebih update lah istilahe. Kan ada mbak di sini, termasuk Bu Marini juga. (Hasil wawancara Sri Maryani, Warga RW 33, 26 Januari 2016) Ketua ne mbak sing tak takoni, lha nek ana apa-apa kan ketua Posyandu biasane sing luwih paham, sering berhubungan karo Pusekesmas kan. Lha nek termasuk program Pemicuan iki kan ya mestine piyambake luwih paham. (Hasil wawancara Siyam, Warga RW 33, 26 Januari 2016) Paling ya anu niku kadang kan kula kempal kaliyan sinten niku, kader kadang nggih tanggi-tanggi sing luwih paham.lha nek kula niki soale kan jarang teng dalem tho mbak. Dadi ya nek wonten pengumuman-penguman napa niku sok ketinggalan. Mulane kula tanglet nek ra ning Bu Marini nggih sinten tanggi sing cedhak kemawon menawane ngerti. (Hasil wawancara Sularmi, Warga RW 33, 26 Januari 2016) Kula jarang sih nggih ngoten niku njarak takon mrono-mrene tapi biasane anak kula sing tukang tanglet ngoten-ngoten niku, mangke dismpekke commit teng to user kula. Wis tua masalahe nggih mbak

82 digilib.uns.ac.id 143 nggih. (Hasil wawancara Titik Haryani, Warga RW 33, 26 Januari 2016) Awale aku ki ya rada males i mbak. Ya sungkan wae, teka ning penyuluhan-penyuluhan ngono iku. Tapi kok ternyata ya lumayan emm menarik lah, ora mboseni.anu, seru mbak. Ya iso ono guyon e lah, menghibur, karo keliling gitu juga kan, jadi kita yang ikut kan enjoy. (Hasil wawancara Saryani, Warga RW 33, 26 Januari 2016) Bisa dikatakan bahwa warga RW 33 mengalami tahap bujukan atau tahap persuasi ini. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ketertarikan yang dimiliki oleh warga RW 33 yang mendapatkan sosialisasi program Pemicuan Stop Jentik cukup tinggi, yang salah satu faktor pendukungnya adalah variasi kegiatan yang cukup kreatif dan tidak membosankan. 3. Tahapan Keputusan Pada tahap keputusan ini, seseorang akan terlibat dalam kegiatan yang mengarah pada pemilihan untuk menerima atau menolak suatu inovasi. Lebih terfokus, pada tahap ini seseorang harus memilih satu di antara dua alternatif saja., yakni menerima atau menolak ide baru (Rogers dalam Hanafi, 1987: 48). Namun di sisi lain, seseorang menyatakan menerima atau menolak suatu inovasi juga dilatarbelakangi dari penilaiannya teradap suatu inovasi, apakah inovasi tersebut baik atau buruk bagi dirinya, sesuai atau tidak bagi dirinya, dan bermanfaat atau tidak bagi dirinya. Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Totok Mardikanto dalam bukunya Komunikasi Pembangunan (2010: 13) bahwa penerimaan dpengaruhi

83 digilib.uns.ac.id 144 penilaiannya terhadap baik atau buruk atau manfaat inovasi yang telah diketahui informasinya secara lebih lengkap. Masyarakat tidak hanya melakukan penilaian terhadap aspek teknisnya saja, tetapi juga aspek ekonomi, maupun aspek-aspek sosial budaya, bahkan seringkali juga ditinjau dari aspek politis atau kesesuaiannya dengan kebijakan pembangunan nasional dan regional. Hal ini juga terjadi pada masyarakat yang menjadi sasaran inovasi program Pemicuan Stop Jentik, yakni warga RW 14 dan RW 33 yang juga memiliki penilaian tersendiri untuk keputusan mereka dalam mernerima atau menolak inovasi Program Pemicuan Stop Jentik. RW 14 Sebagian warga RW 14 memiliki penilaian tersendiri yang menjadikan alasan apakah seseorang tersebut menerima atau menolak inovasi program Pemicuan Stop Jentik, namun sebagian warga yang lain ada yang tidak memiliki alasan dan penilaian apapun terhadap inovasi program Pemicuan Stop Jentik. Sri Lestari sebagai salah satu warga yang ikut andil dalam acara launching program Pemicuan Stop Jentik memiliki penilaian positif dan mengetahui manfaat dari program tersebut dilihat dari aspek sosial. Ya setuju saja saya. Kan juga bagus kalau secara sosial, bisa makin dekat sama tetangga, bisa ngasih penyuluhan ke tetangga-tetangga yang lainnya. (Hasil wawancara Sri Lestari, Warga RW 14, 8 Januari 2016) Setelah mengetahui manfaat dan melakukan penilaian, Sri Lestari menyatakan setuju dengan commit keberadaan to user inovasi program Pemicuan Stop

84 digilib.uns.ac.id 145 Jentik. Ada lagi yang menjadi salah satu cara menilai inovasi tersebut akan diterima atau tidak adalah dengan mengertinya bahwa program Pemicuan Stop Jentik adalah inovasi yang dibuat oleh pemerintah demi terciptanya keadaan kesehatan yang lebih baik, atau aspek kesesuaian dengan pembangunan nasional. Setuju, saya ngikut saja. Lagipula kan ini demi kesehatan masyarakat juga kan biar nggak ada korban DB lagi, makanya diadakan upaya-upaya seperti itu. (Hasil wawancara Taryani, Warga RW 14, 11 Januari 2016) Ya dengan melaksanakan itu kan otomatis saya setuju. Puskesmas mesti ingin yang lebih baik buat masyarakat kita, sudah gitu aja saya mikirnya (Hasil wawancara Sisilia, Warga RW 14, 11 Januari 2016) Namun ada pula sebagian warga yang tidak memiliki alasan dan penilaian apapun mengenai program Pemicuan Stop Jentik. Beberapa warga ini bersikap apatis dengan keberadaan program Pemicuan Stop Jentik. Mereka merasa melakukan sekedarnya dan tidak ada interest khusus yang membuat mereka memiliki penilaian baik dari aspek apapun terhadap inovasi program Pemicuan Stop Jentik. Namun demikian mereka tetap melakukan beberapa kesepakatan yang terdapat dalam program Pemicuan Stop Jentik....penilaian apa tho mbak? Lha kula kan namung mirengmireng mawon. Nggih mboten ngertos kula. (Hasil wawancara Samirah, Warga RW 14, 15 Januari 2016)...nggih mung mirengke lho mbak. Nek perkara pribadi carane pripun nggih kula mboten ngerti wong dasare kula niki wong bodho, wonge goblok, mboten ngerti upo bengkong tur wis tuwek. Nggih umpama mirengke oh iki kudu ngene, oh nggih. Oh iki kudune enake ngene, nggih mpun laksanakaken saben

85 digilib.uns.ac.id 146 dinane. (Hasil wawancara Wiryo, Warga RW 14, 8 Januari 2016) Mboten ngertos mbak. Dikandani kula ngertose mung PSN, nek pas kumpulan bapak-bapak nggih paling dikandani soal PSN, terus ken resik-resik. Nggih setuju mawon, nggih tak lakoni ning nggih sak kober e. (Hasil wawancara Sarimo, Warga RW 14, 15 Januari 2016) Anu mboten paham kula, lha kula dijelaskene intine ya aku kudu sregep ngresiki kolah, resik-resik lingkungan omah, nek reget nggih ra kober nguras nggih nyuwun abate, wis ngono mawon. Lha nek mung niku nggih mpun tak lakoni, ning nggih ra terus-terusan nduk, awak tuwa cepet kesel. (Hasil wawancara Sikem, Warga RW 14, 15 Januari 2016) Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa warga RW 14 hampir sebagian besar hanya mengikuti saja kesepakatan program yang ada tanpa memiliki penilaian khusus mengenai program Pemicuan Stop Jentik. Meski demikian, secara keseluruhan mereka melaksanakan kesepakatan program yang ada, hanya saja mereka tidak begitu interest yang ditandai dengan tidak memilikinya alasan dan penilaian terhadap tindakannya untuk melakukan kesepakatan program, dan hanya melakukan tanpa adanya motivasi yang kuat. Mereka melakukan karena kesepakatan program adalah sudah merupakan suatu konsensus masyarakat yang mau tidak mau mereka harus melaksanakan, di mana instruksi tersebut disampaikan oleh para opinion leader yang ucapannya seperti sebuah instruksi untuk dilaksanakan. RW 33 Tahap keputusan yang dialami oleh warga RW 33 berbeda dengan yang dialami oleh mayoritas warga RW 14. Warga RW 33 yang

86 digilib.uns.ac.id 147 menjadi narasumber dalam penelitian ini, mayoritas memiliki penilaian dan alasan yang membuat mereka menerima inovasi program Pemicuan Stop Jentik. Masyarakat penerima manfaat yang dalam hal ini adalah warga RW 33, mereka menyadari betul apa manfaat yang akan mereka peroleh jika mengadopsi program Pemicuan Stop Jentik, sehingga mereka mempertahankan untuk tetap melakukan kesepakatan program yang mereka buat sendiri demi kebaikan lingkungan RW 33. Seperti yang dirasakan oleh Sri Maryani yang mengatakan betapa pentingnya kesehatan, sehingga perlu untuk pelaksanaan kesepakatan program. Iya pasti saya setuju, masyarakat kan jadi tahu mbak, itu tadi kan pentingnya kesehatan, makanya kita menjaga lingkungan, jangan sampai air itu menggenang, nanti kan apa itu jangan sampai jentik itu nanti tumbuh menjadi nyamuk, sebelumnya kan kita bersihkan, itu dengan kesepakatan kegiatan itu tadi (Hasil wawancara Sri Maryani, Warga RW 33, 26 Januari 2016) Hampir sama dengan yang dirasakan oleh Sri Maryani, Titik Harini dan Sularmi juga sependapat. Nggih mestine kula setuju, wong kula nderek mesti nek pas kerja baktine ngoten. Tambah sregep resik-resik ngoten, kan setiap anu kerja bakti, kan dianjurkan setiap anu kerja bakti. Selalu kerja bakti, nggih rumahe diresiki. (Hasil wawancara Titik Harini, Warga RW 33, 26 Januari 2016) Setuju nggihan...kangge kebaikan. DB kan medeni, anak kula winginane nggih mpun kena. Makane wonten kesepakatan resik-resik niku wau. (Hasil wawancara Sularmi, Warga RW 33, 26 Januari 2016)

87 digilib.uns.ac.id 148 Bahkan ada pula warga yang menilai dari aspek sosialnya, yang mengatakan bahwa adanya kesepakatan program yang salah satunya adalah kerja bakti dapat mempererat tali persaudaraan dan wawancara berikut ini commit : to user kekompakan antar warga. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Totok Mardikanto (2010: 13) bahwa masyarakat penerima manfaat dapat melakukan penilaian terhadap aspek teknis, maupun aspek lainnya seperti aspek ekonomi, aspek sosial budaya, ataupun aspek politis. Berikut Saryani, seorang warga RW 33 yang menilai dari aspek sosial budayanya. Penak wi mbak, sarujuk mawon ah. Sing kerja bakti niku le marai guyub kok malahan. Seneng aku, sarujuk pokoke niku lah. (Hasil wawancara Saryani, Warga RW 33, 26 Januari 2016) Selain penilaian dari aspek teknis, ekonomi, sosial budaya, dan politis, penilaian penerima manfaat bisa juga dilakukan berdasarkan aspek kesesuaian dengan pembangunan nasional (2010: 13). Adopter mengerti bahwa kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan agar terhindar dari berbagai macam penyakit masih rendah, sehingga pemerintah meluncurkan model baru untuk memicu kesadaran masyarakat yang tujuan akhirnya meminimalisasi korban Demam Berdarah. Seperti yang dikatakan oleh beberapa warga dalam kutipan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari serangkaian data yang diperoleh di lapangan baik melalui wawancara terhadap narasumber maupun hasil penelitian selama penelitian, maka peneliti dapat menarik

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW) Adapun pertanyaan yang disusun dalam melakukan Indepth Interview untuk

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW) Adapun pertanyaan yang disusun dalam melakukan Indepth Interview untuk PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW) Adapun pertanyaan yang disusun dalam melakukan Indepth Interview untuk menggali informasi dari informan adalah : 1. Bisakah ibu menceritakan bagaimana ibu

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Wawancara Pelaksanaan Program Remedi

Lampiran 1. Hasil Wawancara Pelaksanaan Program Remedi LAMPIRAN 93 Lampiran 1. Hasil Wawancara Pelaksanaan Program Remedi Sekolah : SMA N 1 Sentolo Hari, tanggal wawancara : Selasa, 18 April 2017 Jam wawancara : 10.00-selesai Peneliti : Apakah Bapak/Ibu Guru

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. A. Pedoman Wawancara dengan Kepala Puskesmas Berohol Kota Tebing Tinggi

PEDOMAN WAWANCARA. A. Pedoman Wawancara dengan Kepala Puskesmas Berohol Kota Tebing Tinggi Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA PELAKSANAAN FUNGSI MANAJEMEN PROGRAM IMUNISASI DALAM PENCAPAIAN TARGET UCI DI PUSKESMAS BEROHOL, KECAMATAN BAJENIS, KOTA TEBING TINGGI TAHUN 2015 A. Pedoman Wawancara dengan

Lebih terperinci

Narasumber : Dadan Abdul Kohar Jabatan : Kepala Seksi Perizinan Bangunan di Dinas Tata Kota dan Bangunan kota Depok Waktu : 21 Mei 2008, jam 09.

Narasumber : Dadan Abdul Kohar Jabatan : Kepala Seksi Perizinan Bangunan di Dinas Tata Kota dan Bangunan kota Depok Waktu : 21 Mei 2008, jam 09. Narasumber : Dadan Abdul Kohar Jabatan : Kepala Seksi Perizinan Bangunan di Dinas Tata Kota dan Bangunan kota Depok Waktu : 21 Mei 2008, jam 09.00 WIB Bagaimana proses identifikasi wajib retribusi Izin

Lebih terperinci

Transkrip wawancara dengan ibu Subi dengan jabatan Ketua Ibu dan Anak. 1. Konsep Pemasaran Social Marketing. Yogyakarta kepada target sasaran?

Transkrip wawancara dengan ibu Subi dengan jabatan Ketua Ibu dan Anak. 1. Konsep Pemasaran Social Marketing. Yogyakarta kepada target sasaran? Internal Nama : Subi Jabatan : Ketua Ibu dan Anak Transkrip wawancara dengan ibu Subi dengan jabatan Ketua Ibu dan Anak tanggal 06 september 2015 Internal 1. Konsep Pemasaran Social Marketing a. Pesan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRPSI DAN ANALISIS DATA. sebelumnya, maka untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut dilakukan

BAB IV DESKRPSI DAN ANALISIS DATA. sebelumnya, maka untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut dilakukan BAB IV DESKRSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Sehubungan dengan pertanyaan penelitian yang dikemukakan sebelumnya, maka untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut dilakukan pembahasan dalam bentuk

Lebih terperinci

I. Daftar pertanyaan untuk Informan Staf bidang Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan Kota Medan a. Identitas Informan

I. Daftar pertanyaan untuk Informan Staf bidang Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan Kota Medan a. Identitas Informan LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ( IN DEPTH INTERVIEW ) ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DOTS PLUS PADA PROGRAM PENANGGULANGAN TB MDR DI PUSKESMAS TELADAN TAHUN 06 I. Daftar pertanyaan untuk Staf bidang

Lebih terperinci

Rumah Ketua RT : (tok tok tok.) Assalamuallaikum.. permisi : Waallaikum salam eeeh perawat Evita.. apa kabar?

Rumah Ketua RT : (tok tok tok.) Assalamuallaikum.. permisi : Waallaikum salam eeeh perawat Evita.. apa kabar? Setting: Di suatu hari yang cerah beberapa hari setelah dilakukannya implementasi oleh perawat Evita mengenai senam kaki dan edukasi mengenai terapi diet bagi sekelompok masyarakat yang menderita DM. Maka

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. luas wilayah dan jumlah penduduknya. (solokotakita.org)

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. luas wilayah dan jumlah penduduknya. (solokotakita.org) digilib.uns.ac.id BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Kelurahan Kadipiro Surakarta 1. Keadaan Geografis Kelurahan Kadipiro merupakan salah satu bagian wilayah dari Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Temuan Penelitian 1. Deskripsi Data Hasil Observasi Metode observasi merupakan salah satu metode yang digunakan untuk melengkapi data penelitian.

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pd Puncak Peringatan Bulan Bhakti Gotong Royong Masy, Manado, tgl 28 Mei 2015 Kamis, 28 Mei 2015

Sambutan Presiden RI pd Puncak Peringatan Bulan Bhakti Gotong Royong Masy, Manado, tgl 28 Mei 2015 Kamis, 28 Mei 2015 Sambutan Presiden RI pd Puncak Peringatan lan Bhakti Gotong Royong Masy, Manado, tgl 28 Mei 2015 Kamis, 28 Mei 2015 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PUNCAK PERINGATAN BULAN BHAKTI GOTONG ROYONG

Lebih terperinci

GURU. Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru. Ayo silahkan perkenalkan diri.

GURU. Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru. Ayo silahkan perkenalkan diri. INT. CLASSROOM - DAY Suasana kelas yang bising akan obrolan murid terhenti oleh sahutan guru yang mendatangi mereka dan membawa seorang murid yang berdiri di depan pintu kelas. GURU Anak-anak, hari ini

Lebih terperinci

Wawancara Partisipan 1

Wawancara Partisipan 1 55 Verbatim Partisipan Wawancara Partisipan 1 S Isi Percakapan Kode P Selamat pasi mas 1 P1 Selamat pagi juga mbak 2 P Bisa minta waktunya sebentar mas sekitar 5-10 menit 3 P1 Iya bisa 4 P Perkenalkan

Lebih terperinci

Naskah Manajemen Complain dan Customer Care

Naskah Manajemen Complain dan Customer Care Naskah Manajemen Complain dan Customer Care 1. Karakter Emosional Complain Seorang ibu yang merupakan anggota keluarga pasien datang ke customer service menanyakan perihal tidak adanya tempat tidur yang

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA (Kepala Puskesmas Kecamatan Tanah Abang)

PEDOMAN WAWANCARA (Kepala Puskesmas Kecamatan Tanah Abang) PEDOMAN WAWANCARA (Kepala Puskesmas Kecamatan Tanah Abang) Kode Informan : Nama : Umur : Jenis Kelamin : Pendidikan Terakhir : Unit Kerja : Jabatan : Masa Kerja : Pengetahuan Mengenai Fungsi Puskesmas

Lebih terperinci

LAMPIRAN. 1. Wawancara dengan Bapak Suwandi (Pemilik Tambak) Nurul P.Suwandi Nurul

LAMPIRAN. 1. Wawancara dengan Bapak Suwandi (Pemilik Tambak) Nurul P.Suwandi Nurul LAMPIRAN Hasil Wawancara 1. Wawancara dengan Bapak Suwandi (Pemilik Tambak) : Assalamualaikum Pak : Walaikumsalam : Sebelumnya Saya ucapkan terima kasih pada Bapak sudah meluangkan waktu untuk Saya. Perkenalkan

Lebih terperinci

Transkrip Wawancara Mendalam

Transkrip Wawancara Mendalam Transkrip Wawancara Mendalam B. Wawancara dengan Ibu Sumiati, Staf Sub Bagian Pelayanan Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil Pemda Kabupaten Mojokerto 1. Apakah menurut ibu sarana dan prasarana di kantor

Lebih terperinci

menyelesaikan permasalahan tersebut? Jika ya, bagaimana commit to user solusi alternatif tersebut?

menyelesaikan permasalahan tersebut? Jika ya, bagaimana commit to user solusi alternatif tersebut? digilib.uns.ac.id BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN Pada Bab IV ini digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan pada Bab I yaitu: Bagaimana tingkat dan karakteristik dari tingkat

Lebih terperinci

Praktikum Perilaku Konsumen

Praktikum Perilaku Konsumen Modul ke: Praktikum Perilaku Konsumen Difusi dan Inovasi Konsumen Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ade Permata Surya, S.Gz., MM. Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id Definisi Inovasi dan Difusi Inovasi

Lebih terperinci

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN SENDANGMULYO KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG FKM UNDIP

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN SENDANGMULYO KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG FKM UNDIP Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 108-117 ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN SENDANGMULYO KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG *), Sudiro **), Lucia Ratna

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi

BAB 1 : PENDAHULUAN. sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan pada umumnya, disebabkan tiga faktor yang timbul secara bersamaan, yaitu (1) adanya bibit penyakit, (2) adanya lingkungan yang memungkinkan berkembangnya

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN KEY INFORMAN. : Kepala Bagian Humas Direktorat PSKTK-PM. Adalah benar sebagai Narasumber dalam penulisan skripsi yang dilakukan oleh

SURAT PERNYATAAN KEY INFORMAN. : Kepala Bagian Humas Direktorat PSKTK-PM. Adalah benar sebagai Narasumber dalam penulisan skripsi yang dilakukan oleh SURAT PERNYATAAN KEY INFORMAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Isni Nur Aini, M.Psi Jabatan : Kepala Bagian Humas Direktorat PSKTK-PM Perusahaan : Kementerian Sosial RI Adalah benar sebagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam hal ini peneliti akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada tujuh partisipan selama kurang lebih dua bulan. Penyajian data hasil

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ANALISIS SISTEM RUJUKAN KIA DI PUSKESMAS PERUMNAS BT.VI PEMATANG SIANTAR TAHUN 2015

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ANALISIS SISTEM RUJUKAN KIA DI PUSKESMAS PERUMNAS BT.VI PEMATANG SIANTAR TAHUN 2015 Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ANALISIS SISTEM RUJUKAN KIA DI PUSKESMAS PERUMNAS BT.VI PEMATANG SIANTAR TAHUN 2015 I. Dokter puskesmas Nama : dr. Ernawaty Tarigan Umur : 38 Tahun Pendidikan : Sarjana

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA WACANA PEMBUKA RAPAT DINAS DI TINGKAT KELURAHAN BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI

IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA WACANA PEMBUKA RAPAT DINAS DI TINGKAT KELURAHAN BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA WACANA PEMBUKA RAPAT DINAS DI TINGKAT KELURAHAN BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kriteria riset partisipan adalah ibu hamil primigravida dengan usia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kriteria riset partisipan adalah ibu hamil primigravida dengan usia BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Riset Kriteria riset partisipan adalah ibu hamil primigravida dengan usia kehamilan 20-32 minggu, mampu berkomunikasi dengan baik, tinggal di wilayah

Lebih terperinci

ANALISIS MARKET RESEARCH UNEJ

ANALISIS MARKET RESEARCH UNEJ 1. Kegiatan selama liburan Bantu orang tua:3 Ya, kalo aku sih ya diem aja dirumah soalnya dirumah juga kan ada ibu punya took jadi bisa bantu-bantu (D,P,Aktif, Jalan-jalan:5 Kalo traveling, mungkin naik

Lebih terperinci

PERTANYAAN WAWANCARA. Jenis kelamin: Pendidikan terakhir: Pendapatan/bulan : <3juta >3juta

PERTANYAAN WAWANCARA. Jenis kelamin: Pendidikan terakhir: Pendapatan/bulan : <3juta >3juta PERTANYAAN WAWANCARA Nama: Jenis kelamin: Jabatan: Pendidikan terakhir: Lama bekerja: Pendapatan/bulan : 3juta 1. Saat ini ibu sedang menggunakan bank apa? Sudah berapa lama ibu menggunakan bank

Lebih terperinci

Wawancara. Pertanyaan 1: Siapakah yang mengelola perpustakaan saat ini? (pustakawan/ pustakawan guru/ tenaga honorer) dan berapa jumlahnya?

Wawancara. Pertanyaan 1: Siapakah yang mengelola perpustakaan saat ini? (pustakawan/ pustakawan guru/ tenaga honorer) dan berapa jumlahnya? LAMPIRAN 1 : Hasil Wawancara Wawancara Pertanyaan 1: Siapakah yang mengelola perpustakaan saat ini? (pustakawan/ pustakawan guru/ tenaga honorer) dan berapa jumlahnya? Hay (206) Bja (215) oleh Mas Dodi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi dan Analisis Hasil Penelitian 1. Subjek S 1Untuk mengetahui kemampuan translasi model representasi dari Real Script menjadi Gambar Statis subjek S 1, maka diberikan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 5 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (1)

LAMPIRAN 5 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (1) LAMPIRAN 1 80 LAMPIRAN 2 81 LAMPIRAN 3 82 LAMPIRAN 4 83 LAMPIRAN 5 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (1) 1. Sejak kapan Anda menjabat sebagai Kepala Puskesmas/Penanggungjawab Program Posbindu? 2. Bagaimana pengalaman

Lebih terperinci

CATATAN OBSERVASI DAN TRANSKIP WAWANCARA

CATATAN OBSERVASI DAN TRANSKIP WAWANCARA Lampiran 2 CATATAN OBSERVASI DAN TRANSKI WAWANCARA A. Riset artisipan 1 (R1) Inisial : Ny. D Usia : 39 th ekerjaan : NS Hari/Tanggal/Jam : Rabu, 06 Januari 2016 (14.30-16.30 WIB) Tem pat : Teras depan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS TEGAL TIMUR Jln. Flores No. 35 Telp. : ( 0283 ) Tegal

PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS TEGAL TIMUR Jln. Flores No. 35 Telp. : ( 0283 ) Tegal Notulen Pertemuan Susunan Acara PERTEMUAN KADER PUSKESMAS TEGAL TIMUR TAHUN 2015 Tanggal : November 2015 Pukul : 1. Pembukaan 2. Penyampaian materi sosialisasi tentang pemberdayaan masyarakat melalui posyandu

Lebih terperinci

BAB VII PERSEPSI PEGAWAI MENGENAI PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN LURAH TERHADAP EFEKTIVITAS ORGANISASI

BAB VII PERSEPSI PEGAWAI MENGENAI PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN LURAH TERHADAP EFEKTIVITAS ORGANISASI BAB VII PERSEPSI PEGAWAI MENGENAI PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN LURAH TERHADAP EFEKTIVITAS ORGANISASI Penerapan gaya kepemimpinan seorang lurah mempengaruhi efektivitas organisasi kelurahan. Berikut adalah

Lebih terperinci

No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin Pendidikan terakhir : Pekerjaan :

No. Responden : Nama : Umur : Jenis Kelamin Pendidikan terakhir : Pekerjaan : PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM STUDI KUALITATIF PERILAKU BUANG AIR BESAR PADA IBU RUMAH TANGGA YANG TIDAK MEMILIKI JAMBAN KELUARGA DI KECAMATAN SUKARESMI KABUPATEN GARUT 2009 Informan : Ibu rumah tangga No.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Teori Adopsi dan Difusi Inovasi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Teori Adopsi dan Difusi Inovasi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Teori Adopsi dan Difusi Inovasi Inovasi menurut Rogers (1983) merupakan suatu ide, praktek atau obyek yang dianggap baru oleh individu atau kelompok pengadopsi.

Lebih terperinci

ARTIKEL STUDIKUALITATIF PENGETAHUAN DAN PERAN TOKOH MASY ARARAT DALAM PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DIKOTA SALATIGA

ARTIKEL STUDIKUALITATIF PENGETAHUAN DAN PERAN TOKOH MASY ARARAT DALAM PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DIKOTA SALATIGA ARTIKEL STUDIKUALITATIF PENGETAHUAN DAN PERAN TOKOH MASY ARARAT DALAM PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DIKOTA SALATIGA Wiwik Trapsilowati, Suskamdani Abstrak Prioritas program pemberantasan Demam Berdarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) termasuk salah satu penyakit yang tersebar di kawasan Asia Tenggara dan sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA. Hasil penelitian melalui wawancara dengan tiga keluarga di RT 14 Kelurahan Way Halim Bandar Lampung:

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA. Hasil penelitian melalui wawancara dengan tiga keluarga di RT 14 Kelurahan Way Halim Bandar Lampung: LAMPIRAN HASIL WAWANCARA Hasil penelitian melalui wawancara dengan tiga keluarga di RT 14 Kelurahan Way Halim Bandar Lampung: 1. Komunikasi Keluarga a. Keluarga Bapak Rubai (48 tahun) Peneliti : Bagaimana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP IIS PSM (Islamic International School Pesantren Sabilil Muttaqien) Magetan pada

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA

LAMPIRAN-LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA LAMPIRAN-LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA : Hj. Cucu Zainabun Yusuf, S.Pd.,M.Pd : Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Mancak 1. Menurut ibu BK itu apa? Jawab: BK itu tempat untuk mengatasi permasalahan dari siswa-siswi,

Lebih terperinci

5. TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PEMBERANTASAN PENYAKIT DBD (Studi Kasus Kabupaten Indramayu)

5. TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PEMBERANTASAN PENYAKIT DBD (Studi Kasus Kabupaten Indramayu) 5. TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PEMBERANTASAN PENYAKIT DBD (Studi Kasus Kabupaten Indramayu) 5.1. PENDAHULUAN Sebagian besar perkotaan di Indonesia merupakan wilayah endemik

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. 3. Pernahkah anda melakukan usaha untuk menggugurkan kandungan? tua/pasangan/orang-orang terdekat anda?

PEDOMAN WAWANCARA. 3. Pernahkah anda melakukan usaha untuk menggugurkan kandungan? tua/pasangan/orang-orang terdekat anda? LAMPIRAN 59 PEDOMAN WAWANCARA 1. Bagaimana perasaaan anda ketika anda mengetahui bahwa anda sedang hamil? 2. Apa yang anda lakukan ketika anda mengetahui bahwa anda sedang hamil? 3. Pernahkah anda melakukan

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. A. Pertanyaan Bagi Pihak Manager BMT Batik Mataram Yogyakarta

PEDOMAN WAWANCARA. A. Pertanyaan Bagi Pihak Manager BMT Batik Mataram Yogyakarta LAMPIRAN-LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA A. Pertanyaan Bagi Pihak Manager BMT Batik Mataram Yogyakarta 1. Bagaimana gambaran umum mengenai musyarakah di BMT Batik Mataram Yogyakarta? 2. Apa saja kriteria bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pentingnya menjaga kesehatan bagi masyarakat adalah hal mutlak. Karena dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat terus produktif.

Lebih terperinci

PUBLISHED BY NetSukses.com

PUBLISHED BY NetSukses.com ONLINE SUPER MENTAL Hai hai!... Sahabat Netter, Dengan saya Rizky Lim ingin berbagi LAGI Tentang RAHASIA SUPER MENTAL Untuk menjalankan Bisnis APAPUN itu Baik online maupun offline untuk menghasilkan PROFIT

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli)

PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli) PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli) Oleh Latifah Dwi Wahyuni dan Nisa Afifah Abstrak Pada proses jual beli, baik di

Lebih terperinci

MOTIVASI BIDAN DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS BERGAS, KABUPATEN SEMARANG. Natalia Desty Kartika Sari

MOTIVASI BIDAN DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS BERGAS, KABUPATEN SEMARANG. Natalia Desty Kartika Sari MOTIVASI BIDAN DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS BERGAS, KABUPATEN SEMARANG Natalia Desty Kartika Sari ABSTRAK Keunggulan ASI adalah adanya kolostrum yang akan memberikan antibodi

Lebih terperinci

Hasil Wawancara. Pertanyaan ditujukan kepada konsumen Waroeng Spesial Sambal

Hasil Wawancara. Pertanyaan ditujukan kepada konsumen Waroeng Spesial Sambal Hasil Wawancara Pertanyaan ditujukan kepada konsumen Waroeng Spesial Sambal Pertanyaan berdasarkan empathy : 1. Apa perasaan anda saat pertama kali melihat poster garansi kekecewaan ini? 2. Apakah menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atikah Sapta Maritsa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atikah Sapta Maritsa, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Derajat kesehatan merupakan salah satu unsur penting dalam upaya meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bangsa Indonesia. Sementara itu, derajat kesehatan

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pd Peringatan Hari Ibu ke-86 Thn 2014, Jakarta, tgl. 22 Des 2014 Senin, 22 Desember 2014

Sambutan Presiden RI pd Peringatan Hari Ibu ke-86 Thn 2014, Jakarta, tgl. 22 Des 2014 Senin, 22 Desember 2014 Sambutan Presiden RI pd Peringatan Hari Ibu ke-86 Thn 2014, Jakarta, tgl. 22 Des 2014 Senin, 22 Desember 2014 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN HARI IBU KE-86 TAHUN 2014 DI GOR CIRACAS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) memperkirakan penduduk yang terkena DBD telah meningkat selama 50 tahun terakhir. Insiden DBD terjadi baik di daerah tropik

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM KEPALA PUSKESMAS KELAPA DUA KABUPATEN TANGERANG (INFORMAN 1)

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM KEPALA PUSKESMAS KELAPA DUA KABUPATEN TANGERANG (INFORMAN 1) 1. Pedoman Wawancara PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM KEPALA PUSKESMAS KELAPA DUA KABUPATEN TANGERANG (INFORMAN 1) Petunjuk Umum Wawancara: 1. Ucapkan terima kasih atas kesediaan diwawancarai. 2. Lakukan perkenalan

Lebih terperinci

UNGGULAN UTAMA RW SIAGA KESEHATAN

UNGGULAN UTAMA RW SIAGA KESEHATAN UNGGULAN UTAMA RW SIAGA KESEHATAN Untuk meningkatkan derajat masyarakat, Pemerintah Kelurahan Kedungmundu bersama lembaga masyarakat telah mengupayakan kegiatan/gerakan menuju masyarakat sehat yang diikuti

Lebih terperinci

TEORI KOMUNIKASI KONTEKS BUDAYA DAN MASYARAKAT

TEORI KOMUNIKASI KONTEKS BUDAYA DAN MASYARAKAT PENYEBARAN INFORMASI DAN PENGARUH Teori Komunikasi-1, Sesi 14 Hipotesis Dua Langkah Lazarsfeld TEORI KOMUNIKASI KONTEKS BUDAYA DAN MASYARAKAT PENYEBARAN INFORMASI DAN PENGARUH: Hipotesis Dua Langkah Lazarsfeld

Lebih terperinci

Hasil Wawancara: Peneliti melakukan wawancara dengan narasumber dalam beberapa periode sesuai perkembangan Tari Dolalak :

Hasil Wawancara: Peneliti melakukan wawancara dengan narasumber dalam beberapa periode sesuai perkembangan Tari Dolalak : LAMPIRAN 1 HASIL WAWANCARA Data Primer Untuk mengetahui lebih mendalam dan sebagai bukti bahwa adanya pergeseran dalam pementasan Tari Dolalak, maka peneliti melakukan wawancara sebagai berikut ini: Daftar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Paparan Data 1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Penelitian dengan judul Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Menyelesaikan Soal Barisan dan Deret Kelas XI APK 3 SMK

Lebih terperinci

Daftar pertanyaan untuk key informan : Customer service PT Galva Technologies (Sdri. Ayu)

Daftar pertanyaan untuk key informan : Customer service PT Galva Technologies (Sdri. Ayu) Daftar pertanyaan untuk key informan : Customer service PT Galva Technologies (Sdri. Ayu) 1. Seberapa sering anda berkomunikasi dengan pelanggan 2. Apakah semua pelanggan yang datang diperlakukan yang

Lebih terperinci

DIFUSI INOVASI JARING PENGUSIR BURUNG PADA KELOMPOK TANI SUMBER MAKMUR DI DESA KALIBELO, KECAMATAN GAMPENGREJO, KABUPATEN KEDIRI

DIFUSI INOVASI JARING PENGUSIR BURUNG PADA KELOMPOK TANI SUMBER MAKMUR DI DESA KALIBELO, KECAMATAN GAMPENGREJO, KABUPATEN KEDIRI DIFUSI INOVASI JARING PENGUSIR BURUNG PADA KELOMPOK TANI SUMBER MAKMUR DI DESA KALIBELO, KECAMATAN GAMPENGREJO, KABUPATEN KEDIRI Oleh: Gres Kurnia (071015025) - B Email: grassgresy@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

Transkip Wawancara Key Informan Nama : Bapak Ahmad Arif Jabatan : Produser Tempat : Radio Suara Edukasi Tanggal : 22 Juli 2016 Waktu : 16.

Transkip Wawancara Key Informan Nama : Bapak Ahmad Arif Jabatan : Produser Tempat : Radio Suara Edukasi Tanggal : 22 Juli 2016 Waktu : 16. Transkip Wawancara Key Informan Nama : Bapak Ahmad Arif Jabatan : Produser Tempat : Radio Suara Edukasi Tanggal : 22 Juli 2016 Waktu : 16.25 WIB 1. Bagaimana proses pemilihan judul iklan layanan masyarakat

Lebih terperinci

Mari belajar keliling dan Luas Lingkaran.

Mari belajar keliling dan Luas Lingkaran. LAMPIRAN 95 96 Lampiran 1 Instrumen tes pemecahan masalah open-ended materi lingkaran Mari belajar keliling dan Luas Lingkaran. Nama : Kelas/ No urut : Petunjuk Pengisian: 1. Berdoalah terlebih dahulu

Lebih terperinci

: Apakah pesan yang disampaikan oleh pihak manajemen KFC kepada karyawannya itu sama?

: Apakah pesan yang disampaikan oleh pihak manajemen KFC kepada karyawannya itu sama? esponden 1 Hari / tanggal : abu / 9 Oktober 2013 Identitas esponden Nama : Aji Wawancara : Sudah, hususnya saya sebagai karyawan KFC Suzuya Binjai mengusahakan sesama karyawan itu begitu saya memberikan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN. Oleh : Suyantiningsih, M.Ed. Jur. KTP FIP

PENDIDIKAN. Oleh : Suyantiningsih, M.Ed. Jur. KTP FIP PENDIDIKAN Oleh : Suyantiningsih, M.Ed. Jur. KTP FIP DEFINISI Difusi adalah proses inovasi yang dikomunikasikan melalui saluran-saluran tertentu kepada anggota sistem sosial Komunikasi adalah sebuah proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah

BAB I PENDAHULUAN. dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah tropisdan sub tropis, dan menjangkit

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Setting Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Provinsi Maluku Rumah Sakit Jiwa Ambon di mulai tahun anggaran 1981/1982 Rumah Sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sarana komunikasi, maka segala yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sarana komunikasi, maka segala yang berkaitan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana komunikasi, maka segala yang berkaitan dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa, seperti berfikir manusia sistematis dalam menggapai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN Pada Bab IV ini akan dijelaskan hasil perolehan data di lapangan yang selanjutnya dianalisis untuk memperoleh deskripsi profil berpikir probabilistik siswa dalam menyelesaikan masalah

Lebih terperinci

DIFUSI INOVASI. Agustina Bidarti Fakultas Pertanian Unsri

DIFUSI INOVASI. Agustina Bidarti Fakultas Pertanian Unsri DIFUSI INOVASI M ETODE PENGEMBANGAN PARTISIPATIF Agustina Bidarti Fakultas Pertanian Unsri Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Adopsi 1. Sifat inovasi (keuntungan relatif, kompabilitas, kompleksitas, triabilitas,

Lebih terperinci

Transkrip Wawancara dengan Anak Korban Broken Home

Transkrip Wawancara dengan Anak Korban Broken Home Transkrip Wawancara dengan Anak Korban Broken Home Informan 1 Nama : AD Jenis kelamin : Perempuan Usia : 14 Tahun Pendidikan : SMP Hari/tanggal wawancara : Jum at, 4 April 2014 Tempat wawancara : Rumah

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 126/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 126/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 126/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL. 1. Sejarah Perkembangan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul

BAB II DESKRIPSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL. 1. Sejarah Perkembangan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul BAB II DESKRIPSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL A. Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul 1. Sejarah Perkembangan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul terletak di Jalan Lingkar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data Profil Kesehatan Puskesmas Getasan tahun 2014, menunjukkan bahwa terdapat 84 temuan kasus diare.

BAB I PENDAHULUAN. Data Profil Kesehatan Puskesmas Getasan tahun 2014, menunjukkan bahwa terdapat 84 temuan kasus diare. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa Tolokan adalah salah satu wilayah di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah yang memiliki angka kasus diare tertinggi. Data Profil Kesehatan Puskesmas Getasan tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi berbagai permasalahan yang sangat mendasar, terutama dalam upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi berbagai permasalahan yang sangat mendasar, terutama dalam upaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telah lebih setengah abad Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya tetapi berbagai permasalahan yang sangat mendasar, terutama dalam upaya mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pd Panen Raya Padi, Merauke, Papua Barat, tgl 10 Mei 2015 Rabu, 10 Juni 2015

Sambutan Presiden RI pd Panen Raya Padi, Merauke, Papua Barat, tgl 10 Mei 2015 Rabu, 10 Juni 2015 Sambutan RI pd Panen Raya Padi, Merauke, Papua Barat, tgl 10 Mei 2015 Rabu, 10 Juni 2015 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI KAMPUNG WAPEKO, KECAMATAN HURIK, KABUPATEN MERAUKE,

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PEDOMAN WAWANCARA

LAMPIRAN I PEDOMAN WAWANCARA LAMPIRAN I PEDOMAN WAWANCARA Penelitian ini menggunakan wawancara sebagai teknik dalam pengumpulan data dan dalam pelaksanaannya akan dilakukan wawancara yang mendalam dan terstruktur guna mendapatkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA LAMPIRAN HASIL WAWANCARA Hari/Tanggal : Senin, 15 April 2013 Waktu : 10:00-10:15 Tempat : PAUD Satria Tunas Bangsa Pewawancara : Melany C. Narasumber : Subyek 1 (EP) Q: Bu, sudah berapa lama mengajar di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan individu yang telah lulus dari perguruan tinggi disebut sebagai Sarjana

BAB I PENDAHULUAN. dan individu yang telah lulus dari perguruan tinggi disebut sebagai Sarjana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah individu yang menuntut pendidikan di perguruan tinggi, dan individu yang telah lulus dari perguruan tinggi disebut sebagai Sarjana (Sugiono,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inovasi Rogers (2003) mengartikan inovasi sebagai ide, praktik atau objek yang dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya pengetahuan

Lebih terperinci

terbanyak keempat didunia, menurut Akbar (2015), jumlah penduduk mencapai

terbanyak keempat didunia, menurut Akbar (2015), jumlah penduduk mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia salah satu negara berkembang yang memiliki populasi penduduk terbanyak keempat didunia, menurut Akbar (2015), jumlah penduduk mencapai 254,9 juta jiwa.

Lebih terperinci

Campur Kode pada Tuturan Siswa dalam Proses Pembelajaran Bahasa Jawa Kelas XI di SMK Batik Sakti 1 Kebumen

Campur Kode pada Tuturan Siswa dalam Proses Pembelajaran Bahasa Jawa Kelas XI di SMK Batik Sakti 1 Kebumen Campur Kode pada Tuturan Siswa dalam Proses Pembelajaran Bahasa Jawa Kelas XI di SMK Batik Sakti 1 Kebumen Oleh: Siyam Thohiroh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa siyam_thohiroh@yahoo.com

Lebih terperinci

KUNCI JAWABAN. 1. 2x-y = 4 dan 2x + 3y = 12 a. Metode Grafik 2x-y = 4 2x + 3y = 12 x 0 2 x 0 6 y -4 0 y 4 0

KUNCI JAWABAN. 1. 2x-y = 4 dan 2x + 3y = 12 a. Metode Grafik 2x-y = 4 2x + 3y = 12 x 0 2 x 0 6 y -4 0 y 4 0 Nama : Kelas : No : SOAL! 1. Tentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan 2x y = 4 dan 2x + 3y = 12, dengan menggunakan a. Metode Grafik b. Metode Eliminasi c. Metode Subtitusi d. Metode Gabungan

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. berdasarkan PP No. 46 Tahun 2011 tentang penilaian prestasi kerja PNS yang

BAB III PENYAJIAN DATA. berdasarkan PP No. 46 Tahun 2011 tentang penilaian prestasi kerja PNS yang BAB III PENYAJIAN DATA Penulis melakukan penelitian mengenai Penilaian Prestasi Kerja Pegawai berdasarkan PP No. 46 Tahun 2011 tentang penilaian prestasi kerja PNS yang dilaksanakan di Dinas Koperasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bersamaan dengan masuknya milenium baru, Departemen Kesehatan. telah mencanangkan Gerakan Pembangunan Berwawasan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Bersamaan dengan masuknya milenium baru, Departemen Kesehatan. telah mencanangkan Gerakan Pembangunan Berwawasan kesehatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO setiap tahunnya sekitar 2,2 juta jiwa di Negara-negara berkembang terutama anak-anak meninggal dunia akibat berbagai penyakit yang disebabkan oleh kurangnya

Lebih terperinci

Saksi #17: Budi Maryati

Saksi #17: Budi Maryati Saksi #17: Budi Maryati (Saksi telah disumpah pada persidangan tanggal 11 Oktober 2011) : Saudara saksi Budi Maryati ya, saudara sudah disumpah dalam persidangan yang lalu untuk memberikan keterangan yang

Lebih terperinci

A. SAJIAN DATA. 1. Respon Guru Jika Murid Tidak Mengerti Materi Pembelajaran

A. SAJIAN DATA. 1. Respon Guru Jika Murid Tidak Mengerti Materi Pembelajaran A. SAJIAN DATA Setiap individu memiliki kebiasaan yang berbeda hal tersebut tidak terlepas pada kebiasaan seorang guru dalam memulai kegiatan belajar mengajar. Pada setiap awal pembelajaran Nubuat sebagai

Lebih terperinci

HASIL WAWANCARA. Pertanyaan Jawaban Koding Keterangan

HASIL WAWANCARA. Pertanyaan Jawaban Koding Keterangan 99 HASIL WAWANCARA Subyek I Pertanyaan Jawaban Koding Keterangan Malem mbak. Lansung aja ya mbak kita ngobrol-ngobrol. Mbak, tertarik tidak pada tari Jawa? Apa yang membuat mbak tertarik pada tari Jawa?

Lebih terperinci

BAB VI CATATAN SEBUAH REFLEKSI

BAB VI CATATAN SEBUAH REFLEKSI BAB VI CATATAN SEBUAH REFLEKSI A. Refleksi Perilaku merupakan respon individu terhadap stimulasi baik yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) merupakan

Lebih terperinci

MENUJU SHOLAT KHUSYUK BAGIAN KEDUA (dari 5 episode) 19 Februari 2010 jam 17:03

MENUJU SHOLAT KHUSYUK BAGIAN KEDUA (dari 5 episode) 19 Februari 2010 jam 17:03 MENUJU SHOLAT KHUSYUK BAGIAN KEDUA (dari 5 episode) 19 Februari 2010 jam 17:03 Ass. Wr. Wb. Bisa dilanjutkan diskusi hari ini mas? Ya- pak. Silahkan. Oww- ya, bukankah dik Devi minta dipanggil dulu pak?

Lebih terperinci

BAB VI RESPON MASYARAKAT LOKAL ATAS DAMPAK SOSIO-EKOLOGI HADIRNYA INDUSTRI PENGOLAHAN TAHU

BAB VI RESPON MASYARAKAT LOKAL ATAS DAMPAK SOSIO-EKOLOGI HADIRNYA INDUSTRI PENGOLAHAN TAHU 63 BAB VI RESPON MASYARAKAT LOKAL ATAS DAMPAK SOSIO-EKOLOGI HADIRNYA INDUSTRI PENGOLAHAN TAHU 6.1 Pendahuluan Dampak Sosio-Ekologi Kampung Cikaret memiliki dua buah sungai yang mengaliri kawasan RW 01

Lebih terperinci

Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DIAH NIA HERASWATI J

Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DIAH NIA HERASWATI J FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN KEPALA KELUARGA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI DESA GONDANG TANI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GONDANG KABUPATEN SRAGEN Skripsi ini Disusun

Lebih terperinci

Lampiran 1 (hasil analisis pretest dan soal)

Lampiran 1 (hasil analisis pretest dan soal) 60 Lampiran 1 (hasil analisis pretest dan soal) Lampiran 2 (soal test) 1. Tentukan nilai dari bilangan berpangkat berikut 2. Tentukan nilai dari bilangan berpangkat berikut 3. Tentukan nilai x dari soal

Lebih terperinci

MENEROBOS KETERBATASAN BERBAGI PENGALAMAN IMPLEMENTASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI JAKARTA UTARA

MENEROBOS KETERBATASAN BERBAGI PENGALAMAN IMPLEMENTASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI JAKARTA UTARA MENEROBOS KETERBATASAN BERBAGI PENGALAMAN IMPLEMENTASI SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI JAKARTA UTARA OVERVIEW 1. WAHANA VISI INDONESIA 2. SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) 3. CLEAN

Lebih terperinci

DIFUSI DAN ADOPSI INOVASI PEMICUAN STOP JENTIK SEBAGAI UPAYA TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH (DB)

DIFUSI DAN ADOPSI INOVASI PEMICUAN STOP JENTIK SEBAGAI UPAYA TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH (DB) DIFUSI DAN ADOPSI INOVASI PEMICUAN STOP JENTIK SEBAGAI UPAYA TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH (DB) (Studi Deskriptif Kualitatif Difusi Inovasi dan Adopsi Inovasi Teknik Pemicuan Stop Jentik dalam memberikan

Lebih terperinci

Research Question Theory Interview question

Research Question Theory Interview question PPENDICES ppendix 1: THE GUIDELINE OF INTERVIEW Research Question Theory Interview question What are the difficulties faced by the student of EED of UMY in doing group discussion? 1. Lack of vocabulary

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Berdasarkan Visi dan Misi yang telah dirumuskan, dan mengacu kepada arahan tehnis operasional dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Banjarbaru

Lebih terperinci

Transkrip pertanyaan untuk narasumber 1. (Direktur utama) 1. Apa kegiatan PR yang sedang diajalankan dalam perusahaan?

Transkrip pertanyaan untuk narasumber 1. (Direktur utama) 1. Apa kegiatan PR yang sedang diajalankan dalam perusahaan? L1 Transkrip pertanyaan untuk narasumber 1 (Direktur utama) 1. Apa kegiatan PR yang sedang diajalankan dalam perusahaan? Jawaban : mencari interest publik yg sedang tren atau diminati pada masanya, lalu

Lebih terperinci

Agar Anda terhindar dari HIV/AIDS: Anda jauhi seks, Bersikap saling setia dengan pasangan atau Cegah dengan memakai kondom.

Agar Anda terhindar dari HIV/AIDS: Anda jauhi seks, Bersikap saling setia dengan pasangan atau Cegah dengan memakai kondom. Back Cover S E T A T S D E V Cover BLOCK NOTE abc * Asal situ pake kondom juga! Kita nggak tau kalo dalamnya penyakitan! Sekalian pake kondom dong! Ngapain pake begituan??? Noni! Namanya? Block Note ABC

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 65/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 65/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 65/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG DESA TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR

Lebih terperinci