MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-X/2012

Transkripsi

1

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia [Pasal 11 ayat (1)] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PEMOHON 1. Suwarto ACARA Pemeriksaan Pendahuluan (I) Selasa, 14 Agustus 2012, Pukul WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat SUSUNAN PERSIDANGAN 1) Muhammad Alim (Ketua) 2) Achmad Sodiki (Anggota) 3) Hamdan Zoelva (Anggota) Yunita Ramadhani Panitera Pengganti

3 Pihak yang Hadir: A. Pemohon: 1. Suwarto

4 SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA: MUHAMMAD ALIM Sidang Pemeriksaan Permohonan Nomor buka dan kami nyatakan terbuka untuk umum. 77/PUU-X/2012, kami Saudara Pemohon, saya persilakan menyebutkan siapa yang hadir pada kesempatan ini? 2. PEMOHON: SUWARTO Terima kasih, Yang Mulia Bapak Ketua Tim Panitera yang hadir pada kesempatan siang hari ini adalah saya sendiri sebagai Pemohon. 3. KETUA: MUHAMMAD ALIM Oke, Saudara Suwarto ya? 4. PEMOHON: SUWARTO Ya, betul, Bapak. 5. KETUA: MUHAMMAD ALIM Baik, Saudara Suwarto, coba jelaskan kepada kami, apa yang Pemohon ajukan dalam hal ini? Maksudnya pokok-pokoknya saja karena kan sudah kami terima permohonannya secara lengkap. Saya persilakan. 6. PEMOHON: SUWARTO KETUK PALU 3X Terima kasih, Yang Mulia. Yang perlu kami sampaikan sesuai yang kami ajukan adalah kedudukan hukum atau legal standing pengikut. 1. Bahwa Pasal 51 ayat (1) Undang -Undang Nomor 24 Tahun 2003 beserta penjelasannya menyatakan, Pengikut adalah pihak yang menganggap hak dan/atau wewenang konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya undang-undang, yaitu: a. Perorangan (Warga Negara Indonesia). b. Kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip negara kesatuan Republik Indonesia yang diatur di dalam undangundang.

5 c. Badan hukum publik atau privat, atau d. Lembaga negara. 2. Bahwa selanjutnya dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 006/PUU-III/2005 dan Putusan Nomor 11/PUU-V/2007 telah menentukan lima syarat kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003, sebagai berikut: a. Adanya hak dan/atau wewenang konstitusional pengikut yang diberikan oleh undang maaf, kami ulangi, pengikut yang diberikan oleh Undang-Undang Dasar b. Hak dan/atau kewenangan konstitusional tersebut dianggap telah dirugikan oleh berlakunya undang-undang ( ) 7. KETUA: MUHAMMAD ALIM Oke, yang a sampai e itu kan menyalin saja dari undang-undang, jadi oke. Terus saja itu, yang lain saja! 8. PEMOHON: SUWARTO Pokok permohonan yang kami sampaikan. 9. KETUA: MUHAMMAD ALIM Ya, silakan. 10. PEMOHON: SUWARTO 1. Bahwa hal-hal yang telah dikemukakan dalam kewenangan Mahkamah Konstitusi dan kedudukan hukum pengikut sebagaimana diuraikan di atas adalah merupakan bagian yang tak dipisahkan dalam pokok permohonan ini. 2. Bahwa hadir untuk para pencari keadilan dan paradigma tersebut, maka apabila pencari keadilan menghadapi suatu persoalan hukum, maka bukan para pencari keadilan yang disalahkan, melainkan para penegak hukum harus membuat sesuatu terhadap hukum yang ada. Termasuk peninjauan asas atau norma doktrin instansi serta prosedur yang berlaku. Termasuk dalam hal ini, norma yang mengatur tentang persyaratan untuk dapat dianggap sebagai gubernur dan wakil gubernur terpilih dengan suara terbanyak. Tidak harus memenuhi Undang-Undang Nomor 29 Pasal 11 ayat (1) yang tidak seiring dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia Bab III Pasal 6 ayat (1). 3. Bahwa hukum hadir di tengah-tengah masyarakat dijalankan tidak sekadar menurut kata-kata hitam-putih dari peraturan atau

6 according to the letter, melainkan menurut semangat dan makna lebih dalam dari undang-undang atau hukum, maka hukum hanya dijalankan dengan kecerdasan intelektual melainkan dengan kecerdasan spiritual. Menjalankan hukum harus dengan determinasi, empati, yudikasi, komitmen terhadap penderitaan bangsa untuk berani mencari jalan lain guna kebenaran, keadilan, dan kepastian hukum yang para pencari keadilan. 4. Bahwa pejuang pro terhadap kepentingan rakyat ramai yang selama ini terjadi secara meluas yang tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga telah merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas, sehingga pelaku pidana korupsi digolongkan sebagai kejahatan. Pemberantasannya harus dilakukan secara luas biasa yang memerlukan peran serta dari seluruh lapisan masyarakat, termasuk generasi muda bangsa untuk peduli terhadap pencegahan dan pemberantasan pelaku korupsi. 5. Bahwa berdasarkan pengikut menyatakan Ketua Komisi Pemilihan Umum Daerah DKI Jakarta telah menyiapkan gubernur dan wakil gubernur terpilih dengan suara yang terbanyak atas hasil perhitungan pemungutan suara yang dilakukan tanggal 11 Juli 2012 dengan terbuka, jujur, adil, transparan, dan bebas bagi warga masyarakat DKI Jakarta. 6. Bahwa pengikut menilai Pasangan Jokowi-Basuki telah selesai mengikut tahapan, (suara tidak terdengar jelas), dan ketentuan yang harus dipatuhi dari Komisi Pemilihan Umum Daerah DKI Jakarta secara bertahap melalui jadwal yang telah ditetapkan. 7. Bahwa pengikut menyatakan Jokowi-Basuki pengabdiannya dalam upaya mewujudkan Jakarta baru sangat memerhatikan kepentingan rakyat dengan menertibkan... menerbitkan Kartu Sehat Jakarta, Kartu Pintar Jakarta dengan figur jujur, bersih, dan melayani terhadap kepentingan rakyat segera terwujud atas dasar Undang- Undang Nomor 29 Tahun 2007 untuk Jakarta baru siap melaksanakan tugas barunya sangatlah menjadi perhatian rakyat DKI Jakarta dan luar Jakarta. 8. Bahwa hak konstitusional pengikut yang dijamin oleh konstitusi, yakni hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun juga, termasuk hanya karena alasan tertentu. 9. Bahwa menurut pakar hukum Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H., adanya perlindungan konstitusional terhadap hak asasi manusia dengan jaminan hukum bagi tuntutan penegaknya, melalui proses yang adil. Perlindungan terhadap hak asasi manusia tersebut dimasyarakatkan secara luas dalam rangka mempromosikan penghormatan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia sebagai ciri yang penting suatu negara hukum yang demokratis.

7 10. Bahwa menurut hukum Prof. Dr. Sri Sungardi, negara hukum Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Tahun 1945 paling tidak harus memenuhi unsur sebagai berikut. 11. KETUA: MUHAMMAD ALIM Ya, satu sampai dua belas barangkali tidak usah Saudara baca, kita... nanti kami baca. 12. PEMOHON: SUWARTO Oh, ya, Pak. 13. KETUA: MUHAMMAD ALIM Masuk saja 12, baru masuk petitum. 14. PEMOHON: SUWARTO Bahwa norma terdapat dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 terhadap Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia Pasal 27 ayat (1) yang menganut pr insip kesamaan... persamaan dalam hukum (equality before the law) bahwa semua warga negara mempunyai hak yang sama untuk mengabdi bangsa dan negara dalam upaya mengelola, menjalankan, merencanakan, dan mengawasi pemerintahan. Melanggar prinsip keadilan, persamaan dalam hukum telah membatasi generasi muda yang berpotensi untuk melakukan karya besar membangun bangsa dan negara dalam segala bidang atau sektor, masa produktif, masa keemasan, dan berkarya bagi... dan berprestasi. IV. Petitum 1. Menerima dan mengabulkan permohonan pengikut. 2. Menyatakan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia Pasal 11 ayat (1) Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur yang memperoleh lebih dari 50% ditetapkan sebagai gubernur dan wakil gubernur terpilih atau Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 47, 44, khususnya fase putaran pertama bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia, Bab III Pasal 6 ayat (2). 3. Menyatakan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintah Daerah Provinsi Khusus Ibukota Negara Kesatuan

8 Republik Indonesia, Pasal 11 ayat (1) atau Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 47, 44, khususnya fase putaran pertama tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat dengan segala akibat hukumnya. 4. Menyatakan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pasal 11 ayat (1) Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 47, 44, bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia, Bab III Pasal 6 ayat (2). 5. Menyatakan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pasal 11 ayat (1) atau Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 47, 44, tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat dengan segala akibatnya. 6. Memerintahkan memuat putusan ini dalam Berita Negara sebagaimana mestinya. Atau apabila Majelis Mahkamah berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono). Hormat kami, pengikut, Suwarto sebagai relawan. Sebagai buk ( ) 15. KETUA: MUHAMMAD ALIM Oke. 16. PEMOHON: SUWARTO Sebagai bukti pendukung ( ) 17. KETUA: MUHAMMAD ALIM Ndak, tunggu! Tunggu, ini dulu permohonannya dulu! Nanti bukti pendukungnya. Nanti dengarkan nasihat dari Bapak-Bapak Hakim nanti, ya! Silakan, silakan Pak. 18. HAKIM ANGGOTA: ACHMAD SODIKI Baik. Jadi, mulai dari Kewenangan Mahkamah itu, tolong Saudara lihat putusan-putusan yang sudah ada, ya. Karena di sana tinggal Saudara mengutip kalau kewenangan ini sudah baku, ya. Jadi, kewenangan Mahkamah itu Pasal 24C dan sebagainya ya, ini justru ini

9 Bab Bab X, Pasal 28 itu itu malah bukan di situ letaknya ya. Itu, jadi ini mestinya kewenangan Mahkamah ya. Lalu, kerugian konstitusional Saudara itu apa, ya? Kerugian konstitusional Saudara itu dengan berlakunya Pasal 11 ayat (1), calon gubernur dan wakil gubernur yang ditetapkan sebagai gubernur dan wakil gubernur terpilih itu apa? Itu bertentangan dengan Undang- Undang Dasar Tahun 1945 itu pasal berapa? Ya kan? Nah, apa itu kerugian konstitusional? Ini Saudara Saudara harus pelajari dulu ya. Apakah kalau pasal itu dihilangkan, lalu Saudara ndak kehilangan tidak lalu terjadi kerugian konstitusional. Itu Saudara harus Saudara harus berpikir ke sana. Sebab kalau yang diuji di sini adalah pasal yang merupakan hak Saudara yang ada di dalam konstitusi, tapi itu dilanggar oleh undang-undang, gitu lho. Jadi, hak Saudara itu ada dalam konstitusi. Tapi, Saudara merasa bahwa lho kok ada undang-undang begini, ini kan melanggar hak saya. Lah, di situ berarti hak Saudara dalam konstitusi itu dilanggar oleh undang-undang dan itu menjadi wewenang Mahkamah. Itu artinya kalau undang-undang itu dinyatakan batal tidak berlaku lagi, Saudara lalu tidak merasa dilanggar undangundangnya, tidak merasa dilanggar Pasal 11 ayat (1). Nah, ini apa betul ada sebab-akibat hubungan antara Pasal 11 ayat (1) ini dengan hak Saudara yang dijamin dalam undang-undang. Itu apa ada hubungannya apa ndak? Gitu lho. Ini Saudara rumuskan lagi, ya! Ini juga kemudian, tentunya di dalam petitum karena ini Saudara harus berpikir lagi, mengapa kok ini Pasal 11 ayat (1) sudah ada? Tapi Saudara kan harus mempelajari bahwa Jakarta itu kan Daerah Khusus Ibukota. Barangkali Saudara pelajari undang-undangnya, di sana ada keistimewaan undang-undang itu yang tidak sama. Karena dalam Undang-Undang Dasar 1945, toh ada daerah istimewa, ada daerah khusus, ya. Daerah itu ada macam-macam gitu, yang masing-masing itu antara daerah istimewa dengan daerah khusus atau daerah yang tidak istimewa dan yang tidak khusus, itu ada bedanya, ya. Kalau enggak ada bedanya, tidak ada gunanya dibedakan begitu. Nah, ini Saudara lihat... apa... ketentuan itu bagaimana, ya toh? Ya? Jadi itu, sementara itu saja. Terima kasih, Pak ketua. 19. HAKIM ANGGOTA: HAMDAN ZOELVA Saudara Pemohon, Saudara ini permohonannya ini termasuk saya baca berkali-kali, agak susah dipahami ya. Pertama ( ) 20. KETUA: MUHAMMAD ALIM Saudara Pemohon, catat apa yang (suara tidak terdengar jelas). Catat ya!

10 21. HAKIM ANGGOTA: HAMDAN ZOELVA Kasih tanda di situ ya, jangan dengarkan saja, pasti lupa itu, ya! Kasih tanda! Coba lihat di halaman satu dulu, halaman apa ini? Halaman P11 apa ini? P11 halaman satunya itu? Ya. Itu pengikut, disebut pengikut, ini bukan pengikut Jokowi ada di sini! Jadi enggak biasa, ini Pemohon di sini ya? Pengikut-pengikut, enggak ada dikenal istilah pengikut itu ya! Kalau pengikut Jokowi itu lain lagi ya, itu di tim sukses. Ini Pemohon di sini ya Saudara mengajukan permohonan judicial review, Saudara itu Pemohon, ya. Saudara perbaiki ya! Kemudian yang kedua, Kewenangan Mahkamah. Ini enggak ada hubungannya ini dengan kewenangan Mahkamah Saudara tulis di sini, ya. Coba sekali lagi baca putusan-putusan Mahkamah ya, yang sebelumnya, semua putusan Mahkamah itu sama formatnya. Kewenangan Mahkamah itu apa yang dimuat di situ, yang ditulis itu apa, gitu ya. Ini enggak ada hubungannya. Nah, Saudara kutip ini Bab III Pasal 6 ayat (2) Undang -Undang Dasar 1945, presiden dan wakilnya dipilih oleh MPR, ini sudah enggak ada pasal ini di dalam Undang-Undang Dasar Enggak ada lagi itu. Dan enggak ada hubungannya, enggak ada hubungannya ini ya. Saudara lihat putusan-putusan Mahkamah Konstitusi sebelumnya mengenai kewenangan Mahkamah atau ambil contoh permohonannya yang ada di bawah itu ya. Ambil contoh permohonan, Saudara ubah sama sekali ini, ubah total, ubah total ya! Ubah total mengenai kewenangan Mahkamah ya, enggak ada hubungannya ini, yang Saudara cantumkan ini. Kemudian yang ketiga, tadi mengenai legal standing, kedudukan hukum, Saudara uraikan adanya pasal itu ruginya apa, Saudara? Apa rugi atau enggak rugi? Atau ada, enggak hubungannya gitu? Nah, Saudara harus bisa mengungkapkan ruginya apa, begitu, dengan adanya pasal itu terhadap Saudara, sehingga Saudara memilih kepentingan untuk mengajukan permohonan ini. Jadi ruginya di mana gitu? Apa kerugiannya ya? Kalau tidak ada kerugian, Saudara tidak mempunyai hak untuk mengajukan permohonan di sini karena tidak ada kerugiannya, kecuali Saudara bisa menunjukkan, Oh saya rugi, terhadap pasal itu. Hak-hak saya yang diatur oleh konstitusi itu terabaikan, dirugikan. Apa ada, enggak dirugikan Saudara dengan adanya Pasal 11 ayat (1) itu? Nah, ini Saudara uraikan di situ ya, Saudara ubah total itu ya, diubah lagi! Kemudian mengenai pokok permohonan yang ketiga itu ya, mulai apa itu halaman 64 itu ya, halaman 64 dan seterusnya. Nah, pokok permohonan itu Saudara harus bisa menunjukkan bahwa Pasal 11 ayat (1) itu bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Undang- Undang Dasar 1945-nya Pasal berapa yang bertentangannya? Di mana

11 bertentangannya? Ada, enggak? Kalau enggak ada, enggak bisa diajukan permohonan kemari kalau enggak ada pertentangannya? Karena itu, Saudara harus bisa menunjukkan, "Ini bertentangan dengan pasal ini kok, masa harus 50%?" gitu lho. Nah, itu yang Saudara harus tulis! Jadi tidak sembarang masukkan begini ya! Saudara ubah total ya! Diubah lagi ya! Jadi yang harus Saudara tunjukkan adalah Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang DK itu bertentangan dengan pasal berapa dalam Undang-Undang Dasar 1945? Apa alasannya, gitu lho? Apa alasanya sehingga Saudara menyatakan bertentangan? Saudara uraikan di situ ya, alasannya bertentangan itu. Nah, kalau Saudara tidak bisa menunjukkan adanya bertentangan, ya enggak bisa. Karena di sini adalah menguji undang-undang itu bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 apa tidak, gitu. Saudara jangan pakai Undang-Undang Dasar 1945 yang lama! Undang- Undang Dasar 1945 itu ada yang baru. Nih, ini nih! Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang lama sudah tidak dipakai, banyak yang sudah dihapus, ya. Dipilih oleh MPR sudah enggak ada lagi, ya. Cari Undang- Undang Dasar Tahun 1945 yang baru! Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang lama itu sudah enggak dipakai, ya. Saya hanya menegaskan kembali apa yang disampaikan oleh Hakim yang sudah memberikan saran yang sebelumnya, Yang Mulia Pak Sodiki. Kemudian yang terakhir, coba lihat petitum halaman 6! Halaman 6 Saudara minta Pasal 11 ayat (1), khususnya frasa putaran pertama, itu ada enggak frasa putaran pertama dalam Pasal 11 ayat (1)? Kan ndak ada itu, ndak ada itu. Jadi, enggak ada hubungannya Saudara memohon ini, Pasal 11 ayat (1) itu enggak ada istilah putaran pertama! Coba, sudah baca belum undang-undang apa Undang-Undang DKI Pasal 11 itu? Pasal 11 ayat (1) coba Saudara baca baik -baik ya! Tidak ada kata, tidak ada frasa putaran pertama, ya! Jadi, Saudara mohon ini enggak enggak ini ya, enggak jelas, ya. Begitu juga yang ke bawahnya, khususnya frasa putaran pertama, ndak ada itu, yang ada ya putaran kedua, di apa di ayat ke-(2), ayat ke-(2). Putaran kedua dan putaran pertama ada di ayat ke-(2) itu, ayat (2) Pasal 11. Saudara baca baik -baik ya, baca baik-baik! Jadi enggak sembarang ininya, menulisnya. Karena ini kan secara permohonan ini bukan kepentingan Saudara saja, tapi kepentingan seluruh Indonesia ini, kepentingan bangsa dan negara ini. Jadi, tidak sekadar iseng, main-main begitu, serius, ya. Begitu juga di poin selanjutnya, merujuk pasal pasal apa Bab III, Pasal 6 ayat (1) Undang -Undang Dasar, enggak ada hubungannya. Itu mengenai pemilihan presiden itu, di poin empat itu, apa hubungannya itu? Bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Bab III, Pasal 6 ayat (1). Apa hubungannya? Enggak ada.

12 Ya, begitu ya, Saudara ubah total, Saudara ganti dengan apa ubah total permohonannya, sehingga maksud Saudara itu tercapai, ya. Terima kasih. 22. KETUA: MUHAMMAD ALIM Perhatikanlah yang disarankan tadi, Saudara Pemohon. Kemudian saya tambahkan lagi, tadi sudah disarankan bahwa kewenangan Mahkamah di situ selain Anda harus melihat dulu model permohonan yang lama atau putusan Mahkamah Konstitusi yang dulu-dulu karena itu konsisten. Di situ dasarnya seperti yang dikatakan oleh Bapak Wakil Yang Mulia Wakil Ketua tadi bahwa yang di situ yang disebutkan itu adalah Pasal 24C. Karena begini, saya bacakan supaya Saudara tahu, ini bisa Saudara minta di bagian Kepaniteraan ini yang begini, supaya Saudara baca daripada Anda tidak membacanya, nanti kan susah. Ini Pasal 24C mengatakan begini, ayat (1), Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili, ini kan kewenangan mengadili, Berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar. Anda kan mau menguji undang-undang, dalam hal ini undang-undang tentang pemerintahan Daerah Khusus Ibukota ini. Nah karena itu dasarnya yang pertama adalah Pasal 24C itu diteruskan dalam kewenangan Mahkamah seperti yang disarankan tadi oleh Yang Mulia, Anda lihat itu contohnya putusan pengadilan yang Mahkamah yang lama atau permohonan yang lama yang sudah-sudah itu. Anda bisa memintanya di Kepaniteraan, ini juga Anda bisa minta. Kemudian yang selain daripada itu, Pasal 10 Undang-Undang Mahkamah Konstitusi. Kalau nanti Anda mendapat ini, di belakang itu, di bagian keduanya itu ada Undang-Undang Mahkamah Konstitusi. Itu Pasal 10 ayat (1) huruf a itu lho, itu berurut ke sana. Itu itu mengenai kewenangan Mahkamah. Kemudian seperti di di disampaikan juga tadi oleh Yang Mulia bahwa di sini jangan Anda menggunakan istilah pengikut, tetapi Pemohon. Jadi, di halaman pertama itu permohonan Saudara selanjutnya disebut pengikut, di sini tidak, disebut di sini adalah Pemohon. Itu bisa Saudara lihat di di antaranya di Pasal 35 Undang-Undang Mahkamah Konstitusi, saya bacakan. Pemohon dapat menarik kembali permohonan sebelum atau setelah pemeriksaan Mahkamah. Ini contohnya bahwa Pemohon yang dipakai, ya. Istilah Pasal 35 ayat (1) itu kata Pemohon. Kemudian dalam menuliskan pasal yang Saudara uji, sebut dulu pasalnya, Pasal 11 ayat (1) umpamanya, kata ayat jangan dengan huruf besar, huruf kecil a-nya, jadi Pasal 11 ayat (1), baru menyebutkan undang-undangnya, undang-undang nomor sekian, tahun sekian, tentang apa. Sesudah itu baru Lembaran Negara Republik Indonesia

13 tahun sekian, nomor se ta ta Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor sekian, ha itu. Jadi, susunannya itu pasalnya dulu dengan ayatnya, kemudian undang-undangnya, nama undang-undangnya, baru lembaran negaranya. Ini di permohonan Saudara, maaf ya, terbalik. Itu Saudara menyebut dulu undang-undangnya, pasalnya di belakang, itu, nah. Oleh karena itu, itu diperbaiki nanti. Kemudian apa di sini ada dia di dia apa angka 12 permohonan Saudara, sebelum petitum itu lho, itu Saudara menyebutkan norma yang terdalap terdapat dalam Undang-Undang Nomor 9 (suara tidak terdengar jelas) terhadap Undang-Undang Dasar, ini salah ini istilah yang Saudara pakai. Terhadap dulu, pasalnya dulu, Pasal 27, Undang- Undang Dasar itu bukan Undang-Undang Dasar Negara bukan Undang-Undang Dasar bukan Undang-Undang Dasar 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia, bukan! Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 itu namanya undang-undang itu, bo boleh juga disingkat Undang-Undang Dasar 1945, itu lho. Jadi, bukan Undang-Undang Dasar Negara Tahun 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia, bukan. Jadi, sebutkan Pasal 27 ayat (1), kalau itu menurut Saudara bersamaan kedudukan bukan hukum dan baru menyebutkan Undang-Undang Dasarnya. Undang-Undang Dasarnya itu jangan Undang-Undang Dasarnya dulu disebutkan, pasalnya dulu, pasal berapa yang bertentangan itu, itu di angka 12. Kemudian di di petitum Saudara yang tadi sudah disinggung oleh Yang Mulia tadi, itu kalau di sudah petitum, tidak usah menyebutkan lagi pasalnya, katakan saja bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945, itu satu. Kedua. Karena dia bertentangan, lalu tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat, itu jadi dikabulkan dulu, baru ini menyatakan pasal ini, ayat ini, ini, ini, apa bertentangan dengan undang dasar 4 Undang- Undang Dasar 1945, lalu be ayat petitum berikutnya karena dia bertentangan menyatakan ini, ini, pasal sekian ini, ini, tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat, lalu meminta penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, bukan lembaran negara eh, apa berita negara, Berita Negara Republik Indonesia. Di sini nah saya bacakan kepada Saudara karena seperti yang disarankan oleh Yang Mulia tadi, itu di dalam Pasal 11 ayat (1) undangundang yang Saudara uji ini, yaitu Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Ibu Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia, itu Pasal 11 tidak ada istilah putaran pertama, putaran kedua. Saya bacakan, Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang memperoleh suara lebih dari 50%, ditetapkan sebagai gubernur dan wakil gubernur.

14 Yang yang Saudara uji kan itu Pasal 11 ayat (1), tetapi di dalam petitum Saudara, Saudara menyebutkan putaran pertama, mana ada kata putaran pertama? Putaran pertama kata putaran pertama itu disebut dalam ayat (2), padahal Saudara tidak menguji ayat (2). Coba saya baca ayat (2), Dalam hal tidak ada pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang memperoleh suara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), tidak ada yang 50%, itu menurut di undangundang, Diadakan pemilihan gubernur dan wakil gubernur putaran kedua yang diikuti oleh pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua pada putaran pertama, ha itu lho. Di situ ada kata putaran pertama, tapi yang Saudara uji kan ayat (1), ayat (1) tidak ada kata putaran pertama, tidak juga ada kata putaran kedua, kan ya? Jadi, harus hati-hati. Kemudian, itu itu itu Saudara harus dibenarkan. Pasal 6 ayat (2) itu itu pemilihan presiden, jadi bukan pemilihan gubernur. Jadi jadi tidak seperti yang disarankan tadi oleh Yang Mulia, itu tidak ada kaitannya dengan permohonan Saudara, harus yang ada kaitannya dengan permohonan Saudara. Barangkali untuk sementara itu yang saya sampaikan. Ada yang Saudara mau kemukakan? Silakan. 23. PEMOHON: SUWARTO Cukup, Pak Mulia. 24. KETUA: MUHAMMAD ALIM Tidak ada? 25. PEMOHON: SUWARTO Tidak ada. 26. KETUA: MUHAMMAD ALIM Cukup? Ha begini Saudara Pemohon, nanti saya informasikan bahwa ada juga pengujian yang masuk meskipun ayat (2) -nya yang dia uji, yaitu Pasal 11 ayat (2) daripada undang-undang yang Saudara uji ini. Tetapi, itu belum juga putus dan nanti mungkin akan disidangkan bersama-sama dengan ini. Tapi bagi Saudara, ada waktu paling lama 14 hari untuk memperbaiki permohonan Saudara, oke? Sesudah Saudara perbaiki paling tidak boleh lewat 14 hari. Kalau lewat ini, hanya ini yang diberi diapa di dia dipertimbangkan, tidak tidak yang baru, maka itu Saudara harus memasukkannya ke Kepaniteraan langsung, tidak melalui Hakim, langsung ke Kepaniteraan, paling lama 14

15 hari ya, sesudah Saudara melakukan perbaikan. Lebih cepat dari itu, syukurlah, ya. Nanti sesudah Saudara lakukan perbaikan, masukan di Kepaniteraan langsung. Lalu, tentu saja dengan memerhatikan saransaran dari Bapak Hakim tadi, Yang Mulia. Lalu Saudara masukkan ke sana, nanti Saudara akan dipanggil lagi. Nanti ada panggilan kepada Saudara kapan lagi akan disidangkan berikutnya. Oke? Saudara mengerti? 27. PEMOHON: SUWARTO Mengerti. 28. KETUA: MUHAMMAD ALIM Sudah tidak ada pertanyaan, oke? Ya, dengan demikian, sidang saya nyatakan selesai dan ditutup. KETUK PALU 3X SIDANG DITUTUP PUKUL WIB Jakarta, 14 Agustus 2012 Plt. Kepala Bagian Pelayanan Risalah dan Putusan, t.t.d Makhmudah NIP Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya.