BAB IX PENGUKURAN LUAS LAHAN DAN VOLUME TANAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IX PENGUKURAN LUAS LAHAN DAN VOLUME TANAH"

Transkripsi

1 SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK INVENTARISASI DAN PEMETAAN HUTAN BAB IX PENGUKURAN LUAS LAHAN DAN VOLUME TANAH DR IR DRS H ISKANDAR MUDA PURWAAMIJAYA, MT KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2017

2 BAB IX PENGUKURAN LUAS LAHAN DAN VOLUME TANAH Luas adalah jumlah area yang terpoyeksi pada bidang horizontal dan dikelilingi oleh garis-garis batas. Ukuran satuan luas pada ilmu ukur tanah adalah 1 m 2 ; 1 are = 100 m 2 ; 1 hektar = 10 4 m 2 dan 1 km 2 = 10 6 m 2. untuk menghindarkan pangkat 2 sebagai kuadrat digunakanlah huruf q, sehingga ditulis q mm, q dm, dan seterusnya. Perhitungan dan informasi luas merupakan salah satu informasi yang dibutuhkan perencana dari hasil pengukuran lapangan. Pengukuran luas ini dipergunakan untuk berbagai macam kepentingan, yaitu : hukum pertanahan, perubahan status hukum tanah, pajak bumi, dan lain sebagainya. Perhitungan luas dapat dilakukan secara numeris, analog, mekanis, planimetris, dan numeris digital. Perhitungan luas secara numeris analog menggunakan metode Sarrus, yaitu menggunakan koordinat-koordinat titik batas sebagai masukan untuk perhitungan luas. Bentuk daerah yang dihitung daerah luasnya dengan metode Sarrus ini haruslah beraturan dengan segmen-segmen garis yang jelas. Perhitungan luas secara mekanis planimetris menggunakan suatu alat serupa pantograph (dibentuk dari 2 buah mistar penggaris) yang dinamakan alat planimeter. Alat mistar planimeter ini bergerak. Perhitungan luas dengan planimeter ini harus dilengkapi pula dengan skala peta beserta penetapan titik awal perhitungan luas. Bentuk daerah yang akan dihitung luasnya dengan metode planimetris ini harus seudah disajikan dalam bentuk peta dengan skala tertentu dan bentuknya dapat tidak beraturan. Perhitungan luas secara numeris digial menggunakan perangkat lunak CAD (Computer Aided Design) dan perangkat keras komputer. Daerah yang akan dihitung luasnya harus sudah dimasukkan ke dalam bentuk digital melalui papan ketik (keyboard), digitizer (alat digitasi), atau scanner. Koordinat batas-batas daerah akan masuk ke dalam memori komputer dan akan diolah secara digital. Bentuk daerah yang akan diukur luasnya menggunakan metode numeris digital ini dapat berbentuk beraturan dengan jumlah segmen terbatas atau berbentuk tidak beraturan dengan jumlah segmen banyak serta berjarak kecil-kecil. Perhitungan luas metode numeris digital relatif lebih disukai dan lebih unggul dibandingkan dengan metode numeris analog dan mekanis planimetris. Tingkat akurasi dan keamanan penyimpanan data 1

3 pada metode numeris digital merupakan salah satu keunggulan dibandingkan metode numeris analog dan metode mekanis planimetris. A. Cara-Cara Pengukuran Luas 1. Pengukuran luas dengan menggunakan angka-angka yang menyatakan jarak Pengukuran ini dilakukan dengan mengukur unsur-unsur segitiga dan trapesia yang perlu untuk dapat menghitung bentuk-bentuk itu. Garis ukur ini harus dipilih sedemikian rupa hingga jarakjarak dari titik-titik batas ke garis ukur ini kecil supaya dapat mudah diukur. Untuk mencapai ini, sebagai garis ukur diambil garis lurus yang memotong dengan memanjang daerah yang akan ditentukan luasnya. Harus ditentukan luas daerah yang dibatasi oleh ABCD EF.A. maka dibuatlah garis ukur AP. Semua titik batas diproyeksikan pada garis ukur ini, sekarang yang diukur semua jarak titik-titik batas ke garis AP : t1, t2, t3, t4, dan t5. jarak titik proyeksi titik-titik batas yang terletak pada garis ukur dihitung dari A, jadi AB = 01, AC =02, AD =03, AE =04,AF =05. Untuk menghindari koefisien ½ maka dicari 2 kali luas. 2 Luas ABCDEF.A = luas ΔI +luas trap II + luas ΔIII +luas trap IV luas Δ V+ luas Trap VI +luas ΔVII. 2. Penentuan dengan cara setengah grafis Penentuan luas dengan cara setengah grafis berdasarkan atas prinsip sebagai berikut.sebuah segitiga mempunyai alas yang pendek a dan tinggi yang panjang t. Maka luas segitiga L = ½ alas x tinggi. Misalkan sekarang pengukuran alas a diliputi oleh kesalahan da dan pengukuran tinggi t diliputi oleh kesalahan dt, maka L = ½ (a+da) (t+dt) = ½ at + ½ adt + ½ tda + ½ dadt dan karena suku terakhir adalah hasil dua kesalahan dan dt yang kecil dapat diabaikan, dapatlah ditulis L = ½ at + ½ (adt +tda), sehingga kesalahan pada luas dl = ½ (adt +tda). Untuk membuat kesalahan dl kecil, haruslah diusahakan supaya kesalahan yang diperbanyak dengan angka yang besar dibuat sekecil-kecilnya. Pada rumus dapat dilihat bahwa suku itu adalah tda karena t besar, sehingga kesalahan da pada pengukuran alas yang pendek harus dibuat sekecil-kecilnya. 2

4 Cara ini dapat digunakan untuk mencari luas suatu daerah yang berbentuk sedemikian rupa, sehingga daerah itu dapat dibagi dalam beberapa segitiga yang mempunyai alas yang pendek dan tinggi yang panjang. 3. Penentuan luas dengan cara grafis Cara grafis akan digunakan untuk menetukan luas suatu daerah, bila penentuan luas tidak dapat dilakukan dengan menggunakan jarak-jarak yang diukur atau dengan menggunakan koordinat-koordinat seperti pada pengukuran daerah dengan B.T.M. atau Planchet. Maka untuk pengukuran luas dengan cara grafis ada beberapa cara yang semuanyaakan menggunakan alat pengukur luas (=Plamimeter) yang dibuat dari gelas, pada gelas mana digores garis-garis yang merupakan skala tetentu. a. Gelas yang berkotak kotak dengan ukuran tertentu. Untuk menetukan luas suatu daerah yang dibatasi oleh garis-garis terpotong-potong yang pendek, maka digunakan gelas berkotak-kotak. Bidang gelas dengan garis-garis diarahkan ke bawah dan di atas gambar daerah yang akan diukur luasnya. Maka dapatlah dengan segera dijumlah kotak yang letak di dalam daerah itu, seperti dapat dilihat pada gambar antara luas yang dinyatakan oleh garis-garis yang ditarik terpotong-potong.sisa luas yang letak antara garisgaris ini dan garis batas daerah dapat ditentukan dengan membagi sisa luas ini dalam segitiga dan trapesium yang luasnya dapat dihitung dengan menentukan alas dan tinggi untuk segitiga dan dengan menetukan dua sisi yang sejajar dan jarak antara dua sisi ini untuk trapesium. Semua besaran ini dapat langsung diukur dengan menggunakan kotak-kotak itu. Garis-garis terpotong-potong yang ditarik untuk menetukan jumlah kotak-kotak dapat dibuat di luar daerah, sehingga nanti luas daerah didapat dengan jumlah kotak-kotak ini dikurangi dengan luas daerah antara garis batas daerah dengan garis-garis terpotong-potong,luas mana ditentukan dengan cara yang sama untuk menentukan sisa luas di atas. b. Gelas dengan garis-garis yang sejajar. Bila daerah itu berbentuk memanjang, maka dapat digunakan suatu gelas yang digores dengan garis-garis sejajar, dan garis-garis tersebut digores penuh dan terpotong-potong berganti-ganti. Daerah yang akan ditentukan luasnya diletakkan sedemikian rupa,sehingga suatu garis batas yang pendek diimpitkan dengan salah satu garis yang ditarik penuh diatas gelas. Maka dapatlah 3

5 dilihat, bahwa daerah dibagi oleh garis-garis yang sejajarnya itu dalam beberapa trapesia. Tinggi trapesia itu sama dengan jarak antara dua garis yang ditarik penuh, sedangkan setengah jumlah sisi yang sejajarnya sama dengan panjang garis yang ditarik terpotong-potong didalam trapesium itu. Panjang garis ini dapat di ukur dengan mangambil garis ini antara dua kaki jangka tusuk dan diukur pada mistar. c. Gelas yang dibawah diberi skala dan diberi garis-garis yang sejajar. Bila daerah berbentuk sederhana misalnya sebagai segi empat maka dapat digunakan suatu planimeter gelas. Misalkan akan ditentukan luas segi empat ABCD. Luas segi empat ABCD dapat diambil sebagai jumlah luas dua segitiga yaitu ACD dan ACB, yang mempunyai alas AC. Maka alas AC ini dapat ditentukan dengan meletakan A dititik o skala dan garis AC diimpitkan pada garis sejajar yang paling bawah. Dengan demikian luas ABCD = ½ AC (h1+h2). Untuk memudahkan penetuan luas, maka garis-garis mendatar tidak diberi angka yang sama dengan jarak garis-garis itu dan garis sejajar paling bawah, tetapi diberi angka yang menyatakan setengah jarak itu. Jadi bila jarak suatu garis sejajar dengan garis sejajar paling bawah ada 10 mm, maka garis sejajar itu diberi angka ½ x 10 = Penentuan luas dengan cara mekanis grafis Untuk menentukan luas dengan cara mekanis grafis digunakan dengan suatu alat yang dinamakan planimeter. Menurut kontruksi dan bentuk planimeter dapat dibagi dalam dua bagian utama yaitu planimeter kutub dan planimeter roda. Umumnya yang digunakan adalah planimeter kutub. Alat ini teridiri atas batang yang pada satu ujungnya dilengkapi dengan jarum sedangkan pada ujung lainya ditempatkan suatu roda berskala yang selanjutnya dinamakan roda ukur. Skala roda ukur ini dapat di baca dengan nonius sedangkan pemutaran penuh roda dapat dibaca pada piringan berskala tersebut. Pada waktu digunakan jarum digerakan melintasi garis batas daerah yang akan diukur luasnya. Batang bergerak dengan bebasnya dan menyeret karena engsel. Pada gerakan batang roda ukur akan berputar dan pemutaran roda ukur ini dapat digunakan untuk menentukan luas yang garis batasnya dilintasi oleh jarum. maka perlulah dibuktikan dahulu bahwa luas akan sebanding dengan pemutaran roda, keadaan mana menjadi prinsip dari pada semua macam alat pengukur luas planimeter. 4

6 Untuk dapat menetukan luas dengan suatu planimeter harus ditetapkan terlebih dahulu berapa meter persegi yang dinyatakan oleh satu satuan nonius pada panjang diantara engsel dan jarum. Dengan planimeter dibuat suatu luas yang diketahui besarnya.misalkan luas ini ada L x m 2 dan keadaan roda ukur sebelum dan sesudah luas tersebut dibuat ada v dan w, maka pemutaran roda satuan nonius yang menyatakan L x m 2 maka satu satuan nonius menyatakan L : (w-v)m 2. Luas l dapat dibuat dengan mistar percobaan yang mempunyai jarum dan yang merupakan titik pusat suatu lingkaran. Jarum plani meter diletakan di dalam lubang pada mistar percobaan dan dengan demikian dapatlah dibuat suatu lingkaran dengan jari-jari yang tetap. Untuk menentukan titik permulaan lingkaran gunakan garis yang ada pada ujung kanan mistar percobaan. Dibawah ini diberikan contoh : Suatu lingkaran yang didapat dari mistar ukur dibuat sepuluh kali dengan memutar kekanan dan memutar kekiri. Jari jari lingkaran adalah 64. Dengan memutar kekanan keadaan roda sesudah dan sebelum diputar ada 9674 dan maka pemutaran roda menjadi dengan memutar kekiri keadaan roda sebelum dan sesudah ada dan 9679 maka pemutaran roda menjadi luas yang dibuat adalah 10 חx x 6400 mm 2 = Satu satuan nonius menyatakan : = m 2 untuk skala gambar 1:1000, satu satuan nonius menytakan luas m 2 karena pada skala 1 ;1000, 1mm gambar = 1m dan 1mm 2 gambar = 1m 2 sebenarnya. Untuk peta dengan skala 1 :200 berarti 1mm =0.2 m dan 1mm 2 = 0.04 m 2. maka satuan nonius untuk skala 1:200 menjadi x 0.04 m 2 = m 2. Cara pengukuran luas ada 2 macam yaitu : 1) Diukur pada gambar situasi; disebut juga pengukuran tak langsung karena luas diperoleh secara tak langsung dengan menggunakan instrumen dan gambar situasi. 2) Dihitung dengan menggunakan data jarak dan sudut yang langsung diperoleh dari pengukuran di lapangan, disebut pengukuran langsung karena luas diperoleh secara langsung tanpa gambar dengan melakukan pengukuran yang dibutuhkan untuk menghitung luas di lapangan. 5

7 B. Metode Pengukuran Luas Metode-metode pengukuran luas, di antaranya : 1) Metode diagonal dan tegak lurus S = ½ ch sin A Gambar. Metode Diagonal dan Tegak Lurus S = 2) Metode pembagian segitiga s( s a)( s b)( s c), di mana s = ½ (a + b + c). Perhitungan logaritmis : 2 log s = log s + log (s - a) + log (s - b) + log (s - c) 3) Metode trapesium maka luasnya : s = ½ b1h + ½ b2h = ½ h ( b1 + b2 ) = bh, dimana : b = b b 2 2 Gambar. Metode Trapesium 4) Metode offset a ) Offset dg intervalnya tidak tetap, maka luasnya ; A = 1/2(S1y1 + S2y2 + S3y Snyn 6

8 S1 = d1, S2 = d1 + d2, S3 = d2+ d3, S4 = d3 + d4 dan S5 = d4 Gambar. Hitungan Luas Cara Offset dengan Interval tidak Tetap b) Offset dengan interval yang sama : A = d{(y1+y2)/2 + y2 + y yn - 1}, dengan d adalah interval yang sama. Pada Gambar di atas, d1 = d2 = d3 = d4 =d. c) Metode offset pusat A = l (h1 + h2 + h hn) = l S hi, dengan i = 1... n. Gambar. Hitungan Luas Cara Offset Pusat d) Cara Simpson Cara 1/3 Simpson Luas A = (trapesium ABCD) + (parabola CDE) = (2l x 2 0 y 2 y ) + 2/3 (y1-2 0 y 2 y ) x 2l 7

9 Gambar. Hitungan Luas Cara Simpson 1/3 A Cara 3/8 Simpson = (Trapesium ABCD) + (parabola DEF) = (3l x y0 y 3 2 ) + 3/4 ( y1 y 2 2 5) Bentuk segi banyak cara koordinat - y0 y 3 2 ) x 3l Bila koordinat (X,Y) suatu segi banyak diketahui, maka luasnya adalah: A = 1/2 S X(Y+1 - Yi-1) atau A = 1/2 S Yi(Xi-1 - Xi+1) Gambar. Hitungan Luas Cara Koordinat 6) Menghitung luas-luas dengan koordinat tegak lurus S = (ABB1A1) + (BCC1B1) + (CDD1C1) (AEE1A1) (EDD1E1) S = ½ {(x2 - x1)(y2 + y1) + (x3 - x2)(y3 + y2) + (x4 - x3)(y4 + y3)- (x5 - x1)(y5 + y1) (x4 - x5)(y4 + y5)} a. Metode jarak meridian ganda, b. Metode pengukuran luas sederhana, - Metode kisi kisi 8

10 - Metode lajur c. Metode pengukuran lua dengan planimeter, d. Metode pengukuran luas optis. Kebanyakan pembagian daerah dilakukan dengan ilmu ukur bidang. Macam-macam pembagian daerah secara umum adalah : 1. Pembagian dengan garis lurus sejajar salah satu sisi segitiga Apabila segitiga ABC = M dan segitiga ADB = m. AD dan AE dapat dihitung dengan : AD = AB m M ; AE = AC m M Agar ADE : DECB = m ; n, AD dan AE dihitung dengan persamaan AD = AB m m n ; AE = AC m m n 2. Pembagian dengan garis lurus melalui titik tertentu pada salah satu sisi segitiga Agar BPQ : ACPQ = m : n. BQ dapat dihitung dengan persamaan : BQ = AB.BC BP n AB.BC. m n, Apabila m = n, maka BQ = ½ BP 3. Pembagian dengan garis lurus melalui salah satu sudut segiempat Apabila ABCD = m, ABCP = m dan CPD = m, maka : m - CPD = m n M = ½ PD.CE 2 CPD - PD = CE 4. Pembagian dengan garis lurus sejajar dasar trapesium Perbandingan m : n dan BP dapat dihitung dengan persamaan : PQ = 2 m. AD m n. BC n 2 BP = AB( PQ BC) AD BC Penyesuaian garis batas, di antaranya : a. Perubahan segiempat menjadi trapesium 9

11 AB dan DC diperpanjang hingga berpotongan di E, maka EM dihitung dengan persamaan : EM = BC. EG. EF AD, di mana : EG BC dan EF AD b. Pengurangan jumlah sisi poligon tanpa merubah luas : BD ditarik sejajar AC dan D ditempatkan pada persilangan BD dan EC, jadi ABCD dirubah menjadi ADCE. c. Perubahan garis batas yang berliku-liku menjadi garis lurus. Untuk menetapkan garis batas AP melalui A yang ditarik dengan mata dan kemudian dilakukan pengukuran luas a, b, c, d, dan e dengan persamaan : (a + c + e) - (b + d) d. Perubahan garis batas lengkung menjadi garis lurus Garis sembarang PA ditarik dan offset digambarkan terhadap garis lengkung untuk mengukur luas a, b, dan c. Jika (a + c)-b = s. C. Metode Pengukuran dengan Planimeter Planimeter adalah instrumen pengukuran luas yang dilengkapi dengan ujung pelacak untuk mengukur luas suatu areal pada peta. Adapun caranya adalah dengan menyusuri garis batas areal dengan ujung pelacak instrumen tersebut. Tipe planimeter yang sering dipakai adalah planimeter tipe kutub. Instrumen ini dilengkapi dengan ujung pelacak untuk memindahkan gerakan ujung pelacak ke sebuah roda diujung lainnya. Gambar. Planimeter 10

12 a) Prinsip planimeter Prinsip kerja planimeter dapat diterapkan dalam rumus : das= L.dh + ½ L 2 d. Keterangan ; L A Dh : panjang tangkai pelacak : jarak dari sendi ke roda : jarak antara p0a0, dan p1a1 d : sudut pusat ujung sendi yang merupakan gerakan ujung pelacak dari a1 ke a2. b) Penentuan harga konstanta planimeter Pada planimeter, penambahan roda ditentukan oleh jumlah putaran roda, meskipun tergantung juga dari skala gambar areal tersebut. Jumlah putaran dapat ditentukan sebagai harga konstanta. c) Perubahan skala Luas pengukuran dapat dirubah ke luas yang sesungguhnya dengan skala yang sudah ditentukan sebelumnya, dengan persamaan : R A0 = A R 2 0 2, Keterangan ; A = luas satuan yang mula-mula diukur dengan skala yang diketahui A0 R R0 = luas yang dicari = skala untuk A = skala untuk luas yang dicari D. Bentuk Luas Berdasarkan Typical Cross-Section Typical cross section adalah bentuk potongan baku yang menunjukkan bentuk struktur bangunan pada arah potongan. Misal, pada konstruksi jalan beraspal, typical cross section jalan menunjukkan struktur pelapisan perkerasan jalan yang juga menunjukkan cara penimbunan ataupun penggalian bila diperlukan. 1. Bentuk tanah asli beraturan Luas dihitung menggunakan rumus "typical" pada bentuk yang beraturan tersebut. 11

13 Contoh: Luas galian pada potongan yang ditunjukkan pada Gambar X.5 berikut adalah A = h(w + r1h) Gambar. Luas Galian Pada Bentuk Tanah Asli Beraturan 2. Bentuk tanah asli tidak beraturan Hitungan luas berdasarkan potongan lintang pada bentuk tanah asli tidak beraturan menggunakan cara koordinat. Koordinat perpotongan typical cross sections dengan tanah asli harus dihitung. E. Penetuan Luas Cara Grafis 1. Cara kisi-kisi Bagian yang akan ditentukan luasnya "dirajah" dengan menempatkan kisi-kisi transparan dengan ukuran tertentu di atasnya. Luas = jumlah kelipatan kisi-kisi satuan. Gambar. Hitungan Luas Cara Grafis Kisi-Kisi 2. Cara lajur Bagian yang akan ditentukan luasnya "dirajah" dengan menempatkan lajur-lajur transparan dengan ukuran tertentu di atasnya. Luas setiap lajur = dl, bila d adalah lebar lajur dan l panjang lajur. 12

14 Gambar. Hitungan Luas Cara Grafis Lajur Ketelitian dalam pengukuran luas sangat berpengaruh agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan. Kesalahan maksimum pada pengukuran luas dengan menggunakan angka-angka (jarak-jarak) yang diukur pada lapangan adalah sebagai berikut : a) Untuk lapangan yang mudah : fs = 0,20 L + 0,00030L, b) Untuk lapangan yang sedang : fs=0,25 L + 0,00045L, c) Untuk lapangan yang sukar : fs=0,30 L+ 0,00060L. Kesalahan maksimum dengan cara grafis berlaku rumus: F4 = 0,0004 S L + 0,00030 L. 13

15 PERHITUNGAN VOLUME Galian dan timbunan dapat diperoleh dari peta situasi yang dilengkapi dengan garis-garis kontur atau diperoleh langsung dari lapangan melalui pengukuran sifat datar profil melintang sepanjang koridor jalur proyek dan bangunan. Galian dan timbunan dapat diperoleh dari peta situasi dengan metode penggambaran profil melintang sepanjang jalur proyek atau metode grid-grid (griding) yang meninjau galian dan timbunan tampak atas dan menghitung selisih tinggi garis kontur terhadap ketinggian proyek di tempat perpotongan garis kontur dengan garis proyek. Galian dan timbunan berdimensi volume (meter kubik). Volume dapat diperoleh secara teoretis melalui perkalian luas dengan panjang. Galian dan timbunan untuk keperluan teknik sipil dan perencanaan diperoleh melalui perolehan luas rata-rata galian atau timbunan di 2 buah profil melintang yang dikalikan dengan jarak mendatar antara kedua profil melintang tersebut. Galian dan timbunan banyak digunakan untuk kepentingan pembuatan jalan raya, saluran irigasi, dan aplikasi lain, seperti pembangunan kavling untuk perumahan. Teknologi pengukuran dan pemetaan yang digunakan saat ini sudah sangat demikian berkembang. Survei lapangan dapat diperoleh secara cepat dan tepat menggunakan perlatan Total Station atau GPS (Global Positioning System) dan diikuti oleh sistem perekaman data yang dapat langsung diolah oleh komputer dan dengan menggunakan berbagai macam perangkat lunak CAD dapat langsung disajikan informasi grafis beserta luas dan nilai galian timbunannya. A. Metode-Metode Pengukuran Volume Pengukuran volume langsung jarang dikerjakan dalam pengukuran tanah, karena sulit untuk menerapkan dengan sebenar-benarnya sebuah satuan tehadap material yang terlibat. Sebagai gantinya dilakukan pengukuran tak langsung. Untuk memperolehnya dilakukan pengukuran garis dan luas yang mempunyai kaitan dengan volume yang diinginkan. Ada tiga sistem utama yang dipakai: 1) Metode tampang melintang, 2) Metode luas satuan atau lubang galian sumbang, 3) Metode luas garis tinggi. 1. Metode tampang (irisan) melintang (cross section method) 14

16 Metode tampang melintang dipakai hampir khusus untuk menghitung volume pada proyekproyek konstruksi yang memanjang misalnya jalan raya, jalan baja, dan kanal (saluran). Dalam prosedur ini, setelah sumbu diberi pancang, profil tanah yang disebut tamapang melintang dibuat (tegak lurus pada sumbu, biasanya dengan selang 50 atau 100 ft. pembuatan tampang melintang terdiri atas pengukuran elevasi-elevasi tanah dan jarakanya yang bersangkutan secara orthogonal kekiri dan kekanan sumbu, titik tinggi dan rendah, dan lokasi-lokasi dimana perubahan lereng terjadi untuk menentukan dengan teliti profil tanah. Ini dapat dilaksanakan di lapangan memakai sebuah alat sipat datar, rambu sipat datar dan pita ukur tanah. a. Metode potongan melintang rata-rata: Luas potongan melintang A1 dan A2 pada kedua ujung diukur dan dengan menganggap bahwa perubahan luas potongan melintang antara kedua ujung itu sebanding dengan jaraknya, luasa1 dan A2 tersebut dirata- rata. Akhirnya volume tanah dpat diperoleh dengan mengalikan luas rata-rata tersebut dengan jarak L dengan kedua ujung. Jadi : Error! Objects cannot be created from editing field codes. Gambar. Volume Cara Potongan Melintang Rata-Rata b. Metode jarak rata-rata Jarak L1 dan L2 sebelum dan sesudah potongan A1 dan A2 di rata- rata dan untuk menghitung volume tanahnya, haraga rata-rata ini dikalikan dengan luas potongan lintang Ao. Error! Objects cannot be created from editing field codes. 15

17 Gambar. Volume Cara Jarak Rata-Rata Pada daerah datar di mana perubahan profil-profil melintang dan memanjang biasanya kecil sekali, harga jarak rata-rata adalah titik pengukuran (L). Jadi : Error! Objects cannot be created from editing field codes. c. Volume prisma dan piramid kotak Rumus volume prisma yaitu: Error! Objects cannot be created from editing field codes. Gambar. Volume Cara Prisma Di mana: h A1 A2 Am = tinggi prisma = luas bidang atas prisma = luas bidang bawah prisma = luas bidang yang melalui tengah-tengah tinggi h 16

18 Rumus volume piramid kotak yaitu: Error! Objects cannot be created from editing field codes. Gambar. Volume Cara Piramida Kotak d. Cara Ketinggian Sama Cara dasar ketinggian sama areal bujur sangkar V = A/4( h1 + 2 S h2 + 3 S h3 + 4 S h4) hi = ketinggian titik-titik yang digunakan i kali dalam hitungan volume Gambar. Volume Cara Dasar Sama Bujur Sangkar Cara dasar ketinggian sama areal segitiga V = A/3(h1 + 2S h2 + 3S h3 + 4S h4 + 5S h5 + 6S h6 + 7S h7 + 8S h8) hi = ketinggian titik-titik yang digunakan i kali dalam hitungan volume. Pelaksanaan hitungan menggunakan cara sama dengan cara bujur sangkar Gambar. Volume Cara Dasar Sama Segitiga 17

19 Cara Garis Kontur Gambar. Volume Cara Kontur Cara garis kontur dengan rumus prisma V = h/3{ Ao + An + 4SA2r+1 + 2SA2r } r pada 2r + 1 berselang 0 <= r <= 1/2(n - 2), r pada 2r berselang 0 <= r <= 1/2(n - 2). Untuk n = 2 diperoleh r = 0, sehingga V = h/3(ao + A2 + 4A1) = h/3(ao + 4A1 + A2). Bila n adalah ganjil, bagian yang terakhir dihitung dengan cara piramida kotak atau cara rerata luas penampang awal dan akhir. Cara garis kontur dengan rumus piramida kotak V = h/3{ Ao + An + 2SAr + S(Ar-1Ar)1/2 } r pada 2SAr berselang 1 <= r <= n - 1, r pada S(Ar-1Ar)1/2 berselang 1 <= r <= n. Untuk n = 1 diperoleh : V = h/3{ao + A1 + (A0A1)1/2} = V = h/3{ Ao + (A0A1)1/2 + A1 } Cara garis kontur dengan luas rata-rata V = h/2 { Ao + An + 2S Ar } r bernilai 1 <= r <= n - 1. Untuk n = 1 diperoleh V = h/2 ( Ao + A1 ) 18

20 Jenis-jenis irisan tampang melintang Jenis-jenis irisan tampang melintang yang biasa dipakai pada pengukuran jalur lintas ditunjukkan pada gambar 2. Pada tanah datar irisan (tampang) datar (a) adalah yang sesuai. Tampangn tiga tingkat (b) biasanya yang dipakai dimana keadaan tanah biasa. Topografi yang bergelombang mungkin memerlukan tampang lima tingkat (c), atau lebih praktis sebuah tampang tak beraturan (d). tampang transisi (e), dan tampang lereng bukit (f), terjadi dalam perubahan dari galian ke timbunan pada lokasi lereng bukit. Luas ujung dengan koordinat Metode koordinat untuk menghitung luas ujung dapat dipakai untuk sembarang jenis tampang dan mempunyai banyak pemakaian teknis. Luas prismoidal Luas prismoidal berlaku untuk volume-volume semua benda pejal geometris yang dapat dianngap prismoida. Kebanyakan volume pekerjaan tanah termasuk klasifikasi ini, tetapi nisbi beberapa saja daripadanya memerlukan keseksamaan rumus prismoidal. Tanah itu tidak seragam dari tampang melintang lain, dan surdut tegak lurus dari sumbu yang dibuat dengan prisma pentagon atau dengan metode lengan. Hitungan volume Dalam konstruksi jalan raya dan jalan baja, material penggalian atau galian dipakai untuk membangun penimbunan atau timbunan. Kecuali ada faktor-faktor pengendali lainnya, garis gradien yang bagus perencanaanya seharusnya hampir memberi imbangan volume jumlah galian dengan volume jumlah timbunan. Untuk mencapai keseimbangan, volume timbunan dikembangkan atau volume galian dikecilkan. Ini perlu karena kecuali untuk galian-galian batu, penimbunan dimampatkan sampai suatu kepekatan yang lebih besar daripada material yang digali dari keadaan alamiahnya, dan untuk menyeimbangkan pekerjaan tanah, ini harus dipertimbangkan. Untuk menganalisa pemindahan kuantitas pekerjaan tanah pada proyek-proyek besar, dibuat diagram massa. Ini adalah penggambaran volume komulatif untuk masing-masing stasiun sebagai ordinat, terhadap stasiun-stasiun pada absis. Garis-garis horizontal (keseimbangan) 19

21 pada diagram masa kemudian menentukan batas angkutan dan arah pembuangan material yang masih ekonomis. Jika tidak ada material cukup dari galian untuk membuat galian yang diperlukan, selisihnya harus dipinjam (diperoleh dari lubang galian sumbang atau sumber-sumber lain seperti membuat lengkungan tambahan ). Jika ada kelebihan galian, maka dibuang atau barangkali dipakai untuk memperluas dan meratakan timbunan. 2. Metode luas satuan atau lubang galian sumbang (boroow pit method) Kualitas tanah, kerikil, batu atau material yang lain yang digali atau yang ditimbunkan pada sebuah proyek konstruksi dapat ditentukan dengan sipat datar lubang galian sumbang. 3. Metode luas garis tinggi (contour are method) Volume berdasarkan garis tinggi dapat diperoleh dari peta garis tinggi dengan pengukuran luas memakai planimeter terhadap wilayah yang dibatasi masing-masing garis tinggi dan mengalikan luas purata garis tinggi yang berdam[pingan dengan interval garis tinggi. Selain metode-metode diatas volume dapat dicari dengan menggunakan rumus integrak simpson, prisma, dan sebagainya. a. Hitungan isi cara Simpson Dari keempat bentuk yang memanfaatkan potongan melintang, baik untuk bentuk sederhana, seksi tiga level, kemudian seksi dengan kemiringan diketahui, dan akhirnya sisi kemiringan bukit, maka selanjutnya hasil hitungan luas (volume). Hal ini dapat dilakukan baik dengan menggunakan rumus Simpson ataupun rumus prisma. Perhitungan volume dengan metode Simpson, yaitu pekerjaan galian dan timbunan umumnya dilakukan berdasarkan potongan melintang, yang mempunyai interval yang sama, misalnya 100m, atau 50m. demikian pula rentangan garis tengah juga belum tentu sama panjang, baik ke kiri maupun ke kanan, sehinnga untuk setiap potongan melintang yang dihasilkan akan didapatkan beberapa bentuk luas potongan melintang. Yang kedua umumnya diberikan bidang persamaan, yaitu hasil desain pada satu rancang bangun konstruksi diatas ketinggian yang tertentu, sehingga dengan demikian mungkin terjadi galiandan timbunan. Galian terjadi apabila bidang persamaanya lebih tinggi dari profil yang ada. Timbunan yang lebih rendah dari profil yang ada, sedangkan timbunan yang terjadi apabila 20

22 bidang persamaan lebih tinggi daripada profil yang ada. Apabila luas semua potongan melintang tersebut telah dihitung, maka dengan sendirinya volume pekerjaan tersebut akan segera pula didapat yaitu dengan metode Simpson. b. Hitungan isi cara prisma Sebuah prisma didefinisikan sebagai sebuah bentuk padat(solid) yang mempunyai dua bidang paralel, baik dalam ukuran tertentu atau tak tentu bentukanya. Kedua permukaan ini dihubungkan oleh permukaan bidang ataupun lengkungan yang dari satu ujung kelainnya, misalnya prisma. Menurut Simpson: Volume = (1/3) x (D/2) x {A1 +A2 + (2X0) + 4M} = (1/6) x D x (A1 + A2 +4M) Ini adalah cara Simpson yang digunakan pada prisma ini, sehingga dapat digunakan untuk menghitung sembarang pisma melintang dengan mempersiapkan terlebih dahulu luas M yaitu potongan melntang tengah dari bentuk prisma tersebut. Patut diperhatikan bahwa luas M belum tentu merupakan harga rata-rata dari luas potongan awal dan akhir. c. Volume pekerjaan besar Hitungan dapat dilakukan melalui perhitungan titik ketinggian atau perhitungan melalui kontur. Sehingga perlu dilakukan pekerjaan sipat datar luas, baik secara langsung ataupun tak langsung. d. Volume dari titik tinggi Dalam cara A yaitu volume dengan menghitung titik ketinggian, maka pengukuran yang dilakukan adalah ukuran sipat datar luas, yaitu sipat datar luas tak langsung membuat patokpatok persil serta mengukur ketinggian titik sudut setiap persil. e. Volume garis kontur Cara untuk menghitung daerah yang luas ini adalah dengan menggunakan kontur. Setelah diperhatikan ternyata bentuk kontur tersebut mirip dengan bentuk prisma. Sehingga andaikan bahwa bidang yang dibentuk oleh sepasang kontur merupakan potongan-potongan yang ada dalam perhitungan di muka. Sehinnga volume suatu daerah dapat dihitung dengan menggunakan rumus prisma dengan mengambil 3 bidang kontur. 21

23 Kontur pertama, kedua, dan ketiga, merupakan suatu set perhitungan yang akan menghasilkan volume kedua lapisan tersebut, yaitu dibatasi oleh lapisan pertama terebut, yaitu dibatasi oleh lapisan pertama dan ketiga. Maka kita dapatkan untuk kedua lapisan tersebut: Volume = (2H/6) x (A1 + 4A2 + A3), Kalau naik lagi selanjutnya didapatkan persamaan lain, yaitu. Volume = (2HH/6) x (A3 + 4A4 + A5) Kalau dijumlahkan, kedua volume lapisan kontur ini akan didaptkan bahwa penjumlahannya adalah: Volume total = (H/3) x {A1 + A5 + 2A3 + 4 x (A2 + A4)} Rumus diatas sangat mirip dengan rumus Simpson yang umum, yaitu luas potongan awal ditambah dua kali potongan ganjil ditambah jumlah empat kali potongan genap. Sehingga yang mudah kita dapat menghitung volume tersebut. B. Sumber-Sumber Galat Beberapa Galat yang biasa ada pada penentuan luas tampang dan volume pekerjaan tanah adalah: 1. Membuat Galat dalam pengukuran tampang melintang 2. kelalaian memakai rumus prismoidal dimana dibenarkan 3. memakai angka luas tampang melintang melebihi ft persegi terdekat, atau melebihi batas yang dimungkinkan oleh data lapangan. 4. memakai angka volume melebihi yard persegi terdekat. C. Kesalahan-kesalahan besar Beberapa kesalahan khas yang dibuat alam hitungan pekerjaan tanah adalah: 1. Mengacaukan tanda-tanda aljabar dalam hitungan luas ujung memakai metode koordinat 2. Memakai persamaan untuk hitungan volume stasiun angka bulat padahal yang ada adalah stasiun angka pecahan 3. Memakai volume luas ujung untuk bentuk pyramidal atau bentuk paju (wedgeshaped) 4. Mencampur adukkan kuantitas galian dan timbunan 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Galian dan Timbunan Galian dan timbunan atau yang lebih dikenal oleh orang-orang lapangan dengan Cut and Fill adalah bagian yang sangat penting baik pada pekerjaan pembuatan

Lebih terperinci

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 12 : METODE PENGUKURAN VOLUME

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 12 : METODE PENGUKURAN VOLUME SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 12 : METODE PENGUKURAN VOLUME UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MANFAAT PERHITUNGAN VOLUME Galian dan timbunan

Lebih terperinci

dimana, Ba = Benang atas (mm) Bb = Benang bawah (mm) Bt = Benang tengah (mm) D = Jarak optis (m) b) hitung beda tinggi ( h) dengan rumus

dimana, Ba = Benang atas (mm) Bb = Benang bawah (mm) Bt = Benang tengah (mm) D = Jarak optis (m) b) hitung beda tinggi ( h) dengan rumus F. Uraian Materi 1. Konsep Pengukuran Topografi Pengukuran Topografi atau Pemetaan bertujuan untuk membuat peta topografi yang berisi informasi terbaru dari keadaan permukaan lahan atau daerah yang dipetakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan pendidikan program study Diploma III Teknik Sipil Politeknik Negeri Manado adalah mencetak tenaga kerja yang profesional. Untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

GAMBAR TEKNIK PROYEKSI ISOMETRI. Gambar Teknik Proyeksi Isometri

GAMBAR TEKNIK PROYEKSI ISOMETRI. Gambar Teknik Proyeksi Isometri GAMBAR TEKNIK PROYEKSI ISOMETRI Gambar Teknik i halaman ini sengaja dibiarkan kosong Gambar Teknik ii Daftar Isi Daftar Isi... iii... 1 1 Pendahuluan... 1 2 Sumbu, Garis, dan Bidang Isometri... 2 3 Skala

Lebih terperinci

(A) 3 (B) 5 (B) 1 (C) 8

(A) 3 (B) 5 (B) 1 (C) 8 . Turunan dari f ( ) = + + (E) 7 + +. Turunan dari y = ( ) ( + ) ( ) ( + ) ( ) ( + ) ( + ) ( + ) ( ) ( + ) (E) ( ) ( + ) 7 5 (E) 9 5 9 7 0. Jika f ( ) = maka f () = 8 (E) 8. Jika f () = 5 maka f (0) +

Lebih terperinci

PENGUKURAN BEDA TINGGI / SIPAT DATAR

PENGUKURAN BEDA TINGGI / SIPAT DATAR PENGUKURAN BEDA TINGGI / SIPAT DATAR Survei dan Pengukuran APA YG DIHASILKAN DARI SIPAT DATAR 2 1 3 4 2 5 3 KONTUR DALAM ILMU UKUR TANAH Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang berketinggian

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Gambar Garis Kontur Dari Suatu Permukaan Bumi

Gambar 2.1. Gambar Garis Kontur Dari Suatu Permukaan Bumi F. Uraian Materi 1. Pengukuran Penyipat Datar Luas (Spot Height) Untuk merencanakan suatu tata letak (site plan) untuk bangunan-bangunan atau pertamanan, pada umumnya perlu diketahui keadaan tinggi rendahnya

Lebih terperinci

abcde dengan a, c, e adalah bilangan genap dan b, d adalah bilangan ganjil? A B C D E. 3000

abcde dengan a, c, e adalah bilangan genap dan b, d adalah bilangan ganjil? A B C D E. 3000 Hal. 1 / 7 METHODIST-2 EDUCATION EXPO LOMBA SAINS PLUS ANTAR PELAJAR TINGKAT SMA SE-SUMATERA UTARA TAHUN 2015 BIDANG WAKTU : MATEMATIKA : 120 MENIT PETUNJUK : 1. Pilihlah jawaban yang benar dan tepat.

Lebih terperinci

ILMU UKUR TANAH II. Jurusan: Survei Dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017

ILMU UKUR TANAH II. Jurusan: Survei Dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017 ILMU UKUR TANAH II Jurusan: Survei Dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017 Interval kontur berdasarkan skala dan bentuk medan Skala 1 : 1 000 dan lebih besar 1 : 1 000 s / d 1 : 10

Lebih terperinci

Modul 10 Garis Kontur

Modul 10 Garis Kontur MODUL KULIAH Modul 10-1 Modul 10 Garis Kontur 10.1 Kontur Salah satu unsur yang penting pada suatu peta topografi adalah informasi tentang tinggi suatu tempat terhadap rujukan tertentu. Untuk menyajikan

Lebih terperinci

C. 30 Januari 2001 B. 29 Januari 2001

C. 30 Januari 2001 B. 29 Januari 2001 1. Notasi pembentuk himpunan dari B = {1, 4, 9} adalah... A. B = {x x kuadrat tiga bilangan asli yang pertama} B. B = {x x bilangan tersusun yang kurang dari 10} C. B = {x x kelipatan bilangan 2 dan 3

Lebih terperinci

TUJUAN INSTRUKSIONAL

TUJUAN INSTRUKSIONAL Pengukuran dan perhitungan hasil PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN TUJUAN INSTRUKSIONAL SETELAH MENGIKUTI PELATIHAN PESERTA DIHARAPKAN MEMAHAMI MATERI PENGUKURAN PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI JALAN SERTA MAMPU MELAKSANAKAN

Lebih terperinci

LUAS DAN VOLUME. Mahasiswa mampu melakukan perhitungan luas dan volume suatu areal.

LUAS DAN VOLUME. Mahasiswa mampu melakukan perhitungan luas dan volume suatu areal. LUAS DAN VOLUME Mahasiswa mampu melakukan perhitungan luas dan volume suatu areal. Luas suatu wilayah merupakan luas pada bidang datar ( dan ) tanpa ada unsur ketinggian (Z). Kondisi di lapangan yang tidak

Lebih terperinci

Pengukuran Tachymetri Untuk Bidikan Miring

Pengukuran Tachymetri Untuk Bidikan Miring BAB XII Pengukuran Tachymetri Untuk Bidikan Miring Metode tachymetri didasarkan pada prinsip bahwa pada segitiga-segitiga sebangun, sisi yang sepihak adalah sebanding. Kebanyakan pengukuran tachymetri

Lebih terperinci

MENGGAMBAR BIDANG A. MEMBAGI GARIS DAN SUDUT

MENGGAMBAR BIDANG A. MEMBAGI GARIS DAN SUDUT MENGGAMBAR BIDANG A. MEMBAGI GARIS DAN SUDUT 1. MEMBAGI GARIS a. Membagi garis menjadi 2 bagian yang sama panjang Membagi garis menjadi 2 bagian yang sama panjang menggunakan jangka dapat diikuti melalui

Lebih terperinci

PROYEKSI ISOMETRI PENDAHULUAN

PROYEKSI ISOMETRI PENDAHULUAN PROYEKSI ISOMETRI PENDAHULUAN Proyeksi isometri(k) dapat digolongkan sebagai gambar piktorial. Ketiga bidang pada sebuah objek 3D digambar dan tampak jelas. Dimensi objek gambar pun dapat diukur langsung

Lebih terperinci

MENGGAMBAR BIDANG A. MEMBAGI GARIS DAN SUDUT

MENGGAMBAR BIDANG A. MEMBAGI GARIS DAN SUDUT MENGGAMBAR BIDANG A. MEMBAGI GARIS DAN SUDUT MENGGAMBAR BIDANG A. MEMBAGI GARIS DAN SUDUT 1. MEMBAGI GARIS a. Membagi garis menjadi 2 bagian yang sama panjang Membagi garis menjadi 2 bagian yang sama

Lebih terperinci

Bab 3 KONSTRUKSI GEOMETRIS 3.1. KONSTRUKSI-KONSTRUKSI DASAR.

Bab 3 KONSTRUKSI GEOMETRIS 3.1. KONSTRUKSI-KONSTRUKSI DASAR. Bab 3 KONSTRUKSI GEOMETRIS Materi : Konstruksi-konstruksi dasar. Garis-garis lengkung. Gambar proyeksi. Gambar pandangan tunggal. Proyeksi ortogonal (gambar pandangan majemuk). 3.1. KONSTRUKSI-KONSTRUKSI

Lebih terperinci

Pembahasan Matematika SMP IX

Pembahasan Matematika SMP IX Pembahasan Matematika SMP IX Matematika SMP Kelas IX Bab Pembahasan dan Kunci Jawaban Ulangan Harian Pokok Bahasan : Kesebangunan Kelas/Semester : IX/ A. Pembahasan soal pilihan ganda. Bangun yang tidak

Lebih terperinci

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2007 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2008

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2007 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2008 Dapatkan soal-soal lainnya di http://forum.pelatihan-osn.com SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2007 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2008 Bidang Matematika Bagian Pertama Waktu : 90 Menit DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Ringkasan Materi Soal-soal dan Pembahasan MATEMATIKA. SD Kelas 4, 5, 6

Ringkasan Materi Soal-soal dan Pembahasan MATEMATIKA. SD Kelas 4, 5, 6 Ringkasan Materi Soal-soal dan Pembahasan MATEMATIKA SD Kelas 4, 5, 6 1 Matematika A. Operasi Hitung Bilangan... 3 B. Bilangan Ribuan... 5 C. Perkalian dan Pembagian Bilangan... 6 D. Kelipatan dan Faktor

Lebih terperinci

VISUALISASI 3D LAHAN RENCANA PROYEK UNTUK PERHITUNGAN VOLUME GALIAN DAN TIMBUNAN

VISUALISASI 3D LAHAN RENCANA PROYEK UNTUK PERHITUNGAN VOLUME GALIAN DAN TIMBUNAN VISUALISASI 3D LAHAN RENCANA PROYEK UNTUK PERHITUNGAN VOLUME GALIAN DAN TIMBUNAN Arief A NRP : 0021039 Pembimbing : Ir. Maksum Tanubrata., MT UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

MATA KULIAH PROYEKSI DAN PERSPEKTIF. Arsianti Latifah, S.Pd., M.Sn. Program Studi Pendidikan Seni Rupa FBS UNY

MATA KULIAH PROYEKSI DAN PERSPEKTIF. Arsianti Latifah, S.Pd., M.Sn. Program Studi Pendidikan Seni Rupa FBS UNY MATA KULIAH PROYEKSI DAN PERSPEKTIF Arsianti Latifah, S.Pd., M.Sn. Program Studi Pendidikan Seni Rupa FBS UNY ALAT-ALAT MENGGAMBAR 1. Pensil Pensil bertanda huruf H (Hard) berarti keras. Makin besar H

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN DOKUMEN NEGARA UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kompetensi Keahlian : Teknik Survei dan Pemetaan Kode Soal : 1014 Alokasi

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN DOKUMEN NEGARA UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kompetensi Keahlian : Teknik Survei dan Pemetaan Kode Soal : 1014 Alokasi

Lebih terperinci

SOAL MATEMATIKA - SMP

SOAL MATEMATIKA - SMP SOAL MATEMATIKA - SMP OLIMPIADE SAINS NASIONAL TAHUN 014 TINGKAT KABUPATEN/KOTA Sabtu, 8 Maret 014 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB 2 MENGGAMBAR BENTUK BIDANG

BAB 2 MENGGAMBAR BENTUK BIDANG BAB 2 MENGGAMBAR BENTUK BIDANG 2.1 Menggambar Sudut Memindahkan sudut a. Buat busur lingkaran dengan A sebagian pusat dengan jari-jari sembarang R yang memotong kaki-kaki sudut AB dan AC di n dan m b.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan secara matematis untuk meratakan kesalahan (koreksi), kemudian

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan secara matematis untuk meratakan kesalahan (koreksi), kemudian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu ukur tanah (Plane Surveying) adalah ilmu yang mempelajari tentang pengukuran-pengukuran pada sebagian permukaan bumi guna pembuatan peta serta memasang kembali

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Alat Ukur GPS GPS (Global Positioning System) adalah sistem radio navigasi menggunakan satelit yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat, untuk menentukan posisi, kecepatan

Lebih terperinci

SOAL MATEMATIKA - SMP

SOAL MATEMATIKA - SMP SOAL MATEMATIKA - SMP OLIMPIADE SAINS NASIONAL TINGKAT KABUPATEN/KOTA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TAHUN 200

Lebih terperinci

50 LAMPIRAN NILAI SISWA SOAL INSTRUMEN Nama : Kelas : No : BERILAH TANDA SILANG (X) PADA JAWABAN YANG DIANGGAP BENAR! 1. Persegi adalah.... a. Bangun segiempat yang mempunyai empat sisi dan panjang

Lebih terperinci

3.1. Sub Kompetensi Uraian Materi MODUL 3 MENGGAMBAR BENTUK BIDANG

3.1. Sub Kompetensi Uraian Materi MODUL 3 MENGGAMBAR BENTUK BIDANG 3.1. Sub Kompetensi Kemampuan yang akan dimiliki oleh mahasiswa setelah memahami isi modul ini adalah sebagai berikut : - Mahasiswa mampu memahami dan menggambar bentuk bidang dalam gambar kerja. 3.2.

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal ME KANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu : a. KINE MATI KA = Ilmu

Lebih terperinci

PENERAPAN FAKTOR PRIMA DALAM MENYELESAIKAN BENTUK ALJABAR (Andi Syamsuddin*)

PENERAPAN FAKTOR PRIMA DALAM MENYELESAIKAN BENTUK ALJABAR (Andi Syamsuddin*) PENERAPAN FAKTOR PRIMA DALAM MENYELESAIKAN BENTUK ALJABAR (Andi Syamsuddin*) A. Faktor Prima Dalam tulisan ini yang dimaksud dengan faktor prima sebuah bilangan adalah pembagi habis dari sebuah bilangan

Lebih terperinci

Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional Tahun 1986 Matematika

Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional Tahun 1986 Matematika Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional Tahun 986 Matematika EBTANAS-SMP-86-0 Himpunan faktor persekutuan dari dan 0 {,,, 6} {,, 6} {, } {6} EBTANAS-SMP-86-0 Bilangan 0,0000 jika ditulis dalam bentuk baku.0

Lebih terperinci

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 013 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 014 Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL BAGIAN PERTAMA Disusun oleh : Solusi Olimpiade Matematika Tk Provinsi 013

Lebih terperinci

Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional Tahun 1985 Matematika

Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional Tahun 1985 Matematika Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional Tahun 98 Matematika EBTANAS-SMP-8- Jika A = {,, 8,, 4}, B = {,,,,, } dengan himpunan semesta C = (c c bilangan cacah }, maka himpunan {., 4, 6, 9,,, } =... A' B' (A

Lebih terperinci

C. 9 orang B. 7 orang

C. 9 orang B. 7 orang 1. Dari 42 siswa kelas IA, 24 siswa mengikuti ekstra kurikuler pramuka, 17 siswa mengikuti ekstrakurikuler PMR, dan 8 siswa tidak mengikuti kedua ekstrakurikuler tersebut. Banyak siswa yang mengikuti kedua

Lebih terperinci

SOAL UN DAN PENYELESAIANNYA 2009

SOAL UN DAN PENYELESAIANNYA 2009 1. 1. Jika saya giat belajar maka saya bisa meraih juara. 2. Jika saya bisa meraih juara maka saya boleh ikut bertanding. Ingkaran dari kesimpulan kedua premis diatas adalah... A. Saya giat belajar dan

Lebih terperinci

Integral lipat dua BAB V INTEGRAL LIPAT 5.1. DEFINISI INTEGRAL LIPAT DUA. gambar 5.1 Luasan di bawah permukaan

Integral lipat dua BAB V INTEGRAL LIPAT 5.1. DEFINISI INTEGRAL LIPAT DUA. gambar 5.1 Luasan di bawah permukaan BAB V INTEGRAL LIPAT 5.1. DEFINISI INTEGRAL LIPAT DUA gambar 5.1 Luasan di bawah permukaan 61 Pada Matematika Dasar I telah dipelajari integral tertentu b f ( x) dx yang dapat didefinisikan, apabila f

Lebih terperinci

Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik pada bidang yang berjarak

Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik pada bidang yang berjarak 4 Lingkaran 4.1. Persamaan Lingkaran Bentuk Baku. Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik pada bidang yang berjarak tetap dari suatu titik tetap. Titik tetap dari lingkaran disebut pusat lingkaran,

Lebih terperinci

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2013 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2014 Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL BAGIAN PERTAMA Disusun oleh : BAGIAN PERTAMA 1. ABC adalah segitiga sama

Lebih terperinci

Pembahasan OSN Tingkat Provinsi Tahun 2011 Jenjang SMA Bidang Matematika

Pembahasan OSN Tingkat Provinsi Tahun 2011 Jenjang SMA Bidang Matematika Tutur Widodo Pembahasan OSP Matematika SMA 011 Pembahasan OSN Tingkat Provinsi Tahun 011 Jenjang SMA Bidang Matematika Bagian A : Soal Isian Singkat 1. Diberikan segitiga sama kaki ABC dengan AB = AC.

Lebih terperinci

PAKET 2 CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN MATEMATIKA SMP/MTs

PAKET 2 CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN MATEMATIKA SMP/MTs PAKET CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN MATEMATIKA SMP/MTs 1. * Kemampuan yang diuji. Menghitung hasil operasi tambah, kurang, kali dan bagi pada bilangan bulat Menentukan hasil operasi campuran bilangan bulat.

Lebih terperinci

MATA KULIAH PROYEKSI & PERSPEKTIF

MATA KULIAH PROYEKSI & PERSPEKTIF SEMESTER GASAL 2010 MATA KULIAH PROYEKSI & PERSPEKTIF Oleh: Dwi Retno Sri Ambarwati, M.Sn JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA Company FBS UNY PROYEKSI Definisi Gambar Proyeksi adalah gambar bayangan atau konstruksi

Lebih terperinci

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014 TINGKAT PROVINSI

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014 TINGKAT PROVINSI HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014 TINGKAT PROVINSI BIDANG MATEMATIKA Waktu : 210 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

C. B dan C B. A dan D

C. B dan C B. A dan D 1. Perhatikan Himpunan di bawah ini! A = {bilangan prima kurang dari 11} B = {x < x 11, x bilangan ganjil} C = {semua faktor dari 12} D = {bilangan genap antara 2 dan 14} Himpunan di atas yang ekuivalen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. B. Tujuan Praktikum

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. B. Tujuan Praktikum BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pengukuran merupakan penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran atau dapat dikatakan juga bahwa pengukuran adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Peta merupakan gambaran dari permukaan bumi yang diproyeksikan

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Peta merupakan gambaran dari permukaan bumi yang diproyeksikan BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Peta merupakan gambaran dari permukaan bumi yang diproyeksikan terhadap bidang datar. Peta yang baik memberikan informasi yang akurat mengenai permukaan bumi kepada

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS TERAPAN NASIONAL SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TINGKAT PROPINSI JAWA TENGAH 2010 BIDANG MATEMATIKA TEKNOLOGI

OLIMPIADE SAINS TERAPAN NASIONAL SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TINGKAT PROPINSI JAWA TENGAH 2010 BIDANG MATEMATIKA TEKNOLOGI OLIMPIADE SAINS TERAPAN NASIONAL SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TINGKAT PROPINSI JAWA TENGAH 2010 BIDANG MATEMATIKA TEKNOLOGI SESI III (ISIAN SINGKAT DAN ESSAY) WAKTU : 180 MENIT ============================================================

Lebih terperinci

SELEKSI OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2006 TINGKAT PROVINSI TAHUN Prestasi itu diraih bukan didapat!!!

SELEKSI OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2006 TINGKAT PROVINSI TAHUN Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SELEKSI OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 006 TINGKAT PROVINSI TAHUN 005 Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL Bidang Matematika Bagian Pertama Disusun oleh : Solusi Olimpiade Matematika Tk Provinsi

Lebih terperinci

GARIS KONTUR SIFAT DAN INTERPOLASINYA

GARIS KONTUR SIFAT DAN INTERPOLASINYA U +1000-2000 1300 1250 1200 1150 1100 1065 0 1050 1000 950 900 BAB XIII GARIS KONTUR SIFAT DAN INTERPOLASINYA Garis kontur (contour-line) adalah garis khayal pada peta yang menghubungkan titik-titik dengan

Lebih terperinci

C. y = 2x - 10 D. y = 2x + 10

C. y = 2x - 10 D. y = 2x + 10 1. Diantara himpunan berikut yang merupakan himpunan kosong adalah... A. { bilangan cacah antara 19 dan 20 } B. { bilangan genap yang habis dibagi bilangan ganjil } C. { bilangan kelipatan 3 yang bukan

Lebih terperinci

LOMBA MATEMATIKA NASIONAL KE-25

LOMBA MATEMATIKA NASIONAL KE-25 LOMBA MATEMATIKA NASIONAL KE-5 Babak Penyisihan Tingkat SMP Minggu, 9 November 04 HIMPUNAN MAHASISWA MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA SEKIP UTARA UNIT III

Lebih terperinci

LOMBA MATEMATIKA NASIONAL KE-25

LOMBA MATEMATIKA NASIONAL KE-25 LOMBA MATEMATIKA NASIONAL KE-25 Babak Penyisihan Tingkat SMA Minggu, 9 November 20 HIMPUNAN MAHASISWA MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA SEKIP UTARA UNIT III

Lebih terperinci

KEGIATAN BELAJAR SISWA

KEGIATAN BELAJAR SISWA KEGIATAN BELAJAR SISWA Bidang studi : Matematika Satuan Pendidikan: SLTP Kelas: 3 (tiga) Caturwulan: 1 (satu) Pokok Bahasan: Transformasi Subpokok Bahasan: Refleksi Waktu: 150 Menit Endang Mulyana 2003

Lebih terperinci

Siswa dapat menyebutkan dan mengidentifikasi bagian-bagian lingkaran

Siswa dapat menyebutkan dan mengidentifikasi bagian-bagian lingkaran KISI-KISI PENULISAN SOAL DAN URAIAN ULANGAN KENAIKAN KELAS Jenis Sekolah Penulis Mata Pelajaran Jumlah Soal Kelas Bentuk Soal AlokasiWaktu Acuan : SMP/MTs : Gresiana P : Matematika : 40 nomor : VIII (delapan)

Lebih terperinci

MIMIN RIHOTIMAWATI TRIGONOMETRI

MIMIN RIHOTIMAWATI TRIGONOMETRI MIMIN RIHOTIMAWATI TRIGONOMETRI Fungsi Trigonometri Sin α = Sisi. didepan. sudut Hipotenusa a c Cos α = Sisi. terdekat. sudut Hipotenusa b c Tan α = Sisi. didepan. sudut Sisi. yang. berdeka tan a b Sinus

Lebih terperinci

DEFFERNSIAL atau TURUNAN FUNGSI ALJABAR

DEFFERNSIAL atau TURUNAN FUNGSI ALJABAR DEFFERNSIAL atau TURUNAN FUNGSI ALJABAR A. Pengertian Turunan dari fungsi y f () Laju rata-rata perubahan fungsi dalam interval antara a dan a h adalah : y f( a h) f( a) f ( a h) f( a) = = (dengan syarat

Lebih terperinci

Pola (1) (2) (3) Banyak segilima pada pola ke-15 adalah. A. 235 C. 255 B. 250 D Yang merupakan bilangan terbesar adalah. A. C. B. D.

Pola (1) (2) (3) Banyak segilima pada pola ke-15 adalah. A. 235 C. 255 B. 250 D Yang merupakan bilangan terbesar adalah. A. C. B. D. SOAL SELEKSI AWAL 1. Suhu dalam sebuah lemari es adalah 15 o C di bawah nol. Pada saat mati listrik suhu dalam lemari es meningkat 2 o C setiap 120 detik. Jika listrik mati selama 210 detik, suhu dalam

Lebih terperinci

PAKET 2 CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN MATEMATIKA SMP/MTs

PAKET 2 CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN MATEMATIKA SMP/MTs PAKET CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN MATEMATIKA SMP/MTs 1. * Kemampuan yang diuji. Menghitung hasil operasi tambah, kurang, kali dan bagi pada bilangan bulat Menentukan hasil operasi campuran bilangan bulat.

Lebih terperinci

Oleh : Ir. H. Armeyn Syam, MT FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI PADANG

Oleh : Ir. H. Armeyn Syam, MT FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI PADANG Oleh : Ir. H. Armeyn Syam, MT FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI PADANG Struktur rangka batang bidang adalah struktur yang disusun dari batang-batang yang diletakkan pada suatu bidang

Lebih terperinci

PETA TOPOGRAFI DAN PEMBACAAN KONTUR

PETA TOPOGRAFI DAN PEMBACAAN KONTUR PETA TOPOGRAFI DAN PEMBACAAN KONTUR Peta topografi adalah peta penyajian unsur-unsur alam asli dan unsur-unsur buatan manusia diatas permukaan bumi. Unsur-unsur alam tersebut diusahakan diperlihatkan pada

Lebih terperinci

Peta Konsep. Standar Kompetensi. Kompetensi Dasar. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi. persamaan garis lurus

Peta Konsep. Standar Kompetensi. Kompetensi Dasar. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi. persamaan garis lurus PErSamaan GarIS lurus Untuk SMP Kelas VIII Peta Konsep Standar Kompetensi Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi dan persamaan garis lurus Kompetensi Dasar Menentukan gradien, persamaan dan grafik garis

Lebih terperinci

Sifat-Sifat Bangun Datar

Sifat-Sifat Bangun Datar Sifat-Sifat Bangun Datar Bangun datar merupakan sebuah bangun berupa bidang datar yang dibatasi oleh beberapa ruas garis. Jumlah dan model ruas garis yang membatasi bangun tersebut menentukan nama dan

Lebih terperinci

Pengukuran Jarak dan Luas Pada RBI

Pengukuran Jarak dan Luas Pada RBI Pengukuran Jarak dan Luas Pada RBI Bahan dan Alat 1. Peta RBI 2. Data Lokasi (titik) yang diperoleh 3. Benang/ Penggaris 4. Tabel Isian Jarak yang dihitung Jarak yang dihitung dalam praktikum ini terbagi

Lebih terperinci

PENGENALAN MACAM-MACAM PENGUKURAN SITUASI

PENGENALAN MACAM-MACAM PENGUKURAN SITUASI PENGENALAN MACAM-MACAM PENGUKURAN SITUASI Pengukuran Situasi Adalah Pengukuran Untuk Membuat Peta Yang Bisa Menggambarkan Kondisi Lapangan Baik Posisi Horisontal (Koordinat X;Y) Maupun Posisi Ketinggiannya/

Lebih terperinci

Soal Babak Penyisihan MIC LOGIKA 2011

Soal Babak Penyisihan MIC LOGIKA 2011 Soal Babak Penyisihan MIC LOGIKA 2011 1. Jika adalah bilangan bulat dan angka puluhan dari adalah tujuh, maka angka satuan dari adalah... a. 1 c. 5 e. 9 b. 4 d. 6 2. ABCD adalah pesergi dengan panjang

Lebih terperinci

Pembahasan Soal OSK SMA 2018 OLIMPIADE SAINS KABUPATEN/KOTA SMA OSK Matematika SMA. (Olimpiade Sains Kabupaten/Kota Matematika SMA)

Pembahasan Soal OSK SMA 2018 OLIMPIADE SAINS KABUPATEN/KOTA SMA OSK Matematika SMA. (Olimpiade Sains Kabupaten/Kota Matematika SMA) Pembahasan Soal OSK SMA 018 OLIMPIADE SAINS KABUPATEN/KOTA SMA 018 OSK Matematika SMA (Olimpiade Sains Kabupaten/Kota Matematika SMA) Disusun oleh: Pak Anang Pembahasan Soal OSK SMA 018 OLIMPIADE SAINS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Evaluasi teknis adalah mengevaluasi rute dari suatu ruas jalan secara umum meliputi beberapa elemen yang disesuaikan dengan kelengkapan data yang ada atau tersedia

Lebih terperinci

A. Pengantar B. Tujuan Pembelajaran Umum C. Tujuan Pembelajaran Khusus

A. Pengantar B. Tujuan Pembelajaran Umum C. Tujuan Pembelajaran Khusus Modul 4 SEGIEMPAT A. Pengantar Materi yang akan di bahas pada kegiatan pembelajaran ini terdiri atas pengertian berbagai macam segiempat: jajargenjang, belah ketupat, layang-layang dan trapesium. Disamping

Lebih terperinci

GLOSSARIUM. A Akar kuadrat

GLOSSARIUM. A Akar kuadrat A Akar kuadrat GLOSSARIUM Akar kuadrat adalah salah satu dari dua faktor yang sama dari suatu bilangan. Contoh: 9 = 3 karena 3 2 = 9 Anggota Himpunan Suatu objek dalam suatu himpunan B Belahketupat Bentuk

Lebih terperinci

2. Di antara bilangan-bilangan berikut, hanya ada satu yang habis membagi , yaitu. c. 1 d.

2. Di antara bilangan-bilangan berikut, hanya ada satu yang habis membagi , yaitu. c. 1 d. Halaman: 1 1. Akar pangkat empat dari 4 adalah a. 4 b. 4 c. 4 d. 4 2. Di antara bilangan-bilangan berikut, hanya ada satu yang habis membagi 100 000 064, yaitu a. 10404 b. 10408 c. 10804 d. 10808 3. Banyaknya

Lebih terperinci

MATEMATIKA SMP PEMBAHASAN SOAL TRY OUT UJIAN NASIONAL KE-3 TAHUN PELAJARAN 2016/2017 PAKET 01 FULL DOKUMEN. SMPN 2 LOSARI 2017 Created by Irawan

MATEMATIKA SMP PEMBAHASAN SOAL TRY OUT UJIAN NASIONAL KE-3 TAHUN PELAJARAN 2016/2017 PAKET 01 FULL DOKUMEN. SMPN 2 LOSARI 2017 Created by Irawan PEMBAHASAN SOAL TRY OUT UJIAN NASIONAL KE-3 TAHUN PELAJARAN 06/07 PAKET 0 DOKUMEN SANGAT RAHASIA MATEMATIKA SMP FULL SMPN LOSARI 07 Created by Irawan DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN CIREBON Jika operasi " *

Lebih terperinci

Soal dan Pembahasan UN Matematika Program IPA 2008

Soal dan Pembahasan UN Matematika Program IPA 2008 Soal dan Pembahasan UN Matematika Program IPA 2008. Diketahui premis premis : () Jika hari hujan, maka udara dingin. (2) Jika udara dingin, maka ibu memakai baju hangat. (3) Ibu tidak memakai baju hangat

Lebih terperinci

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2014 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA Waktu : 210 Menit

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2014 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA Waktu : 210 Menit SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2014 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2015 Waktu : 210 Menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT

Lebih terperinci

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu :

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu : BAB VI KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Standar Kompetensi 2. Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah Kompetensi Dasar 2.1 Menformulasikan hubungan antara konsep

Lebih terperinci

KONTUR.

KONTUR. KONTUR http://aanpambudi.files.wordpress.com/2010/08/kontur1.png Kontur Hal penting dalam melakukan pemetaan adalah tersedianya informasi mengenai ketinggian suatu wilayah. Dalam peta topografi, informasi

Lebih terperinci

METODA-METODA PENGUKURAN

METODA-METODA PENGUKURAN METODA-METODA PENGUKURAN METDA PENGUKURAN HORIZONTAL 1. Metda poligon 2. Metoda Pengikatan 3. Global Positioning System (GPS) METODA PENGUKURAN VERTIKAL 1. M.Sifat Datar 2. M. Trigonometris 3. M. Barometris

Lebih terperinci

SOAL DAN SOLUSI PEREMPATFINAL KOMPETISI MATEMATIKA UNIVERSITAS TARUMANAGARA 2011

SOAL DAN SOLUSI PEREMPATFINAL KOMPETISI MATEMATIKA UNIVERSITAS TARUMANAGARA 2011 SOAL DAN SOLUSI PEREMPATFINAL KOMPETISI MATEMATIKA UNIVERSITAS TARUMANAGARA 2011 (90menit) 1. Semua tripel (x, y, z) yang memenuhi bahwa salah satu bilangan jika ditambahkan dengan hasil kali kedua bilangan

Lebih terperinci

( ) 2. Nilai x yang memenuhi log 9. Jadi 4x 12 = 3 atau x = 3,75

( ) 2. Nilai x yang memenuhi log 9. Jadi 4x 12 = 3 atau x = 3,75 Here is the Problem and the Answer. Diketahui premis premis berikut! a. Jika sebuah segitiga siku siku maka salah satu sudutnya 9 b. Jika salah satu sudutnya 9 maka berlaku teorema Phytagoras Ingkaran

Lebih terperinci

Dari gambar jaring-jaring kubus di atas bujur sangkar nomor 6 sebagai alas, yang menjadi tutup kubus adalah bujur sangkar... A. 1

Dari gambar jaring-jaring kubus di atas bujur sangkar nomor 6 sebagai alas, yang menjadi tutup kubus adalah bujur sangkar... A. 1 1. Diketahui : A = { m, a, d, i, u, n } dan B = { m, e, n, a, d, o } Diagram Venn dari kedua himpunan di atas adalah... D. A B = {m, n, a, d} 2. Jika P = bilangan prima yang kurang dari Q = bilangan ganjil

Lebih terperinci

SOAL BRILLIANT COMPETITION 2013

SOAL BRILLIANT COMPETITION 2013 PILIHAN GANDA. Pada suatu segitiga ABC, titik D berada di AC sehingga AD : DC = 4 :. Titik E berada di BC sehingga BE : EC = : 3. Titik F adalah titik perpotongan antara garis BD dan garis AE. Jika luas

Lebih terperinci

SEGITIGA DAN SEGIEMPAT

SEGITIGA DAN SEGIEMPAT SEGITIGA DAN SEGIEMPAT A. Pengertian Segitiga Jika tiga buah titik A, B dan C yang tidak segaris saling di hubungkan,dimana titik A dihubungkan dengan B, titik B dihubungkan dengan titik C, dan titik C

Lebih terperinci

4. VISUALISASI DAN GAMBAR SKET

4. VISUALISASI DAN GAMBAR SKET 4. VISUALISASI DAN GAMBAR SKET Standar Kompetensi : Peserta didik dapat mengidentifikasi cara menggambar dengan cara: isometri, dimetri, trimetri, prespektif, gambar sket dengan menggunakan tangan, dan

Lebih terperinci

SELEKSI TINGKAT PROPINSI MATEMATIKA SMA/MA

SELEKSI TINGKAT PROPINSI MATEMATIKA SMA/MA SELEKSI TINGKAT PROPINSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 01 MATEMATIKA SMA/MA PETUNJUK UNTUK PESERTA: 1. Tes terdiri dari dua bagian. Tes bagian pertama terdiri dari 0 soal isian singkat dan tes

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN AKHIR SEKOLAH

LATIHAN UJIAN AKHIR SEKOLAH LATIHAN UJIAN AKHIR SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL MATEMATIKA WAKTU : 0 menit DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PETUNJUK UMUM 1. Periksa dan bacalah soal-soal sebelum menjawab.. Jawaban dikerjakan pada lembar

Lebih terperinci

Menemukan Dalil Pythagoras

Menemukan Dalil Pythagoras Dalil Pythagoras Menemukan Dalil Pythagoras 1. Perhatikan gambar di bawah ini. Segitiga ABC adalah sebuah segitiga siku-siku di B dengan sisi miring AC. Jika setiap petak luasnya 1 satuan, tentukan luas

Lebih terperinci

SOAL&PEMBAHASAN MATEMATIKATKDSAINTEK SBMPTN. yos3prens.wordpres.com

SOAL&PEMBAHASAN MATEMATIKATKDSAINTEK SBMPTN. yos3prens.wordpres.com SOAL&PEMBAHASAN MATEMATIKATKDSAINTEK SBMPTN 05 yosprens.wordpres.com SOAL DAN PEMBAHASAN MATA UJI MATEMATIKA TKD SAINTEK SBMPTN 05 Berikut ini 5 soal mata uji matematika beserta pembahasannya yang diujikan

Lebih terperinci

KUMPULAN MATERI PEMBINAAN DAN PENGAYAAN MATEMATIKA

KUMPULAN MATERI PEMBINAAN DAN PENGAYAAN MATEMATIKA KUMPULAN MATERI PEMBINAAN DAN PENGAYAAN MATEMATIKA ANDI SYAMSUDDIN Guru Mata Pelajaran Matematika Pada SMP Negeri 8 Kota Sukabumi SMP NEGERI 8 KOTA SUKABUMI DINAS PENDIDIKAN KOTA SUKABUMI 009 Yang bertanda

Lebih terperinci

Pengukuran Sipat Datar Memanjang dan Melintang A. LATAR BELAKANG

Pengukuran Sipat Datar Memanjang dan Melintang A. LATAR BELAKANG Pengukuran Sipat Datar Memanjang dan Melintang A. LATAR BELAKANG Sipat datar (levelling) adalah suatu operasi untuk menentukan beda tinggi antara dua titik di permukaan tanah. Sebuah bidang datar acuan,

Lebih terperinci

Alat ukur sudut. Alat ukur sudut langsung

Alat ukur sudut. Alat ukur sudut langsung Alat ukur sudut Merupakan sebuah alat ukur yang digunakan untuk mengukur suatu sudut. Sudut dapat diartikan sebagai harga besar kecilnya pembukaan antara dua garis (lurus) yang bertemu pada suatu titik.

Lebih terperinci

SOAL UJIAN NASIONAL. PROGRAM STUDI IPA ( kode P 45 ) TAHUN PELAJARAN 2008/2009

SOAL UJIAN NASIONAL. PROGRAM STUDI IPA ( kode P 45 ) TAHUN PELAJARAN 2008/2009 SOAL UJIAN NASIONAL PROGRAM STUDI IPA ( kode P 4 ) TAHUN PELAJARAN 8/9. Perhatikan premis premis berikut! - Jika saya giat belajar maka saya bisa meraih juara - Jika saya bisa meraih juara maka saya boleh

Lebih terperinci

Parabola didefinisikan sebagai tempat kedudukan titik-titik P(x, y) pada

Parabola didefinisikan sebagai tempat kedudukan titik-titik P(x, y) pada Parabola 6.1. Persamaan Parabola Bentuk Baku Parabola didefinisikan sebagai tempat kedudukan titik-titik P(x, y) pada bidang sedemikian hingga titik itu berjarak sama dari suatu titik tertentu yang disebut

Lebih terperinci

Beberapa Benda Ruang Yang Beraturan

Beberapa Benda Ruang Yang Beraturan Beberapa Benda Ruang Yang Beraturan Kubus Tabung rusuk kubus = a volume = a³ panjang diagonal bidang = a 2 luas = 6a² panjang diagonal ruang = a 3 r = jari-jari t = tinggi volume = π r² t luas = 2πrt Prisma

Lebih terperinci

PENGERJAAN HITUNG BILANGAN BULAT

PENGERJAAN HITUNG BILANGAN BULAT M O D U L 1 PENGERJAAN HITUNG BILANGAN BULAT Standar Kompetensi : Melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam pemecahan masalah Kompetensi Dasar : 1. Menggunakan sifat-sifat operasi hitung termasuk operasi

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR KESETIMBANGAN BENDA TEGAR 1 KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu : a. KINEMATIKA = Ilmu gerak Ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS. Nuryanto.ST.,MT

MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS. Nuryanto.ST.,MT MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS Fungsi Dalam ilmu ekonomi, kita selalu berhadapan dengan variabel-variabel ekonomi seperti harga, pendapatan nasional, tingkat bunga, dan lainlain. Hubungan kait-mengkait

Lebih terperinci

2. Untuk interval 0 < x < 360, nilai x yang nantinya akan memenuhi persamaan trigonometri cos x 2 sin x = 2 3 cos adalah

2. Untuk interval 0 < x < 360, nilai x yang nantinya akan memenuhi persamaan trigonometri cos x 2 sin x = 2 3 cos adalah Soal Babak Semifinal OMITS 007. Hubungan antara a dan b agar fungsi f x = a sin x + b cos x mempunyai nilai stasioner di x = π adalah a. a = b b. a = b d. a = b e. a = b a = b. Untuk interval 0 < x < 60,

Lebih terperinci