DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP STABILITAS RUPIAH
|
|
- Devi Atmadja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 EKUITAS ISSN Akreditasi No.0/DIKTI/Kep/2009 DAMPAK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP STABILITAS RUPIAH Azhar Bafadal Uiversitas Haluoleo, Kedari ABSTRACT This research aimed to study the impact of moetary policy o the rupiah stability. Variables used were the iterest rate of Bak Idoesia Certificate (SBI), the rate of iflatio (IHK), the exchage rate of rupiah agaist the US dollar (Kurs) ad the moey supply i the arrow sese (M). Data used were of quarterly time series data of Bak Idoesia ad Cetral Bureau of Statistic, coverig The aalysis was udertake by usig a vector autoregressio model (VAR), through the Impulse Respose Fuctio (IRF) ad Forecast error variace decompositio (FEVD). The research results showed that i the sort ru shocks of SBI decreased the iflatio rate, ad i the log ru the iflatio rate was costat. The exchage rate teded to be appreciated i the short ru ad log ru although i a small magitude. Moey supply decreased with a mior fluctuatio. Iitially, the moey supply shocks icreased the iterest rate of SBI, but decreased i the log ru. The rate of iflatio fluctuated i the sort ru but it was costat i the log ru. The exchage rate was depreciated both i the sort ru ad i the log ru. Keywords: Stability, Iterest rates, Iflatio, Exchage rate ad Moey supply. PENDAHULUAN Kebijaka moeter dega tujua stabilisasi ilai rupiah mulai diterapka sejak tahu Tujua tuggal kebijaka moeter Bak Idoesia (BI) tersebut teragkum dalam keragka strategis petargeta iflasi (iflatio targetig). Petargeta iflasi adalah sebuah keragka kerja utuk kebijaka moeter yag ditadai dega pegumuma kepada masyarakat tetag agka target iflasi dalam satu periode tertetu. Petargeta iflasi secara eksplisit meyataka bahwa tujua akhir kebijaka moeter adalah mecapai da mejaga tigkat iflasi yag redah da stabil. Upaya Pemeritah Idoesia dalam mejaga kestabila mata uag telah meuju kearah yag lebih baik sejak masa kemerdekaa Idoesia. Higga memasuki tahu 990-a, keadaa perekoomia Negara Idoesia meujukka perkembaga yag luar biasa yag ditujukka dega tigkat pertumbuha ekoomi yag tiggi sebesar 7% pertahu sehigga Idoesia 46 Ekuitas Vol. 5 No. 3 September 20:
2 termasuk salah satu egara yag bergelar Maca Asia. Pemeritaha Soeharto sebearya telah mampu mejaga tigkat iflasi dega rata-rata di bawah 0% pertahuya. Namu demikia, pada awal tahu 997 di Idoesia terjadi krisis moeter yag dimulai dega tigkat iflasi yag meigkat secara terus meerus mejadi,0% da kemudia melompat mejadi 77,63% pada tahu 998, serta melemahya ilai mata uag rupiah terhadap US dollar (BI, 2002). Nilai tukar rupiah terhadap US dollar pada tahu 993 sebesar Rp2.8 da di tahu 994 sebesar Rp Semejak tahu 995 ilai tukar rupiah terhadap US dollar terus megalami depresiasi sebesar Rp2.305, pada tahu 996 sebesar Rp2.385 da pada tahu 997 sebesar Rp Krisis ekoomi di Idoesia semaki parah bahka di awal tahu 998, ilai tukar rupiah mecapai agka higga Rp5.000 per US dollar (BI, 2002). Bersamaa dega gejolak krisis yag terjadi, keragka kebijaka moeter BI juga megalami suatu perubaha yag cukup sigifika da fudametal. Perubaha ii terjadi seirig dega perkembaga yag sagat cepat yag terjadi di pasar uag akibat seragkaia deregulasi da semaki teritegrasiya perekoomia domestik dega luar egeri. Hal tersebut juga ditadai oleh BI yag memproklamirka perubaha sistem ilai tukar dari sistem megambag terkedali (maaged floatig exchage rate) mejadi sistem ilai tukar megambag bebas (free floatig exchage rate) pada taggal 4 Agustus 997. Dalam sistem ilai tukar megambag bebas, ilai tukar dibiarka bergerak sesuai dega kekuata permitaa da peawara yag terjadi di pasar. Sistem ilai tukar megambag bebas memugkika terjadiya ilai tukar yag sagat fluktuatif sehigga dapat meambah ketidakpastia bagi duia usaha. Upaya yag dapat dilakuka oleh BI adalah mejaga agar fluktuasiya tidak tiggi sehigga keyataa ii meimbulka pertayaa sejauh maa tujua BI seperti tertera pada Udag-Udag tetag BI dapat dicapai (Warjiyo, 2004). Sebagai otoritas moeter, BI memerluka strategi yag tepat da sesuai dega kodisi di Idoesia gua mejaga stabilitas rupiah. Secara umum, strategi moeter yag dapat dipilih adalah (i) kebijaka moeter loggar (easy moetary policy) da (ii) kebijaka moeter ketat (tight moetary policy). Kebijaka moeter loggar aka ditempuh utuk meggiatka kembali perekoomia yag sedag lesu, dega cara mempermudah da meambah jumlah uag beredar, agar permitaa kosumsi aik produksi aik. Namu demikia dalam perekoomia terbuka da sistem devisa bebas, kebijaka moeter yag loggar dapat meimbulka dampak seperti turuya devisa Negara (Warjiyo, 2004). Semetara itu, kebijaka moeter ketat aka memberi dampak sebalikya, terutama dalam ragka meredam keaika harga atau iflasi yag berlebiha. Tekaa terhadap eraca pembayara berkurag karea produk dalam egeri kembali dapat bersaig meskipu dega kebijaka ii aka berdampak pula pada meuruya pertumbuha ekoomi. Hal itu disebabka karea jumlah uag yag beredar dikuragi sehigga permitaa juga berkurag. Dampak Kebijaka Moeter Terhadap Stabilitas Rupiah (Azhar Bafadal) 47
3 Sebuah dilema memag aka terjadi, tatkala perekoomia Idoesia meghadapi dua kodisi yag bersamaa, yaki lesuya ekoomi da tertekaya eraca pembayara atau melemahya daya saig produk lokal. Peerapa kebijaka moeter loggar memag aka meyelamatka ekoomi yag lesu, amu hal tersebut aka dapat memperparah kodisi eraca pembayara Idoesia. Sebalikya, peerapa kebijaka moeter ketat aka meyelamatka eraca pembayara da meigkatka daya saig, amu demikia aka berdampak pada meuruya atau lesuya perekoomia. Tugas pokok BI saat ii mejadi lebih fokus karea memiliki sasara tuggal. Namu, dalam pelaksaaaya tugas tersebut cukup berat megigat kestabila ilai rupiah tidak sepeuhya dapat dikedalika oleh BI. Bak Idoesia haya memiliki kemampua utuk mempegaruhi tekaa iflasi dari sisi permitaa, sedag tekaa iflasi yag berasal dari sisi peawara sepeuhya berada diluar pegedalia BI. Demikia pula, dega ditetapkaya sistem ilai tukar megambag bebas maka ilai tukar rupiah aka sepeuhya ditetapka oleh kekuata pasar. Adapu tujua tuggal kebijaka moeter BI utuk mejaga stabilitas ilai rupiah teragkum dalam keragka kerja peargeta iflasi (Arif da Tohari, 2006). Dalam peerapa peargeta iflasi, kebijaka moeter dijalaka dega megguaka suku buga sebagai sasara operasioalya. Berdasarka pemapara di atas maka rumusa masalah peelitia adalah bagaimaa hubuga atara suku buga da moey supply terhadap iflasi da ilai tukar, da bagaimaa respo dari variabel stabilitas rupiah (iflasi da ilai tukar) terhadap shocks dari variabel suku buga da moey supply, serta seberapa besar pera yag dimaika masig-masig variabel terhadap shocks variabel tertetu dalam jagka pedek da jagka pajag. Tujua peelitia ii adalah megaalisis dampak kebijaka moeter (suku buga da moey supply) terhadap stabilitas rupiah (iflasi da ilai tukar) baik dalam jagka pedek maupu memproyeksika berbagai betuk perubaha yag mugki terjadi pada setiap variabel moeter dalam jagka pajag akibat adaya shock dari setiap variabel moeter tersebut di masa yag aka datag. TINJAUAN TEORETIS Dalam melaksaaka kebijaka moeter, Bak Idoesia megaut sebuah keragka kerja yag diamaka Iflatio Targetig Framework (ITF). Keragka kerja ii diterapka secara formal sejak Juli 2005, setelah sebelumya megguaka kebijaka moeter yag meerapka uag primer (base moey) sebagai sasara kebijaka moeter. Dega keragka ii, Bak Idoesia secara eksplisit megumumka sasara iflasi kepada publik da kebijaka moeter diarahka utuk mecapai sasara iflasi yag ditetapka oleh Pemeritah tersebut. Utuk mecapai sasara iflasi, kebijaka moeter 48 Ekuitas Vol. 5 No. 3 September 20:
4 dilakuka secara forward lookig, artiya perubaha stace kebijaka moeter dilakuka melalui evaluasi apakah perkembaga iflasi ke depa masih sesuai dega sasara iflasi yag telah dicaagka. Dalam keragka kerja ii, kebijaka moeter juga ditadai oleh trasparasi da akutabilitas kebijaka kepada publik. Secara operasioal, stace kebijaka moeter dicermika oleh peetapa suku buga kebijaka (BI Rate) yag diharapka aka mempegaruhi suku buga pasar uag da suku buga deposito serta suku buga kredit perbaka. Apabila diyakii bahwa policy rule seharusya mecermika perilaku optimal, maka secara medasar strategi pemiliha keragka kebijaka moeter oleh bak setral seharusya diarahka secara lagsug pada pegguaa asumsi perilaku optimal dari age-age ekoomi (Juhro, 2008). Perubaha suku buga ii pada akhirya aka mempegaruhi output da iflasi. Hal itu diperkuat oleh Bafadal (2005) yag meyataka bahwa kotraksi moeter aka cederug meuruka output asioal; da Ari da Jolly (2005) yag meyataka bahwa shock kotraksi moeter di Australia da New Zealad meuruka output walaupu respo tersebut bersifat temporer. Hubuga atara tigkat suku buga dega iflasi dapat terlihat ketika terjadiya krisis ekoomi yag melada bagsa Idoesia di tahu 997, dimaa krisis tersebut telah memberika bayak dampak egatif bagi perekoomia dalam egeri, salah satuya dega timbulya iflasi yag sagat tiggi (hyperiflatio). Iflasi tersebut disebabka oleh bayakya uag yag beredar di masyarakat yag kemudia memaksa Bak Idoesia utuk megeluarka berbagai kebijaka salah satuya dega meaikka tigkat suku buga SBI. Keaika tigkat suku buga ii diharapka dapat memberika daya tarik bagi masyarakat utuk meabug, sehigga jumlah uag yag beredar di masyarakat dapat diteka. Hal ii didukug dega peryataa Irfig Fisher dalam teoriya Efek Fisher (Fisher Effect Theory) (Makiw, 2000), dimaa dalam teori ii dijelaska bahwa tigkat buga omial memiliki hubuga yag positif terhadap perubaha tigkat iflasi, sehigga ekspektasi masyarakat terhadap iflasi di masa yag aka datag dapat dilihat dari perkembaga suku buga omial. Suku buga omial ii mecermika suku buga riil ditambah ekspektasi iflasi. Dega demikia, perkembaga suku buga omial dapat diguaka sebagai idikator ekspektasi masyarakat. Pegguaa suku buga sebagai idikator ekspektasi iflasi sejala dega kebutuha aka suatu istrume yag secara efektif dapat mejelaska feomea pergeraka iflasi sebagai sasara akhir bagi kebijaka moeter (Irawaty da Liewely, 2002). Tigkat iflasi juga mecermika adaya peurua daya beli mata uag domestik. Peurua daya beli mata uag tersebut aka diikuti dega depresiasi mata uagya dalam hal ii adalah melemahya kurs domestik. Demikia pula sebalikya, keaika daya beli mata uag domestik mecermika terjadiya apresiasi mata uag tersebut secara proporsioal dalam pasar valuta asig. Hal ii didukug dega peryataa Gustav Dampak Kebijaka Moeter Terhadap Stabilitas Rupiah (Azhar Bafadal) 49
5 Cassel dalam teoriya Paritas Daya Beli (Purchasig Power Parity), dimaa dikataka dalam teoriya tersebut bahwa keaika tigkat harga domestik dalam hal ii adalah iflasi aka mecermika adaya peurua daya beli mata uag domestik (Makiw, 2000). Peurua daya beli mata uag tersebut aka diikuti dega terdepresiasiya mata uag domestik atau melemahya kurs domestik. Demikia pula sebalikya, keaika daya beli mata uag domestik mecermika terjadiya apresiasi mata uag tersebut secara proporsioal dalam pasar valuta asig. Selajutya, pegaruh ilai tukar terhadap iflasi dapat terjadi melalui dua jalur, yaki jalur pegaruh lagsug (direct pass-through effect) da pegaruh tidak lagsug (idirect pass-through effect). Pegaruh lagsug tersebut dapat terjadi karea melemahya ilai tukar dalam egeri sehigga meyebabka harga-harga barag yag diperdagagka dalam mata uag domestik meigkat. Akibatya, harga-harga megalami peigkata (iflasi) sehigga iflasi ii disebut dega imported iflatio. Secara tidak lagsug, pegaruh ilai tukar terhadap iflasi dapat terjadi melalui output gap akibat adaya perubaha eraca perdagaga (Natsir, 2008). Disisi lai, hubuga tigkat suku buga da ilai tukar telah digambarka dalam teori Paritas Suku Buga (Iterest Rate Parity Theory) yag meyataka bahwa perbedaa tigkat suku buga pada pasar keuaga iterasioal mempuyai kecederuga yag sama dega forward rate premium atau forward rate discout. Teori Paritas Suku Buga meekaka pada perbedaa atara kurs forward da kurs spot yag tercermi dari perbedaa tigkat suku buga atara dua egara (Makiw, 2000). Kurs forward mata uag suatu egara yag megadug premi ditetuka oleh perbedaa tigkat suku buga atar egara, selai itu, pergeraka ilai tukar rupiah dipegaruhi oleh perkembaga bursa saham regioal (Utoro da Widodo, 2008). Suku buga da moey supply merupaka istrume kebijaka moeter yag dipegag oleh Bak Idoesia. Kedua istrume tersebut serig pula disebut sebagai sasara atau target atara (itermediate target) bagi Bak Idoesia utuk meraih sasara atau target akhir (ultimate target). Target akhir dari ekoomi adalah pertumbuha ekoomi da atau pegedalia iflasi. Dega berbekal pada pemahama di atas, maka dihipotesaka shocks suku buga da moey supply memberika pegaruh berarti terhadap fluktuasi rupiah, baik dalam koteks iflasi maupu gejolakya terhadap mata uag asig khususya terhadap US dollar. METODE PENELITIAN Peelitia ii megguaka data time series triwulaa dari publikasi Bak Idoesia (BI) da Bada Pusat Statistik (BPS). Data tersebut adalah:. Suku Buga Sertifikat Bak Idoesia (SBI), diayataka dalam % 420 Ekuitas Vol. 5 No. 3 September 20:
6 2. Iflasi yag diukur dari perubaha ideks harga kosume (IHK), diyataka dalam % 3. Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS (KURS); diyataka dega besara rupiah terhadap satu dollar AS 4. Uag Beredar dalam arti sempit yaki uag kartal da uag giral (M), diyataka dega milyar rupiah. Alat Aalisis Peelitia ii megguaka model Vector Autoregressio (VAR) (Verbeek, 2000). Secara umum, VAR diguaka utuk megaalisis sistem variabel-variabel rutu waktu da utuk megaalisis dampak diamis dari faktor kejuta yag terdapat dalam sistem variabel tersebut. Aalisis VAR dilakuka dega mempertimbagka beberapa variabel edoge secara bersama-sama dalam satu model. Masig-masig variabel edoge tersebut dijelaska oleh ilaiya di masa lampau (teggat) da ilai masa lalu dari semua variabel edoge laiya dalam model yag diaalisis. Dewasa ii pegguaa model VAR telah meluas khususya yag meelaah tetag feomea makroekoomi. Beberapa peelitia yag megguaka model VAR diataraya adalah Siregar da Ward (200), Hadi (2003), da Iggrid (2006). Pemiliha model yag diguaka berdasarka hasil pegujia stasioeritas data. Apabila semua data stasioer pada tigkat aras maka model yag dipilih adalah VAR pada tigkat aras. Namu, apabila data stasioer pada differesi pertama maka model yag dipilih adalah VAR pada differesi pertama. VAR pada differesi pertama ii serig disebut sebagai Differece of VAR (DVAR). Aalisis VAR atau DVAR yag diguaka adalah Impulse Respose Fuctio (IRF) da Forecast Error Variace Decompositio (FEVD) (Verbeek, 2000). Aalisis IRF dilakuka utuk megetahui respo stabilitas rupiah (iflasi da ilai tukar) terhadap kebijaka moeter, dalam hal ii diwakili shocks atas suku buga SBI da Moey Supply. Aalisis FEVD bertujua utuk megetahui peraa dari setiap variabel moeter dalam mejelaska variabilitas dari variabel kebijaka moeter da variabel stabilitas rupiah. Model Aalisis Apabila data yag diaalisis merupaka data yag stasioer pada tigkat aras maka sistem persamaa VAR dalam peelitia ii dapat disusu sebagai berikut: t = SBI t j+ IHK t j + KURSt j + j= j= j= j= SBI l l M + et t = IHKt j+ SBI t j + KURSt j + j= j= j= j= IHK l l M + e2 t j t j t Dampak Kebijaka Moeter Terhadap Stabilitas Rupiah (Azhar Bafadal) 42
7 t = l KURSt j+ SBI t j + IHK t j + j= j= j= j= l KURS l M + e3 Mt = l Mt j + SBI t j + IHKt j + l KURSt j e5t j= j= j= j= l + Dega demikia, jika data yag diguaka merupaka data yag stasioer pada tigkat aras (level) maka sistem persamaa adalah VAR. t j t ANALISIS DAN PEMBAHASAN Uji Stasioeritas Data Hasil uji stasioer meujukka bahwa pada uji akar uit (uit root test) terhadap seluruh variabel moeter yag diteliti adalah stasioer pada level, hal ii dapat diketahui dari ilai ADF keempat variabel yag lebih besar dari critical value dalam pegujia (Tabel ). Selajutya karea seluruh variabel stasioer pada level maka tidak perlu lagi dilakuka uji koitegrasi, sehigga berdasarka uji stasioeritas yag telah dilakuka, model yag dipilih utuk diaalisis selajutya adalah model VAR. Pemiliha ii dilakuka karea seluruh variabel stasioer pada tigkat aras (level). Tahapa aalisis selajutya aka megguaka model VAR. Tabel Ragkuma Hasil Uit Root Test dega Megguaka Augmeted Dickey Fuller (ADF) No Variabel ADF statistic (level) SBI * 2 IHK * 3 lkurs * 5 lm * Sumber : Hasil Pegolaha Data Peetua Teggat Optimal Lag optimal merupaka jumlah lag yag memberika pegaruh atau respo yag sigifika. Adapu hasil pecaria lag optimal dega megguaka beberapa kriteria iformasi dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil perhituga lag optimal tersebut meujukka bahwa lag optimal yag direkomedasika oleh tiga kriteria yaitu LR, PFE da AIC mereferesika lag 3 (tiga) sebagai lag optimal. 422 Ekuitas Vol. 5 No. 3 September 20:
8 Tabel 2 Kriteria Seleksi da Hasil Pecaria Lag Optimal Lag LogL LR FPE AIC SC HQ NA E * * * 4.5E-07* * E Sumber : Hasil Pegolaha Data * idicates lag order selected by the criterio LR : sequetial modified LR test statistic (each test at 5% level) FPE : Fial predictio error AIC : Akaike iformatio criterio SC : Schwarz iformatio criterio HQ : Haa-Qui iformatio criterio Shocks Kebijaka Moeter Terhadap Stabilitas Rupiah Aalisis Impulse Respose Fuctio (IRF) yag dilakuka megguaka metode Cholesky Decompositio dega 40 periode pegamata atau sepuluh tahu ke depa. Pegguaa 40 periode pegamata ii diaggap sudah cukup mewakili pegamata aalisis jagka pedek da jagka pajag. Hasil IRF yag diperoleh ditampilka dalam betuk grafik. Peelitia ii aka megaalisis dampak shock perubaha tigkat suku buga SBI da moey supply terhadap iflasi da ilai tukar. Adapu IRF dari masigmasig variabel yag dimaksud ditujukka oleh Gambar da 2. Jika grafik IRF berada di atas titik 0 (ol) maka respo variabel yag diaalisis adalah positif atau megalami peigkata. Namu, jika grafik IRF berada di bawah titik 0 (ol) maka variabel yag diaalisis memberika respo egatif atau megalami peurua. Selai itu, jika grafik IRF meujukka pergeraka yag maki medekati titik keseimbaga atau tidak berfluktuasi berarti bahwa respo suatu variabel akibat suatu shock maki lama aka meghilag sehigga shock tersebut tidak meiggalka pegaruh permae terhadap variabel tersebut. Grafik pada Gambar meujukka shock peigkata tigkat suku buga SBI sebesar satu stadar deviasi terhadap tigkat iflasi yag berfluktuasi di sekitar 0 (ol) dari triwula pertama higga ke-6. Selai itu, respo perubaha tigkat iflasi terhadap shock perubaha tigkat suku buga SBI berilai positif da egatif secara bergatia pada retag periode tersebut. Adaya shock peigkata tigkat suku buga SBI megakibatka peigkata tigkat iflasi pada triwula ke-3 sehigga mecapai titik teredahya (-0,5964). Setelah itu, perubaha tigkat iflasi sempat meigkat pada triwula ke-5 (0,06477) lalu megalami peurua kembali pada triwula ke-6 (-0,095250). Setelah triwula ke-6 tersebut, respo perubaha tigkat iflasi terus Dampak Kebijaka Moeter Terhadap Stabilitas Rupiah (Azhar Bafadal) 423
9 meigkat higga mecapai titik tertiggi pada triwula ke-3 (-0,006643). Kemudia, pada triwula ke-6 higga triwula ke-40 (0,006573) grafik IRF bergerak medekati bahka meyetuh titik 0 (ol). Secara umum dapat diyataka bahwa respo perubaha tigkat iflasi akibat shock perubaha tigkat suku buga SBI haya bersifat semetara pada jagka pedek. Namu, respo tersebut aka meghilag pada jagka pajag. Gambar Respo Suku Buga, Iflasi, Kurs da Moey Supply terhadap Shocks Suku Buga Variabel perubaha persetase ilai tukar memberika respo yag tidak berbeda jauh dega respo yag diperlihatka oleh tigkat iflasi terhadap shock suku buga SBI. Pada triwula ke-6, perubaha persetase ilai tukar mecapai titik teredahya (- 0,00637). Respo tersebut bergerak lurus searah dega garis 0 (ol) Setelah triwula ke- higga ke-40, respo perubaha persetase ilai tukar tersebut bergerak dekat pada titik 0 (ol) bahka meyetuh titik 0 (ol) tersebut. Oleh karea itu, shock perubaha tigkat suku buga SBI aka meghilag da tidak permae dalam meegah da jagka pajag. Dapat dikataka shock suku buga aka membuat rupiah cederug terapresiasi terhadap dollar AS. Semetara itu, respo variabel persetase perubaha jumlah uag beredar (M) juga berfluktuasi terhadap shock tigkat suku buga SBI, amu fluktuasiya bersifat egatif selama periode pegamata. Fluktuasi tersebut terjadi 424 Ekuitas Vol. 5 No. 3 September 20:
10 sejak triwula ke- higga triwula ke-6 periode pegamata. Shock perubaha tigkat suku buga SBI megakibatka perubaha persetase M mecapai titik teredah pada triwula ke-3 (-0,029484). Setelah triwula ke-6, respo perubaha persetase M tidak berfluktuasi da bergerak lurus secara egatif di sekitar titik 0 (ol) higga triwula ke- 40. Peigkata suku buga SBI aka cederug meuruka moey suply. Keadaa ii meujukka bahwa shock perubaha tigkat suku buga SBI tidak meiggalka dampak permae terhadap perubaha persetase M tersebut. Pada sisi lai, peigkata suku buga memberika imbas terhadap pelaku usaha sehigga mereka harus meaggug risiko dari perubaha kebijaka tersebut. Peigkata suku buga SBI aka meyebabka aikya risiko hampir di semua sektor usaha, hal itu terkait dega pegaruh variabel-variabel tersebut terhadap balace sheet da kierja perusahaa (Widodo da Tarsidi, 2007). Respo perubaha persetase ilai tigkat suku buga SBI megalami fluktuasi dalam jagka pedek terhadap shock yag diberika oleh moey supply (Gambar 2). Pada triwula ke-2, perubaha persetase tigkat suku buga SBI mecapai titik tertiggiya (0,627788). Respo tersebut terus meuru higga bergerak ke titik 0 (ol) da bahka terjadi peurua suku buga higga periode ke-40. Jadi, peigkata moey supply dalam jagka pajag aka membuat suku buga cederug meuru. Shock perubaha tigkat M aka meghilag da tidak permae dalam jagka pajag. Respo perubaha persetase ilai tigkat iflasi yag diperlihatka oleh grafik pada Gambar 2 megalami fluktuasi dalam jagka pedek terhadap shock yag diberika oleh moey supply. Pada triwula ke-2, perubaha persetase tigkat iflasi mecapai titik tertiggiya (0,48744) da titik teredahya pada triwula ke-4 (-0,3606). Respo tersebut kemudia meigkat higga bergerak lurus di sekitar titik 0 (ol) sampai pada periode ke-40. Oleh karea itu, shock perubaha tigkat moey supply aka meghilag da tidak permae dalam jagka pajag, da tigkat iflasi cederug kosta Respo variabel perubaha persetase ilai tukar terhadap shock moey supply memperlihatka bahwa respo ilai tukar tersebut megalami fluktuasi da mecapai titik tertiggiya pada triwula ke-2 (0,02744) da meuru higga mecapai titik teredahya pada triwula ke-7 (-0,002552). Kemudia, pada triwula ke-0 higga ke- 40 ilai tukar bergerak medekati titik 0 (ol). Secara umum dapat diyataka bahwa respo perubaha ilai tukar akibat shock perubaha M haya bersifat semetara pada jagka pedek da membuat rupiah cederug terdepresiasi. Namu, respo tersebut aka meghilag pada jagka meegah da pajag. Hasil aalisa di atas meujukka bahwa kebijaka moeter memberika dampak berarti terhadap stabilitas rupiah, khususya dalam jagka pedek. Hasil tersebut sejala dega pedapat Arif da Tohari (2006) yag megataka bahwa kebijaka moeter merupaka salah satu kebijaka ekoomi makro yag memiliki peraa sagat sigifika dalam mejaga stabilitas perekoomia Idoesia. Hal itu dapat dilihat dari peraa kebijaka moeter dalam medorog pertumbuha ekoomi da mejaga stabilitas harga. Dampak Kebijaka Moeter Terhadap Stabilitas Rupiah (Azhar Bafadal) 425
11 Gambar 2 Respo Suku Buga, Iflasi, Kurs da Moey Supply terhadap Shocks Moey Supply Faktor Peetu Variabel Kebijaka Moeter da Stabilitas Rupiah Utuk megetahui besarya pera setiap gucaga (shocks) dalam mejelaska variabilitas variabel kebijaka moeter (suku buga da moey supply) da stabilitas rupiah (iflasi da ilai tukar) dapat diaalisa dega megguaka dekomposisi ragam kesalaha peramala (forecast error variace decompositio atau FEVD). Hasil aalisis tersebut dapat dilihat pada Tabel 3 sampai dega Tabel 6. Variabilitas tigkat suku buga SBI dalam jagka pedek dapat dijelaska oleh shock suku buga SBI itu sediri sebesar 63,52% da dalam jagka pajag sebesar 47,84% (Tabel 3). Shocks moey supply da tigkat iflasi memberika kotribusi yag cukup tiggi dalam mejelaska variabilitas suku buga SBI masig-masig sebesar 23,90% da 24,77%. Hal ii berarti bahwa relatif meuruya tigkat iflasi da terkotrolya jumlah uag yag beredar dalam egeri diharapka mampu memberika pera petig dalam ragka peurua tigkat suku buga SBI sebagai respo positif pemuliha 426 Ekuitas Vol. 5 No. 3 September 20:
12 perekoomia dalam egeri. Berdasarka uraia tersebut, tampak bahwa shock moey supply mempuyai kotribusi petig dalam mejelaska variabilitas tigkat suku buga SBI. Shock M sebesar 28,9% meyebabka perubaha tigkat suku buga SBI sebesar 62,78% dalam jagka pedek da 3,29% dalam jagka pajag. Shock berikutya yag mempuyai pera besar terhadap kierja suku buga SBI adalah shock iflasi. Shock iflasi ii berkaita erat dega pegambila kebijaka oleh otoritas moeter di Idoesia. Shock iflasi sebesar satu stadar deviasi (0,49%) meyebabka perubaha pada tigkat suku buga SBI sebesar 69,68% dalam jagka pedek da 6,06% dalam jagka pajag. Peurua tigkat suku buga SBI ii berkaita erat dega turuya tigkat iflasi da stabilya tigkat harga dalam egeri, sehigga Bak Idoesia cederug melakuka ekspasi moeter yag diharapka dapat meragsag pertumbuha ekoomi di Idoesia ke arah yag lebih baik. Secara umum dapat dikataka bahwa dalam jagka pedek gucaga iflasi memberi pera berarti dalam mejelaska variabilitas suku buga SBI, da dalam jagka pajag variabilitas suku buga SBI selai dapat dijelaska dega baik oleh gucaga iflasi juga oleh gucaga moey supply. Tabel 3 Pera Berbagai Shocks terhadap Variabilitas Suku Buga SBI Period SBI INFLASI LNKURS LNM Dampak Kebijaka Moeter Terhadap Stabilitas Rupiah (Azhar Bafadal) 427
13 Variabilitas moey supply dalam jagka pedek dapat dijelaska oleh shock moey supply itu sediri sebesar 58,74% da dalam jagka pajag sebesar 6,83%. Shock suku buga SBI da tigkat iflasi memberika kotribusi yag cukup tiggi dalam mejelaska variabilitas moey supply dalam jagka pajag masig-masig sebesar 25,2% da 2,73% (Tabel 4). Hal ii semaki meyakika bahwa terjagaya tigkat suku buga SBI yag ditetapka oleh Bak Idoesia, teryata sagat efektif dalam meredam laju iflasi dalam egeri da meeka laju peredara uag di Idoesia. Berdasarka uraia di atas tampak bahwa shocks suku buga SBI mempuyai kotribusi petig dalam mejelaska variabilitas moey supply. Shocks suku buga SBI sebesar satu stadar deviasi (68,79%) meyebabka moey supply meuru sebesar 2,59 % dalam jagka pedek da 2,42% dalam jagka pajag. Shocks berikutya yag mempuyai pera besar terhadap kierja moey supply adalah shocks tigkat iflasi. Shock iflasi sebesar satu stadar deviasi (55,23%) meyebabka moey supply meigkat sebesar 2,52% dalam jagka pedek da,78% dalam jagka pajag. Tabel 4 Pera Berbagai Shocks terhadap Variabilitas Moey Supply Period SBI INFLASI LNKURS LNM Ekuitas Vol. 5 No. 3 September 20:
14 Variabilitas tigkat iflasi dalam jagka pedek dapat dijelaska oleh shock iflasi itu sediri sebesar 88,44% da dalam jagka pajag sebesar 68,70% (Tabel 5). Shocks suku buga SBI da moey supply memberika kotribusi yag cukup tiggi dalam mejelaska variabilitas tigkat iflasi masig-masig sebesar 9,53% da 0,6%. Hal ii berarti bahwa kebijaka moeter kotraktif yag cederug dilakuka oleh Bak Idoesia dega meaikka tigkat suku buga SBI, teryata efektif dalam meredam laju iflasi dalam egeri. Adaya peigkata jumlah uag yag beredar juga cukup memberika kotribusi pada pembetuka tigkat iflasi. Tabel 5 Pera Berbagai Shocks terhadap Variabilitas Iflasi Period SBI INFLASI LNKURS LNM Berdasarka uraia di atas tampak bahwa shocks suku buga SBI mempuyai kotribusi petig dalam mejelaska variabilitas tigkat iflasi. Shocks suku buga SBI sebesar satu stadar deviasi (68,79%) meyebabka tigkat iflasi meuru sebesar 4,69% dalam jagka pedek da 0,66% dalam jagka pajag. Peurua tigkat iflasi ii diikuti dega terapresiasiya rupiah sebesar,% dalam jagka pedek da 0,4% dalam jagka pajag. Shocks berikutya yag mempuyai Dampak Kebijaka Moeter Terhadap Stabilitas Rupiah (Azhar Bafadal) 429
15 pera besar terhadap kierja tigkat iflasi adalah shocks moey supply. Shocks moey supply ii berkaita erat dega tigkat iflasi dalam egeri. Shocks moey supply sebesar satu stadar deviasi (2,89%) meyebabka tigkat iflasi meigkat sebesar 4,87% dalam jagka pedek da,06% dalam jagka pajag. Variabilitas kurs dalam jagka pedek dapat dijelaska oleh shocks kurs itu sediri sebesar 83,40% da dalam jagka pajag sebesar 72,98% (Tabel 6). Shocks suku buga SBI, moey supply da iflasi memberika kotribusi amu peraaya kecil dalam mejelaska variabilitas kurs dalam jagka pajag masig-masig sebesar 8,60%, 9,59% da 8,8%. Hal ii berarti bahwa peigkata jumlah uag beredar da turuya tigkat iflasi dalam egeri memberika kotribusi yag kecil pada fluktuasi kurs di dalam egeri. Perubaha kurs lebih dipegaruhi oleh kurs itu sediri baik dalam jagka pedek maupu jagka pajag. Tabel 6 Pera Berbagai Shocks terhadap Variabilitas Kurs Period SBI INFLASI LNKURS LNM Ekuitas Vol. 5 No. 3 September 20:
16 SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN Simpula Dari hasil aalisis yag diperoleh, maka dapat ditarik kesimpula sebagai berikut:. Shocks SBI dalam jagka pedek aka megakibatka peurua iflasi da dalam jagka pajag cederug tigkat iflasi kosta. Kurs rupiah terhadap dollar AS cederug terapresiasi dalam jagka pedek da jagka pajag walaupu dega perubaha yag tidak besar. Moey supply aka megalami peurua dega fluktuasi yag sagat kecil. 2. Shocks moey supply aka membuat suku buga SBI mula-mula meigkat da dalam jagka pajag megalami peurua. Tigkat iflasi berfluktuasi dalam jagka pedek da dalam jagka pajag cederug kosta. Nilai tukar cederug terdepresiasi dalam jagka pedek da jagka pajag. 3. Shocks iflasi da moey supply dalam jagka pedek da jagka pajag memberika pera dalam mejelaska variabilitas suku buga SBI. Dalam jagka pedek, peraa iflasi 20,0% da peraa moey supply 6,25%, da dalam jagka pajag masig-masig peraaya 24,77% da 23,90%. Hal ii meujukka bahwa relatif meuruya tigkat iflasi da terkotrolya jumlah uag yag beredar dalam egeri diharapka mampu memberika pera petig dalam ragka peurua tigkat suku buga SBI sebagai respo positif pemuliha perekoomia dalam egeri. 4. Shocks suku buga SBI da iflasi memberika kotribusi yag cukup tiggi dalam mejelaska variabilitas moey supply masig-masig sebesar 25,2% da 2,73%. 5. Shocks suku buga SBI da moey supply memberika cukup peraa dalam mejelaska variabilitas iflasi, dimaa dari waktu ke waktu di masa medatag peraaya semaki besar, da dalam jagka pajag memberika kotribusi masig-masig pada kisara 9% da 0%. Hal ii berarti bahwa kebijaka moeter kotraktif yag cederug dilakuka oleh Bak Idoesia dega meaikka tigkat suku buga SBI, teryata efektif dalam meredam laju iflasi dalam egeri. Adaya peigkata jumlah uag yag beredar M juga cukup memberika kotribusi pada pembetuka tigkat iflasi dalam egeri. 6. Variabilitas kurs dapat dikataka lebih bayak ditetuka oleh shocks kurs itu sediri baik dalam jagka pedek maupu jagka pajag. Shocks variabel laiya memberika peraa yag hampir sama dega ilai yag kecil, yaitu pada kisara 8% sampai dega 9%. Hal ii berarti meigkatya jumlah uag beredar da turuya tigkat iflasi dalam egeri memberika kotribusi yag sagat kecil pada fluktuasi kurs di dalam egeri. Sara Berdasarka simpula di atas maka sara yag dapat dikemukaka adalah sebagai berikut: Dampak Kebijaka Moeter Terhadap Stabilitas Rupiah (Azhar Bafadal) 43
17 . Megigat peraa masig-masig suku buga SBI da moey supply satu sama lai cukup besar maka kebijaka dalam meetapka suku buga SBI perlu memperhatika dega baik kodisi moey supply, da demikia sebalikya. 2. Variabel moeter yaki tigkat iflasi da suku buga SBI tidak mampu memaika pera yag berarti terhadap perubaha ilai tukar rupiah terhadap US dollar. Oleh karea itu, upaya membuat ilai tukar lebih stabil tidak dapat dibebaka kepada otoritas moeter saja, tetapi harus medapat perhatia dari berbagai pihak da adaya siergi yag baik atar lembaga sehigga hasil akhir dari kebijaka yag diambil dapat lebih bergua di dalam megatasi fluktuasi rupiah. Keterbatasa Peelitia ii memiliki keterbatasa dimaa tidak melakuka aalisa kelembagaa dalam kaitaya dega kebijaka moeter. Sebagaimaa diketahui bahwa aspek kelembagaa erat kaitaya dega efektifitas suatu kebijaka yag diambil. Selai itu, kebijaka moeter biasaya haya cukup ampuh megatasi permasalaha temporer da bersifat jagka pedek sehigga faktor kelembagaa mejadi releva utuk dikedepaka sebagai kompleme dari aalisa ekoometrika time series yag dilakuka. DAFTAR PUSTAKA Ari, K.P., da S.A. Jolly Tras-Tasma Trasmissio of Moetary Shocks: Evidece from a Var Approach. Atlatic Ecoomic Joura. 33: Arif, M.M., da A. Tohari Peraa Kebijaka Moeter Dalam Mejaga Stabilitas Perekoomia Idoesia Sebagai Respo Terhadap Fluktuasi Perekoomia Duia. Buleti Ekoomi Moeter da Perbaka. Oktober 2006: Bafadal, A Dampak Defisit da Utag Pemeritah Terhadap Stabilitas Makroekoomi. Disertasi Program Doktor, Istitut Pertaia Bogor. Bogor. BI Statistik Ekoomi Keuaga Idoesia. Bak Idoesia. Jakarta. Hadi, Y.S Aalisis Vector Auto Regressio (VAR) Terhadap Korelasi Atara Pedapata Nasioal da Ivestasi Pemeritah di Idoesia, 983/ /2000. Jural Keuaga da Moeter. 6 (2):07-2. Iggrid Sektor Keuaga da Pertumbuha Ekoomi di Idoesia: Pedekata Kausalitas dalam Multivariate Vector Error Correctio Model (VECM). Jural Maajeme da Kewirausahaa. 8 (): Ekuitas Vol. 5 No. 3 September 20:
18 Irawati, N da R. Liewely Aalisa Pergeraka Suku Buga da Laju Ekspektasi Iflasi Utuk Meetuka Kebijaka Moeter di Idoesia. Jural Maajeme da Kewirausahaa. 4 (2): Juhro, S.M Respo Kebijaka Moeter yag Optimal di Idoesia: The State- Cotiget Rule. Buleti Ekoomi Moeter da Perbaka. April 2008: ( ). Makiw, N.G Macroecoomics. Worth Publishers, New York. Natsir, M Studi Efektifitas Mekaisme Trasmisi Kebijaka Moeter di Idoesia Melalui Jalur Suku Buga da Jalur Nilai Tukar serta Jalur Ekspektasi Iflasi Periode 990:2 2007:. Disertasi Program Pascasarjaa Uiversitas Airlagga. Surabaya. Siregar, H. da B.D. Ward Log Ru Moey Demad, Log Ru Spedig Balace ad Macroecoomic Fluctuatios: Applicatio of a Coitegratio SVAR Model to the Idoesia Macroecoomy. Joural Ecoomy Iterazioale/ Iteratioal Ecoomics. Geova, 54 (3): Utoro da P.R. Widodo Megkaji Perubaha Nilai Tukar Rupiah da Pasar Saham. Buleti Ekoomi Moeter da Perbaka. April 2008: Warjiyo, P Mekaisme Trasmisi Kebijaka Moeter di Idoesia. Pusat Pedidika da Studi Kebaksetrala (PPSK). Bak Idoesia. Jakarta. Widodo, P.R., da Tarsidi Pegaruh Ekoomi Makro Terhadap Risiko Sektoral di Idoesia. Buleti Ekoomi Moeter da Perbaka. Oktober 2007:9-22. Verbeek, M A Guide to Moder Ecoometrics. Joh Willey & Sos, Ic. New York. Dampak Kebijaka Moeter Terhadap Stabilitas Rupiah (Azhar Bafadal) 433
MATERI 10 ANALISIS EKONOMI
MATERI 10 ANALISIS EKONOMI TOP-DOWN APPROACH KONDISI EKONOMI DAN PASAR MODAL VARIABEL EKONOMI MAKRO MERAMAL PERUBAHAN PASAR MODAL 10-1 TOP-DOWN APPROACH Dalam melakuka aalisis peilaia saham, ivestor bisa
Lebih terperinciMEKANISME SUKU BUNGA SBI SEBAGAI SASARAN OPERASIONAL KEBIJAKAN MONETER DAN VARIABEL MAKROEKONOMI INDONESIA:
Mekaisme Suku Buga SBI sebagai Sasara Operasioal Kebiaka Moeter da Variabel Makroekoomi Idoesia: 99. - 27.4 2 MEKANISME SUKU BUNGA SBI SEBAGAI SASARAN OPERASIONAL KEBIJAKAN MONETER DAN VARIABEL MAKROEKONOMI
Lebih terperinciPENGARUH INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI PROPINSI JAMBI
Halama Tulisa Jural (Judul da Abstraksi) Jural Paradigma Ekoomika Vol.1, No.5 April 2012 PENGARUH INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI PROPINSI JAMBI Oleh : Imelia.,SE.MSi Dose Jurusa Ilmu Ekoomi da Studi Pembagua,
Lebih terperinciEconomics Development Analysis Journal
EDAJ 6 (4) (2017) Ecoomics Developmet Aalysis Joural http://joural.ues.ac.id/sju/idex.php/edaj Kausalitas Ekspor Idoesia ke Tiogkok dega Iflasi Idoesia, Suku Buga Dasar Tiogkok, da Nilai Tukar Idoesia
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. berdasarkan tujuan penelitian (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kota
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi da Waktu Peelitia ii dilaksaaka di Kota Bogor Pemiliha lokasi peelitia berdasarka tujua peelitia (purposive) dega pertimbaga bahwa Kota Bogor memiliki jumlah peduduk yag
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi da Waktu Peelitia Daerah peelitia adalah Kota Bogor yag terletak di Provisi Jawa Barat. Pemiliha lokasi ii berdasarka pertimbaga atara lai: (1) tersediaya Tabel Iput-Output
Lebih terperinciMATERI 13 ANALISIS TEKNIKAL ANALISIS TEKNIKAL
MATERI 13 ANALISIS TEKNIKAL ASUMSI-ASUMSI DASAR ANALISIS TEKNIKAL KEUNTUNGAN DAN KRITIK TERHADAP ANALISIS TEKNIKAL TEKNIK-TEKNIK DALAM ANALISIS TEKNIKAL - The Dow Theory - Chart Pola Pergeraka Harga Saham
Lebih terperinciPEMODELAN SUKU BUNGA DAN INFLASI DENGAN PENDEKATAN THRESHOLD VECTOR ERROR CORRECTION MODEL. Surabaya, 30 Januari 2011
PEMODELAN SUKU BUNGA DAN INFLASI DENGAN PENDEKAAN HRESHOLD VECOR ERROR CORRECION MODEL OLEH : HERI PURNOMO 1309201721 PEMBIMBING : Dr. PURHADI, M.Sc Surabaya, 30 Jauari 2011 Pedahulua Suku buga da iflasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggerogoti stabilitas ekonomi suatu negara yang sedang melakukan pembangunan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag Iflasi merupaka suatu feomea moeter yag selalu meresahka da meggerogoti stabilitas ekoomi suatu egara yag sedag melakuka pembagua. Iflasi yag melebihi agka dua digit,
Lebih terperinciPENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI DI PASAR SAHAM: BUKTI DARI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE
ISSN : 2355-9357 e-proceedig of Maagemet : Vol.4, No.1 April 2017 Page 395 PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI DI PASAR SAHAM: BUKTI DARI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2006-2015 IMPACT OF MACROECONOMIC
Lebih terperinciPETA KONSEP RETURN dan RISIKO PORTOFOLIO
PETA KONSEP RETURN da RISIKO PORTOFOLIO RETURN PORTOFOLIO RISIKO PORTOFOLIO RISIKO TOTAL DIVERSIFIKASI PORTOFOLIO DENGAN DUA AKTIVA PORTOFOLIO DENGAN BANYAK AKTIVA DEVERSIFIKASI DENGAN BANYAK AKTIVA DEVERSIFIKASI
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi da Waktu peelitia Peelitia dilakuka pada budidaya jamur tiram putih yag dimiliki oleh usaha Yayasa Paguyuba Ikhlas yag berada di Jl. Thamri No 1 Desa Cibeig, Kecamata Pamijaha,
Lebih terperinci= Keterkaitan langsung ke belakang sektor j = Unsur matriks koefisien teknik
Aalisis Sektor Kuci Dimaa : KLBj aij = Keterkaita lagsug ke belakag sektor j = Usur matriks koefisie tekik (b). Keterkaita Ke Depa (Forward Ligkage) Forward ligkage meujukka peraa suatu sektor tertetu
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN Identifikasi Variabel dan Data yang Digunakan
23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Idetifikasi Variabel da Data yag Diguaka Berdasarka kajia literatur, peelitia ii aka megguaka pedekata kuatitatif deskriptif yag merupaka pegujia hipotesis dega data
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Barat yang terhitung
42 III. METODE PENELITIAN 3.. Lokasi da Waktu Peelitia Lokasi peelitia dilakuka di Provisi Sumatera Barat yag terhitug mulai miggu ketiga bula April 202 higga miggu pertama bula Mei 202. Provisi Sumatera
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ladasa Teori 2.1.1 Kebijaka Moeter Kebijaka moeter adalah upaya megedalika atau megarahka perekoomia makro ke kodisi yag diigika (yag lebih baik) dega megatur jumlah uag beredar.
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi NTB, BPS pusat, dan instansi lain
III. METODE PENELITIAN 3.1 Jeis da Sumber Data Data yag diguaka pada peelitia ii merupaka data sekuder yag diperoleh dari Bada Pusat Statistik (BPS) Provisi NTB, Bada Perecaaa Pembagua Daerah (BAPPEDA)
Lebih terperinci4/15/2009. Arti investasi : a. Hasil penjualan. b. Biaya c. Ekspektasi dan kepercayaan.
Arti ivestasi : a. Hasil pejuala. b. Biaya c. Ekspektasi da kepercayaa. Ivestasi : peigkata barag modal berujud Kekuata Ekoomi Utama; Hasil pegembalia ivestasi yag dipegaruhi oleh struktur ekoomi, biaya
Lebih terperinciMANAJEMEN RISIKO INVESTASI
MANAJEMEN RISIKO INVESTASI A. PENGERTIAN RISIKO Resiko adalah peyimpaga hasil yag diperoleh dari recaa hasil yag diharapka Besarya tigkat resiko yag dimasukka dalam peilaia ivestasi aka mempegaruhi besarya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Maajeme risiko merupaka salah satu eleme petig dalam mejalaka bisis perusahaa karea semaki berkembagya duia perusahaa serta meigkatya kompleksitas aktivitas perusahaa
Lebih terperinciInflasi dan Indeks Harga I
PERTEMUAN 1 Iflasi da Ideks Harga I 1 1 TEORI RINGKAS A Pegertia Agka Ideks Agka ideks merupaka suatu kosep yag dapat memberika gambara tetag perubaha-perubaha variabel dari suatu priode ke periode berikutya
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
34 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jeis da Sumber Data Data yag diguaka dalam peelitia ii adalah data sekuder yag bersifat kuatitatif. Data yag dikumpulka ada yag berupa data bulaa da data kuartala. Karea
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Bagi Negara yang mempunyai wilayah terdiri dari pulau-pulau yang dikelilingi lautan,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Bagi Negara yag mempuyai wilayah terdiri dari pulau-pulau yag dikeliligi lauta, laut merupaka saraa trasportasi yag dimia, sehigga laut memiliki peraa yag petig bagi
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN
49 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat da Waktu Peelitia Ruag ligkup peelitia mecakup perekoomia Provisi NTT utuk megkaji peraa sektor pertaia dalam perekoomia. Kajia ii diaggap perlu utuk dilakuka dega
Lebih terperinciPENAKSIRAN DAN PERAMALAN BIAYA D. PENAKSIRAN BIAYA JANGKA PANJANG E. PERAMALAN BIAYA
PENAKSIRAN DAN PERAMALAN BIAYA Ari Darmawa, Dr. S.AB, M.AB Email: aridarmawa_fia@ub.ac.id A. PENDAHULUAN B. PENAKSIRAN DAN PRAKIRAAN FUNGSI BIAYA C. PENAKSIRAN JANGKA PENDEK - Ekstrapolasi sederhaa - Aalisis
Lebih terperinciANALISIS TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN Erie Sadewo
ANALISIS TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2010 Erie Sadewo Kodisi Makro Ekoomi Kepulaua Riau Pola perekoomia suatu wilayah secara umum dapat diyataka meurut sisi peyediaa (supply), permitaa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakag Peelitia Keadaa perekoomia yag terus berubah-ubah aka mempegaruhi tigkat pertumbuha perusahaa-perusahaa yag ada di Idoesia. Utuk itu, perusahaa yag ada di Idoesia harus
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN. Perumusan - Sasaran - Tujuan. Pengidentifikasian dan orientasi - Masalah.
BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR PENELITIAN Perumusa - Sasara - Tujua Pegidetifikasia da orietasi - Masalah Studi Pustaka Racaga samplig Pegumpula Data Data Primer Data Sekuder
Lebih terperinciIV. METODOLOGI PENELITIAN. Pusat Statistik dan dari berbagai sumber lain yang dianggap relevan dengan
4.. Jeis da Sumber Data IV. METODOLOGI PENELITIAN Peelitia ii megguaka data sekuder yag diperoleh dari Bada Pusat Statistik da dari berbagai sumber lai yag diaggap releva dega peelitia. Utuk keperlua aalisis,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Analisis regresi menjadi salah satu bagian statistika yang paling banyak aplikasinya.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Aalisis regresi mejadi salah satu bagia statistika yag palig bayak aplikasiya. Aalisis regresi memberika keleluasaa kepada peeliti utuk meyusu model hubuga atau pegaruh
Lebih terperinciBAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN Pada Bab ii aka memberika iformasi hal yag berkaita dega lagkah-lagkah sistematis yag aka diguaka dalam mejawab pertayaa peelitia.utuk itu diperluka beberapa hal sebagai
Lebih terperincii adalah indeks penjumlahan, 1 adalah batas bawah, dan n adalah batas atas.
4 D E R E T Kosep deret merupaka kosep matematika yag cukup populer da aplikatif khusuya dalam kasus-kasus yag meyagkut perkembaga da pertumbuha suatu gejala tertetu. Apabila perkembaga atau pertumbuha
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : PENGETAHUAN BISNIS KODE : EK11. B112. Sub pokok bahasan TIK Referensi
SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : PENGETAHUAN BISNIS KODE : EK11. B112 Ma ter i Pokok bahasa 1 Pegatar Dasar- Dasar Ekoomi 2 & 3 Aalisis pasar Usus- Usur permitaa Sub pokok bahasa TIK Referesi 1.
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi da waktu Peelitia ii dilakuka di PD Pacet Segar milik Alm Bapak H. Mastur Fuad yag beralamat di Jala Raya Ciherag o 48 Kecamata Cipaas, Kabupate Ciajur, Propisi Jawa Barat.
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kawasan Pantai Anyer, Kabupaten Serang
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi da Waktu Peelitia Peelitia ii dilakuka di Kawasa Patai Ayer, Kabupate Serag Provisi Bate. Lokasi ii dipilih secara segaja atau purposive karea Patai Ayer merupaka salah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
6 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desai Peelitia Meurut Kucoro (003:3): Peelitia ilmiah merupaka usaha utuk megugkapka feomea alami fisik secara sistematik, empirik da rasioal. Sistematik artiya proses yag
Lebih terperinciBAB IV PEMECAHAN MASALAH
BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1 Metodologi Pemecaha Masalah Dalam ragka peigkata keakurata rekomedasi yag aka diberika kepada ivestor, maka dicoba diguaka Movig Average Mometum Oscillator (MAMO). MAMO ii
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Peelitia Pada bab ii aka dijelaska megeai sub bab dari metodologi peelitia yag aka diguaka, data yag diperluka, metode pegumpula data, alat da aalisis data, keragka
Lebih terperinciModel Pertumbuhan BenefitAsuransi Jiwa Berjangka Menggunakan Deret Matematika
Prosidig Semirata FMIPA Uiversitas Lampug, 0 Model Pertumbuha BeefitAsurasi Jiwa Berjagka Megguaka Deret Matematika Edag Sri Kresawati Jurusa Matematika FMIPA Uiversitas Sriwijaya edagsrikresawati@yahoocoid
Lebih terperinciI. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT
I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT. Pedahulua Pembahasa tetag deret takhigga sebagai betuk pejumlaha suku-suku takhigga memegag peraa petig dalam fisika. Pada bab ii aka dibahas megeai pegertia deret da
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian yaitu PT. Sinar Gorontalo Berlian Motor, Jl. H. B Yassin no 28
5 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Peelitia da Waktu Peelitia Sehubuga dega peelitia ii, lokasi yag dijadika tempat peelitia yaitu PT. Siar Gorotalo Berlia Motor, Jl. H. B Yassi o 8 Kota Gorotalo.
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Keragka Pemikira Pegukura kierja keuaga perusahaa pada dasarya dilaksaaka karea igi megetahui tigkat profitabilitas (keutuga) da tigkat resiko atau tigkat kesehata suatu
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
31 Flowchart Metodologi Peelitia BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 31 Flowchart Metodologi Peelitia 18 311 Tahap Idetifikasi da Peelitia Awal Tahap ii merupaka tahap awal utuk melakuka peelitia yag
Lebih terperinciPengendalian Proses Menggunakan Diagram Kendali Median Absolute Deviation (MAD)
Prosidig Statistika ISSN: 2460-6456 Pegedalia Proses Megguaka Diagram Kedali Media Absolute Deviatio () 1 Haida Lestari, 2 Suliadi, 3 Lisur Wachidah 1,2,3 Prodi Statistika, Fakultas Matematika da Ilmu
Lebih terperinciREGRESI DAN KORELASI
REGRESI DAN KORELASI Pedahulua Dalam kehidupa sehari-hari serig ditemuka masalah/kejadia yagg salig berkaita satu sama lai. Kita memerluka aalisis hubuga atara kejadia tersebut Dalam bab ii kita aka membahas
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Pertanian Indonesia Tahun
PENDAHULUAN I. 1.1 Latar Belakag Sektor pertaia mempuyai peraa yag petig dalam kegiata perekoomia di Idoesia. Pertaia juga dipadag sebagai suatu sektor yag memiliki kemampua khusus dalam memaduka pertumbuha
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. objek penelitian yang penulis lakukan adalah Beban Operasional susu dan Profit
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Peelitia Objek peelitia merupaka sasara utuk medapatka suatu data. Jadi, objek peelitia yag peulis lakuka adalah Beba Operasioal susu da Profit Margi (margi laba usaha).
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tijaua Peeliti Terdahulu Peelitia yag dilakuka oleh Laraswati tahu 2010 yag meeliti tetag portofolio optimal saham yag masuk dalam Jakarta Islamic Idex (JII). Kesimpula dari
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur
0 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi da Waktu Peelitia Peelitia ii dilakuka di SMA Negeri Way Jepara Kabupate Lampug Timur pada bula Desember 0 sampai Mei 03. B. Populasi da Sampel Populasi dalam peelitia
Lebih terperinciPERAMALAN KURSIDRTERHADAP USDMENGGUNAKAN DOUBLE MOVING AVERAGES DAN DOUBLEEXPONENTIAL SMOOTHING.
PERAMALAN KURSIDRERHADAP USDMENGGUNAKAN DOUBLE MOVING AVERAGES DAN DOUBLEEXPONENIAL SMOOHING. Padrul Jaa 1), Rokhimi 2), Ismi Ratri Prihatiigsih 3) 1,2,3 PedidikaMatematika, Uiversitas PGRI Yogyakarta
Lebih terperinciBAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH
89 BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH Dalam upaya mearik kesimpula da megambil keputusa, diperluka asumsi-asumsi da perkiraa-perkiraa. Secara umum hipotesis statistik merupaka peryataa megeai distribusi probabilitas
Lebih terperinciPedahulua Hipotesis: asumsi atau dugaa semetara megeai sesuatu hal. Ditutut utuk dilakuka pegeceka kebearaya. Jika asumsi atau dugaa dikhususka megeai
PENGUJIAN HIPOTESIS Pedahulua Hipotesis: asumsi atau dugaa semetara megeai sesuatu hal. Ditutut utuk dilakuka pegeceka kebearaya. Jika asumsi atau dugaa dikhususka megeai ilai-ilai parameter populasi,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi da Waktu Peelitia Peelitia ii dilaksaaka di tiga kator PT Djarum, yaitu di Kator HQ (Head Quarter) PT Djarum yag bertempat di Jala KS Tubu 2C/57 Jakarta Barat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang. Dan diperlukan pembangunan nasional untuk meningkatkan kesejahteraan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Masalah Saat ii Idoesia merupaka egara yag berpeduduk lebih dari 200 juta orag. Da diperluka pembagua asioal utuk meigkatka kesejahteraa rakyat, sehigga pemeritah
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB LANDASAN TEORI.1 Aalisis Regresi Istilah regresi pertama kali diperkealka oleh seorag ahli yag berama Facis Galto pada tahu 1886. Meurut Galto, aalisis regresi berkeaa dega studi ketergatuga dari suatu
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Statistika merupakan salah satu cabang penegtahuan yang paling banyak mendapatkan
BAB LANDASAN TEORI. Pegertia Regresi Statistika merupaka salah satu cabag peegtahua yag palig bayak medapatka perhatia da dipelajari oleh ilmua dari hamper semua bidag ilmu peegtahua, terutama para peeliti
Lebih terperinciREGRESI LINIER DAN KORELASI. Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yang mudah didapat atau tersedia. Dapat dinyatakan
REGRESI LINIER DAN KORELASI Variabel dibedaka dalam dua jeis dalam aalisis regresi: Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yag mudah didapat atau tersedia. Dapat diyataka dega X 1, X,, X k
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Peelitia Peelitia ii dilaksaaka di kawasa huta magrove, yag berada pada muara sugai Opak di Dusu Baros, Kecamata Kretek, Kabupate Batul. Populasi dalam peelitia ii adalah
Lebih terperinciMATEMATIKA EKONOMI 1 Deret. DOSEN Fitri Yulianti, SP, MSi.
MATEMATIKA EKONOMI 1 Deret DOSEN Fitri Yuliati, SP, MSi. Deret Deret ialah ragkaia bilaga yag tersusu secara teratur da memeuhi kaidah-kaidah tertetu. Bilaga-bilaga yag merupaka usur da pembetuk sebuah
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. data dalam penelitian ini termasuk ke dalam data yang diambil dari Survei Pendapat
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jeis da Sumber Data Jeis peelitia yag aka diguaka oleh peeliti adalah jeis peelitia Deskriptif. Dimaa jeis peelitia deskriptif adalah metode yag diguaka utuk memperoleh
Lebih terperinci3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
19 3 METODE PENELITIAN 3.1 Keragka Pemikira Secara rigkas, peelitia ii dilakuka dega tiga tahap aalisis. Aalisis pertama adalah megaalisis proses keputusa yag dilakuka kosume dega megguaka aalisis deskriptif.
Lebih terperinciBuku Padua Belajar Maajeme Keuaga Chapter 0 KONSEP NILAI WAKTU UANG. Pegertia. Nilai Uag meurut waktu, berarti uag hari ii lebih baik / berharga dari pada ilai uag dimasa medatag pada harga omial yag sama.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis data yang digunakan berupa data sekunder yang menggunakan Tabel
49 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jeis da Sumber Data Jeis data yag diguaka berupa data sekuder yag megguaka Tabel Iput Output Idoesia Tau 2005 dega klasifikasi 9 sektor. Data tersebut berasal dari
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi da Waktu Peelitia Lokasi peelitia dilakuka di PT. Bak Bukopi, Tbk Cabag Karawag yag berlokasi pada Jala Ahmad Yai No.92 Kabupate Karawag, Jawa Barat da Kabupate Purwakarta
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pegumpula Data Dalam melakuka sebuah peelitia dibutuhka data yag diguaka sebagai acua da sumber peelitia. Disii peulis megguaka metode yag diguaka utuk melakuka pegumpula
Lebih terperinciPEMODELAN MINIMIZE TOTAL BIAYA PENGENDALIAN KUALITAS TERHADAP PROSES MANUFAKTURING PRODUK FURNITURE
PEMODELAN MINIMIZE TOTAL BIAYA PENGENDALIAN KUALITAS TERHADAP PROSES MANUFAKTURING PRODUK FURNITURE Sutriso B., Abd. Haris, Romadho Jurusa Maajeme - Fakultas Ekoomi, Uiversitas Widya Dharma Klate Jl. Ki
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. kelas VIII semester ganjil SMP Sejahtera I Bandar Lampung tahun pelajaran 2010/2011
III. METODE PENELITIAN A. Latar Peelitia Peelitia ii merupaka peelitia yag megguaka total sampel yaitu seluruh siswa kelas VIII semester gajil SMP Sejahtera I Badar Lampug tahu pelajara 2010/2011 dega
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Keragka Pemikira Peelitia Perkembaga zama yag meutut setiap idividu baik dari segi kemampua maupu peampila. Boss Parfum yag bergerak di bidag isi ulag miyak wagi didirika
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi da Waktu Peelitia Peelitia ii dilakuka di SMA Negeri Way Jepara Kabupate Lampug Timur pada bula Desember 0 sampai dega Mei 03. B. Populasi da Sampel Populasi dalam
Lebih terperinciKAUSALITAS PENGELUARAN PEMERINTAH, INFLASI, DAN PENDAPATAN NASIONAL DI INDONESIA
KAUSALITAS PENGELUARAN PEMERINTAH, INFLASI, DAN PENDAPATAN NASIONAL DI INDONESIA JURNAL ILMIAH Disusu oleh : Wilda Shohabi 115020115111005 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disai Peelitia Tujua Jeis Peelitia Uit Aalisis Time Horiso T-1 Assosiatif survey Orgaisasi Logitudial T-2 Assosiatif survey Orgaisasi Logitudial T-3 Assosiatif survey Orgaisasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Puskesmas Limba B terutama masyarakat
38 3.1 Lokasi da Waktu Peelitia 3.1.1 Lokasi Peelitia BAB III METODE PENELITIAN Lokasi peelitia ii dilakuka di Puskesmas Limba B terutama masyarakat yag berada di keluraha limba B Kecamata Kota Selata
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif karena bertujuan untuk mengetahui kompetensi pedagogik mahasiswa
54 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jeis Peelitia Peelitia ii merupaka peelitia deskriptif dega pedekata kuatitatif karea bertujua utuk megetahui kompetesi pedagogik mahasiswa setelah megikuti mata kuliah
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri I
7 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi da Sampel Peelitia Populasi dalam peelitia ii adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Kotaagug Tahu Ajara 0-03 yag berjumlah 98 siswa yag tersebar dalam 3
Lebih terperinciPendugaan Selang: Metode Pivotal Langkah-langkahnya 1. Andaikan X1, X
Pedugaa Selag: Metode Pivotal Lagkah-lagkahya 1. Adaika X1, X,..., X adalah cotoh acak dari populasi dega fugsi kepekata f( x; ), da parameter yag tidak diketahui ilaiya. Adaika T adalah peduga titik bagi..
Lebih terperinciBAB II METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Kerangka acuan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
BAB II METODOLOGI PEELITIA 2.1. Betuk Peelitia Betuk peelitia dapat megacu pada peelitia kuatitatif atau kualitatif. Keragka acua dalam peelitia ii adalah metode peelitia kuatitatif yag aka megguaka baik
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. dalam tujuh kelas dimana tingkat kemampuan belajar matematika siswa
19 III. METODE PENELITIAN A. Populasi da Sampel Populasi dalam peelitia ii adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Badar Lampug tahu pelajara 2009/2010 sebayak 279 orag yag terdistribusi dalam tujuh
Lebih terperinciBab III Metoda Taguchi
Bab III Metoda Taguchi 3.1 Pedahulua [2][3] Metoda Taguchi meitikberatka pada pecapaia suatu target tertetu da meguragi variasi suatu produk atau proses. Pecapaia tersebut dilakuka dega megguaka ilmu statistika.
Lebih terperinciESTIMASI. (PENDUGAAN STATISTIK) Ir. Tito Adi Dewanto. Statistika
Wed 6/0/3 ETIMAI (PENDUGAAN TATITIK) Ir. Tito Adi Dewato tatistika Deskriptif Iferesi Estimasi Uji Hipotesis Titik Retag Estimasi da Uji Hipotesis Dilakuka setelah peelitia dalam tahap pegambila suatu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (research and
BAB III METODE PENELITIAN A. Jeis Peelitia Jeis peelitia ii adalah peelitia pegembaga (research ad developmet), yaitu suatu proses peelitia utuk megembagka suatu produk. Produk yag dikembagka dalam peelitia
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
III. METODE PENELITIAN 3. Jeis da Sumber Data Data yag diguaka dalam peelitia ii adalah data sekuder yag berasal dari Tabel Iput-Output Provisi Jambi tahu 2007 klasifikasi 70 sektor yag kemudia diagregasika
Lebih terperinciSOAL PRAPEMBELAJARAN MODEL PENILAIAN FORMATIF BERBANTUAN WEB-BASED UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA
Lampira 1. Prapembelajara SOAL PRAPEMBELAJARAN MODEL PENILAIAN FORMATIF BERBANTUAN WEB-BASED UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA Satua Pedidika : SMK Mata Pelajara : Fisika Kelas/ Semester
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di kelas X SMA Muhammadiyah 1 Pekanbaru. semester ganjil tahun ajaran 2013/2014.
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu da Tempat Peelitia Peelitia dilaksaaka dari bula Agustus-September 03.Peelitia ii dilakuka di kelas X SMA Muhammadiyah Pekabaru semester gajil tahu ajara 03/04. B. Subjek
Lebih terperinciANUITAS. 9/19/2012 MK. Aktuaria Darmanto,S.Si.
ANUITAS 9/19/2012 MK. Aktuaria Darmato,S.Si. 1 OVERVIEW Auitas adl suatu pembayara dalam jumlah tertetu, yag dilakuka setiap selag waktu da lama tertetu, secara berkelajuta. Suatu auitas yg pasti dilakuka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan suatu ilmu yang mempunyai obyek kajian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag Masalah Matematika merupaka suatu ilmu yag mempuyai obyek kajia abstrak, uiversal, medasari perkembaga tekologi moder, da mempuyai pera petig dalam berbagai disipli,
Lebih terperinciMuniya Alteza
NILAI WAKTU UANG 1. Kosep dasar ilai waktu uag (time value of moey) 2. Nilai masa depa (future value) 3. Nilai sekarag (preset value) 4. Auitas (auity) 5. Perpetuitas (perpetuity) 6. Buga tahua efektif/
Lebih terperinciUkuran Pemusatan. Pertemuan 3. Median. Quartil. 17-Mar-17. Modus
-Mar- Ukura Pemusata Pertemua STATISTIKA DESKRIPTIF Statistik deskripti adalah pegolaha data utuk tujua medeskripsika atau memberika gambara terhadap obyek yag diteliti dega megguaka sampel atau populasi.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. cuci mobil CV. Sangkara Abadi di Bumiayu. Metode analisis yang dipakai
20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jeis Peelitia Peelitia ii merupaka aalisis tetag kelayaka ivestasi usaha cuci mobil CV. Sagkara Abadi di Bumiayu. Metode aalisis yag dipakai adalah metode aalisis kuatitatif
Lebih terperinciKinerja Sektor Industri Kota Bandung Berdasarkan Analisis Shift Share pada Model Input Output
Statistika, Vol. 17 No. 2, 71 76 November 217 Kierja Sektor Idustri Kota Badug Berdasarka Aalisis Shift Share pada Model Iput Output Teti Sofia Yati Program Studi Statistika, Fakultas MIPA, Uiversitas
Lebih terperinciPERANAN VARIABEL EKONOMI MAKRO TERHADAP INFLASI PASCAPENERAPAN INFLATION TARGETING FRAMEWORK (ITF) DI INDONESIA TAHUN
Jural Ekoomi Pembagua Volume 11, Nomor 1, Jui 21, hlm.58-68 PERANAN VARIABEL EKONOMI MAKRO TERHADAP INFLASI PASCAPENERAPAN INFLATION TARGETING FRAMEWORK (ITF) DI INDONESIA TAHUN 1999.1-28.6 Joko Waluyo
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada siswa
III. METODE PENELITIAN A. Settig Peelitia Peelitia ii merupaka peelitia tidaka kelas yag dilaksaaka pada siswa kelas VIIIB SMP Muhammadiyah 1 Sidomulyo Kabupate Lampug Selata semester geap tahu pelajara
Lebih terperinciB a b 1 I s y a r a t
34 TKE 315 ISYARAT DAN SISTEM B a b 1 I s y a r a t (bagia 3) Idah Susilawati, S.T., M.Eg. Program Studi Tekik Elektro Fakultas Tekik da Ilmu Komputer Uiversitas Mercu Buaa Yogyakarta 29 35 1.5.2. Isyarat
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dengan penelitian perpustakaan ini dapat dijadikan landasan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.. Jeis Peelitia Peelitia perpustakaa yaitu peelitia yag pada hakekatya data yag diperoleh dega peelitia perpustakaa ii dapat dijadika ladasa dasar da alat utama bagi pelaksaaa
Lebih terperinciBAB V METODOLOGI PENELITIAN
BAB V METODOLOGI PEELITIA 5.1 Racaga Peelitia Peelitia ii merupaka peelitia kualitatif dega metode wawacara medalam (i depth iterview) utuk memperoleh gambara ketidaklegkapa pegisia berkas rekam medis
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Muhammadiyah 1 Natar Lampung Selatan.
9 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi Da Sampel Peelitia ii dilaksaaka di MTs Muhammadiyah Natar Lampug Selata. Populasiya adalah seluruh siswa kelas VIII semester geap MTs Muhammadiyah Natar Tahu Pelajara
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Keuangan terdiri dari tiga bidang yang saling berhubungan: (1) pasar uang
BAB II LANDASAN TEORI A. Maajeme Keuaga Keuaga terdiri dari tiga bidag yag salig berhubuga: (1) pasar uag da pasar modal, berkaita dega pasar sekuritas da lembaga keuaga; () ivestasi, yag memfokuska pada
Lebih terperinciMATERI 12 ANALISIS PERUSAHAAN
MATERI 12 ANALISIS PERUSAHAAN EPS DAN INFORMASI LAPORAN KEUANGAN KELEMAHAN PELAPORAN EPS DALAM LAPORAN KEUANGAN ANALISIS RASIO PROFITABILITAS PERUSAHAAN EARNING PER SHARE (EPS) PRICE EARNING RATIO (PER)
Lebih terperinciFAKULTAS EKONOMI RENCANA PERKULIAHAN SEMESTER MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA. Tim Penyusun KDBK Perekonomian Indonesia FAKULTAS EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI RENCANA PERKULIAHAN SEMESTER MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA Tim Peyusu KDBK Perekoomia Idoesia FAKULTAS EKONOMI RPS Mata Kuliah Perekoomia Idoesia 1 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Saham Saham adalah surat berharga yag dapat dibeli atau dijual oleh peroraga atau lembaga di pasar tempat surat tersebut diperjualbelika. Sebagai istrumet ivestasi, saham memiliki
Lebih terperincikesimpulan yang didapat.
Bab ii merupaka bab peutup yag merupaka hasil da kesimpula dari pembahasa serta sara peulis berdasarka kesimpula yag didapat. BAB LANDASAN TEORI. Kosep Dasar Peramala Peramala adalah kegiata utuk memperkiraka
Lebih terperinci