KAUSALITAS PENGELUARAN PEMERINTAH, INFLASI, DAN PENDAPATAN NASIONAL DI INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAUSALITAS PENGELUARAN PEMERINTAH, INFLASI, DAN PENDAPATAN NASIONAL DI INDONESIA"

Transkripsi

1 KAUSALITAS PENGELUARAN PEMERINTAH, INFLASI, DAN PENDAPATAN NASIONAL DI INDONESIA JURNAL ILMIAH Disusu oleh : Wilda Shohabi JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014

2

3 Kausalitas Pegeluara Pemeritah, Iflasi, da Pedapata Nasioal di Idoesia Wilda Shohabi Fakultas Ekoomi da Bisis Uiversitas Brawijaya ABSTRACT This paper examies causality betwee govermet spedig, iflatio, ad ecoomic growth i Idoesia o bivariate framework for the period This study uses Grager causality test to determie the short-term causality ad Error Correctio Model (ECM) methods by addig a dummy variable for ecoomic ad politic crisis to determie the log-term causality. The results showed that short-term bidirectioal causality exist betwee iflatio - govermet spedig ad iflatio - atioal icome, as well as uidirectioal causality from govermet spedig to atioal icome. While i the case of log-term, bidirectioal causality exist betwee govermet expediture - atioal icome ad govermet expediture - iflatio, as well as uidirectioal causality from atioal icome to iflatio. Policy implicatios for the govermet is focusig govermet spedig to boost the atioal icome ad also cosiderig its effect o iflatio. Keywords: Govermet Spedig, Iflatio, Natioal Icome, Grager Causality, Error Correctio Model. A. LATAR BELAKANG Gambara perekoomia suatu egara serig direpresetasika dega tigkat pertumbuha ekoomi da tigkat iflasi di egara tersebut. Salah satu hal petig yag serig mejadi perdebata di atara para ekoom adalah apakah pemeritah harus melakuka itervesi dalam ragka stabilisasi perekoomia atau tidak. Ketika para ekoom klasik meolak adaya campur taga pemeritah dega keyakia bahwa kekuata pasar secara alamiah aka dapat megarahka perekoomia utuk mecapai keseimbaga jagka pajagya melalui peyesuaia dalam pasar teaga kerja, ekoom Keyesia berpedapat perlu adaya peragkat kebijaka pemeritah utuk medorog perekoomia yag megalami resesi (Magazzio, 2012). Keyes dalam karyaya Tract o Moetary Reform memperigatka bahaya iflasi, da megkritik padaga bahwa iflasi pada akhirya aka memperbaiki diriya sediri tapa pera aktif dari pemeritah. Meurutya apabila iflasi dibiarka, dalam jagka pajag aka berubah mematika. Sehigga, daripada meuggu masalah iflasi memperbaiki diriya sediri, lebih baik pemeritah meerapka kebijaka ekoomi yag tepat utuk memperbaiki keadaa (Pressma, 2002). Dari siilah mucul kodisi dimaa pera pemeritah sebagai pemegag kedali kebijaka sagat diperluka, sehigga tujua meigkatka perekoomia egara dapat tercapai. Betuk pera pemeritah dalam mempegaruhi perekoomia atara lai terwujud dalam kebijaka fiskal da moeter. Kebijaka fiskal meliputi perubaha pada belaja pemeritah da peerimaa pajak. Sedagka kebijaka moeter meliputi lagkah-lagkah dalam mempegaruhi suku buga da peawara uag (Sukiro, 2005). Pertumbuha ekoomi yag tiggi dega tigkat iflasi yag relatif redah merupaka sasara dari hampir seluruh egara di duia, tidak terkecuali Idoesia. Idoesia merupaka salah satu egara berkembag di duia dega tigkat pertumbuha ekoomi yag cukup tiggi. Data Bak Duia meujukka selama sepuluh tahu terakhir pertumbuha GDP Idoesia berada di kisara 4,6 perse higga 6,5 perse. Meskipu demikia, tidak dapat dipugkiri bahwa tigkat iflasi Idoesia masih sagat tiggi jika dibadigka dega tigkat pertumbuha ekoomiya. Data iflasi sepuluh tahu terakhir meujukka agka dalam kisara 4,2 perse higga 13,1 perse. Hal ii meujukka bahwa pertumbuha ekoomi di Idoesia memiliki pergeraka yag hampir sama dega iflasi. Namu hal yag berbeda terjadi ketika kita melihat bagaimaa pergeraka pertumbuha ekoomi da tigkat iflasi serta perubaha pada pegeluara kosumsi pemeritah dalam gambar 1. Pada tahu 1998 ketika pucak krisis moeter, dimaa tigkat iflasi melojak higga 58 perse, pertumbuha ekoomi meyetuh -13,1 perse (resesi). Semetara itu pegeluara riil kosumsi pemeritah meujukka adaya peurua sebesar 15,4 perse.

4 Gambar 1. Pertumbuha Ekoomi, Iflasi, da Pertumbuha Kosumsi Pemeritah di Idoesia ( ) Sumber : World Bak (diolah) Hal ii mearik, dimaa ketika terjadi krisis 1997/1998 dega tigkat iflasi yag meigkat drastis, pegeluara riil kosumsi pemeritah da pertumbuha ekoomi megalami peurua. Hal ii megidikasika bahwa hubuga atara ketiga variabel megalami perubaha, yaitu ketika tigkat iflasi terlalu tiggi dapat memperburuk keadaa ekoomi, da megakibatka ilai riil pegeluara pemeritah megalami peurua. Gambar 2. Rasio Pegeluara Pemeritah terhadap PDB di Idoesia ( ) Sumber : Data diolah (2014) Gambar 2 di atas meujukka rasio atara total pegeluara pemeritah terhadap PDB di Idoesia dari tahu 1963 sampai Pada tahu awal terlihat persetaseya berada di bawah 10 perse, kemudia mulai aik ketika pemeritaha Preside Soeharto mecaagka Repelita higga mecapai tigkat di atas 20 perse. Pada sepuluh tahu terakhir, persetaseya relatif stabil atara 15 perse higga 20 perse. Melihat realitas tersebut, pegeluara pemeritah di Idoesia memegag peraa yag cukup besar dalam perekoomia. Dega demikia diperluka perecaaa yag matag da sistematis dalam pegelolaaya, agar tujua pembagua asioal dalam jagka pedek, meegah, da pajag berhasil dega baik. Sejak tahu 2005, pemeritah telah meerapka Sistem Perecaaa Pembagua Nasioal (SPPN) yag meliputi Recaa Pembagua Jagka Pajag Nasioal (RPJPN) , yag diikuti Recaa Pembagua Jagka Meegah (RPJM) lima tahua da Recaa Kerja Pemeritah (RKP) tahua sebagai pedoma dalam peyusua Recaa Aggara Pedapata da Belaja Negara (RAPBN). SPPN ii meegaska petigya perecaaa pembagua asioal secara bertahap, dari jagka pajag higga jagka pedek sehigga arah pembagua jelas da terkedali. Kebijaka pemeritah bidag pegeluara ii tetu harus didasari pertimbaga megeai efek yag ditimbulkaya terhadap

5 perekoomia, baik itu iflasi maupu pedapata asioal, sehigga kebijaka yag diambil dapat efektif da efisie. Berdasarka pemapara di atas, maka peelitia ii bertujua utuk meyelidiki kausalitas atara pegeluara pemeritah-iflasi, pegeluara pemeritah-pedapata asioal, da iflasipedapata asioal baik dalam jagka pedek maupu jagka pajag. Telah bayak peelitia yag dilakuka dalam bidag ii, baik bivariat maupu multivariat. Hasilya meujukka adaya perbedaa kausalitas yag diperoleh akibat perbedaa dalam defiisi operasioal variabel, waktu da tempat peelitia maupu metode yag diguaka. Hasil yag mugki aka diperoleh dalam peelitia kausalitas ketiga variabel atara lai: (1) tidak terdapat kausalitas (etralitas), (2) kausalitas searah (3) kausalitas dua arah. B. KERANGKA TEORI Pertumbuha Ekoomi, Iflasi, da Pera Pemeritah Pertumbuha ekoomi dalam Samuelso da Nordhaus (2004) meggambarka suatu ekspasi dalam gross domestic product (GDP) potesial (full employmet) atau output agregat suatu egara. Pegukura terhadap output agregat suatu egara yag serig diguaka adalah GDP, yaitu ilai pasar dari keseluruha barag da jasa akhir yag diproduksi oleh suatu egara selama periode satu tahu berjala (Mishki, 2010). Iflasi yaitu keaika umum pada tigkat harga yag terjadi secara terus-meerus, mempegaruhi idividu, pegusaha, da pemeritah (Froye, 2002:6), (Mishki, 2010:13). Ketika tigkat harga secara umum meigkat, maka uag dega ilai omial yag tetap aka medapatka barag da jasa yag lebih sedikit. Hal ii megidikasika adaya peurua ilai riil uag di dalam perekoomia. Pera pemeritah dalam perekoomia diawali dega pemikira Adam Smith ( ), tokoh besar paham ekoomi klasik. Ia diaggap sebagai Bapak ilmu ekoomi karea padagaya megeai kapitalisme sebagai sistem ekoomi yag mampu membuat keadaa orag mejadi lebih baik. Melihat adaya keutuga yag berasal dari kebebasa dalam persaiga yag lebih luas, Smith berargume perlu adaya peguraga keterlibata pemeritah dalam kegiataa ekoomi. Dalam bukuya The Wealth of Natios, Smith berasumsi bahwa orag bertidak sesuai kepetigaya sediri, aka tetapi dega dibimbig oleh ivisible had idividu tersebut aka mempromosika suatu tujua yag buka bagia dari keigiaya. Tujua yag tidak disegaja ii adalah pertumbuha ekoomi da peigkata stadar hidup egara secara keseluruha (Pressma, 2002). Paham yag mempromosika pera aktif pemeritah dalam perekoomia dipelopori oleh Joh Mayard Keyes( ). Dega megakui adaya kelebiha da kekuraga kapitalisme, Keyes melihat bahwa kebijaka ekoomi pemeritah dapat diguaka sebagai alat utuk meguragi masalah yag dihadapi kapitalisme. Dega kebijaka yag tepat, pemeritah dapat megambil mafaat dari kapitalisme da meghidari keburukaya (Pressma. 2002). Kebijaka pemeritah dalam mempegaruhi perekoomia (Sukiro, 2005) diperluka utuk : (1) stabilisasi tigkat harga da meredam iflasi, (2) megokohka pertumbuha ekoomi, da (3) mejaga kestabila sektor luar egeri. Betuk kebijaka pemeritah dalam perekoomia atara lai kebijaka fiskal, kebijaka moeter, da pegawasa lagsug. Keterkaita Pegeluara Pemeritah da Iflasi Clark (1945) meyebutka bahwa tidaka pemeritah dapat meyebabka perubaha dalam ilai uag, atara lai melalui: a) medorog, memugkika, atau megharuska perubaha dalam tigkat upah, da b) mempegaruhi permitaa agregat barag da jasa. Lebih lajut Clark megeluarka hipotesis critical-limit yag meyataka bahwa ketika aktifitas fiskal pemeritah melebihi 25% dari icome total perekoomia suatu egara, maka secara alami aka meghasilka iflasi. Berdasarka aalisis Clark dalam Magazzio (2011), pajak yag lebih tiggi aka meguragi keutuga dari produse da berimbas pada harga. Dampakya adalah peawara agregat aka turu (karea peurua isetif swasta), semetara permitaa agregat meigkat (karea tekik pembiayaa yag iflasioer) da pada akhirya megakibatka iflasi.

6 Seirig berjalaya waktu, iflasi secara sigifika megakibatka pegambila keputusa pemeritah mejadi rumit. Ketika kebijaka fiskal yag semula sebagai eleme petig dalam mecapai stabilisasi harga, teryata juga dipegaruhi iflasi itu sediri. Iflasi meaikka biaya yag harus dikeluarka pemeritah yag secara simulta dapat meaikka peerimaa egara, dimaa peigkata fiskal pemeritah memiliki tigkat kecepata yag berbeda. Aghevli da Kha dalam Heller (1980) megusulka hipotesis bahwa salah satu kekuata diamis yag meopag iflasi adalah defisit fiskal akibat iflasi yag dalam padagaya, pegeluara total pemeritah merespo lebih cepat terhadap iflasi daripada peerimaa egara sehigga megakibatka defisit aggara. Hipotesis Aghevli da Kha megasumsika bahwa utuk setiap tigkat icome riil, pemeritah berusaha mejaga agar pegeluara riilya kosta terhadap keaika tigkat harga (Heller, 1980). Asumsi tersebut dapat dituliska dalam persamaa permitaa utuk pegeluara sebagai berikut: D log( G / P) t g g log Y, 0 1 t 1 0 g (1) dimaa G adalah tigkat pegeluara omial pemeritah, P adalah ideks harga, Y adalah tigkat icome riil, t adalah periode waktu. Keterkaita Pegeluara Pemeritah da Pedapata Nasioal Diawali dega teori dari Adolf H. Wager yag meyataka bahwa pegeluara pemeritah meigkat seirig dega perkembaga struktural dalam masyarakat. Secara spesifik Wager mejelaska bahwa selama proses pertumbuha ekoomi, aktifitas ekoomi pemeritah aka sebadig dega aktifitas perekoomia. Sehigga peigkata dalam pertumbuha ekoomi aka meigkatka pegeluara pemeritah. Peigkata sektor pemeritah ii aka medorog pertumbuha ekoomi yag lebih jauh. Da hukum megeai peigkata aktifitas egara iilah yag kemudia terkeal dega Wager s Law. Hukum ii meyimpulka bahwa selama masa perkembaga ekoomi, rasio pegeluara pemeritah terhadap GDP cederug meigkat. Hal ii disebabka beberapa hal yaki: a) fugsi egara dalam substitusi aktifitas swasta (terkait barag publik), da b) ketika perkembaga ekoomi megakibatka peigkata belaja dalam kultur da kesejahteraa, maka itervesi pemeritah diperluka utuk megelola moopoli alami (Magazzio, 2012). Semetara itu, paham Keyesia meyataka bahwa pedapata asioal ditetuka oleh pegeluara kosumsi, ivestasi, pegeluara pemeritah da ekspor eto. Sehigga utuk meigkatka pedapata asioal perlu adaya peigkata dalam permitaa kosumsi, ivestasi, pegeluara pemeritah, da ekspor eto. Kosep ii dikeal dega idetitas pedapata asioal (Makiw, 2007:26), yaitu perhituga pedapata asioal megguaka pedekata pegeluara, da dapat ditulis dalam persamaa berikut: Y C I G NX (2) dimaa Y adalah pedapata asioal sebagai peawara agregat, C adalah permitaa kosumsi barag da jasa rumah tagga, I adalah ivestasi, G adalah seluruh pegeluara pemeritah selai trasfer (karea haya merealokasi pedapata yag ada, sehigga sudah termasuk ke dalam kosumsi maupu ivestasi), NX adalah ekspor dikuragi impor suatu egara yag meujukka pegeluara bersih luar egeri terhadap barag jasa dalam egeri, memberika pedapata bagi produse domestik. Dari sii terlihat bahwa paham Keyes berpadaga petigya aktifitas pegeluara pemeritah dalam medukug pedapata asioal. Wager s Law da paham Keyesia memberika dua alteratif padaga megeai kausalitas atara pegeluara pemeritah da pertumbuha ekoomi. Dari keduaya, dapat ditarik empat tipe alteratif kausalitas yaitu 1) hipotesis etral (tidak terdapat kausalitas), dibuktika oleh: Doga da Tag (2006), 2) hipotesis Wageria (pertumbuha meyebabka ekspasi fiskal) dibuktika oleh: Permaa da Wika (2013), 3) hipotesis Keyesia (ekspasi fiskal medorog pertumbuha ekoomi) dibuktika oleh: Doga da Tag (2006), Alshahrai da Alsadiq (2014), da 4) hipotesis dua arah (kausalitas dua arah) dalam peelitia: Magazzio (2012).

7 Keterkaita Pedapata Nasioal da Iflasi Perbedaa tigkat iflasi dapat meimbulka distorsi pada perekoomia pada tigkat yag berbeda pula. Iflasi yag moderat (redah) aka memberika doroga pada sektor produksi, dimaa tigkat upah omial jagka pedek cederug kaku dibadigka tigkat harga pejuala. Kekakua upah omial ii diasumsika oleh bayak ekoom sebagai lambaya peyesuaia upah omial. Dalam idustri, upah omial serig ditetapka dalam kotrak jagka pajag, sehigga upah tidak dapat segera merespo terhadap perubaha ekoomi. Hal ii dapat dijelaska oleh model upah kaku (sticky wage model) yag meujukka dampak upah omial yag kaku terhadap peawara agregat, sebagai berikut (Makiw, 2007): 1) Ketika upah omial tidak merespo iflasi, maka keaika tigkat harga aka meuruka upah riil yag membuat teaga kerja mejadi lebih murah. 2) Upah riil yag lebih murah medorog perusahaa utuk megguaka lebih bayak teaga kerja. 3) Peambaha teaga kerja aka meigkatka produksi output. Model upah kaku ditujukka oleh gambar 3 berikut ii: Gambar 3. Model Upah Kaku Sumber : Makiw (2007) Aka tetapi, telah diterima secara luas bahwa pertumbuha ekoomi juga mejadi peyebab iflasi. Hussai da Malik (2011) meyebutka bahwa faktor dasar yag meyebabka iflasi adalah perubaha tigkat aktifitas ekoomi di masyarakat. Ketika terjadi peguata dalam aktifitas ekoomi maka aka terjadi peigkata iflasi, da sebalikya ketika aktifitas ekoomi melemah aka meuruka tigkat iflasi. Hal ii dapat dijelaska melalui kurva AD-AS yag meujukka pergesera kurva permitaa agregat dalam gambar 4 di bawah. Ketika pertumbuha ekoomi dalam jagka pedek Y 2 lebih tiggi daripada pertumbuhaya dalam jagka pajag Y 1, permitaa agregat meigkat lebih cepat daripada peawara agregat da meggeser kurva permitaa agregat dari AD 1 ke AD 2. Hal ii memuculka kosekuesi keaika harga dari P 1 ke P 2, karea: 1) adaya kekuraga pasoka terhadap permitaa, sehigga produse meaikka harga. 2) peyerapa teaga kerja yag tiggi dapat megakibatka kekuraga pasoka teaga kerja da medorog keaika tigkat upah yag berarti meambah tekaa pada harga.

8 Gambar 4 Pergesera Kurva Permitaa Agregat Sumber: Pettiger (2011) Keragka Pikir Berdasarka pemapara teori di atas, kita dapat melihat bahwa pegeluara pemeritah, iflasi, da pedapata asioal salig berhubuga satu sama lai. Pegeluara pemeritah sebagai bagia dari kebijaka fiskal yag diharapka dapat meigkatka pedapata asioal (Keyesia), teryata juga memiliki kecederuga utuk meigkatka laju iflasi akibat keaika jumlah uag beredar di masyarakat, yag dapat terjadi secara lagsug melalui belaja maupu tidak lagsug melalui pembiayaa yag iflasioer seperti pecetaka uag da pijama luar egeri. Di lai pihak, pemeritah sebagai kosume barag da jasa tetu saja terkea dampak dari iflasi itu sediri, berupa peyesuaia harga dalam belaja ruti maupu modal. Seirig pedapata asioal yag meigkat, peerimaa egara baik pajak maupu buka pajak aka meigkat, da peigkata peerimaa ii aka diguaka kembali utuk membiayai pegeluara egara. Pedapata asioal da iflasi memiliki hubuga yag erat terkait keberadaa model upah kaku da efek pedapata dalam perekoomia. Model upah kaku megakibatka iflasi moderat medorog peigkata output, semetara efek keaika pedapata masyarakat aka meaikka permitaa barag da jasa yag dapat meimbulka iflasi. Sejala dega peraa pemeritah dalam memajuka kesejahteraa masyarakat, maka perlu optimalisasi dalam pegeluara pemeritah yag pada dasarya memiliki fugsi alokasi, distribusi, da stabilisasi. Kajia dalam hal ii mejadi petig sebagai pelegkap baha referesi pemeritah dalam kegiata ekoomiya. Dalam peelitia ii, keragka pikir digambarka sebagai berikut: Gambar 5. Keragka Pikir Peelitia

9 Sumber : Ilustrasi Peeliti (2014) Peelitia Terdahulu Ezirim, Muoghalu, da Elike (2008) melakuka peelitia megeai hubuga atara pertumbuha pegeluara pemeritah da iflasi di Amerika Serikat pada periode Uji stasioeritas DF da ADF, uji koitegrasi Johase, da uji kausalitas Grager dijalaka sebagai alat aalisisya. Hasilya meujukka bahwa variabel berada pada derajat first differece da bergerak meuju keseimbaga dalam jagka pajag. Uji kausalitas meujukka adaya kausalitas dua arah atara iflasi da pegeluara pemeritah di Amerika Serikat. Magazzio (2011) melakuka studi megeai hubuga pegeluara pemeritah da iflasi di tujuh egara Mediteraia (Siprus, Peracis, Yuai, Italia, Malta, Portugal, da Spayol) selama periode megguaka pedekata time series. Hasil uji koitegrasi dega prosedur Johase da Juselius meujukka hubuga jagka pajag atara kedua variabel haya diperoleh utuk egara Portugal, yag kemudia uji kausalitas jagka pajagya meujukka kesesuaia dega arah kausalitas dari iflasi ke pegeluara pemeritah. Semetara dalam jagka pedek, uji kausalitas Grager meghasilka kausalitas searah dari pegeluara pemeritah ke iflasi di Siprus, Malta, da Spayol, kausalitas dua arah di Italia, da kausalitas searah dari iflasi ke pegeluara pemeritah di Peracis. Doga da Tag (2006) meeliti kausalitas atara pegeluara pemeritah da pedapata asioal di ASEAN 5 (Idoesia, Malaysia, Filipia, Sigapura, da Thailad) pada periode Uji stasioeritas Philip Perro memperlihatka variabel di seluruh egara stasioer pada derajat first differece, semetara uji koitegrasi dega prosedur Johase Juselius meujukka adaya koitegrasi haya di Idoesia. Kemudia mereka megguaka aalisis kausalitas Egle Grager pedekata VAR utuk empat egara yag tidak berkoitegrasi, serta uji Grager dega meambahka error correctio term utuk egara Idoesia. Hasilya meujukka bahwa kausalitas searah terjadi dari pegeluara pemeritah ke pedapata asioal di Filipia, semetara di empat egara lai tidak ditemuka bukti adaya kausalitas kedua variabel. Magazzio (2012) melakuka peelitia hubuga atara pegeluara pemeritah da pertumbuha ekoomi (Wageria atau Keyesia) di Italia periode tahu megguaka aalisis time-series. Dega memilah pegeluara pemeritah mejadi lima item pegeluara (buga pasif, kosumsi fial, tujaga kierja, hibah produktif, da ivestasi publik) berdasarka klasifikasi Bak Italia, dia meemuka adaya hubuga koitegrasi atara tiga item pegeluara (buga pasif, hibah produktif, da ivestasi publik) dega GDP. Kausalitas Grager berbasis VECM meujukka bahwa Wager s Law (Y ke G) terjadi pada belaja buga (jagka pedek) da tujaga kierja (jagka pajag). Semetara kausalitas yag medukug hipotesis Keyesia (G ke Y) terjadi pada belaja buga, hibah produktif, da ivestasi publik (jagka pajag) serta hibah produktif (jagka pedek). Hamdi da Sbia (2013) melakuka peelitia megeai hubuga atara kebijaka fiskal da pertumbuha ekoomi di 5 egara (Portugal, Italia, Irladia, Yuai, da Spayol) pada periode Dega megguaka aalisis multivariat prosedur Toda-Yamamoto (1995), hasilya meujukka bahwa di Yuai terjadi kausalitas searah dari pegeluara pemeritah ke peerimaa pemeritah da pertumbuha ekoomi. Di Italia haya terjadi kausalitas searah dari peerimaa pemeritah ke pertumbuha ekoomi, semetara di Irladia haya terjadi kausalitas searah dari peerimaa pemeritah ke pegeluara pemeritah. Utuk egara Spayol terdapat kausalitas dua arah atara kebijaka fiskal da pertumbuha ekoomi, semetara kausalitas searah terjadi dari peerimaa ke pegeluara pemeritah. Di egara Portugal, kausalitas dua arah terjadi atara peerimaa da pegeluara pemeritah, semetara kausalitas searah terjadi dari pertumbuha ekoomi ke pegeluara pemeritah. Permaa da Wika (2013) meeliti keberadaa Wager s Law di Idoesia pasca reformasi. Dega data periode , mereka membagiya ke dalam lima rezim pemeritaha yaitu Kabiet Reformasi Pembagua, Kabiet Persatua Nasioal, Kabiet Gotog Royog, Kabiet Idoesia Bersatu I, da Kabiet Idoesia Bersatu II. Dalam uji kausalitas ii, mereka meambahka variabel eksoge peerimaa pajak da populasi sebagai variabel kotrol. Megguaka model koitegrasi ARDL mereka meemuka keberadaa Wager s Law pada era pasca reformasi. Kemudia utuk melihat volatilitas pegeluara pemeritah atar rezim, mereka megaplikasika GARCH model. Hasilya meujukka bahwa rezim yag berbeda tidak mempegaruhi pegeluara pemeritah.

10 Meeliti dampak pegeluara pemeritah terhadap pertumbuha ekoomi di Arab Saudi, Alshahrai da Alsadiq (2014) mejalaka beberapa tekik aalisis time series (regresi OLS, VAR da VECM). Mereka megkombiasika beberapa sektor pegeluara ditambah variabel bebas (ivestasi publik da swasta domestik) da variabel kotrol trade opeess. Dega megguaka data time series tahua dar , mereka meemuka bahwa ivestasi publik da swasta domestik bersama dega pegeluara kesehata meragsag pertumbuha ekoomi dalam jagka pajag. Semetara dalam jagka pedek, pegeluara perumaha da keterbukaa perdagaga berpera dalam peigkata produksi. Peelitia Mallik da Chowdhury (2001) mecoba utuk megetahui hubuga atara iflasi da pertumbuha GDP di Bagladesh, Idia, Pakista da Srilagka. Megguaka periode aalisis yag berbeda meyesuaika ketersediaa data pada keempat egara, mereka mejalaka uji stasioeritas, uji koitegrasi Johase, da error correctio model (ECM) utuk megetahui hubuga jagka pedek da jagka pajag. Mereka meemuka bahwa iflasi da pertumbuha ekoomi berhubuga positif dalam jagka pajag di semua egara. Dalam jagka pedek, terdapat hubuga sebab akibat yag sigifika atara keduaya. Sehigga mereka meyimpulka bahwa iflasi moderat bermafaat bagi pertumbuha ekoomi, tetapi pertumbuha yag tiggi megakibatka iflasi. Yeh (2009) megguaka keragka aalisis simulta utuk meeliti kausalitas atara iflasi da pertumbuha ekoomi. Ia megidetifikasi dega metode berdasarka ovel heteroscedasticity karea meurutya studi kovesioal kausalitas secara terpisah megalami bias edogeitas. Dega meghilagka bias simulta, ia meemuka sigifikasi bahwa kedua variabel salig berhubuga. Megguaka data cross sectio 140 egara dalam periode ditemuka bukti bahwa terjadi kausalitas dua arah atara iflasi da pertumbuha ekoomi. Berikutya ia memilah egara mejadi beberapa kelompok, yaitu high icome, low icome, da egara berkembag. Hasilya meujukka bahwa dampak egatif iflasi terhadap pertumbuha ekoomi di egara low icome lebih besar dibadigka egara high icome da egara berkembag. Selajutya pada egara high icome da berkembag, pertumbuha ekoomi tidak meyebabka peigkata iflasi. Aka tetapi sebalikya pada egara low icome pertumbuha ekoomi yag tiggi meyebabka keaika iflasi. Loizides da Vamvoukas (2005) melakuka studi dega data tiga egara (Yuai, Iggris, da Irladia) dega megkombiasika aalisis bivariat da trivariat utuk megetahui kemugkia kausalitas yag lebih bayak atara pegeluara pemeritah da pertumbuha ekoomi. Diawali dega pegguaa error correctio model bivariat dalam keragka kausalitas Grager, kemudia meambahka variabel pejelas yaki pegaggura da iflasi yag diguaka secara terpisah utuk aalisis trivariat sederhaa. Hasilya meujukka bahwa dalam jagka pedek pegeluara pemeritah mempegaruhi pertumbuha ekoomi di semua egara. Dalam jagka pajag, kausalitas yag sama berlaku haya pada egara Irladia da Iggris. Utuk kausalitas dari pertumbuha ekoomi ke pegeluara pemeritah haya terjadi di Yuai. Peelitia Surjaigsih et al. (2012) megeai dampak kebijaka fiskal terhadap output da iflasi dilakuka di Idoesia pada periode triwulaa 1990:1-2009:4. Megguaka Vector Error Correctio Model (VECM), hasil empiris meujukka bahwa terdapat hubuga koitegrasi atara pegeluara pemeritah da pajak terhadap output dalam jagka pajag. Dalam jagka pajag pegeaa pajak berdampak positif terhadap pertumbuha ekoomi, semetara pegeluara pemeritah tidak. Peyesuaia dalam jagka pedek meujukka bahwa shock keaika pegeluara pemeritah berdampak positif terhadap output, semetara shock keaika pajak berdampak egatif. Semetara itu, keaika pegeluara pemeritah meyebabka peurua tigkat iflasi, semetara peigkata pajak meyebabka peigkata dalam iflasi. Studi ii juga meujukka tidak adaya diskresi kebijaka fiskal yag dilakuka oleh pemeritah. Olaiya, Nwosa, da Amassoma (2012) melakuka studi kausalitas atara pertumbuha ekoomi, pegeluara pemeritah, da tigkat iflasi di Nigeria dalam periode atara tahu Uji stasioeritas Augmeted Dickey-Fuller da Philip Perro meujukka bahwa variabel stasioer pada tigkat first differece. Kemudia dilakuka uji koitegrasi dega tekik Johase da Juselius yag meujukka adaya hubuga koitegrasi atara variabel. Semetara itu vector error correctio model (VECM) trivariat meujukka kausalitas dua arah atara pegeluara pemeritah da pertumbuha ekoomi baik jagka pedek maupu jagka pajag. Juga didapatka kausalitas satu arah dari pertumbuha ekoomi da pegeluara pemeritah ke tigkat iflasi pada jagka pedek.

11 Attari da Javed (2013) meeliti hubuga tigkat iflasi, pertumbuha ekoomi, da pegeluara pemeritah (dipecah mejadi belaja ruti da pembagua) di egara Pakista megguaka data periode Dega pedekata autoregressive distributed lag (ARDL) yag diperkealka Pesara da Shi, peelitia tersebut meemuka adaya hubuga jagka pajag atara ketiga variabel da meyimpulka bahwa pegeluara pemeritah meujukka eksteralitas positif da hubuga keterkaita. Semetara utuk jagka pedek ditemuka bahwa pegeluara pemeritah mempegaruhi pertumbuha ekoomi, semetara tigkat iflasi tidak mempegaruhi pertumbuha ekoomi. Hasil uji kausalitas Grager meujukka adaya kausalitas satu arah dari iflasi ke pertumbuha ekoomi da pegeluara pemeritah ke pertumbuha ekoomi. Pia (2013) melakuka ivestigasi megeai dampak pegeluara pemeritah dalam ragka mestimulasi pertumbuha ekoomi da stabilisasi tigkat iflasi di Cape Verde pada periode dega megguaka tekik vector autoregressio (VAR). Hasilya meujukka bahwa peigkata pegeluara pemeritah tidak meambah output total perekoomia, aka tetapi haya meaikka tigkat iflasi. Muharma (2013) meeliti pegaruh istrume fiskal pemeritah terhadap PDB da iflasi di Idoesia pada retag waktu Megguaka pedekata error correctio mechaism (ECM), bukti empiris megidikasika bahwa belaja egara da pajak berpegaruh positif terhadap PDB baik dalam jagka pedek maupu dalam jagka pajag. Pegaruh belaja egara terhadap PDB dalam jagka pedek lebih besar daripada pegaruh yag ditimbulka pajak, amu sebalikya dalam jagka pajag. Semetara itu, istrume fiskal terhadap iflasi berhubuga positif dalam jagka pedek dega pegaruh yag hampir sama atara belaja egara da pajak, sedagka dalam jagka pajag berpegaruh egatif. C. METODE PENELITIAN Data da Defiisi Operasioal Variabel Dalam peelitia ii, peulis melakuka aalisis dega megguaka pedekata kuatitatif. Pedekata kuatitatif merupaka sebuah pedekata dimaa peeliti megguaka klaim postpositivist dalam pegembaga ilmu pegetahua. Data peelitia merupaka data sekuder time-series tahua dega periode atara tahu 1963 sampai Adapu defiisi operasioal variabel ditujukka tabel 1 berikut : Tabel 1. Defiisi Operasioal Variabel Variabel Deskripsi Sumber Data Pegeluara Pemeritah (G t ) Pegeluara pemeritah diproksi oleh persetase dari total pegeluara pemeritah (meliputi seluruh belaja pemeritah pusat yag berupa belaja pegawai, belaja barag, belaja modal, termasuk trasfer ke daerah dalam rupiah) terhadap GDP (curret local currecy uit), ditrasformasi ke logaritma atural. Nota Keuaga, UU PAN, LKPP,World Bak Tigkat Iflasi (P t ) Pedapata Nasioal (Y t ) Sumber : data diolah (2014) Tigkat iflasi diproksi oleh iflasi meurut ideks harga kosume dega berdasarka ilai kosta 2005=100, dalam satua rasio. Pedapata asioal diproksi dari tigkat GDP riil berdasarka ilai kosta US Dollar tahu 2005, ditrasformasi ke logaritma atural. World Bak World Bak Metode Aalisis Sesuai dega tujua peelitia, maka pegujia secara empiris kausalitas atara pegeluara pemeritah, tigkat iflasi, da pertumbuha ekoomi aka megguaka metode kausalitas

12 Grager da Error Correctio Model (ECM). 1 Metode ECM memugkika adaya error correctio term (ECT) sebagai koreksi ketidakseimbaga jagka pedek sehigga meuju keseimbaga jagka pajagya. Adapu prosedur aalisisya adalah sebagai berikut : 1) Uji Stasioeritas da Derajat Itegrasi: Pegujia pertama yag harus dilakuka dalam aalisis data time series adalah uji stasioeritas data. Hal ii dikareaka data time series biasaya bersifat stokastik atau memiliki tred yag tidak stasioer. Data time series yag stasioer memiliki rata-rata da varia yag sama, dega autokovaria (pada berbagai tigkat lag) ivariat terhadap waktu (Gujarati da Porter, 2012). Uji ii diguaka utuk megetahui apakah data memiliki uit root atau tidak, yag disertai uji itegrasi utuk meetuka derajat stasioeritas data. Data yag memiliki uit root aka meghasilka spurious regressio (regresi lacug), yag meyebabka hasil tidak valid. Dalam Eders (2004), kodisi series {yt} dikataka stasioer apabila: Rata-rata : E(y t ) = E(y t-s ) = (3) Varia : E[(y t - 2 ] = E[(y t-s - ) 2 ] = 2 y (4) Kovaria : E[(y t - )(y t-s - )] = E[(y t-j - )(y t-j-s - )] = s (5) dimaa 2 y, s adalah kosta. Pegujia stasioeritas dalam peelitia ii aka megguaka metode akar uit yag palig serig diguaka yaitu uji Augmeted Dickey-Fuller (ADF) da Phillips-Perro (PP). Dega membadigka atara t-statistic dega critical value (1%, 5%, 10%) yag dihasilka, apabila t- statistic lebih besar daripada critical value maka H 0 ditolak, yag berarti data adalah stasioer. Utuk memperkuat kedua uji tersebut, maka diguaka uji akar uit Kwiatkowski, Phillips, Schmidt, da Shi (KPSS, 1992). Uji ii memiliki H 0 : data adalah stasioer (aroud determiistic tred), yag berbeda dega beberapa uji akar uit laiya. Uji ii bergua sebagai alat pembadig (cross-check) bagi uji ADF sebelumya. Selajutya dilakuka uji stasioeritas data dega memperhitugka adaya structural break. Dalam peelitia ii pegujiaya aka megguaka Zivot-Adrews test (ZA) dega hipotesis sebagai berikut: H 0 : data memiliki akar uit dega structural break H 1 : data tidak memiliki akar uit dega structural break Apabila terdapat data time series yag tidak stasioer pada tigkat level, maka dilakuka uji derajat itegrasi. Uji ii hampir sama dega uji akar uit, haya saja megguaka data turua. Dalam Gujarati da Porter (2012) disebutka bila suatu data time series memiliki sebuah akar uit, maka turua pertamaya stasioer. 2) Pemiliha optimum lag: Pemiliha optimum lag dalam peelitia ii aka diguaka dalam meetuka lag iterval yag sesuai dalam uji koitegrasi da kausalitas Grager. Gujarati da Porter (2012) meyebutka bahwa salah satu kekuraga model VAR adalah dalam peetua lag optimal yag diguaka. Lag optimal yag terlalu pedek dikhawatirka tidak dapat mejelaska diamika model secara keseluruha, sedagka lag optimal yag terlalu pajag aka meghasilka estimasi yag tidak efisie karea meguragi degree of freedom. Secara umum, ada beberapa parameter yag dapat diguaka utuk meetuka pajag lag optimal, diataraya adalah AIC (Akaike Iformatio Criterio), SIC (Schwarz Iformatio Criterio), LR (Likelihood ratio), FPE (Fial Predictio Error), da HQ (Haa-Qui Iformatio Criterio). Lag optimal (k) yag direkomedasika oleh kriteria di atas ditujukka oleh letak tada bitag pada lag bersagkuta. 3) Uji Koitegrasi: Meurut Gujarati da Porter (2012) koitegrasi merupaka regresi atara satu uit root time series dega uit root time series laiya. Uji koitegrasi dilakuka dega tujua utuk megetahui adaya hubuga jagka pajag atar variabel. Uji koitegrasi ii aka diguaka sebagai pembadig terhadap kesimpula uji kausalitas. Dimaa apabila atara dua variabel terdapat hubuga koitegrasi da memiliki represetasi ECM, maka palig tidak terdapat kausalitas searah diatara keduaya. 1 Utuk uji kausalitas jagka pedek da jagka pajag

13 Dalam peelitia ii pegujia koitegrasi aka megguaka metode Johase da membadigka ilai maximum eigevalue statistic da trace statistic dega critical value masig-masig. Hipotesis uji ii adalah sebagai berikut: H 0 : data tidak terkoitegrasi H 1 : data terkoitegrasi Jika ilai maximum eigevalue statistic da trace statistic lebih besar daripada critical value, maka H0 ditolak yag berarti data terkoitegrasi. 4) Uji Kausalitas: Megigat bahwa tujua peelitia ii utuk megetahui kausalitas bivariat atara variabel pegeluara pemeritah, iflasi, da pertumbuha ekoomi baik dalam jagka pedek maupu dalam jagka pajag, maka diguaka metode Error Correctio Model (ECM) utuk estimasi peyesuaia jagka pedek. Peyesuaia dalam jagka pedek merupaka mekaisme koreksi terhadap deviasi keseimbaga jagka pajag (Surjaigsih et al., 2012). Model ECM yag diguaka dalam peelitia ii megacu pada eam persamaa bivariat (dimodifikasi dari Magazzio, 2012) berikut: t G e1 G P 1 t 0 1 t 1 2i t i 3i t i t (6) P e2 G P 2 t 0 1 t 1 2i t i 3i t i t (7) G e3 G Y 3 t 0 1 t 1 2i t i 3i t i t (8) Y e4 G Y 4 t 0 1 t 1 2i t i 3i t i t (9) P e5 P Y 5 t 0 1 t 1 2i t i 3i t i t (10) Y e6 P Y t 1 2i t i 3i t i t (11) dimaa e1 t-1, e2 t-1, e3 t-1, e4 t-1, e5 t-1, da e6 t-1, merupaka error correctio term yaitu lagged residual yag diperoleh dari eam persamaa regresi OLS bivariat 2. Meurut Grager (1969; 1988) dalam Loizides da Vamvoukas (2005), dalam sebuah sistem dega dua series yag terkoitegrasi da memiliki represetasi ECM, palig tidak terdapat kausalitas searah atara keduaya. Dalam peelitia ii juga aka meambahka variabel dummy terhadap model ECM utuk megetahui apakah adaya gucaga terhadap perekoomia dapat mempegaruhi hasil estimasi. Alasa peerapa ii adalah data time series yag pajag memiliki kemugkia adaya gucaga dalam struktur makroekoomi di suatu egara. Serig kali faktor musima atau kompoe dari suatu time series perlu dihilagka, sehigga kita dapat berkosetrasi pada kompoe lai, misalya tred 3 (Gujarati da Porter, 2010:369). Seperti yag telah kita ketahui bersama, Idoesia telah megalami beberapa kali krisis ekoomi da politik, diataraya adalah ketika terjadi pemberotaka PKI tahu 1965/1966 da krisis ekoom997/1998. Variabel dummy dalam peelitia ii memperhitugka perubaha struktur ekoomi akibat krisis ekoomi da politik, yaitu memberika ila utuk tahu 1965, 1966, da 1998 serta ilai 0 utuk tahutahu selai tahu krisis tersebut. Uji kausalitas yag palig serig diguaka adalah uji kausalitas Grager (Grager causality test). Grager causality meyataka bahwa iformasi yag releva utuk memprediksi variabel x 2 Persamaa koitegrasi dari eam persamaa ECM (6) sampai (11) 3 Dalam kasus ii adalah kompoe krisis

14 da y haya terdapat pada data time series variabel-variabel tersebut (Gujarati da Porter, 2012:314). Grager dalam Magazzio (2012) meyataka premis bahwa the future caot cause the past, sehigga apabila kejadia A terjadi setelah terjadiya B, maka A tidak dapat meyebabka B. Oleh sebab itu, utuk meguji apakah variabel X meyebabka (Grager) variabel Y, dilakuka estimasi persamaa bivariat berikut (Magazzio, 2012): t Y Y X 1 0 2i t i 3i t i t (12) dimaa Yt adalah variabel depede; Xt adalah variabel idepede; da Δ merupaka first differece operator. Keberadaa kausalitas Grager tergatug dari sigifikasi ΔX t-i pada persamaa (3.10), dimaa Xt meyebabka Yt jika ilai sekarag dari variabel ΔY dapat diprediksi dega lebih baik apabila meyertaka ilai masa lalu dari ΔX. Kausalitas jagka pedek dalam model terbukti apabila uji F-statistik secara bersama-sama dari koefisie variabel pejelas (idepedet) dalam betuk first differece pada tiap-tiap persamaa 4 adalah sigifika, semetara idikasi adaya kausalitas jagka pajag dapat dilihat pada error correctio terms persamaa ECM yag berilai egatif da sigifika secara statistik (Magazzio, 2012). D. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Stasioeritas da Derajat Itegrasi Tabel berikut ii meujukka hasil uji stasioeritas megguaka uji ADF, PP, da KPSS. Pada masig-masig tes aka diguaka tigkat sigifikasi pada derajat kesalaha 5%, sehigga apabila t-statistik lebih besar daripada critical value pada α=5%, maka H 0 dapat ditolak. Tabel 2. Hasil uji stasioeritas ADF, PP da KPSS Variabel Kompoe Uji Stasioeritas Determiasi ADF PP KPSS Kesimpula G Itercept, tred *** No stasioer ΔG Itercept, tred *** *** Stasioer P Itercept, tred *** *** * Stasioer ΔP Itercept, tred *** *** Stasioer Y Itercept, tred ** No stasioer ΔY Itercept *** *** Stasioer Ket: *,sigifika pada α:10%; **, sigifika pada α:5%; ***, sigifika pada α:1% Sumber: hasil estimasi data megguaka eviews 7.2 Berdasarka tabel 2 di atas, hasil uji ADF da PP (yag memiliki H0: data o-stasioer) meujukka bahwa G, da Y stasioer pada tigkat first differece, semetara variabel P stasioer pada level. Hasil uji KPSS yag memiliki H0: data stasioer teryata meujukka hasil yag berbeda pada variabel P, yaki tidak stasioer pada first differece. Semetara itu hasil uji ZA yag memperhitugka adaya structural break pada data ditujukka oleh tabel 3. Tabel 3. Hasil Uji Stasioeritas dega Structural Break Zivot-Adrews test Variabel Break poit lag (k) t-stat Nilai Kritis Kesimpula G % = No stasioer ΔG *** 5 % = Stasioer P % = No stasioer ΔP *** Stasioer Y *** Stasioer ΔY *** Stasioer 4 Persamaa yag dibetuk dari persamaa (12) dega peyesuaia pada variabel depede da idepede

15 Ket: *,sigifika pada α:10%; **, sigifika pada α:5%; ***, sigifika pada α:1% Sumber: hasil estimasi data megguaka eviews 7.2 Uji ZA di atas meujukka bahwa pada variabel P da Y terjadi perubaha stasioeritas data level dega adaya sructural break. Da secara keseluruha, uji stasioeritas meujukka bahwa ketiga variabel stasioer pada first differece atau I(1). Hasil Pemiliha Optimum Lag Pemiliha pajag lag yag tepat aka meghasilka residual yag bebas dari masalah autokorelasi da heteroskedastisitas, sehigga estimasi model adalah valid. Dalam peelitia ii, pemiliha optimum lag dilakuka terhadap 3 model bivariat (G-P, G-Y, da P-Y) dega hasil sebagai berikut : Tabel 4. Hasil Pemiliha Optimum Lag Iteraksi Lag optimal terpilih Variabel LR FPE AIC SC HQ Kesimpula G P G Y P Y LR: sequetial modified LR test statistic (each test at 5% level) FPE: Fial predictio error AIC: Akaike iformatio criterio SC: Schwarz iformatio criterio HQ: Haa-Qui iformatio criterio Sumber: Hasil estimasi eviews 7.2 Berdasarka hasil pemiliha kriteria pajag lag utuk model bivariat dalam tabel 4 meujukka bahwa lag optimal atara G-P da P-Y adalah 2, semetara utuk G-Y didapatka lag optimal adalah 3. Hasil pemiliha pajag lag optimal ii selajutya aka diguaka utuk meetuka lag iterval dalam estimasi uji koitegrasi Johase serta uji kausalitas Grager jagka pedek. Hasil Uji Koitegrasi Hasil uji koitegrasi bivariat dega megguaka metode Johase ditujukka oleh tabel 5 berikut: Tabel 5 Hasil Uji Koitegrasi Johase Bivariat Variabel Determiistic Tred Trace stat. (5% critical value) G - P Quadratic ( ) G - Y Liear ( ) P - Y Liear ( ) Sumber: hasil estimasi eviews 7.2 Max-eige. Stat. (5% critical value) ( ) ( ) ( ) Coit. Rak Berdasarka hasil uji koitegrasi di atas, ditemuka bahwa utuk model bivariat G - P terdapat dua hubuga koitegrasi, semetara utuk dua model bivariat lai palig tidak terdapat satu hubuga koitegrasi. Hal ii ditujukka oleh sigifikasi yag dihasilka oleh trace statistic da maximum eigevalue statistic (yag masig-masig ilaiya lebih besar dari 5% critical value) pada masig-masig tigkat koitegrasi. r 2 r 1 r 1 Hasil Uji Kausalitas

16 Uji kausalitas jagka pedek dalam peelitia ii megacu pada persamaa (12) yag telah dipaparka sebelumya, dimaa keberadaa kausalitas Grager terbukti apabila uji F-statistik secara bersama-sama adalah sigifika. Kemudia uji kausalitas jagka pajag dalam peelitia ii aka megguaka metode error correctio model (ECM). Pedekata geeral to specific yag dikembagka David Hedry dijalaka utuk membagu model. Dega metode geeral to specific ii, model ECM memperoleh ilai koefisie da sigifikasi yag lebih realistis. 5 Pedekata ii merupaka estimasi ulag model ECM umum dega cara mereduksi/droppig lagged-variable yag tidak meujukka pegaruh secara sigifika dalam model. Pegguaa pedekata geeral to specific ii diharapka dapat memberika spesifikasi model ECM yag terbaik, dega kemampua seleksi model yag excellet sebagaimaa disimpulka oleh Campos, Ericsso, da Hedry (2005). Adapu hasil uji kausalitas bivariat atara variabel G - P, G - Y, da P - Y dimaksud 6 ditujukka pada tabel 6 berikut: Tabel 6. Hasil Uji Kausalitas Arah Kausalitas jagka pajag Kausalitas jagka pedek Kausalitas koef. ECT koef. dummy F-statistik P --> G -0.62[-3.56]* 0.08[0.82] 3.85(0.009)* G --> P -0.85[-7.25] 0.45[6.72]* 4.86(0.003)* Y --> G -0.74[-4.63]* 0.09[1.05] 4.01(0.003)* G --> Y -0.87[-3.00]* -0.20[-11.14]* 0.74(0.618) Y --> P -0.78[-8.69]* 0.50[8.71]* 3.54(0.014)* P --> Y 0.24[3.52]* -0.20[-12.92]* 2.65(0.046)* Ket: [ ] meujukka t-statistik; ( ) meujukka probabilitas; *, sigifika pada α:5% Sumber: hasil estimasi eviews 7.2 Sigifikasi variabel ECT da dummy diketahui dega membadigka atara ilai t-statistik yag diperoleh dega ilai t-tabel. Dega degree of freedom atara 38 da 43, maka ilai t-tabel pada tigkat kepercayaa 5% adalah atara 2,017 da 2,024. Sedagka sigifikasi uji F-statistik dapat diketahui melalui probabilitas F-statistikya. Kausalitas dalam jagka pedek terbukti apabila F-statistikya sigifika pada pada tigkat kepercayaa 5%. Sedagka utuk kausalitas jagka pajag, kita dapat melihat error correctio term (ECT) masig-masig persamaa. ECT yag egatif da sigifika secara statistik megidikasika adaya kausalitas dalam jagka pajag. Dari tabel 6 terlihat bahwa pada persamaa pertama e1t-1 secara statistik sigifika pada tigkat kepercayaa 5%, yag artiya dalam jagka pajag iflasi memberika pegaruh terhadap perubaha rasio pegeluara pemeritah terhadap GDP. Selajutya F-statistik terbukti sigifika pada tigkat kepercayaa 5%, dega demikia dalam jagka pedek perubaha tigkat iflasi juga meyebabka terjadiya perubaha dalam rasio pegeluara pemeritah terhadap GDP. Kemudia pada persamaa kedua, teryata e2t-1 secara statistik sigifika pada tigkat kepercayaa 5%, yag artiya bahwa dalam jagka pajag perubaha rasio pegeluara pemeritah terhadap GDP dapat meyebabka terjadiya perubaha tigkat iflasi. Demikia pula F-statistik yag diperoleh terbukti sigifika pada tigkat kepercayaa 5%, sehigga dalam jagka pedek, kausalitas terjadi dari rasio pegeluara pemeritah ke iflasi. Dega demikia dari hasil uji kausalitas persamaa pertama da kedua, dapat dikataka bahwa kausalitas jagka pedek da jagka pajag atara perubaha dalam rasio pegeluara pemeritah dega perubaha tigkat iflasi berlaku dua arah (feedback). Selajutya utuk persamaa ketiga da keempat, kausalitas dalam jagka pajag atara rasio pegeluara pemeritah dega pedapata asioal berlaku dua arah (bidirectioal causality). Hal tersebut ditujukka oleh sigifikasi e3 t-1 da e4 t-1 pada tigkat kepercayaa 5%. Kemudia utuk kausalitas dalam jagka pedekya haya terjadi satu arah dari pedapata asioal ke rasio 5 Model umum meujukka ilai koefisie ECT pada beberapa model kurag dari -1, da sebagia besar tidak lolos uji autokorelasi da heteroskedastisitas. 6 dega memasukka variabel dummy terhadap masig-masig model persamaa bivariat utuk memperhitugka adaya break poit pada tahu-tahu krisis (yaitu tahu 1965, 1966, da 1998).

17 pegeluara pemeritah, ditujukka oleh sigifikasi F-statistik pada persamaa ketiga serta tidak sigifikaya F-statistik pada persamaa keempat dega tigkat kepercayaa 5%. Kemudia utuk persamaa kelima da keeam, kausalitas dalam jagka pedek atara tigkat iflasi da pedapata asioal berlaku dua arah (bidirectioal causality). Hal ii ditujukka oleh sigifikasi F-statistik pada persamaa kelima da keeam dega tigkat kepercayaa 5%. Semetara itu, dalam jagka pajag kausalitas haya terjadi satu arah dari pedapata asioal ke iflasi. Ii ditujukka oleh e5t-1 pada persamaa kelima yag sigifika da egatif, semetara e6t-1 persamaa keeam meskipu secara statistik sigifika, aka tetapi memiliki koefisie positif. Semetara itu, dilihat dari pegaruh variabel dummy-ya, pada persamaa dega variabel depede rasio pegeluara pemeritah terhadap GDP, variabel dummy teryata tidak sigifika. Sehigga dapat dikataka rasio pegeluara pemeritah terhadap GDP tidak terpegaruh keberadaa tahu-tahu krisis ekoomi da politik ( ,da 1998). Sedagka pada persamaa dega variabel depede tigkat iflasi da pedapata asioal, variabel dummy terbukti sigifika dalam mempegaruhi variabel depede. Namu demikia pegaruhya terhadap kedua variabel depede (tigkat iflasi da pedapata asioal) berlawaa, yaitu berpegaruh positif terhadap tigkat iflasi da sebalikya egatif terhadap pedapata asioal. Dega demikia, dapat dikataka bahwa terdapat perbedaa sigifika yag mempegaruhi tigkat iflasi da pedapata asioal di tahu-tahu krisis ekoomi da politik ( ,da 1998). Terhadap persamaa yag diguaka dalam peelitia, telah dilakuka uji ormalitas megguaka uji Kolmogorov-Smirov da hasilya seluruh residual persamaa jagka pajag terdistribusi ormal pada tigkat sigifikasi 5%. Semetara itu, utuk persamaa jagka pedek pertama da ketiga residualya memeuhi asumsi ormalitas, semetara residual persamaa laiya tidak. Seluruh persamaa juga terbebas dari adaya multikoliearitas kecuali persamaa keempat, dimaa keberadaa multikoliearitas dapat diketahui dari ilai Variace Iflatio Factor (VIF) yag lebih dar0. Uji Lagrage-multiplier (LM) terhadap residual persamaa meujukka tidak terdapat serial correlatio pada residual, kecuali persamaa jagka pedek kedua da kelima. Aka tetapi uji Durbi-Watso meujukka bahwa residual persamaa tersebut berada pada daerah o-autokorelasi, sehiga dapat dikataka tidak ada autokorelasi. Uji heteroskedastisitas megguaka Breusch-Paga-Godfrey test juga meujukka model yag diguaka terbebas dari masalah heteroskedastisitas. Pembahasa Kausalitas atara rasio pegeluara pemeritah da iflasi dalam jagka pedek meujukka hubuga dua arah (feedback). Hasil ii sesuai dega hasil peelitia Ezirim, Muoghalu, da Elike (2008) di egara Amerika Serikat. Hasil ii juga medukug studi Magazzio (2011) utuk egara Italy serta hipotesis Aghevli-Kha yag meyebutka bahwa iflasi ditopag oleh defisit fiskal yag disebabka iflasi. Dalam hipotesis tersebut dijelaska bahwa pemeritah berusaha mejaga agar pegeluara riilya kosta terhadap keaika tigkat harga pada berbagai tigkat icome. Hasil ii meujukka bahwa iflasi dapat meyebabka perubaha dalam pegeluara pemeritah, da di lai pihak pegeluara pemeritah juga meyebabka iflasi. Keaika tigkat iflasi direspo dega cepat oleh pegeluara pemeritah sebagai kosume barag da jasa, amu demikia respo keaika pegeluara tersebut juga memberika dampak terhadap iflasi dalam jagka pedek. Pada faktaya, dalam jagka pedek keaika harga serig terjadi akibat adaya keaika gaji PNS tiap tahu. Semetara itu kausalitas jagka pajag atara rasio pegeluara pemeritah da iflasi juga berlaku dua arah, yag maa medukug peelitia Muharma (2013) di Idoesia. Dega demikia perubaha rasio pegeluara pemeritah dapat meyebabka perubaha dalam tigkat iflasi. Aka tetapi kecederuga iflasi yag selalu aik sesuai dega teori iersia iflasi, dimaa iflasi dapat terjadi karea memag diharapka oleh masyarakat. Dari hasil uji kausalitas atara pegeluara pemeritah da iflasi di atas, hipotesis peelitia ii dalam jagka pedek diterima sedagka hipotesis jagka pajagya ditolak. Merujuk pada teori critical limit Clark, sepertiya teori ii telah mejadi acua dalam pegambila kebijaka bidag aggara pegeluara di Idoesia, dimaa telah dipaparka sebelumya bahwa selama periode peelitia, pegeluara pemeritah total tidak perah melebihi 25% dari GDP. Namu demikia, kebeara teori ii belum sepeuhya terbukti di Idoesia

18 yag belum perah megalami pegeluara pemeritah yag melebihi critical limit tersebut, apalagi dalam peelitia ii telah terbukti bahwa pegeluara pemeritah Idoesia dapat meyebabka perubaha tigkat iflasi dalam jagka pajag. Kemudia utuk hasil uji kausalitas atara pegeluara pemeritah da pedapata asioal meujukka kausalitas satu arah dalam jagka pedek, yaitu dari pedapata asioal ke rasio pegeluara pemeritah. Dega demikia dalam jagka pedek haya berlaku Wager s Law di Idoesia, medukug peelitia Hamdi da Sbia (2013) di egara Portugal serta peelitia Permaa da Wika (2013) di Idoesia. Dari hasil tersebut dapat dikataka bahwa semaki besar output kegiata perekoomia maka semaki besar pula alokasi belaja pemeritah serta peerimaa egara baik dari pajak maupu o pajak. Besarya peerimaa egara aka diperguaka kembali utuk membiayai beberapa pos pegeluara egara yag diharapka aka dapat medorog fugsi pemeritah ke arah yag lebih baik. Selajutya hasil uji kausalitas atara rasio pegeluara pemeritah da pedapata asioal dalam jagka pajag meujukka adaya hubuga dua arah (bidirectioal causality). Sehigga dalam jagka pajag Wager s Law da hipotesis Keyesia sama-sama berlaku di Idoesia. Hal ii meujukka bahwa dalam jagka pedek perubaha rasio pegeluara pemeritah belum memberika dampak yag sigifika bagi pertumbuha ekoomi, aka tetapi dampakya baru dapat dirasaka dalam jagka pajag. Hasil dua arah tersebut sesuai dega peelitia Olaiya, Nwosa, da Amassoma (2012) yag megguaka metode VECM di Nigeria, aka tetapi berbeda dega peelitia Doga da Tag (2006) yag meemuka bahwa di Idoesia (megguaka estimasi ECM) tidak terdapat kausalitas atara pegeluara pemeritah da pertumbuha ekoomi, padahal dalam peelitia mereka ditemuka adaya hubuga koitegrasi atara kedua variabel. Semetara pada peelitia Permaa da Wika (2013) diperoleh hasil yag sesuai dega Wager s Law. Pegguaa data, retag waktu data, da metode yag berbeda mejadi peyebab hasil peelitia yag berbeda. Dari hasil di atas, hipotesis peelitia ii utuk kausalitas atara pegeluara pemeritah da pertumbuha ekoomi dalam jagka pedek dapat ditolak, semetara hipotesis dalam jagka pajagya diterima. Kemudia utuk hasil uji kausalitas atara pedapata asioal da iflasi, dalam jagka pedek terjadi kausalitas dua arah. Hal ii megidikasika bahwa perubaha tigkat iflasi jagka pedek meyebabka perubaha dalam output asioal yag megakomodasi model upah kaku. Namu dalam jagka pajag aka terjadi peyesuaia upah, sehigga haya terjadi kausalitas searah yaitu dari pedapata ekoomi ke iflasi. Hasil ii hampir sama dega hasil peelitia Mallik da Chowdhury (2001) dalam jagka pedek maupu jagka pajag. Aka tetapi, hasil peelitia ii tidak medukug peelitia Yeh (2009) yag meujukka bahwa bagi egara berkembag pertumbuha ekoomi tidak meyebabka iflasi. Hasil uji kausalitas atara iflasi da pedapata asioal dalam jagka pedek meujukka bahwa hipotesis peelitia ii ditolak, semetara hipotesis dalam jagka pajag diterima. Selajutya pegguaa variabel dummy terbukti mempegaruhi hasil peelitia, terutama bagi variabel depede iflasi da pedapata asioal yag variabel dummy-ya sigifika. Nilai dummy yag positif da sigifika pada persamaa dega variabel depede iflasi meujukka bahwa pada masa terjadi krisis ekoomi da politik, tigkat iflasi cederug melojak. Semetara tada egatif pada variabel dummy utuk persamaa dega variabel depede pedapata asioal meujukka bahwa ketika tejadi krisis ekoomi da politik, output asioal aka megalami peurua yag cukup drastis. Implikasi kebijaka yag dapat disimpulka dari hasil uji kausalitas ii atara lai: 1) Pemeritah harus fokus terhadap tujua jagka pajag dari pegeluara egara utuk pembagua asioal yag lebih baik, meskipu dalam jagka pedek belum terasa mafaatya karea pegaruhya yag lebih berimbas ke iflasi. 2) Keigia pemeritah utuk megedalika iflasi jaga sampai megorbaka efek pegeluara pemeritah terhadap pedapata asioal dalam jagka pajag. 3) Iflasi sebagai akibat dari keaika pedapata asioal memperlihatka bahwa tigkat kosumsi di Idoesia sagat tiggi, sehigga pemeritah perlu medorog produktifitas produse dalam egeri lebih jauh utuk memeuhi kebutuha kosumsi masyarakatya, misalya dega peyediaa ifrastruktur da fasilitas publik yag lebih baik. 4) Pemeritah perlu berhati-hati dalam meagai hal-hal yag dapat meimbulka krisis ekoomi da politik, misalya hutag luar egeri, potesi gejolak ilai tukar, da acama provokasi dalam masyarakat.

PENGARUH INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI PROPINSI JAMBI

PENGARUH INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI PROPINSI JAMBI Halama Tulisa Jural (Judul da Abstraksi) Jural Paradigma Ekoomika Vol.1, No.5 April 2012 PENGARUH INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI PROPINSI JAMBI Oleh : Imelia.,SE.MSi Dose Jurusa Ilmu Ekoomi da Studi Pembagua,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. berdasarkan tujuan penelitian (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kota

IV. METODE PENELITIAN. berdasarkan tujuan penelitian (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kota IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi da Waktu Peelitia ii dilaksaaka di Kota Bogor Pemiliha lokasi peelitia berdasarka tujua peelitia (purposive) dega pertimbaga bahwa Kota Bogor memiliki jumlah peduduk yag

Lebih terperinci

MATERI 10 ANALISIS EKONOMI

MATERI 10 ANALISIS EKONOMI MATERI 10 ANALISIS EKONOMI TOP-DOWN APPROACH KONDISI EKONOMI DAN PASAR MODAL VARIABEL EKONOMI MAKRO MERAMAL PERUBAHAN PASAR MODAL 10-1 TOP-DOWN APPROACH Dalam melakuka aalisis peilaia saham, ivestor bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggerogoti stabilitas ekonomi suatu negara yang sedang melakukan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. menggerogoti stabilitas ekonomi suatu negara yang sedang melakukan pembangunan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag Iflasi merupaka suatu feomea moeter yag selalu meresahka da meggerogoti stabilitas ekoomi suatu egara yag sedag melakuka pembagua. Iflasi yag melebihi agka dua digit,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi da Waktu Peelitia Daerah peelitia adalah Kota Bogor yag terletak di Provisi Jawa Barat. Pemiliha lokasi ii berdasarka pertimbaga atara lai: (1) tersediaya Tabel Iput-Output

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN 49 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat da Waktu Peelitia Ruag ligkup peelitia mecakup perekoomia Provisi NTT utuk megkaji peraa sektor pertaia dalam perekoomia. Kajia ii diaggap perlu utuk dilakuka dega

Lebih terperinci

= Keterkaitan langsung ke belakang sektor j = Unsur matriks koefisien teknik

= Keterkaitan langsung ke belakang sektor j = Unsur matriks koefisien teknik Aalisis Sektor Kuci Dimaa : KLBj aij = Keterkaita lagsug ke belakag sektor j = Usur matriks koefisie tekik (b). Keterkaita Ke Depa (Forward Ligkage) Forward ligkage meujukka peraa suatu sektor tertetu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi NTB, BPS pusat, dan instansi lain

III. METODE PENELITIAN. Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi NTB, BPS pusat, dan instansi lain III. METODE PENELITIAN 3.1 Jeis da Sumber Data Data yag diguaka pada peelitia ii merupaka data sekuder yag diperoleh dari Bada Pusat Statistik (BPS) Provisi NTB, Bada Perecaaa Pembagua Daerah (BAPPEDA)

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi da Waktu Peelitia Lokasi peelitia dilakuka di PT. Bak Bukopi, Tbk Cabag Karawag yag berlokasi pada Jala Ahmad Yai No.92 Kabupate Karawag, Jawa Barat da Kabupate Purwakarta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis regresi menjadi salah satu bagian statistika yang paling banyak aplikasinya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis regresi menjadi salah satu bagian statistika yang paling banyak aplikasinya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Aalisis regresi mejadi salah satu bagia statistika yag palig bayak aplikasiya. Aalisis regresi memberika keleluasaa kepada peeliti utuk meyusu model hubuga atau pegaruh

Lebih terperinci

ANALISIS TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN Erie Sadewo

ANALISIS TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN Erie Sadewo ANALISIS TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2010 Erie Sadewo Kodisi Makro Ekoomi Kepulaua Riau Pola perekoomia suatu wilayah secara umum dapat diyataka meurut sisi peyediaa (supply), permitaa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Barat yang terhitung

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Barat yang terhitung 42 III. METODE PENELITIAN 3.. Lokasi da Waktu Peelitia Lokasi peelitia dilakuka di Provisi Sumatera Barat yag terhitug mulai miggu ketiga bula April 202 higga miggu pertama bula Mei 202. Provisi Sumatera

Lebih terperinci

4/15/2009. Arti investasi : a. Hasil penjualan. b. Biaya c. Ekspektasi dan kepercayaan.

4/15/2009. Arti investasi : a. Hasil penjualan. b. Biaya c. Ekspektasi dan kepercayaan. Arti ivestasi : a. Hasil pejuala. b. Biaya c. Ekspektasi da kepercayaa. Ivestasi : peigkata barag modal berujud Kekuata Ekoomi Utama; Hasil pegembalia ivestasi yag dipegaruhi oleh struktur ekoomi, biaya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi da Waktu peelitia Peelitia dilakuka pada budidaya jamur tiram putih yag dimiliki oleh usaha Yayasa Paguyuba Ikhlas yag berada di Jl. Thamri No 1 Desa Cibeig, Kecamata Pamijaha,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Identifikasi Variabel dan Data yang Digunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Identifikasi Variabel dan Data yang Digunakan 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Idetifikasi Variabel da Data yag Diguaka Berdasarka kajia literatur, peelitia ii aka megguaka pedekata kuatitatif deskriptif yag merupaka pegujia hipotesis dega data

Lebih terperinci

PEMODELAN SUKU BUNGA DAN INFLASI DENGAN PENDEKATAN THRESHOLD VECTOR ERROR CORRECTION MODEL. Surabaya, 30 Januari 2011

PEMODELAN SUKU BUNGA DAN INFLASI DENGAN PENDEKATAN THRESHOLD VECTOR ERROR CORRECTION MODEL. Surabaya, 30 Januari 2011 PEMODELAN SUKU BUNGA DAN INFLASI DENGAN PENDEKAAN HRESHOLD VECOR ERROR CORRECION MODEL OLEH : HERI PURNOMO 1309201721 PEMBIMBING : Dr. PURHADI, M.Sc Surabaya, 30 Jauari 2011 Pedahulua Suku buga da iflasi

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 89 BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH Dalam upaya mearik kesimpula da megambil keputusa, diperluka asumsi-asumsi da perkiraa-perkiraa. Secara umum hipotesis statistik merupaka peryataa megeai distribusi probabilitas

Lebih terperinci

PETA KONSEP RETURN dan RISIKO PORTOFOLIO

PETA KONSEP RETURN dan RISIKO PORTOFOLIO PETA KONSEP RETURN da RISIKO PORTOFOLIO RETURN PORTOFOLIO RISIKO PORTOFOLIO RISIKO TOTAL DIVERSIFIKASI PORTOFOLIO DENGAN DUA AKTIVA PORTOFOLIO DENGAN BANYAK AKTIVA DEVERSIFIKASI DENGAN BANYAK AKTIVA DEVERSIFIKASI

Lebih terperinci

STATISTICS. Hanung N. Prasetyo Week 11 TELKOM POLTECH/HANUNG NP

STATISTICS. Hanung N. Prasetyo Week 11 TELKOM POLTECH/HANUNG NP STATISTICS Haug N. Prasetyo Week 11 PENDAHULUAN Regresi da korelasi diguaka utuk megetahui hubuga dua atau lebih kejadia (variabel) yag dapat diukur secara matematis. Ada dua hal yag diukur atau diaalisis,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Aalisis Regresi Istilah regresi pertama kali diperkealka oleh seorag ahli yag berama Facis Galto pada tahu 1886. Meurut Galto, aalisis regresi berkeaa dega studi ketergatuga dari suatu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Keragka Pemikira Peelitia Perkembaga zama yag meutut setiap idividu baik dari segi kemampua maupu peampila. Boss Parfum yag bergerak di bidag isi ulag miyak wagi didirika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yaitu PT. Sinar Gorontalo Berlian Motor, Jl. H. B Yassin no 28

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yaitu PT. Sinar Gorontalo Berlian Motor, Jl. H. B Yassin no 28 5 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Peelitia da Waktu Peelitia Sehubuga dega peelitia ii, lokasi yag dijadika tempat peelitia yaitu PT. Siar Gorotalo Berlia Motor, Jl. H. B Yassi o 8 Kota Gorotalo.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Peelitia Peelitia ii dilaksaaka di kawasa huta magrove, yag berada pada muara sugai Opak di Dusu Baros, Kecamata Kretek, Kabupate Batul. Populasi dalam peelitia ii adalah

Lebih terperinci

PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI DI PASAR SAHAM: BUKTI DARI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE

PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI DI PASAR SAHAM: BUKTI DARI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE ISSN : 2355-9357 e-proceedig of Maagemet : Vol.4, No.1 April 2017 Page 395 PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI DI PASAR SAHAM: BUKTI DARI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2006-2015 IMPACT OF MACROECONOMIC

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Statistika merupakan salah satu cabang penegtahuan yang paling banyak mendapatkan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Statistika merupakan salah satu cabang penegtahuan yang paling banyak mendapatkan BAB LANDASAN TEORI. Pegertia Regresi Statistika merupaka salah satu cabag peegtahua yag palig bayak medapatka perhatia da dipelajari oleh ilmua dari hamper semua bidag ilmu peegtahua, terutama para peeliti

Lebih terperinci

Pedahulua Hipotesis: asumsi atau dugaa semetara megeai sesuatu hal. Ditutut utuk dilakuka pegeceka kebearaya. Jika asumsi atau dugaa dikhususka megeai

Pedahulua Hipotesis: asumsi atau dugaa semetara megeai sesuatu hal. Ditutut utuk dilakuka pegeceka kebearaya. Jika asumsi atau dugaa dikhususka megeai PENGUJIAN HIPOTESIS Pedahulua Hipotesis: asumsi atau dugaa semetara megeai sesuatu hal. Ditutut utuk dilakuka pegeceka kebearaya. Jika asumsi atau dugaa dikhususka megeai ilai-ilai parameter populasi,

Lebih terperinci

REGRESI LINIER SEDERHANA

REGRESI LINIER SEDERHANA REGRESI LINIER SEDERHANA REGRESI, KAUSALITAS DAN KORELASI DALAM EKONOMETRIKA Regresi adalah salah satu metode aalisis statistik yag diguaka utuk melihat pegaruh atara dua atau lebih variabel Kausalitas

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pusat Statistik dan dari berbagai sumber lain yang dianggap relevan dengan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pusat Statistik dan dari berbagai sumber lain yang dianggap relevan dengan 4.. Jeis da Sumber Data IV. METODOLOGI PENELITIAN Peelitia ii megguaka data sekuder yag diperoleh dari Bada Pusat Statistik da dari berbagai sumber lai yag diaggap releva dega peelitia. Utuk keperlua aalisis,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 6 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desai Peelitia Meurut Kucoro (003:3): Peelitia ilmiah merupaka usaha utuk megugkapka feomea alami fisik secara sistematik, empirik da rasioal. Sistematik artiya proses yag

Lebih terperinci

Inflasi dan Indeks Harga I

Inflasi dan Indeks Harga I PERTEMUAN 1 Iflasi da Ideks Harga I 1 1 TEORI RINGKAS A Pegertia Agka Ideks Agka ideks merupaka suatu kosep yag dapat memberika gambara tetag perubaha-perubaha variabel dari suatu priode ke periode berikutya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN. Perumusan - Sasaran - Tujuan. Pengidentifikasian dan orientasi - Masalah.

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN. Perumusan - Sasaran - Tujuan. Pengidentifikasian dan orientasi - Masalah. BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1. DIAGRAM ALIR PENELITIAN Perumusa - Sasara - Tujua Pegidetifikasia da orietasi - Masalah Studi Pustaka Racaga samplig Pegumpula Data Data Primer Data Sekuder

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disai Peelitia Tujua Jeis Peelitia Uit Aalisis Time Horiso T-1 Assosiatif survey Orgaisasi Logitudial T-2 Assosiatif survey Orgaisasi Logitudial T-3 Assosiatif survey Orgaisasi

Lebih terperinci

PENAKSIRAN DAN PERAMALAN BIAYA D. PENAKSIRAN BIAYA JANGKA PANJANG E. PERAMALAN BIAYA

PENAKSIRAN DAN PERAMALAN BIAYA D. PENAKSIRAN BIAYA JANGKA PANJANG E. PERAMALAN BIAYA PENAKSIRAN DAN PERAMALAN BIAYA Ari Darmawa, Dr. S.AB, M.AB Email: aridarmawa_fia@ub.ac.id A. PENDAHULUAN B. PENAKSIRAN DAN PRAKIRAAN FUNGSI BIAYA C. PENAKSIRAN JANGKA PENDEK - Ekstrapolasi sederhaa - Aalisis

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur 0 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi da Waktu Peelitia Peelitia ii dilakuka di SMA Negeri Way Jepara Kabupate Lampug Timur pada bula Desember 0 sampai Mei 03. B. Populasi da Sampel Populasi dalam peelitia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. objek penelitian yang penulis lakukan adalah Beban Operasional susu dan Profit

BAB III METODE PENELITIAN. objek penelitian yang penulis lakukan adalah Beban Operasional susu dan Profit BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Peelitia Objek peelitia merupaka sasara utuk medapatka suatu data. Jadi, objek peelitia yag peulis lakuka adalah Beba Operasioal susu da Profit Margi (margi laba usaha).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian TINJAUAN PUSTAKA Pegertia Racaga peelitia kasus-kotrol di bidag epidemiologi didefiisika sebagai racaga epidemiologi yag mempelajari hubuga atara faktor peelitia dega peyakit, dega cara membadigka kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakag Peelitia Keadaa perekoomia yag terus berubah-ubah aka mempegaruhi tigkat pertumbuha perusahaa-perusahaa yag ada di Idoesia. Utuk itu, perusahaa yag ada di Idoesia harus

Lebih terperinci

simulasi selama 4,5 jam. Selama simulasi dijalankan, animasi akan muncul pada dijalankan, ProModel akan menyajikan hasil laporan statistik mengenai

simulasi selama 4,5 jam. Selama simulasi dijalankan, animasi akan muncul pada dijalankan, ProModel akan menyajikan hasil laporan statistik mengenai 37 Gambar 4-3. Layout Model Awal Sistem Pelayaa Kedai Jamoer F. Aalisis Model Awal Model awal yag telah disusu kemudia disimulasika dega waktu simulasi selama 4,5 jam. Selama simulasi dijalaka, aimasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Maajeme risiko merupaka salah satu eleme petig dalam mejalaka bisis perusahaa karea semaki berkembagya duia perusahaa serta meigkatya kompleksitas aktivitas perusahaa

Lebih terperinci

REGRESI LINIER DAN KORELASI. Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yang mudah didapat atau tersedia. Dapat dinyatakan

REGRESI LINIER DAN KORELASI. Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yang mudah didapat atau tersedia. Dapat dinyatakan REGRESI LINIER DAN KORELASI Variabel dibedaka dalam dua jeis dalam aalisis regresi: Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yag mudah didapat atau tersedia. Dapat diyataka dega X 1, X,, X k

Lebih terperinci

Pengendalian Proses Menggunakan Diagram Kendali Median Absolute Deviation (MAD)

Pengendalian Proses Menggunakan Diagram Kendali Median Absolute Deviation (MAD) Prosidig Statistika ISSN: 2460-6456 Pegedalia Proses Megguaka Diagram Kedali Media Absolute Deviatio () 1 Haida Lestari, 2 Suliadi, 3 Lisur Wachidah 1,2,3 Prodi Statistika, Fakultas Matematika da Ilmu

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kawasan Pantai Anyer, Kabupaten Serang

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kawasan Pantai Anyer, Kabupaten Serang IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi da Waktu Peelitia Peelitia ii dilakuka di Kawasa Patai Ayer, Kabupate Serag Provisi Bate. Lokasi ii dipilih secara segaja atau purposive karea Patai Ayer merupaka salah

Lebih terperinci

oleh hasil kali Jika dan keduanya fungsi yang dapat didiferensialkan, maka

oleh hasil kali Jika dan keduanya fungsi yang dapat didiferensialkan, maka Itegral etu Jika fugsi kotiu yag didefiisika utuk, kita bagi selag mejadi selag bagia berlebar sama Misalka berupa titik ujug selag bagia ii da pilih titik sampel di dalam selag bagia ii, sehigga terletak

Lebih terperinci

BAB III ECONOMIC ORDER QUANTITY MULTIITEM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA DAN FAKTOR DISKON

BAB III ECONOMIC ORDER QUANTITY MULTIITEM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA DAN FAKTOR DISKON BAB III ECONOMIC ORDER QUANTITY MULTIITEM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARA DAN FAKTOR DIKON 3.1 Ecoomic Order Quatity Ecoomic Order Quatity (EOQ) merupaka suatu metode yag diguaka utuk megedalika

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi da waktu Peelitia ii dilakuka di PD Pacet Segar milik Alm Bapak H. Mastur Fuad yag beralamat di Jala Raya Ciherag o 48 Kecamata Cipaas, Kabupate Ciajur, Propisi Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi Negara yang mempunyai wilayah terdiri dari pulau-pulau yang dikelilingi lautan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi Negara yang mempunyai wilayah terdiri dari pulau-pulau yang dikelilingi lautan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Bagi Negara yag mempuyai wilayah terdiri dari pulau-pulau yag dikeliligi lauta, laut merupaka saraa trasportasi yag dimia, sehigga laut memiliki peraa yag petig bagi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi da Waktu Peelitia Peelitia ii dilakuka di SMA Negeri Way Jepara Kabupate Lampug Timur pada bula Desember 0 sampai dega Mei 03. B. Populasi da Sampel Populasi dalam

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO INVESTASI

MANAJEMEN RISIKO INVESTASI MANAJEMEN RISIKO INVESTASI A. PENGERTIAN RISIKO Resiko adalah peyimpaga hasil yag diperoleh dari recaa hasil yag diharapka Besarya tigkat resiko yag dimasukka dalam peilaia ivestasi aka mempegaruhi besarya

Lebih terperinci

Bab III Metoda Taguchi

Bab III Metoda Taguchi Bab III Metoda Taguchi 3.1 Pedahulua [2][3] Metoda Taguchi meitikberatka pada pecapaia suatu target tertetu da meguragi variasi suatu produk atau proses. Pecapaia tersebut dilakuka dega megguaka ilmu statistika.

Lebih terperinci

MATERI 13 ANALISIS TEKNIKAL ANALISIS TEKNIKAL

MATERI 13 ANALISIS TEKNIKAL ANALISIS TEKNIKAL MATERI 13 ANALISIS TEKNIKAL ASUMSI-ASUMSI DASAR ANALISIS TEKNIKAL KEUNTUNGAN DAN KRITIK TERHADAP ANALISIS TEKNIKAL TEKNIK-TEKNIK DALAM ANALISIS TEKNIKAL - The Dow Theory - Chart Pola Pergeraka Harga Saham

Lebih terperinci

STATISTIKA ANALISIS REGRESI DAN KORELASI LINIER SEDERHANA

STATISTIKA ANALISIS REGRESI DAN KORELASI LINIER SEDERHANA STATISTIKA ANALISIS REGRESI DAN KORELASI LINIER SEDERHANA OUTLINE LANJUTAN Peetua garis duga regresi dega Metode OLS kostata a da koefisie b Aalisis Varias komposisi variasi sekitar garis r da r Stadard

Lebih terperinci

Economics Development Analysis Journal

Economics Development Analysis Journal EDAJ 6 (4) (2017) Ecoomics Developmet Aalysis Joural http://joural.ues.ac.id/sju/idex.php/edaj Kausalitas Ekspor Idoesia ke Tiogkok dega Iflasi Idoesia, Suku Buga Dasar Tiogkok, da Nilai Tukar Idoesia

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Kerangka acuan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Kerangka acuan dalam penelitian ini adalah metode penelitian BAB II METODOLOGI PEELITIA 2.1. Betuk Peelitia Betuk peelitia dapat megacu pada peelitia kuatitatif atau kualitatif. Keragka acua dalam peelitia ii adalah metode peelitia kuatitatif yag aka megguaka baik

Lebih terperinci

Model Pertumbuhan BenefitAsuransi Jiwa Berjangka Menggunakan Deret Matematika

Model Pertumbuhan BenefitAsuransi Jiwa Berjangka Menggunakan Deret Matematika Prosidig Semirata FMIPA Uiversitas Lampug, 0 Model Pertumbuha BeefitAsurasi Jiwa Berjagka Megguaka Deret Matematika Edag Sri Kresawati Jurusa Matematika FMIPA Uiversitas Sriwijaya edagsrikresawati@yahoocoid

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Variabel X merupakan variabel bebas adalah kepemimpinan dan motivasi,

III. METODE PENELITIAN. Variabel X merupakan variabel bebas adalah kepemimpinan dan motivasi, 7 III. METODE PENELITIAN 3.1 Idetifikasi Masalah Variabel yag diguaka dalam peelitia ii adalah variabel X da variabel Y. Variabel X merupaka variabel bebas adalah kepemimpia da motivasi, variabel Y merupaka

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI

REGRESI DAN KORELASI REGRESI DAN KORELASI Pedahulua Dalam kehidupa sehari-hari serig ditemuka masalah/kejadia yagg salig berkaita satu sama lai. Kita memerluka aalisis hubuga atara kejadia tersebut Dalam bab ii kita aka membahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakag Permasalaha Matematika merupaka Quee ad servat of sciece (ratu da pelaya ilmu pegetahua). Matematika dikataka sebagai ratu karea pada perkembagaya tidak tergatug pada

Lebih terperinci

BAB VIII MASALAH ESTIMASI SATU DAN DUA SAMPEL

BAB VIII MASALAH ESTIMASI SATU DAN DUA SAMPEL BAB VIII MASAAH ESTIMASI SAT DAN DA SAMPE 8.1 Statistik iferesial Statistik iferesial suatu metode megambil kesimpula dari suatu populasi. Ada dua pedekata yag diguaka dalam statistik iferesial. Pertama,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 34 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jeis da Sumber Data Data yag diguaka dalam peelitia ii adalah data sekuder yag bersifat kuatitatif. Data yag dikumpulka ada yag berupa data bulaa da data kuartala. Karea

Lebih terperinci

BAB III 1 METODE PENELITAN. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 2 Batudaa Kab. Gorontalo dengan

BAB III 1 METODE PENELITAN. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 2 Batudaa Kab. Gorontalo dengan BAB III METODE PENELITAN. Tempat Da Waktu Peelitia Peelitia dilakuka di SMP Negeri Batudaa Kab. Gorotalo dega subject Peelitia adalah siswa kelas VIII. Pemiliha SMP Negeri Batudaa Kab. Gorotalo. Adapu

Lebih terperinci

Pendugaan Selang: Metode Pivotal Langkah-langkahnya 1. Andaikan X1, X

Pendugaan Selang: Metode Pivotal Langkah-langkahnya 1. Andaikan X1, X Pedugaa Selag: Metode Pivotal Lagkah-lagkahya 1. Adaika X1, X,..., X adalah cotoh acak dari populasi dega fugsi kepekata f( x; ), da parameter yag tidak diketahui ilaiya. Adaika T adalah peduga titik bagi..

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Racaga Peelitia 1. Pedekata Peelitia Peelitia ii megguaka pedekata kuatitatif karea data yag diguaka dalam peelitia ii berupa data agka sebagai alat meetuka suatu keteraga.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi da Waktu Peelitia Peelitia ii dilaksaaka di tiga kator PT Djarum, yaitu di Kator HQ (Head Quarter) PT Djarum yag bertempat di Jala KS Tubu 2C/57 Jakarta Barat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakag Statistika iferesi merupaka salah satu cabag statistika yag bergua utuk meaksir parameter. Peaksira dapat diartika sebagai dugaa atau perkiraa atas sesuatu yag aka terjadi

Lebih terperinci

i adalah indeks penjumlahan, 1 adalah batas bawah, dan n adalah batas atas.

i adalah indeks penjumlahan, 1 adalah batas bawah, dan n adalah batas atas. 4 D E R E T Kosep deret merupaka kosep matematika yag cukup populer da aplikatif khusuya dalam kasus-kasus yag meyagkut perkembaga da pertumbuha suatu gejala tertetu. Apabila perkembaga atau pertumbuha

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Saham Saham adalah surat berharga yag dapat dibeli atau dijual oleh peroraga atau lembaga di pasar tempat surat tersebut diperjualbelika. Sebagai istrumet ivestasi, saham memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Variabel da Defiisi Operasioal Variabel-variabel yag diguaka pada peelitia ii adalah: a. Teaga kerja, yaitu kotribusi terhadap aktivitas produksi yag diberika oleh para

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif-kuantitatif, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif-kuantitatif, karena 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Jeis Peelitia Peelitia ii merupaka jeis peelitia deskriptif-kuatitatif, karea melalui peelitia ii dapat dideskripsika fakta-fakta yag berupa kemampua siswa kelas VIII SMP

Lebih terperinci

Statistika Inferensial

Statistika Inferensial Cofidece Iterval Ara Fariza Statistika Iferesial Populasi Sampel Simpulka (estimasi) tetag parameter Medapatka statistik Estimasi: estimasi titik, estimasi iterval, uji hipotesa 2 1 Proses Estimasi Populasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perecaaa Produksi 2.1.1 Pegertia Perecaaa Produksi Perecaaa produksi dapat diartika sebagai proses peetua sumber-sumber yag diperluka utuk melaksaaka operasi maufaktur da megalokasikaya

Lebih terperinci

ESTIMASI. (PENDUGAAN STATISTIK) Ir. Tito Adi Dewanto. Statistika

ESTIMASI. (PENDUGAAN STATISTIK) Ir. Tito Adi Dewanto. Statistika Wed 6/0/3 ETIMAI (PENDUGAAN TATITIK) Ir. Tito Adi Dewato tatistika Deskriptif Iferesi Estimasi Uji Hipotesis Titik Retag Estimasi da Uji Hipotesis Dilakuka setelah peelitia dalam tahap pegambila suatu

Lebih terperinci

I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT

I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT. Pedahulua Pembahasa tetag deret takhigga sebagai betuk pejumlaha suku-suku takhigga memegag peraa petig dalam fisika. Pada bab ii aka dibahas megeai pegertia deret da

Lebih terperinci

6. Pencacahan Lanjut. Relasi Rekurensi. Pemodelan dengan Relasi Rekurensi

6. Pencacahan Lanjut. Relasi Rekurensi. Pemodelan dengan Relasi Rekurensi 6. Pecacaha Lajut Relasi Rekuresi Relasi rekuresi utuk dereta {a } adalah persamaa yag meyataka a kedalam satu atau lebih suku sebelumya, yaitu a 0, a,, a -, utuk seluruh bilaga bulat, dega 0, dimaa 0

Lebih terperinci

BAB 6: ESTIMASI PARAMETER (2)

BAB 6: ESTIMASI PARAMETER (2) Bab 6: Estimasi Parameter () BAB 6: ESTIMASI PARAMETER (). ESTIMASI PROPORSI POPULASI Proporsi merupaka perbadiga atara terjadiya suatu peristiwa dega semua kemugkiaa peritiwa yag bisa terjadi. Besara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Distribusi Ekspoesial Fugsi ekspoesial adalah salah satu fugsi yag palig petig dalam matematika. Biasaya, fugsi ii ditulis dega otasi exp(x) atau e x, di maa e adalah basis logaritma

Lebih terperinci

Mata Kuliah : Matematika Diskrit Program Studi : Teknik Informatika Minggu ke : 4

Mata Kuliah : Matematika Diskrit Program Studi : Teknik Informatika Minggu ke : 4 Program Studi : Tekik Iformatika Miggu ke : 4 INDUKSI MATEMATIKA Hampir semua rumus da hukum yag berlaku tidak tercipta dega begitu saja sehigga diraguka kebearaya. Biasaya, rumus-rumus dapat dibuktika

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA ANGGARAN DAN REALISASI PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERMERINTAH KOTA SAMARINDA

ANALISIS KINERJA ANGGARAN DAN REALISASI PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERMERINTAH KOTA SAMARINDA ANALISIS KINERJA ANGGARAN DAN REALISASI PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERMERINTAH KOTA SAMARINDA Rai Febri Ramadai. Elfreda Aploia Lau, Suyati Jurusa Akutasi, Fakultas Ekoomi Uiversitas 17 Agustus 1945

Lebih terperinci

kesimpulan yang didapat.

kesimpulan yang didapat. Bab ii merupaka bab peutup yag merupaka hasil da kesimpula dari pembahasa serta sara peulis berdasarka kesimpula yag didapat. BAB LANDASAN TEORI. Kosep Dasar Peramala Peramala adalah kegiata utuk memperkiraka

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI MIA SMA Negeri 5

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI MIA SMA Negeri 5 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi da Sampel Peelitia Populasi dalam peelitia ii adalah semua siswa kelas I MIA SMA Negeri 5 Badar Lampug Tahu Pelajara 04-05 yag berjumlah 48 siswa. Siswa tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang tepat dalam sebuah penelitian ditentukan guna menjawab

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang tepat dalam sebuah penelitian ditentukan guna menjawab BAB III METODE PENELITIAN Metode peelitia merupaka suatu cara atau prosedur utuk megetahui da medapatka data dega tujua tertetu yag megguaka teori da kosep yag bersifat empiris, rasioal da sistematis.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN 1 Latar belakag Model pertumbuha Solow-Swa (the Solow-Swa growth model) atau disebut juga model eoklasik (the eo-classical model) pertama kali dikembagka pada tahu 195 oleh Robert Solow da

Lebih terperinci

Penyelesaian: Variables Entered/Removed a. a. Dependent Variable: Tulang b. All requested variables entered.

Penyelesaian: Variables Entered/Removed a. a. Dependent Variable: Tulang b. All requested variables entered. 2. Pelajari data dibawah ii, tetuka depede da idepede variabel serta : a) Hitug Sum of Square for Regressio (X) b) Hitug Sum of Square for Residual c) Hitug Meas Sum of Square for Regressio (X) d) Hitug

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakag Didalam melakuka kegiata suatu alat atau mesi yag bekerja, kita megeal adaya waktu hidup atau life time. Waktu hidup adalah lamaya waktu hidup suatu kompoe atau uit pada

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Regresi Robust Estimasi Least Trimmed Square, Estimasi Scale, dan Estimasi Method Of Moment

Perbandingan Metode Regresi Robust Estimasi Least Trimmed Square, Estimasi Scale, dan Estimasi Method Of Moment PRISMA 1 (2018) https://joural.ues.ac.id/sju/idex.php/prisma/ Perbadiga Metode Regresi Robust Estimasi Least Trimmed Square, Estimasi Scale, da Estimasi Method Of Momet Muhammad Bohari Rahma, Edy Widodo

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kelas VIII semester ganjil SMP Sejahtera I Bandar Lampung tahun pelajaran 2010/2011

III. METODE PENELITIAN. kelas VIII semester ganjil SMP Sejahtera I Bandar Lampung tahun pelajaran 2010/2011 III. METODE PENELITIAN A. Latar Peelitia Peelitia ii merupaka peelitia yag megguaka total sampel yaitu seluruh siswa kelas VIII semester gajil SMP Sejahtera I Badar Lampug tahu pelajara 2010/2011 dega

Lebih terperinci

JENIS PENDUGAAN STATISTIK

JENIS PENDUGAAN STATISTIK ENDUGAAN STATISTIK ENDAHULUAN Kosep pedugaa statistik diperluka utuk membuat dugaa dari gambara populasi. ada pedugaa statistik dibutuhka pegambila sampel utuk diaalisis (statistik sampel) yag ati diguaka

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Keragka Pemikira Pegukura kierja keuaga perusahaa pada dasarya dilaksaaka karea igi megetahui tigkat profitabilitas (keutuga) da tigkat resiko atau tigkat kesehata suatu

Lebih terperinci

MATEMATIKA EKONOMI 1 Deret. DOSEN Fitri Yulianti, SP, MSi.

MATEMATIKA EKONOMI 1 Deret. DOSEN Fitri Yulianti, SP, MSi. MATEMATIKA EKONOMI 1 Deret DOSEN Fitri Yuliati, SP, MSi. Deret Deret ialah ragkaia bilaga yag tersusu secara teratur da memeuhi kaidah-kaidah tertetu. Bilaga-bilaga yag merupaka usur da pembetuk sebuah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dengan penelitian perpustakaan ini dapat dijadikan landasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dengan penelitian perpustakaan ini dapat dijadikan landasan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.. Jeis Peelitia Peelitia perpustakaa yaitu peelitia yag pada hakekatya data yag diperoleh dega peelitia perpustakaa ii dapat dijadika ladasa dasar da alat utama bagi pelaksaaa

Lebih terperinci

Nama : INDRI SUCI RAHMAWATI NIM : ANALISIS REGRESI SESI 01 HAL

Nama : INDRI SUCI RAHMAWATI NIM : ANALISIS REGRESI SESI 01 HAL Nama : INDRI SUCI RAHMAWATI NIM : 2015-32-005 ANALISIS REGRESI SESI 01 HAL. 86-88 Latiha 2 Pelajari data dibawah ii, tetuka depede da idepede variabel serta : a. Hitug Sum of Square for Regressio (X) b.

Lebih terperinci

Pertemuan Ke-11. Teknik Analisis Komparasi (t-test)_m. Jainuri, M.Pd

Pertemuan Ke-11. Teknik Analisis Komparasi (t-test)_m. Jainuri, M.Pd Pertemua Ke- Komparasi berasal dari kata compariso (Eg) yag mempuyai arti perbadiga atau pembadiga. Tekik aalisis komparasi yaitu salah satu tekik aalisis kuatitatif yag diguaka utuk meguji hipotesis tetag

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data dalam penelitian ini termasuk ke dalam data yang diambil dari Survei Pendapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data dalam penelitian ini termasuk ke dalam data yang diambil dari Survei Pendapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jeis da Sumber Data Jeis peelitia yag aka diguaka oleh peeliti adalah jeis peelitia Deskriptif. Dimaa jeis peelitia deskriptif adalah metode yag diguaka utuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 ISTILAH KEENDUDUKAN 2.1.1 eduduk eduduk ialah orag atatu idividu yag tiggal atau meetap pada suatu daerah tertetu dalam jagka waktu yag lama. 2.1.2 ertumbuha eduduk ertumbuha peduduk

Lebih terperinci

A. Pengertian Hipotesis

A. Pengertian Hipotesis PENGUJIAN HIPOTESIS A. Pegertia Hipotesis Hipotesis statistik adalah suatu peryataa atau dugaa megeai satu atau lebih populasi Ada macam hipotesis:. Hipotesis ol (H 0 ), adalah suatu hipotesis dega harapa

Lebih terperinci

Keterkaitan Karakteristik Pergerakan di Kawasan Pinggiran Terhadap Kesediaan Menggunakan BRT di Kota Palembang

Keterkaitan Karakteristik Pergerakan di Kawasan Pinggiran Terhadap Kesediaan Menggunakan BRT di Kota Palembang C463 Keterkaita Karakteristik di Kawasa Piggira Terhadap Kesediaa Megguaka BRT di Kota Palembag Dia Nur afalia, Ketut Dewi Martha Erli Hadayei Departeme Perecaaa Wilayah da Kota, Fakultas Tekologi Sipil

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Muhammadiyah 1 Natar Lampung Selatan.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Muhammadiyah 1 Natar Lampung Selatan. 9 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi Da Sampel Peelitia ii dilaksaaka di MTs Muhammadiyah Natar Lampug Selata. Populasiya adalah seluruh siswa kelas VIII semester geap MTs Muhammadiyah Natar Tahu Pelajara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang III. METODE PENELITIAN 3. Jeis da Sumber Data Data yag diguaka dalam peelitia ii adalah data sekuder yag berasal dari Tabel Iput-Output Provisi Jambi tahu 2007 klasifikasi 70 sektor yag kemudia diagregasika

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peelitia Meurut Sugiyoo (2010, hlm. 3) pegertia dari obyek peelitia adalah sasara ilmiah utuk medapatka data dega tujua da keguaa tertetu tetag sesuatu hal

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pegumpula Data Dalam melakuka sebuah peelitia dibutuhka data yag diguaka sebagai acua da sumber peelitia. Disii peulis megguaka metode yag diguaka utuk melakuka pegumpula

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI PENELITIAN

BAB V METODOLOGI PENELITIAN BAB V METODOLOGI PEELITIA 5.1 Racaga Peelitia Peelitia ii merupaka peelitia kualitatif dega metode wawacara medalam (i depth iterview) utuk memperoleh gambara ketidaklegkapa pegisia berkas rekam medis

Lebih terperinci